Buku ini membahas tentang landasan psikologi proses pendidikan. Proses pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan dalam lingkungan tertentu. Landasan psikologis proses pendidikan mempelajari situasi pendidikan dengan fokus pada interaksi antara guru dan siswa.
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
1. LANDASAN PSIKOLOGI
PROSES PENDIDIKAN
Karya: Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
MUH. ALFIANSYAH
161050701024
KELAS 02
► Rabu, 19 Oktober 2016► Rangkuman Buku
► PENDIDIKAN MATEMATIKA ► PROGRAM PASCASARJANA ► 2016
2. Judul : Landasan Psikologi Proses Pendidikan
Penulis : Prof. Dr.Nana Syaodih Sukmadinata
Cetakan : Kelima, April 2009
Tebal : 286 halaman
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
ISBN : 979-692-240-1
3. ► BAB I PROSES PENDIDIKAN
A. Interaksi Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan
C. Lingkungan Pendidikan
D. Bentuk Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan
tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara
pendidik dengan peserta didik.
Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya
sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai
nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan peserta didik lebih banyak
sebagai penerima pengaruh dan sebagai pengikut.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu
pengembangan semua potensi, kecakapan, serta kaarakteristik pribadinya ke arah
yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekadar
memberikan pengetahuan atau nilai atau memberikan keterampilan. Pendidikan
berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki
peserta didik.
4. ► BAB I PROSES PENDIDIKAN
A. Interaksi Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan
C. Lingkungan Pendidikan
D. Bentuk Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan
pendidikan. Tujuan tersebut menyangkut kepentingan peserta didik sendiri,
kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya.
Arah Peningkatan
Proses Pendidikan
Pengetahuan
Kemampuan
Keterampilan
Sikap dan Nilai-
nilai
5. ► BAB I PROSES PENDIDIKAN
A. Interaksi Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan
C. Lingkungan Pendidikan
D. Bentuk Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan
pendidikan. Lingkunagan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, inntelektual dan nilai-
nilai.
Lingkungan Fisik terdiri atas lingkungan alami dan
lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat
dan sekaligus memberikan dukingan dan juga
hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari
lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas
yang digunakan.
Lingkungan Sosial melakukan lingkungan pergaulan
antar manusia, pergaulan antara pendidik dan peserta
didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam
interaksi pendidikan. Interaksi Pendidikan dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi dan corak peragulan antar
orang-orang yaang terlibat dalam interaksi tersebut.
6. ► BAB I PROSES PENDIDIKAN
A. Interaksi Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan
C. Lingkungan Pendidikan
D. Bentuk Pendidikan
Lingkungan Intelektual merupaakan kondisi dan iklim
sekitar yang mendorong & menunjang pengembangan
kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup
perangkat lunak seperti sistem dan program-program
pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber
belajar serta aktivitas pengembangan dan penerapan
kemampuan berpikir.
Nilai-nilai. Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan
yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari
apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi
tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks
sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan
tersebut bersumber dari disiplin ilmu atau
permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.
► Lanjutan ...
7. ► BAB I PROSES PENDIDIKAN
A. Interaksi Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan
C. Lingkungan Pendidikan
D. Bentuk Pendidikan
Pendidikan diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan. Ketiga kegiatan
tersebut, merupakan bentuk-bentuk utama dari proses pendidikan.
Bimbingan merupakan upaya atau tindakan pendidikan yang lebih terfokus pada
membantu mengembangkan domain afektif, seperti pengembangan nilai, sikap,
minat, motivasi, emosi, apresiasi, dll.
Pengajaran lebih terfokus pada pengembangan domain intelektual atau kognitif.
Latihan lebih terfokus pada pengembangan domain psikomotor atau keterampilan.
Ketiganya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan secara tegas, oleh karena itu
tumpang tindih bisa saja terjadi, umpamanya dalam pengajaran ada unsur
bimbingan dan latihan, dalam bimbingan ada unsur pengajaran dan latihan,
demikian juga dalam latihan ada unsur bimbingan dan pengajaran.
8. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu
dari sudut karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.
Dimana dasar-dasar pemahaman dan pengkajian tersebut diambil dari suatu cabang
ilmu yang disebut psikologi.
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan kegiatan individu.
Individu tidak berada dalam lingkungan yang hampa tetapi ia selalu berada dalam
lingkungan tertentu demikian halnya dengan perilaku individu, selalu berlangsung
dalam interaksi dengan lingkungan.
Definisi Psikologi
Secara Harfiah
psyche berarti jiwa
atau roh
logos berarti ilmu
pengetahuan
Psikologi adalah
ilmu tentang jiwa
atau ilmu jiwa
9. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
Tujuan utama dari
studi tentang
psikologi
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Agar seseorang mempunyai pemahaman
yang lebih baik tentang individu, baik dirinya
sendiri maupun orang lain.
Dengan hasil pemahaman tersebut
seseorang diharapkan dapat bertindak atau
memberikan perlakuan yang bijaksana.
Seseorang yang yang telah mempelajari psikologi diharapkan menjadi orang yang
dapat mengerti dirinya sendiri dan orang lain, serta dapat memberikan perlakuan
yang bijaksana.
Sebenarnya setiap orang adalah pendidik, minimal pernah melakukan fungsi
pendidikan, tidak hanya interaksi dilakukan oleh orang tua kepada anaknya tetapi
termasuk juga didalamnya interaksi antara tokoh masyarakat dsb. Para pendidik ini
dituntut untuk memberikan suri tauladan, arahan, bimbingan dan pembinaan, hal ini
sangat membutuhkan pengetahuan tentang psikologi.
11. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Lingkup kajian psikologi sangat luas, sebab individu manusia berada dalam berbagai
posisi, kondisi dan tahap perkembangan. Setiap posisi, kondisi dan tahap
perkembangan dapat memperlihatkan karakteristi kegiatan atau perilaku tertentu
yang berbeda pula. Secara garis besar kategori bidang psikologi dibagi 3 yaitu:
Psikologi Umum, Psikologi Khusus & Psikologi terapan.
Psikologi umum juga sering disebut sebagai pengantar psikologi yang merupakan
studi tentang perilaku atau kegiatan individu secara umum. Dalam psikologi umum
dipelajari konsep umum kegiatan atau perilaku individu, apa, mengapa dan
bagaimana seorang individu melakukan kegiatan. Mengenai masalah apa,
mencakup jenis-jenis kegiatan atau perilaku yang dilakukan individu, apa yang
menjadi sasaran dan tujuan dari kegiatan tersebut. Jenis-jenis kegiatan perilaku
misalnya : kegiatan perkembangan, belajar, berpikir dan dalam hal memecahkan
masalah.
12. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Psikologi Khusus Kelompok psikologi ini mempelajari tentang perilaku atau kegiatan
individu secara khusus, baik kekhususan karena tahap perkembangannya,
posisinya, asek yang mendapatkan sorotan utamanya atau karena kondisinya.
► Lanjutan ...
Psikologi perkembangan
Psikologi pria dan wanita
Psikologi abnormal
Psikologi kepribadian
Psikologi differensial
Psikologi binatang
Psikologi Terapan (Appied Psycology), merupakan penerapan atau penggunaan
pengetahuan, prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, pendekatan, metode dan tehnnik-
tehnik psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah pada
bidang lain.
PSIKOLOGI
KHUSUS
13. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Para pendidik sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi,
tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi
dalam interaksi pendidikan.
Interaksi pendidikan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks, berintikan
interaksi antar individu, tetapi berlangsung dalam konteks pedagogis. Studi
atau ilmu yang mempelajari penerapan, prinsip, metode, tehnik dan pendekatan
psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan
yang disebut “Landasan psikologis proses pendidikan” atau lebih populer “Psikologi
pendidikan”.
Situasi pendidikan yang menjadi fokus utama pengkajian landasan psikologis proses
pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk
meningkatkan para peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasillitas tertentu
yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
14. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Interaksi pendidikan memiliki suatu ciri dan fungsi khusus, yaitu bersifat dan
berfungsi membantu perkembangan siswa. Yang mana dalam interaksi ini, guru
memberikan sejumlah latihan melalui penggunaan metode tertentu dan dengan
dukungan buku sumber dan alat-alat bantu lain.
1. Agar para guru, para pendidik atau calon gurudan calon pendidik
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan.
2. Agar para guru, pendidik atau calon guru, calon pendidik mampu
menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap
siswa, peserta didik dengan lebih baik.
Tujuan Utama Landasan Psikologis proses Pendidikan:
Hal-hal diatas dapat dilakukan apabila guru mempunyai pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh tentang perkembangan serta kemampuan yang
dimiliki siswa baik kemampuan fisik, intelektual, sosial maupun emosional.
15. ► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS
A. Landasan Psikologis
B. Tujuan Psikologi
C. Ruang Lingkup
Psikologi
D. Landasan Psikologis
E. Tujuan Landasan
Psikologis
F. Ruang Lingkup
Landasan Psikologis
Landasan psikologis proses pendidikan
mempelajari situasi pendidikan dengan fokus
utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi
antara guru dan siswa, yang berlangsung
dalam suatu lingkungan. Siswa menduduki
tempat yang paling utama dalam interaksi ini.
Seluruh kegiatan interaksi pendidikan
diciptakan untuk kepentingan siswa yaitu
dalam membantu pengembangan semua
potensi dan kecakapan yang dimilikinya.
Sehubungan dengan itu maka hal-hal yang
berkenaan dengan potensi, perkembangan,
dan dinamika perilaku belajar menjadi kajian
utama landasan psikologi proses pendidikan.
16. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
Siswa atau peserta didik yang melakukan kegiatan belajar atau
mengikuti proses pendidikan, adalah individu. Baik di dalam
kegiatan klasikal, kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan
belajarnya tidak dapat dilepaskan dari karakteristik, kemampuan
dan perilaku individualnya.
► Karakteristik Individu
Individu manusia bukan manusia yang pada umumnya (manusia tertentu), yaitu
manusia yang memiliki ciri-ciri yang khas atau spesifik. Ciri-ciri yang khas ini bukan
hanya bersifat jasmani (fisik), tetapi juga ciri-ciri rohani (psikis). Yang dimaksud
dengan individu adalah kesatuan jasmani rohani yang memiliki ciri-ciri yang khas.
Sebenarnya dalam proses pendidikan, bukan hanya siswa yang
terikat dengan karakteristik, kemampuan dan perilaku individual
tersebut, tetapi juga guru serta para petugas pendidikan lainnya.
Karena siswa atau peserta didik merupakan subjek pendidikan,
maka karakteristik, kemampuan dan perilaku siswalah yang
mendapat kajian dan sorotan utama.
17. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
► Lanjutan ...
► Manusia sebagai Individu yang Unik
Secara garis besar, manusia terdiri atas dua aspek, yaitu jasmani
dan rohani. Aspek jasmani meliputi tinggi dan besar badan,
panca indera yang terdiri atas indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan pengecapan; anggota badan, kondisi
dan peredaran darah, kondisi dan aktivitas hormon. Aspek rohani
meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat,
motivasi, emosi dan perasaan, watak, kemampuan sosial,
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, peranan dan
interaksi sosial.
Tiap individu memiliki sejumlah ciri, dan ciri-ciri tersebut
membentuk satu kesatuan karakteristik yang khas yang memiliki
keunikan yang sendiri-sendiri. Tiap individu adalah unik sebab
perpaduan antara ciri-ciri tersebut bukan membentuk suatu
penjumlahan, tetapi integritas atau kesatupaduan.
18.
19. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
► Lanjutan ...
► Manusia Berkembang Dinamis
Karakteristik kedua dari individu adalah bahwa individu berkembang dinamis.
Individu yang kita hadapi termasuk individu kita sendiri, selalu berada dalam proses
perkembangan. Perkembangan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya.
Sebenarnya yang berkembang bukan hanya manusia tetapi juga binatang dan
tumbuhan.
Perilaku atau kegiatan individu seringkali dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu kegiatan kognitif, afektif dan
psikomotorik
Perilaku atau kegiatan individu menyangkut hal-hal yang
dia sadari dan juga yang dia tidak sadari. Menurut
konsep psikoanalisis sebagian besar dari kehidupan
individu terdiri dari bagian yang tidak disadari, hanya
sebagian kecil saja yang dapat disadari oleh individu.
► Aspek-Aspek Perilaku Individu
Psikomotor
Kognitif
Afektif
20. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
► Lanjutan ...
► Keberagaman Karakteristik Individu
Tiap individu memmiliki ciri-ciri yang khas, yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal-
hal apakah seorang individu berbeda dengan
yang lainnya?. Walaupun secara sepintas
seorang individu menunjukkkan persamaannya
dengan individu-individu yang lain, tetapi
secara lebih mendetail dapat dikatakan hampir
tidak ada dua individu yang identik atau tepat
sama. perbedannya hampir meliputi segenap
aspek kehidupan individu.
Individu berbeda dalam kecerdasan, bakat dan kecakapan-kecakapan hasil
belajarnya; berbeda pula dalam sikap, minat, emosi-perasaan, motif serta
penghayatan akan nilai-nilai; dia juga berbeda dalam kecakapan dan keterampilan
fisik dan sosial.
21. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku individu, baik yang bersumber dari
dalam dirinya (faktor internal) atau pun yang berasal dari luar dirinya (faktor
eksternal). Faktor internal merupakan segala sifat dan kecakapan yang dimiliki atau
dikuasai individu dalam perkembangannya, diperoleh dari hasil keturunan atau
karena interaksi keturunan dengan lingkungan. Faktor eksternal merupakan segala
hal yang diterima individu dari lingkungannya.
22. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
Keturunan, pembawaan atau heridity merupakan segala ciri, sifat, potensi dan
kemampuan yang dimiliki individu karena kelahirannya. Ciri, sifat dan kemampuan-
kemampuan tersebut dibawa individu dari kelahirannya dan diterima sebagai
keturunan dari kedua orang tuanya.
► Lanjutan ...
► Faktor Keturunan
Ada dua kategori sifat yang dimiliki oleh individu,
yaitu ciri dan sifat-sifat yang menetap dan ciri atau
sifat-sifat yang bisa berubah. Ciri—ciri dan dan sifat-
sifat yang menetap dipandang sebagai pembawaan
atau keturunan seperti warna kulit, rambut, bentuk
mata, hidung dll. Mengenai sifat-sifat seperti
periang, penakut, dll., beberapa ahli meragukan
bahwa hal itu merupakan faktor pembawaan sebab
kemungkinan besar masih bisa diubah oleh
lingkungan.
23. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
Perilaku yang diperlihatkan oleh individu bukan sesuatu yang dilakukan sendiri
tetapi selalu dalam interaksinya dengan lingkungan. Demikian juga ddengan sidat
dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki individu sebagian besar diperoleh melalui
hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mungkin berada disekitar
individu, mungkin juga berada jauh dari individu berada pada saat ini, atau telah
lama berlalu, lingkungan efektif atau pun tidak efektif.
► Lanjutan ...
► Faktor Lingkungan
Lingkungan Alam
Lingkungan Ekonomi
Lingkungan Sosial
Lingkungan Budaya
Lingkungan Politik
Lingkungan Keagamaan
Lingkungan
Lingkungan Keamanan
24. Jawabannya relatif, untuk perkembangan aspek tertentu peranan faktor
pembawaan lebih dominan seperti warna kulit. Sementara untuk perkembangan
aspek lain dari faktor pengaruh lingkungan lebih nampak seperti moral.
Yang mana diantara faktor
pembawaan dan lingkungan
yang lebih besar pengaruhnya
terhadap perkembangan dan
perilaku individu?
25. ► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU
A. Konsep Individu
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Perilaku Individu
► Lanjutan ...
► Interaksi anatara pembawaan, lingkungan dan kematanagan
Selain pembawaan dan lingkungan ada satu faktor penting lainnya yang turut
berpengaruh terhadap perkembangan individu yaitu faktor kematangan.
Meskipun seorang anak memiliki pembawaan yang hebat dan dibesarkan dalam
lingkungan yang serba lengkap dan baik, tetapi apabila sesuatu aspek belum matang
atau belum siap untuk berkembang, maka tidak akan terjadi perkembangan.
Bagaimana pun juga geniusnya seorang anak, kalau usianya baru dua tahun tidak
mungkin dapat belajar membaca, menulis dan berhitung.
Memang untuk anaka-anak luar biasa pandai,
masa kematangannya biasanya lebih cepat
dibandingkan dengan anak—anak normal.
Tetapi tetap ada batas-batas kesiapan
(kematangan).
26. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
Salah satu ciri yang esensial dari individu ialah bahwa ia selalu melakukan kegiatan
atau berperilaku. Kegiatan individu merupakan manifestasi dari hidupnya, baiks
ebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu
dalam interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan manusia dan bukan manusia.B. Motivasi
Individu menerima lingkungan Individu menolak lingkungan
Kecenderungan Interaksi individu dengan Lingkungan
Sesuatu hal yang datang dari lingkungan mungkin diterima oleh individu sebagai
sesuatu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, menguntungkan atau
merugikan. Sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan akan diterima oleh
individu. Tetapi, yang tidak menyenangkan atau merugikan akan ditolak atau
dihindari.
27. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya
penerimaan atau saling menguatkan diri. terhadap hal-hal yang disenangi atau
dirasakan menguntungkan, individu akan melakukan berbagai bentuk kegiatan
penyesuaian diri. dalam penyesuaian diri ini, yang diubah atau disesuaikan bisa hal-
hal yang ada pada diri individu (autoplastic), atau dapat juga hal-hal yang ada pada
lingkungan diubah sesuai dengan kebutuhan individu (alloplastic), atau penyesuain
diri otoplastis dan aloplastis terjadi secara serempak.
B. Motivasi
► Lanjutan ...
► Penyesuaian Diri
Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri yang sangat
kompleks. Bermodalkan potensi dan kecakapan yang dimilikinya individu manusia
mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang jauh lebih baik dari binatang.
Manusia tidak hanya secara refleks dan mekanistis mengatasi tantangan, ancaman
dan gangguan yang datang dari lingkungannya.
28. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
Terhadap hal-hal yang tidak disenangi, tidak dibutuhkan
atau yang bersifat ancaman, individu akan melakukan
usaha-usaha penolakan. Bentuk penolakan ini bermacam-
macam, tetapi pada garis besarnya dapat dibedakan
menjadi dua bentuk yaitu perlawanan (agression) dan
pelarian (withdrawl).
B. Motivasi
► Lanjutan ...
► Penolakan
Apabila individu merasa kuat atau mempunyai kekuatan
untuk menghadapi lingkungan yang mengancam dirinya,
maka ia akan melakukan perlawanan atau penentangan
terhadap lingkungan, tetapi apabila ia merasa lemah atau
tidak mempunyai kekuatan untuk melawan lingkungan
maka ia akan menghindarkan diri atau melarikan diri.
29. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan
tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini
mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkrit
ataupun abstrak.B. Motivasi
Apa yang ingin dicapai atau tujuan individu mungkin sama, tetapi bagaimana
mencapai dan mengapa individu ingin mencapainya mungkin berbeda. Cara atau
kegiatan yang dilakukan individu mungkin sama, tetapi tujuan dan faktor-faktor
pendorongnya mungkin berbeda. Demikian juga hal-hal yang mendorong
perbuatan individu mungkin sama tetapi tujuan dan cara individu mencapainya bisa
berbeda.
Motif Kegiatan Tujuan
30.
31. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
B. Motivasi
Adanya suatu kondisi yang terbeentuk
dari tenaga-tenaga pendorong (desakan
motif, kebutuhan dan keinginan) yang
menimbulkan suatu ketegangan atau
tension.
Berlangsungnya kegiatan atau tingkah
laku yang diarahkan pada pencapaian
suatu tujuan yang akan mengendurkan
atau menghilangkan ketegangan
Pencapaian tujuan dan berkuranganya
atau hilangnya ketegangan
Proses
Motivasi
► Lanjutan ...
32. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
B. Motivasi
Motifasi takut (fear motivation), individu melakukan
sesuatu karena takut.
Motifasi Insentif (incentive motivation), individu
melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan
suatu intensif.
Sikap (attitude motivation), motivasi yang muncul
dari dalam diri individu.
Motifasi Menurut
Sifatnya
► Lanjutan ...
Motif Aktualisasi Diri
Motif Harga Diri
Motif Persaudaraan
Motif Pengamanan
Motif Fisiologis
Tangga Motif dari
Abraham Maslow
33. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
B. Motivasi
Motif
Berprestasi
Motif
Berkuasa
Motif Membentuk
Ikatan
Hubungan antara motivasi dan
kepribadian
► Lanjutan ...
Motif Takut Akan
Kegagalan
Motif berprestasi yaitu motif untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan
orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi.
Motif berkuasa yaitu motif untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan pengaruh
terhadap orang lain.
Motif membentuk ikatan yaitu motif untuk mengikat diri dalam kelompok,
membentuk keluarga, organisasi ataupun persahabatan.
Motif takut akan kegagalan yaitu motif untuk menghindari diri dari kegagalan atau
sesuatu yang menghambat perkembangannya.
34. ► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu
Dengan Lingkungan
B. Motivasi
► Lanjutan ...
• Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.
• Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa.
Cara yang perlu dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasis siswa
• Memilih caa penyajian yang bervariasi, seusai dengan kemampuan siswa.
• Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara.
• Berikan kesempatan kepada siswa untuk sukses.
• Berikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.
• Berikan pujian, ganjaran atau hadiah.
• Penghargaan terhadap pribadi anak.
35. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Perasaan (feeling) sama halnya juga emosi merupakan suatu suasanan batin atau
suasanan hati yang membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak
dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling
negatif, yaitu sangat tidak senang. Beberapa bentuk perasaan yang lain selain senag
dan tidak senang adalah: suka atau tidak suka, tegang atau lega, dsb.
Suatu perasaan, apakah itu rasa senang, suka, tegang, atau terangsang dll., timbul
karena adanya perangsangan dari luar. Pperangsangan luar berbaur dengan kondisi
sesaat dari individu dan membangkitkan suatu perasaan. Intensitas perasaan yang
dihayati seseorang pada suatu saat tergantung kuat atau lemahnya perangsangan-
perangsangan datang, kondisi sesaat, kesan serta penerimaan individu terhadap
perangsangan-perangsangan tersebut.
36. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Ada tiga aspek perilaku individu, yaitu afektif, psikomotorik dan kognitif. Perasaan
atau merasa merupakan salah satu dari aspek afektif, mengetahui merupakan aspek
kognitif dan gerakan motorik adalah aspek psikomotor. Ketiganya merupakan hal
yang berbeda tetapi saling berhubungan.
►Merasa, Mengetahui dan Gerakan Mototrik
Mengetahui dilakukan melalui pengindraan, dan hasil dari
mengetahui individu memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh individu dapat memberi rasa
puas atau tidak puas. Gerakan motorik merupakan salah
satu bentuk interaksi individu dengan lingkungannya dan
diarahkan pada pemenuhan kebutuhannya. Pemenuhan
kebutuhan ini juga dapat memberikan rasa puas atau
tidak puas. Rasa puas atau tidak puas dapat menjadi
pendorong kepada individu utnuk mengetahui dan
melakukan gerakan-gerakan motorik lainnya.
37. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Simpati dalam bahasa inggrisnya simpathy dan empati atau empathy merupakan
bentuk-bentuk dari perasaan. Simpati adalah suatu kecenderungan untuk turut
merasakan yang sedang dirasakan oleh orang lain, dalam bahasa inggrisnya feeling
with another person.
► Lanjutan ...
► Simpati dan Empati
Setiap individu mempunyai rasa senang akan keindahan dalam bahasa inggrisnya
aesthetic enjoiment, tetapi objek dan ukuran rasa indah tersebut tidak selalu sama.
sesuatu yang dirasakan indah bagi seseorang belum tentu demikian bagi orang lain.
► Rasa senang akan keindahan
Aliran hedonisme sangat mengutamakan rasa senang. Menurut mereka tujuan hidup
manusia adalah mencari kesenangan. Kesennagn yang mereka cari adalah
kesenangan sejati, yaitu kesenangan yang tidak diakhiri penderitaan.
► Teori Hedonisme
38. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas
yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin, suatu stirred up or
aroused state of the human organization.
Pengalaman emosional
bersifat pribadi
Perubahan
aspek jasmaniah
Diekspresikan
dalam perilaku
Ciri-Ciri Emosi
Sebagai
motif
Spontanitas dan
Pengendalian
Pernyataan Konstruktif
dan Penekanan
Pola-Pola Ekspresi dan Pengendalian Emosi
Ekspresi Langsung
atau tersembunyi
39. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Takut, Cemas dan Khawatir. Ketiga macam emosi ini
berkeanaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu.
Pada rasa takut ancaman ini lebih khusus dan jelas
sedang pada cemas dan khawatir objek yang
mengancamnya tidak begitu jelas.
► Lanjutan ...
► Jenis-Jenis Emosi
Marah dan Permusuhan. Marah dan permusuhan
merupakan suatu perasaan yang dihayati oleh seseorang
atau kelompok yang cenderung bersifat menyerang.
Pada umumnya kedua jenis emosi ini diberi konotasi
negatif.
Rasa Bersalah dan rasa Duka. Kedua emosi ini dialami
seseorang karena kegagalan atau kesalahan dalam
melakukan sesuatu perbuatan berkenaan dengan
norma. Seperti halnya dengan jenis emosi yang lain.
40. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Menurut Erich Fromm (1956) rasa cinta berkembang dari kesadaran manusia akan
keterpisahannya dari yang lain, dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena
keterpisahan tersebut melalui pembentukan suatu persekutuan dengan yang lain.
Cinta melibatkan rasa empati
Orang yang mencintai sangat
memperhatikan kebahagiaan
Orang yang mencintai
mempunyai perasaan senang
Ciri-Ciri Rasa Cinta
Orang yang mencintai berusaha melakukan
berbagai upaya dan turut membantu orang yang
dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan
41. ► BAB V PERASAAN DAN EMOSI
A. Perasaan
B. Emosi
C. Cinta
Cinta Tuhan (Allah Swt.)
Cinta orang tua
Cinta pada lawan jenisJenis-Jenis Cinta
Cinta diri sendiri
► Lanjutan ...
Cinta sahabat
/persaudaraan
42. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
Aspek intelektual, disebut juga kecakapan merupakan suatu kemampuan dalam
mengenal, memahami, menganalisis, memahami dan memecahkan masalah-
masalah dengan menggunakan rasio/pemikiran Kecakapan dalam bahasa inggrisnya
ability dibedakan dalam dua hal yaitu kecakapan potensial dan kecakapan nyata.
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi,
masih kuncup belum termanifestasikan dan merupakan kecakapan-kecakapan yang
dibawa dari kelahirannya. Kecakapan potensial terbagi menjadi dua macam yakni
Inteligensi dan bakat.
Kecakapan nyata merupakan kecakapan yang sudah terbuka, sudah termanifes-
tasikan dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku dan berpangkul pada
kecakapan potensial. Kecakapan ini sudah banyak mendapat pengaruh dari
lingkungan dan dapat dilihat dalam perilaku khusus ataupun perilaku sehari-hari .
43. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
Banyak teori tentang inteligensi, dan tiap teori karena bertolak dari asumsi yang
berbeda memberikan rumusan yang berbeda pula. Beberapa teori memperlihatkan
kecenderungan yang sama, bahwa inteligensi menunjuk kepada cara individu
berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak
cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat
dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami unsur-unsur yang ada dalam situasi,
dalam melihat hubungan antar unsur dalam menarik kesimpulan serta dalam
mengambil keputusan atau tindakan.
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Menurut Spearman (yang terkenal dengan teori Spearman) ada dua faktor pada
kecakapan yaitu faktor umum (Faktor G atau General factor) dan faktor khusus
(Faktor S atau special factor). Faktor umum mendasari hampir semua perbuatan
individu, sedangkan faktor khusus berfungsi dalam perbuatan-perbuatan tertentu
yang khas. Selanjutnya faktor G bersifat bawaan sedangkan faktor S merupakan hasil
belajar. Cyrill Burt menambahkan faktor ketiga yaitu faktor kelompok (Faktor C,
Common factors). Contohnya kemampuan seni merupakan suatu faktor C sebab seni
merupakan rumpun dari seni tari, musik, suara, lukis, pahat, dekorasi, drama, dsb.
44. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
► Lanjutan ...
Terarah Kepada Tujuan
Tingkah Laku Terkondisi
Sikap Jasmaniah yang Baik
Memiliki Daya Adaptasi Tinggi
Berorientasi Kepada Sukses
Mempunyai Motivasi Tinggi
Dilakukan dengan Cepat
Menyangkut Kegiatan yang Luas
45. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Gardner menolak asumsi,
bahwa kognisi manusia meru-
pakan satu kesatuan dan indi-
vidu hanya mempunyai ke-
cerdasan tunggal. Meskipun
sebagian besar individu me-
nunjukkan penguasaan selu-
ruh spektrum kecerdasan,
tiap individu memiliki tingkat
penguasaan yang berbeda.
Individu memiliki beberapa
kecerdasan, dan kecerdasan-
kecerdasan itu bergabung
menjadi satu kesatuan mem-
bentuk kemampuan pribadi
yang cukup tinggi.
Kecerdasan Linguistik-Verbal
Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan Ruang-Visual
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan Musik
Kecerdasan Hubungan Sosial
Kecerdasan Kerohanian
Tujuh Macam Kecerdasan Menurut Gardner
46. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Menurut Daniel Golemen (1995) pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang
sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki
stabilitas emosi, motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stres, tidak
mudah putus asa dll. Pengalaman-pengalaman demikian memperkuat keyakinan
bahwa disamping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Orang yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu
mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memeliharan dan memacu
motivasi untuk terus berupaya, mampu menerima kenyataan, mampu merasakan
kesenangan dalam kesulitan.
Selain multiple dan emotional intelligence yang banyak dibahas saat ini adalah
kecerdasan spiritual atau spiritual intelligence. Konsep kecerdasan ini dikembangkan
oleh Zohar dan Marshall. Pengertian spiritual dalam konsep Zohar dan Marshal
(2000) bukan dan tidak ada kaitannya dengan spiritual dalam konsep agama.
Menurut mereka kecerdasan spiritual berkenaan dengan kecakapan internal,
bawaan dari otak dan psisik manusia, menggambarkan sumber yang paling dalam
dari hati semesta itu sendiri.
47. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Tes kecerdasan dari Binet diperuntukkan bagi anak berumur 2 sampai 15 tahun.
Untuk tiap tingkat usia disediakan enam sub tes, satu sub tes untuk setiap dua bulan.
Jumlah sub tes yang bisa dijawab dengan benar menunjukkan usia mental dari anak
tersebut.
Apabila usia mental ini dibagi oleh usia kalender akan menunjukkan IQ-nya. Karena
IQ ini menggunakan satuan ratusan maka hasil pembagian tadi dikalikan seratus.
Oleh karena itu rumusnya menjadi:
𝐼𝑄 =
𝑀𝐴
𝐶𝐴
× 100
Dengan menggunakan satuan ukuran IQ maka secara ideal kecerdasan individu
tersebar antara 0 sampai 200 dengan titik tengah 100. itulah sebabnya maka IQ
sekitar 90 s.d. 110 diklasifikasikan sebagai normal.
48. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Sebaran populasi individu menurut klasifikasi kecerdasannya
► Lanjutan ...
IQ Kategori Persentase
140 – ke atas Genius 0.25%
130 – 139 Sangat Cerdas 0.75%
120 – 129 Cerdas 6%
110 – 119 Di Atas Normal 13%
90 – 109 Normal 60%
80 – 89 Di Bawah Normal 13%
70 – 79 Bodoh (Dull) 6%
50 – 69 Debil (moron) 0.75%
25 – 49 Imbecil 0.2%
Di bawah 25 Idiot 0.05%
49. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu
pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.
► Bakat
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kepastian yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar
oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.
► Hasil Belajar
Alat untuk mengukur bakat disebut tes bakat (TB) sedangkan alat untuk mengukur
tes hasil belajar disebut tes hasil belajar (THB). TB dan THB diperlukan tes baku atau
tes standar. Tes baku ini pada umumnya hanya bisa dilakukan pada pengembangan
TB, sedangkan pada THB pembakuan tes tidak dapat selalu dilakukan, karena
biasanya guru didesak waktu untuk melakukan penilaian.
► Pengukuran Bakat dan hasil Belajar
50. ► BAB VI KECAKAPAN
A. Konsep Kecakapan
B. Kecerdasan
C. Kecerdasan Majemuk
D. Kecerdasan
Emosional & Spiritual
E. Pengukuran
Kecerdasan
F. Bakat dan
Hasil Belajar
G. Kreativitas
Salah satu kemampuan utama yang memiliki peranan penting dalam kehidupan dan
perkembangan manusia adalah kreativitas. Kemampuan ini banyak dilandasi oleh
kemampuan intelektual, seperti inteliginesi, bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi
juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor.
Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menemukan dan menciptakan
sesuatu hal baru, cara-cara baru, model baru yang
berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat. Hal baru
ini tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak
pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya mungkin
telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan
kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang
memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan
sebelumnya. Jadi, hal baru itu adalah suatu hal yang
sifatnya inovatif.
51. ► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A. Konsep
Perkembangan
B. Tahap-Tahap
Perkembangan
C. Tugas-Tugas
Perkembangan
Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan
kematangan. Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat.
Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan, perubahan
menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih baik.
Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dengan perkembangan.
Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik,
sedangkan perkembangan dengan aspek-aspek psikis dan rohaniah. Pertumbuhan
berkenaan dengan penyempurnaan struktur sementara perkembangan dengan
penyempurnaan fungsi.
52. Apakah kamu pikir
saya akan melewati
mereka semua dan
menjadi yang
terakhir???
Ingat!!! Saya
bisa datang
kapanpun!!!
53. ► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A. Konsep
Perkembangan
B. Tahap-Tahap
Perkembangan
C. Tugas-Tugas
Perkembangan
Perkembangan berlangsung seumur hidup.
Setiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda.
Perkembangan secara relatif beraturan mengikuti pola tertentu.
Perkembangan berlangsung secara beransur-ansur.
Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum ke khusus
Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase. Untuk kasus khus ada fase
yang dilewati dengan cepat atau lambat.
Sampai batas tertentu perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkolerasi dengan aspek lainnya.
Pada saat dan bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita.
► Prinsip Perkembangan ► Lanjutan ...
54. A. Konsep
Perkembangan
B. Tahap-Tahap
Perkembangan
C. Tugas-Tugas
Perkembangan
► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Masa kanak-kanak (0-4 tahun) sebagai
binatang melata dan berjalan.
Perkembangan Anak
menurut Stanley Hall
Masa anak (4-8 tahun) sebagai
manusia pemburu.
Masa remaja awal (8-12 tahun)
sebagai manusia biadab/liar.
Masa Adolesen (remaja
sesungguhnya) (12/13 sampai
dewasa) dimulai dengan masa gejolak
perasaan, konflik nilai dan berakhir
sebagai manusia peradaban modern.
Tahap Perkembangan Moral
menurut Lawrence Kohlberg
6. Hati Nurani
5. Perjanjian Masyarakat
4. Kepatuhan akan
Peraturan Hukum
3. Agar Dinilai Baik atau
Mendapat Pujian
2. Sebagai Alat Untuk
Mencapai Tujuan Pribadi
1. Menghindari Hukuman
dan Mendapat GanjaranPra Konvensi
Konvensi
Pasca Konvensi
55. A. Konsep
Perkembangan
B. Tahap-Tahap
Perkembangan
C. Tugas-Tugas
Perkembangan
► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tugas-TugasPerkembanganMasaBayi&Kanak-Kanak
Belajar Berjalan
Belajar Mengambil Makanan
Belajar Berbicara
Belajar Mengontrol Cara Buang Air
Belajar Mengetahui Jenis Kelamin
Belajar Stabilitas Jasmaniah
Belajar Konsep Sosial dan Fisik
Belajar Hubungan Sosial
Belajar Membedakan
Tugas-TugasPerkembanganMasaAnak
Belajar Keterampilan Fisik
Pengembangan Sikap
Belajar Berkawan dengan Teman
Sebaya
Belajar Melakukan Peranan Sosial
Belajar Menguasai Keterampilan
Intelektual Dasar
Pengembangan Konsep-Konsep
Pengembangan Moral
Memiliki Kemerdekaan Pribadi
Pengembangan Sikap Terhadap
Kelompok
56. A. Konsep
Perkembangan
B. Tahap-Tahap
Perkembangan
C. Tugas-Tugas
Perkembangan
► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tugas-TugasPerkembanganMasaRemaja
Mampu Menjalin Hubungan Lebih
Matang dengan Teman Sebaya
Mampu Melakukan Peranan-Peranan
Sosial
Menerima Kondisi jasmaninya
Memiliki Keberdirisendirian
Emosional dari Orang Tua & Lainnya
Mampu Memilih dan
Mempersiapkan Diri
Belajar Mempersiapkan Diri Untuk
Berkeluarga
Mengembangkan Konsep dan
Keterampilan Intelektual
Mampu Memilih dan
Mempersiapkan Diri Untuk Bekerja
Memiliki Perilaku Sosial yang
Diharapkan Masyarakat
Tugas-TugasPerkembanganMasaDewasaMuda
Memilih Pasangan Hidup
Belajar Hidup Bersama Pasangan
Hidup
Memulai Hidup berkeluarga
Memelihara dan Mendidik Anak
Mengelola Rumah Tangga
Memulai Kegiatan Pekerjaan
Bertanggung Jawab sebagai Warga
Masyarakat
Menemukan Persahabatan dalam
Kelompok Sosial
Belajar Menjadi Panutan
► Lanjutan ...
57. ► BAB VIII KEPRIBADIAN
A. Konsep Kepribadian
B. Konsep Aku
C. Tipologi Kepribadian
D. Kesehatan Mental
Kepribadian merupakan keperpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek
psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap,motif, minat, kemampuan, moral dan
aspek jasmaniah, seperti postur tubuh, tinggi, berat badan, indra, dll.
AKU
Kecerdasan
Bakat
Kemampuan
Motivasi
SikapMoral
Postur Tubuh
Tinggi & Berat
Badan
Indra
58. ► BAB VIII KEPRIBADIAN
A. Konsep Kepribadian
B. Konsep Aku
C. Tipologi Kepribadian
D. Kesehatan Mental
Aku atau self meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita, baik yang disadari
ataupun tidak disadari individu tebtang dirinya. Aku yang disadari oleh individu disebut self
picture atau gambaran aku, sedangkan aku yang tidak disari disebut unconscious aspect of the
self atau aku tak sadar.
Empat
konsep
aku
dalam
kontinum
Perasaan Diri
Cinta Diri Benci Diri
Sikap pada Diri
Positif Negatif
Kepercayaan Diri
Percaya Diri Tidak Percaya Diri
Cita-Cita Diri
Tinggi Rendah
Hubungan
Narsisme,
Masohisme,
& Sadisme
Cinta Diri Berlebihan
Narsisme
Benci Diri Berlebihan
Masohisme/ Menyiksa Diri
Sadisme
59. Perilaku
Perasaan
Sikap
Kepercayaan
Cita-Cita
► BAB VIII KEPRIBADIAN
A. Konsep Kepribadian
B. Konsep Aku
C. Tipologi Kepribadian
D. Kesehatan Mental
► Lanjutan ...
Inti Kehi-
dupan
Aku Sejati
Aku dilihat
Orang Lain
Aku dilihat
Oleh Aku
Aku Ideal
Visualisasi Konsep Aku
Menurut J. Pietrofesa
Aku Ideal
Aku Dilihat Aku
Aku Dilihat
Orang Lain
Aku Sehat
Aku Bermasalah
Aku Ideal
Aku Dilihat
Orang Lain
Aku Sehat
60. ► BAB VIII KEPRIBADIAN
A. Konsep Kepribadian
B. Konsep Aku
C. Tipologi Kepribadian
D. Kesehatan Mental
► Lanjutan ...
Tiipe
Kepribadian
Berdasarkan
Dominasi
Cairan Pada
Seseorang
Choleric (Empedu Kuning):
Cepat Marah, Mudah
Tersinggung, Tidak Sabar dsb.
Melancholic (Empedu Hitam):
Pemurung, Penduka, Mudah
Sedih, pesimis, & Putus Asa
Phlegmatic (Lendir): Lamban,
Pasif, Malas dan Apatis.
Sanguinic (Darah): Periang,
Aktif, Dinamis & Cekatan
Theoritic
atau
manusia
teoritis.
Econimc,
menda-
sarkan
aktivitasnya
atas dasar
nilai
ekonomi.
Aesthetic
menjadikan
nilai
keindahan
sebagai
dasar dari
pola
hidupnya
Sociatic
mereka yang
lebih
mengutama
kan nilai
sosial.
Politic yaitu
mereka
menjadikan
nilai politik
sebagai pola
hidupnya.
Religious,
mengutama
kan nilai-
nilai spiritual
hubungan
dengan
Tuhan.
Tipe Kepribadian Menurut Spranger Berdasarkan Kecenderungan Akan Nilai:
61. ► BAB VIII KEPRIBADIAN
A. Konsep Kepribadian
B. Konsep Aku
C. Tipologi Kepribadian
D. Kesehatan Mental
Kesehatan mental berkenaan dengan kondisi mental yang sehat sedangkan dari ilmu
kesehatan mental berkenaan dengan prinsip-prinsip atau usaha-usaha untuk
menciptakan kesehatan mental.
Memelihara
kesehatan fisik
anak.
Memberikan
berbagai
bentuk
kegiatan
belajar, latihan
penyaluran dll.
Menciptakan
Lingkungan
Sosial-
Psikologis yang
sehat & wajar.
Ciptakan
interaksi
dengan anak
dan individu
dengan dasar
kasih sayang &
Penghargaan.
Akan harga
dan martabat
anak tersebut.
62. ► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR
A. Pengertian Belajar
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Belajar
C. Prinsip Belajar
D. Beberapa Teori
Belajar
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar,
apakah itu mengarah kepada yang baik ataupun yang buruk, direncanakan atau
tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dengan belajar adalah pengalaman,
pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Tujuan Kesiapan Situasi
Inter-
pretasi
Respons
Konse-
kuensi
Reaksi
Terhadap
Kegagalan
Unsur-Unsur Belajar
Tipe-Tipe Belajar
Signal
Learning
Stimulus-
Respons
Learning
Chaining
Verbal
Associ-
ation
Discri-
mination
Learning
Concept
learning
Problem
Solving
Learning
63. Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa ,
baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR
A. Pengertian Belajar
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Belajar
C. Prinsip Belajar
D. Beberapa Teori
Belajar
Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang
memiliki kondisi fisik berbeda , ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam
terus menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu sampai dua jam saja.
Aspek psikis atau rohaniah. Aspek psikis menyangkut kesehatan psikis, kemampuan-
kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif.
Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang bebas dari tekanan batin yang
mendalam, gangguan perasaan, kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi dan
konflik psikis.
Faktor-faktor dalam diri individu
Faktor-faktor lingkungan
64. ► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR
A. Pengertian Belajar
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Belajar
C. Prinsip Belajar
D. Beberapa Teori
Belajar
Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Belajar berlangsung seumur hidup.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan,
faktor lingkungan, kematangan serta dari individu sendiri.
Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang
tinggi.
Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana
sampai dengan yang sangat kompleks.
Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
Prinsip-Prinsip
Belajar
65. ► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR
A. Pengertian Belajar
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Belajar
C. Prinsip Belajar
D. Beberapa Teori
Belajar
Individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Belajar
adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
Bagaimana proses pengemabangan kekuatan tersebut tiap aliran atau teori
mengemukakan pandangan yang berbeda.
► Teori Disiplin Mental
Ciri-ciri dari rumpun teori ini yaitu: 1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-
bagian kecil, 2) bersifat mekanistis, 3) menekankan peranan lingkungan, 4)
mementingkan pembentukan reaksi atau respon dan 5) menekankan pentingnya
latihan.
► Teori Behaviorisme
Rumpun ketiga adalah Kognitif-Gastald_Field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat
molekuler (menekankan unsur-unsur) maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat
keseluruhan atau keterampilan.
► Teori Cognitive-Gestalt-Field
66. ► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH
A. Belajar Proses
& Hasil Belajar
B. Sasaran Belajar
C. Bentuk Kegiatan
Belajar
D. Belajar Tuntas
Kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal, disengaja,
direncanakan, dengan bimbingan gru, serta pendidik lainnya. Apa yang
hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar). Apa yang hendaknya
dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari
(bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran),
serta bagaimana mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah
direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Kegiatan belajar yang
dilaksanakan di sekolah benar-benar disengaja dan direncanakan.
E. Belajar Afektif
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga
kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis, dan memecahkan
masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja; dengan demikian
aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan
penilaian. Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tepai juga secara lisan
penilaian perbuatan (sikap).
67. ► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH
A. Belajar Proses
& Hasil Belajar
B. Sasaran Belajar
C. Bentuk Kegiatan
Belajar
D. Belajar Tuntas
Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik
segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran belajar ini sering
dirumuskan dalam bentuk tujuan pelajaran, tujuan instruksional atau dewasa ini
disebut tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari
tujuan yang lebih luas yaitu tujuan kurikuler, yang juga merupakan pembelajaran
dari tujuan instruksional atau tujuan sesuatu lembaga pendidikan.
E. Belajar Afektif
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional menggambarkan kepribadian ideal seorang warga
negara Indonesia. Berdasarkan rumusan TAP MPR Nomor II Tahun 1988, tujuan
tersebut berbunyi:
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur; berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani.
68. ► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH
A. Belajar Proses
& Hasil Belajar
B. Sasaran Belajar
C. Bentuk Kegiatan
Belajar
D. Belajar Tuntas
Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang
dilakukan siswa di sekolah, sangat
ditentukan oleh model-model penga-
jaran yang diberikan oleh guru. Kegiatan
belajar yang dilakukan siswa sebenarnya
merupakan sisi lain dari kegiatan
mengajar yang dikerjakan oleh guru,
sebab kegiatan belajar-mengajar meru-
pakan dua aktivitas yang dilakukan oleh
dua orang yang berbeda tetapi dalam
situasi yang sama.
E. Belajar Afektif
Bentuk kegiatan belajar-mengajar yang digunakan juga berkaitan erat dengan teori
belajar yang digunakan. Seperti Discovery Learning, Inquiry Learning, Reception
Learning, Meaningful learning, Rote Learning, dsb.
69. ► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH
A. Belajar Proses
& Hasil Belajar
B. Sasaran Belajar
C. Bentuk Kegiatan
Belajar
D. Belajar Tuntas
Belajar tuntas adalah suatu upaya belajar dimana siswa dituntut menguasai
hampir seluruh bahan ajaran. Karena menguasai 100% bahan ajar sangat sukar,
maka yang dijadikan ukuran biasanya minimal mengetahui 85% tujuan yang harus
dicapai. Beberapa prinsip belajar tuntas sebagai berikut:
E. Belajar Afektif
Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai
sebagian besar bahan yang diajarkan.
Guru menyusun strategi pengajaran tuntas memulai dengan merumuskan tujuan-tujuan
khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa.
Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajaran menjadi satuan-
satuan bahan ajaran yang kecil yang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus
tersebut.
Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran
untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan.
Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma tetapi menggunakan acuan
patokan.
Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual
70. ► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH
A. Belajar Proses
& Hasil Belajar
B. Sasaran Belajar
C. Bentuk Kegiatan
Belajar
D. Belajar Tuntas
Beberapa Metode Belajar Afektif
E. Belajar Afektif
Melalui penggunaan model konsiderasi siswa didorong untuk lebih peduli, lebih
memperhatikan orang lain, sehingga untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang
lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis
dengan orang lain.
► Model Konsiderasi
Nilai juga bersifat multidimensial, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model
pembentukan rasional bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang
nilai-nilai.
► Model Pembentukan Rasional
Klarifikasi nilai merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan
atau proses menilai dan membantu siswa menguasai keterampilan, menilai dalam
bidang kehidupan yang kaya nilai.
► Klarifikasi Nilai
71. ► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH
A. Belajar Proses
& Hasil Belajar
B. Sasaran Belajar
C. Bentuk Kegiatan
Belajar
D. Belajar Tuntas
Beberapa Metode Belajar Afektif
E. Belajar Afektif
Pengembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau
reorganisasi kognitif, yang berlangsung secara berangsur melalui tahap prakonvensi,
konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan
kemampuan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.
► Pengembangan Moral Kognitif
Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri.
Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif.
Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai
fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini
bertujuan untuk membantu para siswa mengaktualisasikan dirinya.
► Model Nondirektif
► Lanjutan ...
72. ► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUAS
A. Tantangan Untuk
Belajar Secara Luas
B. Empat Pilar Belajar
C. Masyarakat Belajar
D. e-Learning
E. Memadukan
e-Learning dengan
Belajar Di Sekolah
Keseimbangan antara tuntunan global dan
lokal. Orang secara berangsur dituntut untuk
menjadi warga global yang berpengetahuan,
berpikir dan berkarya untuk kepentingan
global. Dipihak lain mereka tidak boleh
meninggalkan akarnya dan terus berperan
aktif dalam dan untuk kemajuan kehidupan
bangsa dan daerahnya.
Keseimbangan antara universal dan individual. Kebudayaan dewasa ini telah
berkebang ke arah budaya global universal. Pengaruh media cetak dan elektronik
sangat mempercepat tecapainya budaya global. Meskipun begitu derasnya pengaruh
globalisasi, tetapi kita tidak bisa meninggalkan karakteristik yang unik. Kemajuan
budaya diarahkan bagi kepentingan masa depan manusia, pengembangan seluruh
potensinya secara optimal, dengan tetap harus memperhatikan tradisi dan budaya
individualnya.
73. ► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUAS
A. Tantangan Untuk
Belajar Secara Luas
B. Empat Pilar Belajar
C. Masyarakat Belajar
D. e-Learning
E. Memadukan
e-Learning dengan
Belajar Di Sekolah
Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan
pemanfaatan pengetahuan. Dewasa ini terdapat ledakan informasi
pengetahuan. Hal ini bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang
sangat cepat dalam bidang ilmu, tetapi juga karena perkembangan teknologi
yang sangat cepat.
Belajar Mengetahui
Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab
pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco, belajar
berkarya ini mempunyai makna khusus yaitu dalam kaitan dengan vokasional.
Belajar berkarya adalah belajar atau berlatih menguasai keterampilan dan
kompetensi kerja.
Belajar Berkarya
74. ► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUAS
A. Tantangan Untuk
Belajar Secara Luas
B. Empat Pilar Belajar
C. Masyarakat Belajar
D. e-Learning
E. Memadukan
e-Learning dengan
Belajar Di Sekolah
Dalam kehidupan global kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka
kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran dan profesi, tetapi juga
hidup dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu
berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok
dituntut belajar hidup bersama.
Belajar Hidup Bersama
Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut
pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek
kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek
intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran
demikian dituntut individu-individu banyak belajar mengembangkan seluruh
aspek kepribadiannya.
Belajar Berkembang Utuh
► Lanjutan ...
75. ► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUAS
A. Tantangan Untuk
Belajar Secara Luas
B. Empat Pilar Belajar
C. Masyarakat Belajar
D. e-Learning
E. Memadukan
e-Learning dengan
Belajar Di Sekolah
Kemajuan-kemajuan yang berlangsung saat ini dan mungkin di saat yang akan
berlangsung sangat cepat, beragam, dinamis dan sukar diramalkan. Agar bisa
mengikuti, menyesuaikan diri dan berkiprah dengan kemajuan-kemajuan yang
sangat cepat tersebut, kuncinya adalah pada belajar.
Perkembangan yang cepat dari lingkungan harus
diimbangi oleh perkembangan yang cepat pula dari
individu warganya. Untuk itu setiap individu warga planet
ini dituntut untuk belajar, lebih banyak belajar,
meningkatkan kemampuan, motivasi dan upaya
belajarnya, sehingga tercipta masyarakat belajar. Individu
warga masyarakat yang banyak belajar akan mempercepat
perkembangan masyarakatnya. Perkembangan masyarakat
yang cepat menuntut warga masyarakat belajar lebih
banyak lebih intensif.
76. ► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUAS
A. Tantangan Untuk
Belajar Secara Luas
B. Empat Pilar Belajar
C. Masyarakat Belajar
D. e-Learning
E. Memadukan
e-Learning dengan
Belajar Di Sekolah
E-learning banyak dilakukan di dunia bisnis, karena mereka membutuhkan
informasi yang paling baru, paling akurat, selengkap mungkin dan semurah
mungkin. Karena informasi tersebut selalu berubah dan bertambah, maka mereka
perlu belajar setiap saat. Dengan e-learning kita dapat belajar 24 jam sehari,
mempelajari segala macam ilmu pengetahuan dan informasi, kita tidak hanya
melihat dan mengenalnya, dan berperan sebagai penonton.
E pada e-learning bukan hanya singkatan dari
electronic, tetapi juga dari experience (pengalaman),
extended (perpenjangan) dan expanded (perluasan).
Kata electronic, bermakna bahwa dalam e-learning
penambahan unsur teknologi pada proses belajar,
sehingga proses belajarnya melibatkan berbagai
perangkat keras, perangkat lunak dan proses
elektronik.
77. ► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUAS
A. Tantangan Untuk
Belajar Secara Luas
B. Empat Pilar Belajar
C. Masyarakat Belajar
D. e-Learning
E. Memadukan
e-Learning dengan
Belajar Di Sekolah
E-learning memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan belajar di sekolah,
diantaranya: keleluasaan waktu, kebebasan tempat, pemilihan bahan yang
dipelajari, kekurangan guru, keterbatasan biaya, dsb., tetapi tidak dapat
menggantikannya. E-learning sangat tepat bagi belajar orang dewasa, bagi
peningkatan kemampuan dan pengetahuan para karyawan dan eksekutif. Bagi
anak-anak dan pemuda, yang membutuhkan dasar-dasar yang kuat bagi belajar
selanjutnya, belajar di sekolah sangat cocok dan sangat sangat diperlukan.
Mengingat baik belajar di sekolah maupun e-learning mempunyai keunggulan
masing-maisng, maka yang paling baik adalah memadukan keduanya. E-learning
dapat digunakan sebagai salah satu mempelajari atau mendalami hal-hal
tertentu. Para siswa dapat diberi tugas atau mencari sendiri di internet. Guru
sebaiknya telah menyusun program pembelajaran dengan memasukkan kegiatan
e-learning, sebagai pelengkap, pengayaan atau program terpadu.
78. ► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
A. Tujuan & Kegunaaan
Pemahaman
B. Aspek-Aspek yang
Dipahami
C. Teknik-Teknik
Pemahaman
D. Penggunaan Hasil
Pemahaman
Agar individu, dalam hal terutama para pendidik dan pengajar dapat berinteraksi
dengan baik dengan individu lain, terutama dengan para pendidik dan siswanya,
maka diperlukan suatu pemahaman. Pemahaman tentang dirinya sendiri dan juga
pemahaman tentang orang lain. Tanpa pemahaman yang mendalam dan meluas
tentang diri sendiri dan orang lain ini tidak mungkin individu, terutama pendidik
dapat berinteraksi dengan orang lain (siswa) dengan baik.
79. ► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
A. Tujuan & Kegunaaan
Pemahaman
B. Aspek-Aspek yang
Dipahami
C. Teknik-Teknik
Pemahaman
D. Penggunaan Hasil
Pemahaman
Pemahaman individu pada dasarnya
merupakan pemahaman keselu-
ruhan kepribadiannya dengan segala
latar belakang dan interaksinya
dengan lingkungannya. Ada dua
komponen besar yang sudah lazim
dikenal orang banyak tentang
kepribadian, yaitu komponen fisik
atau jasmaniah dan psisiks atau
batiniah. Kedua komponen ini juga
meliputi banyak apek, yang dapat
dikelompokkan atas empat aspek
utama, yaitu aspek: intelektual,
sosial dan bahasa, emosi dan moral
serta aspek psikomotor.
80. ► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
A. Tujuan & Kegunaaan
Pemahaman
B. Aspek-Aspek yang
Dipahami
C. Teknik-Teknik
Pemahaman
D. Penggunaan Hasil
Pemahaman
Pemahaman yang dilakukan dalam interaksi sehari-hari bersifat informal, tanpa rencana,
mungkin juga tanpa disadari. Dalam interaksi belajar mengajar, disamping pemahaman
informal yak berencana dan tak disadari, juga diunakan teknik-teknik pemahaman yang lebih
formal dan berencana. Secara garis besar dibedakan dua macam cara pemahaman atau teknik
pengummpulan data, yaitu teknik pengukuran atau tes dan bukan pengukuran atau non tes.
Teknik pengukuran atau teknik tes merupakan pengumpulan data dengan menggunakan
alat-alat yang disebut tes dan skala. Alat ini bersifat standar atau baku karena telah
dibakukan atau distandarisasikan. Karena sifatnya sebagai alat ukur dan telah dibakukan
maka alat ini bersifat mengukur dan hasilnya adalah hasil ukur, dinyatakan dalam angka atau
klasifikasi tertentui.
Teknik Tes
Teknik non-tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku,
dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil
pengukuran. Beberapa teknik non-tes yang bisa digunakan dalam pemahaman individu
adalah: observasi, wawancara angket, studi dokumenter, skala, sosiometri, otobiografi, studi
kasus dan konferensi kasus.
Teknik Non-Tes
81. ► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWA
A. Tujuan & Kegunaaan
Pemahaman
B. Aspek-Aspek yang
Dipahami
C. Teknik-Teknik
Pemahaman
D. Penggunaan Hasil
Pemahaman
Perkembangan belajar siswa di sekolah tidak selalu berjalan lancar, adakalanya
mengalami hambatan ataupun kemacetan. Apabila siswa terhambat atau bahkan
mengalami kemacetan dalam belajarnya guru atau pembimbing tidak boleh tinggal diam,
ia harus berusaha memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan guru atau pembimbing
tidak dapat diberikan begitu saja, sebab walaupun dua orang siswa memperlihatkan
kesulitannya yang kelihatan sama, tetapi belum tentu benar-benar sama, sebab faktor-
faktor yang melatarbelakanginya berbeda.
Pembimbingan Siswa
Sebelum menyiapkan rencana pelajarannya atau susunan pelajaran guru hendaknya
mempelajari dulu rekord siswa. Melalui pemanfaatan rekord tersbeut guru akan
memperoleh gambaran umum tentang kondisi dan masalah siswa. Rekord siswa juga
dapat digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyesuaian pelajaran dengan
perbedaan individu.
Penyususnan & Penyempurnaan Pengajaran
82. ► BAB XIII Bimbingan Belajar
A. Konsep Bimbingan
B. Tujuan & Fungsi BK
C. Layanan BK
D. Bimbingan Belajar
di Skeolah
Menurut James P. Adam konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara
dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain
(konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang
akan datang.
E. Teknik-Teknik
Bimbingan Belajar
Rogers memberikan pengertian Konseling yaitu serangkaian kontak atau
hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan
bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).
83. ► BAB XIII Bimbingan Belajar
A. Konsep Bimbingan
B. Tujuan & Fungsi BK
C. Layanan BK
D. Bimbingan Belajar
di Skeolah
E. Teknik-Teknik
Bimbingan Belajar
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya dimasa yang akan datang.
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat serta
kerjanya.
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
Tujuan Bimbingan & Konseling
84. ► BAB XIII Bimbingan Belajar
A. Konsep Bimbingan
B. Tujuan & Fungsi BK
C. Layanan BK
D. Bimbingan Belajar
di Skeolah
E. Teknik-Teknik
Bimbingan Belajar
Fungsi Bimbingan Konseling
Fungsi Pemahaman
Fungsi Fasilitasi
Fungsi Penyesuaian
Fungsi Penyaluran Fungsi Adaptasi
Fungsi Pencegahan
Fungsi Perbaikan
Fungsi Penyembuhan Fungsi Pemeliharaan
Fungsi Pengembangan
85. ► BAB XIII Bimbingan Belajar
A. Konsep Bimbingan
B. Tujuan & Fungsi BK
C. Layanan BK
D. Bimbingan Belajar
di Skeolah
E. Teknik-Teknik
Bimbingan Belajar
Pengumpulan data
Pemberian informasi
Penempatan
Konseling
Penyesuaian diri
Evaluasi dan tindak lanjut
86. ► BAB XIII Bimbingan Belajar
A. Konsep Bimbingan
B. Tujuan & Fungsi BK
C. Layanan BK
D. Bimbingan Belajar
di Skeolah
E. Teknik-Teknik
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa.
Sebelum memberikan bantuan guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan
yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut.
Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan
masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.
Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama
dengan staf sekolah yang lain.
Orang tua adalah pembimbing belajar siswa di rumah.
Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium,
dsb.
87. ► BAB XIII Bimbingan Belajar
A. Konsep Bimbingan
B. Tujuan & Fungsi BK
C. Layanan BK
D. Bimbingan Belajar
di Skeolah
E. Teknik-Teknik
Bimbingan Belajar
Keseluruhan teknik bimbingan (dan konseling) dibedakan antara teknik bimbingan
kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang
diberikan kepada individu (siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang
bersifat informatif (memberikan iformasi) dan ada juga yang bersifat terapeutik atau
menyembuhkan. Beberapa teknik bimbingan individual yang bersifat informatif adalah
ceramah/penjelasan, wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan/tertulis, penyam-
paian informasi melalui media elektronika dll. yang diberikan secara individual.
Bimbingan Individu
Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa)
yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif,
dan terapeutik, tetapi juga ada yang bersifat adjustif. Bimbingan kelompok yang bersifat
informatif, hampir sama dengan bimbingan individual tetapi diberikan secara kelompok,
seperti ceramah kelompok, nasihat kelompok, penggunaan media tulis dan media
elektronika secara kelompok.
Bimbingan Kelompok
88. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
Siapakah Guru?
Guru sebagai
pribadi
Guru sebagai
pendidik & pengajarGuru sebagai
pembimbing
89. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
Kedewasaan
• Tiga Ciri Kedewassaan: (1)
memiliki tujuan dan pedoman
hidup, (2) mampu melihat
segala sesuatu secara objektif,
(3) orang yang bisa
bertangggung jawab.
Kesehatan Fisik & Psikis
• Gur dituntut untuk memiliki
fisik dan mental yang sehat.
Fisik yang sehat berarti
terhindar dari berbagai
macam penyakit. Guru yang
sakit bukan saja tidak mungkin
dapat melaksanakan tugas
dengan baik, tetapi
kemungkinan besar akan
menularkan penyakitnya ke
siswa. Sedangkan gangguan
mental yang diderita guru
dapat mengganggu bahkan
merusak interaksi pendidikan.
90. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
Guru merupakan suatu pekerjaan profesional. Untuk dapat melaksanakan tugas
tersebut dengan baik, selain hars memenuhi syarat-syarat kedewasaan, sehat
jasmani dan rohani, guru juga harus memili ilmu dan kecakapan-kecakapan
keguruan. Ilmu dan kecakapan-kecakapan tersebut diperoleh selama
menempuh pelajaran di lembaga pendidikan guru.
Penguassan Ilmu & Keterampilan Keguruan
Agar mampu menyampaikan ilmu pengetahuan atau bidang sttudi yang
diajarkannya ia harus menguasai ilmu atau bidang tersebut secara mendalam
dan meluas. Guru matematika dituntut menguasai ilmu atau bidang studi
matematika secara mendalam, jauh melampaui materi yang akan diberikan
kepada para siswanya. Demikian juga dengan guru-guru bidang studi lainnya.
91. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
► Lanjutan ...
Sifat dan
Sikap
Profesional
Fleksibel
Bersikap
terbuka
Berdiri
sendiri
Peka
Tekun
realistik
Melihat
ke depan
Rasa
ingin
tahu
Ekspresif
Meneri-
ma diri
92. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
Bentuk komunikasi dalam mengajar
Interaksi belajar-mengajar berintikan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan
terutama dari guru kepada siswa. Dalam keadaan idela interaksi dapat pula disampaikan oleh
siswa kepada guru dan kepada siswa yang lainnya.
Penyampaian informasi lisan
Para guru kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis.,berupa
penyampaian bahan tertulis tulisannya sendiri atau karya orang lain supaya dibaca dan
dipelajari oleh siswa.
Penyampaian informasi tertulis
Beberapa sekolah dewasa ini sudah mulai memanfaatkan media elektronika dalam kegiatan
belajar mengajar.
Komunikasi melalui media elektronik
Baik antara siswa dengan guru atau antar sesama siswa atau bahkan antar siswa dengan
manusia sumber di luar sekolah, dapat terjadi komunikasi dalam berbgai kegiatan kelompok.
Komunikasi dalam aktivitas kelompok
93. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
1. Berdasarkan jumlah siswa yang diajar dibedakan antara kegiatan
mengajar klasikal, kelompok dan individual.
2. Berdasarkan jarak antara guru dengan siswa dibedakan antara
mengajar jarak jauh dan tatap muka atau belajar dengan komunikasi
tidak langsung dan komunikasi langsung.
3. Berdasarkan media yang digunakan antara mengajar secara lisan,
menggunakan media tulis dan media elektronika.
4. Berdasarkan dominasi peranan guru dan siswa, dibedakan mengajar
yang bersifat ekspositori dan mengajar inkuiri-discovery.
5. Mengajar dengan menggunakan alat peraga atau audio-visual aid.
Bentuk Pengajaran yang Dilakukan oleh Guru
94. ► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA
A. Siapakah Guru
B. Kematangan
Kepribadian Guru
C. Kemampuan
Profesional
D. Kemampuan Guru
dalam Berkomunikasi
E. Proses Pengajaran
Penyampaian Informasi
► Lanjutan ...
Menyampaikan
informasi secara
sistematis atau
beraturan.
Berbicara terarah
kepada pencapaian
tujuan tertentu.
Berbicara dnegan
semangat.
Penyampaian
informasi diselingi
dengan sedikit humor.
Penyampaian
informasi disertai
dengan alat tulis atau
alat bantu lainnya.
Penyampaian
informasi dilengkapi
dengan pembuatan
sketsa.
Penyampaian
informasi dilengkapi
dengan dramatisasi
atau contoh,.
Guru hendaknya
memberikan petunjuk
yang jelas.