SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Oleh : Letjen TNI (Purn.) H. A. Roestandi, S.H.




Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan dan Penyelesaian Kasus-Kasus
              Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat
                 Hotel Karang Setra Bandung, 27 Juli 2011

                                                             1
Gagasan Pembentukan MK-RI


a. 1945 dalam BPUPKI
   1) Yamin
   2) Supomo

b. 1980 gagasan Yamin dimunculkan kembali, kembali
   gagal

c. TAP VI/MPR/1973, TAP III/MPR/1978, UU
   Kekuasaan Kehakiman (14/70, 004/2004) dan UU
   MA (84/85, 005/2004). MA berwenang menguji
   peraturan di bawah undang-undang.

d. Perubahan UUD 1945 1999, 2000, 2001 dan 2002.



                                                     2
Bertambahnya jumlah Lembaga Negara



                           Sengketa Lembaga Negara potensial lebih banyak



                                  Negara Hukum yang Demokratis



                               Negara Demokratis berdasarkan Hukum
 Perubahan UUD 1945
1999, 2000, 2001, 2002 :
                              Perubahan paradigma dari Supremasi MPR
                                       Supremasi Konstitusi



                                        Perlu koreksi atas UU


                                       Pelengseran Gus Dur



                                        Perlu impeachment
Bagan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman


              Kekuasaan
              Kehakiman

           MA (+
                            MK
        jajarannya)


   Vertikal    Horizontal

                                  4
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945

     •    Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh :

                Sebuah MA dan jajarannya
                   Vertikal (Tingkatan)
                     »  Tingkat pertama
                     »  Tingkat banding
                     »  Tingkat kasasi
                   Horizontal (Lingkungan)
                     »  Peradilan Umum
                     »  Peradilan Agama
                     »  Peradilan Militer
                     »  Peradilan TUN

                Sebuah Mahkamah Konstitusi
KONFLIK DAN PENYELESAIAN SECARA HUKUM

                                                      NEGARA




                           LEMBAGA                       x                     LEMBAGA
                            NEGARA                                              NEGARA
                                             Mahkamah Konstitusi

•Pengadilan Negeri
(Pidana)
•Pengadilan Militer                               ADMINISTRASI                                    Mahkamah
                      x                             NEGARA                                    x   Konstitusi

                              x      Pengadilan                Pengadilan Negeri     x
                                        TUN                        (Perdata)



                          INDIVIDU                        x                        INDIVIDU
                                           •Pengadilan Negeri (Perdata)
                                           •Pengadilan Agama


                                                      RAKYAT
Mahkamah Konstitusi adalah
  salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
   yang merupakan pengawal konstitusi
(the guardian of constitution), mempunyai :

4 (empat) KEWENANGAN :
 Menguji undang-undang terhadap UUD 1945.
 Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
   kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.
 Memutus pembubaran partai politik
 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu

 dan 1 (satu) KEWAJIBAN :
 • Memberikan keputusan atas pendapat DPR tentang
   impeachment Presiden dan/atau Wakil Presiden
Pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945




                                Formil
                         (proses pembentukan)

Pengujia
   n
                               Materiil
                  (materi-muatan, ayat, pasal, bagian)


                                                         8
UU merupakan bagian dari
        Peraturan Perundang-Undangan


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Pasal 7
merinci Peraturan Perundang-undangan sebagai
berikut:
 1. UUD 1945, direview oleh MPR
 2. UU dan Perppu, direview oleh pembentuk UU
    atau oleh MK / direview oleh DPR
 3. Peraturan Pemerintah
 4. Peraturan Presiden         Direview oleh pembentuk
                                atau Mahkamah Agung
 5. Peraturan Daerah

Mahkamah Konstitusi hanya berwenang melakukan
review, tidak melakukan preview
                                                   9
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA
   YANG KEWENANGANNYA DIBERIKAN OLEH UUD 1945



                                     Subjectum litis: yang berperkara adalah
                                      lembaga negara yang kewenangannya
                                            diberikan oleh UUD 1945

      Syarat yang
     harus dipenuhi
                                       Objectum litis: yang menjadi objek
                                      perkara adalah kewenangan lembaga
                                         yang diberikan oleh UUD 1945
Pemohon:
 Lembaga negara yang kewenangannya
 diberikan oleh UUD 1945
Termohon:
 Lembaga negara yang kewenangannya
 diberikan oleh UUD 1945
Pihak Terkait:
 Lembaga negara lainnya yang
 menganggap terkait kewenangannya
MA tidak dapat menjadi Pihak                                            10
PENYELESAIAN SENGKETA PEMILU
                              Dasar: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004
                                     Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003

                                                                                                     MUSYAWARAH
                                                                                                        MUFAKAT
             PENETAPAN        DISELESAIKAN OLEH MK                                                  129 (1) a dan
             HASIL PEMILU     PUTUSAN MK FINAL DAN                                                  81 (1) a
             104 dan 68             MENGIKAT
                                  134 dan 85                             DISELESAIKAN OLEH
                                                                         PANWASLU DENGAN
                                                                                CARA                MENAWARKAN
 SENGKETA                                          BERSIFAT
                                                                          128 (4)   dan 80           ALTERNATIF
   PEMILU                                       SENGKETA DAN
                                                                                (4)                 129 (1) b dan
                                               TIDAK ADA UNSUR
                                                                                                      81 (1) a
                                                    PIDANA
            PELANGGARAN                          128 (4) dan
            PERATURAN        DILAPORKAN
                                                    80 (4)                   DITERUSKAN KE
            PERUNDANG-      KE PANWASLU                                                                 MEMBUAT
                                                                            PENYIDIK 128 (5)
            UNDANGAN          127 dan                                                                PUTUSAN FINAL
                                                                                   dan
            PEMILU             79 (1)                                                                DAN MENGIKAT
                                                MENGANDUNG                       80 (5)
            122 (1) b dan                                                                           129 (1) c dan
            77 (1)                              UNSUR PIDANA
                                                                                                    81 (1) c
                                                 128 (5) dan
                                                   80 (5)
                                                                              DITERUSKAN KE
                                                                              PENUNTUT UMUM
Pemohon:                                                                  131 (3) dan 83 (3) 83
                                                                          (3)
Perorangan calon anggota DPD
Pasangan calon Presiden/Wakil Presiden
                                                                         DITERUSKAN KE PENGADILAN
Parpol peserta Pemilu                                                    UMUM 131(4) dan 84 (1)
Termohon: Komisi Pemilu (KPU)                                                     83(3)
Pihak Terkait:
Calon anggota DPD yang lain                             ANCAMAN < 18 bulan                      ANCAMAN >18 bulan
Pasangan calon Presiden/Wakil Presiden               PN: TINGKAT PERTAMA DAN                   PT: TINGKAT BANDING
                                                             TERAKHIR                              DAN TERAKHIR
yang lain                                            132 (2) dan 84 (2) 83(3)                  132 (3) dan 85 (3)
Parpol peserta Pemilu yang lain                                                                        83(3) 11
JENIS SANKSI BAGI PARTAI POLITIK

                         • Tidak punya Akte Notaris tentang pendirian (AD/ART)
                         • Keanggotaan kurang dari 50 orang
                         • Tidak memenuhi jumlah kepengurusan
1.Penolakan
                         • Tidak memiliki tanda gambar yang dipersyaratkan
  pendaftaran oleh
                         • Tidak mempunyai kantor tetap
  Pemerintah
                         • Memiliki asas yang bertentangan dengan
                           Pancasila Menggunakan lambang tertentu



2. Teguran terbuka       • Tidak membuat pembukuan
   oleh KPU              • Menerima sumbangan yang
                           tidak jelas




 3. Diberhentikan        • Tidak membuat laporan keuangan
    bantuan dari           secara berkala
    anggaran             • Tidak memiliki rekening khusus dana
    Negara                 kekayaan
    oleh pemerintah


                                                                           12
JENIS SANKSI BAGI PARTAI POLITIK
                   (Lanjutan)

  4. Pembekuan                     • Kegiatan bertentangan dengan UUD
     sementara                       1945/peraturan undang-undang
     1 tahun oleh                  • Kegiatan membahayakan keutuhan Negara
     Pengadilan                      Kesatuan Republik Indonesia
                                   • Kegiatan bertentangan dengan kebijakan Luar
                                   Negeri Republik Indonesia
5. Larangan
   mengikuti
   Pemilu                          •Mendirikan badan usaha
   berikutnya oleh                 •Memiliki saham badan usaha
   Pengadilan



6. Pembubaran oleh Mahkamah Konstitusi
     a.Pemohon       : Pemerintah Pusat
     b.Termohon : Partai Politik
     c.Alasan        : Pemerintah menganggap ideologi, asas, tujuan dan kegiatan
       partai politik yang bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 107 huruf c, d dan e
       UU Nomor 27 Tahun 1999
     d.Wujud pembubaran: Membatalkan pendaftaran pada pemerintah
                                                                                     13
PROSES IMPEACHMENT


                                      Tidak
                                      dapat             Selesai                        Disetujui
           Setuju                    diterima                                          (Presiden
                                                                                    diberhentikan)

             Mahkamah              Membenarkan
DPR          Konstitusi              pendapat             DPR        MPR
                                       DPR                                              Ditolak
                                                                                    (Presiden tetap
                                                                                      menjabat)
                                     Menolak            Selesai
           Menolak


Keterangan:
Impeach = “accuse”, “charge”, menuduh/mendakwa
Sarana yang memberikan kemungkinan Presiden/Wakil Presiden diberhentikan sebelum
  masa jabatannya berakhir
Dalam sistem Presidentil masa jabatan tertentu, dalam sistem parlementer melalui mosi
  tidak percaya
Alasan = pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
  tindak pidana berat lainnya, melakukan perbuatan tercela, tidak lagi memenuhi syarat.
                                                                                                14
PROSES PENYELESAIAN PERKARA
 PADA MAHKAMAH KONSTITUSI
         PEMOHON

                 1
                       1A
       KEPANITERAAN

                 2    2A
4A
           KETUA

                 3
        PANEL HAKIM

                 4
        PEMERIKSAAN
                      5A
        PENDAHULUAN

                 5

           RPH
                 6

        PERSIDANGAN
        PLENO HAKIM
5B
                      7A
                 7
           RPH

                 8

        PERSIDANGAN
        PLENO HAKIM
PENJELASAN BAGAN
         LANGKAH-LANGKAH PROSES PEMERIKSAAN
               DI MAHKAMAH KONSTITUSI
LANGKAH 1
a. Pemohon, dapat diwakili oleh Kuasa Hukum, dan/atau didampingi
   oleh Pendamping mengajukan permohonan kepada Mahkamah
   Konstitusi melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, dengan
   ketentuan:
b. Isi permohonan:
   1) Identitas Pemohon;
   2) Posita memuat dalil-dalil tentang:
       a) kedudukan hukum (Legal standing) Pemohon;
       b) Kewenangan Mahkamah Konstitusi; dan
       c) Pokok Perkara;
   3) Petitum (hal-hal yang dimohonkan untuk diputus); serta
   4) Alat-alat bukti.

LANGKAH 1 A
a. Petugas kepaniteraan memeriksa kelengkapan administrasi
   permohonan.
b. Jika kelengkapan administrasi permohonan belum lengkap, harus
   dilengkapi oleh Pemohon selambat-lambatnya dalam 7 hari kerja.
c. Jika tidak dilengkapi permohonan tidak diregistrasi.
LANGKAH 2
a. Jika permohonan lengkap, Panitera:
   1) Memberi Nomor Perkara dan mencatatnya dalam Buku
      Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK).
   2) Memberikan Akta Penerimaan Berkas Perkara kepada
      Pemohon.
   3) Meneruskan kepada Ketua Mahkamah Konstitusi.
b. Ketua Mahkamah Konstitusi membentuk Panel Hakim, dan
   menetapkan hari sidang pertama paling lambat 14 hari kerja
   setelah permohonan dicatat dalam BRPK.
c. Panitera memberitahukan kepada Pemohon dan Para Pihak,
   serta mengumumkannya kepada masyarakat.
d. Atas nama Panitera, Juru Panggil memberitahukan kepada
   Pemohon dan Termohon serta para pihak untuk menghadiri
   sidang pertama, selambat-lambatnya 3 hari sebelum hari
   persidangan.
LANGKAH 3

Ketua Mahkamah Konstitusi menugaskan Panel Hakim untuk
melakukan Pemeriksaan Pendahuluan dalam sidang yang
terbuka untuk umum.

LANGKAH 4

Pemeriksaan Pendahuluan memeriksa kelengkapan dan
kejelasan materi muatan permohonan; dan Panel Hakim wajib
memberi nasihat kepada Pemohon, tentang kejelasan dan
kelengkapan uraian permohonan, yang meliputi :
  a. Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon;
  b. Kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
     mengadili dan         memutus permohonan; serta
  c. Substansi (Pokok) permohonan.
LANGKAH 4A

Jika permohonan belum lengkap, Pemohon dapat
memperbaikinya selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari
kerja.

LANGKAH 5

Panel Hakim melaporkan hasil pemeriksaan pendahuluan
kepada Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH).


LANGKAH 5A

a. RPH dapat menugaskan kembali kepada Panel Hakim untuk
   meneruskan pemeriksaan.
b. Hasil pemeriksaan Panel Hakim diserahkan kepada RPH
LANGKAH 5 B

a. Jika RPH menganggap bahwa hasil pemeriksaan
   Panel Hakim telah cukup sebagai bahan untuk
   memutus perkara, maka permohonan tidak
   diperiksa lagi dalam Persidangan Pleno Hakim,
   tetapi langsung di bawa ke Persidangan Pleno
   Hakim untuk mengucapkan Putusan.
b. Dalam menyelesaikan sengketa hasil Pemilu yang
   lalu, langkah inilah yang digunakan.
LANGKAH 6

a. Jika RPH menganggap bahwa permohonan masih memerlukan
   pemeriksaan yang lebih mendalam, RPH meneruskan hasil
   pemeriksaan Panel Hakim ke Persidangan Pleno Hakim, dalam
   sidang yang terbuka untuk umum.
b. Persidangan Pleno Hakim harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 7
   orang hakim.
c. Pemeriksaan dalam Persidangan Pleno Hakim, meliputi:
   1) Pemeriksaan permohonan Pemohon;
   2) Keterangan dari lembaga Negara yang terkait;
   3) Pemeriksaan alat-alat bukti Surat atau tulisan;
   4) Keterangan saksi;
   5) Keterangan ahli;
   6) Keterangan para pihak lisan dan/atau tertulis;
   7) Petunjuk; dan
   8) Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan,
       diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik
       atau yang serupa dengan itu.
LANGKAH 7

Hasil pemeriksaan Persidangan Pleno Hakim diteruskan
   kepada RPH.
RPH dapat memutuskan:
a. Mengembalikan ke Persidangan Pleno Hakim untuk:
   1) Melanjutkan pemeriksaan
   2) Dapat menjatuhkan putusan sela (khusus dalam
      perkara sengketa kewenangan lembaga Negara)
   3) Dapat melakukan pemeriksaan di tempat; atau
b. Memutus perkara, dengan:
   1) Menyetujui amar putusan;
   2) Menunjuk perancang (drafter) untuk menyusun
      rancangan (draft) putusan; dan
   3) Menentukan hari persidangan Pleno Hakim untuk
      mengucapkan putusan.
LANGKAH 8

a. Persidangan Pleno Hakim untuk pengucapan putusan
b. Isi putusan:
   1) Kepala Putusan berbunyi: Demi Keadilan Berdasarkan
       Ketuhanan Yang Maha Esa;
   2) Identitas Pemohon dan Termohon (jika ada);
   3) Ringkasan pemeriksaan Permohonan;
   4) Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam
       persidangan;
   5) Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan;
   6) Amar Putusan, yang menyatakan permohonan:
       a) Tidak dapat diterima (niet ontvankellijk verklaard)
       b) Dikabulkan; atau
       c) Ditolak;
   7) Pendapat berbeda (dissenting opinion), atau alasan berbeda
       (concurring opinion); dan
   8) Hari, tanggal putusan, nama hakim, dan panitera pengganti.
c. Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap
   sejak diucapkan.
d. Mahkamah Konstitusi wajib mengirimkan salinan Putusan kepada
   para pihak selambat-lambatnya dalam jangka waktu 7 hari sejak
   putusan diucapkan

More Related Content

What's hot

Mata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan hamMata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan hamsesukakita
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Surat kuasa khusus
Surat   kuasa khususSurat   kuasa khusus
Surat kuasa khususNasria Ika
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusibyunbella
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Fenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIABayu Rizky Aditya
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana hanggardatu
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasionalPPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasionaldayurikaperdana19
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalDenaAgustina
 

What's hot (20)

Mata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan hamMata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan ham
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Surat kuasa khusus
Surat   kuasa khususSurat   kuasa khusus
Surat kuasa khusus
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusi
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Mahkamah agung
Mahkamah agungMahkamah agung
Mahkamah agung
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana
 
obyek kriminologi dan hub. dg pidana
obyek kriminologi dan hub. dg pidanaobyek kriminologi dan hub. dg pidana
obyek kriminologi dan hub. dg pidana
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasionalPPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 

Similar to Mahkamah Konstitusi

Penyelenggaraan Kekuasan Kehakiman
Penyelenggaraan Kekuasan KehakimanPenyelenggaraan Kekuasan Kehakiman
Penyelenggaraan Kekuasan KehakimanSena Aditya
 
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
Penyelenggaraan kekuasaan kehakimanPenyelenggaraan kekuasaan kehakiman
Penyelenggaraan kekuasaan kehakimanabd_
 
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...BellaNindaThania
 
21 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 194521 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 1945Adelia Hardini
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasAndri Yulipan
 
Pengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uu
Pengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uuPengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uu
Pengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uuAnnisa Khoerunnisya
 
Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01
Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01
Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01Leonard Rio
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasAprizal Gauul
 
Perkembangan kedaulatan rakyat di Indonesia
Perkembangan kedaulatan rakyat di IndonesiaPerkembangan kedaulatan rakyat di Indonesia
Perkembangan kedaulatan rakyat di IndonesiaDoel Eka Purnadi
 
Mahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusi
Mahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusiMahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusi
Mahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusiAdwara Dhyatma
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanayudikrismen1
 
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas ARianSugandi
 

Similar to Mahkamah Konstitusi (20)

1. Azas-azas.pptx
1. Azas-azas.pptx1. Azas-azas.pptx
1. Azas-azas.pptx
 
Penyelenggaraan Kekuasan Kehakiman
Penyelenggaraan Kekuasan KehakimanPenyelenggaraan Kekuasan Kehakiman
Penyelenggaraan Kekuasan Kehakiman
 
Peradilan nasional
Peradilan nasionalPeradilan nasional
Peradilan nasional
 
hukum bisnis
hukum bisnishukum bisnis
hukum bisnis
 
Lembaga peradilan sebelum amandemen
Lembaga peradilan sebelum amandemenLembaga peradilan sebelum amandemen
Lembaga peradilan sebelum amandemen
 
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
Penyelenggaraan kekuasaan kehakimanPenyelenggaraan kekuasaan kehakiman
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
 
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
 
21 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 194521 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 1945
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
 
Hukum ac perdata
Hukum ac perdataHukum ac perdata
Hukum ac perdata
 
Pengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uu
Pengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uuPengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uu
Pengantar hukum indonesia bab 4 bentuk uu
 
Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01
Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01
Tatahukumindonesia 130307103709-phpapp01
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
 
Perkembangan kedaulatan rakyat di Indonesia
Perkembangan kedaulatan rakyat di IndonesiaPerkembangan kedaulatan rakyat di Indonesia
Perkembangan kedaulatan rakyat di Indonesia
 
Uu 04 04
Uu 04 04Uu 04 04
Uu 04 04
 
Mahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusi
Mahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusiMahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusi
Mahkamah konstitusi-dan-hukum-acara-peradilan-konstitusi
 
Uu 22 2004
Uu 22 2004Uu 22 2004
Uu 22 2004
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidana
 
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
 
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas BumiKumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
 

More from INFORMASI DAN HUMAS KEMENAG PROV. JABAR (Nadzier Wiriadinata)

More from INFORMASI DAN HUMAS KEMENAG PROV. JABAR (Nadzier Wiriadinata) (20)

Kebijakan perbaikan lakip 2012
Kebijakan perbaikan lakip 2012Kebijakan perbaikan lakip 2012
Kebijakan perbaikan lakip 2012
 
Tatacara penyusunan lakip
Tatacara penyusunan lakipTatacara penyusunan lakip
Tatacara penyusunan lakip
 
Permenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baru
Permenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baruPermenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baru
Permenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baru
 
Rencana kinerja tahunan
Rencana kinerja tahunanRencana kinerja tahunan
Rencana kinerja tahunan
 
Penetapan kinerja
Penetapan kinerjaPenetapan kinerja
Penetapan kinerja
 
Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerjaPengukuran kinerja
Pengukuran kinerja
 
Indikator kinerja utama
Indikator kinerja utamaIndikator kinerja utama
Indikator kinerja utama
 
PENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSI
PENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSIPENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSI
PENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSI
 
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCESPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
 
Sosialisasi spip di kemenag
Sosialisasi spip di kemenagSosialisasi spip di kemenag
Sosialisasi spip di kemenag
 
Kakanwil ranham2011
Kakanwil   ranham2011Kakanwil   ranham2011
Kakanwil ranham2011
 
Implementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa barat
Implementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa baratImplementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa barat
Implementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa barat
 
Peringkat jabatan
Peringkat jabatanPeringkat jabatan
Peringkat jabatan
 
Penyempurnaan proses kerja
Penyempurnaan proses kerjaPenyempurnaan proses kerja
Penyempurnaan proses kerja
 
Pelaksanaan quick wins
Pelaksanaan quick winsPelaksanaan quick wins
Pelaksanaan quick wins
 
Pola-Pola
Pola-PolaPola-Pola
Pola-Pola
 
Regulasi Kerukunan Umat Beragama
Regulasi Kerukunan Umat BeragamaRegulasi Kerukunan Umat Beragama
Regulasi Kerukunan Umat Beragama
 
Praktek hukum acara perdata 26 mei 12
Praktek hukum acara perdata 26 mei 12Praktek hukum acara perdata 26 mei 12
Praktek hukum acara perdata 26 mei 12
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
LANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSI
LANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSILANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSI
LANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSI
 

Mahkamah Konstitusi

  • 1. Oleh : Letjen TNI (Purn.) H. A. Roestandi, S.H. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan dan Penyelesaian Kasus-Kasus Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat Hotel Karang Setra Bandung, 27 Juli 2011 1
  • 2. Gagasan Pembentukan MK-RI a. 1945 dalam BPUPKI 1) Yamin 2) Supomo b. 1980 gagasan Yamin dimunculkan kembali, kembali gagal c. TAP VI/MPR/1973, TAP III/MPR/1978, UU Kekuasaan Kehakiman (14/70, 004/2004) dan UU MA (84/85, 005/2004). MA berwenang menguji peraturan di bawah undang-undang. d. Perubahan UUD 1945 1999, 2000, 2001 dan 2002. 2
  • 3. Bertambahnya jumlah Lembaga Negara Sengketa Lembaga Negara potensial lebih banyak Negara Hukum yang Demokratis Negara Demokratis berdasarkan Hukum Perubahan UUD 1945 1999, 2000, 2001, 2002 : Perubahan paradigma dari Supremasi MPR Supremasi Konstitusi Perlu koreksi atas UU Pelengseran Gus Dur Perlu impeachment
  • 4. Bagan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan Kehakiman MA (+ MK jajarannya) Vertikal Horizontal 4
  • 5. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 • Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh :  Sebuah MA dan jajarannya  Vertikal (Tingkatan) » Tingkat pertama » Tingkat banding » Tingkat kasasi  Horizontal (Lingkungan) » Peradilan Umum » Peradilan Agama » Peradilan Militer » Peradilan TUN  Sebuah Mahkamah Konstitusi
  • 6. KONFLIK DAN PENYELESAIAN SECARA HUKUM NEGARA LEMBAGA x LEMBAGA NEGARA NEGARA Mahkamah Konstitusi •Pengadilan Negeri (Pidana) •Pengadilan Militer ADMINISTRASI Mahkamah x NEGARA x Konstitusi x Pengadilan Pengadilan Negeri x TUN (Perdata) INDIVIDU x INDIVIDU •Pengadilan Negeri (Perdata) •Pengadilan Agama RAKYAT
  • 7. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang merupakan pengawal konstitusi (the guardian of constitution), mempunyai : 4 (empat) KEWENANGAN :  Menguji undang-undang terhadap UUD 1945.  Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.  Memutus pembubaran partai politik  Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu dan 1 (satu) KEWAJIBAN : • Memberikan keputusan atas pendapat DPR tentang impeachment Presiden dan/atau Wakil Presiden
  • 8. Pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945 Formil (proses pembentukan) Pengujia n Materiil (materi-muatan, ayat, pasal, bagian) 8
  • 9. UU merupakan bagian dari Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Pasal 7 merinci Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut: 1. UUD 1945, direview oleh MPR 2. UU dan Perppu, direview oleh pembentuk UU atau oleh MK / direview oleh DPR 3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden Direview oleh pembentuk atau Mahkamah Agung 5. Peraturan Daerah Mahkamah Konstitusi hanya berwenang melakukan review, tidak melakukan preview 9
  • 10. SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG KEWENANGANNYA DIBERIKAN OLEH UUD 1945 Subjectum litis: yang berperkara adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 Syarat yang harus dipenuhi Objectum litis: yang menjadi objek perkara adalah kewenangan lembaga yang diberikan oleh UUD 1945 Pemohon: Lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 Termohon: Lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 Pihak Terkait: Lembaga negara lainnya yang menganggap terkait kewenangannya MA tidak dapat menjadi Pihak 10
  • 11. PENYELESAIAN SENGKETA PEMILU Dasar: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 MUSYAWARAH MUFAKAT PENETAPAN DISELESAIKAN OLEH MK 129 (1) a dan HASIL PEMILU PUTUSAN MK FINAL DAN 81 (1) a 104 dan 68 MENGIKAT 134 dan 85 DISELESAIKAN OLEH PANWASLU DENGAN CARA MENAWARKAN SENGKETA BERSIFAT 128 (4) dan 80 ALTERNATIF PEMILU SENGKETA DAN (4) 129 (1) b dan TIDAK ADA UNSUR 81 (1) a PIDANA PELANGGARAN 128 (4) dan PERATURAN DILAPORKAN 80 (4) DITERUSKAN KE PERUNDANG- KE PANWASLU MEMBUAT PENYIDIK 128 (5) UNDANGAN 127 dan PUTUSAN FINAL dan PEMILU 79 (1) DAN MENGIKAT MENGANDUNG 80 (5) 122 (1) b dan 129 (1) c dan 77 (1) UNSUR PIDANA 81 (1) c 128 (5) dan 80 (5) DITERUSKAN KE PENUNTUT UMUM Pemohon: 131 (3) dan 83 (3) 83 (3) Perorangan calon anggota DPD Pasangan calon Presiden/Wakil Presiden DITERUSKAN KE PENGADILAN Parpol peserta Pemilu UMUM 131(4) dan 84 (1) Termohon: Komisi Pemilu (KPU) 83(3) Pihak Terkait: Calon anggota DPD yang lain ANCAMAN < 18 bulan ANCAMAN >18 bulan Pasangan calon Presiden/Wakil Presiden PN: TINGKAT PERTAMA DAN PT: TINGKAT BANDING TERAKHIR DAN TERAKHIR yang lain 132 (2) dan 84 (2) 83(3) 132 (3) dan 85 (3) Parpol peserta Pemilu yang lain 83(3) 11
  • 12. JENIS SANKSI BAGI PARTAI POLITIK • Tidak punya Akte Notaris tentang pendirian (AD/ART) • Keanggotaan kurang dari 50 orang • Tidak memenuhi jumlah kepengurusan 1.Penolakan • Tidak memiliki tanda gambar yang dipersyaratkan pendaftaran oleh • Tidak mempunyai kantor tetap Pemerintah • Memiliki asas yang bertentangan dengan Pancasila Menggunakan lambang tertentu 2. Teguran terbuka • Tidak membuat pembukuan oleh KPU • Menerima sumbangan yang tidak jelas 3. Diberhentikan • Tidak membuat laporan keuangan bantuan dari secara berkala anggaran • Tidak memiliki rekening khusus dana Negara kekayaan oleh pemerintah 12
  • 13. JENIS SANKSI BAGI PARTAI POLITIK (Lanjutan) 4. Pembekuan • Kegiatan bertentangan dengan UUD sementara 1945/peraturan undang-undang 1 tahun oleh • Kegiatan membahayakan keutuhan Negara Pengadilan Kesatuan Republik Indonesia • Kegiatan bertentangan dengan kebijakan Luar Negeri Republik Indonesia 5. Larangan mengikuti Pemilu •Mendirikan badan usaha berikutnya oleh •Memiliki saham badan usaha Pengadilan 6. Pembubaran oleh Mahkamah Konstitusi a.Pemohon : Pemerintah Pusat b.Termohon : Partai Politik c.Alasan : Pemerintah menganggap ideologi, asas, tujuan dan kegiatan partai politik yang bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 107 huruf c, d dan e UU Nomor 27 Tahun 1999 d.Wujud pembubaran: Membatalkan pendaftaran pada pemerintah 13
  • 14. PROSES IMPEACHMENT Tidak dapat Selesai Disetujui Setuju diterima (Presiden diberhentikan) Mahkamah Membenarkan DPR Konstitusi pendapat DPR MPR DPR Ditolak (Presiden tetap menjabat) Menolak Selesai Menolak Keterangan: Impeach = “accuse”, “charge”, menuduh/mendakwa Sarana yang memberikan kemungkinan Presiden/Wakil Presiden diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir Dalam sistem Presidentil masa jabatan tertentu, dalam sistem parlementer melalui mosi tidak percaya Alasan = pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, melakukan perbuatan tercela, tidak lagi memenuhi syarat. 14
  • 15. PROSES PENYELESAIAN PERKARA PADA MAHKAMAH KONSTITUSI PEMOHON 1 1A KEPANITERAAN 2 2A 4A KETUA 3 PANEL HAKIM 4 PEMERIKSAAN 5A PENDAHULUAN 5 RPH 6 PERSIDANGAN PLENO HAKIM 5B 7A 7 RPH 8 PERSIDANGAN PLENO HAKIM
  • 16. PENJELASAN BAGAN LANGKAH-LANGKAH PROSES PEMERIKSAAN DI MAHKAMAH KONSTITUSI LANGKAH 1 a. Pemohon, dapat diwakili oleh Kuasa Hukum, dan/atau didampingi oleh Pendamping mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, dengan ketentuan: b. Isi permohonan: 1) Identitas Pemohon; 2) Posita memuat dalil-dalil tentang: a) kedudukan hukum (Legal standing) Pemohon; b) Kewenangan Mahkamah Konstitusi; dan c) Pokok Perkara; 3) Petitum (hal-hal yang dimohonkan untuk diputus); serta 4) Alat-alat bukti. LANGKAH 1 A a. Petugas kepaniteraan memeriksa kelengkapan administrasi permohonan. b. Jika kelengkapan administrasi permohonan belum lengkap, harus dilengkapi oleh Pemohon selambat-lambatnya dalam 7 hari kerja. c. Jika tidak dilengkapi permohonan tidak diregistrasi.
  • 17. LANGKAH 2 a. Jika permohonan lengkap, Panitera: 1) Memberi Nomor Perkara dan mencatatnya dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK). 2) Memberikan Akta Penerimaan Berkas Perkara kepada Pemohon. 3) Meneruskan kepada Ketua Mahkamah Konstitusi. b. Ketua Mahkamah Konstitusi membentuk Panel Hakim, dan menetapkan hari sidang pertama paling lambat 14 hari kerja setelah permohonan dicatat dalam BRPK. c. Panitera memberitahukan kepada Pemohon dan Para Pihak, serta mengumumkannya kepada masyarakat. d. Atas nama Panitera, Juru Panggil memberitahukan kepada Pemohon dan Termohon serta para pihak untuk menghadiri sidang pertama, selambat-lambatnya 3 hari sebelum hari persidangan.
  • 18. LANGKAH 3 Ketua Mahkamah Konstitusi menugaskan Panel Hakim untuk melakukan Pemeriksaan Pendahuluan dalam sidang yang terbuka untuk umum. LANGKAH 4 Pemeriksaan Pendahuluan memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi muatan permohonan; dan Panel Hakim wajib memberi nasihat kepada Pemohon, tentang kejelasan dan kelengkapan uraian permohonan, yang meliputi : a. Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon; b. Kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan; serta c. Substansi (Pokok) permohonan.
  • 19. LANGKAH 4A Jika permohonan belum lengkap, Pemohon dapat memperbaikinya selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari kerja. LANGKAH 5 Panel Hakim melaporkan hasil pemeriksaan pendahuluan kepada Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH). LANGKAH 5A a. RPH dapat menugaskan kembali kepada Panel Hakim untuk meneruskan pemeriksaan. b. Hasil pemeriksaan Panel Hakim diserahkan kepada RPH
  • 20. LANGKAH 5 B a. Jika RPH menganggap bahwa hasil pemeriksaan Panel Hakim telah cukup sebagai bahan untuk memutus perkara, maka permohonan tidak diperiksa lagi dalam Persidangan Pleno Hakim, tetapi langsung di bawa ke Persidangan Pleno Hakim untuk mengucapkan Putusan. b. Dalam menyelesaikan sengketa hasil Pemilu yang lalu, langkah inilah yang digunakan.
  • 21. LANGKAH 6 a. Jika RPH menganggap bahwa permohonan masih memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam, RPH meneruskan hasil pemeriksaan Panel Hakim ke Persidangan Pleno Hakim, dalam sidang yang terbuka untuk umum. b. Persidangan Pleno Hakim harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 7 orang hakim. c. Pemeriksaan dalam Persidangan Pleno Hakim, meliputi: 1) Pemeriksaan permohonan Pemohon; 2) Keterangan dari lembaga Negara yang terkait; 3) Pemeriksaan alat-alat bukti Surat atau tulisan; 4) Keterangan saksi; 5) Keterangan ahli; 6) Keterangan para pihak lisan dan/atau tertulis; 7) Petunjuk; dan 8) Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.
  • 22. LANGKAH 7 Hasil pemeriksaan Persidangan Pleno Hakim diteruskan kepada RPH. RPH dapat memutuskan: a. Mengembalikan ke Persidangan Pleno Hakim untuk: 1) Melanjutkan pemeriksaan 2) Dapat menjatuhkan putusan sela (khusus dalam perkara sengketa kewenangan lembaga Negara) 3) Dapat melakukan pemeriksaan di tempat; atau b. Memutus perkara, dengan: 1) Menyetujui amar putusan; 2) Menunjuk perancang (drafter) untuk menyusun rancangan (draft) putusan; dan 3) Menentukan hari persidangan Pleno Hakim untuk mengucapkan putusan.
  • 23. LANGKAH 8 a. Persidangan Pleno Hakim untuk pengucapan putusan b. Isi putusan: 1) Kepala Putusan berbunyi: Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Identitas Pemohon dan Termohon (jika ada); 3) Ringkasan pemeriksaan Permohonan; 4) Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan; 5) Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan; 6) Amar Putusan, yang menyatakan permohonan: a) Tidak dapat diterima (niet ontvankellijk verklaard) b) Dikabulkan; atau c) Ditolak; 7) Pendapat berbeda (dissenting opinion), atau alasan berbeda (concurring opinion); dan 8) Hari, tanggal putusan, nama hakim, dan panitera pengganti. c. Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan. d. Mahkamah Konstitusi wajib mengirimkan salinan Putusan kepada para pihak selambat-lambatnya dalam jangka waktu 7 hari sejak putusan diucapkan