1. Oleh :
Nailiamani
PERKEMBANGAN JIWA
KEAGAMAAN DEWASA
2. Pembuka
Berikut merupakan pemaparan bagaimana
perkembangan jiwa keberagamaan pada masa
dewasa.
Pemaparan perkembangan ini adalah secara
umum, bukan untuk agama tertentu saja.
Jadi pemaparan yang disampaikan pada tulisan ini
bisa digeneralisasikan pada agama apa saja.
3. Macam-macam Kebutuhan
J.P. Guilford mengemukakan pembagian kebutuhan
manusia sebagai berikut ( Jalaluddin, 2008):
1. Kebutuhan Individual, terdiri dari:
a. Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh
dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
b. Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh
dalam usaha mengatasi kebutuhan akan
perubahan temperatur badan.
4. c. Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu
dipenuhi agar terhindar dari gejala halusinasi.
d. Lapar adalah kebutuhan biologis yang harus
dipenuhi untuk membangkitkan energi tubuh sebagai
organis.
e. Seks merupakan kebutuhan seks sebagai salah
satu kebutuhan yang timbul dari dorongan
mempertahankan jenis.
f. Melarikan diri yaitu kebutuhan manusia akan
perlindungan, keselamatan jasmani dan rohani.
5. g. Pencegahan, yaitu kebutuhan manusia untuk
mencegah terjadinya reaksi melarikan diri.
Kebutuhan ini menyalurkan dorongan manusia ke
arah penerimaan tantangan dari luar kemudian
menekan, menantang atau menyalurkannya.
h. Ingin tahu (curiosity), yaitu kebutuhan rohani
manusia untuk ingin selalu mengetahui latar
belakang kehidupannya. Kebutuhan ini mendorong
manusia untuk mengembangkan dirinya.
6. i. Humor, yaitu kebutuhan manusia untuk
mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya
dalam bentuk verbal dan perbuatan.
Sigmund Freud membagi humor atas:
1) Agressive Wit, yaitu humor yang menyinggung
orang lain.
2) Harmsless Wit, yaitu humor yang tidak
menyinggung orang lain.
7. 2. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial manusia tidak diisebabkan
pengaruh yang datang dari luar (stimulus), seperti
layaknya pada binatang. Kebutuhan sosial pada
manusia berbentuk nilai. Jadi, kebutuhan itu bukan
semata-mata kebutuhan biologis melainkan juga
kebutuhan rohaniah.
8. Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari:
a. Pujian dan Hinaan
pujian merangsang manusia untuk mengejar
prestasi dan kedudukan yang terpuji, sedangkan
hinaan menyadari manusia dari kekeliruan dan
pelanggaran terhadap etika sosial.
b. Kekuasaan dan Mengalah
Guilford berpendapat bahwa kebutuhan kekuasaan
dan mengalah ini tercermin dari adanya
perjuangan manusia yang tak henti-hentinya dalam
kehidupan.
9. c. Pergaulan
d. Imitasi dan simpati
Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang
tercermin dalam bentuk meniru dan mengadakan
respon-emosionil.
e. Perhatian
Besar kecilnya perhatian masyarakat terhadap
seseorang akan mempengaruhi sikapnya.
10. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya Peranan Agama
Dalam Kesehatan Mental membagi kebutuhan manusia
atas dua kebutuhan pokok, yaitu (Jalaluddin, 2008):
a. Kebutuhan Primer, yaitu kebutuhan jasmaniah.
b. Kebutuhan Sekunder atau kebutuhan rohaniah.
Kebutuhan sekunder yang pokok dibagi menjadi enam
macam, yaitu:
1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan rasa harga diri
4. Kebutuhan akan rasa bebas
5. Kebutuhan akan rasa sukses
6. Kebutuhan akan rasa ingin tahu
11. 3. Kebutuhan Manusia akan Agama
Ahmad Yamani (Jalaluddin, 2008) mengemukakan,
bahwa tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat
berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung
dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali
alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut
terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu.
Menurut Robert Nuttin (Jalaluddin, 2008), dorongan
beragama merupakan salah-satu dorongan yang bekerja
dalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan
lainnya. Selain itu dorongan beragama juga merupakan
kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan
berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa
keagamaan.
12. Sikap Keberagamaan pada Orang Dewasa
Charlotte Buchler mengungkapkan saat telah
menginjak usia dewasa terlihat adanya kemantapan
jiwa mereka: “
Saya hidup dan saya tahu untuk
apa,”, menggambarkan bahwa di usia dewasa orang
sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang
dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya
dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai
yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki
identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
13. Masalah-masalah Keberagamaan Pada
Masa Dewasa
Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-
masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai
berikut;
a. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah
memilih arah hidup yang akan diambildengan
menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
b. Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa
ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan
utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat
keputusan secara konsisten.
c. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah „pasrah‟.
Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama.
Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-
hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih
sangat menonjol pada usia tua.
14. Di usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat
kepribadian yang stabil. Stabilitasi sifat-sifat kepribadian
ini antara lain terlihat dri cara bertindak dan bertingkah
laku yang agak bersifat tetap dan selalu berulang
kembali (Buchori dalam jalaluddin, 2008).
Sikap keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk
diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin proses itu
terjadi setelah sidasarkan atas pertimbangan yang
matang.
Jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari
nilai-nilai nonagama, itu pun akan dipertahankannya
sebagai padangan hidupnya.
Kemungkinan ini memberi peluang bagi munculnya
kecenderungan sikap yang antiagama, bila menurut
pertimbangan akal sehat, (common sense), terdapat
kelemahan-kelemahan tertentu dalam ajaran agama
yang dipahaminya.
15. Jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan
pandangan hidup, maka sikap keberagamaan akan
terlihat pula dalam pola kehidupan mereka.
Sikap keberagamaan itu akan dipertahankan
sebagai identitas dan kepribadian mereka.
Sikap keberagamaan ini membawa mereka secara
mantap menjalankan ajaran agama yang mereka
anut.
Sikap keberagamaan seorang dewasa cenderung
didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama
yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar
pertimbangan akal sehat.
16. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan
sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. menerima kebenaran agama berdasarkan
pertimbangan pemikiran yang matang, bukan
sekedar ikut-ikutan.
2. cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma
agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan
tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma
agama, dan berusaha untuk mempelajari dan
memperdalam pemahaman keagamaan.
17. 4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas
pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap
keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama
sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas
pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas
pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada
tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat
adanya pengaruh kepribadian dalam menerima,
memahami serta melaksanakan ajaran agama yang
diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan anatara sikap
keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga
perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial
keagamaan sudah berkembang.
18. Penutup
Perkembangan adalah suatu proses yang
bertahap, begitu juga dengan proses perkembangan jiwa
keagamaan.
Sebelum memasuki usia dewasa, individu tentu telah
melewati masa anak-anak dan remaja.
Perkembangan merupakan proses yang saling
berkesinambungan pada tiap tahapannya.
Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja juga
berkaitan erat dengan bagaimana individu telah melewati
tahapan jiwa keagamaannya pada masa anak-anak dan
remaja.
Apabila pada tahap remaja perkembangan jiwa
keagamaannya baik atau bagus maka pada tahap
dewasa kemungkinan besar akan berkembang lebih baik
19. Kesimpulan
Perkembangan jiwa keagamaan pada orang dewasa
tidak terlepas bagaimana perkebangannya pada
masa anak-anak dan remajanya terdahulu. Agama
merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia.
Sikap keberagamaan pada masa dewasa pada
umumnya sudah memiliki sikap kepribadian yang
stabil dalam kehidupan. Pemilihan agamapun
cenderung didasarkan atas pemilihan agama dapat
memberikan kepuasan batin atas dasar
pertimbangan akal sehat. Agama pada masa
dewasa seharusnya telah menjadi sikap dalam hidup
mereka. Agama merupakan suatu identitas dan
kepribadian hidup yang akan diperlihatkan dalam
kehidupannya.
20. Daftar Pustaka
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Ahmad. Diunduh di:
http://sidrotul.multiply.com/journal/item/3/Perkemban
gan_Jiwa_Beragama_Pada_Masa_Dewasa?&show
_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem pada 1
November 2011.