SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
MAKALAH

                         SHARF

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah

                         “Akuntansi LKS”




                   Disusun Oleh Kelompok 7:

                   1. Etin Suhartini (081400126)
                   2. Siti Nurjanah (081400127)

                        EKIS-A/ SMT VI


FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

        INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

 SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

                         2010-2011
KATA PENGANTAR



          Dengan mengucap rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah dan petunjuk kepada sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

          Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Syari’ah Institut Agama Islam Negri “SMH” Banten tahun akademik 2011

          Dalam penyusunan makalah ini tentu tidak luput dari berbagai kesulitan
yang dihadapi dan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.Dengan rendah
hati penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi materi maupun dalam penyusunan bahasa.

          Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan-masukan berupa
kritik dan saran yang membangun yang dapat penulis jadikan acuan sebagai
perbaikan penulisan serta membangun karakteristik penulis dimasa yang akan
datang.

          Akhirnya dengan    segala kekurangan penulis memohon       maaf yang
sebesar-besarnya dan atas dukungan dan partisipasinya, penulis sampaikan
terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal, amien.




                                                   Serang, 23 Maret 2011

                                                          Penulis




                                       i
DAFTAR ISI




Kata Pengantar................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................ii

BAB I        PENDAHULUAN............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

               A. Pengertian sharf.........................................................................................2

               B. Hukum sharf..............................................................................................2

               C. Hikmah sharf.............................................................................................4

               D. Rukun dan Landasan syari’ah sharf...........................................................4

               E. Syarat dan batasan-batasan sharf...............................................................5

               F. Pelaku atau subjek kegiatan valuta asing atau sharf...................................7

               G. jenis-jenis valuta asing..............................................................................9

               H. Jual valuta asing dalam perspektif fiqih....................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................13

               A. Kesimpulan...............................................................................................13

               B. Saran..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16




                                                               ii
                                                               ii
BAB I

                              PENDAHULUAN

       Persoalan perdagangan valuta asing telah menjadi sangat populer, umum
dan hampir dilakukan serta diterima sebagai suatu transaksi yang dipraktekkan di
seluruh dunia. Tidak ada sistem ekonomi suatu negara mengalami kemajuan tanpa
behubungan dengan perdagangan valuta asing. Oleh sebab itu selayaknya
perdagangan valuta asing diterima dan diadopsi sebagai suatu kebutuhan di
bidang akonomi dan bermanfaat serta sulit sekali dipisahkan dari dunia modern.

       Apa yang diperdagangkan dalam penjualan valuta asing? Jawabannya
tentu saja uang, mata uang diperdagangkan secara berpasangan melalui broker
atau dealer. Valas bersifat interbank karena waktu perdagangannya yang secara
kontinyu mengikuti waktu perdagangan masing-masing negara dan bisa
diasumsikan bahwa pasar valas buka 24 jam.

       Dalam Islam valuta asing biasa disebut dengan Al-sharf. Dan dalam Islam
tidak boleh adanya tujuan untuk spekulasi, tetapi jika perdagangan valuta asing
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk spekulasi, dan merusak sistem
prekonomian suatu negara, maka hal inilah yang sangat bertentangan dengan
tujuan syari’ah.

       Namun bagaimana solusi yang terbaik untuk hal itu? Solusinya adalah
mengadopsi dan menyesuaikan sistem perdagangan valuta asing yang ada dengan
prinsip-prinsip yuridis syar’i (hukum Islam).

       Dalam makalah ini akan dibahas pengertian secara detail, dan bagaimana
penjualan valuta asing atau al-sharf yang sesuai dengan syari’ah Islam.




                                        1
BAB II

                                    PEMBAHASAN

A. Pengertian Sharf

           Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran,
       atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan
       valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan
       baik dengan mata uang yang sejenis atau yang tidak sejenis1. Dalam istilah
       fiqh al-mu’amalah prinsip ini biasa disebut dengan bay’al-sharf (jual beli
       mata uang). Dalam mekanisme perbankan syari’ah, sharf berarti jual beli
       suatu valuta dengan valuta lainnya2.

           Sharf juga bisa diartikan sebagai jual beli uang logam dengan uang
       logam lainnya. Misalnya jual beli dinar, emas dan dirham perak3.

B. Hukum Sharf4

           Sharf diperbolehkan karena termasuk bentuk jual beli. Rasulullah
       shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jual lah emas semau kalian dengan
       kontan” (HR. Bukhari).

           Penukaran emas dengan emas dan perak dengan perak diperbolehkan
       jika kadarnya sama.

             Perbedaan harga atau berat dalam jual beli sesuatu yang jenisnya
       berbeda diperbolehkan. Misalnya, emas dengan perak asal dilakukan di
       dalam majelis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika
       jenis-jenis tidak sama, juallah semau kalian asal tangan dengan tangan
       (kontan)” (HR. Muslim).
1
  Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi.
Jakarta. 2011.hal 244
2
  Djazuli,H.A. Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. PT Raja Grafindo Persada.
Edisi 1 cet 1. Jakarta.2002. hal 69
3
    http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html
4
    http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html




                                             2
Jika kedua belah pihak berpisah sebelum serah terima maka sharf batal
         karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “…..kecuali tangan
         dengan tangan (kontan)” (HR. Bukhari dan Muslim).

             Praktek al-sharf hanya terjadi dalam transaksi jual beli, di mana praktek
         ini diperbolehkan dalam Islam5, berdasarkan firman Allah QS. al-Baqarah
         ayat 275:

a ay a a a a a a     y                          y                y   y

     y                                                  y                         y
         y

             y                                                                          y
                                                y           y
                                                                         y

                                            y       y                 y       y             yat




         Artinya: ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
         berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
         lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu,
         adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual
         beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli
         dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya
         larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
         Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang
         larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
         (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
         mereka kekal di dalamnya”.

         Kemudian dalam hadis Rasulullah juga disebutkan bahwa6:
                                                3
         ‫ل تسبيعوا الذهسب بالذهسب ال سسواء بسسواء, والفضسة بالفضسة, ال سسواء بسسواء, و بيعوا الذهسب‬
                                                        (‫بالفضة والفضة بالذهب كيف شئتم )رواه بخاري‬

5
    http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
“Janganlah engkau menjual emas dengan emas, kecuali seimbang,dan
        jangan pula menjual perak dengan perak kecuali seimbang. Jual lah
        emas dengan perak atau perak dengan emas sesuka kalian.” (HR.
        Bukhari).

        Hadits yang ke 2 yang artinya:

        “Nabi melarang menjual perak dengan perak, emas dengan emas,
        kecuali seimbang. Dan Nabi memerintahkan untuk menjual emas
        dengann perak sesuka kami, dan menjual perak dengan emas sesuka
        kami”.

        Hadits yang ke 3 yang artinya:

        “Kami telah diperintahkan untuk membeli perak dengan emas sesuka
        kami dan membeli emas dengan perak sesuka kami. Abu Bakrah
        berkata: beliau (Rasulullah) ditanya oleh seorang laki-laki, lalu beliau
        menjawab, Harus tunai (cash). Kemudian Abi Bakrah berkata,
        Demikianlah yang aku dengar.” (HR. Abu Hurairah).

C. Hikmah Sharf7

            Hikmah disyariatkannya sharf ialah untuk memudahkan seorang muslim
       menukar uang logamnya dengan uang logam lainnya ketika dibutuhkan.

D. Rukun dan Landasan Syari’ah sharf

            Rukun transaksi sharf terdiri atas8:

            * Penjual (Ba’i)

            * Pembeli (Musytari)

            * Mata uang yang diperjual-belikan (Sharf)

            * Nilai tukar (Si’rus Sharf) 4
6
    http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
7
    http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html
8
    http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/08/27/sharf/
* Ijab kabul (Sighat)

            Landasan syari’ah sharf9:

                Dari Ubadah bin Shamit r.a Nabi SAW berkata: “Emas dengan
            emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan
            sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, hendaklah sama
            banyaknya, tunai dan timbang terima. Apabila berlainan jenisnya boleh
            kamu jual sekehendakmu asal tunai.”

                Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, bersabda: “(boleh menjual)
            emas dengan emas dengan setimbang, sebanding, dan perak dengan
            perak setimbang sebanding.” (HR. Ahmad, Muslim & Nasa’i).

                Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: “(Boleh menjual) tamar dengan
            tamar, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, garam dengan
            garam, sama sebanding, tunai dengan tunai. Barang siapa menambah
            atau minta tambah maka telah berbuat riba kecuali yang berlainan
            warnanya.” (HR. Muslim).

                Dari Abi Bakrah r.a Nabi SAW melarang (menjual) perak dengan
            perak, emas dengan emas, kecuali sama. Dan Nabi menyuruh kami
            membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan
            perak sesuka kami pula.” (HR. Bukhari-Muslim).

E. Syarat dan Batasan-batasan Sharf10

       a. Serah terima sebelum iftirak (berpisah)

                Maksudnya yaitu transaksi tukar menukar dilakukan sebelum kedua
           belah pihak berpisah. Hal ini berlaku pada penukaran mata uang yang
           berjenis sama maupun yang berbeda, oleh karena itu kedua belah pihak

9
    http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/08/27/sharf/
10
     http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
                                       5
harus melakukan serah terima sebelum keduanya berpisah meninggalkan
   tempat transaksi dan tidak boleh menunda pembayaran salah satu antara
   keduanya. Apabila persyaratan ini tidak dipenuhi, maka jelas hukumnya
   tidak sah.

        Hal ini sesuai dengan dalil yang bersumber dari hadis nabi seperti
   yang telah disebutkan terakhir di atas yang diriwayatkan oleh Abu
   Hurairah. Begitu pula dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ad al-
   Khudhri, bahwasannya Rasulullah bersabda: ”janganlah kalian menjual
   emas dengan emas, kecuali sama rata, dan janganlah melebihkan salah
   satu diantara keduanya. Dan janganlah kalian menjual perak dengan
   perak, kecuali sama rata, dan janganlah kalian melebihkan salah satu
   antara keduanya. Dan janganlah kalian menjual -emas dan perak- yang
   telah ada dengan yang belum ada.”

b. Al-tamatsul (sama rata)

        Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya
   haram, syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang satu atau sama jenis.
   Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan al-
   tafadhul. Misalnya yaitu menukar mata uang dolar Amerika dengan dolar
   Amerika, maka nilainya harus sama. Namun apabila menukar mata uang
   dolar Amerika dengan rupiah, maka tidak disyaratkan al-tamatsul. hal ini
   praktis diperbolehkan mengingat nilai tukar mata uang dimasing-masing
   negara di dunia ini berbeda. Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata
   uang tertentu yang populer dan menjadi mata uang penggerak di
   perekonomian dunia, dan tentunya masing-masing nilai mata uang itu
   sangat tinggi nilainya.

c. Pembayaran dengan tunai

        Tidak sah hukumnya apabila di dalam transaksi pertukaran uang
   terdapat penundaan pembayaran, baik penundaan tersebut berasal dari
   satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat ini terlepas dari


                               6
apakah pertukaran itu antara mata uang yang sejenis maupun mata uang
           yang berbeda.

       d. Tidak mengandung akad khiyar syarat

                Apabila terdapat khiyar syarat pada akad al-sharf baik syarat
           tersebut dari sebelah pihak maupun dari kedua belah pihak, maka
           menurut jumhur ulama hukumnya tidak sah. Sebab salah satu syarat sah
           transaksi adalah serah terima, sementara khiyar syarat menjadi kendala
           untuk kepemilikan sempurna. Hal ini tentunya dapat mengurangi makna
           kesempurnaan serah terima. Menurut ulama Hambali, al-sharf dianggap
           tetap sah, sedangkan khiyar syaratnya menjadi sia-sia.

                Sedangkan batasan-batasan nya adalah:

                1. Motif pertukaran adalah rangka mendukung transaksi komersil,
                    yaitu transaksi perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan
                    dalam rangka spekulasi.

                2. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang
                    diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.

                3. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau
                    dengan kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak
                    kepemilikan (bai’ ainiah).

           Seseorang    yang    melakukan        perdagangan   valuta   asing   wajib
memperhatikan batasan tersebut dan wajib menjauhkan diri dari pasar gelap.
Tidaklah dibenarkan pedagang valas berpendapat bahwa “agama membenarkan
penukaran mata uang dengan syarat dilakukan secara tunai, tetapi mereka
mengabaikan kepentingan masyarakat banyak.” Jika mereka melakukan
penyimpangan karena melakukan pemerasan, maka yang semula halal akan
menjadi terlarang karena dapat merugikan.

F. Pelaku atau Subjek Kegiatan Valuta Asing atau Sharf11

11
     http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
Ada tujuh pelaku dalam kegiatan valuta asing yaitu:

1. Perusahaan

          Perusahaan menggunakan pasar valuta asing untuk mempermudah
   pelaksanaan transfer investasi atau komersil. Kelompok ini terdiri dari
   para   importir,   investor   internasional    dan    perusahan-perusahaan
                            7
   multinasional. Mereka menggunakan pasar valuta asing untuk tujuan
   investasi.




2. Masyarakat atau perorangan

          Masyarakat dan perorangan dapat melakukan transaksi valas untuk
   memenuhi kebutuhannya. Contohnya yaitu, Ayah mengirimkan uang
   untuk anaknya yang sedang sekolah di Amerika, maka terlebih dahulu
   Ayah harus membeli dolar atau menukar rupiah dengan dolar Amerika.

3. Bank Umum dan Non Bank

          Bank Umum dan non bank beroperasi di kedua pasar antar bank
   dan nasabah. Mereka melayani nasabah yang ingin bertransaksi valas.
   Mereka ini memperoleh keuntungan dengan membeli valuta asing pada
   harga permintaan (bid) dan menjualnya kembali pada harga yang sedikit
   lebih tinggi dari pada harga penawaran (offer).

4. Broker atau perantara

          Broker atau perantara adalah orang atau persahaan yang tugasnya
   adalah menjadi perantara aktifitas transaksi valas.

5. Pemerintah

          Pemerintah melakukan valas untuk berbagai tujuan antara lain
   membayar cicilan hutang ke luar negeri, penerimaan hutang dari luar
   negeri yang harus ditukar ke valuta sendiri.
6. Bank Sentral

                  Di banyak negara, Bank sentral tidak berada di bawah kendali
          pemerintah,      dia merupakan          lembaga independen yang bertugas
          menstabilkan perekonomian. Bank-bank sentral menggunakan pasar valas
          ini untuk memperoleh cadangan devisa dan juga mempengaruhi harga di
          mana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral mungkin melakukan
          langkah-langkah yang semata-mata dimaksudkan untuk mendukung atau
          mendongkrak nilai mata uang sendiri. Kebijakan atau strategi seperti ini
          banyak dilakukan oleh bank-bank sentral.

     7. Speculator dan Arbitrase             8

                  Mereka ini melakukan transaksi dalam pasar valuta asing untuk
          memperoleh keuntungan. Arbitrase pada prinsipnya merupakan suatu
          bentuk spekulasi yang terdapat dalam valuta asing, di mana mereka
          membeli suatu valuta asing di suatu pusat keuangan kemudian
          menjualnya kembali di pusat keuangan lain untuk memperoleh
          keuntungan.

                  Sementara spekulator mencari seluruh keuntungan dari perubahan-
          perubahan harga secara simultan. Spekulasi dan arbitrase dalam jumlah
          besar biasanya dilakukan oleh trader. Bank-bank dalam hal ini dapat
          bertindak sebagai dealer, spekulator dan arbitrase.

G. Jenis-jenis Valuta Asing

     1. Transaksi Spot

                 Yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan penyerahannya
         pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari,
         transaksi ini dibolehkan secara syari’ah, karena dianggap tunai12.

                 Misalnya kontrak jual beli suatu mata uang spot dilakukan atau
         ditutup pada tanggal 12 juni 2002, penyerahan dan penyelesaian kontrak
12
  Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi.
Jakarta. 2011.hal 244
tersebut dilakukan pada tanggal 14 juni 2002. Apabila tanggal 14 juni
          2002 tersebut kebetulan hari libur atau hari sabtu, maka penyelesaiannya
          adalah pada hari kerja berikutnya13. Tanggal penyelesaian transaksi seperti
          ini disebut value date. Penyerahan dana dalam transaksi spot pada
          dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara berikut ini:

           a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang
              sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak).

           b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja
              berikutnya atau hari keja setelah diadakannya kontrak.

           c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal
              transaksi.

       2. Transaksi Forward
                                            9
                  Yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
          ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan
          datang. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syari’ah (ada
          unsur ketidakpastian/gharar), karena harga yang dipergunakan adalah
          harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan
          dikemudian hari dan harga pada waktu penyerahan belum tentu sama
          dengan harga yang disepakati14.

                  Transaksi forward ini biasanya sering digunakan untuk tujuan
          hedging dan spekulasi. Hedging atau pemagaran resiko yaitu transaksi
          yang dilakukan semata-mata untuk menghindari resiko kerugian akibat
          terjadinya perubahan kurs15.

       3. Transaksi Swap




13
     http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
14
  Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi.
Jakarta. 2011.hal 244
15
     http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
Yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga
          spot yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang
          sama dengan harga forward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/
          judi/maisir16.

                  Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward.
          Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu yang
          bersamaan yaitu menjual dan membeli atau menjual dan membeli suatu
          mata uang yang sama. Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi
          hanya sekali saja yaitu membeli dan menjual. Penggunaan transaksi swap
          sebanarnya dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian
          yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat
          dilakukan antara nasabah dengan banknya dan antara bank dengan bank
          Indonesia (disebut reswap)17.

       4. Transaksi Option

                   Yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call
                                     10
          option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan
          atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal
          tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir18.

H. Jual Valuta Asing dalam Perspektif Fiqih19


               Secara normative hukum Isalam, jual beli valuta asing yang
       dilakukan saat sekarang tidaklah berubah fungsi uang dalam Islam. Karena
       al-sharf yang dijadikan sebagai salah satu jasa perbankan tidaklah sama
       dengan perdagangan uang atau memperjual belikan uang yang dalam banyak
       hal telah merugikan masyarakat banyak, terutama dalam kasus Indonesia.



16
  Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi.
Jakarta. 2011.hal 244
17
     http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
18
  Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi.
Jakarta. 2011.hal 244
19
     http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
Perbedaan antara al-sharf dengan perdagangan uang atau jual beli
uang, terletak pada hukum yang diterapkan pada al-sharf. Walaupun al-sharf
itu merupakan salah satu variasi dari jual beli, akan tetapi ia tidak dihukumi
dengan konsep jual beli secara umum, karena dalam konsep jual beli boleh
untuk di tangguhkan. Sedangkan dalam variasi jual beli uang dengan uang
memakai hukum khusus yang tidak terdapat dalam bai’ mutlak (jual beli
barang dengan uang) dan bai’ muqayyadah (jual beli barang dengan barang)
yaitu dalam hal time settlement-nya. Artinya dalam aqad al-Sharf ini harus
dilakukan secara tunai (tidak boleh ditangguhkan).

        Sebagaimana diketahui, bahwa jual beli itu bisa berupa ayn (goods
dan service) yang berarti barang dan jasa, atau juga berupa dayn (financial
obligation). Objek jual beli yang berupa dayn dengan dayn, hukumnya adalah
tidak sah karena hal tersebut telah menjadikan dayn sebagai ayn. Akan tetapi
ketika kedua bentuk dayn itu adalah berupa mata uang, maka ia adalah al-
sharf yang hukumnya boleh (mubah) dengan syarat kedua mata uang tersebut
harus diserahkan secara langsung (tunai) sebelum para pihak berpisah.
Sehingga akad al-sharf ini bisa disebut sebagai pengecualian dari aqad lain
yang obyeknya berupa dayn.

        Tujuan dari keharusan tunai dalam aqad al-sharf ini adalah untuk
                                11
menghindari adanya gharar yang terdapat dalam riba fadl. Gharar dalam aqad
al-sharf ini akan lenyap karena time of settlement-nya dilaksanakan secara
tunai. Sedangkan dalam aqad yang obyeknya berupa barang, maka selain
masa penyerahannya yang harus tunai, juga harus sama dalam hal kualitas
dan kuantitasnya. Justru merupakan satu hal yang tepat, ketika Ibn Taimiyah
mensyaratkan harus dilakukan secara simultan (taqabud) dalam transaksi
                             11
perdagangan uang.

         Sebagai salah satu variasi jual beli, al-sharf juga tentu saja harus
memenuhi persyaratan sebagaimana halnya variasi jual beli yang lain seperti
bai’ mutlak dan muqayyadah. Karena agar jual beli itu terbentuk dan sah
diperlukan sejumlah syarat, yaitu syarat adanya aqad jual beli dan syarat
sahnya jual beli. Sehingga aqad jual beli itu tidak saja ada dan terbentuk, akan
tetapi juga sah secara hukum. Dengan demikian hukum tentang al-sharf yang
biasa diartikan dengan jual beli valuta asing tidak diragukan lagi
kebolehannya dari sudut fiqh Islam.




                                   BAB III
                              12
                              PENUTUP

A. KESIMPULAN

    Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran,
      atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta
      dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang
      dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis atau yang tidak
      sejenis.
    Dalam surat dan hadits tentang ketentuan sharf dapat disimpulkan
      bahwa jual beli mata uang (valuta asing) dibatasi oleh beberapa syarat,
      dan syarat-syarat itu telah disebutkan oleh para ulama dalam
      penukaran emas dan perak yang mana berlaku juga dalam penukaran
      mata uang yang ada pada zaman setelahnya.
    Rukun sharf terdiri dari:

      * Penjual (Ba’i)
* Pembeli (Musytari)

   * Mata uang yang diperjual-belikan (Sharf)

   * Nilai tukar (Si’rus Sharf)

   * Ijab kabul (Sighat)

 Syarat-syarat Al-Sharf adalah:
   •   Serah terima sebelum iftirak (berpisah)

   •   Al-tamatsul (sama rata)

   •   Pembayaran dengan tunai

   •   Tidak mengandung akad khiyar syarat




 Batasan-batasan Al-Sharf adalah:

   •   Motif pertukaran
                               13
   •   Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang
       diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.

   •   Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau
       dengan kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan
       (bai’ ainiah).

 Pelaku-pelaku atau subjek dalam kegiatan valuta asing:

   •   Perusahaan
   •   Masyarakat atau perorangan
   •   Bank Umum dan Non Bank
   •   Broker atau perantara
   •   Pemerintah
   •   Bank Sentral
•    Spekulator dan arbitrase

   Jenis-jenis valuta asing ada 4:

     •    Transaksi Spot
     •    Transaksi Forward
     •    Transaksi Swap
     •    Transaksi Options

B. SARAN

         Seseorang yang melakukan perdagangan valuta asing wajib
  memperhatikan      syarat   batasan-batasan   seperti   disebutkan   dalam
  pembahasan di atas dan wajib menjauhkan diri dari pasar gelap. Tidaklah
  dibenarkan pedagang valas berpendapat bahwa “agama membenarkan
  penukaran mata uang dengan syarat dilakukan secara tunai, tetapi mereka
  mengabaikan kepentingan masyarakat banyak.” Jika mereka melakukan
  penyimpangan karena melakukan pemerasan, maka yang semula halal
  akan menjadi terlarang karena dapat merugikan.

                                 14
         Seseorang yang akan melakukan penjualan valuta asing atau al-sharf
  juga harus sesuai dengan hukum yang membolehkan bagaimana
  melakukan penjualan valas yang benar dan sesuai syariat Islam. Dan kita
  harus mengacu kepada Hukum dan Landasan syariat Islam yang telah
  ditetapkan. Kita harus memilih transaksi mana yang harus dipakai dalam
  transaksi penjualan valuta asing yang dibolehkan agama.
DAFTAR PUSTAKA
                                    15



Djazuli, H.A. dan Janwari, Yadi. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat.
      Edisi 1 cet 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/08/27/sharf/

http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html

Nurhayati, sri. Dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di indonesia. Edisi 2
      Revisi. Jakarta: Salemba Empat

.
16

More Related Content

What's hot (20)

Presentasi+wadiah
Presentasi+wadiahPresentasi+wadiah
Presentasi+wadiah
 
13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH
 
14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Fiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalahFiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalah
 
Fiqih Riba
Fiqih RibaFiqih Riba
Fiqih Riba
 
Bay tawarruq
Bay tawarruqBay tawarruq
Bay tawarruq
 
Makalah Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
Makalah Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam Makalah Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
Makalah Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
 
Kafalah dan wakalah
Kafalah dan wakalahKafalah dan wakalah
Kafalah dan wakalah
 
Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)
 
Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
 
Mengenal Riba
Mengenal RibaMengenal Riba
Mengenal Riba
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
akad wadiah
akad wadiahakad wadiah
akad wadiah
 
Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)
 

Viewers also liked

Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporerHarta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporerGus Alwy Muhammad
 
Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)
Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)
Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanMulyanah
 
Manajemen zakat di era modern
Manajemen zakat di era modernManajemen zakat di era modern
Manajemen zakat di era modernSudirman Hasan
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Pengelolaan dan Pengembangan Zakat
Pengelolaan dan Pengembangan ZakatPengelolaan dan Pengembangan Zakat
Pengelolaan dan Pengembangan ZakatNana Tauran Sidik
 
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan FungsiPasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan FungsiDeni
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahMarhamah Saleh
 

Viewers also liked (13)

Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporerHarta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
 
Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)
Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)
Makalah zakat profesi dan zakat investasi (Miftah'll Everafter)
 
Hukum ekonomi stain ta
Hukum ekonomi stain taHukum ekonomi stain ta
Hukum ekonomi stain ta
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasan
 
Manajemen zakat di era modern
Manajemen zakat di era modernManajemen zakat di era modern
Manajemen zakat di era modern
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Pengelolaan dan Pengembangan Zakat
Pengelolaan dan Pengembangan ZakatPengelolaan dan Pengembangan Zakat
Pengelolaan dan Pengembangan Zakat
 
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan FungsiPasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
 
AL-WAKALAH
AL-WAKALAHAL-WAKALAH
AL-WAKALAH
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
 
Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah)Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah)
 
WADI'AH
WADI'AHWADI'AH
WADI'AH
 
MURABAHAH
MURABAHAHMURABAHAH
MURABAHAH
 

Similar to Kel.7 sharf

Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docxPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docxMasOnet
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdfPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdfMasOnet
 
JUAL BELI DALAM ISLAM.docx
JUAL BELI DALAM ISLAM.docxJUAL BELI DALAM ISLAM.docx
JUAL BELI DALAM ISLAM.docxRahmat Hidayat
 
Makalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas cMakalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas ckhoirul rojiin
 
Perdagangan online dalam islam
Perdagangan online dalam islamPerdagangan online dalam islam
Perdagangan online dalam islamMuhammad Azmi
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsAlalan Tanala
 
MASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdf
MASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdfMASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdf
MASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdfOktavia Ningrum
 
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Khusnul Kotimah
 
Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Cut Nyak Dhien
 
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)AliRomay
 
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat PerdaganganMakalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat PerdaganganNasruddin Asnah
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaezz_ally
 

Similar to Kel.7 sharf (20)

Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docxPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.docx
 
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdfPERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
PERDAGANGAN DAN EKONOMI DALAM PERADABAN ISLAM.pdf
 
JUAL BELI DALAM ISLAM.docx
JUAL BELI DALAM ISLAM.docxJUAL BELI DALAM ISLAM.docx
JUAL BELI DALAM ISLAM.docx
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Makalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas cMakalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas c
 
Perdagangan online dalam islam
Perdagangan online dalam islamPerdagangan online dalam islam
Perdagangan online dalam islam
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran hadits
 
04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud
 
MASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdf
MASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdfMASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdf
MASAIL FIQH JUAL BELI VALUTAS ASING DAN SAHAM.pdf
 
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
 
Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4
 
KEL 3 HI (2).pptx
KEL 3 HI (2).pptxKEL 3 HI (2).pptx
KEL 3 HI (2).pptx
 
Akad Ba'i Salam
Akad Ba'i SalamAkad Ba'i Salam
Akad Ba'i Salam
 
#02# riba dan jenis jenisnya
#02# riba dan jenis jenisnya#02# riba dan jenis jenisnya
#02# riba dan jenis jenisnya
 
Mu'amalah xi
Mu'amalah xiMu'amalah xi
Mu'amalah xi
 
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
Perbankan syariah kelompok 6 (murobahah)
 
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat PerdaganganMakalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
 
Fikihmuamalah
FikihmuamalahFikihmuamalah
Fikihmuamalah
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
 

More from Mulyanah

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnMulyanah
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahMulyanah
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalahMulyanah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahMulyanah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Mulyanah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarahMulyanah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahahMulyanah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahMulyanah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakafMulyanah
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualahMulyanah
 

More from Mulyanah (12)

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahn
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakaf
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualah
 

Kel.7 sharf

  • 1. MAKALAH SHARF Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah “Akuntansi LKS” Disusun Oleh Kelompok 7: 1. Etin Suhartini (081400126) 2. Siti Nurjanah (081400127) EKIS-A/ SMT VI FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 2010-2011
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan petunjuk kepada sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Syari’ah Institut Agama Islam Negri “SMH” Banten tahun akademik 2011 Dalam penyusunan makalah ini tentu tidak luput dari berbagai kesulitan yang dihadapi dan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.Dengan rendah hati penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi materi maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun yang dapat penulis jadikan acuan sebagai perbaikan penulisan serta membangun karakteristik penulis dimasa yang akan datang. Akhirnya dengan segala kekurangan penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan atas dukungan dan partisipasinya, penulis sampaikan terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal, amien. Serang, 23 Maret 2011 Penulis i
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................................i Daftar Isi.........................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2 A. Pengertian sharf.........................................................................................2 B. Hukum sharf..............................................................................................2 C. Hikmah sharf.............................................................................................4 D. Rukun dan Landasan syari’ah sharf...........................................................4 E. Syarat dan batasan-batasan sharf...............................................................5 F. Pelaku atau subjek kegiatan valuta asing atau sharf...................................7 G. jenis-jenis valuta asing..............................................................................9 H. Jual valuta asing dalam perspektif fiqih....................................................11 BAB III PENUTUP.......................................................................................................13 A. Kesimpulan...............................................................................................13 B. Saran..........................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16 ii ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN Persoalan perdagangan valuta asing telah menjadi sangat populer, umum dan hampir dilakukan serta diterima sebagai suatu transaksi yang dipraktekkan di seluruh dunia. Tidak ada sistem ekonomi suatu negara mengalami kemajuan tanpa behubungan dengan perdagangan valuta asing. Oleh sebab itu selayaknya perdagangan valuta asing diterima dan diadopsi sebagai suatu kebutuhan di bidang akonomi dan bermanfaat serta sulit sekali dipisahkan dari dunia modern. Apa yang diperdagangkan dalam penjualan valuta asing? Jawabannya tentu saja uang, mata uang diperdagangkan secara berpasangan melalui broker atau dealer. Valas bersifat interbank karena waktu perdagangannya yang secara kontinyu mengikuti waktu perdagangan masing-masing negara dan bisa diasumsikan bahwa pasar valas buka 24 jam. Dalam Islam valuta asing biasa disebut dengan Al-sharf. Dan dalam Islam tidak boleh adanya tujuan untuk spekulasi, tetapi jika perdagangan valuta asing tersebut dilakukan dengan tujuan untuk spekulasi, dan merusak sistem prekonomian suatu negara, maka hal inilah yang sangat bertentangan dengan tujuan syari’ah. Namun bagaimana solusi yang terbaik untuk hal itu? Solusinya adalah mengadopsi dan menyesuaikan sistem perdagangan valuta asing yang ada dengan prinsip-prinsip yuridis syar’i (hukum Islam). Dalam makalah ini akan dibahas pengertian secara detail, dan bagaimana penjualan valuta asing atau al-sharf yang sesuai dengan syari’ah Islam. 1
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sharf Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis atau yang tidak sejenis1. Dalam istilah fiqh al-mu’amalah prinsip ini biasa disebut dengan bay’al-sharf (jual beli mata uang). Dalam mekanisme perbankan syari’ah, sharf berarti jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya2. Sharf juga bisa diartikan sebagai jual beli uang logam dengan uang logam lainnya. Misalnya jual beli dinar, emas dan dirham perak3. B. Hukum Sharf4 Sharf diperbolehkan karena termasuk bentuk jual beli. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jual lah emas semau kalian dengan kontan” (HR. Bukhari). Penukaran emas dengan emas dan perak dengan perak diperbolehkan jika kadarnya sama. Perbedaan harga atau berat dalam jual beli sesuatu yang jenisnya berbeda diperbolehkan. Misalnya, emas dengan perak asal dilakukan di dalam majelis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika jenis-jenis tidak sama, juallah semau kalian asal tangan dengan tangan (kontan)” (HR. Muslim). 1 Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi. Jakarta. 2011.hal 244 2 Djazuli,H.A. Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. PT Raja Grafindo Persada. Edisi 1 cet 1. Jakarta.2002. hal 69 3 http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html 4 http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html 2
  • 6. Jika kedua belah pihak berpisah sebelum serah terima maka sharf batal karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “…..kecuali tangan dengan tangan (kontan)” (HR. Bukhari dan Muslim). Praktek al-sharf hanya terjadi dalam transaksi jual beli, di mana praktek ini diperbolehkan dalam Islam5, berdasarkan firman Allah QS. al-Baqarah ayat 275: a ay a a a a a a y y y y y y y y y y y y y y y y y yat Artinya: ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Kemudian dalam hadis Rasulullah juga disebutkan bahwa6: 3 ‫ل تسبيعوا الذهسب بالذهسب ال سسواء بسسواء, والفضسة بالفضسة, ال سسواء بسسواء, و بيعوا الذهسب‬ (‫بالفضة والفضة بالذهب كيف شئتم )رواه بخاري‬ 5 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
  • 7. “Janganlah engkau menjual emas dengan emas, kecuali seimbang,dan jangan pula menjual perak dengan perak kecuali seimbang. Jual lah emas dengan perak atau perak dengan emas sesuka kalian.” (HR. Bukhari). Hadits yang ke 2 yang artinya: “Nabi melarang menjual perak dengan perak, emas dengan emas, kecuali seimbang. Dan Nabi memerintahkan untuk menjual emas dengann perak sesuka kami, dan menjual perak dengan emas sesuka kami”. Hadits yang ke 3 yang artinya: “Kami telah diperintahkan untuk membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan perak sesuka kami. Abu Bakrah berkata: beliau (Rasulullah) ditanya oleh seorang laki-laki, lalu beliau menjawab, Harus tunai (cash). Kemudian Abi Bakrah berkata, Demikianlah yang aku dengar.” (HR. Abu Hurairah). C. Hikmah Sharf7 Hikmah disyariatkannya sharf ialah untuk memudahkan seorang muslim menukar uang logamnya dengan uang logam lainnya ketika dibutuhkan. D. Rukun dan Landasan Syari’ah sharf Rukun transaksi sharf terdiri atas8: * Penjual (Ba’i) * Pembeli (Musytari) * Mata uang yang diperjual-belikan (Sharf) * Nilai tukar (Si’rus Sharf) 4 6 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/ 7 http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html 8 http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/08/27/sharf/
  • 8. * Ijab kabul (Sighat) Landasan syari’ah sharf9: Dari Ubadah bin Shamit r.a Nabi SAW berkata: “Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, hendaklah sama banyaknya, tunai dan timbang terima. Apabila berlainan jenisnya boleh kamu jual sekehendakmu asal tunai.” Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, bersabda: “(boleh menjual) emas dengan emas dengan setimbang, sebanding, dan perak dengan perak setimbang sebanding.” (HR. Ahmad, Muslim & Nasa’i). Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: “(Boleh menjual) tamar dengan tamar, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, garam dengan garam, sama sebanding, tunai dengan tunai. Barang siapa menambah atau minta tambah maka telah berbuat riba kecuali yang berlainan warnanya.” (HR. Muslim). Dari Abi Bakrah r.a Nabi SAW melarang (menjual) perak dengan perak, emas dengan emas, kecuali sama. Dan Nabi menyuruh kami membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan perak sesuka kami pula.” (HR. Bukhari-Muslim). E. Syarat dan Batasan-batasan Sharf10 a. Serah terima sebelum iftirak (berpisah) Maksudnya yaitu transaksi tukar menukar dilakukan sebelum kedua belah pihak berpisah. Hal ini berlaku pada penukaran mata uang yang berjenis sama maupun yang berbeda, oleh karena itu kedua belah pihak 9 http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/08/27/sharf/ 10 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/ 5
  • 9. harus melakukan serah terima sebelum keduanya berpisah meninggalkan tempat transaksi dan tidak boleh menunda pembayaran salah satu antara keduanya. Apabila persyaratan ini tidak dipenuhi, maka jelas hukumnya tidak sah. Hal ini sesuai dengan dalil yang bersumber dari hadis nabi seperti yang telah disebutkan terakhir di atas yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Begitu pula dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ad al- Khudhri, bahwasannya Rasulullah bersabda: ”janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali sama rata, dan janganlah melebihkan salah satu diantara keduanya. Dan janganlah kalian menjual perak dengan perak, kecuali sama rata, dan janganlah kalian melebihkan salah satu antara keduanya. Dan janganlah kalian menjual -emas dan perak- yang telah ada dengan yang belum ada.” b. Al-tamatsul (sama rata) Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram, syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang satu atau sama jenis. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan al- tafadhul. Misalnya yaitu menukar mata uang dolar Amerika dengan dolar Amerika, maka nilainya harus sama. Namun apabila menukar mata uang dolar Amerika dengan rupiah, maka tidak disyaratkan al-tamatsul. hal ini praktis diperbolehkan mengingat nilai tukar mata uang dimasing-masing negara di dunia ini berbeda. Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata uang tertentu yang populer dan menjadi mata uang penggerak di perekonomian dunia, dan tentunya masing-masing nilai mata uang itu sangat tinggi nilainya. c. Pembayaran dengan tunai Tidak sah hukumnya apabila di dalam transaksi pertukaran uang terdapat penundaan pembayaran, baik penundaan tersebut berasal dari satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat ini terlepas dari 6
  • 10. apakah pertukaran itu antara mata uang yang sejenis maupun mata uang yang berbeda. d. Tidak mengandung akad khiyar syarat Apabila terdapat khiyar syarat pada akad al-sharf baik syarat tersebut dari sebelah pihak maupun dari kedua belah pihak, maka menurut jumhur ulama hukumnya tidak sah. Sebab salah satu syarat sah transaksi adalah serah terima, sementara khiyar syarat menjadi kendala untuk kepemilikan sempurna. Hal ini tentunya dapat mengurangi makna kesempurnaan serah terima. Menurut ulama Hambali, al-sharf dianggap tetap sah, sedangkan khiyar syaratnya menjadi sia-sia. Sedangkan batasan-batasan nya adalah: 1. Motif pertukaran adalah rangka mendukung transaksi komersil, yaitu transaksi perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam rangka spekulasi. 2. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan. 3. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau dengan kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (bai’ ainiah). Seseorang yang melakukan perdagangan valuta asing wajib memperhatikan batasan tersebut dan wajib menjauhkan diri dari pasar gelap. Tidaklah dibenarkan pedagang valas berpendapat bahwa “agama membenarkan penukaran mata uang dengan syarat dilakukan secara tunai, tetapi mereka mengabaikan kepentingan masyarakat banyak.” Jika mereka melakukan penyimpangan karena melakukan pemerasan, maka yang semula halal akan menjadi terlarang karena dapat merugikan. F. Pelaku atau Subjek Kegiatan Valuta Asing atau Sharf11 11 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
  • 11. Ada tujuh pelaku dalam kegiatan valuta asing yaitu: 1. Perusahaan Perusahaan menggunakan pasar valuta asing untuk mempermudah pelaksanaan transfer investasi atau komersil. Kelompok ini terdiri dari para importir, investor internasional dan perusahan-perusahaan 7 multinasional. Mereka menggunakan pasar valuta asing untuk tujuan investasi. 2. Masyarakat atau perorangan Masyarakat dan perorangan dapat melakukan transaksi valas untuk memenuhi kebutuhannya. Contohnya yaitu, Ayah mengirimkan uang untuk anaknya yang sedang sekolah di Amerika, maka terlebih dahulu Ayah harus membeli dolar atau menukar rupiah dengan dolar Amerika. 3. Bank Umum dan Non Bank Bank Umum dan non bank beroperasi di kedua pasar antar bank dan nasabah. Mereka melayani nasabah yang ingin bertransaksi valas. Mereka ini memperoleh keuntungan dengan membeli valuta asing pada harga permintaan (bid) dan menjualnya kembali pada harga yang sedikit lebih tinggi dari pada harga penawaran (offer). 4. Broker atau perantara Broker atau perantara adalah orang atau persahaan yang tugasnya adalah menjadi perantara aktifitas transaksi valas. 5. Pemerintah Pemerintah melakukan valas untuk berbagai tujuan antara lain membayar cicilan hutang ke luar negeri, penerimaan hutang dari luar negeri yang harus ditukar ke valuta sendiri.
  • 12. 6. Bank Sentral Di banyak negara, Bank sentral tidak berada di bawah kendali pemerintah, dia merupakan lembaga independen yang bertugas menstabilkan perekonomian. Bank-bank sentral menggunakan pasar valas ini untuk memperoleh cadangan devisa dan juga mempengaruhi harga di mana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral mungkin melakukan langkah-langkah yang semata-mata dimaksudkan untuk mendukung atau mendongkrak nilai mata uang sendiri. Kebijakan atau strategi seperti ini banyak dilakukan oleh bank-bank sentral. 7. Speculator dan Arbitrase 8 Mereka ini melakukan transaksi dalam pasar valuta asing untuk memperoleh keuntungan. Arbitrase pada prinsipnya merupakan suatu bentuk spekulasi yang terdapat dalam valuta asing, di mana mereka membeli suatu valuta asing di suatu pusat keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain untuk memperoleh keuntungan. Sementara spekulator mencari seluruh keuntungan dari perubahan- perubahan harga secara simultan. Spekulasi dan arbitrase dalam jumlah besar biasanya dilakukan oleh trader. Bank-bank dalam hal ini dapat bertindak sebagai dealer, spekulator dan arbitrase. G. Jenis-jenis Valuta Asing 1. Transaksi Spot Yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari, transaksi ini dibolehkan secara syari’ah, karena dianggap tunai12. Misalnya kontrak jual beli suatu mata uang spot dilakukan atau ditutup pada tanggal 12 juni 2002, penyerahan dan penyelesaian kontrak 12 Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi. Jakarta. 2011.hal 244
  • 13. tersebut dilakukan pada tanggal 14 juni 2002. Apabila tanggal 14 juni 2002 tersebut kebetulan hari libur atau hari sabtu, maka penyelesaiannya adalah pada hari kerja berikutnya13. Tanggal penyelesaian transaksi seperti ini disebut value date. Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara berikut ini: a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak). b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja berikutnya atau hari keja setelah diadakannya kontrak. c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi. 2. Transaksi Forward 9 Yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syari’ah (ada unsur ketidakpastian/gharar), karena harga yang dipergunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan dikemudian hari dan harga pada waktu penyerahan belum tentu sama dengan harga yang disepakati14. Transaksi forward ini biasanya sering digunakan untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging atau pemagaran resiko yaitu transaksi yang dilakukan semata-mata untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya perubahan kurs15. 3. Transaksi Swap 13 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/ 14 Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi. Jakarta. 2011.hal 244 15 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
  • 14. Yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang sama dengan harga forward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/ judi/maisir16. Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward. Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan yaitu menjual dan membeli atau menjual dan membeli suatu mata uang yang sama. Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi hanya sekali saja yaitu membeli dan menjual. Penggunaan transaksi swap sebanarnya dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan antara nasabah dengan banknya dan antara bank dengan bank Indonesia (disebut reswap)17. 4. Transaksi Option Yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call 10 option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir18. H. Jual Valuta Asing dalam Perspektif Fiqih19 Secara normative hukum Isalam, jual beli valuta asing yang dilakukan saat sekarang tidaklah berubah fungsi uang dalam Islam. Karena al-sharf yang dijadikan sebagai salah satu jasa perbankan tidaklah sama dengan perdagangan uang atau memperjual belikan uang yang dalam banyak hal telah merugikan masyarakat banyak, terutama dalam kasus Indonesia. 16 Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi. Jakarta. 2011.hal 244 17 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/ 18 Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. salemba empat. Edisi 2 revisi. Jakarta. 2011.hal 244 19 http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/
  • 15. Perbedaan antara al-sharf dengan perdagangan uang atau jual beli uang, terletak pada hukum yang diterapkan pada al-sharf. Walaupun al-sharf itu merupakan salah satu variasi dari jual beli, akan tetapi ia tidak dihukumi dengan konsep jual beli secara umum, karena dalam konsep jual beli boleh untuk di tangguhkan. Sedangkan dalam variasi jual beli uang dengan uang memakai hukum khusus yang tidak terdapat dalam bai’ mutlak (jual beli barang dengan uang) dan bai’ muqayyadah (jual beli barang dengan barang) yaitu dalam hal time settlement-nya. Artinya dalam aqad al-Sharf ini harus dilakukan secara tunai (tidak boleh ditangguhkan). Sebagaimana diketahui, bahwa jual beli itu bisa berupa ayn (goods dan service) yang berarti barang dan jasa, atau juga berupa dayn (financial obligation). Objek jual beli yang berupa dayn dengan dayn, hukumnya adalah tidak sah karena hal tersebut telah menjadikan dayn sebagai ayn. Akan tetapi ketika kedua bentuk dayn itu adalah berupa mata uang, maka ia adalah al- sharf yang hukumnya boleh (mubah) dengan syarat kedua mata uang tersebut harus diserahkan secara langsung (tunai) sebelum para pihak berpisah. Sehingga akad al-sharf ini bisa disebut sebagai pengecualian dari aqad lain yang obyeknya berupa dayn. Tujuan dari keharusan tunai dalam aqad al-sharf ini adalah untuk 11 menghindari adanya gharar yang terdapat dalam riba fadl. Gharar dalam aqad al-sharf ini akan lenyap karena time of settlement-nya dilaksanakan secara tunai. Sedangkan dalam aqad yang obyeknya berupa barang, maka selain masa penyerahannya yang harus tunai, juga harus sama dalam hal kualitas dan kuantitasnya. Justru merupakan satu hal yang tepat, ketika Ibn Taimiyah mensyaratkan harus dilakukan secara simultan (taqabud) dalam transaksi 11 perdagangan uang. Sebagai salah satu variasi jual beli, al-sharf juga tentu saja harus memenuhi persyaratan sebagaimana halnya variasi jual beli yang lain seperti bai’ mutlak dan muqayyadah. Karena agar jual beli itu terbentuk dan sah diperlukan sejumlah syarat, yaitu syarat adanya aqad jual beli dan syarat
  • 16. sahnya jual beli. Sehingga aqad jual beli itu tidak saja ada dan terbentuk, akan tetapi juga sah secara hukum. Dengan demikian hukum tentang al-sharf yang biasa diartikan dengan jual beli valuta asing tidak diragukan lagi kebolehannya dari sudut fiqh Islam. BAB III 12 PENUTUP A. KESIMPULAN  Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis atau yang tidak sejenis.  Dalam surat dan hadits tentang ketentuan sharf dapat disimpulkan bahwa jual beli mata uang (valuta asing) dibatasi oleh beberapa syarat, dan syarat-syarat itu telah disebutkan oleh para ulama dalam penukaran emas dan perak yang mana berlaku juga dalam penukaran mata uang yang ada pada zaman setelahnya.  Rukun sharf terdiri dari: * Penjual (Ba’i)
  • 17. * Pembeli (Musytari) * Mata uang yang diperjual-belikan (Sharf) * Nilai tukar (Si’rus Sharf) * Ijab kabul (Sighat)  Syarat-syarat Al-Sharf adalah: • Serah terima sebelum iftirak (berpisah) • Al-tamatsul (sama rata) • Pembayaran dengan tunai • Tidak mengandung akad khiyar syarat  Batasan-batasan Al-Sharf adalah: • Motif pertukaran 13 • Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan. • Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau dengan kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (bai’ ainiah).  Pelaku-pelaku atau subjek dalam kegiatan valuta asing: • Perusahaan • Masyarakat atau perorangan • Bank Umum dan Non Bank • Broker atau perantara • Pemerintah • Bank Sentral
  • 18. Spekulator dan arbitrase  Jenis-jenis valuta asing ada 4: • Transaksi Spot • Transaksi Forward • Transaksi Swap • Transaksi Options B. SARAN Seseorang yang melakukan perdagangan valuta asing wajib memperhatikan syarat batasan-batasan seperti disebutkan dalam pembahasan di atas dan wajib menjauhkan diri dari pasar gelap. Tidaklah dibenarkan pedagang valas berpendapat bahwa “agama membenarkan penukaran mata uang dengan syarat dilakukan secara tunai, tetapi mereka mengabaikan kepentingan masyarakat banyak.” Jika mereka melakukan penyimpangan karena melakukan pemerasan, maka yang semula halal akan menjadi terlarang karena dapat merugikan. 14 Seseorang yang akan melakukan penjualan valuta asing atau al-sharf juga harus sesuai dengan hukum yang membolehkan bagaimana melakukan penjualan valas yang benar dan sesuai syariat Islam. Dan kita harus mengacu kepada Hukum dan Landasan syariat Islam yang telah ditetapkan. Kita harus memilih transaksi mana yang harus dipakai dalam transaksi penjualan valuta asing yang dibolehkan agama.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA 15 Djazuli, H.A. dan Janwari, Yadi. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Edisi 1 cet 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/ http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2008/08/27/sharf/ http://hafizun.blogspot.com/2010/01/sharf-dan-jual-beli-salam.html Nurhayati, sri. Dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di indonesia. Edisi 2 Revisi. Jakarta: Salemba Empat .
  • 20. 16