Publicité

E-Paper Esai Kamaresa X Rembang FABs.pdf

17 Nov 2022
Publicité

Contenu connexe

Publicité

E-Paper Esai Kamaresa X Rembang FABs.pdf

  1. 1 August 21, 2022 Tantangan Kurikulum Merdeka Belajar Kurikulum Merdeka Belajar endidikan menjadi salah satu hal penting dan pokok bagi setiap individu, yang terbagi menjadi bener tahapan. Melalui pendidikan seseorang bisa mendapatkan pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Tahapan tersebut diantaranya prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Tahapan-tahapan itu terdiri dari sekolah formal dan non formal. Pendidikan formal biasanya berbentuk suatu lembaga atau sekolah, yang memiliki kurikulum sebagai acuan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang mengatur rancangan, cara, dan isi pembelajaran yang digunakan sebagai landasan dan pedoman dalam pembelajaran. Pembentukan kurikulum yang baik harus sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Pembentukan kurikulum juga harus sesuai keadaan dan kemampuan objek pendidikan, sebagai bentuk penyeimbang aspek akademik dan keterampilan siswa. Kesesuaian tersebutlah yang akan mempengaruhi kemajuan suatu pendidikan. Hal tersebut yang menuntut pemerintah untuk selalu memperbaiki kurikulum agar pendidikan semakin maju. Oleh karenanya, demi kemajuan pendidikan di Indonesia mentri pendidikan melakukan beberapa kali perubahan-perubahan kurikulum. Perubahan Kurikulum Perubahan-perubahan kurikulum penting untuk dilakukan agar mutu pendidikan semakin meningkat. Dilakukannya perubahan kurikulum, juga mampu menutupi semua kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Sebelum diterapkan ke seluruh daerah, kurikulum harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba tersebut dilakukan di beberapa sekolah yang siap untuk menerapkannya. Setelah uji coba kurikulum baru dianggap berhasil dan berdampak baik, barulah kurikulum diterapkan dengan sampel yang lebih luas secara random. Pada uji coba dengan sampel yang lebih luas itu, kurikulum benar-benar diperhatikan hingga menyerupai situasi di lapangan yang sebenarnya. Mampu ditemukannya kelemahan-kelemahan dari kurikulum tersebut untuk disempurnakan lebih baik lagi, seperti kesiapan tenaga pengajar, siswa, admisistrasi, dan keadaan sekitar sekolah. Setelah dianggap benar-benar mantap, penerapan kurikulum kemudian diwajibkan penerapannya di seluruh sekolah. Pelaksanaan kurikulum baru tersebut tentu disertai berbagai perubahan di berbagai aspek, seperti keterampilan guru, metode pembelajaran, dan sarana prasarana sekolah. Tahap terakhir dalam penerapan kurikulum baru yaitu pengawasan mutu agar penerapan kurikulum sesuai tujuan dan fungsinya. Perubahan kurikulum dituntut mampu mengikuti perkembangan zaman dari waktu ke waktu, mulai dari perkembangan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada perubahan kurikulum yang telah dilakukan di Indonesia. Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan kurikulum diantaranya, Rencana Pelajaran 1947, Rencana Pelajaran Terurai 1952, Rencana Pendidikan 1964, P Iin Nasiya Ulfiya
  2. 2 August 21, 2022 Kurikulum 1968, penyempurnaan Kurikulum 1968 pada tahun 1975, Kurikulum 1975 disempurnakan, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Kurikulum 2013, dan Kurikulum 2013 Revisi (Merdeka Belajar). Perubahan kurikulum terahir di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum merdeka belajar merupakan hasil revisi dari kurikulum 2013 yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek Nadiem Makarim atas gagasan yang dimiliki oleh Ki Hajar Dewantara. Gagasan yang dimiliki Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan ialah dorongan agar siswa mampu memberikan perubahan bagi lingkungannya, memberikan rasa percaya diri, karakter, dan keterampilan siswa. Gagasan-gagasan pendidikan tersebut kemudian dikembangkan oleh Nadiem Makarim untuk diterapkan di Indonesia saat ini yang disebut Merdeka Belajar. Pada Kurikulum Merdeka Belajar, pembelajaran di sekolah dikonsentrasikan pada pengembangan bakat dan minat siswa sebagai upaya pengembangan kompetensi yang dimilikinya. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan suatu pendekatan dimana siswa memiliki pilihan untuk mempelajari pelajaran yang diminati, sehingga mereka dapat mengembangkan kompetensi sesuai bakat dan minatnya. Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tiga konsep utama diantaranya, pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karekter siswa, fokus pada materi esensial sehingga waktu cukup untuk pembelajaran yang mandalam, fleksibelitas guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai. Kurikulum ini memiliki intrakulikuler yang beragam, melalui kurikulum ini juga guru dapat menginovasi dan memilih perangkat ajar dengan teknologi digital ataupun manual, sesuai kebutuhan dan minat siswa. Sehingga pembelajaran tidak terlalu kaku dan monoton. Di sisi lain, digunakannya kurikulum merdeka belajar sebagai kurikulum pendidikan di Indonesia ialah untuk mengatasi krisis pendidikan yang terjadi pada masa pendemi. Tantangan Penerapan Merdeka Belajar Beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2019 Nadiem Makarim mengajak semua guru untuk melakukan perubahan sistem pendidikan, dengan tujuan memperbaiki pendidikan Indonesia. Meskipun memiliki tujuan yang baik, program ini belum bisa diterapkan secara sempurna. Terdapat segudang tantangan yang harus dihadapi, baik oleh pemerintah, instansi, guru, maupun siswa itu sendiri. Tantangan tersebut diantaranya ialah, pertama siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa yang awalnya hanya mendengarkan dan menerima materi dari guru, kini dituntut untuk bisa aktif berperan dalam pembelajaran. Baik itu berdiskusi, bertanya, menjawab, maupun praktek. Hal tersebut menjadi kendala, terutama bagi siswa yang pendiam dan kecil hati, sebab mereka lebih cenderung kurang suka berinteraksi dengan temannya dan takut melakukan kesalahan. Sehingga tuntutan aktif dalam pembelajaran akan menjadi tantangan besar bagi mereka. Kedua, pengalaman penerapan program Merdeka Belajar yang dimiliki guru. Saat ini belum banyak guru yang mampu menerapkan program merdeka belajar dengan baik. Kendala inilah yang banyak terjadi di sekolah-sekolah, kebanyakan guru masih kesulitan merubah metode pembelajaran yang digunakan. Pada merdeka belajar guru dituntut untuk untuk kreatif dan inovatif, baik dalam penerapan dan penggunaan metode maupun media yang digunakan. Ketiga, minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah. Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas yang baik dan memadai. Banyak sekolah di desa-desa yang minim fasilitas, terutama di daerah terpencil. Hal itulah yang menjadi salah satu kesulitan penyampaian materi yang membutuhkan media seperti proyektor, karena tidak semua sekolah memiliki proyektor untuk pembelajaran. Selanjutnya, hal yang menjadi tantangan tersendiri dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ialah keterbatasan referensi. Sama halnya dengan sarana prasarana, hal yang mejadi kendala penerapan Merdeka Belajar yaitu minimnya referensi. Referensi yang sedikit juga akan menjadikan wawasan yang
  3. 3 August 21, 2022 dimiliki guru terbatas. Tentu hal itu berpengaruh pada keterampilan guru dalam penggunaan metode, media dan penyampaian materi yang digunakan. Pengetahuan guru yang sedikit menjadikan guru menerapkan metode dan media itu-itu saja, yang akan membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pembelajaran. Meskipun kendala dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar sangatlah banyak dan belum bisa diatasi sepenuhnya, setidaknya terdapat solusi alternatif yang mampu mengatasi berbagai kendala dan tantangan. Solusi tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan- pelatihan khusus kepada perwakilan guru dari setiap sekolah. Melalui pelatihan tersebut, guru akan memiliki banyak pengalaman yang mampu mengantarnya menjadi guru yang kreatif dan inovatif. Sebab, guru yang kreatif dan inovatif akan mampu memunculkan dan mengembangkan semangat siswa untuk belajar. Selain itu, guru yang kreatif dan inovatif juga akan mampu memanfaatkan benda yang ada di sekitarnya sebagai media dan alat pembelajaran. Sehingga keterbatasan yang ada tidak menjadi penghalang meraih sebuah keberhasilan.
  4. 4 August 21, 2022 Sosial-Budaya Rembang Bangkit, Aktif, dan Inovatif Menuju Cipta Destinasi Pariwisata embang Kota Cerdas (Smart City) merupakan gerakan yang sedang di perjuangkan Pemerintah Kabupaten dengan harapan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan percepatan pembangunan di daerah. Melalui Dinas Komunikasi dan Informasi (Dinkominfo), pemerintah menyelenggarakan bimbingan teknis (Bimtek) penyusunan Smart City dan Quick Win program unggulan yang bertajuk gerakan menuju Smart City berlangsung dua hari, 23 dan 24 juni 2022. Kota Rembang atau dikenal dengan Kota Garam, memiliki nilai sosial dan budaya yang masih melekat hingga saat ini. Pemerintah Kabupaten menerapkan berbagai nilai sosial, mulai dari bidang kesehatan sampai bidang keamanan. Kepedulian terhadap kesehatan, bisa dilihat dari penurunan kasus stunting di Rembang, serta pemberlakuan surat keterangan sehat untuk hewan kurban guna mencegah konsumsi daging hewan yang terinfeksi penyakit mulut dan kaki (PMK). Pada hari Selasa 31 Mei 2022, Rembang raih sertifikat bebas frambusia (penyakit kulit menular menahun yang kambuhan). Hal tersebut menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Rembang memberi perhatian penuh terhadap kesehatan masyarakat. Pemkab Rembang juga menyalurkan asuransi kepada warga yang tertimpa musibah. Misalnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang menyalurkan klaim asuransi kepada sejumlah nelayan yang meninggal dunia (27/6/2022). Program tersebut merupakan upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi nelayan. Akhir-akhir ini sering terjadi kecelakaan diberbagai ruas jalan hingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena beberapa jalan yang kurang layak. Mendengar keresahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Rembang mengeluarkan dana sebesar Rp. 86,7 miliar untuk memperbaiki infrastruktur jalan di 21 ruas demi keamanan dan kenyamanan pengendara. Selain mengenai sosial, Rembang juga tidak jauh dari tradisi budaya turun temurun. Misalnya, R Ilma Yuni Fatichia
  5. 5 August 21, 2022 tradisi jamasan bende becak di desa bonang, kecamatan lasem. Kemudian di bidang musik ada thong-thongklek. Tiga bulan lalu tepatnya tanggal 27 April 2022, diadakan festival thong-thongklek bernuansa tradisional sukses digelar di Taman Rekreasi Kartini. Perbaikan dan pengembangan terus dilakukan Pemerintah Kabupaten menuju Rembang yang gemilang. Salah satu yang dijadikan prioritas saat ini adalah sektor pariwisata. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintahan daerah. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan mengalami kebutuhan wisatawan (karyono, 1997:15). Pemerintah Kabupaten Rembang tidak diam saja dalam pengelolaan pariwisata di daerah Rembang. Berbagai dukungan diberikan kepada desa wisata. Salah satunya baru-baru ini Pemkab mengadakan Perencanaan Desa Statistik (Desa Cantik) pada tiga desa, yakni Desa Pandean, Punjulharjo, dan Pasarbanggi; yang semuanya dari Kecamatan Rembang. Program tersebut bertujuan membina, membangun, dan meningkatkan kompetensi aparatur desa agar memahami statistik di Kabupaten Rembang. Sebanyak 12 Desa Wisata baru telah dikukuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dipendapa Museum RA. Kartini, Kamis (16/06/2022). Penetapan 12 desa wisata baru tersebut yaitu: Desa Candimulyo, Dadapan, Ngulahan Kecamatan Sedan, Desa Sudhomdan Karangsari Kecamatan Sulang, Desa terjan Kecamatan Kragan, Desa Sendang Asri dan Gowak Kecamatan Lasem, Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, Desa Panohan Kecamatan Gunem, Desa Tireman Kecamatan Rembang, dan Desa Pamotan Kecamatan Pamotan. Sebelumnya ada 16 desa wisata, maka sekarang total ada 28 total desa wisata. Kota Rembang yang dekat dengan laut dan juga pegunungan membuat banyak pesona keindahan alam tersedia secara alami. Karena daerahnya yang luas dan tempatnya pun strategis, Rembang memiliki daya tarik wisata yang sangat lengkap; mulai dari wisata alam, sejarah peradaban, wisata religi, hingga wisata belanja dan kuliner ada disini. Ada berbagai banyak objek destinasi wisata pantai, diantaranya: 1. Pantai Karang Jahe Berlokasi di Jalan Rembang-Lasem, punjulharjo, Kecamatan Rembang; pantai ini sering disebut dengan sebutan “pantai kutanya” Kabupaten Rembang. Berbagai fasilitas ditawarkan, seperti wahana kereta pantai dan motor atv yang bisa disewa untuk menikmati pantai dengan berkeliling di pinggir pantai sembari memandang indahnya laut dan hijaunya pohon cemara. Tak hanya itu, disana juga ada berbagai kuliner yang bisa dicicipi dengan harga bervariasi. Untuk tiket masuk tidak perlu khawatir, hanya perlu membayar parkir Rp. 15.000,00 untuk mobil pribadi dan Rp. 10.000,00 untuk kendaraan roda dua.
  6. 6 August 21, 2022 2. Pantai Caruban Berlokasi di Desa Gedungmulyo, Kecamatan Lasem; pantai ini memiliki daya Tarik berupa pasir putih yang terlihat sangat indah dengan jajaran pohon cemara disertai ombak yang cukup tenang. Cocok bagi pengunjung yang ingin menenangkan pikiran dari sibuknya urusan dunia. 3. Dampo Awang Beach (Taman Rekreasi Pantai Kartini) Berada di Desa Tasik Agung, Kecamatan Lasem; pantai tersebut memiliki fasilitas yang tidak biasa, yaitu fasilitas kolam renang dan outbond. Secara keseluruhan, ada banyak aktivitas menarik yang bisa dilakukan di pantai ini. Dari mulai bersantai di pinggir pantai, berenang, berburu olahan kuliner, sampai dengan berkunjung ke pulau kecil di sebelah utara pantai. 4. Pantai Pasir Putih Wates Terletak di Desa Tasikharjo, Wates, Kaliori; dari namanya bisa ditebak pantai ini menawarkan daya tarik utama berupa pasir putih yang halus dan lembut. Ada juga spot foto yang disediakan oleh pihak pengelola pantai untuk para pengunjung yang ingin berburu foto disana. Untuk tiket masuknya jangan khawatir, hanya Rp. 5000,00 saja per orang. 5. Pantai Jatisari Berada di desa Jatisari, Kecamatan Sluke; di pantai tersebut tidak ditarik biaya apapun. Pantai ini dikenal memiliki panorama pemandangan yang indah. Bibir pantai disana terdapat beberapa sekumpulan batu kerikil karang yang cukup menarik untuk dijadikan spot foto estetik. 6. Pantai Balongan Berlokasi di desa Balong Mulyo, kecamatan Kragan; sepanjang pantai ada pohon camara berjajar dan tempat berteduh yang disediakan para penjual makanan. Ada kuliner favorit yang paling digemari pengunjung, yakni rujak petis. Harga kuliner disana sangat terjangkau, mulai dari lima ribu rupiah. Biaya masuknya hanya Rp. 5.000,00 untuk roda dua. 7. Jembatan Merah Hutan Mangrove Terletak di Desa Pasarbanggi, kecamatan Rembang; tempat ini sangat menarik dengan jembatan kayu yang membentang di tengah hutan mangrove yang begitu lebat. Ekosistem yang masih terjaga alami membuat pengunjung bisa melihat banyak tiram, ikan, kepiting, dan juga burung yang sedang mencari makan. Hutan mangrove memberi pengalaman tersendiri bagi pengunjung. Selebihnya, masih ada berbagai wisata pantai di Rembang yang belum tertulis disini. Bukan hanya pantai, wisata pegunungan juga menawarkan pemandangan indah; mulai dari Gunung Argopuro, Selodiri, dan masih banyak lagi. Untuk wisata religi ada Pasujudan Sunan Bonang, Makam R.A Kartini, dan sebagainya. Wisata sejarah ada Museum R.A Kartini, Museum Plawangan, dan lainnya. Namun, dari banyaknya wisata di Rembang, ada beberapa tempat wisata yang sudah terbengkalai atau sepi pengunjung, antara lain: 1. Wisata Perkemahan Karangsari Park Terletak di Sulang, biasanya ramai digunakan untuk perkemahan, tapi diluar kepramukaan biasanya sepi pengunjung. 2. Omah Asem Wisata ini berada di Desa Sridadi, kecamatan Rembang. Banyaknya pohon asam membuat para pemuda menjadikan destinasi wisata, tapi sekarang sudah terbengkalai dan sepi pengunjung.
  7. 7 August 21, 2022 3. Taman Hijau Semenggah (THS) Berlokasi di desa padaran merupakan wisata taman bunga dengan lampion disekitarnya. Munculnya ide berawal dari kunjungan tempat-tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian mempraktikannya di THS sendiri, di buka tanggal 07 juni 2021, tapi sekarang sudah tidak terkelola dengan banyaknya rumput liar yang tumbuh lebat hampir menutupi taman tersebut. 4. Sendang Coyo Wisata alam yang memperlihatkan indahnya pemandangan, terletak di sebuah desa yang bernama Sendangcoyo, kecamatan lasem. Disana ada wahana flayingfox dan gardu pandang. Sampai sekarang pemandangan alamnya masih bagus, tapi wahananya sudah tidak berorasi. Diatas merupakan beberapa contoh wisata yang hampir ditinggalkan. Selebihnya masih ada wisata yang berhenti di kelola karena berbagai hal. Pemerintah Kabupaten Rembang beserta masyarakat bisa bersama-sama dalam pengaktifan kembali wisata yang sudah mati atau tertinggal guna pemanfaatan lahan. Bisa dimulai dengan membersihkan kembali wisata lama dari rumput liar dan karat besi. Kemudian merenovasi bangunan, wahana, atau fasilitas wisata lama. Setelah terbentuknya wisata baru, bisa dipromosikan di media sosial. Lalu, untuk mendapatkan perhatian dari calon pengunjung, bisa dengan mengadakan lomba-lomba. Ini cukup menarik, baik dari segi pegunjung ataupun pengenalan wisata. Upaya Pemkab untuk meningkatkan destinasi pariwisata sudah sangat baik. Penyesuaian terhadap perkembangan teknologi sudah berlangsung. Admin-admin dinas cukup aktif di media sosial untuk sekedar berbagi info atau menjawab pertanyaan netizen.. Menyapa warganet bisa dibilang lumayan penting. Sebab, banyak masyarakat yang menghabiskan waktu di sosial media. Hari Ulang Tahun Rembang Ke-281 “Ekonomi Bangkit Menuju Rembang Gemilang” tepatnya pada tanggal 27 Juli 2022, Semoga program-program Pemerintah Kabupaten Rembang dapat terlaksana dengan sukses. Salah satunya, suksesnya progam pengembangan wisata. Karena kemajuan destinasi pariwisata bisa membangkitkan perekonomian masyarakat secara langsung maupun secara tidak langsung.
  8. 8 August 21, 2022 LASEM : Barometer Cagar Budaya di Kabupaten Rembang ecara geografis Lasem terletak di pesisir Utara pulau Jawa, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Dewasa ini seringkali kita dengar julukan Tiongkok Kecil yang berhasil tersemat pada Lasem. Julukan tersebut menjadi peneguhan dan penguatan identitas betapa multikulturalnya Lasem. Mulai dari perbedaan agama, ideologi, budaya, serta mata pencaharian. Pemukiman multikultural Lasem bisa saja lahir dari dorongan spiritual masyarakat maupun proses interaksi sosial masyarakat. Tak jarang, budaya lokal dan keberagaman di Lasem memiliki hubungan yang erat antara masyarakatnya dengan seluruh kondisi alam lingkungan Lasem. Sebagaimana yang tertera diawal bahwa secara geografis Lasem terletak di pesisir Utara pulau Jawa, bukan jadi suatu hal yang mustahil manakala berkembangnya beberapa arsitektur berbau Cina. Mengingat Jawa merupakan jalur strategis perdagangan baik lokal maupun internasional. Dari aspek kepercayaan masyarakat Lasem mayoritas adalah unsur pemeluk Islam yang berjumlah 47.423 jiwa, Kristen 1.045 jiwa, Katholik 762 jiwa, Budha 207 jiwa, Hindu ada 22 jiwa dan sisanya memeluk Konghucu serta penghayat kepercayaan yang berjumlah 47 jiwa (berdasarkan Lasem dalam angka 2018). Keberagaman ini bisa dikaitkan dengan pemikiran salah satu ilmuan, J.S. Furnival, yang mendefinisikan plural society (masyarakat plural) merupakan suatu entitas masyarakat yang terdiri dari kumpulan individu- individu atau kelompok-kelompok sosial yang berbaur tetapi tidak menjadi satu, “two or more elements or social orders which live side by side, yet without mingling, in one political unit”. Sebagai kota yang terletak di pesisir dan pernah menjadi pelabuhan dagang, Lasem telah berubah menjadi daerah multikultur yang membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nailai toleransi dan pluralisme. Tak heran jika kadangkala pluralisme budaya tersebut seringkali memantik pada situasi disharmoni. Namun situasi tersebut bisa dikesampingkan dengan penegasan betapa harmoninya interaksi sosial masyarakat di Lasem. Kiranya jika Lasem dijadikan salah satu barometer cagar budaya di Kabupaten Rembang S Shofiyatul Ulya
  9. 9 August 21, 2022 tidak ada yang mustahil, karena Lasem sebagai pemukiman multikultural. Dipertegas dengan beberapa arsitektur dengan gaya arsitektur Tiongkok yang memberi pengaruh pada bentuk fisik dari elemen-elemen setiap bangunan. Akulturasi dan interaksi kedua budaya tidak hanya terjadi pada masyarakat keturunan Jawa saja, namun juga pada rumah-rumah keturunan Tionghoa. Contoh pada rumah Opa-Oma yang merupakan salah satu bangunan tertua di Lasem. Pembangunannya sama sekali tidak dipaksakan menggunakan dinding bata, namun menyesuaikan dengan konteks bangunan orang Jawa dengan ciri khas kayu yang diberi sentuhan ornamen Lung-Lungan. Arsitektur sendiri menjadi representasi dari apa yang terjadi dari kehidupan masyarakat, fenomena akulturasi budaya di Lasem dapat disimpulkan merupakan sebuah sikap toleran dengan mengijinkan budaya luar menjadi bagian dari budaya mereka. Warga keturunan Jawa Lasem terbuka dan membiarkan warga keturunan Tionghoa untuk tumbuh dan berkembang berdampingan dengan mereka, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, sejarah Lasem sebagai kota multikultural dapat menjadikan potensi Lasem untuk terus mempertahankan eksistensinya dan menjadi salah satu barometer betapa kayanya Rembang akan budaya. Salah satu Kawasan di Lasem yang dapat berpotensi dijadikan sebagai daerah wisata sejarah arsitektur adalah Kawasan Pecinan. Adanya lahan luas yang dibatasi dengan benteng disekelilingnya merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki kawasan Pecinan, dan jarang sekali pada kurun akhir-akhir ini ditemui bangunan-bangunan tua yang menjadi bukti sejarah. Bangunan bersejarah tersebut secara tidak langsung mendefinisikan bahwa Lasem dahulunya menjadi salah satu kota pelabuhan besar. Bahkan dari beberapa sumber pun ada yamg menyatakan dahulu orang Prancis sampai menjuluki Lasem dengan sebutan “Petit Chinois” yang artinya Cina kecil. Dilihat dari aspek sejarah, Kawasan Pecinan Lasem digadang-gadang memiliki nilai lebih dibandingkan kawasan pecinan lain yang ada di Jawa Tengah dengan adanya arsitektur khas berupa ornamen tou-kung. Dari nilai keistimewaan, dominasi budaya Cina di Lasem sangat terasa sehingga banyak dijumpai bangunan-bangunan tua bernuansa arsitektur khas Cina. Selanjutnya, kontestasi pada ruang kebudayaan ternyata tidak terlepas dari Lasem sebagai kota yang mewarisi kebudayaan besar di dunia (Jawa, Cina, Islam , Eropa). Bentuk arsitektur pada tempat-tempat peribadatan serta rumah-rumah yang beragam menggambarkan Lasem memang seolah sentral budaya di Rembang. Belum lagi dengan upacara hari besar dan upacara adat yang menjadi ekspresi dari setiap agama yang dipercayai. Kontestasi pada ruang publik di Lasem yang paling kontras adalah budaya dari golongan santri jawa dan etnis Tionghoa. Pagelaran dari santri Jawa yang paling menonjol yakni haul. Haul dua tokoh ulama besar Lasem yakni Eyang Sambu dan Eyang Srimpet yang menjadi pelopor berdirinya masjid Baiturrahman Lasem, kini haulnya menjadi agenda tahunan. Sejalan dengan pagelaran budaya tahunan
  10. 10 August 21, 2022 masyarakat muslim, masyarakat Lasem etnis Tionghoa juga melakukan perayaan tahunan yang sangat mereka agungkan, misalnya perayaan Imlek. Pada perayaan imlek etnis Tionghoa Lasem mengadakan kirap budaya Mak Co di Kelenteng juga arak-arakan Liang-Liong. Tidak bisa dipungkiri, bahwa antara dua golongan kelompok tidak hanya terjadi kontestasi budaya pada ruang publik serta memperkuat posisi identitas kelompok saja, melainkan bisa saja memunculkan akulturasi dan asimilasi pada kedua budaya antara masyarakat santri Jawa dan etnis Tionghoa. Menyoal seputar muktikulturalnya Lasem, tentunya tidak pernah terlepas dari peran masyarakatnya sebagai makhluk Tuhan yang telah diberi kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Berbekal dan berpegangan dengan kemampuan tersebut masyarakat bhineka Lasem mulai berpikir dan sanggup bagaimana merumuskan pola keseimbangan sosial untuk mengatasi tantangan, ancaman, serta disintegrasi. Kondisi sosial yang harmoni di Lasem pun nampaknya juga bukan hanya peran dari masyarakat saja, akan tetapi melibatkan pranata sosial dan tokoh yang dipercayai untuk meminimalisir terjadinya benturan antargolongan. Terkhusus pada golongan masyarakat santri muslim dengan golongan masyarakat etnis Cina. Munculnya rasa tanggung jawab moral serta gotong-royong menunjukkan arti pentingnya strategi kelentingan sosial yang selama bertahun-tahun telah dibangun dalam masyarakat bhineka Lasem, serta kesiapsiagaan mekanisme sosial dalam mengatasi pada ranah negatif di dalam kontestasi ruang sosial yang terjadi. Terahir, kawasan permukiman multikultural Lasem pada dasarnya telah layak dikatakan sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Rembang. Dengan melihat dari beberapa kriteria antara lain: kelangkaan, peranan sejarah, nilai keistimewaan, serta nilai-nilai dalam menjaga sikap harmoni dalam masyarakat bhineka Lasem. Beberapa literatur menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga eksistensi budaya Lasem dengan menggagas Lasem Heritage Center (LHC). Jika dianalisa lebih dalam, Lasem Haritage Center berfungsi sebagai pusat informasi sejarah Lasem, kegiatan pelestarian warisan budaya serta kegiatan wisata. Lasem Heritage Center pun seolah menjadi arsip tentang segala sejarah Lasem, meliputi benda- benda bersejarah sampai gaya bangunan kuno yang berciri arsitektur khas Cina. Dapat ditarik benang merah bahwa salah satu yang menjadi point of interest masyarakat luar oleh Lasem yaitu Tongkok Kecil Lasem. Dari segi sejarah bangunan, bentuk arsitektur sampai pada keadaan masyarakat bhineka Lasem yang berhasil menjadikan Lasem dengan daerah multikulturalnya dengan tetap mempertahankan keadaan harmoni masyarakat bhineka.
  11. 11 August 21, 2022 Trilogi Jargon IPNU IPPNU elajar, Berjuang, serta Bertaqwa adalah prinsip IPNU sebagai organisasi keterpelajaran yang harus mengedepankan keilmuan. Keilmuan dalam IPNU menjadi sebuah landasan dalam bersikap. Dalam maksud menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan semangat peningkatan kualitas SDM dan menghargai para ahli dan sumber pengetahuan secara proporsional. Selain keilmuan landasan sikap yang harus dimiliki IPNU adalah prestasi dan juga kepeloporan. Menjunjung nilai- nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Serta kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat. IPNU sebagai Badan Otonom ormas NU memiliki kewajiban untuk terus bergerak sebagai garda terdepan kaderisasi Nahdlatul Ulama di tingkat pelajar dan santri. Menghimpun, serta mengembangkan potensi sumber daya pelajar dan santri, menyiapkan generasi NU dan bangsa. Di usianya yang tidak bisa dikatakan muda, IPNU telah banyak menghadapi dinamika seiring perkembangan zaman. Hal yang paling fenomenal, adalah pergantian IPNU dari yang sebelumnya “pelajar” menjadi “putra”. Dinamika ini seolah menuntut ilmu membuka ruang adaptasi baru. Pada posisi demikian IPNU dituntut untuk survive dengan melakukan pergeseran orientasi dan bidang garap dari pelajar menjadi putra. Pembinaan IPNU tidak lagi hanya terbatas pada warga NU yang berstatus pelajar, melainkan mencakup semua putra NU, baik yang mengenyam pendidikan maupun yang tidak. Hal ini dilakukan sebagai implikasi dari kebijakan yang mengarah pada “depolitisasi pelajar” yakni aturan pemerintah UU No. 8 tahun 1985 tentang Keormasan, dimana disini dinyatakan bahwa organisasi pelajar hanyalah OSIS. Dengan begitu IPNU menyiapkan langkah strategis untuk memberdayakan pelajar dan remaja pada umumnya. Kesadaran akan pentingnya penguatan basis pelajar dan santri menuntut IPNU untuk kembali pada Khittah 1954 serta menjadi suatu keharusan, dengan mengembalikan visi, misi, orientasi juang, program dan bidang garap IPNU. Kongres XIV 2003 di Surabaya menjadi titik balik IPNU untuk kembali B Sofia Nurwijayanti
  12. 12 August 21, 2022 kepada basis utamanya yakni pelajar dan santri. Keputusan kembali ke khittah (pelajar), bukan hanya perubahan nomenklatur “putera” ke “pelajar”. Lebih dari itu, karena pelajar adalah bagian penting yang harus dibina sebagai asset masa depan NU dan bangsa. Keputusan ini dianggap menjadi keputusan yang terbaik di tengah perubahan dan kompleksitas tantangan NU dan bangsa di masa yang akan datang. Dinamika yang telah dialami IPNU kiranya menjadi kekuatan IPNU itu sendiri dalam menghadapi segala tantangan sehingga IPNU hadir di tengah-tengah kita saat ini. Komitmenk kaderisasi dalam proses rekrutmen kader, pembinaan kader, serta distribusi kader bisa kita lihat hari ini. Bahwa keberhasilan kaderisasi dalam memunculkan kepemimpinan-kepemimpinan baru, seperti yang kita tahu kader-kader purna IPNU saat ini telah mampu berkiprah diberbagai bidang. Lantas bagaimana kebutuhan kader IPNU hari ini? Secara sederhana trilogi IPNU yang setiap kali ceremonial IPNU kita lantangkan harus menjadi sebuah power dalam menjalankan organisasi ini. Dengan kata lain, trilogy akan menjawab apa yang harus kita lakukan. Trilogi IPNU, sejatinya harus menjadi sebuah prinsi dalam menciptakan kader yang memiliki integritas. Integritas merupakan salah satu atribut terpenting atau kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas bagi IPNU adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan serta nilai dan prinsip-prinsip yang harus dimiliki kader IPNU. Kata integritas jika disandingkan dengan IPNU sebagai organisasi kader maka kader IPNU harus memiliki komitmen dan prinsip dalam berjuang serta memiliki karakter kuat. Trilogi IPNU (baca: Belajar, Berjuang, Bertaqwa) idealnya menjadi sebuah orientasi aksi dalam rangka mewujudkan kader-kader IPNU yang berintegritas. Mengupas sedikit trilogi IPNU sebagai proses memahaminya sebagai prinsip. Belajar, IPNU merupakan wadah bagi semua kader dan anggota untuk belajar dan melakukan proses pembelajaran secara berkesinambungan. Dimensi belajar merupakan salah satu perwujudan dari proses kaderisasi. Berjuang, IPNU merupakan medan juang bagi semua kader dan anggota untuk mendedikasikan diri bagi ikhtiar pewujudan kemaslahatan umat manusia. Perjuangan yang dilakukan adalah perwujudan mandat sosial yang diembannya. Bertaqwa, sebagai organisasi kader yang berbasis pada komitmen keagamaan, semua gerak dan langkahnya diorientasikan sebagai ibadah. Semua dilakukan dalam kerangka taqwa kepada Allah SWT. Perjalanan IPNU sebagai organisasi pelajar dapat dikatakan sangatlah matang, dengan berbagai perkembangan dan perubahan disemua bidang. Kekuatan struktural IPNU sebagai Underbow NU merupakan keuntungan tersendiri dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dengan tetap berorintasi sebagai organisasi kaderisasi, untuk menghimpun serta membina pelajar dan santri. IPNU dituntut mampu menyiapkan kader NU dan Bangsa yang memiliki integritas dengan tetap berprinsip pada Trilogi IPNU yakni belajar, berjuang, dan bertaqwa.
  13. 13 August 21, 2022 Menemukan Toleransi di Rembang (Dari Zaman Kerajaan sampai Society 5.0) embang merupakan bagian dari Indonesia yang berada di pesisir utara Jawa. Kota ini memiliki sejarah panjang yang tidak kalah eksis apabila dipublis dan dikaji ulang sebagai pengetahuan warga rembang dan sekitarnya. Karena pada kenyataannya sebagian besar masyarakat rembang mulai lupa bagaimana kiprah/sejarah yang ada di Kota Rembang dan Lasem khususnya. Menilik dari sejarahnya, banyak buku, artikel sampai dengan tulisan-tulisan ilmiah yang mengkaji bagaimana sebelum pemerintahan berpusat di Rembang, kota Lasem menjadi bagian paling vital dari zaman kerajaan. Lasem pada zaman kerjaan Mataram bisa dikatakan menjadi pusat perdagangan dari berbagi daerah dan juga dunia. Tempatnya yang strategis dan tanahnya yang subur menjadi daya tarik yang nyaman dan menguntungkan dalam mengumpulkan rupiah dan bertahan hidup. Ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa VOC pernah menguasai Lasem pada zaman Majapahit. Berangkat dari pemerintahan yang dikendalikan VOC dengan sewenang-wenang, pada tahun 1750 yang awalnya Lasem merupakan Kadipaten dan pusat pemerintahan kemudian pindah ke Rembang karena ada unsur perlawanan dari masyarakat setempat, ulama, kiai, sampai dengan masyarakat Tionghoa yang sudah menetap di Kota Lasem. Perlawanan yang dilakukan berbentuk peperangan yang dalam sejarah salah satunya dikenal dengan perang kuning dan perang Lasem. Disebut perang kuning karena dalam peperangan ini kebanyakan orang Tionghoa yang berkulit kuning daripada orang pribumi Lasem. Sayangnya dalam perang kuning pasukan Dompoawang yang dikomandani oleh Tumenggung Widyaningrat dan R. M. Margono mengalami kekalahan. Kekalahan ini tidak menyurutkan semangat pasukan Dompoawang, melalui petuah dari kiai Ali Baidhowi ketika khotbah shalat Jum’at yang menyerukan untuk jihad, seluruh jajaran masyarakat dari kalangan santri, warga Tionghoa, serta R Suroso
  14. 14 August 21, 2022 masyarakat lokal ikut berkumpul di alun-alun Lasem. Dari sinilah kemudian terjadi perang Lasem selama tiga bulan dan menewaskan banyak manusia baik dari pihak VOC maupun dari masyarakat Lasem. View point ini sudah sangat jelas menunjukkan, bahwa pada zaman kerajaan memang sudah terjadi percampuran budaya dari warga Tionghoa dan pribumi Jawa. Akulturasi budaya yang terjadi di tanah Lasem ini memberikan sebuah jawaban, bahwa sikap toleran sudah dipraktikkan sejak zaman kerajaan dan sampai sekarang. Karena sampai saat ini masyarakat Rembang masih dengan santun menjaga kebersamaan dalam membingkai kerukunan tanpa memandang perbedaan di dalamnya. Hal ini dibuktikan masih banyaknya orang Tionghoa dan bangunan-bangunan bersejarah yang masih hidup aman dan nyaman di daerah Lasem. Peran Budaya di Rembang Pada faktanya budaya memang tidak bisa dipisahkan dalam tatanan kehidupan setiap manusia. Budaya menjadi sebuah kebiasaan masyarakat setempat yang sudah turun temurun dan diterealisasi dengan alam sekitar, termasuk juga kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat rembang hal ini seperti memiliki peran yang sangat vital dalam membangun kehidupan yang menyenangkan dan menenangkan. Menyenangkan karena sering dimanfaatkan sebagai jembatan untuk membangun kerukunan melalui praktiknya, seperti kumpul bareng dan lain sebagainya. Menangkan karena memiliki keyakinan bahwa sesuatu yang didasari niat yang baik, tentu akan melahirkan kebaikan dan ketenangan di dalamnya. Bisa dikatakan banyak kebudayaan yang melekat dalam masyarakat rembang. Bahkan sebagian kebudayaan di sini sudah menjadi ladang kehidupan bagi penduduk di daerah rembang. Seperti misalnya Batik Tulis Lasem, dalam unsur warna batik memiliki corak warna merah darah ayam yang memiliki arti pertautan antara budaya Tionghoa dan Jawa. Banyak yang menyebutkan juga terdapat silang budaya dari batik lokal yang di ilhami oleh ide batik kraton dan serapan unsur-unsur budaya asing. Batik Lasem memiliki ciri khas yang unik dan kental dengan nuansa budaya Cina dan Jawa. Sejalan dengan itu, batik merupakan warisan yang dipengaruhi oleh tiga budaya, yaitu Eropa, Cina, dan Kebudayaan Islam. Pengaruh Eropa dan Cina terlihat pada arsitektur bangunan-bangunan besar dan kosong yang ada di beberapa kecamatan Lasem. Banyak juga terlihat berbagai tradisi yang masih dijalankan oleh sebagian masyarakat Cina di Rembang dan tempat ibadah yang masih digunakan sampai sekarang. Sementara pengaruh kebudayaan Islam terlihat adanya pesantren dengan tradisi yang masih diakui. Keragaman budaya inilah yang kemudian menjadi simbolisasi masyarakat Lasem. Bahwa melalui budaya seseorang bisa mengembangkan keadaban. Sebagaimana yang diungkapkan ahli antropologi Clifford Geertz yang mengatakan, bahwa kebudayaan berarti suatu pola makna yang ditularkan secara historis serta diejawantahkan dalam simbol-simbol hingga menjadi sistem atau konsep yang diwariskan,
  15. 15 August 21, 2022 kemudian terungkap dalam bentuk-bentuk simbolis. Hingga akhirnya menjadi sarana manusia untuk menyampaikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka terhadap hidup . Akulturasi budaya yang ditanamkan dalam corak batik Lasem ini memberikan sebuah isyarat tentang bagaimana pentingnya sebuah kerukunan harus tertanam di mana saja. Tidak hanya di lisan melainkan dalam praktik kehidupan juga. Banyak sebenarnya kebudayaan yang masih melekat dalam masyarakat Rembang, dan semua itu tidak lepas dari peran nenek moyang dalam membangun kebersamaan dan kerukunan. Bahkan ketika kita melihat dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, melalui Budaya. Sebab beliau meyakini budaya dan tradisi sudah sangat dekat dengan masyarakat. Karena pada kenyataannya setiap tradisi memang memiliki filosofi untuk saling menjaga dan mempertahankan. Sebagaimana budaya yang sudah turun temurun sejak zaman kerajaan dan masih bertahan sampai dengan sekarang. Menjaga Toleransi di Tanah Rembang Manusia memiliki andil yang sangat besar dalam menjaga bumi. Menjaga di sini tidak hanya manusia dengan manusia, melainkan manusia dengan alam juga perlu dilakukan. Masyarakat rembang dalam membangun toleransi bisa dikatakan tidak hanya praktik antar manusia dengan manusia, melainkan ia juga membangun harmoni antara manusia dengan alam, melalui tradisi dan kebudayaan setempat. Seperti misalnya praktik sedekah bumi, Ambengan dan kegiatan syukuran yang berkaitan dengan alam masih sangat kental oleh orang-orang rembang. Secara tidak sadar sebenarnya hal ini merupakan bentuk relasi manusia dengan alam dalam membangun kerukunan satu dengan yang lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Aldo Leopold dalam tulisannya Land Ethics (1986) yang mengungkapkan, bahwa bumi diciptakan tidak hanya untuk melayani manusia, melainkan untuk suatu kehidupan yang terintegrasi. Dengan kata lain, sikap untuk saling menghormati tidak hanya dipraktikkan dengan sesama manusia, melainkan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Kemudian Leopold menegaskan bahwa perlu kiranya mengubah homo sapiens dari yang dikenal sebagai makhluk penakluk menjadi makhluk yang bersahabat. Karena sejatinya kedudukan manusia sederajat dengan unsur-unsur makhluk hidup lainnya. Di era kemajuan society 5.0 yang mengajak manusia untuk selalu instan dalam segala bidang, bisa dikatakan masyarakat Rembang masih banyak yang mempertahankan sebuah kebudayaan lama. Inilah yang kemudian harus menjadi teladan, bahwa munculnya sebuah tren ataupun kebudayaan baru tapi tidak pernah menghilangkan kebudayaan lamanya. Karena selain sebagai warisan leluhur kebudayaan juga bagian penting dalam membangun kerukunan dengan makhluk hidup. Gagasan dalam tulisan ini sebenarnya ingin mengungkapkan, bahwa tradisi dan kebudayaan dalam masyarakat Rembang mengandung ajaran toleransi yang sangat kuat. Manusia mampu
  16. 16 August 21, 2022 menjadikan sebuah perbedaan sebagai ladang mencari pangan, begitu juga dari budaya masyarakat setempat semua makhluk hidup bisa saling menghormati. Seperti halnya sedekah laut, karena dilakukan masyarakat sebagai terima kasih kepada Tuhan melalui alam sudah diberikan rezeki dari alam sekitarnya. Praktik sedekah laut inilah yang menjadikan manusia dengan alam sekitar berbaur dan mampu membangun harmoni antara keduanya. Dunia akan selalu mengalami perubahan dan manusia dituntut untuk mengikutinya. Tetapi untuk mempertahankan suatu kebudayaan, hanya sebagian manusia yang mampu bertahan di dalamnya. Karena tergerus oleh kebudayaan baru. Untuk itu, sudah seharusnya ajaran toleransi yang demikian santun dijaga dan dilestarikan bersama. Karena ini sudah menjadi ciri khas orang Rembang.
  17. 17 August 21, 2022 Pemikiran, Peran, dan Implementasi Perjuangan R.A. Kartini guna Mencapai Relevansi Pendidikan bagi Para Perempuan Era Gen Z di Kabupaten Rembang ahasan yang berkaitan dengan perempuan merupakan topik yang menarik dan seperti tidak ada habisnya jika dikupas satu persatu. Zaman dahulu perempuan kerap dipandang rendah karena dinilai banyak dari mereka tidak mampu menduduki posisi yang tinggi, akan tetapi sekarang justru banyak isu beredar yang menyangkutpautkan perempuan dalam hal peranan, kesetaraan, maupun aktivitas sehingga menimbulkan kontroversi di khalayak luas. Hal ini juga dibuktikan sebelum memasuki abad ke-20 perempuan sudah dianggap tidak layak sejajar dengan laki-laki dalam hal apapun seperti dilihat dari segi kemampuan dan hal apapun yang berkaitan dengan pendidikan. Perempuan yang hidup dalam era tersebut tidak mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan dan untuk interaksi dengan lingkungan sekitarnyapun juga dibatasi. Perempuan pada zaman dahulu hanya sering di dalam rumah dan hanya menjalankan perannya sebagai seorang anak, istri, dan menantu yang baik tanpa adanya suatu kebebasan untuk berpikir, bertindak, dan berperilaku yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia. Berdasarkan permasalahan tersebut, R.A. Kartini tergugah hatinya untuk mengubah cara berpikir seorang perempuan dan cara pandang masyarakat tentang kesejajaran antara laki- laki dan perempuan khususnya di bidang pendidikan. R.A. Kartini merupakan sosok perempuan tangguh dan sangat berpengaruh terhadap sistem pendidikan bagi perempuan di Indonesia serta beliau merupakan sosok perempuan yang cerdas, bijak, dan berani untuk memperjuangkan pendidikan yang layak bagi perempuan Indonesia (Putri dan Hudaidah 2021). Semangat emansipasi yang tinggi dan menggelora membuat R.A. Kartini dianugerahi B Lola Haliza Putri A.
  18. 18 August 21, 2022 sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 108 pada tanggal 2 Mei 1964. R.A. Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879, yang mana setiap tanggal lahirnya diperingati oleh masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Rembang. Sosok R.A. Kartini sangat berkaitan erat dengan emansipasi wanita karena segenap perjuangan dan dedikasi yang telah beliau torehkan semasa hidupnya untuk masa depan perempuan di Indonesia. Akan tetapi pada era “Generasi Z” saat ini kata “emansipasi” yang dibangun R.A. Kartini telah mengalami pergeseran makna. Generasi Z merupakan mereka yang saat ini berada di perguruan tinggi yang lahir berinteraksi dengan kemajuan teknologi. Generasi Z adalah mereka yang lahir antara rentang tahun 1995-2012 dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi lain, Generasi Z juga cenderung sulit berkomunikasi secara langsung, instan, dan kerap memudarkan nilai-nilai agama dan budaya (Hastini et al. 2020). Perempuan di luar sana banyak yang belum mengimplementasikan dan mengaktualisasikan sikap emansipasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, jika dilihat dari dunia pendidikan dewasa ini banyak siswi yang tengah dihadapkan masalah yang kompleks misalnya masalah pergaulan sehari- hari hingga masalah karakter yang ditemukan dalam penelitian di Kabupaten Rembang pada khususnya (Bakhri et al. 2018). Apabila di zaman dahulu Kartini harus melawan segala bentuk ketidakadilan yang dilakukan terhadap perempuan, zaman sekarang menjaga emansipasi dan menegakkan keadilan justru dapat dilakukan dengan cara-cara yang mudah untuk diimplementasikan. Berdasarkan latar belakang tersebut tulisan ini bertujuan untuk mengimplementasikan sikap emansipasi dari pemikiran maupun gagasan dari R.A. Kartini dan fokus terhadap perempuan di era “Generasi Z” untuk tetap semangat dalam menggelorakan semangat emansipasi khususnya di bidang pendidikan bagi para perempuan era “Generasi Z” di Kabupaten Rembang. Sebagaimana dapat dilihat di era ini bahwa banyak sekali perempuan-perempuan di luaran sana kurang bersyukur atas kebebasan yang telah diperoleh. Terkait dengan kebebasan yang ada, banyak sekali urgensi yang terjadi pada perempuan di Indonesia khususnya di Kabupaten Rembang yang turut serta dalam menyumbangkan kontribusi bagi pemikiran pendidikan dengan semangat yang dimiliki oleh R.A. Kartini. Apalagi jika mengingat bahwa Kabupaten Rembang merupakan tempat peristirahatan terakhir Kartini. Selain itu, terdapat museum yang berisi barang peninggalan R.A Kartini yang semasa hidupnya menjadi istri Bupati Rembang dan sekolah yang didirikan Kartini untuk masyarakat pribumi terutama bagi kaum perempuan untuk mengenyam pendidikan. Namun, di sisi lain perempuan di era sekarang ini banyak yang hanya fokus terhadap kecantikan dan popularitas daripada menimba ilmu demi masa depan untuk cita-cita yang mulia. Penulisan karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Kartini-Kartini muda masa depan Indonesia khususnya di Kabupaten
  19. 19 August 21, 2022 Rembang agar semangat emansipasi terutama dalam hal pendidikan senantiasa mengakar kuat kembali. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat diperoleh oleh semua orang tanpa terkecuali yang tidak kenal gender, usia, status, dan lain-lain. Pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan di Indonesia zaman dahulu masih bersifat berat sebelah meskipun saat ini pendidikan antara laki-laki dan perempuan bersifat sama dan sejajar tidak ada diskriminasi. Meskipun perempuan dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda namun kedua hal tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan (Muthoifin et al. 2017). Permasalahan yang kerap kali ditemui salah satunya adalah adanya rekognisi pendidikan yang kerap kali memandang perempuan hanya sebelah mata. Pada awalnya pendidikan perempuan hanya dianggap sebagai formalitas belaka dan tidak memberikan kesempatan secara bebas dengan kemudahan fasilitas dan keadilan yang seharusnya dapat dengan mudah didapatkan. Hal ini diterapkan agar perempuan tunduk kepada pemerintahan yang dijalankan oleh kaum laki-laki yang mana tidak memberikan kebebasan kepada perempuan untuk menjalankan mimpi dan cita-citanya dalam meraih pendidikan yang layak (Hartutik 2015). R.A. Kartini menuangkan pemikirannya ke dalam surat yang dikirimkan kepada Nyonya Abendanon yang diterbitkan pada tahun 1912 dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang mengimplementasikan semangat emansipasi dan perjuangan serta mempertegas hak-hak perempuan sebagaimana mestinya. Kumpulan surat-surat R.A. Kartini tersebut kini menjadi sebuah acuan maupun alternatif pemikiran maupun gagasan mengenai pendidikan bagi para perempuan. Hal yang begitu penting adalah semangat emansipasinya untuk mewujudkan kesetaraan di berbagai aspek khususnya pendidikan bagi perempuan (Khamdiyah 2016). R.A. Kartini memiliki gagasan yang penting yaitu pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan suatu bangsa terutama bagi kaum perempuan. R.A. Kartini memiliki harapan untuk para kaum perempuan agar memiliki kecerdasan akal dan keluhuran budi dalam menjalani pendidikan yang mana juga diatur dalam Pasal 31 Ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut menjadi bukti bahwa pemikiran R.A. Kartini sudah sangat melampaui zamannya pada saat itu di tengah kondisi masyarakat yang terbelenggu rantai kebodohan. Peran R.A. Kartini dalam memajukan pendidikan Indonesia merupakan suatu bukti nyata kontribusi perempuan untuk memajukan bangsa Indonesia dan memutus rantai kebodohan dengan bukti beliau mendirikan sekolah khusus dan perpustakaan khusus perempuan pada zamannya (Putri dan Hudaidah 2021). Selain itu, semasa hidupnya di Kabupaten Rembang semasa menjadi istri Bupati, R.A Kartini telah menanamkan karakter building dalam hal pendidikan dan keagamaan yang hadir sebagai respon terhadap kondisi sosial budaya pada masa itu (Manijo 2013). Kedudukan perempuan berubah berkat perjuangan R.A. Kartini sehingga saat ini para kaum perempuan bisa bebas bersekolah dan adanya kesetaraan gender antara kaum laki-laki dan
  20. 20 August 21, 2022 perempuan (Amar 2017). R.A Kartini memperjuangkan hak kaum perempuan agar tidak ketinggalan zaman dan dapat berpikiran maju seperti para perempuan di Eropa dan yang tidak kalah penting adalah agar para perempuan dapat mengenyam pendidikan yang sesuai (Karlina dan Hudaidah 2020). Menurut R.A. Kartini, pendidikan bukan hanya bertujuan mencerdaskan akal semata namun juga memperhatikan kepribadian, sehingga maknanya adalah sebagai perempuan kita tidak hanya mengutamakan kecerdasan saja tetapi juga memperhatikan nilai-nilai budi pekerti. Di sisi lain, pendidikan juga bukan hanya dalam tingkat sekolah maupun lembaga formal saja, akan tetapi juga diperlukan pendidikan non formal misalnya dalam tingkat keluarga untuk menunjang dan membentuk karakter seseorang. Hal ini juga berkaitan dengan penjelasan tentang peran perempuan untuk mengajarkan pendidikan atau menjadi seorang ibu untuk mendidik anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Pada zaman R.A Kartini kesadaran perempuan terhadap pentingnya pendidikan masih tergolong sangat rendah karena diakibatkan oleh faktor ekonomi maupun budaya, akan tetapi dalam penerapannya di era “Generasi Z” implementasi kesadaran tentang pentingnya pendidikan juga masih belum berjalan secara maksimal. Hal tersebut di sisi lain juga tidak seluruhnya menghambat perempuan Indonesia untuk menggelorakan semangat emansipasi, faktanya sebagian perempuan Indonesia telah berkarya di bidang yang diminatinya masing-masing. Berdasarkan fakta tersebut menjadi bukti bahwa perempuan Indonesia tidak lemah seperti yang dikira sebelumnya (Putri dan Hudaidah 2021). Berdasarkan fakta yang ada di lapangan menunjukkan bahwa banyak perempuan-perempuan Indonesia yang hebat, berprestasi, dan membanggakan seperti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi Pudjiastuti yang terkenal dengan segenap kebijakannya yang sangat tegas dan tidak pandang bulu. Contoh lainnya yang sedang hangat yaitu aktris sekaligus penyanyi Maudy Ayunda yang menjadi Jubir Presidensi G20 2022 di Bali, penyanyi Niki Zefanya yang dikenal dengan nama panggung NI-KI yang berhasil tampil di Festival Musik Bergengsi Coachella 2022 di Amerika Serikat yang tentunya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Selain itu, banyak juga perempuan di Kabupaten Rembang yang berprestasi di antaranya Siti Nur Hasisah yang merupakan alumni UNNES yang merupakan Mahasiswa Berprestasi di kampusnya, kemudian Yunaeni yang merupakan alumni IPB yang tidak lain merupakan mahasiswa berprestasi IPB dan Runner Up Puteri Pendidikan Jawa Tengah 2020. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuanita dan Gutama (2020) menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran dalam hal pengembangan pariwisata di daerah pesisir Kabupaten Rembang terutama di bidang tourism organization. Tentunya hal ini membutuhkan generasi penerus yang berpendidikan misalnya perempuan yang bertugas sebagai tourism ambassador misalnya “Mbak Duta Wisata kabupaten Rembang” yang sebentar lagi diadakan acara pemilihannya.
  21. 21 August 21, 2022 Hal-hal tersebut merupakan contoh pengimplementasian emansipasi wanita di era “Gen Z” dan tidak menutup kemungkinan untuk perempuan-perempuan lainnya sebagai “Kartini Masa Kini” khususnya di Kabupaten Rembang. Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa “Kartini-Kartini Masa Kini” berjuang dengan cara melawan rasa takut dan rasa malas di dalam diri sendiri untuk belajar, berkat hal tersebut juga membuktikan bahwa “Kartini-Kartini Masa Kini” menghargai perjuangan R.A Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Maka dari itu, sebagai “Kartini-Kartini Masa Kini” kita harus meneruskan perjuangan R.A Kartini terutama dalam hal pendidikan di bidangnya masing- masing. Pendidikan merupakan aspek penting untuk memajukan suatu bangsa. Pendidikan yang digagas oleh R.A Kartini merupakan pendidikan yang setara antara kaum laki-laki dan kaum perempuan tanpa terkecuali. Hasil dari perjuangan R.A Kartini dalam dunia pendidikan bagi kaum perempuan terutama “Generasi Z” khususnya di Kabupaten Rembang masih dapat dirasakan hingga saat ini. Perjuangan R.A Kartini bertujuan agar para perempuan dapat memperoleh kebebasan dalam hal pendidikan formal maupun informal, hingga melaksanakan perannya dan tidak duduk diam saja di rumah. Lika-liku perjuangan tersebut tentunya tidak mudah bagi R.A Kartini, akan tetapi terbukti sekarang berkat perjuangan R.A Kartini perempuan sekarang di era “Gen Z” dapat memperoleh haknya dalam mendapatkan pendidikan. R.A Kartini telah membuktikan adanya masa depan yang cerah bagi kaum perempuan di Indonesia yang nantinya generasi penerus seperti ini akan lahir juga di Kabupaten Rembang. Hal ini terbukti banyak perempuan di Indonesia maupun di Kabupaten Rembang yang berprestasi di bidangnya masing- masing dan menjunjung tinggi dan mengimplementasikan emansipasi wanita sehingga tidak ada batasan lagi bagi perempuan untuk dapat berkarya demi memajukan dan mengharumkan nama bangsa dan negara.
  22. 22 August 21, 2022 Rembang dan Inisiasi Literasi Melalui Dua Tokoh Inspirasi ualitas suatu daerah dapat dilihat melalui beberapa indikator di antaranya adalah pendidikan. Tentu yang dimaksud tidak hanya pendidan formal saja, akan tetapi juga pendidikan non formal. Rembang sebagai daerah ujung Jawa Tengah berdasarkan data yang bersumber dari data referensi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki 594 sekolah dan 148 pondok pesantren. Untuk pendidikan sekolah formal terbaik atau favorit rata-rata berada di Rembang kota sedangkan untuk pendidikan non formal atau pondok pesantren berpusat di Sedan dan Sarang. Meski memiliki banyak lembaga pendidikan, tidak menjamin kualitas pendidikan Rembang sudah seperti yang diharapkan. Pada kenyataannya budaya literasi yang ada di Rembang masih sangat rendah sekali. Minat baca masyarakat masih sangat minim sekali. Hal ini bisa dilihat dari tak terjamahnya buku- buku yang tertata rapi di rak-rak perpustakaan. Akan tetapi tidak sepenuhnya salah jika perpustakaan sepi pembaca apabila koleksi buku yang dimiliki tidak lengkap dan memadai. Pojok baca di desa-desa juga tidak sepepnuhnya berjlana karena tidak setiap desa memiliki perpustakaan sendiri. Biasanya hanya terdapat dua sampai tiga rak buku yang diletakkan di sudut ruang atau kantor desa yang tidak bisa diakses setiap saat mengingat jam operasional perangkat desa. Melihat kondisi tersebut, pemerintah Kabupaten Rembang telah berupaya meningkat minat baca di Rembang melalui berbagai kegiatan. Mulai dari seminar, literasi digital (dengan iRembang), microlite, bazar buku, pojok baca, perpustakaan keliling, event-event perlombaan tertentu, metode membaca sambil bermain, hingga blusukan promosi buku. Namun presentase minat baca di Rembang tentu mengalami penurunan usai pandemi dua tahun terakhir karena smua aktivitas serba dibatasi. Selain membaca, literasi juga merujuk pada kemampuan seseorang dalam menulis. Jika minat baca rata-rata masyarakat masih rendah, maka bisa dipastikan minat menulis lebih rendah lagi. Mengapa demikian? Sebab sebelum menulis seseorang akan membaca terlebih apa yang akan ia tulikan. Sebagaimana peribahasa “sambil menyelam minum air”, seseorang akan menulis sekaligus juga membaca. Dua tokoh inspirasi dari Rembang yang K Lainy Ahsin N.
  23. 23 August 21, 2022 sangat terkenal karya ataupun kemampuan menulisnya ialah Raden Ajeng Kartini dan KH. Ahmad Musthofa Bisri atau yang biasa dipanggil Gus Mus. R.A Kartini dikenal sebagai sosok yang memberikan banyak sekali perubahan. Meski dikenal sebagai tokoh emansipasi, akan tetapi ia juga merupakan ikon literasi. Sebagai bangsawan yang memiliki kesempatan untuk belajar, ia membagikan ilmunya untuk mengajari anak-anak membaca dan menulis. Menjadi istri bupati K.R.M. Adipati Arjo Singgih Djojo Adhiningrat ia memanfaatkan kondisi tersebut untuk bisa terus belajar dan berteman dengan orang-orang Belanda sehingga bisa membagikan ilmunya. Selain itu, R.A Kartini juga memberikan contoh bagaimana ia dikenang hingga saat ini melalui sebuah karya tulis Habis Gelap Terbitlah Terang. Sebagai generasi penerus R.A Kartini sudah sepatutnya pemuda pemudi Rembang mengikuti jejaknya. Memberanikan diri untuk menunjukkan karya terbaik dan merawat budaya literasi di Rembang. Bahkan guru yang notabennya sebagai pendidik yang setiap hari mengompori dan memberikan pemahaman terkait literasi bagi muridnya juga harus mulai menjadi garda terdepan dalam memberikan contoh. Seperti yang dilakukan oleh Kepala Sekolah MIN 1 Rembang Bapak Ahmad Fahimi. Melalui program GURU SAKTI (gerakan satu guru satu buku untuk loterasi) ia mengajak seluruh pengajar atau guru untuk menulis minimal satu buku. Ia sendiri sudah menerbitkan sebuh buku diikuti Ibu Daningsih dan yang lain. Tokoh literasi lain ialah Gus Mus yang merupakan pimpinan pondok pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Karya yang banyak dijadikan rujukan dan bahan penelitian orang-orang ialah tafsir Al-Ubairiz atau Al-Ibris yang menafsirkan al-Qur’an. Gus Mus juga memiliki banyak karya berupa puisi, cerpen maupun esai yang dimuat diberbagai media. Praktik menulis paling sederhana yang bisa ditiru dari beliau ialah menulis melalui media sosial. Di era serba digital seperti sekarang ini tentu media sosial sudah menjadi makanan wajib orang-orang. Itulah sebabnya media soisal juga hrus digunakan untuk hal-hal yang positif. Bisa melalui caption di instagram atau konten- konten yang berisikan tulisan. Semakin banyak tulisan yang dihasilkan semakin bertambah pula kemampuan seseorang dalam membaca situasi dan merangkai kata. Analisisnya juga akan semakin meningkat. Jumlah pelajar dan santri yang begitu banyak di Rembang tentu akan sayang sekali jika tidak terwadahi dan diasah kemampuan menulis dan membaca sedini mungkin. Bukan berarti merasa bangga karena memiliki dua tokoh yang menginspirasi dan mengangkat nama Rembang, akan tetapi bagaimana melalui dua tokoh tersebut semua pihak khususnya pemerintah bisa menarik minat dan bakat anak dalam menulis dan membaca. Faktor lain penyebab rendahnya literasi membaca di Rembang ialah minimnya perguruan tinggi exellent yang mampu menunjang kebutuhan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangku perkuliahan merupakan tempat mengasah kemampuan analisis
  24. 24 August 21, 2022 dan bertukar pengetahuan. Untuk mempertajam hal tersebut tentu seseorang dituntut untuk memiliki banyak wawasan melalui membaca. Itu mungkin yang juga menjadi penyebab masih rendahnya kualitas pendidikan di Rembang. Agenda-agenda yang dibuat guna meningkatkan literasi rasanya masih sangat kurang dan besifat sebatas seremonial saja. Tidak akan konsisten dalam melakukannya. Pun jika tidak sebatas seremonial hanya dilakukan dalam jangka watu yang sangat pendek. Itulah sebabnya budaya literasi masih sangat rendah sekali di Rembang. Agenda yang diadakan seharusnya bisa menunjang minat baca dan tulis masyarakat dalam jangka panjang. Ide untuk mengadalan perpustakaan digital khususnya yang bisa diakses tanpa internet juga perlu ditata ulang. Jika perpustakaan digital hanya bisa diakses dengan internet tentu masyarakat akan berpikir ulang untuk melakukannya. Peran pemerintah khususnya menteri pendidikan dan kebudayaan sangat diperlukan disini. Tentu dengan bantuan tenaga pengajar yang mambu memberikan pemahaman dan contoh yang baik. Pemerintah juga harus memerhatikan daerah-daerah pelosok yang masih sulit akses bacaannya. Ide kreatif sangat diperlukan untuk menbangun kebiasaan membaca dan menulis agar tidak merasa bosan dan justru terasa menyenangkan. Perlu adanya kerja sama antar seluruh lapisan masyarakat untuk bisa melek membaca dan menulis. Garis besar dari semua upaya yang dilakuakn adalah harus adanya istikomah dalam menjalankannya. Sebagus apapun gerakannya atau secerdas apapun gurunya, apabila tidak dilakukan secara istikomah atau konsisten tentu akan sia-sia seperti pisau yang tumpul.
  25. 25 August 21, 2022 Penerapan Skema “Merdeka Belajar” Sebagai Upaya Pemerataan Pendidikan di Wilayah Kabupaten Rembang endidikan merupakan sebuah keharusan yang dimiliki bangsa Indonesia untuk mewujudkan salah satu tujuan bangsa. Pendidikan adalah usaha yang dapat digunakan untuk menumbuhkan potensi-potensi yang ada pada seorang manusia sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dan berlaku pada masyarakat. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang didasarkan pada penerapan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, serta berkembang sesuai dengan tuntutan zaman (Hakim, 2016). Pendidikan di Indonesia haruslah digunakan untuk memperbaiki keadaan rakyat Indonesia yang belum sepenuhnya terbebas dari belenggu kebodohan. Dengan demikian, diperlukan sebuah sistem pendidikan nasional yang akan menuntaskan kebodohan di Indonesia. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan dari komponen yang saling bertaut satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional (Hakim, 2016). Oleh karena itu, untuk menciptakan pendidikan yang layak dan sesuai diperlukan sistem pendidikan yang baik pula. Di Indonesia, sistem pendidikan diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan bernama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang bertugas di bawah Pemerintahan. Pada era Revolusi Industri 4.0 sebuah lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya menciptakan sistem pendidikan yang mengandalkan proses belajar mengajar dengan memperbanyak membaca, menulis, dan menghitung saja. Akan tetapi, sistem pendidikan yang diterapkan harus senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu era industrialisasi. Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada saat ini yaitu sistem “Merdeka Belajar” yang diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia di Indonesia menjadi sumber daya manusia yang unggul dan memiliki inovasi dalam menghadapi tuntutan zaman (Yamin dan Syahrir, 2020). Pada dasarnya, sistem “Merdeka Belajar” memberikan kebebasan berpikir P Moh. Bagus Nur Diansyah
  26. 26 August 21, 2022 kepada para siswa, selanjutnya kemerdekaan berpikir para siswa akan ditentukan oleh guru yang ada di sekolah. Pada Revolusi Industri 4.0, bidang keilmuan yang dibutuhkan tentu saja akan berbeda dengan era sebelumnya. Pada era Revolusi Industri 4.0 keilmuan yang dibutuhkan diantaranya yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia (Yamin dan Syahrir, 2020). Literasi data yang dimaksud tidak hanya sekedar membaca, akan tetapi juga mampu melakukan analisis dan menggunakan informasi (big data) di dalam digital. Sedangkan literasi teknologi diartikan sebagai cara memahami cara kerja dari sebuah mesin dan penggunaan suatu aplikasi teknologi. Terakhir, literasi manusia berupa penguatan sifat kemanusiaan dalam melakukan komunikasi satu dengan yang lain. Sistem Merdeka Belajar sebagai sistem pendidikan nasional memiliki empat program pokok dalam pengaplikasiannya. Keempat program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah penilaian USBN komprehensif, Ujian Nasional dihapus dan digantikan dengan Assesmen Nasional, RRP dipersingkat, serta zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru lebih fleksibel (Astini, 2022). Pada sistem Merdeka Belajar, komposisi Penerimaan Peserta Didik Baru terdiri dari jalur zonasi yang menerima minimal 50 persen peserta didik dari total jumlah peserta didik yang diterima, jalur afirmasi menerima 15 persen, jalur perpindahan 5 persen, serta jalur prestasi sebanyak 30 persen. Sistem Merdeka Belajar mulai diterapkan sebagai sistem pendidikan Indonesia pada tahun ajaran 2020/2021. Sistem Merdeka Belajar yang dianggap dapat diaplikasikan secara merata di seluruh Indonesia pada kenyataannya belum dapat diaplikasikan secara merata sesuai dengan yang diharapkan. Sistem Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dianggap sebagai sistem pendidikan yang paling sesuai dengan tuntutan era Revolusi Industri. Akan tetapi, pada kenyataannya sistem Merdeka Belajar masih memiliki celah-celah kecil yang apabila tidak segera dilakukan perbaikan ataupun penyempurnaan akan menjadi bumerang yang berbahaya bagi pendidikan di Indonesia. Celah-celah yang terdapat pada sistem Merdeka Belajar harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu sistem pendidikan nasional. Kelemahan dari sistem Merdeka Belajar adalah ketidakmerataan pada Penerimaan Peserta Didik Baru (Astini, 2022). Proses Penerimaan Peserta Didik Baru yang diharapkan dapat berjalan lebih fleksibel, pada kenyataannya tidak dapat berjalan dengan lancar. Komposisi Penerimaan Peserta Didik Baru yang terdiri atas jalur zonasi, jalur afirmasi, jalur perpindahan, dan jalur prestasi dengan masing- masing memiliki komposisi sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada sistem Merdeka Belajar. Akan tetapi, sistem pendidikan Indonesia dengan skema Merdeka Belajar ini masih dibingungkan oleh khalayak umum, khususnya mengenai mekanisme Penerimaan Peserta Didik Baru. Tidak kecuali masyarakat Kabupaten Rembang, masih banyak masyarakat Kabupaten Rembang yang kurang memahami mengenai mekanisme yang
  27. 27 August 21, 2022 terdapat pada sistem Penerimaan Peserta Didik Baru. Kabupaten Rembang setidaknya memiliki 17 sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus sebagai sekolah negeri dan tersebar di 14 kecamatan. Akan tetapi, penyebaran sekolah-sekolah yang berstatus sekolah negeri ini tidak terjadi secara merata. Terdapat beberapa wilayah di Kabupaten Rembang yang mempunyai sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus sebagai sekolah negeri lebih dari satu, sedangkan di beberapa wilayah lainnya tidak mempunyai sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus sebagai sekolah negeri sama sekali (Data Master, 202). Wilayah seperti Bulu, Sarang, Pancur, dan Sluke tidak memiliki sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus sekolah negeri tentu saja akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan. Padahal, wilayah yang lain meskipun tidak mempunyai sekolah menengah atas negeri akan terdapat sekolah menengah kejuruan negeri maupun madrasah aliyyah negeri (Data Sekolah, 2022). Di mana keberadaan sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus sekolah negeri tentu saja dapat dimanfaatkan untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus dari sekolah menengah pertama dan sederajat. Sekolah negeri di Kabupaten Rembang turut mengaplikasikan skema Penerimaan Peserta Didik Baru yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Penerimaan Peserta Didik Baru pada skema Merdeka Belajar yang menggunakan zonasi lebih fleksibel nyatanya tidak dapat diaplikasikan dengan baik di Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang dengan jumlah sekolah menengah atas dan sederajat berstatus sekolah negeri yang tidak merata lah yang membuat skema Merdeka Belajar tidak dapat diterapkan dengan baik. Terlebih, beberapa wilayah di Kabupaten Rembang juga tidak memiliki sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus negeri sama sekali membuat sistem zonasi sangat sulit untuk diaplikasikan. Sistem zonasi dengan keterbatasan, hanya siswa yang berjarak dekat dari sekolah saja yang diterima juga akan mempersulit para calon siswa dari wilayah yang relatif jauh dari sekolah, terlebih pada calon siswa yang bertempat tinggal di wilayah yang tidak mempunyai sekolah menengah atas dan sederajat berstatus sekolah negeri. Jawaban yang dibutuhkan untuk mengatasi persoalan bagaimana pendidikan tetap dapat dilaksanakan secara merata di Kabupaten Rembang haruslah jawaban yang tidak merugikan ataupun tidak mempersulit pihak manapun. Jawaban dari permasalahan pendidikan yang belum merata di Kabupaten Rembang juga harus bisa direalisasikan dalam jangka waktu singkat dan juga dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, jawaban dari persoalan pemerataan pendidikan di Kabupaten Rembang harus realistis sesuai dengan keadaan yang terjadi. Pemecahan permasalahan pemerataan pendidikan di Kabupaten Rembang dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah sekolah negeri yang terdapat di wilayah Kabupaten Rembang, khususnya di wilayah-wilayah yang tidak mempunyai sekolah menengah atas dan sederajat berstatus sekolah negeri. Perbanyakan sekolah menengah atas dan sederajat berstatus negeri dapat dilakukan dengan
  28. 28 August 21, 2022 membangun infrastruktur sekolah baru maupun mengakuisisi sekolah-sekolah swasta agar berubah status menjadi sekolah negeri. Skema Merdeka Belajar pada awalnya diharapkan membawa bangsa Indonesia menuju pemerataan pendidikan yang lebih baik lagi kedepannya serta mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh dan inovatif dalam menghadapi perkembangan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa skema yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini memiliki berbagai macam keunggulan. Akan tetapi, dengan keunggulan yang dimilikinya skema ini masih mempunyai kelemahan (Astini, 2022). Kita bisa mengambil contoh seperti banyak wilayah di Kabupaten Rembang yang belum mempunyai sekolah menengah atas dan sederajat yang berstatus sebagai sekolah negeri, sehingga akan dapat menimbulkan masalah apabila di wilayah tersebut menerapkan skema Merdeka Belajar, khususnya dalam pengaplikasian Penerimaan Peserta Didik Baru. Dari keseluruhan pembahasan dapat dikatakan bahwa strategi pemerataan pendidikan dengan skema Merdeka Belajar masih memiliki kelemahan tersendiri dalam pengaplikasiaannya, utamanya pada wilayah di Kabupaten Rembang yang tidak memiliki atau kekurangan sekolah negeri (Astini, 2022). Skema baru yang digunakan hendaknya bisa memberikan pendidikan yang lebih merata, khususnya di wilayah yang tidak memiliki sekolah negeri. Skema ini bisa dengan memperbanyak jumlah sekolah menengah atas dan sederajat yang memiliki status sebagai sekolah negeri. Perbanyakan jumlah sekolah negeri bisa dilakukan dengan membangun sekolah-sekolah baru dan mengakuisisi sekolah-sekolah swasta menjadi sekolah negeri. Selama ini, jumlah sekolah negeri yang berada di wilayah perkotaan Rembang lebih banyak daripada di wilayah pedesaan, sehingga dengan memperbanyak jumlah sekolah negeri tentu saja akan dapat meratakan pendidikan di Kabupaten Rembang.
  29. 29 August 21, 2022 MARNING : Murodan Kitab Kuning Sebagai Upaya Pengoptimalan Spiritual Quotient (SQ) Generasi Millenial di Era Industri 4.0 Spiritual Pemuda di Era Globalisasi emasuki era industri 4.0, dunia kini digegerkan dengan sederet penemuan dan terobosan baru di bidang ilmu pengetahuan. Inovasi-inovasi baru dari kalangan muda banyak bermunculan, baik berupa penemuan teori ataupun sudah masuk ke jenjang praktik bahkan beberapa diantaranya telah diakui kehebatannya. Perkembangan globalisasi menuntut setiap individu termasuk para pemuda generasi millenial untuk saling berlomba-lomba dalam rangka memperbaiki taraf hidup dan mencapai kemajuan yang kini berdampak besar pada hadirnya revolusi kehidupan, baik dari segi mental, ilmu pengetahuan hingga dunia perpolitikan. Tidak salah jika pemuda disebut sebagai agent of change (ujung tombak perubahan) . Uraian diatas memberi gambaran bahwa globalisasi memberi kesempatan lebih pada pemuda untuk menanam dan memanen prestasi secara besar- besaran, namun dibalik kelebihan zaman yang serba berkemajuan ini, juga meninggalkan dampak negatif kepada pemuda. Masyarakat pada era globalisasi cenderung mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara disadari atau tidak, hal inilah yang kiranya menjadi penyebab krisisnya pengetahuan keagamaan di zaman sekarang. Dampak adanya masalah ini sudah jelas dan signifikan, masalah ini jelasnya bukan menjadi masalah kecil yang bisa diatasi secara singkat. Pembentukan karakter harus dimulai sejak dini dan salah satu bahan ajaran yang digunakan adalah keagamaan Jika keluarga dan masyarakat tak acuh pada masalah tersebut, maka anak-anak yang hidup di era globalisasi akan cenderung berkembang tanpa batas dan tidak mampu membedakan kebaikan dan keburukan, mengingat bahwa sistim globalisasi menuntut manusia untuk melihat segi manfaat dan kegunaan tanpa diiimbangi dengan baik buruknya. Salah satu wujud nyata dari minimnya pendidikan SQ adalah timbulnya politik kotor diberbagai intansi, pergaulan bebas dikalangan remaja, hingga tingginya angka bunuh diri karena tingkat penderita depresi semakin meningkat. Disinilah peran SQ sangat dibutuhkan, karena untuk M Faradila Inayatul Azizah
  30. 30 August 21, 2022 mencapai taraf hidup yang ideal manusia harus mempunyai bekal yang baik, baik di bidang inteletual, emosional maupun spiritual. Kitab dan Pengajarannya Kitab klasik atau dalam kehidupan sehai-hari disebut sebagai kitab kuning adalah salah satu aset keilmuan yang dimiliki bangsa Indonesia, hal ini dikarenakan banyak dari Ulama’ Indonesia yang turut menuangkan karya pemikiran dalam sebuah kitab, sebut saja kitab Adabut Ta’lim karangan Kyai Hasyim Asy`ari yang dijadikan bahan kajian di Timur Tengah dan Tafzir Al-Azhar karangan Buya Hamka yang banyak digandrungi intansi pendidikan Islam Asia Tenggara. Kitab dipilih sebagai media untuk menuangkan pikiran jelas bukan tanpa alasan, selain karena latar belakang para pengarang yang mengeyam pendidikan di Timur Tengah, kitab juga dihadirkan sebagai media dakwah bil-qolam yang banyak dijadikan jalan pilihan untuk menyebarkan islam oleh para cendekiawan dan ulama` terdahulu. Secara deskripsi, kitab kuning mempunyai ciri khas dalam penyajiannya. Pertama dalam setiap masalah yang ditampilkan selalu diawali dengan definisi-definisi yang tajam dan juga memberi pembatas yang jelas untuk menghindari kesalah pahaman. Kedua, setiap bahasan akan disertai dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan uraian atau masalah yang ditampilkan. Ketiga, sumber- sumber yang dijadikan rujukan penulis dalam beragumentasi ditunjukan dengan jelas (Abdul Aziz Dahlan, 1996). Berdasarkan data tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa selain menyajikan keilmuan yang syarat akan nilai religi, kitab juga disusun dengan sistimetika penulisan yang intelektual. Kalangan masyarakat umum, banyak yang memahami peran kitab hanya sebagai media pengajian atau buku-buku yang berisi tentang penjelasan agama seperti tauhid, nahwu dan lain sebagainya. Jauh dari pada itu, banyak dari kitab para ulama` kita yang didalamnya membahas kajian keilmuan umum, sebut saja Al-Qannun Fi-Al Tibb karya Ibnu Sina yang menjadi rujukan medis di belahan dunia barat. Kitab adalah media praktis untuk membahas ilmu baik dari segi ilmiah maupun keagamaan. Anak-anak yang menggunakan kitab sebagai bahan belajarnya akan mendapatkan keilmuan yang lebih kompleks dari segi Inteligence Quetient (IQ) maupun Spiritual Quetient (SQ). Beberapa pondok pesantren di Indonesia cenderung masih mempertahakan kajian kitab klasik untuk dipelajari santrinya dari dasar, hal ini jelas mempunyai dampak yang sangat besar. Santri atau siswa yang mengonsumsi kajian kitab disamping juga mengonsumsi keilmuan umum cenderung memiliki pandangan yang luas dan beraneka dibanding dengan siswa yang mempelajari keilmuan umum saja. Generasi-generasi pesantren ini atau beberapa kalangan menyebut sebagai generasi kitab diharapkan mampu memberi warna baru dari kehidupan globalisasi yang hingar binar dengan berbekal keilmuan yang telah diajarkan di pesantren. Muradan sebagai Peningkat SQ Muradan adalah suatu istilah yang digunakan oleh santri jawa untuk menamai kegiatan menulis dan merangkum penjelasan kitab yang telah
  31. 31 August 21, 2022 diajarkan oleh gurunya Beberapa pesantren di Indonesia mewajibkan santrinya untuk mempunyai rangkuman dari kitab yang telah di ajarkan, contohnya adalah Pondok Pesantren Sarang, Rembang. Sama halnya dengan menulis pada umumnya murodan juga mempunyai mempunyai manfaat yang banyak terutama pada kecerdasan otak. Kecerdasan disini meliputi tiga hal, yaitu IQ, SQ dan EQ (Emotional Quetient). Menurut Dr James W Pannebaker seorang ahli jiwa di Amerika, menulis adalah media yang baik untuk menuangkan perasaan dan emosi, sehingga banyak terapi kesehatan psikis dengan menggunakan media menulis. Jika pendidikan emosi bisa didapat dengan menulis, maka yang menjadi tugas kita adalah menjadikan media menulis sebagai pemenuh pendidikan sekaligus peningkat kecerdasan intelektual dan spiritual. Berdasar dari data yang telah dipaparkan bahwasaanya kitab adalah media praktis pembelajaran keilmuan ilmiah yang syarat akan nilai agama maka dengan menulis kembali keterangan yang ada pada kitab adalah kegiatan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan individu akan nilai agama. Selain itu, sistim kegiatan murodan juga mempunyai banyak keunggulan, diantaranya : a. Santri atau siswa dituntut untuk kritis, hal ini dikarenakan pada kegiatan menulis ulang keterangan kitab (murodan) santri diharuskan mendengar aktif dan berfikir secara fokus sehingga meminimalisir adanya kesalah pahaman anatara guru dan murid. b. Sistim murodan adalah kegiatan menulis yang berujung pada diskusi kelompok, sehingga kegiatan menulis ini juga diekspresikan dalam bentuk kata. Hal ini dirasa mampu untuk membantu memperkuat mental. c. Kegiatan murodan yang berlatar dari kegiatan menulis, mempunyai keunggulan yang lebih dari kegiatan membaca. Dalam kegiatan memabaca, indra yang terlibat adalah pendengaran sedang dalam kegiatan menulis, indra yang terlibat adalah pendengaran dan penglihatan serta konsentrasi yang lebih tinggi dibanding menulis, karena santri harus mencocokan apa yang diucapkan oleh guru dengan yang mereka tulis sehingga daya ingat yang didapat dari kegiatan menulis akan lebih lama bertahan dari pada membaca. d. Murodan adalah kegiatan yang dirasa mampu melestarikan makna kitab kuning secara orisinil, seiring dengan kurang minatnya lembaga pendidikan Islam untuk mencantumkan kitab kuning sebagai pendidikan dasarnya. Keprihatinan muncul ketika bacaan-bacaan era globalisasi hanya memenuhi kebutuhan intelektual saja tanpa dibarengi dengan spiritual. Secara mendalam kecerdasan SQ adalah kecerdasan yang paling utama dibanding kecerdasan lain, jika kecerdasan IQ hanya menjadikan seorang pintar dan kecerdasan EQ hanya mengatur kondisi emosional maka kecerdasan SQ mengatur bagaimana manusia bertindak, berfikir dan mengatur emosi. Manusia yang memiliki pemahaman agama baik akan
  32. 32 August 21, 2022 cenderung melibatkan Tuhan dalam setiap tindakan, hal ini akan menjadi pengontrol karena seolah-olah mata Tuhan ada dimana-mana. Seperti yang dijelaskan di awal bahwasannya kurangnya kecerdasan SQ akan menjadikan manusia tidak mampu membedakan baik dan buruk, maka sebaliknya pemahaman spiritual yang baik akan menjadikan manusia sebagai manusia yang bijaksana dalam bertindak. Peran SQ yang optimal akan membantu individu yang dalam kajian ini difokuskan pada generasi millenial menjadi generasi yang matang dalam menghadapi globalisasi, diharapkan dengan hadirnya generasi yang sadar SQ akan menjadi sebab terciptanya sistim yang lebih baik Murodan kitab secara tidak disadari sudah menjadi media pendidikan SQ yang telah ditawarkan oleh pesantren dan lestari hingga masa kini, sehingga sudah seharusnya pesantren harus mendapat perhatian lebih sebagai penyedia pendidikan agama yang efektif (effective school), selain sebagai penyedia pendidikan formal yang terstruktur bagi generasi millenial.
  33. 33 August 21, 2022 Realita Literasi di Rembang, Bagaimana Mau Berkembang? Rembang mungkin sudah 281 tahun berdiri. Namun, banyak sisi kehidupan masyarakat Rembang yang belum benar-benar mencapai kemerdekaan berarti hingga kini. Salah satunya di bidang literasi. Dari sisi kemauan membaca, kondisi kita jauh dari impian berdikari. ung Hatta pernah berkata “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Pernyataan tersebut merupakan sebuah ungkapan sarat makna yang melintasi berdasawarsa lekang lamanya. Kalimat tersebut juga menjadi simbol betapa pentingnya literasi dalam pusaran pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia saat itu. Tidak ketinggalan pula, Tan Malaka dalam karyanya berjudul Madilog juga berujar “Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk Kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi.” Berada dalam kondisi saat dimana gerakan literasi dikekang, justru membuat semangat mencari pengetahuan begitu menggema dari para pemuda pada masanya. Pada akhirnya, semangat itu terbayar dengan abadinya gagasan- gagasan sang pahlawan yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Tak hanya sejarah bangsa kita yang maju terbantu oleh riuhnya gerakan literasi para pejuangnya, sejarah dunia turut membuktikan dampaknya. Jika kita mundur jauh ke belakang, di saat peradaban termaju di dunia masih terletak di Mesopotamia tepatnya di tepi sungai Nil. Saat itu kekuasaan Fir’aun pada kerjaan Mesir Kuno adalah kejayaan terhebat yang terukir abadi dalam sejarah. Menariknya, kekuasan sebesar itu tidak dibangun semata-mata hanya oleh kekuatan militer. Pada saat berkuasa itu, pemerintahan Fir’aun memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi hingga mencapai 20.000 buku. Kita tentu sangat tahu betul bapak proklamator Indonesia. Bung Karno tentu tidak terlahir tiba-tiba dengan segudang pengetahuan luas akan kebangsaan. Berkat gurunya, HOS Tjokroaminoto-lah yang membawa Soekarno menyelami dunia ilmu dari buku-buku yang dikenalkan. Alhasil sang orator terbentuk menjadi sosok pemimpin dengan kemampuan berpidato yang B Anggi Renaldy Pratama
  34. 34 August 21, 2022 berapi-api. Hal itu jelas mustahil tanpa hadirnya buku dan kegemaran Bung Karno akan membaca dan menulis. Semua cerita masa lalu tersebut adalah sejarah yang telah lewat, lalu bagaimana kondisi masyarakat Indonesia kini mengenai kepedulian literasinya? Mengenal Makna Literasi Sebelum menelisik lebih dalam mengenai kondisi tingkat literasi bangsa Indonesia, mari kita terlebih dahulu memahami mengenai makna dari kata literasi. Pada dasarnya, literasi bukanlah suatu istilah baru bagi kehidupan kita. Hanya saja bagi sebagian orang, kata tersebut adalah kata-kata yang asing dan belum banyak yang tahu mengenai arti sebenarnya. Hal itu bukan suatu hal yang mengherankan mengingat literasi memiliki makna yang komplek dan dinamis, sementara masih banyak ahli yang terus mendefinisikannya dengan berbagai cara serta sudut pandang. Istilah literasi pertama kali muncul dalam peradaban Yunani kuno dimana cikal-bakalnya berasal dari bahasa latin Literatus yang berarti orang yang belajar. Kemudian istilah itu berkembang dari subjek menjadi sebuah kata benda yang mendefinisikan sebuah kemampuan. Merujuk pada pengertian UNESCO yang menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan koginitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan itu diperoleh. Lebih lanjut menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institutsi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. Dari definisi-definisi tersebut, kita kemudian paham bahwa yang namanya literasi tidak dapat dilepaskan dari aspek bahasa. Kita bisa disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan literasi yang baik seiring ketika kita sudah mendapatkan kemampuan dasar dalam berbahasa yang baik pula. Kemampuan itu terdiri dari kemampuan menyimak, berbicara, membaca serta menulis. Berangkat dari definisi tersebut dapat menjadi pondasi kesepahaman dari pengembangan makna literasi pada level selanjutnya. Dewasa ini, istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan. Pada zaman teknologi ini, kita tentu sering mendengar mengenai istilah literasi digital yang mana merujuk pada kemampuan memahami dan mengevaluasi referensi pada media digital. Pun ketika marak kasus penipuan terkait investasi dan pinjaman online, kita mengenal istilah literasi finansial yang mana merupakan kemampuan di dalam membuat penilaian terjadap informasi serta membuat keputusan efektif pada penggunaan dan pengelolaan di bidang keuangan. Dan masih banyak kategori literasi lain seperti halnya literasi kesehatan, literasi teknologi, literasi statistik, dan lain sebagainya. Pada intinya, hal yang paling penting dari makna literasi adalah bebas dari buta aksara agar dapat memahami semua konsep di berbagai bidang ilmu secara fungsional. Kondisi Literasi di Indonesia
  35. 35 August 21, 2022 Sudah menjadi sebuah hal yang umum bahwa persoalan literasi masih menjadi permasalahan akut bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assesment (PISA) yang dirilis pada 2019, Indonesia bahkan menempati peringkat 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Tren ini pun tidak mengalami peningkatan selama satu dasawarsa terakhir. Publikasi PISA ini tidak hanya menyoal tentang peringkat membaca, namun juga pengukuran lain dalam aspek matematika dan sains. Matematika mencakup identifikasi dan memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan sains meliputi aspek penggunaan pengetahuan, identifikasi masalah dan membuat keputusan tentang ilmu alam serta fenomena yang ada di sekitar. Hasilnya? Justru lebih parah dari peringkat literasi membaca. Pada kedua aspek ini, Indonesia bahkan mendapatkan predikat juara 2 terbawah. Rendahnya literasi Indonesia ini dapat dikaitkan dengan angka buta huruf yang masih tinggi di negara kita. Meskipun berada pada era teknologi dan informasi yang masif seperti sekarang tetap tidak dapat menyingkirkan fakta bahwa jutaan penduduk Indonesia masih banyak yang berstatus buta huruf. Data terbaru bahkan menunjukan hampir 3 juta penduduk Indonesia saat ini mengalami buta aksara. Data tersebut tentu saja cukup memprihatinkan. Literasi tampaknya belum sepenuhnya dianggap sebagai suatu budaya bangsa yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini juga dapat kita liat dalam linkungan sekitar, dimana masyarakat lebih cenderung melakukan aktivas lain seperti bermain online game dan juga menonton youtube dibandingkan membaca buku-buku yang berguna bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan. Kondisi Literasi di Rembang Menyambut usia ke-281, kita sebagai warga Rembang tentu memiliki berbagai macam resolusi harapan akan terciptanya kabupaten yang maju dan makmur. Upaya-upaya ini juga direspon baik pemerintah daerah dengan program-program yang telah dijalankan di berbagai lini kedinasan dan unit kerja yang ada. Aspirasi dan juga kritik-saran dari masyarakat berusaha untuk ditampung dan diolah agar dapat membenahi permasalahan akar rumput yang muncul. Namun tak bisa dipungkiri, usia yang begitu dewasa hingga hampir mencapai 3 abad ini, tetap tidak bisa mengentaskan permasalahan yang dasar di bidang pendidikan. Apa buktinya? Kita memang tidak bisa mengesampingkan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah, namun data bahwa angka kemiskinan kita masih tinggi, dan tingkat ekonomi masyarakat tidak kunjung naik ke level yang dapat dibanggakan menunjukkan bahwa kondisi Rembang masih belum baik-baik saja. Fakta sosial itu jika dapat ditarik lagi akar permasalahannya maka akan berujung pada problema tingkat pendidikan yang masih rendah. Kita dapat merujuk gambaran permasalahan pendidikan ini pada data-data yang dirilis oleh Badan
  36. 36 August 21, 2022 Pusat Statistik Kabupaten Rembang pada laman resminya. Dimulai dari angka partisipasi pendidikan pra-sekolah, dimana lebih dari 50 persen kelompok anak usia 0-6 tahun di Rembang tidak atau belum pernah merasakan pendidikan sekolah dini. Berlanjut ke angka partisipasi sekolah yang menunjukkan data seperti bentuk piramida. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin berkurang angka partisipasi pendidikan dari para anak muda di Rembang. Terakhir, pada 2020 hanya sebesar 56% kelompok masyarakat berusia sekolah menengah atas yang melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat SMA sederajat. Hal ini semakin miris ketika melihat angka partisipasi pendidikan tinggi, dimana hanya 5% dari lulusan kelompok usia sekolah menengah atas yang melanjutkan ke pendidikan tinggi. Jika dilihat data secara kumulatif, praktis lebih dari sepertiga masyarakat Rembang yang tidak mengenyam pendidikan hingga tuntas secara formal pada setiap jenjang. Tentu data yang kita lihat adalah sebuah masalah yang luar biasa bagi masa depan Kabupaten Rembang. Hal ini relevan merujuk pada pernyataan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yaitu Prof Dr Daoed Joesoef yang mengatakan bahwa "Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat," Memang realita memaksa banyak pemuda kita untuk keluar dari gelanggang pendidikan sekolah formal dikarenakan tuntutan sosial-ekonomi keluarga yang lebih urgent untuk dituntaskan. Namun, ketahuilah keluar dari sekolah tidak akan pernah memutus rantai kemiskinan yang ada di masyarakat. Justru dengan mengenyam pendidikan hingga tuntas yang merupakan jalan terhormat dalam meningkatkan hajat hidup masyarakat di masa depan. Sejalan dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan rendahnya kualitas lulusan pada tingkat pendidikan primer, sekunder, maupun pendidikan tinggi. Hal ini merupakan faktor utama rendahnya tingkat literasi di Rembang. Walaupun belum pernah ada data valid ataupun publikasi resmi tentang literasi warga Kabupaten Rembang, misalnya jumlah terbitan selama setahun yang bisa jadi salah satu indikator keliterasian, namun secara kasat mata kita dapat menarik benang merah yaitu kondisi literasi di Rembang sedang tidak baik-baik saja. Hal ini pun diperkuat baru-baru ini saat paparan Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Arpus) Kabupaten Rembang, Akhsanuddin, pada kegiatan workshop literasi digital pendidikan Jawa Tengah yang berlangsung tanggal 14 Juli 2022. Kadin Arpus Rembang pun menyampaikan bahwa secara umum literasi perpustakaan di Rembang masih sangat rendah sehingga perlu dorongan dari berbagai pihak untuk membantu pengentasan masalah literasi tersebut. Permasalahan Literasi di Rembang Rendahnya literasi tentu merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan suatu daerah. Literasi rendah akan berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas masyarakat. Hal ini berujung pada rendahnya pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita.
  37. 37 August 21, 2022 Rendahnya tingkat literasi ini juga secara signifikan menyebabkan meningkatkannya angka kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan. Berdasarkan laporan yang berjudul The Social and Economic Impact of Illiteracy yang dirilis oleh UNESCO pada tahun 2020, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau pendurunan produktivitas, tingginya biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik. Lebih jauh lagi tingkat literasi yang rendah menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi yang menyebabkan meningkatnya kriminalitas di masyarakat. Salah satu masalah literasi di Rembang dapat kita lihat pada fenomena yang sempat ramai diperbicangkan pada akhir tahun 2021 kemarin, dimana tersebarnya poster hoaks kegiatan perayaan akhir tahun di Rembang di tengah wabah corona yang sedang tinggi-tingginya. Hal ini jelas menyebabkan kehebohan di tengah masyarakat. Walaupun telah diklarifikasi secara resmi tentang kepalsuan berita yang ada oleh kepala Dinperingagkop Rembang, tetap saja tidak menutup ramainya pembahasan oleh para masyarakat di luar sana. Hal ini tentu saja menunjukan bahwa hoaks yang mudah dipercaya oleh masyarakat disebabkan karena budaya literasi dan membaca yang rendah. Sebagai individu, penulis pun mengakui bahwa gerakan literasi di lingkungan masyarakat di Rembang selama ini lesu sehingga tidak banyak orang yang kritis dikarenakan tidak ada kegemaran membaca sejak dini. Jika kita melihat perpustakaan umum di Rembang, jarang ada siswa sekolah ataupun masyarakat umum yang mampir, apalagi kerasan untuk berlama-lama di sana. Sepinya minat baca juga otomatis berdampak timbal balik pada peningkatan fasilitas literasi yang stagnan dan cenderung tidak terpelihara dengan baik di perpustakaan di Rembang. Kondisi ini adalah permasalahan sistemik yang memiliki jaring-jaring permasalahan yang komplek. Bangku-bangku sekolah pun tidak banyak didorong untuk menumbuhkan minat baca kepada para murid-muridnya. Setidaknya semenjak penulis lulus SMA dari 2015, hingga kini belum terlihat adanya perubahan minat baca ke arah yang lebih baik di Rembang. Akibat literasi yang rendah ini, masyarakat jadi gampang terpecah belah untuk membedakan antara hoaks dan fakta dikarenakan tradisi membaca yang luntur. Tanpa melakukan upaya perbaikan yang masif terhadap tingkat literasi di masyarakat akan sangat sulit bagi Rembang untuk dapat menyelesaikan permasalahan sosial yang ada dan juga meningkatkan kemajuan daerah. Jika kondisi yang ada terus menerus berjalan seperti ini, bagaimana mau berharap daerah kita berkembang? Oleh karena itu perlu ada upaya-upaya khusus dari pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi di masyarakat. Usulan Gagasan Pengentasan Masalah Literasi Di Rembang
  38. 38 August 21, 2022 Adapun beberapa upaya yang penulis usulkan untuk meningkatkan tingkat literasi di masyarakat Rembang antara lain: 1. Mempermudah Akses Mendapatkan Buku Salah satu penyebab rendahanya minat baca anak adalah kesulitan akses dalam mendapatkan buku. Semangat baca yang tinggi pun menjadi tidak berarti tanpa adanya buku yang bisa dibaca. Kita dapat membayangkan, luasnya daerah teritorial Kabupaten Rembang ini hanya ditunjang oleh satu perpustakaan umum yang berlokasi di ujung wilayah Rembang. Ditambah lagi kecamatan-kecamatan lain di Rembang tidak mempunyai fasilitas memadai dalam menyuguhkan aksesibilitas informasi kepada para masyrakatnya. Menindaklanjuti permasalahan ini, salah satu program yang dapat digagas oleh pemerintah daerah adalah dengan memperbanyak duplikasi pusat-pusat literasi atau dapat disebut kampung literasi. Hal ini tentu akan memudahkan masyarakat di berbagai pelosok Rembang dalam mendapatkan fasilitas bahan bacaan untuk meningkatkan tingkat literasi mereka. 2. Meningkatkan Mutu Bacaan Berdasarkan data Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), terdapat kurang lebih 30.000 judul buku yang telah diterbitkan setiap tahunnya. Namun, faktanya rata-rata masyarakat kita hanya membeli 2 buku per tahun. Bayangkan betapa sedikitnya jumlah tersebut. Hal ini disebabkan salah satunya oleh kebingungan masyarakat dalam memilih bahan bacaan yang berkualitas. Untuk itu, perlu adanya peningkatan dari segi mutu bacaan, kuhususnya bagi para generasi muda. Para pegiat perbukuan harus melakukan riset tema dan konten yang diperlukan dalam menyajikan bahan bacaan yang menarik perhatian pembaca. Di sisi lain, pemerintah dapat membantu dengan mengadakan kegiatan pelatihan menulis supaya mendorong terciptanya karya-karya masterpiece bagi para penulis. 3. Memperbanyak Program Literasi Kesenjangan tingkat literasi di Rembang dengan kota-kota lain ditimbulkan akibat minimnya program literasi yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Kita tentu pernah mendengar acara-acara literasi keren yang bertebaran di kota lain seperti Makassar International Writer Festival (MIWF), Ubud Writer Festibal (UWRF), Jakarta International Literary Festival (JILF), dan masih banyak yang lainnya. Festival literasi tersebut diadakan setiap tahun sebagai bentuk apresiasi terhadap para pegiat literasi dan juga untuk meningkatn budaya literasi di masyarakat sekitar. Di samping itu, program literasi tersebut dikemas dengan sangat baik bahkan mendatangkan para penulis dari mancanegara. Sejauh ini belum banyak program literasi di Rembang yang megah dan menarik perhatian masyarakat. Program yang diadakan sebatas program rutinitas pameran buku tiap tahun yang lebih tepat disebut bazar buku murah. Oleh karena itu,
  39. 39 August 21, 2022 pemerintah dan seluruh elemen komunitas di Rembang dapat saling bekerjasama merumuskan acara yang menarik dalam meningkatkan minat literasi masyarakat di Rembang. 4. Membangun Infrastruktur Perbukuan Indonesia memiliki banyak penerbit, terhitung jumlah penerbit meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 1.328 penerbit di tahun 2015. Hal ini berarti produksi buku masih terus berjalan dengan baik. Namun, sejauh usia penulis, Rembang tidak memiliki toko buku yang layak dalam memenuhi dahaga literasi masyarakat. Hingga kini, masyarakat harus dipaksa melanglang buana hingga beberapa kabupaten jauhnya untuk dapat membeli buku. Hal ini menjadi sangat krusial, jika keberadaan infrastuktur perbukuan tidak ada, bagaimana mengharapkan literasi masyarakat dapat meningkat. Oleh karena itu, pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak swasta untuk dapat membangun fasilitas-fasilitas toko buku di Rembang. Dimana ada gula maka semut-semut pasti akan mendatangi. Maka, jika sudah terbangun infrastruktur perbukuan ini diharapkan masyarakat akan semakin semangat dalam meningkatkan kemampuan literasi yang ada. Saran-saran diatas memang lebih menekankan kepada peran pemerintah dalam meningkatkan literasi. Namun jika kita bicara bagaimana agar Rembang dapat berkembang? Maka kunci penting dari gagasan ini ada pada diri kita masing-masing. Mari kita mulai mewujudkan mimpi mulia ini dari diri kita sendiri. Mari kita menjadikan membaca sebagai gaya hidup dalam upaya meningkatan kapasitas dan nilai literasi kita. Sehingga, jika kedua aspek ini saling bertemu – upaya pemerintah melengkapi infrastruktur literasi dan semangat membaca yang tinggi dari masyarakatnya- maka literasi Rembang yang berkembang adalah sebuah keniscayaan yang tinggal menunggu waktu untuk terwujud.
  40. 40 August 21, 2022 Literasi Substantif: Jihad Ekologi Kaum Santri Problematika Ekologi ekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa- Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Gutteres memberikan kode merah bagi eksistensi kehidupan umat manusia akibat meningkatnya emisi karbon dioksida. Meningkatnya emisi karbon dioksida membuat peningkatan suhu bumi sebesar 1,1 derajat celcius. Apabila manusia masih melakukan aktifitas seperti biasa dan tidak mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, maka 20 tahun kedepan bencana akibat perubahan iklim tidak akan bisa dikendalikan. Secara umum, problematika ekologi digolongkan dalam beberapa hal sebagai berikut. Pertama, polusi atau pencemaran lingkungan hidup. Baik polusi udara, air, maupun tanah. Pencemaran lingkungan hidup disebabkan oleh aktifitas sektor industri, pembuangan limbah, hingga asap kendaraan bermotor. Kedua, perubahan iklim dan pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca sehingga menyebabkan mencairnya es di kutub dan membuat meningkatnya permukaan air laut yang berimplikasi pada pola iklim dan cuaca seperti salju yang berlebihan dan banjir bandang. Ketiga, degradasi sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan membuat berkurangnya atau degradasi sumber daya alam hingga menyebabkan krisis atau kelangkaan sumber daya alam. Keempat, kepunahan keanekaragaman hayati. Kerusakan dan pencemaran lingkungan akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu. Hal ini akan mengakibatkan kepunahan keanekaragaman hayati. Kelima, pembuangan limbah. Aktifitas industri yang tidak dikelola berdasarkan prinsip ramah lingkungan akan mengakibatkan menumpuknya limbah yang akan mengancam eksistensi mahluk hidup. Keenam, deforestasi atau penggundulan hutan. Pembukaan dan perluasan lahan baik untuk pemukiman dan sektor industri akan menyebabkan penebangan hutan secara masif hingga terjadi deforestasi atau penggundulan hutan. Gundulnya hutan sebagai paru-paru dunia akan berimbas pada terjadinya bencana alam. Ketujuh, penipisan lapisan ozon. Lapisan ozon merupakan lapisan yang melindungi dan menutupi planet bumi dari radiasi sinar matahari atau radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya. Penipisan lapisan S Pradikta Andi Alvat
Publicité