SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  57
DAFTA
R ISIAWAL DARI
SEGALANYA (hal.3)

MENGUSIR OTTOMAN DARI
TIMUR TENGAH (hal.3-4)

POTONGAN KUE UNTUK “SANG
ADIK” AMERIKA (hal.5)

KOLONIALISME KORPORASI MINYAK
TIMUR TENGAH (hal.6)

BELAJAR MENGENDALIKAN NEGARA
SUPER POWER (hal.6-7)

THE “HITLER
PROJECT” (hal.7-8)

MENAKLUKAN EROPA
DENGAN HUTANG (hal.9)

PEMBIAYAAN AGRESI MILITER
BELANDA KE INDONESIA (hal.10)

KENNEDY HARUS MATI DEMI
PERANG VIETNAM (hal.11-15)

REVOLUSI SHIAH IRAN, DAN
PEMBIAYAAN IRAK (hal.16-17)

PENCIPTAAN IBLIS BARU
BERNAMA “ISLAM” (hal.18-29)

REKAYASA “WAR AGAINST
TERROR” (hal.29-34)

KORPORASI DIBALIK REKAYASA
SERANGAN TERORIS 9/11 (hal.34-38)

PEMBIAYAAN TERORISME & PEMECAH-
BELAHAN ISLAM (hal.39-41)

MISKONSEPSI ISRAEL DAN
YAHUDI (hal.42-50)

PEMBUNUHAN SISTEMATIS
BLOODLINE MUHAMMAD (hal.51-54)

PERANG ANTAR BLOODLINE (NUBUAT
AKHIR JAMAN) (hal.55)

DAFTAR PUSTAKA
(hal.56-57)

Selamat membaca! E-BOOK ini berisikan 100% pemaparan Fakta Sejarah (beberapa disertai
Bukti Forensik) berdasarkan Rangkuman lebih dari 50 buku yang disusun oleh Sejarawan dan
Peneliti dengan pengalaman puluhan tahun dibidangnya, disertai sumber yang valid (sah).
E-BOOK ini tidak menawarkan Teori, hanya Fakta.
AWAL DARI
SEGALANYA
Semuanya dimulai pada tahun 1908, ketika seorang pengusaha multi-jutawan asal Irlandia William Knox D'Arcy
menjadi salah satu Konglomerat Minyak pertama di dunia, setelah Tim Eskplorasi yang ia kirim ke Timur Tengah
menemukan ladang minyak luas di Persia (sekarang Iran). D'Arcy kemudian gandeng Burmah Oil Co (BUMN Inggris),
dan mendirikan APOC (Anglo Persian Oil Company), yang merupakan Perusahaan Minyak Komersial milik “Barat” di
Timur Tengah pertama di dunia, nantinya akan berubah nama menjadi British Petroleum (BP Plc). (1)
Sejarah dunia berubah dalam sekejap, Barat mengirimkan “pasukan” Peneliti Minyak ke Timur Tengah, dan ladang-
ladang minyak besar lainnya pun mulai ditemukan di berbagai daerah, dari Semenanjung Arab sampai Laut Kaspia. Di
wilayah-wilayah yang nantinya kita kenal sebagai: Arabi Saudi, UEA, Kuwait, Irak, Suriah, termasuk Libya dan Aljazair
di pantai utara Afrika. Minyak telah menjadi komoditas no.1 paling penting dunia sejak abad ke-20, dan Timur Tengah
secara resmi menjadi wilayah paling vital & strategis!
MENGUSIR OTTOMAN
DARI TIMUR TENGAH
Satu-satunya hal yang menghalangi jalan peradaban Barat menuju “Emas Hitam” Timur Tengah adalah Kekaisaran
Ottoman yang saat itu menguasai hampir seluruh Semenanjung Arab. Kekaisaran Ottoman sendiri pada saat itu
sebenarnya sudah terseok-seok dalam perang panjang, dan mulai kehilangan banyak wilayah kekuasaannya. Bahkan
sejak tahun 1914, telah kehilangan hampir seluruh wilayahnya di Eropa dan Afrika Utara. Namun penemuan ladang
Minyak raksasa membuat Timur Tengah menjadi pertaruhan besar bagi kekuatan Eropa terhadap wilayah Ottoman.Misi Barat sekarang bukan lagi hanya “Mengusir Ottoman dari Eropa”,
tapi juga “Mengusir Ottoman dari Timur Tengah”!
Sadar perang terbuka head to head tidak akan memecahkan masalah, militer Inggris meluncurkan “Perang Intelijen”
dengan mengirimkan perwira-perwira intelijen jenius, diantaranya seorang yang akan menjelma menjadi seorang
Legenda: TE. Lawrence, yang seorang diri berhasil memprovokasi “Revolusi Arab” tahun 1916, yang menggoyahkan
kekuasaan Ottoman di Timur Tengah sampai ke akar. Hanya butuh waktu setahun bagi “Lawrence of Arabia” untuk
sukses mendongkel Kekaisaran Ottoman dari Timteng.
Footnote:
(1) “THE PRIZE: The Epic Quest for Oil, Money, and Power” (Simon & Schuster) by Daniel Yergin
“Revolusi Arab” 1916 adalah perang intelijen pertama berorientasi Minyak yang diorkestrasi dunia Barat, sekaligus
menandai permulaan dari berkuasanya “Imperialisme Barat” di Timur Tengah yang masih berlangsung sampai hari ini.
Kesuksesan TE. Lawrence yang inspirasional ini kelak menjadi “Blueprint” dan SOP (standar prosedur operasi)
perang-perang Intelijen Barat di Timur Tengah pada masa-masa mendatang, dari pembiayaan Saddam Husein
(perang Irak-Iran ‘80-88), mengusir Rusia dari Afghanistan melalui pembiayaan Mujahidin pada era Perang Dingin,
rekayasa Serangan “Teroris” WTC 9/11, sampai pembiayaan Perang Sipil Suriah, yang semuanya akan dikupas
tuntas secara mendetail.
The Armistice of Mudros ditanda-tangani pada 30 Oktober 1918, secara resmi menjadi “tutup buku”-nya kekuasaan
Kekaisaran Ottoman di Timur Tengah, diikuti oleh Kesepakatan Sykes – Picot dan Treaty of Sèvres yang merupakan
kesepakatan “bagi-bagi” pampasan perang mantan wilayah Ottoman tersebut. Inggris menduduki Suriah, Trans-
Yordania dan Libanon. Palestina juga resmi menjadi British Mandate.
Tanpa membuang-buang waktu, Inggris yang kini menguasai Timur Tengah, dengan segera menginstalasi rezim-
rezim yang “Ramah kepada Barat” membentuk negara-negara Arab yang kita kenal sekarang. Tidak ada Pangeran
yang bisa menjadi Emir (Raja) di Semenanjung Arab tanpa “restu” dari London. (2)
Berdasarkan kewenangan baru ini juga, PM Inggris Arthur Balfour menerbitkan “Deklarasi Balfour” yang meresmikan
pembentukan negara Israel di koloni Inggris-Palestina sebagai negara yang konon diperuntukan bagi bangsa Yahudi.
Lalu pada 29 November 1947, Majelis Umum PBB menyetujui rencana partisi Palestina menjadi dua negara, secara
resmi mensahkan negara boneka Inggris yang benama: Israel.
Poin Penting untuk diingat: Inggris adalah pemrakarsa pembentukan Israel di tanah Palestina, yang pada
saat itu masih British Mandate (dibawah administrasi Kerajaan Inggris).
Footnote:
(2) “A Prince of Our Disorder: The Life of T. E. Lawrence” (Harvard University Press) by John E. Mack
POTONGAN KUE UNTUK
“SANG ADIK” AMERIKA
Untuk memastikan “pembersihan” Timur Tengah dari sisa-sisa Ottoman, Inggris mengirimkan atase militer Kapten W.
Shakespear untuk bertemu dengan Ibnu Saud (calon raja Arab Saudi), dan membuat perjanjian Darin, yang
menetapkan wilayah Arab Saudi dibawah proteksi Inggris. Sejak saat itu, Kerajaan Inggris tidak hanya memberikan
suplai persenjataan kepada keluarga Ibnu Saud, tapi juga memberikan tunjangan uang sebesar 5.000 Pound per
bulan, bahkan Kerajaan Inggris pun memberikan gelar “Sir” (ksatria) dalam “Order of Bath” kepada Ibnu Saud.Kerajaan Inggris juga tidak lupa untuk berbagi dengan “adik tersayang” Amerika, memuluskan jalan bagi Rockefeller,
pemilik grup konglomerasi minyak terbesar di dunia Standard Oil untuk mendapatkan Konsesi Minyak pertama di
Arab Saudi. Anak perusahaan Rockefeller, Standard Oil Company of California (SOCAL) menandatangani KP
Eksplorasi pada tahun 1933. (3)
Setelah 5 tahun melakukan Eksplorasi, SOCAL (yang nantinya berubah nama menjadi Chevron), menemukan
kandungan Minyak terbesar di dunia di wilayah Arab Saudi dan Qatar, dan mendirikan Arabian American Oil
Company (ARAMCO). Rockefeller segera mengerahkan seluruh basis kekuatannya untuk membangun ARAMCO:
Standard Oil of New Jersey (yang nantinya berubah nama menjadi Exxon), Standard Oil of New York (yang nantinya
berubah nama menjadi Mobil Oil), dan konglomerasi minyak TEXACO.
“Bagi-bagi” Anglo-Amerika: British Petroleum (BP) dan Royal Dutch/Shell, menguasai ladang Minyak di
wilayah Irak dan Iran. Konglomerasi minyak Rockefeller (Chevron, Exxon, Mobil) dan TEXACO menguasai ladang
Minyak terbesar di dunia: Arab Saudi.
Lalu mereka eskpansi ke seluruh wilayah Timur Tengah, Chevron berpartner dengan TEXACO bentuk CALTEX,
menguasai Bahrain Petroleum Company. Sementara BP menguasai ladang-ladang minyak yang baru ditemukan di
Kuwait. Pada tahun 1949, BP dan Shell telah menguasai 52% dari seluruh ladang minyak di Timur Tengah, dan
Chevron, Exxon, Mobil, Texaco menguasai 42%.
Pemerintah Arab Saudi klaim telah menasionalisasi ARAMCO dengan membeli 25% saham pada tahun 1973, lalu
membeli lagi 60% saham pada 1974, dan membeli 100% pada tahun 1980. Namun apakah benar ARAMCO telah
sepenuhnya menjadi milik rakyat Arab Saudi?
Footnote:
(3) “A Brief History Of Major Oil Companies In The Gulf Region” (University of Virginia) by Eric V. Thompson
KOLONIALISME KORPORASI
MINYAK TIMUR TENGAH
Bahkan setelah “nasionalisasi” ARAMCO oleh pemerintah Arab Saudi, 4 raksasa minyak Amerika: Chevron, Exxon,
Mobil & Texaco masih mengoperasikan ARAMCO. Pada tahun 1990, Exxon melaporkan saham kepemilikan sebesar
28,33% di ARAMCO kepada SEC (semacam Bapepam untuk Wall Street), 10 tahun setelah nasionalisasi, Exxon
masih memiliki 28,33% saham ARAMCO! (4)
Kilang-kilang minyak Saudi ARAMCO masih dimiliki oleh para Raksasa Minyak Barat. Kilang Minyak Yanbu
bekerjasama dengan Mobil Oil. Kilang minyak di Jeddah, 50% sahamnya masih dimiliki oleh Shell. Begitu pula dengan
Kilang Minyak PetroLube yang sebagian besar sahamnya masih dimiliki Mobil Oil. Sementara Junail Industrial City
50%, sahamnya masih dimiliki oleh Shell.
Shell juga memiliki 50% saham Saudi Petrochemical Company, Saudi Arabian Market, dan Shell Lubricants, termasuk
49% saham Al Jomaih Shell Lubricating Oil and Modern Automotive Services Company, tak ketinggalan 25% of
Peninsular Aviation Services Marketing. Exxon masih menguasai saham mayoritas Al Jubail Petrochemical Company
dan Exxon Chemical Arabia, Inc.
Bahkan Saudi ARAMCO diketahui menjual minyak mentah ke Chevron, Exxon, Mobil & Shell, dengan diskon besar
yakni $5 lebih murah dari seharusnya. Pejabat ARAMCO James McPherson langsung mengundurkan diri ketika
mengetahui hal ini. Abdullah Tariki, Director of Petroleum and Minerals juga “dilengserkan” dari jabatannya ketika
mencoba untuk menagih “selisih” kekurangan $5 tersebut.
Dagelan Nasionalisasi ARAMCO: Tidak masalah apakah pemerintah Arab Saudi telah menasionalisasi
ARAMCO, karena pada prakteknya, ARAMCO masih “dimiliki”, dikuasai dan dioperasikan oleh para Raksasa Minyak
Barat sampai hari ini.
BELAJAR MENGENDALIKAN
NEGARA SUPER POWER
“The U.S. has destroyed democracy throughout the globe while claimed to be spreading democracy. I spent 33 years
in active military service as a muscle-man for Wall Street and bankers. I helped make Mexico safe for American oil
interests in 1914, made Haiti and Cuba a decent place for National City Bank. I was a gangster for capitalism.”
Terjemahan: Amerika Serikat telah menghancurkan Demokrasi di penjuru dunia sambil mengaku menyebarkan
Demokrasi. Saya aktif 33 tahun di militer AS cuma untuk menjadi “tukang pukul” bagi Wall Stret dan para Bankir. Saya
adalah penjahat pelayan Kapitalisme.Pengakuan Major General Smedley Butler yang dituangkan dalam buku-nya: “War is a Racket: The Profit Motive
Behind Warfare”. Maj.Gen Butler adalah seorang Patriot Amerika, veteran PDI penuh tanda jasa, dan mantan
Panglima Marinir AS. General Butler membuat pengakuan kepada Komisi DPR AS: The McCormack-Dickstein
Congressional Committee, bahwa ia telah didekati oleh para konglomerat AS pada tahun 1934, yang menawarkannya
sejumlah uang asalkan General Butler mau melakukan coup d'état (kudeta) menggulingkan FDR (Franklin D.
Roosevelt), disebabkan FDR saat itu berencana untuk mengadakan Program “Redistribution of Wealth”, atau
redistribusi kekayaan dari si kaya ke si miskin, yang berbau sosialisme dan kontra-kapitalisme. (5)
Footnote:
(4) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics
& Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(5) “War is a Racket: The Profit Motive Behind Warfare” (World Classics Books) by Major General Smedley Butler
Pada sebuah pertemuan, General Butler bertemu dengan Irenee Du Pont dari keluarga Du Pont, industrialis Baja
terkaya di Amerika US. Steel, dan Robert Sterling Clark sebagai perwakilan dari para Bankir di Wall Street. General
Butler ditawarkan uang muka sebesar 100.000 Dollar ditambah jaminan ketersediaan dana sampai 300 juta Dollar
apabila diperlukan, untuk melancarkan kudeta menggulingkan FDR. Belakangan diketahui otak dari rencana kudeta ini
adalah “paguyuban” industrialis, konglomerasi minyak raksasa, dan bankir Wall Street: John D. Rockefeller
(Standard Oil), J.P. Morgan (General Motors), Henry Ford (Ford Motor Company), Prescott Bush (kakek dari
President George W. Bush, salah satu pemilik Brown Brothers Harriman & Co. yang nantinya akan memenangkan
seluruh Tender Proyek di Perang Vietnam). (6)
Setelah mendapat bukti-bukti cukup, General Butler melaporkan tindakan Treason (pengkhianatan terhadap negara)
ini kepada Komisi DPR AS: McCormack-Dickstein Committee, yang dipimpin oleh Congressman (anggota DPR AS)
John McCormack dan Samuel Dickstein. Meski Laporan telah diterima dengan baik, namun McCormack dan Dickstein
seolah-olah seperti enggan menindak-lanjuti kemungkinan pelanggaran konstitusi berat ini. Bahkan tak lama
kemudian, seluruh media di Amerika malah berbalik menyerang General Butler, menyebutnya sebagai penyebar fitnah
dan pencari sensasi. Sampai General Butler tutup usia, tidak ada tindak lanjut, dan tidak ada yang dihukum.
THE “HITLER
PROJECT”
“I have had plenty of opportunity in my post in Berlin to witness how close some of our American ruling fa milies are to
the Nazi regime. At the present moment, the Du Ponts are aiding in the armament business, their chief ally is I.G.
Farben Company. Standard Oil Company (Rockefeller) has made $500,000 a year helping Germans make Ersatz for
war purposes. General Motors Company (J.P. Morgan), and Ford also do enormous business here. I mention these
facts because they complicate things and add to war dangers.”Terjemahan: Posisi saya di Berlin memberikan saya kesempatan untuk menyaksikan langsung kedekatan
keluarga raksasa bisnis Amerika dengan rezim Nazi. Saat ini, keluarga Du Pont melakukan investasi melalui
I.G.Farben di industri persenjataan. Standard Oil Company (Rockefeller) memberikan 500.000 Dollar per tahun
kepada Ersatz untuk kebutuhan industri Perang. General Motors (J.P.Morgan) dan Ford juga melakukan bisnis besar
disini. Saya khawatir mereka akan memperumit bahaya Perang.” (7)
Ini adalah petikan surat William Dodd, Duta Besar AS untuk Jerman, yang ia tulis untuk Presiden F.D. Roosevelt pada
19 Oktober 1936, mengenai kekhawatirannya akan para industrialis dan konglomerat raksasa AS yang memberikan
uang tak terhitung banyaknya kepada Hitler & Nazi.
Setelah gagal mengubah Amerika menjadi “War monger” (pengobar perang), perhatian para konglomerat raksasa
beralih ke Hitler & Nazi yang lebih “kooperatif” mengemban proyek “pengobaran perang” ini. General Motors
(J.P.Morgan) dan Henry Ford melakukan investasi besar-besaran ke dua produsen Ranpur (kendaraan tempur)
terbesar Jerman: Opel dan Ford A.G. Dua bahan baku vital untuk perang, yakni: bahan peledak dan bahan bakar,
juga dapat diakses mudah oleh Hitler & Nazi berkat investasi jor-joran yang digelontorkan Du Pont dan Rockefeller
(Standard Oil & Chase Bank).
Bankir raksasa Wall Street: J.P. Morgan, diketahui melakukan mega investasi sebesar 3 milyar Dollar (pada tahun
1931 saja) ke berbagai industri strategis Jerman. J.P Morgan juga diketahui sebagai Pendana Utama untuk rezim
fasis Mussolini, dan militer Dai Nippon pada 1931. (8)
Footnote:
(6) “The Plot to Seize the White House” (Hawthorne Books) by Jules Archer
(7) “The Story behind the Holocaust” (Author House) by Natalie Silverman
(8) “The House of Morgan: American Banking Dynasty & the Rise of Modern Finance” (Grove Press) by Ron Chernow
Dana yang “tertangkap basah” mengalir dari Wall Street ke Hitler & Nazi selama tahun 1929 s/d 1933:
1929 total dana $10,000,000 dikirim Wall Street kepada Hitler
1931 total dana $15,000,000 dikirim Wall Street kepada Hitler
1933 total dana $7,000,000 dikirim Wall Street kepada Hitler
TOTAL $32,000,000 sampai tahun 1933 saja *tidak termasuk mega investasi ke industri strategis Jerman sbb:
Mega investasi yang diketahui digelontorkan Konglomerat Raksasa AS ke Jerman: (9)
1. Du Pont (US. Steel) investor utama I.G.Farben, suplier terbesar industri perang Jerman (bahan kimia,
plastik, karet sintetis, sampai amunisi),
Rockefeller (Chase Bank & Standard Oil) investor utama Ersatz, juga suplier besar industri perang Jerman
seperti I.G.Farben,
Prescott Bush (the Union Banking Corporation - UBC) investor utama Fritz Thyssen & Krupp, produsen
Baja strategis Jerman,
J.P.Morgan (General Motors) dan Henry Ford (Ford Motor Co.) investor utama OPEL & Ford A.G.,
produsen utama Ranpur (kendaraan tempur) untuk militer Nazi,
ITT dan General Electric (J.P. Morgan), penyedia alat komunikasi canggih untuk Ranpur Jerman
Rockefeller (Standard Oil), investor utama untuk DAPAG (Deutsche-Amerikanische Petrolieum AG)
perusahaan minyak terbesar Jerman, industri perang paling strategis.
2.
3.
4.
5.
6.
Pada Agustus 1938, Hitler menganugerahi medali Grand Cross of the Order of the German Eagle kepada Henry Ford
atas jasanya membantu “membangun” Jerman. Pertama kalinya medali tersebut diberikan kepada orang non-Jerman.
Charles Lindbergh “bapak Aviasi Amerika” yang konon anti-perang pun dianugerahi medali Service Cross of the
German Eagle oleh Reichsmarschall Hermann Goering (orang kedua setelah Adolf Hitler di rezim Nazi), atas
kontribusinya membangun Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman).
Henry Ford diketahui telah terlibat langsung membiayai kampanye Hitler dari awal, jauh sebelum Partai NSDAP (Nazi)
memenangkan Pemilu di Jerman. Adolf Hitler menggantung foto Henry Ford berbingkai di kamar kerja-nya, dan tak
jarang mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap Henry Ford ke banyak orang. Bahkan buku “Mein Kampf”
yang terkenal rasis terhadap Yahudi adalah plagiarisme (mencontek mentah-mentah) dari buku Henry Ford yang
berjudul “The International Jew”, yang telah terbit sebelumnya dan berkonten SARA terhadap Yahudi. (10)
Akhir cerita, sindikasi longlomerat raksasa AS ini masuk ke Jerman diantaranya melalui program “The Dawes Plan”,
yang berkedok “bantuan pembangunan Jerman pasca PDI”, namun kenyataannya mengalir langsung ke jantung
industri strategis pendukung Perang, memastikan metamorfosis Jerman menjelma menjadi negara adidaya dalam
sekejap mata, dan menyebabkan Perang Dunia II yang memakan korban puluhan juta jiwa.
Footnote:
(9) “Wall Street and the Rise of Hitler” (Hoover Press) by Anthony C. Sutton
(10) “Henry Ford and the Jews” (Public Affairs) by Neil Baldwin
MENAKLUKAN EROPA
DENGAN HUTANG
Seusai Perang Dunia II, Eropa dalam kehancuran total. Hampir setiap kota besar dan area industri porak-poranda dari
pemboman udara berulang-ulang. Setiap daerah kehilangan infrastruktur cukup signifikan: rel kereta, jembatan,
dermaga, membuat transportasi sama sekali tidak berfungsi. Kegiatan berniaga dan bisnis pun lumpuh total, membuat
tingkat pengangguran tak terkendali, diperparah oleh kekurangan pangan dan kelaparan.Dalam kondisi seperti ini, Jerman berhutang kepada JP.Morgan sebesar 151 juta Dollar, Jepang berhutang sebesar
197 juta Dollar, dan Austria berhutang sebesar 20 juta Dollar (dan itu baru kewajiban kepada satu Konglomerat saja).
Lalu apa yang harus dilakukan oleh sebuah negara yang sedang dalam kondisi “lumpuh” dan tidak mampu membayar
hutangnya? Jawabannya: Menambah hutang lagi.
Dengan dalih “Bantuan Ekonomi untuk mempercepat pemulihan Eropa bangkit dari reruntuhan, kali ini “paguyuban”
konglomerat raksasa bersindikasi dengan pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan hutang ke negara-negara
korban PDII di Eropa, yang diberikan nama “Marshall Plan” (diambil dari nama Chief of Staff Gedung Putih saat itu:
George Marshall). Karena begitu besarnya jumlah pinjaman yang diperlukan, kali ini uang kas negara hasil pungutan
pajak rakyat Amerika pun ikut digunakan.
Setelah disetujui oleh Congress (DPR AS), Pemerintah AS mencairkan pinjaman perdana sebesar 40 juta Dollar
kepada Prancis, Austria dan Italia. Para konglomerat pun tak ketinggalan mencairkan pinjaman perdana untuk Inggris
dan Prancis senilai masing-masing 225 juta Dollar. Pada tahun pertama program “Marshall Plan”, pinjaman mencapai
jumlah 5 milyar Dollar berhasil disalurkan ke negara-negara di Eropa. Pada tahun ke-empat, Eropa telah berhutang
kepada Amerika sebesar 15 milyar Dollar! (11)
Keuntungan dari Perang Dunia II:
1.
2.
3.
4.
5.
Penjualan senjata,
Penciptaan Hutang Baru (bunga dari pinjaman pasca-perang), Privatisasi
(Penanaman Modal Asing – PMA ke industri strategis), Menghancurkan
jaringan bisnis lama (menciptakan akses ke pasar Eropa),
Dan tentunya, menciptakan negara-negara Eropa yang “Ramah” terhadap kebijakan Amerika.
Penerapan secara praktis poin (5), adalah membuka akses bagi produk-produk Amerika untuk diadopsi oleh Eropa
tanpa hambatan berarti. Dari “mewajibkan” setiap negara memiliki bioskop-bioskop yang memasang film Hollywood,
sampai “mewajibkan” setiap negara memiliki cadangan Devisa dalam valuta Dollar Amerika, dan tentunya
“mewajibkan” setiap negara memiliki sistem finansial yang terintegrasi dengan Wall Street dan Bank Sentral AS.
Menciptakan satu dunia: “t he Am eri ca n W ay ” !
 FYI, negara-negara yang sampai sekarang masih belum memiliki bioskop yang memutar film Hollywood, dan
belum memiliki Pasar Modal yang terkoneksi dengan Wall Street, dijuluki “Rogue Country” (negara bangsat),
dan tinggal tunggu waktu untuk “dibasmi”, contoh: Korea Utara, dan Iran.
Kenapa Perang?Karena tidak ada bisnis yang lebih menguntungkan daripada Perang.
“Nervos Belli Pecuniam”, terjemahan: “Urat nadi Perang adalah Uang”
Marcus Tulius Cicero, Politikus ulung kerajaan Romawi (106-43 SM)
Footnote:
(11) “The House of Morgan: An American Banking Dynasty and the Rise of Modern Finance” (Grove Press) by Ron
Chernow
PEMBIAYAAN AGRESI MILITER
BELANDA KE INDONESIA
Ketika Presiden Soekarno ke Washington untuk meminta dukungan kepada Harry Truman pada Oktober 1945,
Amerika Serikat sedang menghadapi musuh baru: Komunisme. Hal ini membuat Dept. Perencanaan Kebijakan AS
pada saat itu menilai lebih “aman” untuk mendukung kolonialisme Belanda, daripada mendukung gerakan “Nasionalis”
yang sulit ditebak arahnya. (12)Berdasarkan keputusan tersebut, AS memberikan dukungan penuh terhadap legitimasi “kolonisasi Hindia Belanda”.
Dibuktikan lewat salah satu butir Klausul “Marshall Plan” yang menyebutkan: Belanda boleh alokasikan pinjaman
untuk “membangun” Hindia Belanda. Dengan ini, Belanda menjadi satu-satunya negara debitur “Marshall Plan” yang
mendapat dukungan tertulis dari AS atas rencana Kolonialisme.
Atas dasar Klausul tersebut, Den Haag langsung memberlakukan Embargo ekonomi terhadap negara kedaulatan
“Republik Indonesia” yang baru saja berdiri. Washington juga memberikan restu kepada militer Belanda untuk
menggunakan peralatan tempur AS dalam status “Pinjaman”. Pada Oktober 1945, Chief of Staff George C. Marshall
memerintahkan untuk mencopot identitas militer AS pada perangkat tempur yang akan digunakan oleh pasukan
SEAC (South East Asia Command) pimpinan Lord Louis Mountbatten untuk bombardir Surabaya 10 Nov ‘45. (13)
Pada 30 November 1946, pemerintah AS meminjamkan kepada militer Belanda secara Gratis: 118 unit pesawat terdiri
dari pembom B-25, pesawat tempur jenis P-40 dan P-51, 45 unit tank Stuart, 459 Jeep militer, 170 unit artileri, juga
Truk militer, dan persenjataan infantri dari arena Perang Pasifik, untuk kolonisasi Hindia Belanda. Militer Belanda juga
diberikan akses ke 65.000 ton suplai logistik. Tidak hanya itu, AS juga memberikan restu atas permintaan Belanda
untuk mengalokasikan dana sebesar 26 juta Dollar dari “Marshall Plan” untuk keperluan di Hindia Belanda. Amerika
juga memboikot keanggotaan Republik Indonesia dalam Komisi Ekonomi PBB untuk Timur Jauh (ECAFE). (14)
Momen titik balik krusial yang mempengaruhi kebijakan Washington adalah kejadian Pemberontakan PKI di Madiun
pada 18 September 1948. Pernyataan Soekarno, “Bangsa Indonesia harus memilih! Saya, atau Musso??” dianggap
sebagai bentuk keberpihakan kepada Blok Barat. Ditambah perlawanan sengit dari para Freedom Fighters (Pejuang)
yang membuat proses Kolonisasi jauh dari mulus. Washington memutuskan untuk mengakhiri keruwetan di Hindia
Belanda dengan berbalik mendukung kemerdekaan Indonesia. Keputusan tersebut direalisasikan pada forum Dewan
Keamanan PBB tanggal 27 Desember 1949, ketika Amerika meminta Belanda menyerahkan Indonesia kepada
Pemerintahan Soekarno. (15)
Footnote:
(12) “Shared Hopes, Separate Fears: 50 Years US-Indonesian Relations” (Boulder CO) by Paul Gardner
(13) “American Military Assistance to the Netherlands during Indonesian Struggle for Independence 1945-1949”
(Mededelingen van de Sectie Militaire Geschiedenis) volume 8 by Gerlof D. Homan
(14) “American Visions of the Netherlands East Indies (Indonesia): US Foreign Policy and Indonesian Nationalism
1920-1949" (Amsterdam University Press) by Frances Gouda
(15) “The United States and the Struggle for Southeast Asia 1945-1975” (Westport) by Alan J. Levine
KENNEDY HARUS MATI DEMI
PERANG VIETNAM
Berikut ini adalah Rangkuman dari dua buah buku: “On the Trail of the Assassins” dan “Crossfire: the Plot that Killed
Kennedy”, yang salah satunya telah diangkat ke layar lebar oleh Hollywood dengan judul “JFK”, kisah nyata seorang
District Attorney (Jaksa Wilayah) bernama Jim Garrison yang menyelidiki pembunuhan John F. Kennedy. True Story.Pada November 1960, seorang senator muda dari negara bagian Massachusetts bernama John Fitzgerald Kennedy
memenangkan pilpres. Salah satu agenda JFK sebagai Presiden, adalah mengurangi otoritas CIA yang ia anggap
sudah terlalu “menguasai hajat hidup orang banyak”, dan JFK tidak main-main dengan agendanya. JFK menolak
permintaan CIA untuk memberikan bantuan militer melalui udara bagi pasukan Anti-Castro (asuhan CIA) pada kontak
senjata di teluk “Bay of Pig” April 1961, yang menyebabkan kekalahan CIA dalam upaya menjatuhkan Fidel Castro.
Tak cukup sampai disitu, JFK kembali menguji kesabaran para petinggi militer dan intelijen Amerika ketika pada awal
tahun 1963, ia mencanangkan rencana untuk memulangkan 16.000 tentara Amerika dari Laos dan Vietnam selambat-
lambatnya pada perayaan natal tahun 1965.
Pada Jumat 22 November 1963, iring-iringan mobil presiden JFK berparade mengelilingi kota Dallas, Texas. Pada jam
12:30, iring-iringan Presiden JFK berbelok di tikungan patah masuk ke taman Dealey Plaza melewati gedung
penyimpanan buku Texas Book Depository, saat itu juga terdengar suara tembakan meletus berkali-kali. JFK
dilarikan ke rumah sakit Parkland Memorial 5 km dari taman Dealey Plaza, namun JFK menghembuskan nafas
terakhirnya pada jam 13:00 waktu Amerika. Siang itu juga, kepolisian kota Dallas menangkap seseorang bernama
Lee Harvey Oswald, dan pada malamnya, Jaksa kota Dallas Henry M. Wade mengumumkan tanpa keraguan bahwa
Oswald adalah pembunuh JFK (hanya 6 jam dari waktu penembakan), bahkan sebelum dilakukan penyidikan.
Oswald tidak diberikan Kuasa Hukum, dan tidak ada satu lembar pun Laporan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang
dibuat selama interogasi. Senapan Mannlicher-Carcano yang dibeli Oswald melalui Mail Order, dipaket ke alamat
PO Box milik Oswald (yang membuatnya mudah untuk dilacak), ditetapkan sebagai senapan yang digunakan
membunuh JFK. Lalu hanya 48 jam setelah penangkapan, Oswald tewas ditembak oleh seseorang bernama
Jack Ruby di depan 70 orang polisi yang sedang mengawalnya. Anehnya lagi, Ruby sang pembunuh Oswald pun
tewas di penjara tak lama setelah ditangkap. Demikian akhir dari drama pembunuhan Presiden Amerika tanpa
penyidikan, tanpa persidangan.
Presiden Lyndon Johnson lalu menunjuk Ketua MA Earl Warren untuk membentuk Komisi kerja “Warren Commission”
untuk menyelidiki pembunuhan JFK di Dallas. Warren Commission membuat kesimpulan: JFK tewas oleh tiga peluru
dari pembunuh tunggal bernama Lee Harvey Oswald, dari lantai enam gedung penyimpanan buku Texas Book
Depository, yang berposisi di belakang iring-iringan mobil Presiden JFK yang telah melewati Gedung tersebut masuk
ke area Dealey Plaza.
Lalu pada tahun 1966, seorang Jaksa Wilayah Orleans Parish, New Orleans, bernama Jim Garrison memutuskan
untuk melakukan penyelidikan atas Laporan Komisi Warren yang ia nilai banyak kejanggalan dan tidak konsisten
dengan fakta-fakta temuan di lapangan.
Kejanggalan no.1: William Walter, seorang petugas piket malam di kantor federal FBI menerima teleks pada
17 November 1963 yang berbunyi, “Sebuah percobaan pembunuhan akan dilakukan kepada presiden Kennedy saat
kunjungan ke Dallas 22 November”. Peringatan yang sangat akurat tersebut diterima FBI tanpa ada satu tindakan pun
dilakukan. Tanpa perubahan rencana iring-iringan pawai, dan tanpa pengadaan keamanan ekstra pada hari-H.
Kejanggalan no.2: Tes nitrat untuk mengetahui kadar mesiu yang menempel pada tubuh seseorang, dilakukan
kepada Oswald dengan hasil “Negatif”. Tes nitrat ini menunjukan bahwa Oswald tidak menembakan senjata api dua
hari sebelum tes dilakukan. Laporan TKP FBI pun menyatakan tidak menemukan sidik jari Oswald pada senapan
yang ditemukan di gedung Texas Book Depository.
Kejanggalan no.3: Saat “Rekonstruksi” TKP, FBI menghadirkan tiga penembak jitu, melakukan serangkaian uji
coba, tidak satupun dari mereka mampu me-reka ulang apa yang Oswald lakukan, yakni melepaskan 3 tembakan
dengan akurasi kelas dunia dalam 5,6 detik menggunakan senapan ekonomis. Hasil terbaik penembak jitu FBI
rata-rata 6-7 detik tanpa membidik sama sekali, yang berarti Mustahil apabila harus ditambah variabel Membidik.
Jim Garrison juga mewawancara ulang beberapa saksi hidup yang berada di tempat kejadian ketika presiden JFK
tewas ditembak di taman Dealey Plaza pada siang yang na’as itu.
Kesaksian no.1: S.M. Holland, Richard Dodd dan James Simmons, ketiganya berada di TKP, “Saya mendengar
tembakan berasal dari pagar di depan iring-iringan mobil presiden."
Kesaksian no.2: William Newman, berada di TKP, “Kami semua melihat hal yang sama, ada asap keluar dari
rerimbunan pohon dekat pagar di depan mobil JFK.”
Kesaksian no.3: Jean Hill dan Mary Moorman, berada di TKP, “Aku melihat kilatan cahaya dari semak-semak
pagar seberang. Aku terus memandang dan melihat asap keluar dari balik pagar tersebut. Ketika aku menceritakan
apa yang terjadi, bahwa aku mendengar 4-5 kali bunyi letusan tembakan dari pagar, petugas Secret Service (dinas
rahasia) memaksaku untuk menerima penjelasan bahwa yang ku dengar tersebut adalah gema. Mereka juga
memaksaku untuk memberikan kesaksian bahwa yang kudengar adalah 3 suara tembakan yang berasal dari gedung
penyimpanan buku, dan mengatakan akan menahanku apabila aku tidak kooperatif.”
Kesaksian no.4: Beberapa dokter yang piket di RS Parkland Memorial saat JFK diotopsi memberikan kesaksian
kepada Jim Garrison bahwa bagian belakang dari kepala JFK sudah tidak utuh lagi, terdapat luka menganga
sepanjang tujuh sentimeter di bagian belakang kepala. Ini membuat teori tembakan Oswald dari belakang pawai mobil
JFK menjadi sangat dipertanyakan.
(Lanjutan) Kejanggalan no.4: Lyndon Johnson memerintahkan agar mobil Limosin penuh darah dan
lubang peluru yang digunakan oleh JFK untuk segera diperbaiki, dan dibangun ulang. Sebuah pelanggaran berat
terhadap SOP penyelidikan FBI, apalagi menyangkut pembunuhan kepala negara. Namun tentunya tidak satu pun
kejanggalan, maupun kesaksian ini disinggung dalam 26 jilid Laporan Komisi Warren (modus yang akan diulang oleh
“9/11 Commission Report” 35 tahun kemudian).
Lee Harvey Oswald bekerja di Jaggars-Chilles-Stovall, sebuah perusahaan percetakan sub-kontrak dinas intelijen
Amerika CIA. Di waktu senggangnya, Oswald bersahabat dengan George De Mohrenschildt, seorang Sosialite di
Dallas Petroleum Club (klub pengusaha Minyak). De Mohrenschildt memperkenalkan Oswald kepada koleganya yang
bernama Bill Williams, seorang insinyur yang bekerja di Divisi Riset perusahaan Bell Helicopters, yang menawarkan
kepada Oswald lowongan kerja di gedung penyimpanan buku Texas Book Depository. Kebetulan?
Pada November 1966, Jim Garrison mendapat telepon dari seorang Kolonel Departemen Intelijen Pentagon yang
ingin membantu Garrison dalam investigasinya, namun meminta Garrison untuk menggunakan inisial “Kolonel X”
dalam laporannya. Ketika Garrison menjumpainya di Washington, Kolonel X menjelaskan mengenai operasi CIA
bersandi “Black Ops” yang merupakan operasi gabungan antara Pentagon dan CIA. “Black Ops” adalah hierarki
tertinggi intelijen di Amerika, dengan misi-misi antara lain: pembunuhan kepala negara, mengorkestrasi kudeta,
mengatur pemilihan umum, semua dengan satu tujuan, yakni: pelestarian kepentingan Amerika dan kroni-kroninya di
dalam maupun luar negeri.
Kolonel X menjelaskan bahwa ia sedang berada di Selandia Baru, ketika ia membaca berita pembunuhan presiden
JFK yang menjadi headline di sebuah Surat Kabar yang terbit pagi 23 November (atau sekitar malam 22 November
waktu Amerika). Ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal, karena surat kabar pagi dicetak pada dini hari (atau sekitar
siang 22 November waktu Amerika), yang berarti JFK baru saja ditembak. Namun Surat Kabar tersebut telah memuat
berita lengkap termasuk profil “sang pembunuh tunggal” Lee Harvey Oswald. “Sesuatu yang absurd dan berbau
operasi Black Ops”, jelas Kolonel X.
Kolonel X juga menjelaskan bahwa salah satu tugas utamanya di Pentagon adalah “Keamanan Presiden”, dan
belakangan ia baru mengetahui bahwa selama penugasannya ke luar negeri, ada perintah yang diberikan oleh
Pentagon kepada Dinas Intelijen Militer 112 Fort Sam Houston agar tidak terlibat dalam pengamanan tambahan
kunjungan JFK ke kota Dallas. Ini adalah pelanggaran sangat serius terhadap SOP pengamanan Presiden, karena
Dallas masuk dalam yurisdiksi Dinas Intel 112 Fort Sam Houston, yang mana menurut regulasi, Dinas Intel setempat
wajib menempatkan 100 sampai 200 personel disepanjang jalan yang menjadi rute iring-iringan.
Berdasarkan SOP, Dept.Intel Pentagon wajib untuk tiba di lokasi paling lambat 2 hari sebelum jadual kunjungan untuk
memeriksa seluruh gedung, dan menempatkan penembak-penembak jitu, namun pada hari na’as itu tidak satu pun
SOP yang dita’ati. Dan tidak ada hierarki dalam militer AS yang mampu membuat Dinas Intel 112 untuk tidak kerjakan
tugasnya, kecuali perintah tersebut datang langsung dari jajaran tertinggi Pentagon. Sekembalinya ke Amerika,
Kolonel X berusaha untuk mendapatkan data-data Lee Harvey Oswald, namun ia diberitahukan bahwa data-data
tersebut telah dimusnahkan, yang juga menyalahi standar prosedur.
Dua dosa tidak terampuni JFK: Pertama, membekukan operasi “War against Communism” yang
merupakan lahan basah bagi CIA dan Dinas Intelijen Militer AS. Diperparah dengan memecat Allen Dulles dari
posisinya sebagai Direktur CIA, dan memecat Jendral Charles Cabell sebagai Wakil Direktur CIA, dimana keduanya
telah dianggap sebagai tokoh “keramat” intelijen AS sejak PDII.
Kedua, keputusan JFK untuk mengakhiri keterlibatan AS di konflik indo-cina, yang secara praktis mengakhiri operasi
militer dengan anggaran milyaran Dollar per tahun-nya, yang mana Militer AS telah terikat kontrak dengan para
konglomerat pemilik Pabrik Senjata untuk pembelian peralatan perang. Anggaran pertahanan yang dipotong oleh JFK
pada Maret 1963 adalah anggaran yang menopang “hajat hidup” 52 instalasi militer di 25 negara bagian AS, dan
21 pangkalan militer di luar negeri.
Per tahun 1966, Bell Helicopters telah menjual 3000 unit Helikopter kepada militer AS untuk digunakan di Perang
Vietnam. General Dynamics yang berlokasi di Fort Worth, Texas juga meraup keuntungan dari penjualan jet tempur
F-111 kepada militer AS untuk Perang Vietnam. Anggaran Pertahanan AS sejak pecah Perang Vietnam membengkak
menjadi 75 milyar Dollar, masih merangkak naik menjadi 100 milyar Dollar pada tahun 1966, berakhir di kisaran
200 milyar Dollar pada akhir perang. *sekedar perbandingan: anggaran pertahanan AS pada tahun 1949 hanya
sebesar 10 milyar Dollar oleh absennya perang.
JFK berniat untuk “mengeringkan kolam” milyaran Dollar milik para petinggi militer AS dan konglomerat raksasa
Amerika. Tepat sehari setelah JFK dimakamkan, Presiden Lyndon Johnson menandatangani National Security Action
Memorandum 273 tertanggal 26 November 1963 yang mencanangkan “War against Communism” dan memerintahkan
pengiriman personel ke Vietnam Utara.
“War against Communism” terdengar tidak asing? Bagaimana dengan “War against Terror”?
Pada 8 Agustus 1964, terjadi penyerangan dua kapal Amerika oleh kapal perang Vietnam Utara di “Teluk Tonkin”
(lepas pantai Vietnam), yang menjadi landasan bagi Lyndon Johnson meminta Kongres untuk memberinya otorisasi
menginvasi Vietnam. Begitu permintaan dikabulkan, militer AS langsung membelanjakan 6 milyar Dollar untuk beli
Helikopter dan Jet Tempur dari Bell Helicopters dan General Dynamics. Salah satu perusahaan kontraktor raksasa
Brown & Root memenangkan seluruh tender proyek fisik pendukung perang senilai 2 milyar Dollar di Saigon, Cam
Rahn Bay, dan Da Nang, termasuk proyek pembangunan Pangkalan Udara di Phan Rang.
 Brown and Root adalah penyandang dana utama kampanye politik Lyndon Johnson sejak ia ”running for
Congress” (mencalonkan diri menjadi Anggota DPR AS) pada tahun 1937. Brown and Root juga diketahui
memberikan uang dengan jumlah yang sangat besar untuk Lyndon Johnson ketika ia mencalonkan diri untuk
US. Senate pada tahun 1941. (18)
Brown and Root adalah Subsidiary (anak perusahaan) dari Halliburton, salah satu Oil Service Company (perusahaan
kontraktor migas) terbesar di dunia, yang salah satu CEO (presiden direktur) nya adalah Dick Cheney, yang kelak
menjadi Wakil Presiden AS pada kabinet George W. Bush, dimana Halliburton-Brown and Root memenangkan
seluruh tender proyek migas dan konstruksi di Irak. Kebetulan?
Akhir cerita, 220 milyar Dollar dibelanjakan Militer AS dari anggaran pertahanan untuk perang Vietnam. Pada tahun
2005, ditemukan sebuah dokumen yang berasal dari National Security Agency (NSA), yang menyebutkan bahwa
penyerangan terhadap dua kapal Amerika oleh kapal perang Vietnam Utara di “Teluk Tonkin” tidak pernah terjadi.
*sebuah metoda rekayasa “pemicu perang” yang akan digunakan lagi pada 11 September 2001.
Footnote:
(16) “On the Trail of the Assassins” (Paperless Publishing) by Jim Garrison
(17) ”Crossfire: The Plot that Killed Kennedy” (Carroll & Graf Publishers) by Jim Marrs
(18) “The Years of Lyndon Johnson: The Path to Power” (Borzoi Book) by Robert Caro
Kesimpulan yang diambil Komisi Warren, JFK dibunuh oleh tiga peluru dari lantai 6 gedung Texas Book Depository,
kontradiktif dengan keterangan Dokter yang mengotopsi jenazah JFK, dimana terdapat luka menganga di bagian
belakang kepala JFK, yang berarti tembakan berasal dari arah depan. Diperkuat oleh hasil “Rekonstruksi” TKP,
dimana tiga penembak jitu FBI tidak mampu me-reka ulang apa yang Oswald lakukan, yakni melepaskan 3 tembakan
dengan akurasi kelas dunia dalam 5,6 detik menggunakan senapan ekonomis. Hasil terbaik para penembak jitu FBI
rata-rata 6-7 detik tanpa membidik sama sekali, yang berarti Mustahil apabila harus ditambah variabel “Membidik”.
Membuat seluruh cerita JFK tewas oleh pembunuh tunggal lewat tembakan dari belakang menjadi Absurd.
REVOLUSI SHIAH IRAN, DAN
PEMBIAYAAN IRAK
Memanfaatkan momentum Perang Dunia I, dengan dalih berperan sebagai “Peacekeeper” (pasukan penjaga
perdamaian), militer Inggris menduduki Iran pada 1911, memuluskan jalan bagi British Petroleum (BP) mendapatkan
Konsesi Pertambangan atas ladang Persia yang memiliki salah satu cadangan Minyak terbesar di dunia. Tahun 1941,
Kerajaan Inggris telah berhasil menginstalasi monarki yang “Ramah” kepada Barat, yakni: Dinasti Pahlavi dengan
Mohammad Reza Pahlavi sebagai “Shah” (raja) Iran, meresmikan Iran sebagai suplier minyak bagi Dunia Barat,
kedua terbesar setelah Arab Saudi.Namun pada tahun 1951, gerakan Nasionalis yang dipimpin oleh PM Iran Mohammad Mosaddegh mencoba untuk
membatasi kekuasaan “absolut” monarki Shah Pahlavi, dan melakukan dosa terbesar di mata Barat, yakni:
menasionalisasi Anglo-Iranian Oil Company (BP). Dibantu oleh “adik tersayang” dinas intelijen Amerika CIA, Kerajaan
Inggris melancarkan Perang Intelijen dengan kode sandi “Operation Boot”, dan “TPAJAX Project” (kode CIA), untuk
menggulingkan PM Mossadegh melalui kudeta yang dikenal dengan sebutan “28 Mordad Coup”. (19)
 Pada Agustus 2013, atas izin dari CIA, George Washington University mempublikasikan dokumen rahasia
CIA yang berasal dari Arsip US National Security. CIA secara resmi mengakui keterlibatannya dalam operasi
intelijen yang melengserkan PM Iran Mossadegh melalui penghasutan kebencian, juga memberikan sogokan
kepada politisi dan petinggi militer Iran. British Petroleum (BP) ikut menyumbang uang sebesar 25.000 Dollar
untuk operasi intelijen tersebut. Berita ini dilansir diseluruh Media Mainstream (CNN,BBC,dll) pada tanggal
19-20 Agustus 2013 dengan headline “CIA admits role in 1953 Iranian coup”.
Dengan “lengser”-nya PM Mossadegh, situasi kembali kondusif dan Iran mengembalikan posisinya sebagai Eksportir
Minyak no.1 ke Barat. Chase Bank Rockefeller dan J.P. Morgan menerbitkan Letter of Credit (LC) untuk setiap
ekspor Minyak Iran. British Petroleum pegang kendali penuh atas NIOC (National Iranian Oil Company). Sistem
moneter Wall Street pelan-pelan diadopsi melalui pembentukan Bank Omran dengan Rockefeller sebagai pendana
utama. Citibank mulai mencairkan pinjaman 55 juta Dollar untuk proyek infrastruktur, Iran mulai berhutang! (20)
Namun “keindahan” ini cuma bertahan 26 tahun, ketika gerakan yang dipimpin Ayatollah Khomeini melakukan
kudeta dan berhasil menggulingkan monarki boneka Barat, mendirikan Republik Islam pada tahun 1979, yang dikenal
dengan “Revolusi Shiah”. David Rockefeller memboyong Shah Pahlevi ke Amerika, namun Shah Pahlevi tak lama
meninggal setelah dirawat di RS Sloan-Kettering Center. Saat Ayatollah Khomeini mengambil alih, Iran telah
berhutang ke Chase Bank Rockefeller sebesar 500 juta Dollar! Lalu dengan dalih tidak bisa menagih hutang Iran
tersebut ke Ayatollah, Rockefeller menyita 10 milyar Dollar milik (alm)Shah Pahlavi yang disimpan di Bank miliknya.
Tentu saja CIA tak tinggal diam menghadapi keruwetan yang dibuat oleh Revolusi Shiah. Berbagai upaya dilakukan,
salah satunya membiayai General Oveisi, petinggi militer Iran yang dekat dengan (alm)Shah Pahlavi. CIA meminta
Jendral Oveisi membawa loyalis-nya untuk menduduki ladang minyak Khuzista dan menyatakan merdeka dari Iran.
Kapal perang USS Constellation berangkat dari Subic Bay Filipina menuju laut Arab untuk mendukung upaya
“penghasutan Perang Sipil” ini (metoda yang akan digunakan lagi di perang saudara Suriah bertahun-tahun
kemudian). Akhir cerita, seluruh usaha terbaik CIA menemui jalan buntu dikarenakan Ayatollah Khomeini mendapat
dukungan penuh dari mayoritas bangsa Iran yang telah lama mendambakan kepemimpinan fundamentalis Islam.
Rezim Shi’ah Iran harus “dibongkar” dengan segala cara. Sudah waktunya untuk menghubungi Irak.
Footnote:
(19) “The Scramble for Empire, Suez, and Decolonization” (I.B.Tauris) by Wm. Roger Louis
(20) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence,
Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
Hubungan diplomatik AS-Irak yang telah buruk sejak “Perang 6 hari” Arab-Israel tahun 1967, kembali
dipertimbangkan. Presiden Jimmy Carter sendiri yang memberikan arahan agar kebijakan AS terhadap hubungan
diplomatik dengan Irak ditinjau ulang. Saat itu juga, masih pada tahun 1979, Saddam Hussein memberikan izin
kepada CIA untuk membuka kantornya di Baghdad. Pendekatan CIA disambut baik oleh Saddam Hussein yang
memang telah lama memiliki “rencana” untuk negara tetangga-nya tersebut, dan melemahnya militer Iran akibat
Revolusi Shi’ah memberikan momentum yang bagus. (21)
Zbigniew Brzezinski, National Security Advisor Gedung Putih memberikan rekomendasi kepada Presiden Carter
yang berbunyi: Saddam Hussein bisa bermanfaat untuk menumbangkan rezim Anti-Amerika Ayatollah Khomeini,
sekaligus menahan laju ekspansi Blok Timur (Soviet) di Timur Tengah. Tak perlu menunggu lama sebelum AS
mendemonstrasikan dukungannya, ketika Washington memberikan ultimatum kepada Soviet (yang saat itu telah
menempatkan pasukannya di perbatasan Iran), bahwa AS tidak akan segan-segan “turun tangan” apabila Soviet ikut
campur. AS juga melakukan “diplomasi agresif” ke negara-negara sekitar agar tidak turut campur. Saddam Hussein
melihat ini sebagai sinyal “lampu hijau”, dan agresi militer Irak ke Iran pun dimulai pada 22 September 1980. (22)
Pada dua tahun pertama, AS masih menjadi “penonton” dan belum terlibat secara langsung. Namun pada tahun 1982,
situasi mulai berbalik dan Iran mulai berada dalam posisi offensive (menyerang). AS langsung mengeluarkan Irak dari
Daftar Hitam “Negara-negara sponsor Terorisme” untuk melegitimasi pemberian bantuan. AS mencairkan pinjaman
“Bantuan Ekonomi” milyaran Dollar, suplai senjata, suplai amunisi, sampai transfer teknologi militer. CIA memberikan
masukan “Tactical” untuk setiap operasi militer Irak, memberikan bocoran-bocoran intel, memberikan pelatihan untuk
“Special Ops”, dan tentunya Pabrik Senjata Swasta tak ketinggalan ikut menjual senjata, yang dibeli Irak dari hutang.
Departemen Defense Intelligence Agency Pentagon (departemen Kolonel X) berkantor di Baghdad memberikan
langsung arahan perencanaan pemboman strategis untuk Angkatan Udara Irak. Personel militer Irak menerima
pelatihan dari Satuan Khusus Green Berets di Fort Bragg, North Carolina, juga pelatihan untuk Pilot Helikopter. (23)
Militer AS bahkan terlibat langsung melakukan serangan terhadap target-target militer Iran. Angkatan Laut AS
melancarkan Operasi “Black” menggunakan Kapal tipe Mark III untuk menyerang kapal-kapal perang Iran pada malam
hari. CIA melancarkan Operasi “Eager Glacier” sabotase pabrik-pabrik strategis di Iran menggunakan Agen Lapangan.
Kapal perang USS Stark menyerang kapal-kapal Tanker Minyak Iran.
Perang baru berakhir melalui intervensi PBB pada 20 Agustus 1988 yang dituangkan dalam Resolution 598. Perang
Irak-Iran adalah perang konvensional terpanjang selama abad ke-20 (8 tahun), yang menewaskan lebih dari 500.000
personel militer dari kedua belah pihak, dan lebih dari 500.000 korban rakyat sipil. Irak menggunakan berbagai macam
Senjata Kimia (yang bisa ditebak dapat dari mana), dan PBB pun seperti menutup sebelah mata atas kejahatan
kemanusiaan Irak terhadap rakyat sipil Iran selama perang.
Berakhirnya Perang Irak-Iran, AS-Inggris beralih ke sekutu mereka yang paling loyal di Timur Tengah: Arab Saudi.
Untuk melancarkan salah satu cabang dari Perang Intelijen, yakni: “Dis-informasi”. Berdasarkan keterangan mantan
Direktur CIA James Woolsey, sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an, Arab Saudi menghabiskan 87 milyar Dollar
untuk sumbangan ke negara-negara berkembang (seperti Indonesia) untuk dana pembangunan & operasional Mesjid,
Madrasah, Pesantren, dan berbagai macam Islamic Center, disertai dengan distribusi buku-buku agama, materi
akademis, pembiayaan pendidikan calon Imam/Ustaz, sayangnya tidak sepenuhnya bermateri pendidikan Islam, tapi
juga bermuatan materi Brain Wash (cuci otak): penghasutan Kebencian, pemecah-belahan Islam melalui
fanatisme aliran, radikalisme, ekstrimisme (kelak terorisme). Tidak hanya penghasutan kebencian terhadap
Yahudi, tapi juga terhadap musuh AS-Inggris no.1: Shi’ah Iran. (24)
Footnote:
(21) “Web of Deceit: The History of Western Complicity in Iraq, from Churchill to Kennedy to George W. Bush” (Other
Press) by Barry Lando
(22) “The Death Lobby: How the West Armed Iraq” (Houghton Mifflin Company) by Kenneth Timmerman
(23) “Spider's Web: The Secret History of How the White House Illegally Armed Iraq” (Bantam Books) Alan Friedman
(24) “Saudi Arabia's Export of Radical Islam” by Adrian Morgan
PENCIPTAAN IBLIS BARU
BERNAMA “ISLAM”
Federal Emergency Management Agency (FEMA), sebuah instansi pemerintah AS yang beroperasi dibawah
US Homeland Security, memiliki tanggung-jawab sebagai koordinator dalam situasi terjadinya bencana di wilayah
AS, baik oleh alam maupun manusia, menerbitkan sebuah Manual (buku panduan) yang berjudul “EMERGENCY
RESPONSE TO TERRORISM: SELF-STUDY” pada tahun 1997, dengan cover (sampul depan) bergambar gedung
menara kembar World Trade Center (WTC) New York, yang mana pada North Tower (menara utara) diberikan
“ Target” teropong senapan, 4 tahun sebelum serangan Teroris ke menara kembar tersebut pada 11
September2001. Kebetulan?
Pada September 2000, para think tank (pemikir) neo-konservatif terbaik Amerika, yang terdiri dari: Dick Cheney,
Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz dan Jeb Bush (saudara kandung Presiden George W. Bush), menulis sebuah
Laporan yang berjudul “Project for the New American Century”, berisikan rekomendasi bagi pemerintah AS untuk
meninjau ulang kebijakan pertahanan dan kebijakan luar negeri, pendayagunaan kekuatan militer, dan pendaya-
gunaan sumber daya untuk milenium baru. Salah satu paragraf dalam Laporan tersebut berbunyi:
“the process of transformation, even if it brings revolutionary change, is likely to be a long one, absent some
catastrophic and catalyzing event – like a new Pearl Harbor.”
Terjemahan: proses transformasi, meskipun revolusioner, akan berlangsung lambat tanpa hadirnya sebuah
musibah besar yang menjadi “picu”, seperti sebuah “Pearl Harbor baru”.
Setelah terjadi serangan “Teroris” ke menara kembar World Trade Center pada 11 September 2001, Direktur FBI
Robert Mueller memberikan pernyataan resmi kepada pers bahwa tidak ada satu orang pun di Amerika yang
mengetahui rencana serangan, kecuali para teroris yang terlibat langsung. Hal senada dinyatakan dalam Laporan
“9/11 Commission”, sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh Congressional Joint Enquiry (semacam Pansus DPR),
berbunyi: tidak ada satu informasi-pun didapatkan oleh Intelijen AS yang menunjukan waktu dan tempat serangan.
Seorang Jaksa bernama David Schippers, yang menjadi Jaksa Penuntut pada sidang impeachment (pemakzulan)
Presiden Bill Clinton, memberikan keterangan kepada Pers setelah “Tragedi 9/11”, bahwa ia telah menerima
Peringatan dari 3 orang Agen FBI mengenai rencana penyerangan. Peringatan Pertama datang pada bulan Mei 2001
(yakni 4 bulan sebelum terjadinya serangan), yang berbunyi: “upcoming al-Qaeda attack on Lower Manhattan”
(serangan akan dilakukan al-Qaeda di Lower Manhattan, distrik tempat menara kembar WTC berada). Peringatan
Kedua datang pada Juli 2001 (2 bulan sebelum serangan), kali ini dengan informasi lebih akurat mengenai rencana
serangan Teroris ke salah satu Gedung di Lower Manhattan. David Schippers menghubungi beberapa Congressman
(anggota DPR AS), yang mana tidak satupun memberikan respon.
Lalu pada 15 Juli, David Schippers mencoba menghubungi Jaksa Agung John Ashcroft untuk memperingatkan
rencana serangan Teroris ke Lower Manhattan New York tersebut, namun lagi-lagi tidak mendapat respon. Anehnya,
Jaksa Agung Ashcroft mengakui berhenti menggunakan Pesawat sejak 26 Juli tanpa mau menyebut alasan mengapa.
Peringatan Ketiga datang pada bulan Agustus 2001, ketika David Schippers kembali diperingatkan oleh sumbernya
di FBI: “al-Qaeda attack on lower Manhattan is imminent!” (serangan al-Qaeda ke Lower Manhattan akan segera
dimulai!). Kelak ketiga agen FBI (yang tidak mau disebutkan namanya tersebut) memberikan keterangan kepada
Penulis William Norman Grigg, bahwa mereka telah memberitahukan kantor federal FBI perihal rencana serangan
Teroris tersebut, namun Kantor FBI seolah-olah seperti melakukan “pemberangusan” terhadap informasi vital tersebut,
malah mengancam akan memberikan sanksi apabila mereka membeberkannya kepada publik. (25)
Transaksi Pasar Modal Mencurigakan: Beberapa praktisi Pasar Modal menemukan transaksi sangat
mencurigakan yang terjadi di Wall Street (Bursa Efek New York) tepat sebelum terjadinya serangan 11 September,
yakni: tingginya transaksi Put Option yang dibeli 3 hari sebelum serangan.
 Put Option adalah produk pasar modal yang mengikat Jual-Beli Saham pada harga dan tenggat waktu yang
disepakati oleh Penjual & Pembeli. Misal: PT.A membeli Put Option saham PT.B dengan harga X, jatuh
tempo 1 bulan. Apabila saat jatuh tempo harga pasar saham tersebut lebih rendah dari X, maka PT.A dapat
menjual kembali saham tersebut ke PT.B dengan harga X (meskipun harga pasar lebih rendah), dan
mendapat keuntungan dari selisih harga tersebut.
Anehnya lagi, tingginya pembelian Put Option hanya pada dua saham Maskapai penerbangan: American Airlines
dan United Airlines, yang mana pesawat-pesawat dari kedua Maskapai tersebut nantinya akan digunakan “Teroris”
untuk menabrak gedung WTC dan Pentagon. Seolah-olah segelintir orang telah mengetahui bahwa sesuatu yang
kontra-produktif akan menimpa. Tak hanya itu, Put Option dari Morgan Stanley dan Dean Witter, dua perusahaan
yang berkantor di lantai 22 gedung WTC juga diborong beberapa hari sebelum serangan. Kebetulan?(26)
Bisa ditebak, harga saham dari kedua Maskapai tersebut anjlok setelah Tragedi 9/11, dan memberikan keuntungan
juta-an Dollar bagi para pemegang Put Option. FBI memiliki Join-Ops (operasi gabungan) dengan SEC (Bapepam AS)
yang memonitor secara rutin pergerakan pasar modal, terutama anomali transaksi dan indikasi penyimpangan.
Namun tidak ada satupun dari pembeli Put Option tersebut yang dipanggil (apalagi ditindak), bahkan tidak pernah
disinggung dalam Laporan “9/11 Commission”.
Gambar atas: Larry Silverstein, seorang konglomerat Properti & Developer (Silverstein Properties) membeli gedung
menara kembar World Trade Center hanya dua bulan sebelum Tragedi 9/11, dan mendapatkan santunan dari
Asuransi gedung sebesar 4,9 milyar Dollar. Kebetulan?
Footnote:
(25) “Did We Know What Was Coming?” (American Opinion Publishing Incorporated) by William Norman Grigg
(26) “Stocks Inquiry: Millions of shares sold before disaster” (The Times) by James Doran
Pertanyaan paling mendasar yang pasti muncul di benak setiap orang waras saat membayangkan serangan “Teroris”
9/11: Mengapa tidak satupun dari pesawat-pesawat tersebut dicegat oleh Jet Tempur?
Cerita tanpa kaidah akal sehat: “Tragedi 9/11” memaksa kita untuk percaya bahwa pada pagi hari na’as
tanggal 11 September, 19 orang Arab yang bersenjatakan pisau Cutter, membajak 4 pesawat komersial dan
menerbangkan pesawat kelas raksasa yang terbang pelan selama 1 jam 45 menit, melewati zona angkasa yang
paling terproteksi dan paling dijaga oleh Angkatan Udara dengan sistem radar dan pertahanan tercanggih di dunia,
yang mampu menghancurkan sasaran sebesar koin dari ratusan kilometer jauhnya, menggunakan Rudal-Rudal
berpanduan laser yang super akurat, dan mampu mengirimkan skuadron jet tempur dengan kecepatan 3000 km/jam,
Namun dengan semua itu, tidak sanggup menemukan 4 “gajah” yang bergerak lamban?
Laporan penyelidikan “9/11 Commission” yang disusun oleh Pansus Congressional Joint Enquiry, menceritakan
episode kebingungan petugas FAA membaca radar, miskomunikasi, SOP pangkalan militer yang canggung, dan
ketidak-pastian Rules of Engagement (aturan main) rantai komando militer, semuanya yang terdengar cukup Absurd.
Mengapa? Karena alasan-alasan sbb:
SOP (Standar Prosedur Operasi) dari pertahanan zona angkasa AS dilakukan melalui koordinasi erat, ketat, dan lugas
antara dua instansi, yakni: Federal Aviation Administration – FAA (badan administrasi penerbangan AS) dan
North American Aerospace Defense Command – NORAD (komando militer pertahanan angkasa AS). Petugas
ATC Air Traffic Controllers (pengendali lalu lintas udara) dari FAA adalah personel yang sangat terlatih, profesional,
dan terbiasa menghadapi layar monitor Radar dengan lalu-lintas tertinggi di dunia. Rules of engagement (aturan main)
dan rantai komando militer pangkalan Angkatan Udara AS dipatuhi dengan ketat dan tegas, yang mendekatkan kita
kepada satu kesimpulan: telah terjadi pelanggaan SOP berat pada pagi na’as 11 September.
Peta atas: New York tak hanya memiliki FAA Control Center (pusat kendali FAA New York Center), tapi juga dikelilingi
oleh Pusat Komando NORAD di Langley dan Otis, yang lokasi keduanya cukup dekat.
Cerita yang disajikan: Pada Laporan “9/11 Commission”, berdasarkan keterangan dari petugas ATC,
skenario “pembajakan pesawat” telah disadari pada jam 8:15, yakni 30 menit sebelum Pesawat pertama ditabrakan ke
North Tower pada jam 8:46 pagi waktu Amerika. Lalu disebutkan bahwa komando angkasa NORAD menerbangkan
Jet tempur untuk mencegat baru pada jam 8:53, yakni 38 menit setelah petugas ATC menyadari situasi pembajakan.
ini Absurd karena: FAA memiliki 22 Control Center (pusat pengendali rute lalu lintas udara), lebih dari 26.000
petugas ATC, 400 Control Tower (menara kendali lalu lintas), 195 Radar yang memantau setiap milimeter zona
angkasa AS, belum termasuk 34.000 sistem monitor, komunikasi dan navigasi tercanggih di dunia, bekerja non-stop
7 hari 24 jam. Setiap petugas ATC memiliki akses ke fasilitas Radar canggih Terminal Radar Approach Controls
(TRACON), yang memantau pergerakan setiap Pesawat dari mulai lepas landas sampai jarak sejauh 30 kilometer,
yang kemudian “diserahkan-terimakan” kepada Petugas ATC pada zona angkasa berikutnya yang juga sedang
menatap layar monitor Radar TRACON-nya. (27)
Footnote:
(27) “Administrator’s Fact Book” FAA REPORT dated July 2001
Pada pagi na’as 11 September, ke-empat Pesawat yang dikuasai para “Pembajak” masuk dalam pantauan zona
angkasa FAA regional Boston Center, New York Center, Cleveland Center, dan Indianapolis Center (wilayah berwarna
kuning pada Peta di halaman sebelumnya), yang mana setiap Control Center tersebut menjalin komunikasi dan
koordinasi erat antara satu dengan lainnya.
Berdasarkan SOP FAA: setiap Pesawat, baik sipil maupun komersial, yang lepas landas ataupun memasuki
zona angkasa AS, wajib mengikuti Flight Plan (rute terbang), yang mana setiap Flight Plant memiliki Fix Points (titik-
titik koordinat), yang mana setiap Pesawat wajib terbang mengikuti koordinat tersebut demi keamanan di udara. Ketika
sebuah pesawat melenceng keluar dari Fix Point, Radar seketika memperingatkan Petugas ATC, yang akan segera
menghubungi Pilot melalui Radio dan meminta Pilot untuk kembali ke rute terbang. Apabila Pesawat bersangkutan
tidak menurut, Petugas ATC saat itu juga akan melapor ke FAA Control Center, yang akan meneruskannya ke
Pentagon National Military Command Center (NMCC), yang akan memerintahkan NORAD untuk memberangkatkan
Jet tempur, dimana seluruh prosedur dapat dilakukan dibawah 15 menit (permanent 15-minute alert). (28)
Komando pertahanan angkasa NORAD: memiliki 7 pangkalan berstatus siaga, dengan masing-
masing 2 jet tempur dalam status permanent 15-minute alert (mencegat dalam 15 menit), dengan total 14 jet tempur
tersebar di 3 sektor regional, dimana zona angkasa New York masuk dalam sektor Northeast Air Defense Sector
(NEADS) yang memiliki 4 jet tempur, yakni: dua jet tempur tipe F-15 Eagle dalam status “permanent 15-minute alert”
di Otis Air National Guard Base, Cape Cop, Massachusetts, dan dua jet tempur tipe F-16 Fighting Falcon yang juga
dalam status “permanent 15-minute alert” di Langley Air Force Base, Langley, Virginia. (29)
Cerita yang disajikan: Berdasarkan Laporan “9/11 Commission”, Pesawat American Airline kode Flight 11
tidak menjawab komunikasi Radio Petugas ATC pada jam 8:15. Lalu FAA Control Center melaporkan situasi tersebut
ke Komando Pertahanan NORAD pada jam 8:37. Pesawat Flight 11 menabrak North Tower (gedung 1 WTC) pada
jam 8:46. Kemudian 2 jet tempur F-15 baru mengudara dari Otis Air National Guard Base pada jam 8:53,
membutuhkan waktu total 38 menit terhitung dari Flight 11 tidak dapat dihubungi oleh Petugas ATC.
Footnote:
(28) “The War on Freedom: How and Why America was Attacked” (Institute for Policy Research and Development) by
Nafeez Mosaddeq Ahmed
(29) “Langley Air Force Base 119th Fighter Wing briefing” by Donald Quenneville
Cerita ini Absurd karena:
1. FAA Control Center baru melaporkan situasi pembajakan ke NORAD pada jam 8:37, membutuhkan waktu
22 menit terhitung dari Petugas ATC tidak dapat menghubungi Pesawat Flight 11 yang melenceng dari jalur
pada jam 8:15. Terlalu lambat untuk SOP FAA yang mengharuskan FAA menghubungi NORAD detik itu
juga, atau paling lambat pada 8:16,
Transponder (alat pengirim sinyal identifikasi pada pesawat) dimatikan oleh “Teroris” saat Flight 11 keluar
jalur dan memutuskan komunikasi, yang seharusnya mempercepat pengambilan keputusan untuk melapor
ke NORAD. Namun FAA seolah tidak terburu-buru untuk melakukan laporan.
Dua Jet tempur F-15 yang pertama kali mengudara dari Otis Air National Guard Base, berjarak 250 kilometer
dari WTC New York, dapat mencegat United Airlines Flight 175, sebelum Pesawat kedua tersebut
ditabrakan South Tower pada jam 9:03. Namun entah kenapa, kedua F-15 terlambat sampai di tujuan.
F-15 Eagle memiliki Top speed 2,7 Mach (2,7 kali kecepatan suara). 1 Mach = 1200 km/jam. Maka 2,7 Mach
= 3.240 km/jam (54 km/menit), yang berarti jet tempur F-15 dari Otis Airbase dapat tiba di WTC New York
hanya dalam waktu 4,6 menit pada Top speed 2,7 Mach, atau dapat tiba pada jam 8:58, yakni 5 menit
2.
3.
4.
sebelum Flight 175 menabrak South Tower pada 9:03
Namun kedua jet tempur F-15 tersebut baru tiba di WTC New York 18 menit kemudian pada jam 9:11, yang berarti
terbang 830 km/jam, atau hanya menggunakan sekitar 25% dari kemampuan Top Speed-nya.
Tragedi 9/11 masih bisa minimalisir: Apabila pada pagi na’as 11 September 2001, FAA dan NORAD
berkomunikasi dan berkoordinasi erat sesuai dengan SOP, juga apabila Pilot menerbangkan jet tempur F-15 nya
dengan kecepatan Top speed, maka penabrakan Flight 175 (pesawat kedua) ke South Tower WTC dapat dihindari.
Namun entah kenapa FAA membutuhkan waktu 22 menit untuk melaporkan Flight 11 yang tidak hanya keluar jalur
dan memutuskan komunikasi, namun juga mematikan Transponder. Dan entah kenapa Pilot dari ke dua F-15
memutuskan untuk tidak memacu jet tempur mereka, seolah tidak terburu-buru menuju WTC.
Bukti-Bukti Forensik:Foto diatas adalah bukti penggunaan Controlled Demoliton (peledakan terencana untuk
meruntuhkan gedung). Bandingkan 2 semburan ledakan yang tertangkap kamera pada gedung WTC (foto kiri),
dengan semburan ledakan dari bahan peledak yang memang digunakan untuk meruntuhkan gedung (foto kanan).
Sejak bermunculannya banyak bukti-bukti baru yang bertolak-belakang dengan cerita yang disajikan oleh Laporan
“9/11 Commission”, telah menimbulkan polemik pro/kontra dan melahirkan gerakan orang-orang yang membela keras
“cerita resmi” serangan Teroris 9/11 baik melalui media, buku, maupun di dunia maya. Wikipedia pun dengan sigap
memberikan Label “Teori Konspirasi” (bahkan “Myth” / Mitos) kepada Fakta-Fakta yang bertolak-belakang dengan
cerita resmi serangan “Teroris” 9/11.
Teori VS. Bukti Forensik:Salah satu Teori andalan para “Pembela” cerita resmi Tragedi 9/11, menyebutkan
bahwa semburan ledakan dari menara kembar WTC yang tertangkap kamera disebabkan oleh “Udara” yang
menyembur keluar didorong oleh “Tekanan”. Teori lain menyebutkan semburan berasal dari benda-benda besar
seperti mis: Elevator (lift) yang mental keluar dengan kecepatan tinggi.
Namun sekeras apapun upaya mendiskreditkan Bukti-Bukti, baik melalui Labelisasi “Teori Konspirasi”, ataupun
melalui metoda “membanjiri” dunia dengan Teori-Teori tandingan, tidak akan mengubah Fakta bahwa: gedung menara
kembar World Trade Center runtuh dengan karakteristik Controlled Demolition, yakni: dengan ditemukannya
semburan ledakan, dan karakter runtuh yang bersifat metodis (jatuh bebas tanpa hambatan) menandakan terjadinya
“pelemahan” lantai-lantai dibawahnya secara terencana.
Foto atas: gedung-gedung yang diruntuhkan menggunakan Controlled Demolition (peledakan terencana), menunjukan
karakteristik runtuh yang bersifat “Metodis” (jatuh bebas tanpa hambatan), dengan cara “melemahkan” lantai-lantai
bawah untuk “memberikan jalan” bagi reruntuhan dari atas, sehingga menciptakan gerakan Free Fall (terjun bebas).
100% sama dengan karakteristik runtuhnya gedung WTC.
Faktanya: Foto atas adalah tampilan fisik gedung-gedung yang runtuh alami (bukan oleh Controlled Demolition).
Karakteristik runtuh “terjun bebas” hanya dapat disebabkan oleh: 1.Gempa bumi super hebat; 2.Kesalahan fatal
dalam arsitektur; 3.Controlled Demolition, dan gedung WTC tidak runtuh oleh no.1 atau no.2
Cerita Resmi: Penyelidikan atas penyebab runtuhnya South & North Tower dari gedung WTC dilakukan pertama
kali oleh Federal Emergency Management Agency (FEMA), menggandeng Structural Engineering Institute of the
American Society of Civil Engineers (SEI/ASCE) menerbitkan Laporan Building Performance Study (BPS) pada
Mei 2002 bersinergi dengan Laporan “9/11 Commission”, memberikan kesimpulan bahwa runtuhnya kedua menara
WTC disebabkan oleh: Benturan pesawat yang menyebabkan kerusakan Struktur, dan terutama oleh Api yang berasal
dari Jet Fuel (bahan bakar pesawat) yang “melemahkan” Struktur Baja, dan menyebabkan keruntuhan total.
The National Institute of Standards and Technology (NIST), sebuah Biro Pemerintah AS dibawah Departemen
Perdagangan, yang memiliki wewenang dalam penetapan standarisasi industri, sains dan teknologi, juga melakukan
penyelidikan terhadap penyebab runtuhnya kedua menara kembar WTC, dan memberikan kesimpulan yang
mendukung Laporan BPS oleh FEMA, yakni: penyebab runtuh adalah kolom penyangga rusak oleh benturan, lalu
patah setelah dilemahkan oleh Api dari Jet Fuel.
Cerita resmi VS. Bukti Forensik:
1. Professor Steven E. Jones, seorang Ahli Fisika berpengaruh di AS (ahli fusion energy) dari Structural
Engineering Faculty (fakultas teknik struktur) dari Brigham Young University,
Kevin Ryan, seorang Ahli Fisika, Direktur dari Environmental Health Laboratories Inc. yang ditunjuk
Pemerintah AS untuk meneliti komponen Baja yang digunakan pada konstruksi gedung WTC
Frank Legge, PhD, seorang Ahli Kimia dari University of Western Australia,
2.
3.
Bersama Tony Szamboti, M.E., seorang Ahli Teknik, dan James R. Gourley, seorang Ahli Kimia, dibantu oleh
beberapa ilmuwan di bidang fisika, kimia, dan teknik, melakukan penelitian terhadap puing-puing reruntuhan gedung
WTC, dan membawa beberapa sampel debu dari Ground Zero (lokasi serangan) ke Laboratorium untuk dianalisa, dan
hasil penemuan mereka adalah: “Ditemukan bukti kandungan Nano-thermite dalam sampel debu dari reruntuhan
menara kembar World Trade Center.” (30)
Tentu saja Biro Pemerintah NIST segera membantah penemuan para Ilmuwan Ahli ini, dan mencoba mendiskreditkan
penelitian mereka dengan menyatakan: tidak ada bukti bahwa sampel debu tersebut berasal dari reruntuhan gedung
WTC, yang tentunya merupakan tuduhan Absurd karena Kevin Ryan adalah Direktur dari Laboratorium yang ditunjuk
resmi oleh Pemerintah AS untuk meneliti komponen Baja pada konstruksi gedung WTC, yang berarti ia memiliki akses
untuk itu. Anehnya lagi, ketika para ilmuwan ahli ini menantang NIST untuk melakukan pembuktian atas tuduhannya,
NIST menyatakan tidak akan melakukan penelitian tandingan.
Baru setelah mendapat tekanan dari komunitas Sains, NIST akhirnya mengutus James Millette, seorang kontraktor
untuk NIST, untuk melakukan analisa laboratorium terhadap sampel debu dari reruntuhan gedung WTC. Namun
James Millette hanya melakukan satu tes (uji kimia) dari 10 rangkaian tes yang harusnya dilakukan, sudah tentu
hasilnya bisa ditebak, yakni: tidak menemukan kandungan Nano-thermite pada sampel debu dari Ground Zero.
(Sumber: Kevin Ryan, Ahli Fisika, Direktur Laboratorium)
Footnote:
(30) “Active Thermitic Material Discovered in Dust from the 9/11 World Trade Center Catastrophe” (Open Chemical
Physics Journal) by Steven E. Jones, Kevin R. Ryan, Frank M. Legge, James R. Gourley, Niels H. Harrit, Daniel
Farnsworth, Gregg Roberts, Bradley R. Larsen, Jeffrey Farrer
Nano-thermite adalah sejenis serbuk mesiu (semacam black powder) yang mampu menciptakan
semburan singkat suhu tinggi, yang aplikasinya digunakan oleh Militer sebagai Bahan Peledak.
South Tower: United Airlines Flight 175 dihunjamkan ke menara 110 lantai ini tepat diantara lantai 77 dan lantai 85,
yang lalu runtuh pada jam 9:59 setelah terbakar oleh Jet Fuel selama 56 menit (1 jam).
North Tower: American Airlines Flight 77 menghantam menara 110 lantai ini tepat diantara lantai 93 dan lantai 99,
yang lalu runtuh jam 10:28 setelah terbakar Jet Fuel selama 102 menit. (1 jam 40 menit)
Api penyebab runtuh adalah Absurd karena: Sekeras apapun upaya Biro Pemerintah AS
mendiskreditkan para Ilmuwan Ahli karena menemukan Bukti-Bukti yang bertolak-belakang dengan cerita serangan
“Teroris”, tidak akan mengubah Fakta bahwa: telah ditemukan banyak Bukti Fisik keberadaan Nano-thermite (serbuk
mesiu militer) di reruntuhan menara kembar WTC. Berdasarkan penemuan sbb:
Ditemukan molten metal (logam panas cair) di puing-puing reruntuhan menara kembar WTC, yang merupakan bukti
terjadinya peningkatan suhu melewati kemampuan suhu Api, yang hanya bisa terjadi oleh reaksi “eksotermik”
(pelepasan energi panas) oleh serbuk mesiu Nano-thermite.
Bisa ditebak, NIST segera membantah penemuan Bukti fisik ini dengan melempar Teori bahwa logam cair panas
tersebut adalah Alumunium yang berasal dari bagian Pesawat yang lumer terbakar. Dan tentunya NIST memberikan
kesimpulan ini tanpa melakukan analisa Laboratorium.
* Jet fuel mampu menghasilkan suhu maksimal 980°C dalam ruangan isolated (terisolir), yang mana kondisi lantai
70-90 pencakar langit WTC dengan dinding menganga sebesar badan pesawat, sama sekali Tidak masuk kategori
“terisolir”, yang membuatnya masuk ke kategori Open Air Burning (pembakaran di udara terbuka), gambar bawah:
Pembela cerita serangan “Teroris” 9/11 akan berargumen 38.000 liter bahan bakar Pesawat akan meningkatkan suhu
yang dihasilkan dari pembakaran, namun asumsi ini telah dibuktikan salah oleh Professor Thomas W. Eagar,
Professor of Materials and Systems Engineering, dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), karena
kuantitas bahan bakar tidak meningkatkan suhu, namun hanya memperluas daerah penyebaran panas. Bahkan
apabila 38.000 liter bahan bakar meningkatkan suhu Api sampai 2x lipat: 600 derajat Celcius, masih tetap Belum
mampu “melemahkan” kolom penyangga, karena kekuatan baja baru terkompromi pada suhu diatas 800 derajat
Celcius. Bahkan dalam kondisi tersebut pun, kolom-kolom baja masih akan masih mampu menyangga, karena
struktur WTC didesain untuk menahan beban sampai 5x beratnya.
Footnote:
(31) Internationally Standardized Unleaded/Paraffin Oil-based Fuel JET A-1 (US JET A), by ME PETROLEUM
Carbon Steel (baja) punya melting point (titik lebur) pada kisaran 1500 derajat Celcius
Jet fuel (bahan bakar pesawat) menghasilkan suhu 260-315 derajat Celcius diudara
terbuka* (31)
Suhu Api dari jet fuel Tidak cukup untuk “lemahkan” baja struktur WTC
Pencakar langit Tidak runtuh karena Api: The First Interstate Tower
Pencakar Langit 64 lantai di Los Angeles, AS. Kebakaran hebat mulai dari lantai 12, api melahap 5 lantai (sampai
lantai 17). Baru bisa dipadamkan setelah 3,5 jam.
 3,5x lebih lama dari South Tower WTC, api lebih hebat, dan tidak runtuh.
Pencakar langit Tidak runtuh karena Api: One Meridian Plaza
Pencakar Langit 38 lantai di Philadelphia, AS. Kebakaran hebat mulai dari lantai 22, api melahap 8 lantai (sampai
lantai 30). Baru bisa dipadamkan setelah 19 jam.
 19x lebih lama dari South Tower WTC, api lebih hebat, dan tidak runtuh.
Pencakar langit Tidak runtuh karena Api: The Windsor Tower
Pencakar Langit 32 lantai di Madrid, Spanyol. Kebakaran hebat mulai dari lantai 21, api melahap seluruh lantai. Baru
bisa dipadamkan setelah 24 jam.
 24x lebih lama dari South Tower WTC, api lebih hebat, dan tidak runtuh.
Pembela cerita serangan “Teroris” akan berargumen bahwa perbandingan yang valid (sah), harus menggunakan
gedung pencakar langit dengan desain struktur yang sama persis, yang juga telah ditabrak oleh Pesawat komersial.
Tentu saja ini adalah upaya memaksakan pendapat lemah, karena kesimpulan yang diambil baik oleh FEMA, NIST,
maupun 9/11 Commission adalah: menara kembar WTC tidak runtuh oleh benturan Pesawat, melainkan oleh kolom
penyangga baja yang kehilangan kekuatan akibat kebakaran. Bahkan NIST sendiri telah menggunakan Kebakaran
pada dua gedung pencakar langit tersebut sebagai perbandingan:
“therefore concluded that the fires in First Interstate Bank and One Meridian Plaza were at least as severe, and
probably more severe, than the fires in WTC.”
Terjemahan: bersama ini menyimpulkan bahwa Kebakaran yang terjadi di First Interstate Tower dan One
Meridian Plaza adalah sama hebat, bahkan lebih hebat dari Kebakaran di WTC. (32)
Gambar atas: juga berasal dari Laporan resmi NIST, pada gambar paling kiri dapat dilihat bahwa benturan Pesawat
Tidak membuat kerusakan signifikan pada Core Structure (struktur inti), melainkan hanya merusak kurang dari 1/3
bagian Core Structure. Sedangkan pada dua gambar paling kanan, dapat dilihat bahwa gedung First Interstate Tower
memiliki Core Structure yang mirip dengan menara kembar WTC. (33)
Propaganda Pemutar-balikan Fakta: Biro Pemerintah AS berusaha keras untuk menutupi &
mendiskreditkan seluruh Fakta yang bertolak-belakang dengan cerita serangan “Teroris” 9/11. Media tutup mata,
malah balik menyerang para Ilmuwan Ahli yang menemukannya. Namun Metoda paling efektif untuk “membungkam”
Fakta-Fakta tersebut adalah melalui pemutar-balikan fakta, yakni: memberikan Label “Teori Konspirasi”, seperti yang
dilakukan oleh Wikipedia, yang tak kenal lelah dan selalu sigap menerbitkan banyak artikel “Teori Konspirasi”.
Footnote:
(32) NIST “National Construction Safety Team on the Collapses of the World Trade Center Tower, (NCSTAR) vol.1-9,
Final Report, page 341
(33) NIST NCSTAR vol.1-2, pages 222-223
Rekapan Fakta-Fakta: berdasarkan temuan Ilmuwan Ahli, hukum fisika, dan Laporan Biro Pemerintah AS:
1. Jet fuel (bahan bakar pesawat) menghasilkan suhu 260-315 derajat Celcius pada pembakaran udara terbuka,
2. Baja baru melemah pada suhu diatas 800 derajat Celcius, dan baru mencair pada suhu 1500 derajat Celcius,
3. Ilmuwan Ahli menemukan logam panas cair yang Tidak dapat disebabkan oleh Api dari Jet fuel di udara terbuka,
4. Ilmuwan Ahli menemukan bukti kandungan Nano-thermite (bahan peledak militer) pada sampel debu WTC,
5. Nano-thermite mampu ciptakan semburan suhu lebih tinggi dari titik lumer Baja dalam proses pembakaran,
6. Gedung pencakar langit lain, dengan kebakaran lebih hebat dan lebih lama, tidak menyebabkan keruntuhan,
7. Biro Pemerintah NIST menggunakan First Interstate Tower dan One Meridian Plaza sebagai perbandingan,
8. Biro Pemerintah NIST mengakui Kebakaran First Interstate Tower dan One Meridian Plaza lebih hebat dari WTC,
9. Laporan NIST menunjukan kerusakan Core Structure WTC akibat benturan Pesawat Tidak terlalu parah,
10. First Interstate Tower memiliki Core Structure yang mirip dengan Core Structure menara kembar WTC,
Laporan yang diterbitkan oleh Biro Pemerintah AS, baik Building Performance Study (BPS) oleh FEMA, juga dari NIST
,didukung oleh Profesor Zdeně k Bažant dari Civil and Environmental Engineering Faculty Northwestern University,
memberikan Teori “Pancake” yang berbunyi: “the kinetic energy imparted by a falling upper section onto the floor
below was an order of magnitude greater than that which the lower section could support.”
Terjemahan: energi kinetik dari lantai atas yang jatuh ke lantai bawah, memiliki intensitas yang lebih besar lebih
besar daripada kemampuan lantai bawah menyangga, sehingga menyebabkan keruntuhan.
Teori Absurd melawan Hukum Fisika Newton: Teori “Pancake” ini memaksa kita untuk percaya
bahwa Core Struktur (struktur inti) dari 80 lantai menara WTC (yang notabene sanggup menahan beban sampai
5x beratnya), tidak sanggup menahan beban 30 lantai atasnya. Namun yang menjadi Blunder Fatal adalah: Teori
“Pancake” ini melawan Hukum Alam.
Isaac Newton, adalah “Bapak Ilmu Pengetahuan” yang meneliti gejala alam dan menuangkannya dalam Rumusan
yang menjadi standar acuan sampai hari ini. Salah satu Hukum Fisika Isaac Newton bernama “Newton First Law of
Motion: The Law of Inertia” (Hukum Gerak: hukum inersia) berbunyi: “an object in motion tends to stay in motion with
the same speed and same direction”
Terjemahan: obyek bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan yang sama dan arah yang sama.
Ini adalah contoh Propaganda Pemutar-balikan Fakta yang dilancarkan Pemerintah AS beserta para Akademisi
kroni-nya, yakni: memaksa warga dunia untuk percaya kepada Teori yang bertentangan dengan hukum alam, sambil
mendiskreditkan Fakta-Fakta yang bertolak-belakang dengan cerita resmi mereka.
Kesimpulan menara kembar WTC: Dunia dibanjiri oleh artikel “Teori Konspirasi” yang mendiskreditkan
Fakta-Fakta lapangan yang bertolak-belakang dengan cerita resmi serangan “Teroris”, diantaranya: artikel
WIKIPEDIA: World Trade Center controlled demolition conspiracy theories. Namun pemberian Label “Teori
Konspirasi” tidak mengubah Fakta bahwa: Bukti-Bukti Forensik temuan para Ilmuwan Ahli, disertai penggunaan
Logika dan Hukum Fisika, telah membuktikan bahwa Teori yang diberikan oleh “cerita resmi” adalah Absurd. (34)
REKAYASA “WAR
AGAINST TERROR”
Pada pagi hari na’as tanggal 11 September, American Airlines Flight 77 lepas landas dari bandara udara
Washington Dulles International pada jam 8:20, dipiloti oleh seorang Arab bernama Hani Hanjour. Flight 77
kemudian ditabrakan Hani Hanjour ke Pentagon pada jam 9:37.
Cerita yang disajikan: Berdasarkan Laporan “9/11 Commission”, Pesawat American Airline Flight 77 tidak
menjawab komunikasi Radio Petugas ATC pada jam 8:50, serta-merta mematikan “Transponder” menyembunyikan
sinyal identifikasi Pesawat. Namun NORAD baru menerbangkan dua jet tempur F-16 Fighting Falcon dalam status
“permanent 15-minute alert” dari Langley Air Force Base, Virginia (jarak 200 kilometer dari Pentagon) pada jam 9:30,
yakni membutuh waktu total 40 menit terhitung dari Flight 77 tidak dapat dihubungi oleh Petugas ATC!
ini Absurd karena:
1. Berdasarkan SOP Federal Aviation Administration (FAA), petugas ATC diwajibkan segera melaporkan ke
FAA Control Center seketika Pesawat Flight 77 memutuskan hubungan, yang mana FAA segera
meneruskan laporan tersebut ke NMCC Pentagon, lalu ke NORAD,
Transponder dimatikan oleh “Teroris”, yang berdasarkan SOP FAA masuk kategori “sangat mencurigakan”,
yang seharusnya mempercepat pengambilan keputusan,
F-16 Fighting Falcon memiliki Top speed 2 Mach (2x kecepatan suara). 1 Mach = 1200 km/jam. Maka
2 Mach = 2.400 km/jam (40 km/menit), yang berarti jet tempur F-16 dari Langley Airbase dapat tiba Pentagon
hanya dalam waktu 5 menit dalam Top speed 2 Mach, atau dapat tiba di Pentagon pada jam 9:35, yakni
2.
3.
2 menit sebelum Flight 77 ditabrakan pada 9:37.
Namun kedua jet tempur F-16 tersebut baru tiba di Pentagon 19 menit kemudian pada jam 9:49, yang berarti terbang
630 km/jam, atau hanya menggunakan sekitar 26% dari kemampuan Top speed-nya.
Footnote:
(34) http://en.wikipedia.org/wiki/World_Trade_Center_controlled_demolition_conspiracy_theories
Bahkan kedua jet tempur F-15 dari Otis Airbase yang tiba jam 9:11 di WTC (berjarak 370 kilometer
dari Pentagon), masih dapat mencegat Hani Hanjour menabrakan Flight 77 ke Pentagon 6,8 menit
pada kecepatan Top speed 2,7 Mach, yakni tiba pada jam 9:17, atau 20 menit sebelum kejadian!
Alasan-alasan Absurd: Bertahun-tahun kemudian, FAA dan NORAD berdalih, bahwa alasan jet-jet tempur
tersebut tidak sempat mencegat pada waktunya, adalah disebabkan FAA yang meminta kepada NORAD untuk
menunda kedatangan Jet tempur dengan alasan khawatir terjadi kecelakaan udara karena tingginya lalu lintas
penerbangan disekitar New York. Alasan paling Absurd yang pernah diberikan dalam situasi “Pembajakan Pesawat”.
Kronologis kejadian yang melanggar kaidah-kaidah akal sehat ini membuktikan satu hal, yakni: telah terjadinya
pelanggaran SOP berat yang dilakukan oleh FAA, Pentagon, dan NORAD, yang mengindikasikan telah dilakukannya
Pembiaran oleh Pemerintah AS atas serangan “Teroris” pada 11 September 2001.
Pertanyaan mendasar yang pasti muncul di benak orang waras saat bayangkan skenario “Pembajakan pesawat” pada
11 September adalah: Bagaimana orang Arab bersenjatakan pisau Cutter bisa menguasai pesawat, yang pintu
ruangan cockpit-nya sekokoh lemari besi? Dan bagaimana para “Teroris” tersebut menguasai panel kemudi rumit
pesawat komersial, dan bermanuver sulit pada kecepatan tinggi layaknya seorang Pilot jet tempur di film “Top Gun”?
Mempersiapkan “Bride” (Pengantin): Setelah Laporan “9/11 Commission” rampung disusun oleh
Pansus DPR AS, seluruh dokumen disimpan di National Archives and Records Administration (NARA), dan dikunci
selama 4,5 tahun sampai akhirnya dibuka untuk publik pada tahun 2009. Berikut ini adalah penyelidikan yang
dilakukan oleh Mark H. Gaffney, seorang peneliti dan penulis di AS, terhadap Laporan 9/11 Commission mengenai
sang “Teroris” Hani Hanjour:
Hani Hanjour, asal Arab Saudi, mendaftar ke Sekolah Pilot Sierra Academy of Aeronautics di Oakland, Amerika
pada September 1996, mengambil kursus Flight Training (pelatihan pilot pesawat), namun menghilang setelah
menghadiri kelas orientasi berdurasi 30 menit pada 8 September, dan tidak pernah kembali lagi (diperkuat oleh
penyelidikan Kantor Berita CBS 10/10/2001, San Francisco Chronicle 10/10/2001, Associated Press 10/11/2001, dan
Star-Tribune 12/21/2001).
Akhir tahun 1996, Hani Hanjour mendaftar ke CRM Airline Training Center di Scottsdale, Arizona, mengambil kursus
3 bulan untuk mendapatkan Private Pilot’s License PPL (surat izin pesawat pribadi), yang mana Hani Hanjour
dinyatakan tidak lulus (diperkuat oleh penyelidikan oleh Kantor Berita Los Angeles Times 9/27/2001). Duncan Hastie,
pemilik dari CRM Airline Training Center, memberikan pernyataan mengenai Hani Hanjour, “a weak student, who was
wasting our resources”, Terjemahan: seorang pelajar tidak pintar yang hanya membuang-buang waktu kami. (35)
Footnote:
(35) “Hanjour an Unlikely Terrorist” (Cape Cod Times), by Amy Goldstein, Lena Sun, & George Lardner
Melanggar kaidah akal sehat: Cerita resmi serangan “Teroris” 9/11 cenderung untuk mengesampingkan
logika dalam menalar kejadian, yang sayangnya juga dilakukan oleh sebagian besar warga dunia, yang percaya
begitu saja pada cerita-cerita tidak masuk akal tersebut,
1. Mengapa peringatan Jaksa Schippers dan ketiga Agen FBI yang menunjukan waktu & tempat serangan diacuhkan?
2. Mengapa transaksi mencurigakan Wall Street yang indikasikan pengetahuan akan serangan tidak ditindaklanjuti?
3. Mengapa butuh waktu 40 menit untuk FAA dan NORAD mengambil tindakan dalam situasi Pembajakan Pesawat?
4. Mengapa para pilot F-15 dan F-16 tidak memacu Jet tempur-nya untuk mencegat, sampai akhirnya terlambat?
5. Mengapa Api dari Jet fuel bersuhu 260-315 derajat C, dapat meruntuhkan Baja dengan titik lebur 1500 derajat C?
6. Mengapa kebakaran lebih hebat pencakar langit First Interstate dan One Meridian tidak menyebabkan keruntuhan?
7. Mengapa menara kembar WTC runtuh “terjun bebas” yang hanya bisa terjadi bila lantai bawahnya “dilemahkan”?
8. Mengapa penemuan Ilmuwan Ahli akan Nano-thermite (bahan peledak militer) diacuhkan oleh Pemerintah AS?
9. Mengapa Pemerintah AS mengandalkan Teori “Pancake” yang melanggar kaidah hukum alam / hukum fisika?
10. Mengapa militer AS invasi Irak yang tak ada sangkut-pautnya, & berbohong soal senjata pemusnah massal WMD?
Ini hanya beberapa (dari sekian banyak pertanyaan mendasar) yang menunjukan kecendrungan cerita Tragedi 9/11
untuk mengesampingkan logika dalam penyajiannya.
Duncan Hastie juga menyatakan, “He was not able to fly solo in a small plane, which is equivalent to getting out of a
parking space [in a car] and stopping.”, Terjemahan: Ia tidak dapat mengendalikan Pesawat kecil, bagaikan tidak
mampu untuk parkir dan menginjak rem saat mengendalikan mobil. Lalu Hani Hanjour kembali menghilang, dan baru
muncul lagi pada Desember 1997. Namun saat itu juga Hani Hanjour kembali dinyatakan tidak lulus mendapatkan
PPL single-engine aircraft (pesawat kecil bermesin tunggal). Setelah itu, Hani Hanjour menghubungi CRM Airline
Training Center sebanyak 2x dalam setahun meminta pelatihan pilot pesawat komersial, namun ditolak oleh Duncan
Hastie dengan alasan, “he wanted to be an airline pilot, that’s why I didn’t allow him to come back. I thought, You’re
never going to make it”. Terjemahan: ia ingin menjadi pilot pesawat komersial, makanya saya tidak izinkan untuk
kembali, karena menurut saya dia tidak akan berhasil.” (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita Los Angeles Times
27/9/2001, Chicago Tribune 2/10/2001, dan Washington Post 10/9/2002).
Setelah ditolak CRM Airline Training Center, Hani Hanjour mendaftar ke Sawyer Aviation, sekolah penerbangan
berstandar rendah di Amerika yang dikenal tidak sulit menerima murid. Wes Fult, manajer dan instruktur di Sawyer
memberikan pernyataan, “He had only the barest understanding of what the instruments were there to do.”,
Terjemahan: Ia memiliki pemahaman sangat dasar dalam mengoperasikan instrumen pesawat. Setelah
menggunakan Flight Simulator (mesin simulasi terbang) hanya sebanyak 3-4x, Hani Hanjour kembali menghilang.
Wes Fult menambahkan, “he got overwhelmed with the instruments” in the school’s flight simulator.”, Terjemahan: ia
bingung menggunakan instrumen pesawat pada mesin simulasi terbang. (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita
Washington Post 15/10/2001.
Anehnya, setelah dinyatakan tidak lulus oleh 2 sekolah penerbangan (CRM dan Sawyer), Hani Hanjour mendapatkan
Izin Pilot pada April 1999! Federal Aviation Administration (FAA) memberikan “Airplane Multi-Engine Land /
Commercial Pilot” (izin pilot pesawat komersial Besar) kepada orang yang bukan saja tidak mampu mengendalikan
pesawat Kecil, tapi juga tidak menguasai bahasa inggris yang cukup. Sebagai catatan: pada tahun 2001, Arizona
Flight School (sekolah penerbangan Arizona) mengadukan Hani Hanjour ke FAA sebanyak 5x sehubungan buruknya
kemampuan bahasa Inggris-nya, yang tidak digubris oleh FAA. Hani Hanjour juga tidak lulus ujian tulisan untuk SIM
(surat izin mengemudi) beberapa minggu sebelum Tragedi 9/11.
 FAA kelak akan berdalih bahwa Izin Pilot pesawat komersial Hani Hanjour diberikan oleh outsourcing
(pegawai kontrak FAA) bernama Daryl Strong, yang diduga telah menerima sogokan dan meluluskan Hani
Hanjour. Sebuah alasan Absurd yang mengada-ada, karena Daryl Strong, yang konon menerima sogokan,
dan memberikan Izin Pilot kepada “Teroris” yang kemudian digunakan untuk “menghancurkan Amerika”
pada Tragedi 9/11 tersebut tidak dihukum. Tidak dihukum?
Sebuah sekolah penerbangan bernama Jet Tech, Phoenix, Arizona, pernah mempertanyakan Izin Pilot Hani Hanjour
kepada FAA dikarenakan bahasa inggris-nya yang begitu buruk. Peggy Chevrette, manajer operasi dari Jet Tech
melayangkan pengaduan ke FAA, “he displayed a lack of understanding of some basic concepts. I couldn’t believe
that he had a license of any kind with the skills that he had.”, Terjemahan: ia gagal menunjukan pemahaman konsep
yang paling dasar. Saya tidak mengerti bagaimana dia bisa mendapatkan izin pilot, dengan kemampuan yang dia
punya. Setelah beberapa kali Peggy Chevrette melayangkan protes, FAA mengirimkan inspektur John Anthony ke Jet
Tech, namun menyatakan tidak melihat ada masalah dengan Izin Pilot Hani Hanjour dan tidak mengambil tindakan.
Anehnya lagi, Pan Am International (pemilik dari Jet Tech) menghentikan operasi dan menutup Jet Tech setelah
Tragedi 9/11. (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita FOX, New York Times, Associated Press). (36)(37)(38)
Footnote:
(36) “FAA Probed, Cleared Sept. 11 Hijacker in Early 2001” (FOX News), 10 May 2002
(37) “A Trainee Noted for Incompetence” (New York Times, 4 May 2002) by Jim Yardley
(38) “Report: 9/11 Hijacker Bypassed FAA” (Associated Press), 13 June 2002
Pemerintah AS memberi Izin Pilot pesawat Besar ke orang Arab yang dinyatakan Tidak Lulus
mempiloti pesawat Kecil oleh 2 Sekolah, dan tidak bisa berbahasa inggris dengan baik.
Pada 29 Mei 2001, Hani Hanjour menyewa sebuah pesawat kecil dari Teterboro Airport, New Jersey, dan terbang
ditemani instruktur, namun ditolak ketika mencoba merental kedua kalinya. Sang instruktur memberikan kesaksian ke
“9/11 Commission”, “would not allow it because of Hanjour’s poor piloting skills”. Terjemahan: tidak memberikan izin
karena buruknya kemampuan pilot Hanjour. (39) Lalu pada tanggal 16-17 Agustus 2001, Hani Hanjour kembali
mencoba menyewa pesawat dari Freeway Airport, Maryland, 32 kilometer dari Wahington. Meskipun menunjukan Izin
Pilot FAA-nya, manajer Freeway Airport tetap meminta Hani Hanjour terbang bersama Instruktur. Selama dua hari
terbang menggunakan pesawat kecil mesin tunggal tipe Cessna 172, instruktur Sheri Baxter dan Ben Conner
melaporkan ke manajer bahwa Hani Hanjour memiliki kemampuan buruk dalam mengemudikan pesawat dan
berbahasa inggris, dan berdasarkan penilaian tersebut, Freeway Airport menolak menyewakan pesawat. (40)
Mempersiapkan “Bride” (Pengantin): Yang paling menarik adalah petikan Laporan “9/11 Commission”
yang menyebutkan bahwa Hani Hanjour pernah menyewa sebuah pesawat kecil tipe Cessna 172 dari Congressional
Air Charter, dekat Gaithersburg airport, dan instruktur tempat tersebut yang bernama Eddie Shalev memberikan
kesaksian ke 9/11 Commission yang berbunyi, “Hanjour successfully conducted a challenging certification flight
supervised by an instructor, landing at a small airport with a difficult approach.” Terjemahan: Hanjour sukses
menyelesaikan sertifikasi terbang, mampu mendarat di lapangan terbang kecil yang punya tingkat kesulitan tinggi. (41)
Siapakah Eddie Shalev? Identitas instruktur yang memberikan “dua jempol” kepada kemampuan Hanjour
mengemudikan pesawat sempat menjadi misteri, sampai penyelidikan Mark Gaffney berhasil menguak tabir tersebut.
Berdasarkan dokumen yang diterbitkan ke publik oleh National Archives pada Januari 2009, yang berjudul
“Memorandum for the Record”. Diketahui seorang Eddie Shalev ternyata memiliki nama asli Guigui Shalev, anggota
militer linud (lintas udara) IDF Israel Defense Force (militer Israel). Anehnya, Eddie “Guigui” Shalev pindah kerja ke
airport Congressional Air Charters pada April 2001, bertepatan dengan kunjungan Hanjour. Kebetulan? (42)
 Ketika Mark Gaffney mencoba menghubungi kediaman Eddie Shalev di Gaithersburg, Maryland,
menemukan bahwa nomor telepon yang bersangkutan telah diputus. Mark Gaffney lalu mendatangi
Departemen Imigrasi AS dan menemukan bahwa VISA Eddie Shalev telah habis pada Juli 2004, dan yang
bersangkutan telah pulang ke Israel.
Footnote:
(39) “The 9/11 Commission Report”, Final Report of the National Commission on Terrorist Attacks Upon the United
States 2004, p. 242.
(40) “Tracing Trail of Hijackers” (Newsday, 23 September 2001), by Thomas Frank
(41) “The 9/11 Commission Report”, p. 531, note 170.
(42) “The 9/11 Mystery Plane: And the Vanishing of America” (Trine Day) by Mark Gaffney
Pernyataan Eddie Shalev ini adalah satu-satunya pernyataan instruktur yang memuji kemampuan
terbang Hani Hanjour, yang bertolak belakang dengan seluruh pernyataan dari instruktur lainnya,
juga bertolak-belakang dengan penilaian dan evaluasi semua Sekolah Pilot terhadap Hani Hanjour.
Kesampingkan Logika dan Akal Sehat: Dari awal sampai akhir, cerita resmi serangan “Teroris” 9/11
penuh dengan alasan-alasan Absurd yang tidak masuk akal, bahkan Teori-teori yang melawan Hukum Fisika. Laporan
“9/11 Commission” tentunya hanya menyertakan “Bukti-Bukti” mendukung, dan mengacuhkan Fakta-Fakta lapangan
yang bertentangan. Warga dunia diminta untuk mengesampingkan Logika dalam mencerna cerita Tragedi 9/11,
Pertanyaan-pertanyaan diatas tidak perlu dipermasalahkan, karena hanya akan “mengganggu keindahan” cerita
serangan sekelompok “Teroris” Arab, yang dipimpin oleh Iblis super Jenius bernama Osama bin Laden, yang memiliki
ilmu sihir nan sakti, yang bisa membuat Jet tempur menjadi lamban, mampu melumerkan kolom penyangga Baja,
menguapkan lantai-lantai gedung pencakar langit sehingga jatuh bebas, menghipnotis FAA untuk memberikan Izin
Pilot Boeing kepada Hanjour (yang masih bingung mempiloti Cessna), menyulap pisau Cutter jadi “Lightsaber” bak
ksatria Jedi dari film Star Wars, dan menyulap Hanjour menjadi pilot jet tempur bak Tom Cruise di film “Top Gun”.
Karena Logika dan Akal Sehat adalah “Teori Konspirasi” bagi Tragedi 9/11.
Operasi ‘Black Ops’ CIA:Seperti yang dikatakan oleh Kolonel X kepada Jaksa Jim Garrison, “Sesuatu yang
absurd dan berbau Operasi ‘Black Ops’ CIA.”. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: bila cerita di “ hulu”
ternyata tak lebih dari sebuah rekayasa, lalu bagaimana nasib cerita-cerita “ hilir” -nya? Tentu saja bisa dipastikan
tidak akan jauh berbeda. GIGO (Garbage In Garbage Out), jargon iptek yang berarti “asupan sampah akan hasilkan
sampah juga”, rasanya cukup tepat untuk menjelaskannya.
Bisa diduga, Metoda Mempersiapkan “Bride” (pengantin) inilah yang diturunkan CIA kepada DENSUS 88 Anti
Teror, sebuah Datasemen khusus bagian dari POLRI yang “menanggulangi terorisme”. Bride (pengantin) adalah
istilah yang digunakan bagi orang-orang yang akan dimanipulasi menjadi calon “Teroris”, melalui ajaran-ajaran
Fanatisme dan Radikalisme, ditambah variabel kemiskinan, tidak sulit untuk mendorong orang-orang (yang umumnya
berasal dari desa-desa terpencil) untuk melakukan aksi bunuh diri, dengan garansi masuk surga melalui “Jihad”,
kenyataannya cuma menjadi alat pendukung cerita fiksi “War against Terror” yang diorkestrasi Amerika untuk
justifikasi invasi ke Afghanistan dan Irak.
“Special Detachment 88 (Detasemen Khusus 88), Delta 88, or Densus 88, is a Special Forces Indonesian counter-
terrorism squad. Formed on 30 June 2003, after the 2002 Bali bombings, it is funded, equipped, and trained by the
United States and Australia”. Terjemahan: DENSUS 88 adalah satuan anti-terorisme yang dibiayai, dipersenjatai, dan
dilatih oleh Amerika Serikat dan Australia. Mungkin menjelaskan sedikit isyu santer rekening gendut Da’i Bachtiar
(mantan Kapolri era Megawati), yang konon mencapai 1,2 triliun yang ramai diberitakan beberapa tahun silam. Yakni:
semuanya tak lebih dari Skenario Pembiayaan “Sandiwara Terorisme” oleh CIA, melalui Rekayasa “Bom Bali”
12 Oktober 2002 di Paddy's Pub dan Sari Club yang menyebabkan 202 jiwa melayang. Sebuah harga yang mungkin
“layak” untuk menjaga ilusi “War Agains Terror”. (43)
Footnote:
(43) WIKIPEDIA: Detachment 88, http://en.wikipedia.org/wiki/Detachment_88
1. Jangan tanya bagaimana “Teroris” bisa mendongkel pintu Baja Cockpit hanya menggunakan pisau Cutter,
2. Jangan tanya mengapa FAA meminta NORAD menunda kedatangan Jet tempur dengan alasan “lalu lintas ramai”,
3. Jangan tanya mengapa FAA memberikan Izin Pilot pesawat Besar kepada orang yang tidak lulus pesawat Kecil,
4. Jangan tanya mengapa petugas FAA yang disogok untuk memberikan Izin Pilot ke Teroris tidak dihukum mati,
5. Jangan tanya mengapa FAA tidak menggubris pengaduan-pengaduan kemampuan bahasa Inggris Hani Hanjour,
6. Jangan tanya mengapa Sekolah Penerbangan yang melayangkan protes malah ditutup setelah kejadian serangan,
7. Jangan tanya bagaimana anggota militer Israel Eddie Shalev bisa muncul menjadi instruktur, lalu menghilang,
8. Jangan tanya mengapa Eddie Shalev memuji kemampuan Hanjour, sementara instruktur lain berkata sebaliknya,
9. Jangan tanya bagaimana kesaksian Eddie Shalev ternyata “memutihkan dosa” FAA memberi Izin Pilot ke Hanjour,
10. Jangan tanya mengapa militer AS masih di Afghanistan meskipun Osama bin Laden konon telah ditewaskan,
Joe Vialls, seorang jurnalis berdomisili di Perth, Australia, spesialis investigative journalism, pergi ke Bali tahun 2002
untuk melakukan penyelidikan sesaat setelah kejadian. Berdasarkan hasil investigasinya, Vialls menyimpulkan bahwa
kerusakan yang dibuat oleh bom di Paddy's Pub dan Sari Club, tidak mungkin disebabkan oleh jenis TNT seberat
1 kilogram, dan RDX berbobot 50-150 kilogram seperti yang diklaim oleh POLRI. Analisa Joe Vialls juga dilansir oleh
harian Jakarta Post, surat kabar bahasa inggris untuk konsumsi ekspatriat di Indonesia. Vialls juga memberikan
pernyataan bahwa ia memiliki bukti-bukti kuat yang menunjukan bom Marriott Hotel Jakarta, dan bom Kedutaan
Australia adalah rekayasa CIA dan Mossad. Sayangnya Joe Vialls meninggal pada 17 Juli 2005 di Royal Perth
Hospital, Western Australia. Bisa ditebak, Wikipedia sigap melabeli Joe Vialls sebagai seorang “Teoris Konspirasi”.
“Rekayasa Terorisme” ini kelak juga akan memiliki “dwifungsi” (kegunaan ganda) yang cukup aplikatif dalam politik
praktis RI, yakni diduga digunakan sebagai metoda Diversion Tactic (pengalihan isyu) oleh administrasi inkumben.
“Penembakan Dulmatin” pada 9 Maret 2010 yang dilakukan DENSUS 88 tepat saat berlangsungnya sidang
paripurna DPR kasus Bank Century. Atau “Bom Buku” yang meledak di kediaman musisi Ahmad Dhani pada 15
Maret 2011 tepat saat hebohnya pemberitaan korupsi Presiden SBY oleh “T he ag e an d Sid ne y m or ni ng he ra
ld” . Atau“Bom Mapolres Cirebon” pada 15 April 2011 yang meledak tepat saat pemberitaan drama penyanderaan Kapal
Indonesia oleh Perompak Somalia. Kebetulan? Satu hal yang pasti: kasus terorisme di Indonesia adalah kasus
terorisme yang paling “pandai” memilih waktu tepat bersamaan dengan saat hebohnya peristiwa politik yang
mendiskreditkan orang terkuat di negeri ini.
KORPORASI DIBALIK REKAYASA
SERANGAN TERORIS 9/11
“I cannot think of a time when we have had a region emerge as suddenly to become as strategically significant as the
Caspian." But the oil and gas there is worthless until it is moved.” (Dick Cheney, Wapres AS 2001-2009)
Terjemahan: “Saya tidak menyangka Laut Caspia bisa menjelma menjadi wilayah yang sangat vital dan
strategis.” Namun Minyak dan Gas dari sana tidak akan berguna apabila tidak bisa dipindahkan. (44)Dick Cheney, mantan wakil presiden AS era George W. Bush, juga mantan Menteri Pertahanan era George H. Bush
(ayah dari George W. Bush). Selama Cheney menjadi Menhan, H.Bush melancarkan tiga aksi militer besar: invasi ke
Panama 1989, Perang Teluk 1991, dan Somalia 1992. Namun yang menarik untuk disimak adalah: Brown & Root,
perusahaan kontraktor raksasa sponsor utama presiden Lyndon Johnson yang memenangkan seluruh tender proyek
fisik perang Vietnam, melalui Dick Cheney, Brown & Root akan menikmati banyak lagi proyek dari Department of
Defense (DOD) Pentagon.
Pada tahun 1992, melalui Cheney, Pentagon membayar Brown & Root 8,9 juta Dollar untuk penyusunan Laporan
“Riset & Analisa peran Perusahaan Swasta sebagai suplier Logistik untuk Militer AS di zona-zona perang”.
Pada tahun yang sama, Brown & Root memenangkan tender kontrak 5-tahun dari U.S. Army Corps of Engineers
(divisi teknik militer AS) untuk mensuplai logistik bagi tentara Amerika di Zaire, Haiti, Somalia, Kosovo, daerah Balkan,
sampai Arab Saudi. Berdasarkan data yang didapat dari U.S. Army Corps of Engineers, selama tahun 1992-1999,
Pentagon membayar Brown & Root 1,2 milyar Dollar atas kontrak suplai logistik tersebut. Tak hanya itu, Brown & Root
menerima lagi pembayaran 731 juta Dollar untuk proyek fisik di daerah Balkan, dan 100 juta Dollar untuk proyek
renovasi Kedutaan AS diseluruh dunia. Laporan yang disusun Brown & Root tersebut kelak akan menjadi Blueprint
bagi hubungan yang “mesra” antara Militer AS dengan perusahaan kontraktor swasta tertentu, yang juga dikenal
dengan “War profiteering” (manipulasi perang demi keuntungan). (45)
Footnote:
(44) “America's pipe dream” (The Guardian UK, 23 October 2001), by George Monbiot
(45) “Cronies: Oil, the Bushes, and the Rise of Texas” (PublicAffairs, 2004), Robert Bryce
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda
Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda

Contenu connexe

En vedette

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by HubspotMarius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTExpeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 

En vedette (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Kebohongan Terbesar di Depan Hidung anda

  • 1.
  • 2. DAFTA R ISIAWAL DARI SEGALANYA (hal.3)  MENGUSIR OTTOMAN DARI TIMUR TENGAH (hal.3-4)  POTONGAN KUE UNTUK “SANG ADIK” AMERIKA (hal.5)  KOLONIALISME KORPORASI MINYAK TIMUR TENGAH (hal.6)  BELAJAR MENGENDALIKAN NEGARA SUPER POWER (hal.6-7)  THE “HITLER PROJECT” (hal.7-8)  MENAKLUKAN EROPA DENGAN HUTANG (hal.9)  PEMBIAYAAN AGRESI MILITER BELANDA KE INDONESIA (hal.10)  KENNEDY HARUS MATI DEMI PERANG VIETNAM (hal.11-15)  REVOLUSI SHIAH IRAN, DAN PEMBIAYAAN IRAK (hal.16-17)  PENCIPTAAN IBLIS BARU BERNAMA “ISLAM” (hal.18-29)  REKAYASA “WAR AGAINST TERROR” (hal.29-34)  KORPORASI DIBALIK REKAYASA SERANGAN TERORIS 9/11 (hal.34-38)  PEMBIAYAAN TERORISME & PEMECAH- BELAHAN ISLAM (hal.39-41)  MISKONSEPSI ISRAEL DAN YAHUDI (hal.42-50)  PEMBUNUHAN SISTEMATIS BLOODLINE MUHAMMAD (hal.51-54)  PERANG ANTAR BLOODLINE (NUBUAT AKHIR JAMAN) (hal.55)  DAFTAR PUSTAKA (hal.56-57)  Selamat membaca! E-BOOK ini berisikan 100% pemaparan Fakta Sejarah (beberapa disertai Bukti Forensik) berdasarkan Rangkuman lebih dari 50 buku yang disusun oleh Sejarawan dan Peneliti dengan pengalaman puluhan tahun dibidangnya, disertai sumber yang valid (sah). E-BOOK ini tidak menawarkan Teori, hanya Fakta.
  • 3. AWAL DARI SEGALANYA Semuanya dimulai pada tahun 1908, ketika seorang pengusaha multi-jutawan asal Irlandia William Knox D'Arcy menjadi salah satu Konglomerat Minyak pertama di dunia, setelah Tim Eskplorasi yang ia kirim ke Timur Tengah menemukan ladang minyak luas di Persia (sekarang Iran). D'Arcy kemudian gandeng Burmah Oil Co (BUMN Inggris), dan mendirikan APOC (Anglo Persian Oil Company), yang merupakan Perusahaan Minyak Komersial milik “Barat” di Timur Tengah pertama di dunia, nantinya akan berubah nama menjadi British Petroleum (BP Plc). (1) Sejarah dunia berubah dalam sekejap, Barat mengirimkan “pasukan” Peneliti Minyak ke Timur Tengah, dan ladang- ladang minyak besar lainnya pun mulai ditemukan di berbagai daerah, dari Semenanjung Arab sampai Laut Kaspia. Di wilayah-wilayah yang nantinya kita kenal sebagai: Arabi Saudi, UEA, Kuwait, Irak, Suriah, termasuk Libya dan Aljazair di pantai utara Afrika. Minyak telah menjadi komoditas no.1 paling penting dunia sejak abad ke-20, dan Timur Tengah secara resmi menjadi wilayah paling vital & strategis! MENGUSIR OTTOMAN DARI TIMUR TENGAH Satu-satunya hal yang menghalangi jalan peradaban Barat menuju “Emas Hitam” Timur Tengah adalah Kekaisaran Ottoman yang saat itu menguasai hampir seluruh Semenanjung Arab. Kekaisaran Ottoman sendiri pada saat itu sebenarnya sudah terseok-seok dalam perang panjang, dan mulai kehilangan banyak wilayah kekuasaannya. Bahkan sejak tahun 1914, telah kehilangan hampir seluruh wilayahnya di Eropa dan Afrika Utara. Namun penemuan ladang Minyak raksasa membuat Timur Tengah menjadi pertaruhan besar bagi kekuatan Eropa terhadap wilayah Ottoman.Misi Barat sekarang bukan lagi hanya “Mengusir Ottoman dari Eropa”, tapi juga “Mengusir Ottoman dari Timur Tengah”! Sadar perang terbuka head to head tidak akan memecahkan masalah, militer Inggris meluncurkan “Perang Intelijen” dengan mengirimkan perwira-perwira intelijen jenius, diantaranya seorang yang akan menjelma menjadi seorang Legenda: TE. Lawrence, yang seorang diri berhasil memprovokasi “Revolusi Arab” tahun 1916, yang menggoyahkan kekuasaan Ottoman di Timur Tengah sampai ke akar. Hanya butuh waktu setahun bagi “Lawrence of Arabia” untuk sukses mendongkel Kekaisaran Ottoman dari Timteng. Footnote: (1) “THE PRIZE: The Epic Quest for Oil, Money, and Power” (Simon & Schuster) by Daniel Yergin
  • 4. “Revolusi Arab” 1916 adalah perang intelijen pertama berorientasi Minyak yang diorkestrasi dunia Barat, sekaligus menandai permulaan dari berkuasanya “Imperialisme Barat” di Timur Tengah yang masih berlangsung sampai hari ini. Kesuksesan TE. Lawrence yang inspirasional ini kelak menjadi “Blueprint” dan SOP (standar prosedur operasi) perang-perang Intelijen Barat di Timur Tengah pada masa-masa mendatang, dari pembiayaan Saddam Husein (perang Irak-Iran ‘80-88), mengusir Rusia dari Afghanistan melalui pembiayaan Mujahidin pada era Perang Dingin, rekayasa Serangan “Teroris” WTC 9/11, sampai pembiayaan Perang Sipil Suriah, yang semuanya akan dikupas tuntas secara mendetail. The Armistice of Mudros ditanda-tangani pada 30 Oktober 1918, secara resmi menjadi “tutup buku”-nya kekuasaan Kekaisaran Ottoman di Timur Tengah, diikuti oleh Kesepakatan Sykes – Picot dan Treaty of Sèvres yang merupakan kesepakatan “bagi-bagi” pampasan perang mantan wilayah Ottoman tersebut. Inggris menduduki Suriah, Trans- Yordania dan Libanon. Palestina juga resmi menjadi British Mandate. Tanpa membuang-buang waktu, Inggris yang kini menguasai Timur Tengah, dengan segera menginstalasi rezim- rezim yang “Ramah kepada Barat” membentuk negara-negara Arab yang kita kenal sekarang. Tidak ada Pangeran yang bisa menjadi Emir (Raja) di Semenanjung Arab tanpa “restu” dari London. (2) Berdasarkan kewenangan baru ini juga, PM Inggris Arthur Balfour menerbitkan “Deklarasi Balfour” yang meresmikan pembentukan negara Israel di koloni Inggris-Palestina sebagai negara yang konon diperuntukan bagi bangsa Yahudi. Lalu pada 29 November 1947, Majelis Umum PBB menyetujui rencana partisi Palestina menjadi dua negara, secara resmi mensahkan negara boneka Inggris yang benama: Israel. Poin Penting untuk diingat: Inggris adalah pemrakarsa pembentukan Israel di tanah Palestina, yang pada saat itu masih British Mandate (dibawah administrasi Kerajaan Inggris). Footnote: (2) “A Prince of Our Disorder: The Life of T. E. Lawrence” (Harvard University Press) by John E. Mack
  • 5. POTONGAN KUE UNTUK “SANG ADIK” AMERIKA Untuk memastikan “pembersihan” Timur Tengah dari sisa-sisa Ottoman, Inggris mengirimkan atase militer Kapten W. Shakespear untuk bertemu dengan Ibnu Saud (calon raja Arab Saudi), dan membuat perjanjian Darin, yang menetapkan wilayah Arab Saudi dibawah proteksi Inggris. Sejak saat itu, Kerajaan Inggris tidak hanya memberikan suplai persenjataan kepada keluarga Ibnu Saud, tapi juga memberikan tunjangan uang sebesar 5.000 Pound per bulan, bahkan Kerajaan Inggris pun memberikan gelar “Sir” (ksatria) dalam “Order of Bath” kepada Ibnu Saud.Kerajaan Inggris juga tidak lupa untuk berbagi dengan “adik tersayang” Amerika, memuluskan jalan bagi Rockefeller, pemilik grup konglomerasi minyak terbesar di dunia Standard Oil untuk mendapatkan Konsesi Minyak pertama di Arab Saudi. Anak perusahaan Rockefeller, Standard Oil Company of California (SOCAL) menandatangani KP Eksplorasi pada tahun 1933. (3) Setelah 5 tahun melakukan Eksplorasi, SOCAL (yang nantinya berubah nama menjadi Chevron), menemukan kandungan Minyak terbesar di dunia di wilayah Arab Saudi dan Qatar, dan mendirikan Arabian American Oil Company (ARAMCO). Rockefeller segera mengerahkan seluruh basis kekuatannya untuk membangun ARAMCO: Standard Oil of New Jersey (yang nantinya berubah nama menjadi Exxon), Standard Oil of New York (yang nantinya berubah nama menjadi Mobil Oil), dan konglomerasi minyak TEXACO. “Bagi-bagi” Anglo-Amerika: British Petroleum (BP) dan Royal Dutch/Shell, menguasai ladang Minyak di wilayah Irak dan Iran. Konglomerasi minyak Rockefeller (Chevron, Exxon, Mobil) dan TEXACO menguasai ladang Minyak terbesar di dunia: Arab Saudi. Lalu mereka eskpansi ke seluruh wilayah Timur Tengah, Chevron berpartner dengan TEXACO bentuk CALTEX, menguasai Bahrain Petroleum Company. Sementara BP menguasai ladang-ladang minyak yang baru ditemukan di Kuwait. Pada tahun 1949, BP dan Shell telah menguasai 52% dari seluruh ladang minyak di Timur Tengah, dan Chevron, Exxon, Mobil, Texaco menguasai 42%. Pemerintah Arab Saudi klaim telah menasionalisasi ARAMCO dengan membeli 25% saham pada tahun 1973, lalu membeli lagi 60% saham pada 1974, dan membeli 100% pada tahun 1980. Namun apakah benar ARAMCO telah sepenuhnya menjadi milik rakyat Arab Saudi? Footnote: (3) “A Brief History Of Major Oil Companies In The Gulf Region” (University of Virginia) by Eric V. Thompson
  • 6. KOLONIALISME KORPORASI MINYAK TIMUR TENGAH Bahkan setelah “nasionalisasi” ARAMCO oleh pemerintah Arab Saudi, 4 raksasa minyak Amerika: Chevron, Exxon, Mobil & Texaco masih mengoperasikan ARAMCO. Pada tahun 1990, Exxon melaporkan saham kepemilikan sebesar 28,33% di ARAMCO kepada SEC (semacam Bapepam untuk Wall Street), 10 tahun setelah nasionalisasi, Exxon masih memiliki 28,33% saham ARAMCO! (4) Kilang-kilang minyak Saudi ARAMCO masih dimiliki oleh para Raksasa Minyak Barat. Kilang Minyak Yanbu bekerjasama dengan Mobil Oil. Kilang minyak di Jeddah, 50% sahamnya masih dimiliki oleh Shell. Begitu pula dengan Kilang Minyak PetroLube yang sebagian besar sahamnya masih dimiliki Mobil Oil. Sementara Junail Industrial City 50%, sahamnya masih dimiliki oleh Shell. Shell juga memiliki 50% saham Saudi Petrochemical Company, Saudi Arabian Market, dan Shell Lubricants, termasuk 49% saham Al Jomaih Shell Lubricating Oil and Modern Automotive Services Company, tak ketinggalan 25% of Peninsular Aviation Services Marketing. Exxon masih menguasai saham mayoritas Al Jubail Petrochemical Company dan Exxon Chemical Arabia, Inc. Bahkan Saudi ARAMCO diketahui menjual minyak mentah ke Chevron, Exxon, Mobil & Shell, dengan diskon besar yakni $5 lebih murah dari seharusnya. Pejabat ARAMCO James McPherson langsung mengundurkan diri ketika mengetahui hal ini. Abdullah Tariki, Director of Petroleum and Minerals juga “dilengserkan” dari jabatannya ketika mencoba untuk menagih “selisih” kekurangan $5 tersebut. Dagelan Nasionalisasi ARAMCO: Tidak masalah apakah pemerintah Arab Saudi telah menasionalisasi ARAMCO, karena pada prakteknya, ARAMCO masih “dimiliki”, dikuasai dan dioperasikan oleh para Raksasa Minyak Barat sampai hari ini. BELAJAR MENGENDALIKAN NEGARA SUPER POWER “The U.S. has destroyed democracy throughout the globe while claimed to be spreading democracy. I spent 33 years in active military service as a muscle-man for Wall Street and bankers. I helped make Mexico safe for American oil interests in 1914, made Haiti and Cuba a decent place for National City Bank. I was a gangster for capitalism.” Terjemahan: Amerika Serikat telah menghancurkan Demokrasi di penjuru dunia sambil mengaku menyebarkan Demokrasi. Saya aktif 33 tahun di militer AS cuma untuk menjadi “tukang pukul” bagi Wall Stret dan para Bankir. Saya adalah penjahat pelayan Kapitalisme.Pengakuan Major General Smedley Butler yang dituangkan dalam buku-nya: “War is a Racket: The Profit Motive Behind Warfare”. Maj.Gen Butler adalah seorang Patriot Amerika, veteran PDI penuh tanda jasa, dan mantan Panglima Marinir AS. General Butler membuat pengakuan kepada Komisi DPR AS: The McCormack-Dickstein Congressional Committee, bahwa ia telah didekati oleh para konglomerat AS pada tahun 1934, yang menawarkannya sejumlah uang asalkan General Butler mau melakukan coup d'état (kudeta) menggulingkan FDR (Franklin D. Roosevelt), disebabkan FDR saat itu berencana untuk mengadakan Program “Redistribution of Wealth”, atau redistribusi kekayaan dari si kaya ke si miskin, yang berbau sosialisme dan kontra-kapitalisme. (5) Footnote: (4) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson (5) “War is a Racket: The Profit Motive Behind Warfare” (World Classics Books) by Major General Smedley Butler
  • 7. Pada sebuah pertemuan, General Butler bertemu dengan Irenee Du Pont dari keluarga Du Pont, industrialis Baja terkaya di Amerika US. Steel, dan Robert Sterling Clark sebagai perwakilan dari para Bankir di Wall Street. General Butler ditawarkan uang muka sebesar 100.000 Dollar ditambah jaminan ketersediaan dana sampai 300 juta Dollar apabila diperlukan, untuk melancarkan kudeta menggulingkan FDR. Belakangan diketahui otak dari rencana kudeta ini adalah “paguyuban” industrialis, konglomerasi minyak raksasa, dan bankir Wall Street: John D. Rockefeller (Standard Oil), J.P. Morgan (General Motors), Henry Ford (Ford Motor Company), Prescott Bush (kakek dari President George W. Bush, salah satu pemilik Brown Brothers Harriman & Co. yang nantinya akan memenangkan seluruh Tender Proyek di Perang Vietnam). (6) Setelah mendapat bukti-bukti cukup, General Butler melaporkan tindakan Treason (pengkhianatan terhadap negara) ini kepada Komisi DPR AS: McCormack-Dickstein Committee, yang dipimpin oleh Congressman (anggota DPR AS) John McCormack dan Samuel Dickstein. Meski Laporan telah diterima dengan baik, namun McCormack dan Dickstein seolah-olah seperti enggan menindak-lanjuti kemungkinan pelanggaran konstitusi berat ini. Bahkan tak lama kemudian, seluruh media di Amerika malah berbalik menyerang General Butler, menyebutnya sebagai penyebar fitnah dan pencari sensasi. Sampai General Butler tutup usia, tidak ada tindak lanjut, dan tidak ada yang dihukum. THE “HITLER PROJECT” “I have had plenty of opportunity in my post in Berlin to witness how close some of our American ruling fa milies are to the Nazi regime. At the present moment, the Du Ponts are aiding in the armament business, their chief ally is I.G. Farben Company. Standard Oil Company (Rockefeller) has made $500,000 a year helping Germans make Ersatz for war purposes. General Motors Company (J.P. Morgan), and Ford also do enormous business here. I mention these facts because they complicate things and add to war dangers.”Terjemahan: Posisi saya di Berlin memberikan saya kesempatan untuk menyaksikan langsung kedekatan keluarga raksasa bisnis Amerika dengan rezim Nazi. Saat ini, keluarga Du Pont melakukan investasi melalui I.G.Farben di industri persenjataan. Standard Oil Company (Rockefeller) memberikan 500.000 Dollar per tahun kepada Ersatz untuk kebutuhan industri Perang. General Motors (J.P.Morgan) dan Ford juga melakukan bisnis besar disini. Saya khawatir mereka akan memperumit bahaya Perang.” (7) Ini adalah petikan surat William Dodd, Duta Besar AS untuk Jerman, yang ia tulis untuk Presiden F.D. Roosevelt pada 19 Oktober 1936, mengenai kekhawatirannya akan para industrialis dan konglomerat raksasa AS yang memberikan uang tak terhitung banyaknya kepada Hitler & Nazi. Setelah gagal mengubah Amerika menjadi “War monger” (pengobar perang), perhatian para konglomerat raksasa beralih ke Hitler & Nazi yang lebih “kooperatif” mengemban proyek “pengobaran perang” ini. General Motors (J.P.Morgan) dan Henry Ford melakukan investasi besar-besaran ke dua produsen Ranpur (kendaraan tempur) terbesar Jerman: Opel dan Ford A.G. Dua bahan baku vital untuk perang, yakni: bahan peledak dan bahan bakar, juga dapat diakses mudah oleh Hitler & Nazi berkat investasi jor-joran yang digelontorkan Du Pont dan Rockefeller (Standard Oil & Chase Bank). Bankir raksasa Wall Street: J.P. Morgan, diketahui melakukan mega investasi sebesar 3 milyar Dollar (pada tahun 1931 saja) ke berbagai industri strategis Jerman. J.P Morgan juga diketahui sebagai Pendana Utama untuk rezim fasis Mussolini, dan militer Dai Nippon pada 1931. (8) Footnote: (6) “The Plot to Seize the White House” (Hawthorne Books) by Jules Archer (7) “The Story behind the Holocaust” (Author House) by Natalie Silverman (8) “The House of Morgan: American Banking Dynasty & the Rise of Modern Finance” (Grove Press) by Ron Chernow
  • 8. Dana yang “tertangkap basah” mengalir dari Wall Street ke Hitler & Nazi selama tahun 1929 s/d 1933: 1929 total dana $10,000,000 dikirim Wall Street kepada Hitler 1931 total dana $15,000,000 dikirim Wall Street kepada Hitler 1933 total dana $7,000,000 dikirim Wall Street kepada Hitler TOTAL $32,000,000 sampai tahun 1933 saja *tidak termasuk mega investasi ke industri strategis Jerman sbb: Mega investasi yang diketahui digelontorkan Konglomerat Raksasa AS ke Jerman: (9) 1. Du Pont (US. Steel) investor utama I.G.Farben, suplier terbesar industri perang Jerman (bahan kimia, plastik, karet sintetis, sampai amunisi), Rockefeller (Chase Bank & Standard Oil) investor utama Ersatz, juga suplier besar industri perang Jerman seperti I.G.Farben, Prescott Bush (the Union Banking Corporation - UBC) investor utama Fritz Thyssen & Krupp, produsen Baja strategis Jerman, J.P.Morgan (General Motors) dan Henry Ford (Ford Motor Co.) investor utama OPEL & Ford A.G., produsen utama Ranpur (kendaraan tempur) untuk militer Nazi, ITT dan General Electric (J.P. Morgan), penyedia alat komunikasi canggih untuk Ranpur Jerman Rockefeller (Standard Oil), investor utama untuk DAPAG (Deutsche-Amerikanische Petrolieum AG) perusahaan minyak terbesar Jerman, industri perang paling strategis. 2. 3. 4. 5. 6. Pada Agustus 1938, Hitler menganugerahi medali Grand Cross of the Order of the German Eagle kepada Henry Ford atas jasanya membantu “membangun” Jerman. Pertama kalinya medali tersebut diberikan kepada orang non-Jerman. Charles Lindbergh “bapak Aviasi Amerika” yang konon anti-perang pun dianugerahi medali Service Cross of the German Eagle oleh Reichsmarschall Hermann Goering (orang kedua setelah Adolf Hitler di rezim Nazi), atas kontribusinya membangun Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman). Henry Ford diketahui telah terlibat langsung membiayai kampanye Hitler dari awal, jauh sebelum Partai NSDAP (Nazi) memenangkan Pemilu di Jerman. Adolf Hitler menggantung foto Henry Ford berbingkai di kamar kerja-nya, dan tak jarang mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap Henry Ford ke banyak orang. Bahkan buku “Mein Kampf” yang terkenal rasis terhadap Yahudi adalah plagiarisme (mencontek mentah-mentah) dari buku Henry Ford yang berjudul “The International Jew”, yang telah terbit sebelumnya dan berkonten SARA terhadap Yahudi. (10) Akhir cerita, sindikasi longlomerat raksasa AS ini masuk ke Jerman diantaranya melalui program “The Dawes Plan”, yang berkedok “bantuan pembangunan Jerman pasca PDI”, namun kenyataannya mengalir langsung ke jantung industri strategis pendukung Perang, memastikan metamorfosis Jerman menjelma menjadi negara adidaya dalam sekejap mata, dan menyebabkan Perang Dunia II yang memakan korban puluhan juta jiwa. Footnote: (9) “Wall Street and the Rise of Hitler” (Hoover Press) by Anthony C. Sutton (10) “Henry Ford and the Jews” (Public Affairs) by Neil Baldwin
  • 9. MENAKLUKAN EROPA DENGAN HUTANG Seusai Perang Dunia II, Eropa dalam kehancuran total. Hampir setiap kota besar dan area industri porak-poranda dari pemboman udara berulang-ulang. Setiap daerah kehilangan infrastruktur cukup signifikan: rel kereta, jembatan, dermaga, membuat transportasi sama sekali tidak berfungsi. Kegiatan berniaga dan bisnis pun lumpuh total, membuat tingkat pengangguran tak terkendali, diperparah oleh kekurangan pangan dan kelaparan.Dalam kondisi seperti ini, Jerman berhutang kepada JP.Morgan sebesar 151 juta Dollar, Jepang berhutang sebesar 197 juta Dollar, dan Austria berhutang sebesar 20 juta Dollar (dan itu baru kewajiban kepada satu Konglomerat saja). Lalu apa yang harus dilakukan oleh sebuah negara yang sedang dalam kondisi “lumpuh” dan tidak mampu membayar hutangnya? Jawabannya: Menambah hutang lagi. Dengan dalih “Bantuan Ekonomi untuk mempercepat pemulihan Eropa bangkit dari reruntuhan, kali ini “paguyuban” konglomerat raksasa bersindikasi dengan pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan hutang ke negara-negara korban PDII di Eropa, yang diberikan nama “Marshall Plan” (diambil dari nama Chief of Staff Gedung Putih saat itu: George Marshall). Karena begitu besarnya jumlah pinjaman yang diperlukan, kali ini uang kas negara hasil pungutan pajak rakyat Amerika pun ikut digunakan. Setelah disetujui oleh Congress (DPR AS), Pemerintah AS mencairkan pinjaman perdana sebesar 40 juta Dollar kepada Prancis, Austria dan Italia. Para konglomerat pun tak ketinggalan mencairkan pinjaman perdana untuk Inggris dan Prancis senilai masing-masing 225 juta Dollar. Pada tahun pertama program “Marshall Plan”, pinjaman mencapai jumlah 5 milyar Dollar berhasil disalurkan ke negara-negara di Eropa. Pada tahun ke-empat, Eropa telah berhutang kepada Amerika sebesar 15 milyar Dollar! (11) Keuntungan dari Perang Dunia II: 1. 2. 3. 4. 5. Penjualan senjata, Penciptaan Hutang Baru (bunga dari pinjaman pasca-perang), Privatisasi (Penanaman Modal Asing – PMA ke industri strategis), Menghancurkan jaringan bisnis lama (menciptakan akses ke pasar Eropa), Dan tentunya, menciptakan negara-negara Eropa yang “Ramah” terhadap kebijakan Amerika. Penerapan secara praktis poin (5), adalah membuka akses bagi produk-produk Amerika untuk diadopsi oleh Eropa tanpa hambatan berarti. Dari “mewajibkan” setiap negara memiliki bioskop-bioskop yang memasang film Hollywood, sampai “mewajibkan” setiap negara memiliki cadangan Devisa dalam valuta Dollar Amerika, dan tentunya “mewajibkan” setiap negara memiliki sistem finansial yang terintegrasi dengan Wall Street dan Bank Sentral AS. Menciptakan satu dunia: “t he Am eri ca n W ay ” !  FYI, negara-negara yang sampai sekarang masih belum memiliki bioskop yang memutar film Hollywood, dan belum memiliki Pasar Modal yang terkoneksi dengan Wall Street, dijuluki “Rogue Country” (negara bangsat), dan tinggal tunggu waktu untuk “dibasmi”, contoh: Korea Utara, dan Iran. Kenapa Perang?Karena tidak ada bisnis yang lebih menguntungkan daripada Perang. “Nervos Belli Pecuniam”, terjemahan: “Urat nadi Perang adalah Uang” Marcus Tulius Cicero, Politikus ulung kerajaan Romawi (106-43 SM) Footnote: (11) “The House of Morgan: An American Banking Dynasty and the Rise of Modern Finance” (Grove Press) by Ron Chernow
  • 10. PEMBIAYAAN AGRESI MILITER BELANDA KE INDONESIA Ketika Presiden Soekarno ke Washington untuk meminta dukungan kepada Harry Truman pada Oktober 1945, Amerika Serikat sedang menghadapi musuh baru: Komunisme. Hal ini membuat Dept. Perencanaan Kebijakan AS pada saat itu menilai lebih “aman” untuk mendukung kolonialisme Belanda, daripada mendukung gerakan “Nasionalis” yang sulit ditebak arahnya. (12)Berdasarkan keputusan tersebut, AS memberikan dukungan penuh terhadap legitimasi “kolonisasi Hindia Belanda”. Dibuktikan lewat salah satu butir Klausul “Marshall Plan” yang menyebutkan: Belanda boleh alokasikan pinjaman untuk “membangun” Hindia Belanda. Dengan ini, Belanda menjadi satu-satunya negara debitur “Marshall Plan” yang mendapat dukungan tertulis dari AS atas rencana Kolonialisme. Atas dasar Klausul tersebut, Den Haag langsung memberlakukan Embargo ekonomi terhadap negara kedaulatan “Republik Indonesia” yang baru saja berdiri. Washington juga memberikan restu kepada militer Belanda untuk menggunakan peralatan tempur AS dalam status “Pinjaman”. Pada Oktober 1945, Chief of Staff George C. Marshall memerintahkan untuk mencopot identitas militer AS pada perangkat tempur yang akan digunakan oleh pasukan SEAC (South East Asia Command) pimpinan Lord Louis Mountbatten untuk bombardir Surabaya 10 Nov ‘45. (13) Pada 30 November 1946, pemerintah AS meminjamkan kepada militer Belanda secara Gratis: 118 unit pesawat terdiri dari pembom B-25, pesawat tempur jenis P-40 dan P-51, 45 unit tank Stuart, 459 Jeep militer, 170 unit artileri, juga Truk militer, dan persenjataan infantri dari arena Perang Pasifik, untuk kolonisasi Hindia Belanda. Militer Belanda juga diberikan akses ke 65.000 ton suplai logistik. Tidak hanya itu, AS juga memberikan restu atas permintaan Belanda untuk mengalokasikan dana sebesar 26 juta Dollar dari “Marshall Plan” untuk keperluan di Hindia Belanda. Amerika juga memboikot keanggotaan Republik Indonesia dalam Komisi Ekonomi PBB untuk Timur Jauh (ECAFE). (14) Momen titik balik krusial yang mempengaruhi kebijakan Washington adalah kejadian Pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948. Pernyataan Soekarno, “Bangsa Indonesia harus memilih! Saya, atau Musso??” dianggap sebagai bentuk keberpihakan kepada Blok Barat. Ditambah perlawanan sengit dari para Freedom Fighters (Pejuang) yang membuat proses Kolonisasi jauh dari mulus. Washington memutuskan untuk mengakhiri keruwetan di Hindia Belanda dengan berbalik mendukung kemerdekaan Indonesia. Keputusan tersebut direalisasikan pada forum Dewan Keamanan PBB tanggal 27 Desember 1949, ketika Amerika meminta Belanda menyerahkan Indonesia kepada Pemerintahan Soekarno. (15) Footnote: (12) “Shared Hopes, Separate Fears: 50 Years US-Indonesian Relations” (Boulder CO) by Paul Gardner (13) “American Military Assistance to the Netherlands during Indonesian Struggle for Independence 1945-1949” (Mededelingen van de Sectie Militaire Geschiedenis) volume 8 by Gerlof D. Homan (14) “American Visions of the Netherlands East Indies (Indonesia): US Foreign Policy and Indonesian Nationalism 1920-1949" (Amsterdam University Press) by Frances Gouda (15) “The United States and the Struggle for Southeast Asia 1945-1975” (Westport) by Alan J. Levine
  • 11. KENNEDY HARUS MATI DEMI PERANG VIETNAM Berikut ini adalah Rangkuman dari dua buah buku: “On the Trail of the Assassins” dan “Crossfire: the Plot that Killed Kennedy”, yang salah satunya telah diangkat ke layar lebar oleh Hollywood dengan judul “JFK”, kisah nyata seorang District Attorney (Jaksa Wilayah) bernama Jim Garrison yang menyelidiki pembunuhan John F. Kennedy. True Story.Pada November 1960, seorang senator muda dari negara bagian Massachusetts bernama John Fitzgerald Kennedy memenangkan pilpres. Salah satu agenda JFK sebagai Presiden, adalah mengurangi otoritas CIA yang ia anggap sudah terlalu “menguasai hajat hidup orang banyak”, dan JFK tidak main-main dengan agendanya. JFK menolak permintaan CIA untuk memberikan bantuan militer melalui udara bagi pasukan Anti-Castro (asuhan CIA) pada kontak senjata di teluk “Bay of Pig” April 1961, yang menyebabkan kekalahan CIA dalam upaya menjatuhkan Fidel Castro. Tak cukup sampai disitu, JFK kembali menguji kesabaran para petinggi militer dan intelijen Amerika ketika pada awal tahun 1963, ia mencanangkan rencana untuk memulangkan 16.000 tentara Amerika dari Laos dan Vietnam selambat- lambatnya pada perayaan natal tahun 1965. Pada Jumat 22 November 1963, iring-iringan mobil presiden JFK berparade mengelilingi kota Dallas, Texas. Pada jam 12:30, iring-iringan Presiden JFK berbelok di tikungan patah masuk ke taman Dealey Plaza melewati gedung penyimpanan buku Texas Book Depository, saat itu juga terdengar suara tembakan meletus berkali-kali. JFK dilarikan ke rumah sakit Parkland Memorial 5 km dari taman Dealey Plaza, namun JFK menghembuskan nafas terakhirnya pada jam 13:00 waktu Amerika. Siang itu juga, kepolisian kota Dallas menangkap seseorang bernama Lee Harvey Oswald, dan pada malamnya, Jaksa kota Dallas Henry M. Wade mengumumkan tanpa keraguan bahwa Oswald adalah pembunuh JFK (hanya 6 jam dari waktu penembakan), bahkan sebelum dilakukan penyidikan. Oswald tidak diberikan Kuasa Hukum, dan tidak ada satu lembar pun Laporan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang dibuat selama interogasi. Senapan Mannlicher-Carcano yang dibeli Oswald melalui Mail Order, dipaket ke alamat PO Box milik Oswald (yang membuatnya mudah untuk dilacak), ditetapkan sebagai senapan yang digunakan membunuh JFK. Lalu hanya 48 jam setelah penangkapan, Oswald tewas ditembak oleh seseorang bernama Jack Ruby di depan 70 orang polisi yang sedang mengawalnya. Anehnya lagi, Ruby sang pembunuh Oswald pun tewas di penjara tak lama setelah ditangkap. Demikian akhir dari drama pembunuhan Presiden Amerika tanpa penyidikan, tanpa persidangan. Presiden Lyndon Johnson lalu menunjuk Ketua MA Earl Warren untuk membentuk Komisi kerja “Warren Commission” untuk menyelidiki pembunuhan JFK di Dallas. Warren Commission membuat kesimpulan: JFK tewas oleh tiga peluru dari pembunuh tunggal bernama Lee Harvey Oswald, dari lantai enam gedung penyimpanan buku Texas Book Depository, yang berposisi di belakang iring-iringan mobil Presiden JFK yang telah melewati Gedung tersebut masuk ke area Dealey Plaza. Lalu pada tahun 1966, seorang Jaksa Wilayah Orleans Parish, New Orleans, bernama Jim Garrison memutuskan untuk melakukan penyelidikan atas Laporan Komisi Warren yang ia nilai banyak kejanggalan dan tidak konsisten dengan fakta-fakta temuan di lapangan.
  • 12. Kejanggalan no.1: William Walter, seorang petugas piket malam di kantor federal FBI menerima teleks pada 17 November 1963 yang berbunyi, “Sebuah percobaan pembunuhan akan dilakukan kepada presiden Kennedy saat kunjungan ke Dallas 22 November”. Peringatan yang sangat akurat tersebut diterima FBI tanpa ada satu tindakan pun dilakukan. Tanpa perubahan rencana iring-iringan pawai, dan tanpa pengadaan keamanan ekstra pada hari-H. Kejanggalan no.2: Tes nitrat untuk mengetahui kadar mesiu yang menempel pada tubuh seseorang, dilakukan kepada Oswald dengan hasil “Negatif”. Tes nitrat ini menunjukan bahwa Oswald tidak menembakan senjata api dua hari sebelum tes dilakukan. Laporan TKP FBI pun menyatakan tidak menemukan sidik jari Oswald pada senapan yang ditemukan di gedung Texas Book Depository. Kejanggalan no.3: Saat “Rekonstruksi” TKP, FBI menghadirkan tiga penembak jitu, melakukan serangkaian uji coba, tidak satupun dari mereka mampu me-reka ulang apa yang Oswald lakukan, yakni melepaskan 3 tembakan dengan akurasi kelas dunia dalam 5,6 detik menggunakan senapan ekonomis. Hasil terbaik penembak jitu FBI rata-rata 6-7 detik tanpa membidik sama sekali, yang berarti Mustahil apabila harus ditambah variabel Membidik. Jim Garrison juga mewawancara ulang beberapa saksi hidup yang berada di tempat kejadian ketika presiden JFK tewas ditembak di taman Dealey Plaza pada siang yang na’as itu. Kesaksian no.1: S.M. Holland, Richard Dodd dan James Simmons, ketiganya berada di TKP, “Saya mendengar tembakan berasal dari pagar di depan iring-iringan mobil presiden." Kesaksian no.2: William Newman, berada di TKP, “Kami semua melihat hal yang sama, ada asap keluar dari rerimbunan pohon dekat pagar di depan mobil JFK.” Kesaksian no.3: Jean Hill dan Mary Moorman, berada di TKP, “Aku melihat kilatan cahaya dari semak-semak pagar seberang. Aku terus memandang dan melihat asap keluar dari balik pagar tersebut. Ketika aku menceritakan apa yang terjadi, bahwa aku mendengar 4-5 kali bunyi letusan tembakan dari pagar, petugas Secret Service (dinas rahasia) memaksaku untuk menerima penjelasan bahwa yang ku dengar tersebut adalah gema. Mereka juga memaksaku untuk memberikan kesaksian bahwa yang kudengar adalah 3 suara tembakan yang berasal dari gedung penyimpanan buku, dan mengatakan akan menahanku apabila aku tidak kooperatif.” Kesaksian no.4: Beberapa dokter yang piket di RS Parkland Memorial saat JFK diotopsi memberikan kesaksian kepada Jim Garrison bahwa bagian belakang dari kepala JFK sudah tidak utuh lagi, terdapat luka menganga sepanjang tujuh sentimeter di bagian belakang kepala. Ini membuat teori tembakan Oswald dari belakang pawai mobil JFK menjadi sangat dipertanyakan.
  • 13. (Lanjutan) Kejanggalan no.4: Lyndon Johnson memerintahkan agar mobil Limosin penuh darah dan lubang peluru yang digunakan oleh JFK untuk segera diperbaiki, dan dibangun ulang. Sebuah pelanggaran berat terhadap SOP penyelidikan FBI, apalagi menyangkut pembunuhan kepala negara. Namun tentunya tidak satu pun kejanggalan, maupun kesaksian ini disinggung dalam 26 jilid Laporan Komisi Warren (modus yang akan diulang oleh “9/11 Commission Report” 35 tahun kemudian). Lee Harvey Oswald bekerja di Jaggars-Chilles-Stovall, sebuah perusahaan percetakan sub-kontrak dinas intelijen Amerika CIA. Di waktu senggangnya, Oswald bersahabat dengan George De Mohrenschildt, seorang Sosialite di Dallas Petroleum Club (klub pengusaha Minyak). De Mohrenschildt memperkenalkan Oswald kepada koleganya yang bernama Bill Williams, seorang insinyur yang bekerja di Divisi Riset perusahaan Bell Helicopters, yang menawarkan kepada Oswald lowongan kerja di gedung penyimpanan buku Texas Book Depository. Kebetulan? Pada November 1966, Jim Garrison mendapat telepon dari seorang Kolonel Departemen Intelijen Pentagon yang ingin membantu Garrison dalam investigasinya, namun meminta Garrison untuk menggunakan inisial “Kolonel X” dalam laporannya. Ketika Garrison menjumpainya di Washington, Kolonel X menjelaskan mengenai operasi CIA bersandi “Black Ops” yang merupakan operasi gabungan antara Pentagon dan CIA. “Black Ops” adalah hierarki tertinggi intelijen di Amerika, dengan misi-misi antara lain: pembunuhan kepala negara, mengorkestrasi kudeta, mengatur pemilihan umum, semua dengan satu tujuan, yakni: pelestarian kepentingan Amerika dan kroni-kroninya di dalam maupun luar negeri. Kolonel X menjelaskan bahwa ia sedang berada di Selandia Baru, ketika ia membaca berita pembunuhan presiden JFK yang menjadi headline di sebuah Surat Kabar yang terbit pagi 23 November (atau sekitar malam 22 November waktu Amerika). Ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal, karena surat kabar pagi dicetak pada dini hari (atau sekitar siang 22 November waktu Amerika), yang berarti JFK baru saja ditembak. Namun Surat Kabar tersebut telah memuat berita lengkap termasuk profil “sang pembunuh tunggal” Lee Harvey Oswald. “Sesuatu yang absurd dan berbau operasi Black Ops”, jelas Kolonel X. Kolonel X juga menjelaskan bahwa salah satu tugas utamanya di Pentagon adalah “Keamanan Presiden”, dan belakangan ia baru mengetahui bahwa selama penugasannya ke luar negeri, ada perintah yang diberikan oleh Pentagon kepada Dinas Intelijen Militer 112 Fort Sam Houston agar tidak terlibat dalam pengamanan tambahan kunjungan JFK ke kota Dallas. Ini adalah pelanggaran sangat serius terhadap SOP pengamanan Presiden, karena Dallas masuk dalam yurisdiksi Dinas Intel 112 Fort Sam Houston, yang mana menurut regulasi, Dinas Intel setempat wajib menempatkan 100 sampai 200 personel disepanjang jalan yang menjadi rute iring-iringan. Berdasarkan SOP, Dept.Intel Pentagon wajib untuk tiba di lokasi paling lambat 2 hari sebelum jadual kunjungan untuk memeriksa seluruh gedung, dan menempatkan penembak-penembak jitu, namun pada hari na’as itu tidak satu pun SOP yang dita’ati. Dan tidak ada hierarki dalam militer AS yang mampu membuat Dinas Intel 112 untuk tidak kerjakan tugasnya, kecuali perintah tersebut datang langsung dari jajaran tertinggi Pentagon. Sekembalinya ke Amerika, Kolonel X berusaha untuk mendapatkan data-data Lee Harvey Oswald, namun ia diberitahukan bahwa data-data tersebut telah dimusnahkan, yang juga menyalahi standar prosedur. Dua dosa tidak terampuni JFK: Pertama, membekukan operasi “War against Communism” yang merupakan lahan basah bagi CIA dan Dinas Intelijen Militer AS. Diperparah dengan memecat Allen Dulles dari posisinya sebagai Direktur CIA, dan memecat Jendral Charles Cabell sebagai Wakil Direktur CIA, dimana keduanya telah dianggap sebagai tokoh “keramat” intelijen AS sejak PDII.
  • 14. Kedua, keputusan JFK untuk mengakhiri keterlibatan AS di konflik indo-cina, yang secara praktis mengakhiri operasi militer dengan anggaran milyaran Dollar per tahun-nya, yang mana Militer AS telah terikat kontrak dengan para konglomerat pemilik Pabrik Senjata untuk pembelian peralatan perang. Anggaran pertahanan yang dipotong oleh JFK pada Maret 1963 adalah anggaran yang menopang “hajat hidup” 52 instalasi militer di 25 negara bagian AS, dan 21 pangkalan militer di luar negeri. Per tahun 1966, Bell Helicopters telah menjual 3000 unit Helikopter kepada militer AS untuk digunakan di Perang Vietnam. General Dynamics yang berlokasi di Fort Worth, Texas juga meraup keuntungan dari penjualan jet tempur F-111 kepada militer AS untuk Perang Vietnam. Anggaran Pertahanan AS sejak pecah Perang Vietnam membengkak menjadi 75 milyar Dollar, masih merangkak naik menjadi 100 milyar Dollar pada tahun 1966, berakhir di kisaran 200 milyar Dollar pada akhir perang. *sekedar perbandingan: anggaran pertahanan AS pada tahun 1949 hanya sebesar 10 milyar Dollar oleh absennya perang. JFK berniat untuk “mengeringkan kolam” milyaran Dollar milik para petinggi militer AS dan konglomerat raksasa Amerika. Tepat sehari setelah JFK dimakamkan, Presiden Lyndon Johnson menandatangani National Security Action Memorandum 273 tertanggal 26 November 1963 yang mencanangkan “War against Communism” dan memerintahkan pengiriman personel ke Vietnam Utara. “War against Communism” terdengar tidak asing? Bagaimana dengan “War against Terror”? Pada 8 Agustus 1964, terjadi penyerangan dua kapal Amerika oleh kapal perang Vietnam Utara di “Teluk Tonkin” (lepas pantai Vietnam), yang menjadi landasan bagi Lyndon Johnson meminta Kongres untuk memberinya otorisasi menginvasi Vietnam. Begitu permintaan dikabulkan, militer AS langsung membelanjakan 6 milyar Dollar untuk beli Helikopter dan Jet Tempur dari Bell Helicopters dan General Dynamics. Salah satu perusahaan kontraktor raksasa Brown & Root memenangkan seluruh tender proyek fisik pendukung perang senilai 2 milyar Dollar di Saigon, Cam Rahn Bay, dan Da Nang, termasuk proyek pembangunan Pangkalan Udara di Phan Rang.  Brown and Root adalah penyandang dana utama kampanye politik Lyndon Johnson sejak ia ”running for Congress” (mencalonkan diri menjadi Anggota DPR AS) pada tahun 1937. Brown and Root juga diketahui memberikan uang dengan jumlah yang sangat besar untuk Lyndon Johnson ketika ia mencalonkan diri untuk US. Senate pada tahun 1941. (18) Brown and Root adalah Subsidiary (anak perusahaan) dari Halliburton, salah satu Oil Service Company (perusahaan kontraktor migas) terbesar di dunia, yang salah satu CEO (presiden direktur) nya adalah Dick Cheney, yang kelak menjadi Wakil Presiden AS pada kabinet George W. Bush, dimana Halliburton-Brown and Root memenangkan seluruh tender proyek migas dan konstruksi di Irak. Kebetulan? Akhir cerita, 220 milyar Dollar dibelanjakan Militer AS dari anggaran pertahanan untuk perang Vietnam. Pada tahun 2005, ditemukan sebuah dokumen yang berasal dari National Security Agency (NSA), yang menyebutkan bahwa penyerangan terhadap dua kapal Amerika oleh kapal perang Vietnam Utara di “Teluk Tonkin” tidak pernah terjadi. *sebuah metoda rekayasa “pemicu perang” yang akan digunakan lagi pada 11 September 2001. Footnote: (16) “On the Trail of the Assassins” (Paperless Publishing) by Jim Garrison (17) ”Crossfire: The Plot that Killed Kennedy” (Carroll & Graf Publishers) by Jim Marrs (18) “The Years of Lyndon Johnson: The Path to Power” (Borzoi Book) by Robert Caro
  • 15. Kesimpulan yang diambil Komisi Warren, JFK dibunuh oleh tiga peluru dari lantai 6 gedung Texas Book Depository, kontradiktif dengan keterangan Dokter yang mengotopsi jenazah JFK, dimana terdapat luka menganga di bagian belakang kepala JFK, yang berarti tembakan berasal dari arah depan. Diperkuat oleh hasil “Rekonstruksi” TKP, dimana tiga penembak jitu FBI tidak mampu me-reka ulang apa yang Oswald lakukan, yakni melepaskan 3 tembakan dengan akurasi kelas dunia dalam 5,6 detik menggunakan senapan ekonomis. Hasil terbaik para penembak jitu FBI rata-rata 6-7 detik tanpa membidik sama sekali, yang berarti Mustahil apabila harus ditambah variabel “Membidik”. Membuat seluruh cerita JFK tewas oleh pembunuh tunggal lewat tembakan dari belakang menjadi Absurd.
  • 16. REVOLUSI SHIAH IRAN, DAN PEMBIAYAAN IRAK Memanfaatkan momentum Perang Dunia I, dengan dalih berperan sebagai “Peacekeeper” (pasukan penjaga perdamaian), militer Inggris menduduki Iran pada 1911, memuluskan jalan bagi British Petroleum (BP) mendapatkan Konsesi Pertambangan atas ladang Persia yang memiliki salah satu cadangan Minyak terbesar di dunia. Tahun 1941, Kerajaan Inggris telah berhasil menginstalasi monarki yang “Ramah” kepada Barat, yakni: Dinasti Pahlavi dengan Mohammad Reza Pahlavi sebagai “Shah” (raja) Iran, meresmikan Iran sebagai suplier minyak bagi Dunia Barat, kedua terbesar setelah Arab Saudi.Namun pada tahun 1951, gerakan Nasionalis yang dipimpin oleh PM Iran Mohammad Mosaddegh mencoba untuk membatasi kekuasaan “absolut” monarki Shah Pahlavi, dan melakukan dosa terbesar di mata Barat, yakni: menasionalisasi Anglo-Iranian Oil Company (BP). Dibantu oleh “adik tersayang” dinas intelijen Amerika CIA, Kerajaan Inggris melancarkan Perang Intelijen dengan kode sandi “Operation Boot”, dan “TPAJAX Project” (kode CIA), untuk menggulingkan PM Mossadegh melalui kudeta yang dikenal dengan sebutan “28 Mordad Coup”. (19)  Pada Agustus 2013, atas izin dari CIA, George Washington University mempublikasikan dokumen rahasia CIA yang berasal dari Arsip US National Security. CIA secara resmi mengakui keterlibatannya dalam operasi intelijen yang melengserkan PM Iran Mossadegh melalui penghasutan kebencian, juga memberikan sogokan kepada politisi dan petinggi militer Iran. British Petroleum (BP) ikut menyumbang uang sebesar 25.000 Dollar untuk operasi intelijen tersebut. Berita ini dilansir diseluruh Media Mainstream (CNN,BBC,dll) pada tanggal 19-20 Agustus 2013 dengan headline “CIA admits role in 1953 Iranian coup”. Dengan “lengser”-nya PM Mossadegh, situasi kembali kondusif dan Iran mengembalikan posisinya sebagai Eksportir Minyak no.1 ke Barat. Chase Bank Rockefeller dan J.P. Morgan menerbitkan Letter of Credit (LC) untuk setiap ekspor Minyak Iran. British Petroleum pegang kendali penuh atas NIOC (National Iranian Oil Company). Sistem moneter Wall Street pelan-pelan diadopsi melalui pembentukan Bank Omran dengan Rockefeller sebagai pendana utama. Citibank mulai mencairkan pinjaman 55 juta Dollar untuk proyek infrastruktur, Iran mulai berhutang! (20) Namun “keindahan” ini cuma bertahan 26 tahun, ketika gerakan yang dipimpin Ayatollah Khomeini melakukan kudeta dan berhasil menggulingkan monarki boneka Barat, mendirikan Republik Islam pada tahun 1979, yang dikenal dengan “Revolusi Shiah”. David Rockefeller memboyong Shah Pahlevi ke Amerika, namun Shah Pahlevi tak lama meninggal setelah dirawat di RS Sloan-Kettering Center. Saat Ayatollah Khomeini mengambil alih, Iran telah berhutang ke Chase Bank Rockefeller sebesar 500 juta Dollar! Lalu dengan dalih tidak bisa menagih hutang Iran tersebut ke Ayatollah, Rockefeller menyita 10 milyar Dollar milik (alm)Shah Pahlavi yang disimpan di Bank miliknya. Tentu saja CIA tak tinggal diam menghadapi keruwetan yang dibuat oleh Revolusi Shiah. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya membiayai General Oveisi, petinggi militer Iran yang dekat dengan (alm)Shah Pahlavi. CIA meminta Jendral Oveisi membawa loyalis-nya untuk menduduki ladang minyak Khuzista dan menyatakan merdeka dari Iran. Kapal perang USS Constellation berangkat dari Subic Bay Filipina menuju laut Arab untuk mendukung upaya “penghasutan Perang Sipil” ini (metoda yang akan digunakan lagi di perang saudara Suriah bertahun-tahun kemudian). Akhir cerita, seluruh usaha terbaik CIA menemui jalan buntu dikarenakan Ayatollah Khomeini mendapat dukungan penuh dari mayoritas bangsa Iran yang telah lama mendambakan kepemimpinan fundamentalis Islam. Rezim Shi’ah Iran harus “dibongkar” dengan segala cara. Sudah waktunya untuk menghubungi Irak. Footnote: (19) “The Scramble for Empire, Suez, and Decolonization” (I.B.Tauris) by Wm. Roger Louis (20) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
  • 17. Hubungan diplomatik AS-Irak yang telah buruk sejak “Perang 6 hari” Arab-Israel tahun 1967, kembali dipertimbangkan. Presiden Jimmy Carter sendiri yang memberikan arahan agar kebijakan AS terhadap hubungan diplomatik dengan Irak ditinjau ulang. Saat itu juga, masih pada tahun 1979, Saddam Hussein memberikan izin kepada CIA untuk membuka kantornya di Baghdad. Pendekatan CIA disambut baik oleh Saddam Hussein yang memang telah lama memiliki “rencana” untuk negara tetangga-nya tersebut, dan melemahnya militer Iran akibat Revolusi Shi’ah memberikan momentum yang bagus. (21) Zbigniew Brzezinski, National Security Advisor Gedung Putih memberikan rekomendasi kepada Presiden Carter yang berbunyi: Saddam Hussein bisa bermanfaat untuk menumbangkan rezim Anti-Amerika Ayatollah Khomeini, sekaligus menahan laju ekspansi Blok Timur (Soviet) di Timur Tengah. Tak perlu menunggu lama sebelum AS mendemonstrasikan dukungannya, ketika Washington memberikan ultimatum kepada Soviet (yang saat itu telah menempatkan pasukannya di perbatasan Iran), bahwa AS tidak akan segan-segan “turun tangan” apabila Soviet ikut campur. AS juga melakukan “diplomasi agresif” ke negara-negara sekitar agar tidak turut campur. Saddam Hussein melihat ini sebagai sinyal “lampu hijau”, dan agresi militer Irak ke Iran pun dimulai pada 22 September 1980. (22) Pada dua tahun pertama, AS masih menjadi “penonton” dan belum terlibat secara langsung. Namun pada tahun 1982, situasi mulai berbalik dan Iran mulai berada dalam posisi offensive (menyerang). AS langsung mengeluarkan Irak dari Daftar Hitam “Negara-negara sponsor Terorisme” untuk melegitimasi pemberian bantuan. AS mencairkan pinjaman “Bantuan Ekonomi” milyaran Dollar, suplai senjata, suplai amunisi, sampai transfer teknologi militer. CIA memberikan masukan “Tactical” untuk setiap operasi militer Irak, memberikan bocoran-bocoran intel, memberikan pelatihan untuk “Special Ops”, dan tentunya Pabrik Senjata Swasta tak ketinggalan ikut menjual senjata, yang dibeli Irak dari hutang. Departemen Defense Intelligence Agency Pentagon (departemen Kolonel X) berkantor di Baghdad memberikan langsung arahan perencanaan pemboman strategis untuk Angkatan Udara Irak. Personel militer Irak menerima pelatihan dari Satuan Khusus Green Berets di Fort Bragg, North Carolina, juga pelatihan untuk Pilot Helikopter. (23) Militer AS bahkan terlibat langsung melakukan serangan terhadap target-target militer Iran. Angkatan Laut AS melancarkan Operasi “Black” menggunakan Kapal tipe Mark III untuk menyerang kapal-kapal perang Iran pada malam hari. CIA melancarkan Operasi “Eager Glacier” sabotase pabrik-pabrik strategis di Iran menggunakan Agen Lapangan. Kapal perang USS Stark menyerang kapal-kapal Tanker Minyak Iran. Perang baru berakhir melalui intervensi PBB pada 20 Agustus 1988 yang dituangkan dalam Resolution 598. Perang Irak-Iran adalah perang konvensional terpanjang selama abad ke-20 (8 tahun), yang menewaskan lebih dari 500.000 personel militer dari kedua belah pihak, dan lebih dari 500.000 korban rakyat sipil. Irak menggunakan berbagai macam Senjata Kimia (yang bisa ditebak dapat dari mana), dan PBB pun seperti menutup sebelah mata atas kejahatan kemanusiaan Irak terhadap rakyat sipil Iran selama perang. Berakhirnya Perang Irak-Iran, AS-Inggris beralih ke sekutu mereka yang paling loyal di Timur Tengah: Arab Saudi. Untuk melancarkan salah satu cabang dari Perang Intelijen, yakni: “Dis-informasi”. Berdasarkan keterangan mantan Direktur CIA James Woolsey, sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an, Arab Saudi menghabiskan 87 milyar Dollar untuk sumbangan ke negara-negara berkembang (seperti Indonesia) untuk dana pembangunan & operasional Mesjid, Madrasah, Pesantren, dan berbagai macam Islamic Center, disertai dengan distribusi buku-buku agama, materi akademis, pembiayaan pendidikan calon Imam/Ustaz, sayangnya tidak sepenuhnya bermateri pendidikan Islam, tapi juga bermuatan materi Brain Wash (cuci otak): penghasutan Kebencian, pemecah-belahan Islam melalui fanatisme aliran, radikalisme, ekstrimisme (kelak terorisme). Tidak hanya penghasutan kebencian terhadap Yahudi, tapi juga terhadap musuh AS-Inggris no.1: Shi’ah Iran. (24) Footnote: (21) “Web of Deceit: The History of Western Complicity in Iraq, from Churchill to Kennedy to George W. Bush” (Other Press) by Barry Lando (22) “The Death Lobby: How the West Armed Iraq” (Houghton Mifflin Company) by Kenneth Timmerman (23) “Spider's Web: The Secret History of How the White House Illegally Armed Iraq” (Bantam Books) Alan Friedman (24) “Saudi Arabia's Export of Radical Islam” by Adrian Morgan
  • 18. PENCIPTAAN IBLIS BARU BERNAMA “ISLAM” Federal Emergency Management Agency (FEMA), sebuah instansi pemerintah AS yang beroperasi dibawah US Homeland Security, memiliki tanggung-jawab sebagai koordinator dalam situasi terjadinya bencana di wilayah AS, baik oleh alam maupun manusia, menerbitkan sebuah Manual (buku panduan) yang berjudul “EMERGENCY RESPONSE TO TERRORISM: SELF-STUDY” pada tahun 1997, dengan cover (sampul depan) bergambar gedung menara kembar World Trade Center (WTC) New York, yang mana pada North Tower (menara utara) diberikan “ Target” teropong senapan, 4 tahun sebelum serangan Teroris ke menara kembar tersebut pada 11 September2001. Kebetulan? Pada September 2000, para think tank (pemikir) neo-konservatif terbaik Amerika, yang terdiri dari: Dick Cheney, Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz dan Jeb Bush (saudara kandung Presiden George W. Bush), menulis sebuah Laporan yang berjudul “Project for the New American Century”, berisikan rekomendasi bagi pemerintah AS untuk meninjau ulang kebijakan pertahanan dan kebijakan luar negeri, pendayagunaan kekuatan militer, dan pendaya- gunaan sumber daya untuk milenium baru. Salah satu paragraf dalam Laporan tersebut berbunyi: “the process of transformation, even if it brings revolutionary change, is likely to be a long one, absent some catastrophic and catalyzing event – like a new Pearl Harbor.” Terjemahan: proses transformasi, meskipun revolusioner, akan berlangsung lambat tanpa hadirnya sebuah musibah besar yang menjadi “picu”, seperti sebuah “Pearl Harbor baru”. Setelah terjadi serangan “Teroris” ke menara kembar World Trade Center pada 11 September 2001, Direktur FBI Robert Mueller memberikan pernyataan resmi kepada pers bahwa tidak ada satu orang pun di Amerika yang mengetahui rencana serangan, kecuali para teroris yang terlibat langsung. Hal senada dinyatakan dalam Laporan “9/11 Commission”, sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh Congressional Joint Enquiry (semacam Pansus DPR), berbunyi: tidak ada satu informasi-pun didapatkan oleh Intelijen AS yang menunjukan waktu dan tempat serangan. Seorang Jaksa bernama David Schippers, yang menjadi Jaksa Penuntut pada sidang impeachment (pemakzulan) Presiden Bill Clinton, memberikan keterangan kepada Pers setelah “Tragedi 9/11”, bahwa ia telah menerima Peringatan dari 3 orang Agen FBI mengenai rencana penyerangan. Peringatan Pertama datang pada bulan Mei 2001 (yakni 4 bulan sebelum terjadinya serangan), yang berbunyi: “upcoming al-Qaeda attack on Lower Manhattan” (serangan akan dilakukan al-Qaeda di Lower Manhattan, distrik tempat menara kembar WTC berada). Peringatan Kedua datang pada Juli 2001 (2 bulan sebelum serangan), kali ini dengan informasi lebih akurat mengenai rencana serangan Teroris ke salah satu Gedung di Lower Manhattan. David Schippers menghubungi beberapa Congressman (anggota DPR AS), yang mana tidak satupun memberikan respon.
  • 19. Lalu pada 15 Juli, David Schippers mencoba menghubungi Jaksa Agung John Ashcroft untuk memperingatkan rencana serangan Teroris ke Lower Manhattan New York tersebut, namun lagi-lagi tidak mendapat respon. Anehnya, Jaksa Agung Ashcroft mengakui berhenti menggunakan Pesawat sejak 26 Juli tanpa mau menyebut alasan mengapa. Peringatan Ketiga datang pada bulan Agustus 2001, ketika David Schippers kembali diperingatkan oleh sumbernya di FBI: “al-Qaeda attack on lower Manhattan is imminent!” (serangan al-Qaeda ke Lower Manhattan akan segera dimulai!). Kelak ketiga agen FBI (yang tidak mau disebutkan namanya tersebut) memberikan keterangan kepada Penulis William Norman Grigg, bahwa mereka telah memberitahukan kantor federal FBI perihal rencana serangan Teroris tersebut, namun Kantor FBI seolah-olah seperti melakukan “pemberangusan” terhadap informasi vital tersebut, malah mengancam akan memberikan sanksi apabila mereka membeberkannya kepada publik. (25) Transaksi Pasar Modal Mencurigakan: Beberapa praktisi Pasar Modal menemukan transaksi sangat mencurigakan yang terjadi di Wall Street (Bursa Efek New York) tepat sebelum terjadinya serangan 11 September, yakni: tingginya transaksi Put Option yang dibeli 3 hari sebelum serangan.  Put Option adalah produk pasar modal yang mengikat Jual-Beli Saham pada harga dan tenggat waktu yang disepakati oleh Penjual & Pembeli. Misal: PT.A membeli Put Option saham PT.B dengan harga X, jatuh tempo 1 bulan. Apabila saat jatuh tempo harga pasar saham tersebut lebih rendah dari X, maka PT.A dapat menjual kembali saham tersebut ke PT.B dengan harga X (meskipun harga pasar lebih rendah), dan mendapat keuntungan dari selisih harga tersebut. Anehnya lagi, tingginya pembelian Put Option hanya pada dua saham Maskapai penerbangan: American Airlines dan United Airlines, yang mana pesawat-pesawat dari kedua Maskapai tersebut nantinya akan digunakan “Teroris” untuk menabrak gedung WTC dan Pentagon. Seolah-olah segelintir orang telah mengetahui bahwa sesuatu yang kontra-produktif akan menimpa. Tak hanya itu, Put Option dari Morgan Stanley dan Dean Witter, dua perusahaan yang berkantor di lantai 22 gedung WTC juga diborong beberapa hari sebelum serangan. Kebetulan?(26) Bisa ditebak, harga saham dari kedua Maskapai tersebut anjlok setelah Tragedi 9/11, dan memberikan keuntungan juta-an Dollar bagi para pemegang Put Option. FBI memiliki Join-Ops (operasi gabungan) dengan SEC (Bapepam AS) yang memonitor secara rutin pergerakan pasar modal, terutama anomali transaksi dan indikasi penyimpangan. Namun tidak ada satupun dari pembeli Put Option tersebut yang dipanggil (apalagi ditindak), bahkan tidak pernah disinggung dalam Laporan “9/11 Commission”. Gambar atas: Larry Silverstein, seorang konglomerat Properti & Developer (Silverstein Properties) membeli gedung menara kembar World Trade Center hanya dua bulan sebelum Tragedi 9/11, dan mendapatkan santunan dari Asuransi gedung sebesar 4,9 milyar Dollar. Kebetulan? Footnote: (25) “Did We Know What Was Coming?” (American Opinion Publishing Incorporated) by William Norman Grigg (26) “Stocks Inquiry: Millions of shares sold before disaster” (The Times) by James Doran
  • 20. Pertanyaan paling mendasar yang pasti muncul di benak setiap orang waras saat membayangkan serangan “Teroris” 9/11: Mengapa tidak satupun dari pesawat-pesawat tersebut dicegat oleh Jet Tempur? Cerita tanpa kaidah akal sehat: “Tragedi 9/11” memaksa kita untuk percaya bahwa pada pagi hari na’as tanggal 11 September, 19 orang Arab yang bersenjatakan pisau Cutter, membajak 4 pesawat komersial dan menerbangkan pesawat kelas raksasa yang terbang pelan selama 1 jam 45 menit, melewati zona angkasa yang paling terproteksi dan paling dijaga oleh Angkatan Udara dengan sistem radar dan pertahanan tercanggih di dunia, yang mampu menghancurkan sasaran sebesar koin dari ratusan kilometer jauhnya, menggunakan Rudal-Rudal berpanduan laser yang super akurat, dan mampu mengirimkan skuadron jet tempur dengan kecepatan 3000 km/jam, Namun dengan semua itu, tidak sanggup menemukan 4 “gajah” yang bergerak lamban? Laporan penyelidikan “9/11 Commission” yang disusun oleh Pansus Congressional Joint Enquiry, menceritakan episode kebingungan petugas FAA membaca radar, miskomunikasi, SOP pangkalan militer yang canggung, dan ketidak-pastian Rules of Engagement (aturan main) rantai komando militer, semuanya yang terdengar cukup Absurd. Mengapa? Karena alasan-alasan sbb: SOP (Standar Prosedur Operasi) dari pertahanan zona angkasa AS dilakukan melalui koordinasi erat, ketat, dan lugas antara dua instansi, yakni: Federal Aviation Administration – FAA (badan administrasi penerbangan AS) dan North American Aerospace Defense Command – NORAD (komando militer pertahanan angkasa AS). Petugas ATC Air Traffic Controllers (pengendali lalu lintas udara) dari FAA adalah personel yang sangat terlatih, profesional, dan terbiasa menghadapi layar monitor Radar dengan lalu-lintas tertinggi di dunia. Rules of engagement (aturan main) dan rantai komando militer pangkalan Angkatan Udara AS dipatuhi dengan ketat dan tegas, yang mendekatkan kita kepada satu kesimpulan: telah terjadi pelanggaan SOP berat pada pagi na’as 11 September. Peta atas: New York tak hanya memiliki FAA Control Center (pusat kendali FAA New York Center), tapi juga dikelilingi oleh Pusat Komando NORAD di Langley dan Otis, yang lokasi keduanya cukup dekat. Cerita yang disajikan: Pada Laporan “9/11 Commission”, berdasarkan keterangan dari petugas ATC, skenario “pembajakan pesawat” telah disadari pada jam 8:15, yakni 30 menit sebelum Pesawat pertama ditabrakan ke North Tower pada jam 8:46 pagi waktu Amerika. Lalu disebutkan bahwa komando angkasa NORAD menerbangkan Jet tempur untuk mencegat baru pada jam 8:53, yakni 38 menit setelah petugas ATC menyadari situasi pembajakan. ini Absurd karena: FAA memiliki 22 Control Center (pusat pengendali rute lalu lintas udara), lebih dari 26.000 petugas ATC, 400 Control Tower (menara kendali lalu lintas), 195 Radar yang memantau setiap milimeter zona angkasa AS, belum termasuk 34.000 sistem monitor, komunikasi dan navigasi tercanggih di dunia, bekerja non-stop 7 hari 24 jam. Setiap petugas ATC memiliki akses ke fasilitas Radar canggih Terminal Radar Approach Controls (TRACON), yang memantau pergerakan setiap Pesawat dari mulai lepas landas sampai jarak sejauh 30 kilometer, yang kemudian “diserahkan-terimakan” kepada Petugas ATC pada zona angkasa berikutnya yang juga sedang menatap layar monitor Radar TRACON-nya. (27) Footnote: (27) “Administrator’s Fact Book” FAA REPORT dated July 2001
  • 21. Pada pagi na’as 11 September, ke-empat Pesawat yang dikuasai para “Pembajak” masuk dalam pantauan zona angkasa FAA regional Boston Center, New York Center, Cleveland Center, dan Indianapolis Center (wilayah berwarna kuning pada Peta di halaman sebelumnya), yang mana setiap Control Center tersebut menjalin komunikasi dan koordinasi erat antara satu dengan lainnya. Berdasarkan SOP FAA: setiap Pesawat, baik sipil maupun komersial, yang lepas landas ataupun memasuki zona angkasa AS, wajib mengikuti Flight Plan (rute terbang), yang mana setiap Flight Plant memiliki Fix Points (titik- titik koordinat), yang mana setiap Pesawat wajib terbang mengikuti koordinat tersebut demi keamanan di udara. Ketika sebuah pesawat melenceng keluar dari Fix Point, Radar seketika memperingatkan Petugas ATC, yang akan segera menghubungi Pilot melalui Radio dan meminta Pilot untuk kembali ke rute terbang. Apabila Pesawat bersangkutan tidak menurut, Petugas ATC saat itu juga akan melapor ke FAA Control Center, yang akan meneruskannya ke Pentagon National Military Command Center (NMCC), yang akan memerintahkan NORAD untuk memberangkatkan Jet tempur, dimana seluruh prosedur dapat dilakukan dibawah 15 menit (permanent 15-minute alert). (28) Komando pertahanan angkasa NORAD: memiliki 7 pangkalan berstatus siaga, dengan masing- masing 2 jet tempur dalam status permanent 15-minute alert (mencegat dalam 15 menit), dengan total 14 jet tempur tersebar di 3 sektor regional, dimana zona angkasa New York masuk dalam sektor Northeast Air Defense Sector (NEADS) yang memiliki 4 jet tempur, yakni: dua jet tempur tipe F-15 Eagle dalam status “permanent 15-minute alert” di Otis Air National Guard Base, Cape Cop, Massachusetts, dan dua jet tempur tipe F-16 Fighting Falcon yang juga dalam status “permanent 15-minute alert” di Langley Air Force Base, Langley, Virginia. (29) Cerita yang disajikan: Berdasarkan Laporan “9/11 Commission”, Pesawat American Airline kode Flight 11 tidak menjawab komunikasi Radio Petugas ATC pada jam 8:15. Lalu FAA Control Center melaporkan situasi tersebut ke Komando Pertahanan NORAD pada jam 8:37. Pesawat Flight 11 menabrak North Tower (gedung 1 WTC) pada jam 8:46. Kemudian 2 jet tempur F-15 baru mengudara dari Otis Air National Guard Base pada jam 8:53, membutuhkan waktu total 38 menit terhitung dari Flight 11 tidak dapat dihubungi oleh Petugas ATC. Footnote: (28) “The War on Freedom: How and Why America was Attacked” (Institute for Policy Research and Development) by Nafeez Mosaddeq Ahmed (29) “Langley Air Force Base 119th Fighter Wing briefing” by Donald Quenneville
  • 22. Cerita ini Absurd karena: 1. FAA Control Center baru melaporkan situasi pembajakan ke NORAD pada jam 8:37, membutuhkan waktu 22 menit terhitung dari Petugas ATC tidak dapat menghubungi Pesawat Flight 11 yang melenceng dari jalur pada jam 8:15. Terlalu lambat untuk SOP FAA yang mengharuskan FAA menghubungi NORAD detik itu juga, atau paling lambat pada 8:16, Transponder (alat pengirim sinyal identifikasi pada pesawat) dimatikan oleh “Teroris” saat Flight 11 keluar jalur dan memutuskan komunikasi, yang seharusnya mempercepat pengambilan keputusan untuk melapor ke NORAD. Namun FAA seolah tidak terburu-buru untuk melakukan laporan. Dua Jet tempur F-15 yang pertama kali mengudara dari Otis Air National Guard Base, berjarak 250 kilometer dari WTC New York, dapat mencegat United Airlines Flight 175, sebelum Pesawat kedua tersebut ditabrakan South Tower pada jam 9:03. Namun entah kenapa, kedua F-15 terlambat sampai di tujuan. F-15 Eagle memiliki Top speed 2,7 Mach (2,7 kali kecepatan suara). 1 Mach = 1200 km/jam. Maka 2,7 Mach = 3.240 km/jam (54 km/menit), yang berarti jet tempur F-15 dari Otis Airbase dapat tiba di WTC New York hanya dalam waktu 4,6 menit pada Top speed 2,7 Mach, atau dapat tiba pada jam 8:58, yakni 5 menit 2. 3. 4. sebelum Flight 175 menabrak South Tower pada 9:03 Namun kedua jet tempur F-15 tersebut baru tiba di WTC New York 18 menit kemudian pada jam 9:11, yang berarti terbang 830 km/jam, atau hanya menggunakan sekitar 25% dari kemampuan Top Speed-nya. Tragedi 9/11 masih bisa minimalisir: Apabila pada pagi na’as 11 September 2001, FAA dan NORAD berkomunikasi dan berkoordinasi erat sesuai dengan SOP, juga apabila Pilot menerbangkan jet tempur F-15 nya dengan kecepatan Top speed, maka penabrakan Flight 175 (pesawat kedua) ke South Tower WTC dapat dihindari. Namun entah kenapa FAA membutuhkan waktu 22 menit untuk melaporkan Flight 11 yang tidak hanya keluar jalur dan memutuskan komunikasi, namun juga mematikan Transponder. Dan entah kenapa Pilot dari ke dua F-15 memutuskan untuk tidak memacu jet tempur mereka, seolah tidak terburu-buru menuju WTC. Bukti-Bukti Forensik:Foto diatas adalah bukti penggunaan Controlled Demoliton (peledakan terencana untuk meruntuhkan gedung). Bandingkan 2 semburan ledakan yang tertangkap kamera pada gedung WTC (foto kiri), dengan semburan ledakan dari bahan peledak yang memang digunakan untuk meruntuhkan gedung (foto kanan). Sejak bermunculannya banyak bukti-bukti baru yang bertolak-belakang dengan cerita yang disajikan oleh Laporan “9/11 Commission”, telah menimbulkan polemik pro/kontra dan melahirkan gerakan orang-orang yang membela keras “cerita resmi” serangan Teroris 9/11 baik melalui media, buku, maupun di dunia maya. Wikipedia pun dengan sigap memberikan Label “Teori Konspirasi” (bahkan “Myth” / Mitos) kepada Fakta-Fakta yang bertolak-belakang dengan cerita resmi serangan “Teroris” 9/11.
  • 23. Teori VS. Bukti Forensik:Salah satu Teori andalan para “Pembela” cerita resmi Tragedi 9/11, menyebutkan bahwa semburan ledakan dari menara kembar WTC yang tertangkap kamera disebabkan oleh “Udara” yang menyembur keluar didorong oleh “Tekanan”. Teori lain menyebutkan semburan berasal dari benda-benda besar seperti mis: Elevator (lift) yang mental keluar dengan kecepatan tinggi. Namun sekeras apapun upaya mendiskreditkan Bukti-Bukti, baik melalui Labelisasi “Teori Konspirasi”, ataupun melalui metoda “membanjiri” dunia dengan Teori-Teori tandingan, tidak akan mengubah Fakta bahwa: gedung menara kembar World Trade Center runtuh dengan karakteristik Controlled Demolition, yakni: dengan ditemukannya semburan ledakan, dan karakter runtuh yang bersifat metodis (jatuh bebas tanpa hambatan) menandakan terjadinya “pelemahan” lantai-lantai dibawahnya secara terencana. Foto atas: gedung-gedung yang diruntuhkan menggunakan Controlled Demolition (peledakan terencana), menunjukan karakteristik runtuh yang bersifat “Metodis” (jatuh bebas tanpa hambatan), dengan cara “melemahkan” lantai-lantai bawah untuk “memberikan jalan” bagi reruntuhan dari atas, sehingga menciptakan gerakan Free Fall (terjun bebas). 100% sama dengan karakteristik runtuhnya gedung WTC. Faktanya: Foto atas adalah tampilan fisik gedung-gedung yang runtuh alami (bukan oleh Controlled Demolition). Karakteristik runtuh “terjun bebas” hanya dapat disebabkan oleh: 1.Gempa bumi super hebat; 2.Kesalahan fatal dalam arsitektur; 3.Controlled Demolition, dan gedung WTC tidak runtuh oleh no.1 atau no.2
  • 24. Cerita Resmi: Penyelidikan atas penyebab runtuhnya South & North Tower dari gedung WTC dilakukan pertama kali oleh Federal Emergency Management Agency (FEMA), menggandeng Structural Engineering Institute of the American Society of Civil Engineers (SEI/ASCE) menerbitkan Laporan Building Performance Study (BPS) pada Mei 2002 bersinergi dengan Laporan “9/11 Commission”, memberikan kesimpulan bahwa runtuhnya kedua menara WTC disebabkan oleh: Benturan pesawat yang menyebabkan kerusakan Struktur, dan terutama oleh Api yang berasal dari Jet Fuel (bahan bakar pesawat) yang “melemahkan” Struktur Baja, dan menyebabkan keruntuhan total. The National Institute of Standards and Technology (NIST), sebuah Biro Pemerintah AS dibawah Departemen Perdagangan, yang memiliki wewenang dalam penetapan standarisasi industri, sains dan teknologi, juga melakukan penyelidikan terhadap penyebab runtuhnya kedua menara kembar WTC, dan memberikan kesimpulan yang mendukung Laporan BPS oleh FEMA, yakni: penyebab runtuh adalah kolom penyangga rusak oleh benturan, lalu patah setelah dilemahkan oleh Api dari Jet Fuel. Cerita resmi VS. Bukti Forensik: 1. Professor Steven E. Jones, seorang Ahli Fisika berpengaruh di AS (ahli fusion energy) dari Structural Engineering Faculty (fakultas teknik struktur) dari Brigham Young University, Kevin Ryan, seorang Ahli Fisika, Direktur dari Environmental Health Laboratories Inc. yang ditunjuk Pemerintah AS untuk meneliti komponen Baja yang digunakan pada konstruksi gedung WTC Frank Legge, PhD, seorang Ahli Kimia dari University of Western Australia, 2. 3. Bersama Tony Szamboti, M.E., seorang Ahli Teknik, dan James R. Gourley, seorang Ahli Kimia, dibantu oleh beberapa ilmuwan di bidang fisika, kimia, dan teknik, melakukan penelitian terhadap puing-puing reruntuhan gedung WTC, dan membawa beberapa sampel debu dari Ground Zero (lokasi serangan) ke Laboratorium untuk dianalisa, dan hasil penemuan mereka adalah: “Ditemukan bukti kandungan Nano-thermite dalam sampel debu dari reruntuhan menara kembar World Trade Center.” (30) Tentu saja Biro Pemerintah NIST segera membantah penemuan para Ilmuwan Ahli ini, dan mencoba mendiskreditkan penelitian mereka dengan menyatakan: tidak ada bukti bahwa sampel debu tersebut berasal dari reruntuhan gedung WTC, yang tentunya merupakan tuduhan Absurd karena Kevin Ryan adalah Direktur dari Laboratorium yang ditunjuk resmi oleh Pemerintah AS untuk meneliti komponen Baja pada konstruksi gedung WTC, yang berarti ia memiliki akses untuk itu. Anehnya lagi, ketika para ilmuwan ahli ini menantang NIST untuk melakukan pembuktian atas tuduhannya, NIST menyatakan tidak akan melakukan penelitian tandingan. Baru setelah mendapat tekanan dari komunitas Sains, NIST akhirnya mengutus James Millette, seorang kontraktor untuk NIST, untuk melakukan analisa laboratorium terhadap sampel debu dari reruntuhan gedung WTC. Namun James Millette hanya melakukan satu tes (uji kimia) dari 10 rangkaian tes yang harusnya dilakukan, sudah tentu hasilnya bisa ditebak, yakni: tidak menemukan kandungan Nano-thermite pada sampel debu dari Ground Zero. (Sumber: Kevin Ryan, Ahli Fisika, Direktur Laboratorium) Footnote: (30) “Active Thermitic Material Discovered in Dust from the 9/11 World Trade Center Catastrophe” (Open Chemical Physics Journal) by Steven E. Jones, Kevin R. Ryan, Frank M. Legge, James R. Gourley, Niels H. Harrit, Daniel Farnsworth, Gregg Roberts, Bradley R. Larsen, Jeffrey Farrer Nano-thermite adalah sejenis serbuk mesiu (semacam black powder) yang mampu menciptakan semburan singkat suhu tinggi, yang aplikasinya digunakan oleh Militer sebagai Bahan Peledak. South Tower: United Airlines Flight 175 dihunjamkan ke menara 110 lantai ini tepat diantara lantai 77 dan lantai 85, yang lalu runtuh pada jam 9:59 setelah terbakar oleh Jet Fuel selama 56 menit (1 jam). North Tower: American Airlines Flight 77 menghantam menara 110 lantai ini tepat diantara lantai 93 dan lantai 99, yang lalu runtuh jam 10:28 setelah terbakar Jet Fuel selama 102 menit. (1 jam 40 menit)
  • 25. Api penyebab runtuh adalah Absurd karena: Sekeras apapun upaya Biro Pemerintah AS mendiskreditkan para Ilmuwan Ahli karena menemukan Bukti-Bukti yang bertolak-belakang dengan cerita serangan “Teroris”, tidak akan mengubah Fakta bahwa: telah ditemukan banyak Bukti Fisik keberadaan Nano-thermite (serbuk mesiu militer) di reruntuhan menara kembar WTC. Berdasarkan penemuan sbb: Ditemukan molten metal (logam panas cair) di puing-puing reruntuhan menara kembar WTC, yang merupakan bukti terjadinya peningkatan suhu melewati kemampuan suhu Api, yang hanya bisa terjadi oleh reaksi “eksotermik” (pelepasan energi panas) oleh serbuk mesiu Nano-thermite. Bisa ditebak, NIST segera membantah penemuan Bukti fisik ini dengan melempar Teori bahwa logam cair panas tersebut adalah Alumunium yang berasal dari bagian Pesawat yang lumer terbakar. Dan tentunya NIST memberikan kesimpulan ini tanpa melakukan analisa Laboratorium. * Jet fuel mampu menghasilkan suhu maksimal 980°C dalam ruangan isolated (terisolir), yang mana kondisi lantai 70-90 pencakar langit WTC dengan dinding menganga sebesar badan pesawat, sama sekali Tidak masuk kategori “terisolir”, yang membuatnya masuk ke kategori Open Air Burning (pembakaran di udara terbuka), gambar bawah: Pembela cerita serangan “Teroris” 9/11 akan berargumen 38.000 liter bahan bakar Pesawat akan meningkatkan suhu yang dihasilkan dari pembakaran, namun asumsi ini telah dibuktikan salah oleh Professor Thomas W. Eagar, Professor of Materials and Systems Engineering, dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), karena kuantitas bahan bakar tidak meningkatkan suhu, namun hanya memperluas daerah penyebaran panas. Bahkan apabila 38.000 liter bahan bakar meningkatkan suhu Api sampai 2x lipat: 600 derajat Celcius, masih tetap Belum mampu “melemahkan” kolom penyangga, karena kekuatan baja baru terkompromi pada suhu diatas 800 derajat Celcius. Bahkan dalam kondisi tersebut pun, kolom-kolom baja masih akan masih mampu menyangga, karena struktur WTC didesain untuk menahan beban sampai 5x beratnya. Footnote: (31) Internationally Standardized Unleaded/Paraffin Oil-based Fuel JET A-1 (US JET A), by ME PETROLEUM Carbon Steel (baja) punya melting point (titik lebur) pada kisaran 1500 derajat Celcius Jet fuel (bahan bakar pesawat) menghasilkan suhu 260-315 derajat Celcius diudara terbuka* (31) Suhu Api dari jet fuel Tidak cukup untuk “lemahkan” baja struktur WTC
  • 26. Pencakar langit Tidak runtuh karena Api: The First Interstate Tower Pencakar Langit 64 lantai di Los Angeles, AS. Kebakaran hebat mulai dari lantai 12, api melahap 5 lantai (sampai lantai 17). Baru bisa dipadamkan setelah 3,5 jam.  3,5x lebih lama dari South Tower WTC, api lebih hebat, dan tidak runtuh. Pencakar langit Tidak runtuh karena Api: One Meridian Plaza Pencakar Langit 38 lantai di Philadelphia, AS. Kebakaran hebat mulai dari lantai 22, api melahap 8 lantai (sampai lantai 30). Baru bisa dipadamkan setelah 19 jam.  19x lebih lama dari South Tower WTC, api lebih hebat, dan tidak runtuh. Pencakar langit Tidak runtuh karena Api: The Windsor Tower Pencakar Langit 32 lantai di Madrid, Spanyol. Kebakaran hebat mulai dari lantai 21, api melahap seluruh lantai. Baru bisa dipadamkan setelah 24 jam.  24x lebih lama dari South Tower WTC, api lebih hebat, dan tidak runtuh.
  • 27. Pembela cerita serangan “Teroris” akan berargumen bahwa perbandingan yang valid (sah), harus menggunakan gedung pencakar langit dengan desain struktur yang sama persis, yang juga telah ditabrak oleh Pesawat komersial. Tentu saja ini adalah upaya memaksakan pendapat lemah, karena kesimpulan yang diambil baik oleh FEMA, NIST, maupun 9/11 Commission adalah: menara kembar WTC tidak runtuh oleh benturan Pesawat, melainkan oleh kolom penyangga baja yang kehilangan kekuatan akibat kebakaran. Bahkan NIST sendiri telah menggunakan Kebakaran pada dua gedung pencakar langit tersebut sebagai perbandingan: “therefore concluded that the fires in First Interstate Bank and One Meridian Plaza were at least as severe, and probably more severe, than the fires in WTC.” Terjemahan: bersama ini menyimpulkan bahwa Kebakaran yang terjadi di First Interstate Tower dan One Meridian Plaza adalah sama hebat, bahkan lebih hebat dari Kebakaran di WTC. (32) Gambar atas: juga berasal dari Laporan resmi NIST, pada gambar paling kiri dapat dilihat bahwa benturan Pesawat Tidak membuat kerusakan signifikan pada Core Structure (struktur inti), melainkan hanya merusak kurang dari 1/3 bagian Core Structure. Sedangkan pada dua gambar paling kanan, dapat dilihat bahwa gedung First Interstate Tower memiliki Core Structure yang mirip dengan menara kembar WTC. (33) Propaganda Pemutar-balikan Fakta: Biro Pemerintah AS berusaha keras untuk menutupi & mendiskreditkan seluruh Fakta yang bertolak-belakang dengan cerita serangan “Teroris” 9/11. Media tutup mata, malah balik menyerang para Ilmuwan Ahli yang menemukannya. Namun Metoda paling efektif untuk “membungkam” Fakta-Fakta tersebut adalah melalui pemutar-balikan fakta, yakni: memberikan Label “Teori Konspirasi”, seperti yang dilakukan oleh Wikipedia, yang tak kenal lelah dan selalu sigap menerbitkan banyak artikel “Teori Konspirasi”. Footnote: (32) NIST “National Construction Safety Team on the Collapses of the World Trade Center Tower, (NCSTAR) vol.1-9, Final Report, page 341 (33) NIST NCSTAR vol.1-2, pages 222-223 Rekapan Fakta-Fakta: berdasarkan temuan Ilmuwan Ahli, hukum fisika, dan Laporan Biro Pemerintah AS: 1. Jet fuel (bahan bakar pesawat) menghasilkan suhu 260-315 derajat Celcius pada pembakaran udara terbuka, 2. Baja baru melemah pada suhu diatas 800 derajat Celcius, dan baru mencair pada suhu 1500 derajat Celcius, 3. Ilmuwan Ahli menemukan logam panas cair yang Tidak dapat disebabkan oleh Api dari Jet fuel di udara terbuka, 4. Ilmuwan Ahli menemukan bukti kandungan Nano-thermite (bahan peledak militer) pada sampel debu WTC, 5. Nano-thermite mampu ciptakan semburan suhu lebih tinggi dari titik lumer Baja dalam proses pembakaran, 6. Gedung pencakar langit lain, dengan kebakaran lebih hebat dan lebih lama, tidak menyebabkan keruntuhan, 7. Biro Pemerintah NIST menggunakan First Interstate Tower dan One Meridian Plaza sebagai perbandingan, 8. Biro Pemerintah NIST mengakui Kebakaran First Interstate Tower dan One Meridian Plaza lebih hebat dari WTC, 9. Laporan NIST menunjukan kerusakan Core Structure WTC akibat benturan Pesawat Tidak terlalu parah, 10. First Interstate Tower memiliki Core Structure yang mirip dengan Core Structure menara kembar WTC,
  • 28. Laporan yang diterbitkan oleh Biro Pemerintah AS, baik Building Performance Study (BPS) oleh FEMA, juga dari NIST ,didukung oleh Profesor Zdeně k Bažant dari Civil and Environmental Engineering Faculty Northwestern University, memberikan Teori “Pancake” yang berbunyi: “the kinetic energy imparted by a falling upper section onto the floor below was an order of magnitude greater than that which the lower section could support.” Terjemahan: energi kinetik dari lantai atas yang jatuh ke lantai bawah, memiliki intensitas yang lebih besar lebih besar daripada kemampuan lantai bawah menyangga, sehingga menyebabkan keruntuhan. Teori Absurd melawan Hukum Fisika Newton: Teori “Pancake” ini memaksa kita untuk percaya bahwa Core Struktur (struktur inti) dari 80 lantai menara WTC (yang notabene sanggup menahan beban sampai 5x beratnya), tidak sanggup menahan beban 30 lantai atasnya. Namun yang menjadi Blunder Fatal adalah: Teori “Pancake” ini melawan Hukum Alam. Isaac Newton, adalah “Bapak Ilmu Pengetahuan” yang meneliti gejala alam dan menuangkannya dalam Rumusan yang menjadi standar acuan sampai hari ini. Salah satu Hukum Fisika Isaac Newton bernama “Newton First Law of Motion: The Law of Inertia” (Hukum Gerak: hukum inersia) berbunyi: “an object in motion tends to stay in motion with the same speed and same direction” Terjemahan: obyek bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan yang sama dan arah yang sama. Ini adalah contoh Propaganda Pemutar-balikan Fakta yang dilancarkan Pemerintah AS beserta para Akademisi kroni-nya, yakni: memaksa warga dunia untuk percaya kepada Teori yang bertentangan dengan hukum alam, sambil mendiskreditkan Fakta-Fakta yang bertolak-belakang dengan cerita resmi mereka.
  • 29. Kesimpulan menara kembar WTC: Dunia dibanjiri oleh artikel “Teori Konspirasi” yang mendiskreditkan Fakta-Fakta lapangan yang bertolak-belakang dengan cerita resmi serangan “Teroris”, diantaranya: artikel WIKIPEDIA: World Trade Center controlled demolition conspiracy theories. Namun pemberian Label “Teori Konspirasi” tidak mengubah Fakta bahwa: Bukti-Bukti Forensik temuan para Ilmuwan Ahli, disertai penggunaan Logika dan Hukum Fisika, telah membuktikan bahwa Teori yang diberikan oleh “cerita resmi” adalah Absurd. (34) REKAYASA “WAR AGAINST TERROR” Pada pagi hari na’as tanggal 11 September, American Airlines Flight 77 lepas landas dari bandara udara Washington Dulles International pada jam 8:20, dipiloti oleh seorang Arab bernama Hani Hanjour. Flight 77 kemudian ditabrakan Hani Hanjour ke Pentagon pada jam 9:37. Cerita yang disajikan: Berdasarkan Laporan “9/11 Commission”, Pesawat American Airline Flight 77 tidak menjawab komunikasi Radio Petugas ATC pada jam 8:50, serta-merta mematikan “Transponder” menyembunyikan sinyal identifikasi Pesawat. Namun NORAD baru menerbangkan dua jet tempur F-16 Fighting Falcon dalam status “permanent 15-minute alert” dari Langley Air Force Base, Virginia (jarak 200 kilometer dari Pentagon) pada jam 9:30, yakni membutuh waktu total 40 menit terhitung dari Flight 77 tidak dapat dihubungi oleh Petugas ATC! ini Absurd karena: 1. Berdasarkan SOP Federal Aviation Administration (FAA), petugas ATC diwajibkan segera melaporkan ke FAA Control Center seketika Pesawat Flight 77 memutuskan hubungan, yang mana FAA segera meneruskan laporan tersebut ke NMCC Pentagon, lalu ke NORAD, Transponder dimatikan oleh “Teroris”, yang berdasarkan SOP FAA masuk kategori “sangat mencurigakan”, yang seharusnya mempercepat pengambilan keputusan, F-16 Fighting Falcon memiliki Top speed 2 Mach (2x kecepatan suara). 1 Mach = 1200 km/jam. Maka 2 Mach = 2.400 km/jam (40 km/menit), yang berarti jet tempur F-16 dari Langley Airbase dapat tiba Pentagon hanya dalam waktu 5 menit dalam Top speed 2 Mach, atau dapat tiba di Pentagon pada jam 9:35, yakni 2. 3. 2 menit sebelum Flight 77 ditabrakan pada 9:37. Namun kedua jet tempur F-16 tersebut baru tiba di Pentagon 19 menit kemudian pada jam 9:49, yang berarti terbang 630 km/jam, atau hanya menggunakan sekitar 26% dari kemampuan Top speed-nya. Footnote: (34) http://en.wikipedia.org/wiki/World_Trade_Center_controlled_demolition_conspiracy_theories Bahkan kedua jet tempur F-15 dari Otis Airbase yang tiba jam 9:11 di WTC (berjarak 370 kilometer dari Pentagon), masih dapat mencegat Hani Hanjour menabrakan Flight 77 ke Pentagon 6,8 menit pada kecepatan Top speed 2,7 Mach, yakni tiba pada jam 9:17, atau 20 menit sebelum kejadian!
  • 30. Alasan-alasan Absurd: Bertahun-tahun kemudian, FAA dan NORAD berdalih, bahwa alasan jet-jet tempur tersebut tidak sempat mencegat pada waktunya, adalah disebabkan FAA yang meminta kepada NORAD untuk menunda kedatangan Jet tempur dengan alasan khawatir terjadi kecelakaan udara karena tingginya lalu lintas penerbangan disekitar New York. Alasan paling Absurd yang pernah diberikan dalam situasi “Pembajakan Pesawat”. Kronologis kejadian yang melanggar kaidah-kaidah akal sehat ini membuktikan satu hal, yakni: telah terjadinya pelanggaran SOP berat yang dilakukan oleh FAA, Pentagon, dan NORAD, yang mengindikasikan telah dilakukannya Pembiaran oleh Pemerintah AS atas serangan “Teroris” pada 11 September 2001. Pertanyaan mendasar yang pasti muncul di benak orang waras saat bayangkan skenario “Pembajakan pesawat” pada 11 September adalah: Bagaimana orang Arab bersenjatakan pisau Cutter bisa menguasai pesawat, yang pintu ruangan cockpit-nya sekokoh lemari besi? Dan bagaimana para “Teroris” tersebut menguasai panel kemudi rumit pesawat komersial, dan bermanuver sulit pada kecepatan tinggi layaknya seorang Pilot jet tempur di film “Top Gun”? Mempersiapkan “Bride” (Pengantin): Setelah Laporan “9/11 Commission” rampung disusun oleh Pansus DPR AS, seluruh dokumen disimpan di National Archives and Records Administration (NARA), dan dikunci selama 4,5 tahun sampai akhirnya dibuka untuk publik pada tahun 2009. Berikut ini adalah penyelidikan yang dilakukan oleh Mark H. Gaffney, seorang peneliti dan penulis di AS, terhadap Laporan 9/11 Commission mengenai sang “Teroris” Hani Hanjour: Hani Hanjour, asal Arab Saudi, mendaftar ke Sekolah Pilot Sierra Academy of Aeronautics di Oakland, Amerika pada September 1996, mengambil kursus Flight Training (pelatihan pilot pesawat), namun menghilang setelah menghadiri kelas orientasi berdurasi 30 menit pada 8 September, dan tidak pernah kembali lagi (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita CBS 10/10/2001, San Francisco Chronicle 10/10/2001, Associated Press 10/11/2001, dan Star-Tribune 12/21/2001). Akhir tahun 1996, Hani Hanjour mendaftar ke CRM Airline Training Center di Scottsdale, Arizona, mengambil kursus 3 bulan untuk mendapatkan Private Pilot’s License PPL (surat izin pesawat pribadi), yang mana Hani Hanjour dinyatakan tidak lulus (diperkuat oleh penyelidikan oleh Kantor Berita Los Angeles Times 9/27/2001). Duncan Hastie, pemilik dari CRM Airline Training Center, memberikan pernyataan mengenai Hani Hanjour, “a weak student, who was wasting our resources”, Terjemahan: seorang pelajar tidak pintar yang hanya membuang-buang waktu kami. (35) Footnote: (35) “Hanjour an Unlikely Terrorist” (Cape Cod Times), by Amy Goldstein, Lena Sun, & George Lardner Melanggar kaidah akal sehat: Cerita resmi serangan “Teroris” 9/11 cenderung untuk mengesampingkan logika dalam menalar kejadian, yang sayangnya juga dilakukan oleh sebagian besar warga dunia, yang percaya begitu saja pada cerita-cerita tidak masuk akal tersebut, 1. Mengapa peringatan Jaksa Schippers dan ketiga Agen FBI yang menunjukan waktu & tempat serangan diacuhkan? 2. Mengapa transaksi mencurigakan Wall Street yang indikasikan pengetahuan akan serangan tidak ditindaklanjuti? 3. Mengapa butuh waktu 40 menit untuk FAA dan NORAD mengambil tindakan dalam situasi Pembajakan Pesawat? 4. Mengapa para pilot F-15 dan F-16 tidak memacu Jet tempur-nya untuk mencegat, sampai akhirnya terlambat? 5. Mengapa Api dari Jet fuel bersuhu 260-315 derajat C, dapat meruntuhkan Baja dengan titik lebur 1500 derajat C? 6. Mengapa kebakaran lebih hebat pencakar langit First Interstate dan One Meridian tidak menyebabkan keruntuhan? 7. Mengapa menara kembar WTC runtuh “terjun bebas” yang hanya bisa terjadi bila lantai bawahnya “dilemahkan”? 8. Mengapa penemuan Ilmuwan Ahli akan Nano-thermite (bahan peledak militer) diacuhkan oleh Pemerintah AS? 9. Mengapa Pemerintah AS mengandalkan Teori “Pancake” yang melanggar kaidah hukum alam / hukum fisika? 10. Mengapa militer AS invasi Irak yang tak ada sangkut-pautnya, & berbohong soal senjata pemusnah massal WMD? Ini hanya beberapa (dari sekian banyak pertanyaan mendasar) yang menunjukan kecendrungan cerita Tragedi 9/11 untuk mengesampingkan logika dalam penyajiannya.
  • 31. Duncan Hastie juga menyatakan, “He was not able to fly solo in a small plane, which is equivalent to getting out of a parking space [in a car] and stopping.”, Terjemahan: Ia tidak dapat mengendalikan Pesawat kecil, bagaikan tidak mampu untuk parkir dan menginjak rem saat mengendalikan mobil. Lalu Hani Hanjour kembali menghilang, dan baru muncul lagi pada Desember 1997. Namun saat itu juga Hani Hanjour kembali dinyatakan tidak lulus mendapatkan PPL single-engine aircraft (pesawat kecil bermesin tunggal). Setelah itu, Hani Hanjour menghubungi CRM Airline Training Center sebanyak 2x dalam setahun meminta pelatihan pilot pesawat komersial, namun ditolak oleh Duncan Hastie dengan alasan, “he wanted to be an airline pilot, that’s why I didn’t allow him to come back. I thought, You’re never going to make it”. Terjemahan: ia ingin menjadi pilot pesawat komersial, makanya saya tidak izinkan untuk kembali, karena menurut saya dia tidak akan berhasil.” (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita Los Angeles Times 27/9/2001, Chicago Tribune 2/10/2001, dan Washington Post 10/9/2002). Setelah ditolak CRM Airline Training Center, Hani Hanjour mendaftar ke Sawyer Aviation, sekolah penerbangan berstandar rendah di Amerika yang dikenal tidak sulit menerima murid. Wes Fult, manajer dan instruktur di Sawyer memberikan pernyataan, “He had only the barest understanding of what the instruments were there to do.”, Terjemahan: Ia memiliki pemahaman sangat dasar dalam mengoperasikan instrumen pesawat. Setelah menggunakan Flight Simulator (mesin simulasi terbang) hanya sebanyak 3-4x, Hani Hanjour kembali menghilang. Wes Fult menambahkan, “he got overwhelmed with the instruments” in the school’s flight simulator.”, Terjemahan: ia bingung menggunakan instrumen pesawat pada mesin simulasi terbang. (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita Washington Post 15/10/2001. Anehnya, setelah dinyatakan tidak lulus oleh 2 sekolah penerbangan (CRM dan Sawyer), Hani Hanjour mendapatkan Izin Pilot pada April 1999! Federal Aviation Administration (FAA) memberikan “Airplane Multi-Engine Land / Commercial Pilot” (izin pilot pesawat komersial Besar) kepada orang yang bukan saja tidak mampu mengendalikan pesawat Kecil, tapi juga tidak menguasai bahasa inggris yang cukup. Sebagai catatan: pada tahun 2001, Arizona Flight School (sekolah penerbangan Arizona) mengadukan Hani Hanjour ke FAA sebanyak 5x sehubungan buruknya kemampuan bahasa Inggris-nya, yang tidak digubris oleh FAA. Hani Hanjour juga tidak lulus ujian tulisan untuk SIM (surat izin mengemudi) beberapa minggu sebelum Tragedi 9/11.  FAA kelak akan berdalih bahwa Izin Pilot pesawat komersial Hani Hanjour diberikan oleh outsourcing (pegawai kontrak FAA) bernama Daryl Strong, yang diduga telah menerima sogokan dan meluluskan Hani Hanjour. Sebuah alasan Absurd yang mengada-ada, karena Daryl Strong, yang konon menerima sogokan, dan memberikan Izin Pilot kepada “Teroris” yang kemudian digunakan untuk “menghancurkan Amerika” pada Tragedi 9/11 tersebut tidak dihukum. Tidak dihukum? Sebuah sekolah penerbangan bernama Jet Tech, Phoenix, Arizona, pernah mempertanyakan Izin Pilot Hani Hanjour kepada FAA dikarenakan bahasa inggris-nya yang begitu buruk. Peggy Chevrette, manajer operasi dari Jet Tech melayangkan pengaduan ke FAA, “he displayed a lack of understanding of some basic concepts. I couldn’t believe that he had a license of any kind with the skills that he had.”, Terjemahan: ia gagal menunjukan pemahaman konsep yang paling dasar. Saya tidak mengerti bagaimana dia bisa mendapatkan izin pilot, dengan kemampuan yang dia punya. Setelah beberapa kali Peggy Chevrette melayangkan protes, FAA mengirimkan inspektur John Anthony ke Jet Tech, namun menyatakan tidak melihat ada masalah dengan Izin Pilot Hani Hanjour dan tidak mengambil tindakan. Anehnya lagi, Pan Am International (pemilik dari Jet Tech) menghentikan operasi dan menutup Jet Tech setelah Tragedi 9/11. (diperkuat oleh penyelidikan Kantor Berita FOX, New York Times, Associated Press). (36)(37)(38) Footnote: (36) “FAA Probed, Cleared Sept. 11 Hijacker in Early 2001” (FOX News), 10 May 2002 (37) “A Trainee Noted for Incompetence” (New York Times, 4 May 2002) by Jim Yardley (38) “Report: 9/11 Hijacker Bypassed FAA” (Associated Press), 13 June 2002 Pemerintah AS memberi Izin Pilot pesawat Besar ke orang Arab yang dinyatakan Tidak Lulus mempiloti pesawat Kecil oleh 2 Sekolah, dan tidak bisa berbahasa inggris dengan baik.
  • 32. Pada 29 Mei 2001, Hani Hanjour menyewa sebuah pesawat kecil dari Teterboro Airport, New Jersey, dan terbang ditemani instruktur, namun ditolak ketika mencoba merental kedua kalinya. Sang instruktur memberikan kesaksian ke “9/11 Commission”, “would not allow it because of Hanjour’s poor piloting skills”. Terjemahan: tidak memberikan izin karena buruknya kemampuan pilot Hanjour. (39) Lalu pada tanggal 16-17 Agustus 2001, Hani Hanjour kembali mencoba menyewa pesawat dari Freeway Airport, Maryland, 32 kilometer dari Wahington. Meskipun menunjukan Izin Pilot FAA-nya, manajer Freeway Airport tetap meminta Hani Hanjour terbang bersama Instruktur. Selama dua hari terbang menggunakan pesawat kecil mesin tunggal tipe Cessna 172, instruktur Sheri Baxter dan Ben Conner melaporkan ke manajer bahwa Hani Hanjour memiliki kemampuan buruk dalam mengemudikan pesawat dan berbahasa inggris, dan berdasarkan penilaian tersebut, Freeway Airport menolak menyewakan pesawat. (40) Mempersiapkan “Bride” (Pengantin): Yang paling menarik adalah petikan Laporan “9/11 Commission” yang menyebutkan bahwa Hani Hanjour pernah menyewa sebuah pesawat kecil tipe Cessna 172 dari Congressional Air Charter, dekat Gaithersburg airport, dan instruktur tempat tersebut yang bernama Eddie Shalev memberikan kesaksian ke 9/11 Commission yang berbunyi, “Hanjour successfully conducted a challenging certification flight supervised by an instructor, landing at a small airport with a difficult approach.” Terjemahan: Hanjour sukses menyelesaikan sertifikasi terbang, mampu mendarat di lapangan terbang kecil yang punya tingkat kesulitan tinggi. (41) Siapakah Eddie Shalev? Identitas instruktur yang memberikan “dua jempol” kepada kemampuan Hanjour mengemudikan pesawat sempat menjadi misteri, sampai penyelidikan Mark Gaffney berhasil menguak tabir tersebut. Berdasarkan dokumen yang diterbitkan ke publik oleh National Archives pada Januari 2009, yang berjudul “Memorandum for the Record”. Diketahui seorang Eddie Shalev ternyata memiliki nama asli Guigui Shalev, anggota militer linud (lintas udara) IDF Israel Defense Force (militer Israel). Anehnya, Eddie “Guigui” Shalev pindah kerja ke airport Congressional Air Charters pada April 2001, bertepatan dengan kunjungan Hanjour. Kebetulan? (42)  Ketika Mark Gaffney mencoba menghubungi kediaman Eddie Shalev di Gaithersburg, Maryland, menemukan bahwa nomor telepon yang bersangkutan telah diputus. Mark Gaffney lalu mendatangi Departemen Imigrasi AS dan menemukan bahwa VISA Eddie Shalev telah habis pada Juli 2004, dan yang bersangkutan telah pulang ke Israel. Footnote: (39) “The 9/11 Commission Report”, Final Report of the National Commission on Terrorist Attacks Upon the United States 2004, p. 242. (40) “Tracing Trail of Hijackers” (Newsday, 23 September 2001), by Thomas Frank (41) “The 9/11 Commission Report”, p. 531, note 170. (42) “The 9/11 Mystery Plane: And the Vanishing of America” (Trine Day) by Mark Gaffney Pernyataan Eddie Shalev ini adalah satu-satunya pernyataan instruktur yang memuji kemampuan terbang Hani Hanjour, yang bertolak belakang dengan seluruh pernyataan dari instruktur lainnya, juga bertolak-belakang dengan penilaian dan evaluasi semua Sekolah Pilot terhadap Hani Hanjour.
  • 33. Kesampingkan Logika dan Akal Sehat: Dari awal sampai akhir, cerita resmi serangan “Teroris” 9/11 penuh dengan alasan-alasan Absurd yang tidak masuk akal, bahkan Teori-teori yang melawan Hukum Fisika. Laporan “9/11 Commission” tentunya hanya menyertakan “Bukti-Bukti” mendukung, dan mengacuhkan Fakta-Fakta lapangan yang bertentangan. Warga dunia diminta untuk mengesampingkan Logika dalam mencerna cerita Tragedi 9/11, Pertanyaan-pertanyaan diatas tidak perlu dipermasalahkan, karena hanya akan “mengganggu keindahan” cerita serangan sekelompok “Teroris” Arab, yang dipimpin oleh Iblis super Jenius bernama Osama bin Laden, yang memiliki ilmu sihir nan sakti, yang bisa membuat Jet tempur menjadi lamban, mampu melumerkan kolom penyangga Baja, menguapkan lantai-lantai gedung pencakar langit sehingga jatuh bebas, menghipnotis FAA untuk memberikan Izin Pilot Boeing kepada Hanjour (yang masih bingung mempiloti Cessna), menyulap pisau Cutter jadi “Lightsaber” bak ksatria Jedi dari film Star Wars, dan menyulap Hanjour menjadi pilot jet tempur bak Tom Cruise di film “Top Gun”. Karena Logika dan Akal Sehat adalah “Teori Konspirasi” bagi Tragedi 9/11. Operasi ‘Black Ops’ CIA:Seperti yang dikatakan oleh Kolonel X kepada Jaksa Jim Garrison, “Sesuatu yang absurd dan berbau Operasi ‘Black Ops’ CIA.”. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: bila cerita di “ hulu” ternyata tak lebih dari sebuah rekayasa, lalu bagaimana nasib cerita-cerita “ hilir” -nya? Tentu saja bisa dipastikan tidak akan jauh berbeda. GIGO (Garbage In Garbage Out), jargon iptek yang berarti “asupan sampah akan hasilkan sampah juga”, rasanya cukup tepat untuk menjelaskannya. Bisa diduga, Metoda Mempersiapkan “Bride” (pengantin) inilah yang diturunkan CIA kepada DENSUS 88 Anti Teror, sebuah Datasemen khusus bagian dari POLRI yang “menanggulangi terorisme”. Bride (pengantin) adalah istilah yang digunakan bagi orang-orang yang akan dimanipulasi menjadi calon “Teroris”, melalui ajaran-ajaran Fanatisme dan Radikalisme, ditambah variabel kemiskinan, tidak sulit untuk mendorong orang-orang (yang umumnya berasal dari desa-desa terpencil) untuk melakukan aksi bunuh diri, dengan garansi masuk surga melalui “Jihad”, kenyataannya cuma menjadi alat pendukung cerita fiksi “War against Terror” yang diorkestrasi Amerika untuk justifikasi invasi ke Afghanistan dan Irak. “Special Detachment 88 (Detasemen Khusus 88), Delta 88, or Densus 88, is a Special Forces Indonesian counter- terrorism squad. Formed on 30 June 2003, after the 2002 Bali bombings, it is funded, equipped, and trained by the United States and Australia”. Terjemahan: DENSUS 88 adalah satuan anti-terorisme yang dibiayai, dipersenjatai, dan dilatih oleh Amerika Serikat dan Australia. Mungkin menjelaskan sedikit isyu santer rekening gendut Da’i Bachtiar (mantan Kapolri era Megawati), yang konon mencapai 1,2 triliun yang ramai diberitakan beberapa tahun silam. Yakni: semuanya tak lebih dari Skenario Pembiayaan “Sandiwara Terorisme” oleh CIA, melalui Rekayasa “Bom Bali” 12 Oktober 2002 di Paddy's Pub dan Sari Club yang menyebabkan 202 jiwa melayang. Sebuah harga yang mungkin “layak” untuk menjaga ilusi “War Agains Terror”. (43) Footnote: (43) WIKIPEDIA: Detachment 88, http://en.wikipedia.org/wiki/Detachment_88 1. Jangan tanya bagaimana “Teroris” bisa mendongkel pintu Baja Cockpit hanya menggunakan pisau Cutter, 2. Jangan tanya mengapa FAA meminta NORAD menunda kedatangan Jet tempur dengan alasan “lalu lintas ramai”, 3. Jangan tanya mengapa FAA memberikan Izin Pilot pesawat Besar kepada orang yang tidak lulus pesawat Kecil, 4. Jangan tanya mengapa petugas FAA yang disogok untuk memberikan Izin Pilot ke Teroris tidak dihukum mati, 5. Jangan tanya mengapa FAA tidak menggubris pengaduan-pengaduan kemampuan bahasa Inggris Hani Hanjour, 6. Jangan tanya mengapa Sekolah Penerbangan yang melayangkan protes malah ditutup setelah kejadian serangan, 7. Jangan tanya bagaimana anggota militer Israel Eddie Shalev bisa muncul menjadi instruktur, lalu menghilang, 8. Jangan tanya mengapa Eddie Shalev memuji kemampuan Hanjour, sementara instruktur lain berkata sebaliknya, 9. Jangan tanya bagaimana kesaksian Eddie Shalev ternyata “memutihkan dosa” FAA memberi Izin Pilot ke Hanjour, 10. Jangan tanya mengapa militer AS masih di Afghanistan meskipun Osama bin Laden konon telah ditewaskan,
  • 34. Joe Vialls, seorang jurnalis berdomisili di Perth, Australia, spesialis investigative journalism, pergi ke Bali tahun 2002 untuk melakukan penyelidikan sesaat setelah kejadian. Berdasarkan hasil investigasinya, Vialls menyimpulkan bahwa kerusakan yang dibuat oleh bom di Paddy's Pub dan Sari Club, tidak mungkin disebabkan oleh jenis TNT seberat 1 kilogram, dan RDX berbobot 50-150 kilogram seperti yang diklaim oleh POLRI. Analisa Joe Vialls juga dilansir oleh harian Jakarta Post, surat kabar bahasa inggris untuk konsumsi ekspatriat di Indonesia. Vialls juga memberikan pernyataan bahwa ia memiliki bukti-bukti kuat yang menunjukan bom Marriott Hotel Jakarta, dan bom Kedutaan Australia adalah rekayasa CIA dan Mossad. Sayangnya Joe Vialls meninggal pada 17 Juli 2005 di Royal Perth Hospital, Western Australia. Bisa ditebak, Wikipedia sigap melabeli Joe Vialls sebagai seorang “Teoris Konspirasi”. “Rekayasa Terorisme” ini kelak juga akan memiliki “dwifungsi” (kegunaan ganda) yang cukup aplikatif dalam politik praktis RI, yakni diduga digunakan sebagai metoda Diversion Tactic (pengalihan isyu) oleh administrasi inkumben. “Penembakan Dulmatin” pada 9 Maret 2010 yang dilakukan DENSUS 88 tepat saat berlangsungnya sidang paripurna DPR kasus Bank Century. Atau “Bom Buku” yang meledak di kediaman musisi Ahmad Dhani pada 15 Maret 2011 tepat saat hebohnya pemberitaan korupsi Presiden SBY oleh “T he ag e an d Sid ne y m or ni ng he ra ld” . Atau“Bom Mapolres Cirebon” pada 15 April 2011 yang meledak tepat saat pemberitaan drama penyanderaan Kapal Indonesia oleh Perompak Somalia. Kebetulan? Satu hal yang pasti: kasus terorisme di Indonesia adalah kasus terorisme yang paling “pandai” memilih waktu tepat bersamaan dengan saat hebohnya peristiwa politik yang mendiskreditkan orang terkuat di negeri ini. KORPORASI DIBALIK REKAYASA SERANGAN TERORIS 9/11 “I cannot think of a time when we have had a region emerge as suddenly to become as strategically significant as the Caspian." But the oil and gas there is worthless until it is moved.” (Dick Cheney, Wapres AS 2001-2009) Terjemahan: “Saya tidak menyangka Laut Caspia bisa menjelma menjadi wilayah yang sangat vital dan strategis.” Namun Minyak dan Gas dari sana tidak akan berguna apabila tidak bisa dipindahkan. (44)Dick Cheney, mantan wakil presiden AS era George W. Bush, juga mantan Menteri Pertahanan era George H. Bush (ayah dari George W. Bush). Selama Cheney menjadi Menhan, H.Bush melancarkan tiga aksi militer besar: invasi ke Panama 1989, Perang Teluk 1991, dan Somalia 1992. Namun yang menarik untuk disimak adalah: Brown & Root, perusahaan kontraktor raksasa sponsor utama presiden Lyndon Johnson yang memenangkan seluruh tender proyek fisik perang Vietnam, melalui Dick Cheney, Brown & Root akan menikmati banyak lagi proyek dari Department of Defense (DOD) Pentagon. Pada tahun 1992, melalui Cheney, Pentagon membayar Brown & Root 8,9 juta Dollar untuk penyusunan Laporan “Riset & Analisa peran Perusahaan Swasta sebagai suplier Logistik untuk Militer AS di zona-zona perang”. Pada tahun yang sama, Brown & Root memenangkan tender kontrak 5-tahun dari U.S. Army Corps of Engineers (divisi teknik militer AS) untuk mensuplai logistik bagi tentara Amerika di Zaire, Haiti, Somalia, Kosovo, daerah Balkan, sampai Arab Saudi. Berdasarkan data yang didapat dari U.S. Army Corps of Engineers, selama tahun 1992-1999, Pentagon membayar Brown & Root 1,2 milyar Dollar atas kontrak suplai logistik tersebut. Tak hanya itu, Brown & Root menerima lagi pembayaran 731 juta Dollar untuk proyek fisik di daerah Balkan, dan 100 juta Dollar untuk proyek renovasi Kedutaan AS diseluruh dunia. Laporan yang disusun Brown & Root tersebut kelak akan menjadi Blueprint bagi hubungan yang “mesra” antara Militer AS dengan perusahaan kontraktor swasta tertentu, yang juga dikenal dengan “War profiteering” (manipulasi perang demi keuntungan). (45) Footnote: (44) “America's pipe dream” (The Guardian UK, 23 October 2001), by George Monbiot (45) “Cronies: Oil, the Bushes, and the Rise of Texas” (PublicAffairs, 2004), Robert Bryce