Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam yang berdiri di Aceh, Sumatra Utara pada abad ke-15. Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17, Kerajaan Aceh mengalami masa keemasannya dengan berhasil mengalahkan Portugis. Namun kemudian Kerajaan Aceh mengalami kemunduran akibat penguasaan Belanda di Sumatra dan perebutan tahta.
2. Latar Belakang
Kesultanan Aceh Darussalam
merupakan sebuah kerajaan Islam
yang pernah berdiri di provinsi
Aceh, Indonesia. Kesultanan
Aceh terletak di utara pulau
Sumatera dengan ibu kota Bandar
Aceh Darussalam.
Pada awalnya kerajaan ini berdiri
atas wilayah Kerajaan Lamuri,
kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah
kerajaan sekitarnya mencakup
Daya serta Pedir. Selanjutnya
pada tahun 1524 wilayah Pasai
sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh.
3. Letak Geografis
Di abad 15 Kerajaan Aceh
didirikan oleh Mudzaffar
Syah terletak di Pulau
Sumatra bagian utara, dekat
dengan jalur perdagangan
dan pelayaran internasional.
Wilayahnya terbentang dari
daerah Deli sampai
semenanjung Malaka.
Gambar 1.1. Mudzaffar Syah
4. Kehidupan Politik
Sultan Ali Mughayat Syah
Ia memerintah tahun 1514 – 1528 M.
Di bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh
melakukan perluasan ke beberapa
daerah yang berada di daerah Daya dan
Pasai.
Bahkan melakukan serangan terhadap
kedudukan bangsa Portugis di Malaka
dan juga menyerang Kerajaan Aru.
Sultan Salahudin
Berdasarkan Bustanus salatin ( 1637 M ), Raja – raja yang
pernah memerintah di Kerajaan Aceh :
Setelah Sultan Ali Mughayat wafat,
pemerintahan beralih kepada putranya
yang bergelar Sultan Salahuddin. Ia
memerintah tahun 1528 – 1537 M.
Selama menduduki tahta kerajaan ia
tidak mempedulikan pemerintahaan
kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai
goyah dan mengalami kemerosotan
yang tajam.
5. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 – 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk
perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah
kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap Kerajaan Malaka meski gagal.
Sultan Iskandar Thani
Ia memerinatah Aceh tahun 1636 – 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia
melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya,
muncul seorang ulama besar yang bernama Nuruddin ar-Raniri. Ialah yang menulis
buku sejarah Aceh berjudul Bustanu salatin.
6. Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan
Aceh tahun 1607 – 1636 M. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Aceh mengalami
kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi
kerajaan besar dan berkuasa atas
perdagangan Islam, bahkan menjadi bandar
transito yang dapat menghubungkan dengan
pedagang Islam di dunia barat.
7. Kehidupan Masa Kerajaan Aceh
Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sosial, di Aceh muncul
dua golongan yang saling berebut
pengaruh, yakni golongan Teuku dan
golongan Tengku. Golongan teuku adalah
kaum bangsawan yang memegang
kekuasaan sipil. Adapun golongan
tengku adalah kaum ulama yang
memegang peranan penting dalam
bidang agama.
Kehidupan Ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian
Kerajaan Aceh bekembang pesat.
Dearahnya yg subur banyak
menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh
atas daerah – daerah pantai timur dan
barat Sumatera menambah jumlah
ekspor ladanya. Penguasaan Aceh
atas beberapa daerah di
Semenanjung Malaka menyebabkan
bertambahnya badan ekspor penting
timah dan lada.
8. Masa Kejayaan | Kerajaan Aceh
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda [1607-1636]. Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah
berhasil memukul mundur kekuatan Portugis dari selat Malaka.
Pada tahun 1586, Kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap
Portugis di Melaka dengan armada yg terdiri dari 500 buah kapal perang &
60. 000 tentara laut.
Walaupun Aceh telah berhasil mengepung Malaka dari segala penjuru, namun
penyerangan ini gagal dikarenakan adanya persekongkolan antara Portugis
dengan Kesultanan Pahang.
9. Masa Kemunduran | Kerajaan Aceh
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar
Thani pada tahun 1641.
Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah makin
menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera & Selat Malaka,
ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tapanuli &
Mandailing, Deli serta Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda.
Faktor penting lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris
tahta kesultanan.