1
August 21, 2022
Tantangan Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum Merdeka Belajar
endidikan menjadi salah satu hal penting dan
pokok bagi setiap individu, yang terbagi
menjadi bener tahapan. Melalui pendidikan
seseorang bisa mendapatkan pengetahuan. Semakin
tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula
pengetahuan yang dimilikinya. Tahapan tersebut
diantaranya prasekolah, sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas dan
perguruan tinggi. Tahapan-tahapan itu terdiri dari
sekolah formal dan non formal. Pendidikan formal
biasanya berbentuk suatu lembaga atau sekolah,
yang memiliki kurikulum sebagai acuan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana
yang mengatur rancangan, cara, dan isi pembelajaran
yang digunakan sebagai landasan dan pedoman
dalam pembelajaran. Pembentukan kurikulum yang
baik harus sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Pembentukan kurikulum juga harus sesuai keadaan
dan kemampuan objek pendidikan, sebagai bentuk
penyeimbang aspek akademik dan keterampilan
siswa. Kesesuaian tersebutlah yang akan
mempengaruhi kemajuan suatu pendidikan. Hal
tersebut yang menuntut pemerintah untuk selalu
memperbaiki kurikulum agar pendidikan semakin
maju. Oleh karenanya, demi kemajuan pendidikan di
Indonesia mentri pendidikan melakukan beberapa
kali perubahan-perubahan kurikulum.
Perubahan Kurikulum
Perubahan-perubahan kurikulum penting
untuk dilakukan agar mutu pendidikan semakin
meningkat. Dilakukannya perubahan kurikulum,
juga mampu menutupi semua kekurangan yang ada
pada kurikulum sebelumnya. Sebelum diterapkan ke
seluruh daerah, kurikulum harus dilakukan uji coba
terlebih dahulu. Uji coba tersebut dilakukan di
beberapa sekolah yang siap untuk menerapkannya.
Setelah uji coba kurikulum baru dianggap berhasil
dan berdampak baik, barulah kurikulum diterapkan
dengan sampel yang lebih luas secara random. Pada
uji coba dengan sampel yang lebih luas itu,
kurikulum benar-benar diperhatikan hingga
menyerupai situasi di lapangan yang sebenarnya.
Mampu ditemukannya kelemahan-kelemahan dari
kurikulum tersebut untuk disempurnakan lebih baik
lagi, seperti kesiapan tenaga pengajar, siswa,
admisistrasi, dan keadaan sekitar sekolah. Setelah
dianggap benar-benar mantap, penerapan kurikulum
kemudian diwajibkan penerapannya di seluruh
sekolah. Pelaksanaan kurikulum baru tersebut tentu
disertai berbagai perubahan di berbagai aspek,
seperti keterampilan guru, metode pembelajaran, dan
sarana prasarana sekolah. Tahap terakhir dalam
penerapan kurikulum baru yaitu pengawasan mutu
agar penerapan kurikulum sesuai tujuan dan
fungsinya.
Perubahan kurikulum dituntut mampu
mengikuti perkembangan zaman dari waktu ke
waktu, mulai dari perkembangan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek. Perkembangan
tersebut dapat dilihat pada perubahan kurikulum
yang telah dilakukan di Indonesia. Indonesia telah
melakukan beberapa kali perubahan kurikulum
diantaranya, Rencana Pelajaran 1947, Rencana
Pelajaran Terurai 1952, Rencana Pendidikan 1964,
P
Iin Nasiya Ulfiya
2
August 21, 2022
Kurikulum 1968, penyempurnaan Kurikulum 1968
pada tahun 1975, Kurikulum 1975 disempurnakan,
Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006, Kurikulum 2013, dan Kurikulum 2013
Revisi (Merdeka Belajar). Perubahan kurikulum
terahir di Indonesia saat ini adalah Kurikulum
Merdeka Belajar. Kurikulum merdeka belajar
merupakan hasil revisi dari kurikulum 2013 yang
diluncurkan oleh Kemendikbudristek Nadiem
Makarim atas gagasan yang dimiliki oleh Ki Hajar
Dewantara. Gagasan yang dimiliki Ki Hajar
Dewantara tentang pendidikan ialah dorongan agar
siswa mampu memberikan perubahan bagi
lingkungannya, memberikan rasa percaya diri,
karakter, dan keterampilan siswa. Gagasan-gagasan
pendidikan tersebut kemudian dikembangkan oleh
Nadiem Makarim untuk diterapkan di Indonesia saat
ini yang disebut Merdeka Belajar.
Pada Kurikulum Merdeka Belajar,
pembelajaran di sekolah dikonsentrasikan pada
pengembangan bakat dan minat siswa sebagai upaya
pengembangan kompetensi yang dimilikinya.
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan suatu
pendekatan dimana siswa memiliki pilihan untuk
mempelajari pelajaran yang diminati, sehingga
mereka dapat mengembangkan kompetensi sesuai
bakat dan minatnya. Kurikulum Merdeka Belajar
memiliki tiga konsep utama diantaranya,
pembelajaran berbasis proyek untuk
mengembangkan soft skill dan karekter siswa, fokus
pada materi esensial sehingga waktu cukup untuk
pembelajaran yang mandalam, fleksibelitas guru
untuk melakukan pembelajaran yang sesuai.
Kurikulum ini memiliki intrakulikuler yang
beragam, melalui kurikulum ini juga guru dapat
menginovasi dan memilih perangkat ajar dengan
teknologi digital ataupun manual, sesuai kebutuhan
dan minat siswa. Sehingga pembelajaran tidak terlalu
kaku dan monoton. Di sisi lain, digunakannya
kurikulum merdeka belajar sebagai kurikulum
pendidikan di Indonesia ialah untuk mengatasi krisis
pendidikan yang terjadi pada masa pendemi.
Tantangan Penerapan Merdeka Belajar
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada
tahun 2019 Nadiem Makarim mengajak semua guru
untuk melakukan perubahan sistem pendidikan,
dengan tujuan memperbaiki pendidikan Indonesia.
Meskipun memiliki tujuan yang baik, program ini
belum bisa diterapkan secara sempurna. Terdapat
segudang tantangan yang harus dihadapi, baik oleh
pemerintah, instansi, guru, maupun siswa itu sendiri.
Tantangan tersebut diantaranya ialah, pertama siswa
dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa yang
awalnya hanya mendengarkan dan menerima materi
dari guru, kini dituntut untuk bisa aktif berperan
dalam pembelajaran. Baik itu berdiskusi, bertanya,
menjawab, maupun praktek. Hal tersebut menjadi
kendala, terutama bagi siswa yang pendiam dan kecil
hati, sebab mereka lebih cenderung kurang suka
berinteraksi dengan temannya dan takut melakukan
kesalahan. Sehingga tuntutan aktif dalam
pembelajaran akan menjadi tantangan besar bagi
mereka. Kedua, pengalaman penerapan program
Merdeka Belajar yang dimiliki guru. Saat ini belum
banyak guru yang mampu menerapkan program
merdeka belajar dengan baik. Kendala inilah yang
banyak terjadi di sekolah-sekolah, kebanyakan guru
masih kesulitan merubah metode pembelajaran yang
digunakan. Pada merdeka belajar guru dituntut untuk
untuk kreatif dan inovatif, baik dalam penerapan dan
penggunaan metode maupun media yang digunakan.
Ketiga, minimnya fasilitas yang dimiliki
sekolah. Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki
fasilitas yang baik dan memadai. Banyak sekolah di
desa-desa yang minim fasilitas, terutama di daerah
terpencil. Hal itulah yang menjadi salah satu
kesulitan penyampaian materi yang membutuhkan
media seperti proyektor, karena tidak semua sekolah
memiliki proyektor untuk pembelajaran.
Selanjutnya, hal yang menjadi tantangan tersendiri
dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ialah
keterbatasan referensi. Sama halnya dengan sarana
prasarana, hal yang mejadi kendala penerapan
Merdeka Belajar yaitu minimnya referensi. Referensi
yang sedikit juga akan menjadikan wawasan yang
3
August 21, 2022
dimiliki guru terbatas. Tentu hal itu berpengaruh
pada keterampilan guru dalam penggunaan metode,
media dan penyampaian materi yang digunakan.
Pengetahuan guru yang sedikit menjadikan guru
menerapkan metode dan media itu-itu saja, yang
akan membuat siswa merasa bosan dan kurang
tertarik mengikuti pembelajaran.
Meskipun kendala dalam penerapan
Kurikulum Merdeka Belajar sangatlah banyak dan
belum bisa diatasi sepenuhnya, setidaknya terdapat
solusi alternatif yang mampu mengatasi berbagai
kendala dan tantangan. Solusi tersebut dapat
dilakukan dengan cara memberikan pelatihan-
pelatihan khusus kepada perwakilan guru dari setiap
sekolah. Melalui pelatihan tersebut, guru akan
memiliki banyak pengalaman yang mampu
mengantarnya menjadi guru yang kreatif dan
inovatif. Sebab, guru yang kreatif dan inovatif akan
mampu memunculkan dan mengembangkan
semangat siswa untuk belajar. Selain itu, guru yang
kreatif dan inovatif juga akan mampu memanfaatkan
benda yang ada di sekitarnya sebagai media dan alat
pembelajaran. Sehingga keterbatasan yang ada tidak
menjadi penghalang meraih sebuah keberhasilan.
4
August 21, 2022
Sosial-Budaya Rembang Bangkit, Aktif, dan Inovatif Menuju Cipta
Destinasi Pariwisata
embang Kota Cerdas (Smart City)
merupakan gerakan yang sedang di
perjuangkan Pemerintah Kabupaten
dengan harapan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan percepatan pembangunan di daerah.
Melalui Dinas Komunikasi dan Informasi
(Dinkominfo), pemerintah menyelenggarakan
bimbingan teknis (Bimtek) penyusunan Smart City
dan Quick Win program unggulan yang bertajuk
gerakan menuju Smart City berlangsung dua hari, 23
dan 24 juni 2022.
Kota Rembang atau dikenal dengan Kota
Garam, memiliki nilai sosial dan budaya yang masih
melekat hingga saat ini. Pemerintah Kabupaten
menerapkan berbagai nilai sosial, mulai dari bidang
kesehatan sampai bidang keamanan. Kepedulian
terhadap kesehatan, bisa dilihat dari penurunan kasus
stunting di Rembang, serta pemberlakuan surat
keterangan sehat untuk hewan kurban guna
mencegah konsumsi daging hewan yang terinfeksi
penyakit mulut dan kaki (PMK). Pada hari Selasa 31
Mei 2022, Rembang raih sertifikat bebas frambusia
(penyakit kulit menular menahun yang kambuhan).
Hal tersebut menjelaskan bahwa Pemerintah
Kabupaten Rembang memberi perhatian penuh
terhadap kesehatan masyarakat.
Pemkab Rembang juga menyalurkan
asuransi kepada warga yang tertimpa musibah.
Misalnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Rembang menyalurkan klaim asuransi kepada
sejumlah nelayan yang meninggal dunia (27/6/2022).
Program tersebut merupakan upaya pemerintah
dalam memberikan perlindungan bagi nelayan.
Akhir-akhir ini sering terjadi kecelakaan
diberbagai ruas jalan hingga mengakibatkan korban
meninggal dunia. Salah satu penyebabnya bisa jadi
karena beberapa jalan yang kurang layak.
Mendengar keresahan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Rembang mengeluarkan dana sebesar Rp.
86,7 miliar untuk memperbaiki infrastruktur jalan di
21 ruas demi keamanan dan kenyamanan
pengendara.
Selain mengenai sosial, Rembang juga tidak
jauh dari tradisi budaya turun temurun. Misalnya,
R
Ilma Yuni Fatichia
5
August 21, 2022
tradisi jamasan bende becak di desa bonang,
kecamatan lasem. Kemudian di bidang musik ada
thong-thongklek. Tiga bulan lalu tepatnya tanggal 27
April 2022, diadakan festival thong-thongklek
bernuansa tradisional sukses digelar di Taman
Rekreasi Kartini.
Perbaikan dan pengembangan terus dilakukan
Pemerintah Kabupaten menuju Rembang yang
gemilang. Salah satu yang dijadikan prioritas saat ini
adalah sektor pariwisata.
Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintahan daerah. Pariwisata adalah keseluruhan
kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
untuk mengatur, mengurus dan mengalami
kebutuhan wisatawan (karyono, 1997:15).
Pemerintah Kabupaten Rembang tidak diam
saja dalam pengelolaan pariwisata di daerah
Rembang. Berbagai dukungan diberikan kepada desa
wisata. Salah satunya baru-baru ini Pemkab
mengadakan Perencanaan Desa Statistik (Desa
Cantik) pada tiga desa, yakni Desa Pandean,
Punjulharjo, dan Pasarbanggi; yang semuanya dari
Kecamatan Rembang. Program tersebut bertujuan
membina, membangun, dan meningkatkan
kompetensi aparatur desa agar memahami statistik di
Kabupaten Rembang.
Sebanyak 12 Desa Wisata baru telah
dikukuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) dipendapa Museum RA. Kartini, Kamis
(16/06/2022). Penetapan 12 desa wisata baru tersebut
yaitu: Desa Candimulyo, Dadapan, Ngulahan
Kecamatan Sedan, Desa Sudhomdan Karangsari
Kecamatan Sulang, Desa terjan Kecamatan Kragan,
Desa Sendang Asri dan Gowak Kecamatan Lasem,
Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, Desa Panohan
Kecamatan Gunem, Desa Tireman Kecamatan
Rembang, dan Desa Pamotan Kecamatan Pamotan.
Sebelumnya ada 16 desa wisata, maka sekarang total
ada 28 total desa wisata.
Kota Rembang yang dekat dengan laut dan
juga pegunungan membuat banyak pesona
keindahan alam tersedia secara alami. Karena
daerahnya yang luas dan tempatnya pun strategis,
Rembang memiliki daya tarik wisata yang sangat
lengkap; mulai dari wisata alam, sejarah peradaban,
wisata religi, hingga wisata belanja dan kuliner ada
disini. Ada berbagai banyak objek destinasi wisata
pantai, diantaranya:
1. Pantai Karang Jahe
Berlokasi di Jalan Rembang-Lasem, punjulharjo,
Kecamatan Rembang; pantai ini sering disebut
dengan sebutan “pantai kutanya” Kabupaten
Rembang. Berbagai fasilitas ditawarkan, seperti
wahana kereta pantai dan motor atv yang bisa disewa
untuk menikmati pantai dengan berkeliling di pinggir
pantai sembari memandang indahnya laut dan
hijaunya pohon cemara. Tak hanya itu, disana juga
ada berbagai kuliner yang bisa dicicipi dengan harga
bervariasi. Untuk tiket masuk tidak perlu khawatir,
hanya perlu membayar parkir Rp. 15.000,00 untuk
mobil pribadi dan Rp. 10.000,00 untuk kendaraan
roda dua.
6
August 21, 2022
2. Pantai Caruban
Berlokasi di Desa Gedungmulyo, Kecamatan Lasem;
pantai ini memiliki daya Tarik berupa pasir putih
yang terlihat sangat indah dengan jajaran pohon
cemara disertai ombak yang cukup tenang. Cocok
bagi pengunjung yang ingin menenangkan pikiran
dari sibuknya urusan dunia.
3. Dampo Awang Beach (Taman Rekreasi
Pantai Kartini)
Berada di Desa Tasik Agung, Kecamatan Lasem;
pantai tersebut memiliki fasilitas yang tidak biasa,
yaitu fasilitas kolam renang dan outbond. Secara
keseluruhan, ada banyak aktivitas menarik yang bisa
dilakukan di pantai ini. Dari mulai bersantai di
pinggir pantai, berenang, berburu olahan kuliner,
sampai dengan berkunjung ke pulau kecil di sebelah
utara pantai.
4. Pantai Pasir Putih Wates
Terletak di Desa Tasikharjo, Wates, Kaliori; dari
namanya bisa ditebak pantai ini menawarkan daya
tarik utama berupa pasir putih yang halus dan
lembut. Ada juga spot foto yang disediakan oleh
pihak pengelola pantai untuk para pengunjung yang
ingin berburu foto disana. Untuk tiket masuknya
jangan khawatir, hanya Rp. 5000,00 saja per orang.
5. Pantai Jatisari
Berada di desa Jatisari, Kecamatan Sluke; di pantai
tersebut tidak ditarik biaya apapun. Pantai ini dikenal
memiliki panorama pemandangan yang indah. Bibir
pantai disana terdapat beberapa sekumpulan batu
kerikil karang yang cukup menarik untuk dijadikan
spot foto estetik.
6. Pantai Balongan
Berlokasi di desa Balong Mulyo, kecamatan Kragan;
sepanjang pantai ada pohon camara berjajar dan
tempat berteduh yang disediakan para penjual
makanan. Ada kuliner favorit yang paling digemari
pengunjung, yakni rujak petis. Harga kuliner disana
sangat terjangkau, mulai dari lima ribu rupiah. Biaya
masuknya hanya Rp. 5.000,00 untuk roda dua.
7. Jembatan Merah Hutan Mangrove
Terletak di Desa Pasarbanggi, kecamatan Rembang;
tempat ini sangat menarik dengan jembatan kayu
yang membentang di tengah hutan mangrove yang
begitu lebat. Ekosistem yang masih terjaga alami
membuat pengunjung bisa melihat banyak tiram,
ikan, kepiting, dan juga burung yang sedang mencari
makan. Hutan mangrove memberi pengalaman
tersendiri bagi pengunjung.
Selebihnya, masih ada berbagai wisata pantai
di Rembang yang belum tertulis disini. Bukan hanya
pantai, wisata pegunungan juga menawarkan
pemandangan indah; mulai dari Gunung Argopuro,
Selodiri, dan masih banyak lagi. Untuk wisata religi
ada Pasujudan Sunan Bonang, Makam R.A Kartini,
dan sebagainya. Wisata sejarah ada Museum R.A
Kartini, Museum Plawangan, dan lainnya.
Namun, dari banyaknya wisata di Rembang,
ada beberapa tempat wisata yang sudah terbengkalai
atau sepi pengunjung, antara lain:
1. Wisata Perkemahan Karangsari Park
Terletak di Sulang, biasanya ramai digunakan untuk
perkemahan, tapi diluar kepramukaan biasanya sepi
pengunjung.
2. Omah Asem
Wisata ini berada di Desa Sridadi, kecamatan
Rembang. Banyaknya pohon asam membuat para
pemuda menjadikan destinasi wisata, tapi sekarang
sudah terbengkalai dan sepi pengunjung.
7
August 21, 2022
3. Taman Hijau Semenggah (THS)
Berlokasi di desa padaran merupakan wisata taman
bunga dengan lampion disekitarnya. Munculnya ide
berawal dari kunjungan tempat-tempat wisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian
mempraktikannya di THS sendiri, di buka tanggal
07 juni 2021, tapi sekarang sudah tidak terkelola
dengan banyaknya rumput liar yang tumbuh lebat
hampir menutupi taman tersebut.
4. Sendang Coyo
Wisata alam yang memperlihatkan indahnya
pemandangan, terletak di sebuah desa yang bernama
Sendangcoyo, kecamatan lasem. Disana ada wahana
flayingfox dan gardu pandang. Sampai sekarang
pemandangan alamnya masih bagus, tapi wahananya
sudah tidak berorasi.
Diatas merupakan beberapa contoh wisata yang
hampir ditinggalkan. Selebihnya masih ada wisata
yang berhenti di kelola karena berbagai hal.
Pemerintah Kabupaten Rembang beserta
masyarakat bisa bersama-sama dalam pengaktifan
kembali wisata yang sudah mati atau tertinggal guna
pemanfaatan lahan. Bisa dimulai dengan
membersihkan kembali wisata lama dari rumput liar
dan karat besi. Kemudian merenovasi bangunan,
wahana, atau fasilitas wisata lama. Setelah
terbentuknya wisata baru, bisa dipromosikan di
media sosial. Lalu, untuk mendapatkan perhatian
dari calon pengunjung, bisa dengan mengadakan
lomba-lomba. Ini cukup menarik, baik dari segi
pegunjung ataupun pengenalan wisata.
Upaya Pemkab untuk meningkatkan
destinasi pariwisata sudah sangat baik. Penyesuaian
terhadap perkembangan teknologi sudah
berlangsung. Admin-admin dinas cukup aktif di
media sosial untuk sekedar berbagi info atau
menjawab pertanyaan netizen.. Menyapa warganet
bisa dibilang lumayan penting. Sebab, banyak
masyarakat yang menghabiskan waktu di sosial
media.
Hari Ulang Tahun Rembang Ke-281 “Ekonomi
Bangkit Menuju Rembang Gemilang” tepatnya pada
tanggal 27 Juli 2022, Semoga program-program
Pemerintah Kabupaten Rembang dapat terlaksana
dengan sukses. Salah satunya, suksesnya progam
pengembangan wisata. Karena kemajuan destinasi
pariwisata bisa membangkitkan perekonomian
masyarakat secara langsung maupun secara tidak
langsung.
8
August 21, 2022
LASEM : Barometer Cagar Budaya di Kabupaten Rembang
ecara geografis Lasem terletak di pesisir
Utara pulau Jawa, Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah. Dewasa ini
seringkali kita dengar julukan Tiongkok Kecil yang
berhasil tersemat pada Lasem. Julukan tersebut
menjadi peneguhan dan penguatan identitas betapa
multikulturalnya Lasem. Mulai dari perbedaan
agama, ideologi, budaya, serta mata pencaharian.
Pemukiman multikultural Lasem bisa saja lahir dari
dorongan spiritual masyarakat maupun proses
interaksi sosial masyarakat. Tak jarang, budaya lokal
dan keberagaman di Lasem memiliki hubungan yang
erat antara masyarakatnya dengan seluruh kondisi
alam lingkungan Lasem.
Sebagaimana yang tertera diawal bahwa
secara geografis Lasem terletak di pesisir Utara
pulau Jawa, bukan jadi suatu hal yang mustahil
manakala berkembangnya beberapa arsitektur
berbau Cina. Mengingat Jawa merupakan jalur
strategis perdagangan baik lokal maupun
internasional. Dari aspek kepercayaan masyarakat
Lasem mayoritas adalah unsur pemeluk Islam yang
berjumlah 47.423 jiwa, Kristen 1.045 jiwa, Katholik
762 jiwa, Budha 207 jiwa, Hindu ada 22 jiwa
dan sisanya memeluk Konghucu serta penghayat
kepercayaan yang berjumlah 47 jiwa (berdasarkan
Lasem dalam angka 2018). Keberagaman ini bisa
dikaitkan dengan pemikiran salah satu ilmuan, J.S.
Furnival, yang mendefinisikan plural society
(masyarakat plural) merupakan suatu entitas
masyarakat yang terdiri dari kumpulan individu-
individu atau kelompok-kelompok sosial yang
berbaur tetapi tidak menjadi satu, “two or more
elements or social orders which live side by side, yet
without mingling, in one political unit”.
Sebagai kota yang terletak di pesisir dan
pernah menjadi pelabuhan dagang, Lasem telah
berubah menjadi daerah multikultur yang
membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nailai toleransi dan pluralisme. Tak heran jika
kadangkala pluralisme budaya tersebut seringkali
memantik pada situasi disharmoni. Namun situasi
tersebut bisa dikesampingkan dengan penegasan
betapa harmoninya interaksi sosial masyarakat di
Lasem. Kiranya jika Lasem dijadikan salah satu
barometer cagar budaya di Kabupaten Rembang
S
Shofiyatul Ulya
9
August 21, 2022
tidak ada yang mustahil, karena Lasem sebagai
pemukiman multikultural. Dipertegas dengan
beberapa arsitektur dengan gaya arsitektur Tiongkok
yang memberi pengaruh pada bentuk fisik dari
elemen-elemen setiap bangunan. Akulturasi dan
interaksi kedua budaya tidak hanya terjadi pada
masyarakat keturunan Jawa saja, namun juga pada
rumah-rumah keturunan Tionghoa. Contoh pada
rumah Opa-Oma yang merupakan salah satu
bangunan tertua di Lasem. Pembangunannya sama
sekali tidak dipaksakan menggunakan dinding bata,
namun menyesuaikan dengan konteks bangunan
orang Jawa dengan ciri khas kayu yang diberi
sentuhan ornamen Lung-Lungan.
Arsitektur sendiri menjadi representasi dari
apa yang terjadi dari kehidupan masyarakat,
fenomena akulturasi budaya di Lasem dapat
disimpulkan merupakan sebuah sikap toleran dengan
mengijinkan budaya luar menjadi bagian dari budaya
mereka. Warga keturunan Jawa Lasem terbuka dan
membiarkan warga keturunan Tionghoa untuk
tumbuh dan berkembang berdampingan dengan
mereka, begitupun sebaliknya. Dengan demikian,
sejarah Lasem sebagai kota multikultural dapat
menjadikan potensi Lasem untuk terus
mempertahankan eksistensinya dan menjadi salah
satu barometer betapa kayanya Rembang akan
budaya.
Salah satu Kawasan di Lasem yang dapat
berpotensi dijadikan sebagai daerah wisata sejarah
arsitektur adalah Kawasan Pecinan. Adanya lahan
luas yang dibatasi dengan benteng disekelilingnya
merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki
kawasan Pecinan, dan jarang sekali pada kurun
akhir-akhir ini ditemui bangunan-bangunan tua yang
menjadi bukti sejarah. Bangunan bersejarah tersebut
secara tidak langsung mendefinisikan bahwa Lasem
dahulunya menjadi salah satu kota pelabuhan besar.
Bahkan dari beberapa sumber pun ada yamg
menyatakan dahulu orang Prancis sampai menjuluki
Lasem dengan sebutan “Petit Chinois” yang artinya
Cina kecil. Dilihat dari aspek sejarah, Kawasan
Pecinan Lasem digadang-gadang memiliki nilai
lebih dibandingkan kawasan pecinan lain yang ada di
Jawa Tengah dengan adanya arsitektur khas berupa
ornamen tou-kung. Dari nilai keistimewaan,
dominasi budaya Cina di Lasem sangat terasa
sehingga banyak dijumpai bangunan-bangunan tua
bernuansa arsitektur khas Cina.
Selanjutnya, kontestasi pada ruang
kebudayaan ternyata tidak terlepas dari Lasem
sebagai kota yang mewarisi kebudayaan besar di
dunia (Jawa, Cina, Islam , Eropa). Bentuk arsitektur
pada tempat-tempat peribadatan serta rumah-rumah
yang beragam menggambarkan Lasem memang
seolah sentral budaya di Rembang. Belum lagi
dengan upacara hari besar dan upacara adat yang
menjadi ekspresi dari setiap agama yang dipercayai.
Kontestasi pada ruang publik di Lasem yang paling
kontras adalah budaya dari golongan santri jawa dan
etnis Tionghoa. Pagelaran dari santri Jawa yang
paling menonjol yakni haul. Haul dua tokoh ulama
besar Lasem yakni Eyang Sambu dan Eyang Srimpet
yang menjadi pelopor berdirinya masjid
Baiturrahman Lasem, kini haulnya menjadi agenda
tahunan. Sejalan dengan pagelaran budaya tahunan
10
August 21, 2022
masyarakat muslim, masyarakat Lasem etnis
Tionghoa juga melakukan perayaan tahunan yang
sangat mereka agungkan, misalnya perayaan Imlek.
Pada perayaan imlek etnis Tionghoa Lasem
mengadakan kirap budaya Mak Co di Kelenteng juga
arak-arakan Liang-Liong. Tidak bisa dipungkiri,
bahwa antara dua golongan kelompok tidak hanya
terjadi kontestasi budaya pada ruang publik serta
memperkuat posisi identitas kelompok saja,
melainkan bisa saja memunculkan akulturasi dan
asimilasi pada kedua budaya antara masyarakat
santri Jawa dan etnis Tionghoa.
Menyoal seputar muktikulturalnya Lasem,
tentunya tidak pernah terlepas dari peran
masyarakatnya sebagai makhluk Tuhan yang telah
diberi kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Berbekal dan berpegangan dengan
kemampuan tersebut masyarakat bhineka Lasem
mulai berpikir dan sanggup bagaimana merumuskan
pola keseimbangan sosial untuk mengatasi
tantangan, ancaman, serta disintegrasi. Kondisi
sosial yang harmoni di Lasem pun nampaknya juga
bukan hanya peran dari masyarakat saja, akan tetapi
melibatkan pranata sosial dan tokoh yang dipercayai
untuk meminimalisir terjadinya benturan
antargolongan. Terkhusus pada golongan
masyarakat santri muslim dengan golongan
masyarakat etnis Cina. Munculnya rasa tanggung
jawab moral serta gotong-royong menunjukkan arti
pentingnya strategi kelentingan sosial yang selama
bertahun-tahun telah dibangun dalam masyarakat
bhineka Lasem, serta kesiapsiagaan mekanisme
sosial dalam mengatasi pada ranah negatif di dalam
kontestasi ruang sosial yang terjadi.
Terahir, kawasan permukiman multikultural
Lasem pada dasarnya telah layak dikatakan sebagai
salah satu kawasan cagar budaya di Rembang.
Dengan melihat dari beberapa kriteria antara lain:
kelangkaan, peranan sejarah, nilai keistimewaan,
serta nilai-nilai dalam menjaga sikap harmoni dalam
masyarakat bhineka Lasem. Beberapa literatur
menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan untuk
menjaga eksistensi budaya Lasem dengan
menggagas Lasem Heritage Center (LHC). Jika
dianalisa lebih dalam, Lasem Haritage Center
berfungsi sebagai pusat informasi sejarah Lasem,
kegiatan pelestarian warisan budaya serta kegiatan
wisata. Lasem Heritage Center pun seolah menjadi
arsip tentang segala sejarah Lasem, meliputi benda-
benda bersejarah sampai gaya bangunan kuno yang
berciri arsitektur khas Cina. Dapat ditarik benang
merah bahwa salah satu yang menjadi point of
interest masyarakat luar oleh Lasem yaitu Tongkok
Kecil Lasem. Dari segi sejarah bangunan, bentuk
arsitektur sampai pada keadaan masyarakat bhineka
Lasem yang berhasil menjadikan Lasem dengan
daerah multikulturalnya dengan tetap
mempertahankan keadaan harmoni masyarakat
bhineka.
11
August 21, 2022
Trilogi Jargon IPNU IPPNU
elajar, Berjuang, serta Bertaqwa adalah
prinsip IPNU sebagai organisasi
keterpelajaran yang harus
mengedepankan keilmuan. Keilmuan dalam IPNU
menjadi sebuah landasan dalam bersikap. Dalam
maksud menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan semangat peningkatan kualitas
SDM dan menghargai para ahli dan sumber
pengetahuan secara proporsional. Selain keilmuan
landasan sikap yang harus dimiliki IPNU adalah
prestasi dan juga kepeloporan. Menjunjung nilai-
nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari
ibadah kepada Allah SWT. Serta kepeloporan dalam
usaha mendorong, memacu, dan mempercepat
perkembangan masyarakat.
IPNU sebagai Badan Otonom ormas NU
memiliki kewajiban untuk terus bergerak sebagai
garda terdepan kaderisasi Nahdlatul Ulama di tingkat
pelajar dan santri. Menghimpun, serta
mengembangkan potensi sumber daya pelajar dan
santri, menyiapkan generasi NU dan bangsa. Di
usianya yang tidak bisa dikatakan muda, IPNU telah
banyak menghadapi dinamika seiring perkembangan
zaman. Hal yang paling fenomenal, adalah
pergantian IPNU dari yang sebelumnya “pelajar”
menjadi “putra”. Dinamika ini seolah menuntut ilmu
membuka ruang adaptasi baru.
Pada posisi demikian IPNU dituntut untuk
survive dengan melakukan pergeseran orientasi dan
bidang garap dari pelajar menjadi putra. Pembinaan
IPNU tidak lagi hanya terbatas pada warga NU yang
berstatus pelajar, melainkan mencakup semua putra
NU, baik yang mengenyam pendidikan maupun yang
tidak. Hal ini dilakukan sebagai implikasi dari
kebijakan yang mengarah pada “depolitisasi pelajar”
yakni aturan pemerintah UU No. 8 tahun 1985
tentang Keormasan, dimana disini dinyatakan bahwa
organisasi pelajar hanyalah OSIS. Dengan begitu
IPNU menyiapkan langkah strategis untuk
memberdayakan pelajar dan remaja pada umumnya.
Kesadaran akan pentingnya penguatan basis
pelajar dan santri menuntut IPNU untuk kembali
pada Khittah 1954 serta menjadi suatu keharusan,
dengan mengembalikan visi, misi, orientasi juang,
program dan bidang garap IPNU. Kongres XIV 2003
di Surabaya menjadi titik balik IPNU untuk kembali
B
Sofia Nurwijayanti
12
August 21, 2022
kepada basis utamanya yakni pelajar dan santri.
Keputusan kembali ke khittah (pelajar), bukan hanya
perubahan nomenklatur “putera” ke “pelajar”. Lebih
dari itu, karena pelajar adalah bagian penting yang
harus dibina sebagai asset masa depan NU dan
bangsa. Keputusan ini dianggap menjadi keputusan
yang terbaik di tengah perubahan dan kompleksitas
tantangan NU dan bangsa di masa yang akan datang.
Dinamika yang telah dialami IPNU kiranya
menjadi kekuatan IPNU itu sendiri dalam
menghadapi segala tantangan sehingga IPNU hadir
di tengah-tengah kita saat ini. Komitmenk kaderisasi
dalam proses rekrutmen kader, pembinaan kader,
serta distribusi kader bisa kita lihat hari ini. Bahwa
keberhasilan kaderisasi dalam memunculkan
kepemimpinan-kepemimpinan baru, seperti yang
kita tahu kader-kader purna IPNU saat ini telah
mampu berkiprah diberbagai bidang.
Lantas bagaimana kebutuhan kader IPNU hari
ini?
Secara sederhana trilogi IPNU yang setiap
kali ceremonial IPNU kita lantangkan harus menjadi
sebuah power dalam menjalankan organisasi ini.
Dengan kata lain, trilogy akan menjawab apa yang
harus kita lakukan. Trilogi IPNU, sejatinya harus
menjadi sebuah prinsi dalam menciptakan kader
yang memiliki integritas. Integritas merupakan salah
satu atribut terpenting atau kunci yang harus dimiliki
seorang pemimpin. Integritas bagi IPNU adalah
suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam
tindakan serta nilai dan prinsip-prinsip yang harus
dimiliki kader IPNU.
Kata integritas jika disandingkan dengan
IPNU sebagai organisasi kader maka kader IPNU
harus memiliki komitmen dan prinsip dalam
berjuang serta memiliki karakter kuat. Trilogi IPNU
(baca: Belajar, Berjuang, Bertaqwa) idealnya
menjadi sebuah orientasi aksi dalam rangka
mewujudkan kader-kader IPNU yang berintegritas.
Mengupas sedikit trilogi IPNU sebagai
proses memahaminya sebagai prinsip. Belajar, IPNU
merupakan wadah bagi semua kader dan anggota
untuk belajar dan melakukan proses pembelajaran
secara berkesinambungan. Dimensi belajar
merupakan salah satu perwujudan dari proses
kaderisasi. Berjuang, IPNU merupakan medan juang
bagi semua kader dan anggota untuk mendedikasikan
diri bagi ikhtiar pewujudan kemaslahatan umat
manusia. Perjuangan yang dilakukan adalah
perwujudan mandat sosial yang diembannya.
Bertaqwa, sebagai organisasi kader yang berbasis
pada komitmen keagamaan, semua gerak dan
langkahnya diorientasikan sebagai ibadah. Semua
dilakukan dalam kerangka taqwa kepada Allah SWT.
Perjalanan IPNU sebagai organisasi pelajar dapat
dikatakan sangatlah matang, dengan berbagai
perkembangan dan perubahan disemua bidang.
Kekuatan struktural IPNU sebagai Underbow
NU merupakan keuntungan tersendiri dalam
berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dengan
tetap berorintasi sebagai organisasi kaderisasi, untuk
menghimpun serta membina pelajar dan santri. IPNU
dituntut mampu menyiapkan kader NU dan Bangsa
yang memiliki integritas dengan tetap berprinsip
pada Trilogi IPNU yakni belajar, berjuang, dan
bertaqwa.
13
August 21, 2022
Menemukan Toleransi di Rembang
(Dari Zaman Kerajaan sampai Society 5.0)
embang merupakan bagian dari Indonesia
yang berada di pesisir utara Jawa. Kota ini
memiliki sejarah panjang yang tidak kalah
eksis apabila dipublis dan dikaji ulang sebagai
pengetahuan warga rembang dan sekitarnya. Karena
pada kenyataannya sebagian besar masyarakat
rembang mulai lupa bagaimana kiprah/sejarah yang
ada di Kota Rembang dan Lasem khususnya.
Menilik dari sejarahnya, banyak buku, artikel
sampai dengan tulisan-tulisan ilmiah yang mengkaji
bagaimana sebelum pemerintahan berpusat di
Rembang, kota Lasem menjadi bagian paling vital
dari zaman kerajaan. Lasem pada zaman kerjaan
Mataram bisa dikatakan menjadi pusat perdagangan
dari berbagi daerah dan juga dunia. Tempatnya yang
strategis dan tanahnya yang subur menjadi daya tarik
yang nyaman dan menguntungkan dalam
mengumpulkan rupiah dan bertahan hidup. Ini juga
yang menjadi salah satu alasan mengapa VOC
pernah menguasai Lasem pada zaman Majapahit.
Berangkat dari pemerintahan yang
dikendalikan VOC dengan sewenang-wenang, pada
tahun 1750 yang awalnya Lasem merupakan
Kadipaten dan pusat pemerintahan kemudian pindah
ke Rembang karena ada unsur perlawanan dari
masyarakat setempat, ulama, kiai, sampai dengan
masyarakat Tionghoa yang sudah menetap di Kota
Lasem. Perlawanan yang dilakukan berbentuk
peperangan yang dalam sejarah salah satunya dikenal
dengan perang kuning dan perang Lasem. Disebut
perang kuning karena dalam peperangan ini
kebanyakan orang Tionghoa yang berkulit kuning
daripada orang pribumi Lasem. Sayangnya dalam
perang kuning pasukan Dompoawang yang
dikomandani oleh Tumenggung Widyaningrat dan
R. M. Margono mengalami kekalahan.
Kekalahan ini tidak menyurutkan semangat
pasukan Dompoawang, melalui petuah dari kiai Ali
Baidhowi ketika khotbah shalat Jum’at yang
menyerukan untuk jihad, seluruh jajaran masyarakat
dari kalangan santri, warga Tionghoa, serta
R
Suroso
14
August 21, 2022
masyarakat lokal ikut berkumpul di alun-alun
Lasem. Dari sinilah kemudian terjadi perang Lasem
selama tiga bulan dan menewaskan banyak manusia
baik dari pihak VOC maupun dari masyarakat
Lasem.
View point ini sudah sangat jelas
menunjukkan, bahwa pada zaman kerajaan memang
sudah terjadi percampuran budaya dari warga
Tionghoa dan pribumi Jawa. Akulturasi budaya yang
terjadi di tanah Lasem ini memberikan sebuah
jawaban, bahwa sikap toleran sudah dipraktikkan
sejak zaman kerajaan dan sampai sekarang. Karena
sampai saat ini masyarakat Rembang masih dengan
santun menjaga kebersamaan dalam membingkai
kerukunan tanpa memandang perbedaan di
dalamnya. Hal ini dibuktikan masih banyaknya
orang Tionghoa dan bangunan-bangunan bersejarah
yang masih hidup aman dan nyaman di daerah
Lasem.
Peran Budaya di Rembang
Pada faktanya budaya memang tidak bisa
dipisahkan dalam tatanan kehidupan setiap manusia.
Budaya menjadi sebuah kebiasaan masyarakat
setempat yang sudah turun temurun dan diterealisasi
dengan alam sekitar, termasuk juga kehidupan
sehari-hari. Dalam masyarakat rembang hal ini
seperti memiliki peran yang sangat vital dalam
membangun kehidupan yang menyenangkan dan
menenangkan. Menyenangkan karena sering
dimanfaatkan sebagai jembatan untuk membangun
kerukunan melalui praktiknya, seperti kumpul
bareng dan lain sebagainya. Menangkan karena
memiliki keyakinan bahwa sesuatu yang didasari niat
yang baik, tentu akan melahirkan kebaikan dan
ketenangan di dalamnya.
Bisa dikatakan banyak kebudayaan yang
melekat dalam masyarakat rembang. Bahkan
sebagian kebudayaan di sini sudah menjadi ladang
kehidupan bagi penduduk di daerah rembang. Seperti
misalnya Batik Tulis Lasem, dalam unsur warna
batik memiliki corak warna merah darah ayam yang
memiliki arti pertautan antara budaya Tionghoa dan
Jawa. Banyak yang menyebutkan juga terdapat
silang budaya dari batik lokal yang di ilhami oleh ide
batik kraton dan serapan unsur-unsur budaya asing.
Batik Lasem memiliki ciri khas yang unik dan kental
dengan nuansa budaya Cina dan Jawa.
Sejalan dengan itu, batik merupakan warisan
yang dipengaruhi oleh tiga budaya, yaitu Eropa,
Cina, dan Kebudayaan Islam. Pengaruh Eropa dan
Cina terlihat pada arsitektur bangunan-bangunan
besar dan kosong yang ada di beberapa kecamatan
Lasem. Banyak juga terlihat berbagai tradisi yang
masih dijalankan oleh sebagian masyarakat Cina di
Rembang dan tempat ibadah yang masih digunakan
sampai sekarang. Sementara pengaruh kebudayaan
Islam terlihat adanya pesantren dengan tradisi yang
masih diakui. Keragaman budaya inilah yang
kemudian menjadi simbolisasi masyarakat Lasem.
Bahwa melalui budaya seseorang bisa
mengembangkan keadaban. Sebagaimana yang
diungkapkan ahli antropologi Clifford Geertz yang
mengatakan, bahwa kebudayaan berarti suatu pola
makna yang ditularkan secara historis serta
diejawantahkan dalam simbol-simbol hingga
menjadi sistem atau konsep yang diwariskan,
15
August 21, 2022
kemudian terungkap dalam bentuk-bentuk simbolis.
Hingga akhirnya menjadi sarana manusia untuk
menyampaikan, mengabdikan, dan mengembangkan
pengetahuan mereka terhadap hidup .
Akulturasi budaya yang ditanamkan dalam
corak batik Lasem ini memberikan sebuah isyarat
tentang bagaimana pentingnya sebuah kerukunan
harus tertanam di mana saja. Tidak hanya di lisan
melainkan dalam praktik kehidupan juga. Banyak
sebenarnya kebudayaan yang masih melekat dalam
masyarakat Rembang, dan semua itu tidak lepas dari
peran nenek moyang dalam membangun
kebersamaan dan kerukunan. Bahkan ketika kita
melihat dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga
dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa,
melalui Budaya. Sebab beliau meyakini budaya dan
tradisi sudah sangat dekat dengan masyarakat.
Karena pada kenyataannya setiap tradisi memang
memiliki filosofi untuk saling menjaga dan
mempertahankan. Sebagaimana budaya yang sudah
turun temurun sejak zaman kerajaan dan masih
bertahan sampai dengan sekarang.
Menjaga Toleransi di Tanah Rembang
Manusia memiliki andil yang sangat besar
dalam menjaga bumi. Menjaga di sini tidak hanya
manusia dengan manusia, melainkan manusia
dengan alam juga perlu dilakukan. Masyarakat
rembang dalam membangun toleransi bisa dikatakan
tidak hanya praktik antar manusia dengan manusia,
melainkan ia juga membangun harmoni antara
manusia dengan alam, melalui tradisi dan
kebudayaan setempat. Seperti misalnya praktik
sedekah bumi, Ambengan dan kegiatan syukuran
yang berkaitan dengan alam masih sangat kental oleh
orang-orang rembang.
Secara tidak sadar sebenarnya hal ini
merupakan bentuk relasi manusia dengan alam
dalam membangun kerukunan satu dengan yang
lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan
oleh Aldo Leopold dalam tulisannya Land Ethics
(1986) yang mengungkapkan, bahwa bumi
diciptakan tidak hanya untuk melayani manusia,
melainkan untuk suatu kehidupan yang terintegrasi.
Dengan kata lain, sikap untuk saling menghormati
tidak hanya dipraktikkan dengan sesama manusia,
melainkan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.
Kemudian Leopold menegaskan bahwa perlu
kiranya mengubah homo sapiens dari yang dikenal
sebagai makhluk penakluk menjadi makhluk yang
bersahabat. Karena sejatinya kedudukan manusia
sederajat dengan unsur-unsur makhluk hidup
lainnya.
Di era kemajuan society 5.0 yang mengajak
manusia untuk selalu instan dalam segala bidang,
bisa dikatakan masyarakat Rembang masih banyak
yang mempertahankan sebuah kebudayaan lama.
Inilah yang kemudian harus menjadi teladan, bahwa
munculnya sebuah tren ataupun kebudayaan baru
tapi tidak pernah menghilangkan kebudayaan
lamanya. Karena selain sebagai warisan leluhur
kebudayaan juga bagian penting dalam membangun
kerukunan dengan makhluk hidup.
Gagasan dalam tulisan ini sebenarnya ingin
mengungkapkan, bahwa tradisi dan kebudayaan
dalam masyarakat Rembang mengandung ajaran
toleransi yang sangat kuat. Manusia mampu
16
August 21, 2022
menjadikan sebuah perbedaan sebagai ladang
mencari pangan, begitu juga dari budaya masyarakat
setempat semua makhluk hidup bisa saling
menghormati. Seperti halnya sedekah laut, karena
dilakukan masyarakat sebagai terima kasih kepada
Tuhan melalui alam sudah diberikan rezeki dari alam
sekitarnya. Praktik sedekah laut inilah yang
menjadikan manusia dengan alam sekitar berbaur
dan mampu membangun harmoni antara keduanya.
Dunia akan selalu mengalami perubahan dan
manusia dituntut untuk mengikutinya. Tetapi untuk
mempertahankan suatu kebudayaan, hanya sebagian
manusia yang mampu bertahan di dalamnya. Karena
tergerus oleh kebudayaan baru. Untuk itu, sudah
seharusnya ajaran toleransi yang demikian santun
dijaga dan dilestarikan bersama. Karena ini sudah
menjadi ciri khas orang Rembang.
17
August 21, 2022
Pemikiran, Peran, dan Implementasi Perjuangan R.A. Kartini guna
Mencapai Relevansi Pendidikan bagi Para Perempuan Era Gen Z di
Kabupaten Rembang
ahasan yang berkaitan dengan perempuan
merupakan topik yang menarik dan seperti
tidak ada habisnya jika dikupas satu
persatu. Zaman dahulu perempuan kerap dipandang
rendah karena dinilai banyak dari mereka tidak
mampu menduduki posisi yang tinggi, akan tetapi
sekarang justru banyak isu beredar yang
menyangkutpautkan perempuan dalam hal peranan,
kesetaraan, maupun aktivitas sehingga menimbulkan
kontroversi di khalayak luas. Hal ini juga dibuktikan
sebelum memasuki abad ke-20 perempuan sudah
dianggap tidak layak sejajar dengan laki-laki dalam
hal apapun seperti dilihat dari segi kemampuan dan
hal apapun yang berkaitan dengan pendidikan.
Perempuan yang hidup dalam era tersebut tidak
mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan dan
untuk interaksi dengan lingkungan sekitarnyapun
juga dibatasi.
Perempuan pada zaman dahulu hanya sering
di dalam rumah dan hanya menjalankan perannya
sebagai seorang anak, istri, dan menantu yang baik
tanpa adanya suatu kebebasan untuk berpikir,
bertindak, dan berperilaku yang seharusnya dimiliki
oleh seorang manusia. Berdasarkan permasalahan
tersebut, R.A. Kartini tergugah hatinya untuk
mengubah cara berpikir seorang perempuan dan cara
pandang masyarakat tentang kesejajaran antara laki-
laki dan perempuan khususnya di bidang pendidikan.
R.A. Kartini merupakan sosok perempuan tangguh
dan sangat berpengaruh terhadap sistem pendidikan
bagi perempuan di Indonesia serta beliau merupakan
sosok perempuan yang cerdas, bijak, dan berani
untuk memperjuangkan pendidikan yang layak bagi
perempuan Indonesia (Putri dan Hudaidah 2021).
Semangat emansipasi yang tinggi dan
menggelora membuat R.A. Kartini dianugerahi
B
Lola Haliza Putri A.
18
August 21, 2022
sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia
berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor
108 pada tanggal 2 Mei 1964. R.A. Kartini lahir di
Jepara pada 21 April 1879, yang mana setiap tanggal
lahirnya diperingati oleh masyarakat Indonesia
khususnya di Kabupaten Rembang. Sosok R.A.
Kartini sangat berkaitan erat dengan emansipasi
wanita karena segenap perjuangan dan dedikasi yang
telah beliau torehkan semasa hidupnya untuk masa
depan perempuan di Indonesia. Akan tetapi pada era
“Generasi Z” saat ini kata “emansipasi” yang
dibangun R.A. Kartini telah mengalami pergeseran
makna. Generasi Z merupakan mereka yang saat ini
berada di perguruan tinggi yang lahir berinteraksi
dengan kemajuan teknologi. Generasi Z adalah
mereka yang lahir antara rentang tahun 1995-2012
dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
generasi lain, Generasi Z juga cenderung sulit
berkomunikasi secara langsung, instan, dan kerap
memudarkan nilai-nilai agama dan budaya (Hastini
et al. 2020).
Perempuan di luar sana banyak yang belum
mengimplementasikan dan mengaktualisasikan
sikap emansipasi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, jika dilihat dari dunia pendidikan dewasa
ini banyak siswi yang tengah dihadapkan masalah
yang kompleks misalnya masalah pergaulan sehari-
hari hingga masalah karakter yang ditemukan dalam
penelitian di Kabupaten Rembang pada khususnya
(Bakhri et al. 2018). Apabila di zaman dahulu Kartini
harus melawan segala bentuk ketidakadilan yang
dilakukan terhadap perempuan, zaman sekarang
menjaga emansipasi dan menegakkan keadilan justru
dapat dilakukan dengan cara-cara yang mudah untuk
diimplementasikan. Berdasarkan latar belakang
tersebut tulisan ini bertujuan untuk
mengimplementasikan sikap emansipasi dari
pemikiran maupun gagasan dari R.A. Kartini dan
fokus terhadap perempuan di era “Generasi Z” untuk
tetap semangat dalam menggelorakan semangat
emansipasi khususnya di bidang pendidikan bagi
para perempuan era “Generasi Z” di Kabupaten
Rembang.
Sebagaimana dapat dilihat di era ini bahwa
banyak sekali perempuan-perempuan di luaran sana
kurang bersyukur atas kebebasan yang telah
diperoleh. Terkait dengan kebebasan yang ada,
banyak sekali urgensi yang terjadi pada perempuan
di Indonesia khususnya di Kabupaten Rembang yang
turut serta dalam menyumbangkan kontribusi bagi
pemikiran pendidikan dengan semangat yang
dimiliki oleh R.A. Kartini. Apalagi jika mengingat
bahwa Kabupaten Rembang merupakan tempat
peristirahatan terakhir Kartini. Selain itu, terdapat
museum yang berisi barang peninggalan R.A Kartini
yang semasa hidupnya menjadi istri Bupati Rembang
dan sekolah yang didirikan Kartini untuk masyarakat
pribumi terutama bagi kaum perempuan untuk
mengenyam pendidikan. Namun, di sisi lain
perempuan di era sekarang ini banyak yang hanya
fokus terhadap kecantikan dan popularitas daripada
menimba ilmu demi masa depan untuk cita-cita yang
mulia. Penulisan karya ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada Kartini-Kartini muda
masa depan Indonesia khususnya di Kabupaten
19
August 21, 2022
Rembang agar semangat emansipasi terutama dalam
hal pendidikan senantiasa mengakar kuat kembali.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat
diperoleh oleh semua orang tanpa terkecuali yang
tidak kenal gender, usia, status, dan lain-lain.
Pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan di
Indonesia zaman dahulu masih bersifat berat sebelah
meskipun saat ini pendidikan antara laki-laki dan
perempuan bersifat sama dan sejajar tidak ada
diskriminasi. Meskipun perempuan dan pendidikan
adalah dua hal yang berbeda namun kedua hal
tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan
(Muthoifin et al. 2017).
Permasalahan yang kerap kali ditemui salah
satunya adalah adanya rekognisi pendidikan yang
kerap kali memandang perempuan hanya sebelah
mata. Pada awalnya pendidikan perempuan hanya
dianggap sebagai formalitas belaka dan tidak
memberikan kesempatan secara bebas dengan
kemudahan fasilitas dan keadilan yang seharusnya
dapat dengan mudah didapatkan. Hal ini diterapkan
agar perempuan tunduk kepada pemerintahan yang
dijalankan oleh kaum laki-laki yang mana tidak
memberikan kebebasan kepada perempuan untuk
menjalankan mimpi dan cita-citanya dalam meraih
pendidikan yang layak (Hartutik 2015).
R.A. Kartini menuangkan pemikirannya ke
dalam surat yang dikirimkan kepada Nyonya
Abendanon yang diterbitkan pada tahun 1912 dengan
judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang
mengimplementasikan semangat emansipasi dan
perjuangan serta mempertegas hak-hak perempuan
sebagaimana mestinya. Kumpulan surat-surat R.A.
Kartini tersebut kini menjadi sebuah acuan maupun
alternatif pemikiran maupun gagasan mengenai
pendidikan bagi para perempuan. Hal yang begitu
penting adalah semangat emansipasinya untuk
mewujudkan kesetaraan di berbagai aspek
khususnya pendidikan bagi perempuan (Khamdiyah
2016). R.A. Kartini memiliki gagasan yang penting
yaitu pendidikan sebagai alat untuk mencapai
kemajuan suatu bangsa terutama bagi kaum
perempuan. R.A. Kartini memiliki harapan untuk
para kaum perempuan agar memiliki kecerdasan akal
dan keluhuran budi dalam menjalani pendidikan
yang mana juga diatur dalam Pasal 31 Ayat 3 UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa pemikiran
R.A. Kartini sudah sangat melampaui zamannya
pada saat itu di tengah kondisi masyarakat yang
terbelenggu rantai kebodohan. Peran R.A. Kartini
dalam memajukan pendidikan Indonesia merupakan
suatu bukti nyata kontribusi perempuan untuk
memajukan bangsa Indonesia dan memutus rantai
kebodohan dengan bukti beliau mendirikan sekolah
khusus dan perpustakaan khusus perempuan pada
zamannya (Putri dan Hudaidah 2021). Selain itu,
semasa hidupnya di Kabupaten Rembang semasa
menjadi istri Bupati, R.A Kartini telah menanamkan
karakter building dalam hal pendidikan dan
keagamaan yang hadir sebagai respon terhadap
kondisi sosial budaya pada masa itu (Manijo 2013).
Kedudukan perempuan berubah berkat
perjuangan R.A. Kartini sehingga saat ini para kaum
perempuan bisa bebas bersekolah dan adanya
kesetaraan gender antara kaum laki-laki dan
20
August 21, 2022
perempuan (Amar 2017). R.A Kartini
memperjuangkan hak kaum perempuan agar tidak
ketinggalan zaman dan dapat berpikiran maju seperti
para perempuan di Eropa dan yang tidak kalah
penting adalah agar para perempuan dapat
mengenyam pendidikan yang sesuai (Karlina dan
Hudaidah 2020). Menurut R.A. Kartini, pendidikan
bukan hanya bertujuan mencerdaskan akal semata
namun juga memperhatikan kepribadian, sehingga
maknanya adalah sebagai perempuan kita tidak
hanya mengutamakan kecerdasan saja tetapi juga
memperhatikan nilai-nilai budi pekerti. Di sisi lain,
pendidikan juga bukan hanya dalam tingkat sekolah
maupun lembaga formal saja, akan tetapi juga
diperlukan pendidikan non formal misalnya dalam
tingkat keluarga untuk menunjang dan membentuk
karakter seseorang.
Hal ini juga berkaitan dengan penjelasan
tentang peran perempuan untuk mengajarkan
pendidikan atau menjadi seorang ibu untuk mendidik
anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Pada
zaman R.A Kartini kesadaran perempuan terhadap
pentingnya pendidikan masih tergolong sangat
rendah karena diakibatkan oleh faktor ekonomi
maupun budaya, akan tetapi dalam penerapannya di
era “Generasi Z” implementasi kesadaran tentang
pentingnya pendidikan juga masih belum berjalan
secara maksimal. Hal tersebut di sisi lain juga tidak
seluruhnya menghambat perempuan Indonesia untuk
menggelorakan semangat emansipasi, faktanya
sebagian perempuan Indonesia telah berkarya di
bidang yang diminatinya masing-masing.
Berdasarkan fakta tersebut menjadi bukti bahwa
perempuan Indonesia tidak lemah seperti yang dikira
sebelumnya (Putri dan Hudaidah 2021).
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan
menunjukkan bahwa banyak perempuan-perempuan
Indonesia yang hebat, berprestasi, dan
membanggakan seperti mantan Menteri Kelautan
dan Perikanan Ibu Susi Pudjiastuti yang terkenal
dengan segenap kebijakannya yang sangat tegas dan
tidak pandang bulu. Contoh lainnya yang sedang
hangat yaitu aktris sekaligus penyanyi Maudy
Ayunda yang menjadi Jubir Presidensi G20 2022 di
Bali, penyanyi Niki Zefanya yang dikenal dengan
nama panggung NI-KI yang berhasil tampil di
Festival Musik Bergengsi Coachella 2022 di
Amerika Serikat yang tentunya mengharumkan
nama Indonesia di mata dunia. Selain itu, banyak
juga perempuan di Kabupaten Rembang yang
berprestasi di antaranya Siti Nur Hasisah yang
merupakan alumni UNNES yang merupakan
Mahasiswa Berprestasi di kampusnya, kemudian
Yunaeni yang merupakan alumni IPB yang tidak lain
merupakan mahasiswa berprestasi IPB dan Runner
Up Puteri Pendidikan Jawa Tengah 2020. Selain itu
dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuanita dan
Gutama (2020) menjelaskan bahwa perempuan
memiliki peran dalam hal pengembangan pariwisata
di daerah pesisir Kabupaten Rembang terutama di
bidang tourism organization. Tentunya hal ini
membutuhkan generasi penerus yang berpendidikan
misalnya perempuan yang bertugas sebagai tourism
ambassador misalnya “Mbak Duta Wisata
kabupaten Rembang” yang sebentar lagi diadakan
acara pemilihannya.
21
August 21, 2022
Hal-hal tersebut merupakan contoh
pengimplementasian emansipasi wanita di era “Gen
Z” dan tidak menutup kemungkinan untuk
perempuan-perempuan lainnya sebagai “Kartini
Masa Kini” khususnya di Kabupaten Rembang. Hal
tersebut juga menjadi bukti bahwa “Kartini-Kartini
Masa Kini” berjuang dengan cara melawan rasa takut
dan rasa malas di dalam diri sendiri untuk belajar,
berkat hal tersebut juga membuktikan bahwa
“Kartini-Kartini Masa Kini” menghargai perjuangan
R.A Kartini dalam memperjuangkan emansipasi
wanita. Maka dari itu, sebagai “Kartini-Kartini Masa
Kini” kita harus meneruskan perjuangan R.A Kartini
terutama dalam hal pendidikan di bidangnya masing-
masing.
Pendidikan merupakan aspek penting untuk
memajukan suatu bangsa. Pendidikan yang digagas
oleh R.A Kartini merupakan pendidikan yang setara
antara kaum laki-laki dan kaum perempuan tanpa
terkecuali. Hasil dari perjuangan R.A Kartini dalam
dunia pendidikan bagi kaum perempuan terutama
“Generasi Z” khususnya di Kabupaten Rembang
masih dapat dirasakan hingga saat ini. Perjuangan
R.A Kartini bertujuan agar para perempuan dapat
memperoleh kebebasan dalam hal pendidikan formal
maupun informal, hingga melaksanakan perannya
dan tidak duduk diam saja di rumah.
Lika-liku perjuangan tersebut tentunya tidak
mudah bagi R.A Kartini, akan tetapi terbukti
sekarang berkat perjuangan R.A Kartini perempuan
sekarang di era “Gen Z” dapat memperoleh haknya
dalam mendapatkan pendidikan. R.A Kartini telah
membuktikan adanya masa depan yang cerah bagi
kaum perempuan di Indonesia yang nantinya
generasi penerus seperti ini akan lahir juga di
Kabupaten Rembang. Hal ini terbukti banyak
perempuan di Indonesia maupun di Kabupaten
Rembang yang berprestasi di bidangnya masing-
masing dan menjunjung tinggi dan
mengimplementasikan emansipasi wanita sehingga
tidak ada batasan lagi bagi perempuan untuk dapat
berkarya demi memajukan dan mengharumkan nama
bangsa dan negara.
22
August 21, 2022
Rembang dan Inisiasi Literasi Melalui Dua Tokoh Inspirasi
ualitas suatu daerah dapat dilihat melalui
beberapa indikator di antaranya adalah
pendidikan. Tentu yang dimaksud tidak
hanya pendidan formal saja, akan tetapi juga
pendidikan non formal. Rembang sebagai daerah
ujung Jawa Tengah berdasarkan data yang
bersumber dari data referensi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memiliki 594 sekolah
dan 148 pondok pesantren. Untuk pendidikan
sekolah formal terbaik atau favorit rata-rata berada di
Rembang kota sedangkan untuk pendidikan non
formal atau pondok pesantren berpusat di Sedan dan
Sarang.
Meski memiliki banyak lembaga pendidikan,
tidak menjamin kualitas pendidikan Rembang sudah
seperti yang diharapkan. Pada kenyataannya budaya
literasi yang ada di Rembang masih sangat rendah
sekali. Minat baca masyarakat masih sangat minim
sekali. Hal ini bisa dilihat dari tak terjamahnya buku-
buku yang tertata rapi di rak-rak perpustakaan. Akan
tetapi tidak sepenuhnya salah jika perpustakaan sepi
pembaca apabila koleksi buku yang dimiliki tidak
lengkap dan memadai. Pojok baca di desa-desa juga
tidak sepepnuhnya berjlana karena tidak setiap desa
memiliki perpustakaan sendiri. Biasanya hanya
terdapat dua sampai tiga rak buku yang diletakkan di
sudut ruang atau kantor desa yang tidak bisa diakses
setiap saat mengingat jam operasional perangkat
desa.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah
Kabupaten Rembang telah berupaya meningkat
minat baca di Rembang melalui berbagai kegiatan.
Mulai dari seminar, literasi digital (dengan
iRembang), microlite, bazar buku, pojok baca,
perpustakaan keliling, event-event perlombaan
tertentu, metode membaca sambil bermain, hingga
blusukan promosi buku. Namun presentase minat
baca di Rembang tentu mengalami penurunan usai
pandemi dua tahun terakhir karena smua aktivitas
serba dibatasi.
Selain membaca, literasi juga merujuk pada
kemampuan seseorang dalam menulis. Jika minat
baca rata-rata masyarakat masih rendah, maka bisa
dipastikan minat menulis lebih rendah lagi. Mengapa
demikian? Sebab sebelum menulis seseorang akan
membaca terlebih apa yang akan ia tulikan.
Sebagaimana peribahasa “sambil menyelam minum
air”, seseorang akan menulis sekaligus juga
membaca. Dua tokoh inspirasi dari Rembang yang
K
Lainy Ahsin N.
23
August 21, 2022
sangat terkenal karya ataupun kemampuan
menulisnya ialah Raden Ajeng Kartini dan KH.
Ahmad Musthofa Bisri atau yang biasa dipanggil
Gus Mus.
R.A Kartini dikenal sebagai sosok yang
memberikan banyak sekali perubahan. Meski dikenal
sebagai tokoh emansipasi, akan tetapi ia juga
merupakan ikon literasi. Sebagai bangsawan yang
memiliki kesempatan untuk belajar, ia membagikan
ilmunya untuk mengajari anak-anak membaca dan
menulis. Menjadi istri bupati K.R.M. Adipati Arjo
Singgih Djojo Adhiningrat ia memanfaatkan kondisi
tersebut untuk bisa terus belajar dan berteman
dengan orang-orang Belanda sehingga bisa
membagikan ilmunya. Selain itu, R.A Kartini juga
memberikan contoh bagaimana ia dikenang hingga
saat ini melalui sebuah karya tulis Habis Gelap
Terbitlah Terang.
Sebagai generasi penerus R.A Kartini sudah
sepatutnya pemuda pemudi Rembang mengikuti
jejaknya. Memberanikan diri untuk menunjukkan
karya terbaik dan merawat budaya literasi di
Rembang. Bahkan guru yang notabennya sebagai
pendidik yang setiap hari mengompori dan
memberikan pemahaman terkait literasi bagi
muridnya juga harus mulai menjadi garda terdepan
dalam memberikan contoh. Seperti yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah MIN 1 Rembang Bapak Ahmad
Fahimi. Melalui program GURU SAKTI (gerakan
satu guru satu buku untuk loterasi) ia mengajak
seluruh pengajar atau guru untuk menulis minimal
satu buku. Ia sendiri sudah menerbitkan sebuh buku
diikuti Ibu Daningsih dan yang lain.
Tokoh literasi lain ialah Gus Mus yang
merupakan pimpinan pondok pesantren Raudlatut
Thalibin, Leteh, Rembang. Karya yang banyak
dijadikan rujukan dan bahan penelitian orang-orang
ialah tafsir Al-Ubairiz atau Al-Ibris yang
menafsirkan al-Qur’an. Gus Mus juga memiliki
banyak karya berupa puisi, cerpen maupun esai yang
dimuat diberbagai media. Praktik menulis paling
sederhana yang bisa ditiru dari beliau ialah menulis
melalui media sosial. Di era serba digital seperti
sekarang ini tentu media sosial sudah menjadi
makanan wajib orang-orang. Itulah sebabnya media
soisal juga hrus digunakan untuk hal-hal yang positif.
Bisa melalui caption di instagram atau konten-
konten yang berisikan tulisan.
Semakin banyak tulisan yang dihasilkan
semakin bertambah pula kemampuan seseorang
dalam membaca situasi dan merangkai kata.
Analisisnya juga akan semakin meningkat. Jumlah
pelajar dan santri yang begitu banyak di Rembang
tentu akan sayang sekali jika tidak terwadahi dan
diasah kemampuan menulis dan membaca sedini
mungkin. Bukan berarti merasa bangga karena
memiliki dua tokoh yang menginspirasi dan
mengangkat nama Rembang, akan tetapi bagaimana
melalui dua tokoh tersebut semua pihak khususnya
pemerintah bisa menarik minat dan bakat anak dalam
menulis dan membaca.
Faktor lain penyebab rendahnya literasi
membaca di Rembang ialah minimnya perguruan
tinggi exellent yang mampu menunjang kebutuhan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa bangku perkuliahan
merupakan tempat mengasah kemampuan analisis
24
August 21, 2022
dan bertukar pengetahuan. Untuk mempertajam hal
tersebut tentu seseorang dituntut untuk memiliki
banyak wawasan melalui membaca. Itu mungkin
yang juga menjadi penyebab masih rendahnya
kualitas pendidikan di Rembang.
Agenda-agenda yang dibuat guna
meningkatkan literasi rasanya masih sangat kurang
dan besifat sebatas seremonial saja. Tidak akan
konsisten dalam melakukannya. Pun jika tidak
sebatas seremonial hanya dilakukan dalam jangka
watu yang sangat pendek. Itulah sebabnya budaya
literasi masih sangat rendah sekali di Rembang.
Agenda yang diadakan seharusnya bisa menunjang
minat baca dan tulis masyarakat dalam jangka
panjang. Ide untuk mengadalan perpustakaan digital
khususnya yang bisa diakses tanpa internet juga
perlu ditata ulang. Jika perpustakaan digital hanya
bisa diakses dengan internet tentu masyarakat akan
berpikir ulang untuk melakukannya.
Peran pemerintah khususnya menteri
pendidikan dan kebudayaan sangat diperlukan disini.
Tentu dengan bantuan tenaga pengajar yang mambu
memberikan pemahaman dan contoh yang baik.
Pemerintah juga harus memerhatikan daerah-daerah
pelosok yang masih sulit akses bacaannya. Ide kreatif
sangat diperlukan untuk menbangun kebiasaan
membaca dan menulis agar tidak merasa bosan dan
justru terasa menyenangkan. Perlu adanya kerja
sama antar seluruh lapisan masyarakat untuk bisa
melek membaca dan menulis.
Garis besar dari semua upaya yang dilakuakn
adalah harus adanya istikomah dalam
menjalankannya. Sebagus apapun gerakannya atau
secerdas apapun gurunya, apabila tidak dilakukan
secara istikomah atau konsisten tentu akan sia-sia
seperti pisau yang tumpul.
25
August 21, 2022
Penerapan Skema “Merdeka Belajar” Sebagai Upaya Pemerataan
Pendidikan di Wilayah Kabupaten Rembang
endidikan merupakan sebuah keharusan
yang dimiliki bangsa Indonesia untuk
mewujudkan salah satu tujuan bangsa.
Pendidikan adalah usaha yang dapat digunakan
untuk menumbuhkan potensi-potensi yang ada pada
seorang manusia sesuai dengan nilai-nilai yang
berkembang dan berlaku pada masyarakat.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
didasarkan pada penerapan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berpegang teguh pada nilai-nilai
keagamaan, kebudayaan, serta berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman (Hakim, 2016). Pendidikan
di Indonesia haruslah digunakan untuk memperbaiki
keadaan rakyat Indonesia yang belum sepenuhnya
terbebas dari belenggu kebodohan. Dengan
demikian, diperlukan sebuah sistem pendidikan
nasional yang akan menuntaskan kebodohan di
Indonesia. Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan dari komponen yang saling bertaut satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan dari
pendidikan nasional (Hakim, 2016). Oleh karena itu,
untuk menciptakan pendidikan yang layak dan sesuai
diperlukan sistem pendidikan yang baik pula.
Di Indonesia, sistem pendidikan
diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan
bernama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi yang bertugas di bawah
Pemerintahan. Pada era Revolusi Industri 4.0 sebuah
lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya
menciptakan sistem pendidikan yang mengandalkan
proses belajar mengajar dengan memperbanyak
membaca, menulis, dan menghitung saja. Akan
tetapi, sistem pendidikan yang diterapkan harus
senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan zaman,
yaitu era industrialisasi. Sistem pendidikan yang
diterapkan di Indonesia pada saat ini yaitu sistem
“Merdeka Belajar” yang diharapkan dapat
menjadikan sumber daya manusia di Indonesia
menjadi sumber daya manusia yang unggul dan
memiliki inovasi dalam menghadapi tuntutan zaman
(Yamin dan Syahrir, 2020). Pada dasarnya, sistem
“Merdeka Belajar” memberikan kebebasan berpikir
P
Moh. Bagus Nur Diansyah
26
August 21, 2022
kepada para siswa, selanjutnya kemerdekaan berpikir
para siswa akan ditentukan oleh guru yang ada di
sekolah.
Pada Revolusi Industri 4.0, bidang keilmuan
yang dibutuhkan tentu saja akan berbeda dengan era
sebelumnya. Pada era Revolusi Industri 4.0 keilmuan
yang dibutuhkan diantaranya yaitu literasi data,
literasi teknologi, dan literasi manusia (Yamin dan
Syahrir, 2020). Literasi data yang dimaksud tidak
hanya sekedar membaca, akan tetapi juga mampu
melakukan analisis dan menggunakan informasi (big
data) di dalam digital. Sedangkan literasi teknologi
diartikan sebagai cara memahami cara kerja dari
sebuah mesin dan penggunaan suatu aplikasi
teknologi. Terakhir, literasi manusia berupa
penguatan sifat kemanusiaan dalam melakukan
komunikasi satu dengan yang lain.
Sistem Merdeka Belajar sebagai sistem
pendidikan nasional memiliki empat program pokok
dalam pengaplikasiannya. Keempat program
Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi adalah penilaian USBN komprehensif,
Ujian Nasional dihapus dan digantikan dengan
Assesmen Nasional, RRP dipersingkat, serta zonasi
Penerimaan Peserta Didik Baru lebih fleksibel
(Astini, 2022). Pada sistem Merdeka Belajar,
komposisi Penerimaan Peserta Didik Baru terdiri
dari jalur zonasi yang menerima minimal 50 persen
peserta didik dari total jumlah peserta didik yang
diterima, jalur afirmasi menerima 15 persen, jalur
perpindahan 5 persen, serta jalur prestasi sebanyak
30 persen.
Sistem Merdeka Belajar mulai diterapkan
sebagai sistem pendidikan Indonesia pada tahun
ajaran 2020/2021. Sistem Merdeka Belajar yang
dianggap dapat diaplikasikan secara merata di
seluruh Indonesia pada kenyataannya belum dapat
diaplikasikan secara merata sesuai dengan yang
diharapkan. Sistem Merdeka Belajar oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi dianggap sebagai sistem pendidikan yang
paling sesuai dengan tuntutan era Revolusi Industri.
Akan tetapi, pada kenyataannya sistem Merdeka
Belajar masih memiliki celah-celah kecil yang
apabila tidak segera dilakukan perbaikan ataupun
penyempurnaan akan menjadi bumerang yang
berbahaya bagi pendidikan di Indonesia.
Celah-celah yang terdapat pada sistem
Merdeka Belajar harus segera diperbaiki agar tidak
mengganggu sistem pendidikan nasional.
Kelemahan dari sistem Merdeka Belajar adalah
ketidakmerataan pada Penerimaan Peserta Didik
Baru (Astini, 2022). Proses Penerimaan Peserta
Didik Baru yang diharapkan dapat berjalan lebih
fleksibel, pada kenyataannya tidak dapat berjalan
dengan lancar. Komposisi Penerimaan Peserta Didik
Baru yang terdiri atas jalur zonasi, jalur afirmasi,
jalur perpindahan, dan jalur prestasi dengan masing-
masing memiliki komposisi sesuai dengan ketentuan
yang terdapat pada sistem Merdeka Belajar. Akan
tetapi, sistem pendidikan Indonesia dengan skema
Merdeka Belajar ini masih dibingungkan oleh
khalayak umum, khususnya mengenai
mekanisme Penerimaan Peserta Didik Baru. Tidak
kecuali masyarakat Kabupaten Rembang, masih
banyak masyarakat Kabupaten Rembang yang
kurang memahami mengenai mekanisme yang
27
August 21, 2022
terdapat pada sistem Penerimaan Peserta Didik
Baru.
Kabupaten Rembang setidaknya memiliki 17
sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus
sebagai sekolah negeri dan tersebar di 14 kecamatan.
Akan tetapi, penyebaran sekolah-sekolah yang
berstatus sekolah negeri ini tidak terjadi secara
merata. Terdapat beberapa wilayah di Kabupaten
Rembang yang mempunyai sekolah menengah atas
dan sederajat yang berstatus sebagai sekolah negeri
lebih dari satu, sedangkan di beberapa wilayah
lainnya tidak mempunyai sekolah menengah atas
dan sederajat yang berstatus sebagai sekolah negeri
sama sekali (Data Master, 202). Wilayah seperti
Bulu, Sarang, Pancur, dan Sluke tidak
memiliki sekolah menengah atas dan sederajat yang
berstatus sekolah negeri tentu saja akan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan.
Padahal, wilayah yang lain meskipun tidak
mempunyai sekolah menengah atas negeri akan
terdapat sekolah menengah kejuruan negeri maupun
madrasah aliyyah negeri (Data Sekolah, 2022). Di
mana keberadaan sekolah menengah atas dan
sederajat yang berstatus sekolah negeri tentu saja
dapat dimanfaatkan untuk melanjutkan pendidikan
setelah lulus dari sekolah menengah pertama dan
sederajat.
Sekolah negeri di Kabupaten Rembang turut
mengaplikasikan skema Penerimaan Peserta Didik
Baru yang dicanangkan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Penerimaan Peserta Didik Baru pada skema Merdeka
Belajar yang menggunakan zonasi lebih fleksibel
nyatanya tidak dapat diaplikasikan dengan baik di
Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang dengan
jumlah sekolah menengah atas dan sederajat
berstatus sekolah negeri yang tidak merata lah yang
membuat skema Merdeka Belajar tidak dapat
diterapkan dengan baik. Terlebih, beberapa wilayah
di Kabupaten Rembang juga tidak memiliki sekolah
menengah atas dan sederajat yang berstatus negeri
sama sekali membuat sistem zonasi sangat sulit
untuk diaplikasikan. Sistem zonasi dengan
keterbatasan, hanya siswa yang berjarak dekat dari
sekolah saja yang diterima juga akan mempersulit
para calon siswa dari wilayah yang relatif jauh dari
sekolah, terlebih pada calon siswa yang bertempat
tinggal di wilayah yang tidak mempunyai sekolah
menengah atas dan sederajat berstatus sekolah
negeri.
Jawaban yang dibutuhkan untuk mengatasi
persoalan bagaimana pendidikan tetap dapat
dilaksanakan secara merata di Kabupaten Rembang
haruslah jawaban yang tidak merugikan ataupun
tidak mempersulit pihak manapun. Jawaban dari
permasalahan pendidikan yang belum merata di
Kabupaten Rembang juga harus bisa direalisasikan
dalam jangka waktu singkat dan juga dalam jangka
waktu yang lama. Oleh karena itu, jawaban dari
persoalan pemerataan pendidikan di Kabupaten
Rembang harus realistis sesuai dengan keadaan yang
terjadi. Pemecahan permasalahan pemerataan
pendidikan di Kabupaten Rembang dapat dilakukan
dengan memperbanyak jumlah sekolah negeri yang
terdapat di wilayah Kabupaten Rembang, khususnya
di wilayah-wilayah yang tidak mempunyai sekolah
menengah atas dan sederajat berstatus sekolah
negeri. Perbanyakan sekolah menengah atas dan
sederajat berstatus negeri dapat dilakukan dengan
28
August 21, 2022
membangun infrastruktur sekolah baru maupun
mengakuisisi sekolah-sekolah swasta agar berubah
status menjadi sekolah negeri.
Skema Merdeka Belajar pada awalnya
diharapkan membawa bangsa Indonesia menuju
pemerataan pendidikan yang lebih baik lagi
kedepannya serta mempersiapkan sumber daya
manusia yang tangguh dan inovatif dalam
menghadapi perkembangan zaman. Tidak bisa
dipungkiri bahwa skema yang dibuat oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi ini memiliki berbagai macam keunggulan.
Akan tetapi, dengan keunggulan yang dimilikinya
skema ini masih mempunyai kelemahan (Astini,
2022). Kita bisa mengambil contoh seperti banyak
wilayah di Kabupaten Rembang yang belum
mempunyai sekolah menengah atas dan sederajat
yang berstatus sebagai sekolah negeri, sehingga akan
dapat menimbulkan masalah apabila di wilayah
tersebut menerapkan skema Merdeka Belajar,
khususnya dalam pengaplikasian Penerimaan
Peserta Didik Baru.
Dari keseluruhan pembahasan dapat
dikatakan bahwa strategi pemerataan pendidikan
dengan skema Merdeka Belajar masih memiliki
kelemahan tersendiri dalam pengaplikasiaannya,
utamanya pada wilayah di Kabupaten Rembang yang
tidak memiliki atau kekurangan sekolah negeri
(Astini, 2022). Skema baru yang digunakan
hendaknya bisa memberikan pendidikan yang lebih
merata, khususnya di wilayah yang tidak memiliki
sekolah negeri. Skema ini bisa dengan
memperbanyak jumlah sekolah menengah atas dan
sederajat yang memiliki status sebagai sekolah
negeri. Perbanyakan jumlah sekolah negeri bisa
dilakukan dengan membangun sekolah-sekolah baru
dan mengakuisisi sekolah-sekolah swasta menjadi
sekolah negeri. Selama ini, jumlah sekolah negeri
yang berada di wilayah perkotaan Rembang lebih
banyak daripada di wilayah pedesaan, sehingga
dengan memperbanyak jumlah sekolah negeri tentu
saja akan dapat meratakan pendidikan di Kabupaten
Rembang.
29
August 21, 2022
MARNING : Murodan Kitab Kuning Sebagai Upaya Pengoptimalan
Spiritual Quotient (SQ) Generasi Millenial di Era Industri 4.0
Spiritual Pemuda di Era Globalisasi
emasuki era industri 4.0, dunia kini
digegerkan dengan sederet penemuan
dan terobosan baru di bidang ilmu
pengetahuan. Inovasi-inovasi baru dari kalangan
muda banyak bermunculan, baik berupa penemuan
teori ataupun sudah masuk ke jenjang praktik bahkan
beberapa diantaranya telah diakui kehebatannya.
Perkembangan globalisasi menuntut setiap individu
termasuk para pemuda generasi millenial untuk
saling berlomba-lomba dalam rangka memperbaiki
taraf hidup dan mencapai kemajuan yang kini
berdampak besar pada hadirnya revolusi kehidupan,
baik dari segi mental, ilmu pengetahuan hingga dunia
perpolitikan. Tidak salah jika pemuda disebut
sebagai agent of change (ujung tombak perubahan) .
Uraian diatas memberi gambaran bahwa
globalisasi memberi kesempatan lebih pada pemuda
untuk menanam dan memanen prestasi secara besar-
besaran, namun dibalik kelebihan zaman yang serba
berkemajuan ini, juga meninggalkan dampak negatif
kepada pemuda.
Masyarakat pada era globalisasi cenderung
mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi baik
secara disadari atau tidak, hal inilah yang kiranya
menjadi penyebab krisisnya pengetahuan keagamaan
di zaman sekarang. Dampak adanya masalah ini
sudah jelas dan signifikan, masalah ini jelasnya
bukan menjadi masalah kecil yang bisa diatasi secara
singkat. Pembentukan karakter harus dimulai sejak
dini dan salah satu bahan ajaran yang digunakan
adalah keagamaan Jika keluarga dan masyarakat tak
acuh pada masalah tersebut, maka anak-anak yang
hidup di era globalisasi akan cenderung berkembang
tanpa batas dan tidak mampu membedakan kebaikan
dan keburukan, mengingat bahwa sistim globalisasi
menuntut manusia untuk melihat segi manfaat dan
kegunaan tanpa diiimbangi dengan baik buruknya.
Salah satu wujud nyata dari minimnya
pendidikan SQ adalah timbulnya politik kotor
diberbagai intansi, pergaulan bebas dikalangan
remaja, hingga tingginya angka bunuh diri karena
tingkat penderita depresi semakin meningkat.
Disinilah peran SQ sangat dibutuhkan, karena untuk
M
Faradila Inayatul Azizah
30
August 21, 2022
mencapai taraf hidup yang ideal manusia harus
mempunyai bekal yang baik, baik di bidang
inteletual, emosional maupun spiritual.
Kitab dan Pengajarannya
Kitab klasik atau dalam kehidupan sehai-hari
disebut sebagai kitab kuning adalah salah satu aset
keilmuan yang dimiliki bangsa Indonesia, hal ini
dikarenakan banyak dari Ulama’ Indonesia yang
turut menuangkan karya pemikiran dalam sebuah
kitab, sebut saja kitab Adabut Ta’lim karangan Kyai
Hasyim Asy`ari yang dijadikan bahan kajian di
Timur Tengah dan Tafzir Al-Azhar karangan Buya
Hamka yang banyak digandrungi intansi pendidikan
Islam Asia Tenggara. Kitab dipilih sebagai media
untuk menuangkan pikiran jelas bukan tanpa alasan,
selain karena latar belakang para pengarang yang
mengeyam pendidikan di Timur Tengah, kitab juga
dihadirkan sebagai media dakwah bil-qolam yang
banyak dijadikan jalan pilihan untuk menyebarkan
islam oleh para cendekiawan dan ulama` terdahulu.
Secara deskripsi, kitab kuning mempunyai ciri
khas dalam penyajiannya. Pertama dalam setiap
masalah yang ditampilkan selalu diawali dengan
definisi-definisi yang tajam dan juga memberi
pembatas yang jelas untuk menghindari kesalah
pahaman. Kedua, setiap bahasan akan disertai
dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan uraian
atau masalah yang ditampilkan. Ketiga, sumber-
sumber yang dijadikan rujukan penulis dalam
beragumentasi ditunjukan dengan jelas (Abdul Aziz
Dahlan, 1996). Berdasarkan data tersebut, dapat kita
ambil kesimpulan bahwa selain menyajikan
keilmuan yang syarat akan nilai religi, kitab juga
disusun dengan sistimetika penulisan yang
intelektual.
Kalangan masyarakat umum, banyak yang
memahami peran kitab hanya sebagai media
pengajian atau buku-buku yang berisi tentang
penjelasan agama seperti tauhid, nahwu dan lain
sebagainya. Jauh dari pada itu, banyak dari kitab para
ulama` kita yang didalamnya membahas kajian
keilmuan umum, sebut saja Al-Qannun Fi-Al Tibb
karya Ibnu Sina yang menjadi rujukan medis di
belahan dunia barat. Kitab adalah media praktis
untuk membahas ilmu baik dari segi ilmiah maupun
keagamaan. Anak-anak yang menggunakan kitab
sebagai bahan belajarnya akan mendapatkan
keilmuan yang lebih kompleks dari segi Inteligence
Quetient (IQ) maupun Spiritual Quetient (SQ).
Beberapa pondok pesantren di Indonesia
cenderung masih mempertahakan kajian kitab klasik
untuk dipelajari santrinya dari dasar, hal ini jelas
mempunyai dampak yang sangat besar. Santri atau
siswa yang mengonsumsi kajian kitab disamping
juga mengonsumsi keilmuan umum cenderung
memiliki pandangan yang luas dan beraneka
dibanding dengan siswa yang mempelajari keilmuan
umum saja. Generasi-generasi pesantren ini atau
beberapa kalangan menyebut sebagai generasi kitab
diharapkan mampu memberi warna baru dari
kehidupan globalisasi yang hingar binar dengan
berbekal keilmuan yang telah diajarkan di pesantren.
Muradan sebagai Peningkat SQ
Muradan adalah suatu istilah yang digunakan
oleh santri jawa untuk menamai kegiatan menulis
dan merangkum penjelasan kitab yang telah
31
August 21, 2022
diajarkan oleh gurunya Beberapa pesantren di
Indonesia mewajibkan santrinya untuk mempunyai
rangkuman dari kitab yang telah di ajarkan,
contohnya adalah Pondok Pesantren Sarang,
Rembang. Sama halnya dengan menulis pada
umumnya murodan juga mempunyai mempunyai
manfaat yang banyak terutama pada kecerdasan otak.
Kecerdasan disini meliputi tiga hal, yaitu IQ, SQ dan
EQ (Emotional Quetient). Menurut Dr James W
Pannebaker seorang ahli jiwa di Amerika, menulis
adalah media yang baik untuk menuangkan perasaan
dan emosi, sehingga banyak terapi kesehatan psikis
dengan menggunakan media menulis. Jika
pendidikan emosi bisa didapat dengan menulis, maka
yang menjadi tugas kita adalah menjadikan media
menulis sebagai pemenuh pendidikan sekaligus
peningkat kecerdasan intelektual dan spiritual.
Berdasar dari data yang telah dipaparkan
bahwasaanya kitab adalah media praktis
pembelajaran keilmuan ilmiah yang syarat akan nilai
agama maka dengan menulis kembali keterangan
yang ada pada kitab adalah kegiatan yang cocok
untuk memenuhi kebutuhan individu akan nilai
agama. Selain itu, sistim kegiatan murodan juga
mempunyai banyak keunggulan, diantaranya :
a. Santri atau siswa dituntut untuk kritis, hal ini
dikarenakan pada kegiatan menulis ulang
keterangan kitab (murodan) santri
diharuskan mendengar aktif dan berfikir
secara fokus sehingga meminimalisir adanya
kesalah pahaman anatara guru dan murid.
b. Sistim murodan adalah kegiatan menulis
yang berujung pada diskusi kelompok,
sehingga kegiatan menulis ini juga
diekspresikan dalam bentuk kata. Hal ini
dirasa mampu untuk membantu memperkuat
mental.
c. Kegiatan murodan yang berlatar dari
kegiatan menulis, mempunyai keunggulan
yang lebih dari kegiatan membaca. Dalam
kegiatan memabaca, indra yang terlibat
adalah pendengaran sedang dalam kegiatan
menulis, indra yang terlibat adalah
pendengaran dan penglihatan serta
konsentrasi yang lebih tinggi dibanding
menulis, karena santri harus mencocokan apa
yang diucapkan oleh guru dengan yang
mereka tulis sehingga daya ingat yang
didapat dari kegiatan menulis akan lebih lama
bertahan dari pada membaca.
d. Murodan adalah kegiatan yang dirasa mampu
melestarikan makna kitab kuning secara
orisinil, seiring dengan kurang minatnya
lembaga pendidikan Islam untuk
mencantumkan kitab kuning sebagai
pendidikan dasarnya.
Keprihatinan muncul ketika bacaan-bacaan era
globalisasi hanya memenuhi kebutuhan intelektual
saja tanpa dibarengi dengan spiritual. Secara
mendalam kecerdasan SQ adalah kecerdasan yang
paling utama dibanding kecerdasan lain, jika
kecerdasan IQ hanya menjadikan seorang pintar dan
kecerdasan EQ hanya mengatur kondisi emosional
maka kecerdasan SQ mengatur bagaimana manusia
bertindak, berfikir dan mengatur emosi. Manusia
yang memiliki pemahaman agama baik akan
32
August 21, 2022
cenderung melibatkan Tuhan dalam setiap tindakan,
hal ini akan menjadi pengontrol karena seolah-olah
mata Tuhan ada dimana-mana. Seperti yang
dijelaskan di awal bahwasannya kurangnya
kecerdasan SQ akan menjadikan manusia tidak
mampu membedakan baik dan buruk, maka
sebaliknya pemahaman spiritual yang baik akan
menjadikan manusia sebagai manusia yang bijaksana
dalam bertindak. Peran SQ yang optimal akan
membantu individu yang dalam kajian ini difokuskan
pada generasi millenial menjadi generasi yang
matang dalam menghadapi globalisasi, diharapkan
dengan hadirnya generasi yang sadar SQ akan
menjadi sebab terciptanya sistim yang lebih baik
Murodan kitab secara tidak disadari sudah
menjadi media pendidikan SQ yang telah ditawarkan
oleh pesantren dan lestari hingga masa kini, sehingga
sudah seharusnya pesantren harus mendapat
perhatian lebih sebagai penyedia pendidikan agama
yang efektif (effective school), selain sebagai
penyedia pendidikan formal yang terstruktur bagi
generasi millenial.
33
August 21, 2022
Realita Literasi di Rembang, Bagaimana Mau Berkembang?
Rembang mungkin sudah 281 tahun berdiri.
Namun, banyak sisi kehidupan masyarakat
Rembang yang belum benar-benar mencapai
kemerdekaan berarti hingga kini. Salah satunya di
bidang literasi. Dari sisi kemauan membaca,
kondisi kita jauh dari impian berdikari.
ung Hatta pernah berkata “Aku rela
dipenjara asalkan bersama buku, karena
dengan buku aku bebas.” Pernyataan
tersebut merupakan sebuah ungkapan sarat makna
yang melintasi berdasawarsa lekang lamanya.
Kalimat tersebut juga menjadi simbol betapa
pentingnya literasi dalam pusaran pergerakan
kemerdekaan bangsa Indonesia saat itu.
Tidak ketinggalan pula, Tan Malaka dalam
karyanya berjudul Madilog juga berujar “Selama
toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk
Kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian
dan makanan dikurangi.” Berada dalam kondisi saat
dimana gerakan literasi dikekang, justru membuat
semangat mencari pengetahuan begitu menggema
dari para pemuda pada masanya. Pada akhirnya,
semangat itu terbayar dengan abadinya gagasan-
gagasan sang pahlawan yang dapat dibaca oleh
semua kalangan.
Tak hanya sejarah bangsa kita yang maju
terbantu oleh riuhnya gerakan literasi para
pejuangnya, sejarah dunia turut membuktikan
dampaknya. Jika kita mundur jauh ke belakang, di
saat peradaban termaju di dunia masih terletak di
Mesopotamia tepatnya di tepi sungai Nil. Saat itu
kekuasaan Fir’aun pada kerjaan Mesir Kuno adalah
kejayaan terhebat yang terukir abadi dalam sejarah.
Menariknya, kekuasan sebesar itu tidak dibangun
semata-mata hanya oleh kekuatan militer. Pada saat
berkuasa itu, pemerintahan Fir’aun memiliki
perpustakaan pribadi dengan koleksi hingga
mencapai 20.000 buku.
Kita tentu sangat tahu betul bapak
proklamator Indonesia. Bung Karno tentu tidak
terlahir tiba-tiba dengan segudang pengetahuan luas
akan kebangsaan. Berkat gurunya, HOS
Tjokroaminoto-lah yang membawa Soekarno
menyelami dunia ilmu dari buku-buku yang
dikenalkan. Alhasil sang orator terbentuk menjadi
sosok pemimpin dengan kemampuan berpidato yang
B
Anggi Renaldy Pratama
34
August 21, 2022
berapi-api. Hal itu jelas mustahil tanpa hadirnya
buku dan kegemaran Bung Karno akan membaca dan
menulis.
Semua cerita masa lalu tersebut adalah
sejarah yang telah lewat, lalu bagaimana kondisi
masyarakat Indonesia kini mengenai kepedulian
literasinya?
Mengenal Makna Literasi
Sebelum menelisik lebih dalam mengenai
kondisi tingkat literasi bangsa Indonesia, mari kita
terlebih dahulu memahami mengenai makna dari
kata literasi. Pada dasarnya, literasi bukanlah suatu
istilah baru bagi kehidupan kita. Hanya saja bagi
sebagian orang, kata tersebut adalah kata-kata yang
asing dan belum banyak yang tahu mengenai arti
sebenarnya. Hal itu bukan suatu hal yang
mengherankan mengingat literasi memiliki makna
yang komplek dan dinamis, sementara masih banyak
ahli yang terus mendefinisikannya dengan berbagai
cara serta sudut pandang.
Istilah literasi pertama kali muncul dalam
peradaban Yunani kuno dimana cikal-bakalnya
berasal dari bahasa latin Literatus yang berarti orang
yang belajar. Kemudian istilah itu berkembang dari
subjek menjadi sebuah kata benda yang
mendefinisikan sebuah kemampuan. Merujuk pada
pengertian UNESCO yang menjelaskan bahwa
literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata,
khususnya keterampilan koginitif dalam membaca
dan menulis yang terlepas dari konteks dimana
keterampilan itu diperoleh. Lebih lanjut menurut
UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi
ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang
akademik, konteks nasional, institutsi, nilai-nilai
budaya serta pengalaman.
Dari definisi-definisi tersebut, kita kemudian
paham bahwa yang namanya literasi tidak dapat
dilepaskan dari aspek bahasa. Kita bisa disebut
sebagai orang yang memiliki kemampuan literasi
yang baik seiring ketika kita sudah mendapatkan
kemampuan dasar dalam berbahasa yang baik pula.
Kemampuan itu terdiri dari kemampuan menyimak,
berbicara, membaca serta menulis. Berangkat dari
definisi tersebut dapat menjadi pondasi kesepahaman
dari pengembangan makna literasi pada level
selanjutnya.
Dewasa ini, istilah literasi sudah mulai
digunakan dalam skala yang lebih luas dalam
berbagai aspek kehidupan. Pada zaman teknologi ini,
kita tentu sering mendengar mengenai istilah literasi
digital yang mana merujuk pada kemampuan
memahami dan mengevaluasi referensi pada media
digital. Pun ketika marak kasus penipuan terkait
investasi dan pinjaman online, kita mengenal istilah
literasi finansial yang mana merupakan kemampuan
di dalam membuat penilaian terjadap informasi serta
membuat keputusan efektif pada penggunaan dan
pengelolaan di bidang keuangan. Dan masih banyak
kategori literasi lain seperti halnya literasi kesehatan,
literasi teknologi, literasi statistik, dan lain
sebagainya. Pada intinya, hal yang paling penting
dari makna literasi adalah bebas dari buta aksara agar
dapat memahami semua konsep di berbagai bidang
ilmu secara fungsional.
Kondisi Literasi di Indonesia
35
August 21, 2022
Sudah menjadi sebuah hal yang umum bahwa
persoalan literasi masih menjadi permasalahan akut
bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Program for International Student
Assesment (PISA) yang dirilis pada 2019, Indonesia
bahkan menempati peringkat 62 dari 70 negara, atau
merupakan 10 negara terbawah yang memiliki
tingkat literasi rendah. Tren ini pun tidak mengalami
peningkatan selama satu dasawarsa terakhir.
Publikasi PISA ini tidak hanya menyoal
tentang peringkat membaca, namun juga pengukuran
lain dalam aspek matematika dan sains. Matematika
mencakup identifikasi dan memahami serta
menggunakan dasar-dasar matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
sains meliputi aspek penggunaan pengetahuan,
identifikasi masalah dan membuat keputusan tentang
ilmu alam serta fenomena yang ada di sekitar.
Hasilnya? Justru lebih parah dari peringkat literasi
membaca. Pada kedua aspek ini, Indonesia bahkan
mendapatkan predikat juara 2 terbawah.
Rendahnya literasi Indonesia ini dapat
dikaitkan dengan angka buta huruf yang masih tinggi
di negara kita. Meskipun berada pada era teknologi
dan informasi yang masif seperti sekarang tetap tidak
dapat menyingkirkan fakta bahwa jutaan penduduk
Indonesia masih banyak yang berstatus buta huruf.
Data terbaru bahkan menunjukan hampir 3 juta
penduduk Indonesia saat ini mengalami buta aksara.
Data tersebut tentu saja cukup
memprihatinkan. Literasi tampaknya belum
sepenuhnya dianggap sebagai suatu budaya bangsa
yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena ini juga dapat kita liat dalam linkungan
sekitar, dimana masyarakat lebih cenderung
melakukan aktivas lain seperti bermain online game
dan juga menonton youtube dibandingkan membaca
buku-buku yang berguna bagi ilmu pengetahuan dan
kehidupan.
Kondisi Literasi di Rembang
Menyambut usia ke-281, kita sebagai warga
Rembang tentu memiliki berbagai macam resolusi
harapan akan terciptanya kabupaten yang maju dan
makmur. Upaya-upaya ini juga direspon baik
pemerintah daerah dengan program-program yang
telah dijalankan di berbagai lini kedinasan dan unit
kerja yang ada. Aspirasi dan juga kritik-saran dari
masyarakat berusaha untuk ditampung dan diolah
agar dapat membenahi permasalahan akar rumput
yang muncul.
Namun tak bisa dipungkiri, usia yang begitu
dewasa hingga hampir mencapai 3 abad ini, tetap
tidak bisa mengentaskan permasalahan yang dasar di
bidang pendidikan. Apa buktinya? Kita memang
tidak bisa mengesampingkan usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah, namun data
bahwa angka kemiskinan kita masih tinggi, dan
tingkat ekonomi masyarakat tidak kunjung naik ke
level yang dapat dibanggakan menunjukkan bahwa
kondisi Rembang masih belum baik-baik saja. Fakta
sosial itu jika dapat ditarik lagi akar
permasalahannya maka akan berujung pada
problema tingkat pendidikan yang masih rendah.
Kita dapat merujuk gambaran permasalahan
pendidikan ini pada data-data yang dirilis oleh Badan
36
August 21, 2022
Pusat Statistik Kabupaten Rembang pada laman
resminya. Dimulai dari angka partisipasi pendidikan
pra-sekolah, dimana lebih dari 50 persen kelompok
anak usia 0-6 tahun di Rembang tidak atau belum
pernah merasakan pendidikan sekolah dini. Berlanjut
ke angka partisipasi sekolah yang menunjukkan data
seperti bentuk piramida. Dimana semakin tinggi
tingkat pendidikannya, semakin berkurang angka
partisipasi pendidikan dari para anak muda di
Rembang. Terakhir, pada 2020 hanya sebesar 56%
kelompok masyarakat berusia sekolah menengah
atas yang melanjutkan jenjang pendidikannya ke
tingkat SMA sederajat. Hal ini semakin miris ketika
melihat angka partisipasi pendidikan tinggi, dimana
hanya 5% dari lulusan kelompok usia sekolah
menengah atas yang melanjutkan ke pendidikan
tinggi. Jika dilihat data secara kumulatif, praktis
lebih dari sepertiga masyarakat Rembang yang tidak
mengenyam pendidikan hingga tuntas secara formal
pada setiap jenjang.
Tentu data yang kita lihat adalah sebuah
masalah yang luar biasa bagi masa depan Kabupaten
Rembang. Hal ini relevan merujuk pada pernyataan
mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia yaitu Prof Dr Daoed Joesoef yang
mengatakan bahwa "Pendidikan merupakan kunci
kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang
maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat,"
Memang realita memaksa banyak pemuda kita untuk
keluar dari gelanggang pendidikan sekolah formal
dikarenakan tuntutan sosial-ekonomi keluarga yang
lebih urgent untuk dituntaskan. Namun, ketahuilah
keluar dari sekolah tidak akan pernah memutus rantai
kemiskinan yang ada di masyarakat. Justru dengan
mengenyam pendidikan hingga tuntas yang
merupakan jalan terhormat dalam meningkatkan
hajat hidup masyarakat di masa depan.
Sejalan dengan tingkat pendidikan yang
rendah menyebabkan rendahnya kualitas lulusan
pada tingkat pendidikan primer, sekunder, maupun
pendidikan tinggi. Hal ini merupakan faktor utama
rendahnya tingkat literasi di Rembang. Walaupun
belum pernah ada data valid ataupun publikasi resmi
tentang literasi warga Kabupaten Rembang,
misalnya jumlah terbitan selama setahun yang bisa
jadi salah satu indikator keliterasian, namun secara
kasat mata kita dapat menarik benang merah yaitu
kondisi literasi di Rembang sedang tidak baik-baik
saja. Hal ini pun diperkuat baru-baru ini saat paparan
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Arpus)
Kabupaten Rembang, Akhsanuddin, pada kegiatan
workshop literasi digital pendidikan Jawa Tengah
yang berlangsung tanggal 14 Juli 2022. Kadin Arpus
Rembang pun menyampaikan bahwa secara umum
literasi perpustakaan di Rembang masih sangat
rendah sehingga perlu dorongan dari berbagai pihak
untuk membantu pengentasan masalah literasi
tersebut.
Permasalahan Literasi di Rembang
Rendahnya literasi tentu merupakan masalah
mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi
kemajuan suatu daerah. Literasi rendah akan
berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas
masyarakat. Hal ini berujung pada rendahnya
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan
yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita.
37
August 21, 2022
Rendahnya tingkat literasi ini juga secara signifikan
menyebabkan meningkatkannya angka kemiskinan,
pengangguran dan kesenjangan.
Berdasarkan laporan yang berjudul The
Social and Economic Impact of Illiteracy yang dirilis
oleh UNESCO pada tahun 2020, tingkat literasi
rendah mengakibatkan kehilangan atau pendurunan
produktivitas, tingginya biaya kesehatan, kehilangan
proses pendidikan baik pada tingkat individu
maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak
advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan
politik. Lebih jauh lagi tingkat literasi yang rendah
menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi
yang menyebabkan meningkatnya kriminalitas di
masyarakat.
Salah satu masalah literasi di Rembang dapat
kita lihat pada fenomena yang sempat ramai
diperbicangkan pada akhir tahun 2021 kemarin,
dimana tersebarnya poster hoaks kegiatan perayaan
akhir tahun di Rembang di tengah wabah corona
yang sedang tinggi-tingginya. Hal ini jelas
menyebabkan kehebohan di tengah masyarakat.
Walaupun telah diklarifikasi secara resmi tentang
kepalsuan berita yang ada oleh kepala
Dinperingagkop Rembang, tetap saja tidak menutup
ramainya pembahasan oleh para masyarakat di luar
sana. Hal ini tentu saja menunjukan bahwa hoaks
yang mudah dipercaya oleh masyarakat disebabkan
karena budaya literasi dan membaca yang rendah.
Sebagai individu, penulis pun mengakui
bahwa gerakan literasi di lingkungan masyarakat di
Rembang selama ini lesu sehingga tidak banyak
orang yang kritis dikarenakan tidak ada kegemaran
membaca sejak dini. Jika kita melihat perpustakaan
umum di Rembang, jarang ada siswa sekolah
ataupun masyarakat umum yang mampir, apalagi
kerasan untuk berlama-lama di sana. Sepinya minat
baca juga otomatis berdampak timbal balik pada
peningkatan fasilitas literasi yang stagnan dan
cenderung tidak terpelihara dengan baik di
perpustakaan di Rembang.
Kondisi ini adalah permasalahan sistemik
yang memiliki jaring-jaring permasalahan yang
komplek. Bangku-bangku sekolah pun tidak banyak
didorong untuk menumbuhkan minat baca kepada
para murid-muridnya. Setidaknya semenjak penulis
lulus SMA dari 2015, hingga kini belum terlihat
adanya perubahan minat baca ke arah yang lebih baik
di Rembang. Akibat literasi yang rendah ini,
masyarakat jadi gampang terpecah belah untuk
membedakan antara hoaks dan fakta dikarenakan
tradisi membaca yang luntur.
Tanpa melakukan upaya perbaikan yang
masif terhadap tingkat literasi di masyarakat akan
sangat sulit bagi Rembang untuk dapat
menyelesaikan permasalahan sosial yang ada dan
juga meningkatkan kemajuan daerah. Jika kondisi
yang ada terus menerus berjalan seperti ini,
bagaimana mau berharap daerah kita berkembang?
Oleh karena itu perlu ada upaya-upaya khusus dari
pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi di
masyarakat.
Usulan Gagasan Pengentasan Masalah Literasi
Di Rembang
38
August 21, 2022
Adapun beberapa upaya yang penulis usulkan untuk
meningkatkan tingkat literasi di masyarakat
Rembang antara lain:
1. Mempermudah Akses Mendapatkan Buku
Salah satu penyebab rendahanya minat baca
anak adalah kesulitan akses dalam
mendapatkan buku. Semangat baca yang
tinggi pun menjadi tidak berarti tanpa adanya
buku yang bisa dibaca. Kita dapat
membayangkan, luasnya daerah teritorial
Kabupaten Rembang ini hanya ditunjang
oleh satu perpustakaan umum yang berlokasi
di ujung wilayah Rembang. Ditambah lagi
kecamatan-kecamatan lain di Rembang tidak
mempunyai fasilitas memadai dalam
menyuguhkan aksesibilitas informasi kepada
para masyrakatnya. Menindaklanjuti
permasalahan ini, salah satu program yang
dapat digagas oleh pemerintah daerah adalah
dengan memperbanyak duplikasi pusat-pusat
literasi atau dapat disebut kampung literasi.
Hal ini tentu akan memudahkan masyarakat
di berbagai pelosok Rembang dalam
mendapatkan fasilitas bahan bacaan untuk
meningkatkan tingkat literasi mereka.
2. Meningkatkan Mutu Bacaan
Berdasarkan data Ikatan Penerbit Indonesia
(Ikapi), terdapat kurang lebih 30.000 judul
buku yang telah diterbitkan setiap tahunnya.
Namun, faktanya rata-rata masyarakat kita
hanya membeli 2 buku per tahun. Bayangkan
betapa sedikitnya jumlah tersebut. Hal ini
disebabkan salah satunya oleh kebingungan
masyarakat dalam memilih bahan bacaan
yang berkualitas. Untuk itu, perlu adanya
peningkatan dari segi mutu bacaan,
kuhususnya bagi para generasi muda. Para
pegiat perbukuan harus melakukan riset tema
dan konten yang diperlukan dalam
menyajikan bahan bacaan yang menarik
perhatian pembaca. Di sisi lain, pemerintah
dapat membantu dengan mengadakan
kegiatan pelatihan menulis supaya
mendorong terciptanya karya-karya
masterpiece bagi para penulis.
3. Memperbanyak Program Literasi
Kesenjangan tingkat literasi di Rembang
dengan kota-kota lain ditimbulkan akibat
minimnya program literasi yang
diperuntukkan bagi masyarakat umum. Kita
tentu pernah mendengar acara-acara literasi
keren yang bertebaran di kota lain seperti
Makassar International Writer Festival
(MIWF), Ubud Writer Festibal (UWRF),
Jakarta International Literary Festival (JILF),
dan masih banyak yang lainnya. Festival
literasi tersebut diadakan setiap tahun sebagai
bentuk apresiasi terhadap para pegiat literasi
dan juga untuk meningkatn budaya literasi di
masyarakat sekitar. Di samping itu, program
literasi tersebut dikemas dengan sangat baik
bahkan mendatangkan para penulis dari
mancanegara. Sejauh ini belum banyak
program literasi di Rembang yang megah dan
menarik perhatian masyarakat. Program yang
diadakan sebatas program rutinitas pameran
buku tiap tahun yang lebih tepat disebut
bazar buku murah. Oleh karena itu,
39
August 21, 2022
pemerintah dan seluruh elemen komunitas di
Rembang dapat saling bekerjasama
merumuskan acara yang menarik dalam
meningkatkan minat literasi masyarakat di
Rembang.
4. Membangun Infrastruktur Perbukuan
Indonesia memiliki banyak penerbit,
terhitung jumlah penerbit meningkat dari
tahun ke tahun hingga mencapai 1.328
penerbit di tahun 2015. Hal ini berarti
produksi buku masih terus berjalan dengan
baik. Namun, sejauh usia penulis, Rembang
tidak memiliki toko buku yang layak dalam
memenuhi dahaga literasi masyarakat.
Hingga kini, masyarakat harus dipaksa
melanglang buana hingga beberapa
kabupaten jauhnya untuk dapat membeli
buku. Hal ini menjadi sangat krusial, jika
keberadaan infrastuktur perbukuan tidak ada,
bagaimana mengharapkan literasi
masyarakat dapat meningkat. Oleh karena
itu, pemerintah dapat bekerjasama dengan
pihak swasta untuk dapat membangun
fasilitas-fasilitas toko buku di Rembang.
Dimana ada gula maka semut-semut pasti
akan mendatangi. Maka, jika sudah
terbangun infrastruktur perbukuan ini
diharapkan masyarakat akan semakin
semangat dalam meningkatkan kemampuan
literasi yang ada.
Saran-saran diatas memang lebih
menekankan kepada peran pemerintah dalam
meningkatkan literasi. Namun jika kita bicara
bagaimana agar Rembang dapat berkembang? Maka
kunci penting dari gagasan ini ada pada diri kita
masing-masing. Mari kita mulai mewujudkan mimpi
mulia ini dari diri kita sendiri. Mari kita menjadikan
membaca sebagai gaya hidup dalam upaya
meningkatan kapasitas dan nilai literasi kita.
Sehingga, jika kedua aspek ini saling bertemu –
upaya pemerintah melengkapi infrastruktur literasi
dan semangat membaca yang tinggi dari
masyarakatnya- maka literasi Rembang yang
berkembang adalah sebuah keniscayaan yang tinggal
menunggu waktu untuk terwujud.
40
August 21, 2022
Literasi Substantif: Jihad Ekologi Kaum Santri
Problematika Ekologi
ekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Gutteres
memberikan kode merah bagi eksistensi
kehidupan umat manusia akibat meningkatnya emisi
karbon dioksida. Meningkatnya emisi karbon
dioksida membuat peningkatan suhu bumi sebesar
1,1 derajat celcius. Apabila manusia masih
melakukan aktifitas seperti biasa dan tidak
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, maka 20
tahun kedepan bencana akibat perubahan iklim tidak
akan bisa dikendalikan. Secara umum, problematika
ekologi digolongkan dalam beberapa hal sebagai
berikut.
Pertama, polusi atau pencemaran lingkungan
hidup. Baik polusi udara, air, maupun tanah.
Pencemaran lingkungan hidup disebabkan oleh
aktifitas sektor industri, pembuangan limbah, hingga
asap kendaraan bermotor. Kedua, perubahan iklim
dan pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas rumah kaca sehingga
menyebabkan mencairnya es di kutub dan membuat
meningkatnya permukaan air laut yang berimplikasi
pada pola iklim dan cuaca seperti salju yang
berlebihan dan banjir bandang. Ketiga, degradasi
sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan membuat
berkurangnya atau degradasi sumber daya alam
hingga menyebabkan krisis atau kelangkaan sumber
daya alam.
Keempat, kepunahan keanekaragaman
hayati. Kerusakan dan pencemaran lingkungan akan
menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
Hal ini akan mengakibatkan kepunahan
keanekaragaman hayati. Kelima, pembuangan
limbah. Aktifitas industri yang tidak dikelola
berdasarkan prinsip ramah lingkungan akan
mengakibatkan menumpuknya limbah yang akan
mengancam eksistensi mahluk hidup. Keenam,
deforestasi atau penggundulan hutan. Pembukaan
dan perluasan lahan baik untuk pemukiman dan
sektor industri akan menyebabkan penebangan hutan
secara masif hingga terjadi deforestasi atau
penggundulan hutan.
Gundulnya hutan sebagai paru-paru dunia
akan berimbas pada terjadinya bencana alam.
Ketujuh, penipisan lapisan ozon. Lapisan ozon
merupakan lapisan yang melindungi dan menutupi
planet bumi dari radiasi sinar matahari atau radiasi
sinar ultraviolet yang berbahaya. Penipisan lapisan
S
Pradikta Andi Alvat