SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
SALINAN



                               PERATURAN
                       MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
                           REPUBLIK INDONESIA

                           NOMOR 50 TAHUN 2007

                                   TENTANG

     STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

                  DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                      MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19
            Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan
            Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pengelolaan
            Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah;

Mengingat   : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
                 Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
                 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

             2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
                Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
                2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                Nomor 4496);

             3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
                Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
                Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
                dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun
                2006;

             4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004
                mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana
                telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
                Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007;

                                MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK
             INDONESIA TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
             OLEH PEMERINTAH DAERAH
.

                                        Pasal 1

(1)   Setiap pemerintah daerah wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang
      berlaku secara nasional.
(2)   Standar pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
      dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Menteri ini.

                                        Pasal 2

Pengelola pendidikan yang terbukti menyelenggarakan pendidikan tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberi sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

                                        Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


                                        Ditetapkan di Jakarta
                                        pada tanggal 7 Desember 2007

                                        MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
                                        TTD.
                                        BAMBANG SUDIBYO

             Salinan sesuai dengan aslinya.
             Biro Hukum dan Organisasi
             Departemen Pendidikan Nasional,
             Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
             Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,




             Muslikh, S.H.
             NIP 131479478




                                           2
SALINAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
           NOMOR 50 TAHUN 2007 TANGGGAL 7 DESEMBER 2007
                  STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
                     OLEH PEMERINTAH PROVINSI
A.   Perencanaan Program
     1.   Pemerintah provinsi merumuskan visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan
          yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
     2.   Visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan menjadi acuan dalam penetapan
          kebijakan di bidang pendidikan.
     3.   Pemerintah provinsi memiliki sistem informasi berbasis TIK yang meliputi
          pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik pendidikan yang
          baku, akurat, valid, dan mutakhir untuk daerahnya masing-masing sekurang-
          kurangnya mengenai:
          a.   anak usia dini, usia wajib belajar, termasuk jumlah peserta didik
               pendidikan     dasar    dan     menengah   (TK/RA,  SD/MI/SDLB,
               SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, Paket B,
               Paket C, serta pendidikan yang sederajat);
          b.   status sosial ekonomi orang tua/wali peserta didik;
          c.   peserta didik yang mengulang kelas, putus sekolah, dan tamatan
               pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/ SMPLB,
               SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, Paket B, Paket C, serta
               pendidikan yang sederajat);
          d.   anggota masyarakat buta aksara;
          e.   anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
               intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
               istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil,
               terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
               mampu dari segi ekonomi;
          f.   satuan pendidikan yang telah melaksanakan proses penjaminan mutu;
          g.   kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;
          h.   akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal;
          i.   bentuk, jenis, dan jenjang satuan pendidikan formal dan nonformal yang
               menyelenggarakan program relevansi pendidikan sesuai dengan
               kebutuhan masyarakat;
          j.   sekolah bertaraf internasional (SBI);
          k.   satuan pendidikan yang sudah dan belum memenuhi standar nasional
               pendidikan;


                                            3
l.   pendanaan pendidikan baik yang bersifat investasi maupun operasional;
     m.   kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan.
4.   Pemerintah provinsi memutakhirkan data statistik pendidikan untuk daerahnya
     setiap tahun.
5.   Pemerintah provinsi melakukan pemetaan permasalahan pendidikan yang
     mencakup:
     a.   Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
     b.   wajib belajar;
     c.   angka partisipasi pendidikan menengah;
     d.   penuntasan pemberantasan buta aksara;
     e.   anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
          intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
          istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil,
          terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
          mampu dari segi ekonomi;
     f.   penjaminan mutu satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh
          pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat;
     g.   peningkatan kualifikasi   dan    kompetensi    pendidik   dan   tenaga
          kependidikan;
     h.   akreditasi pendidikan, baik formal maupun nonformal;
     i.   peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan
          kebutuhan masyarakat; dan
     j.   pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan
          sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
6.   Pemerintah provinsi memfasilitasi pengembangan kapasitas peningkatan
     mutu pelayanan pendidikan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
     peraturan perundangan yang berlaku.
7.   Pemerintah provinsi mengkaji, menganalisis, dan membuat model fasilitasi,
     asistensi, dan advokasi untuk mengatasi permasalahan bidang pendidikan
     yang dihadapi daerahnya sebagai dasar penyusunan:
     a.   Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) provinsi
          bidang pendidikan yang menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam
          kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mengacu pada RPJP Nasional;
     b.   Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai
          rencana strategis provinsi bidang pendidikan, yang menetapkan tujuan
          yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, mengacu pada
          rencana strategis pendidikan nasional;



                                     4
c.   Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RPTD) provinsi bidang
          pendidikan yang mengacu kepada RPJMD dan RPJPD provinsi bidang
          pendidikan.
8.   RPTD provinsi bidang pendidikan wajib memprioritaskan penyelesaian
     permasalahan pendidikan antar-kabupaten/kota di daerahnya meliputi
     program:
     a.   wajib belajar;
     b.   peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
          menengah;
     c.   penuntasan pemberantasan buta aksara;
     d.   penjaminan mutu pada satuan pendidikan baik yang diselenggarakan
          pemerintah maupun masyarakat;
     e.   peningkatan kualifikasi    dan   kompetensi   pendidik   dan   tenaga
          kependidikan;
     f.   akreditasi pendidikan formal dan nonformal;
     g.   peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan
          kebutuhan masyarakat;
     h.   beasiswa bagi anak cerdas dan berbakat dari keluarga yang kurang
          mampu;
     i.   pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP.
9.   RPTD provinsi bidang pendidikan:
     a.   dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca dan dipahami oleh
          pihak-pihak yang terkait;
     b.   dijadikan dasar pengelolaan pendidikan secara mandiri, efisien, dan
          efektif;
     c.   dipertanggungjawabkan secara transparan melalui berbagai media.
10. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan dewan pendidikan provinsi, Badan
    Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M), Badan Akreditasi Provinsi
    Pendidikan Nonformal (BAP-PNF), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
    (LPMP), Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI),
    Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan organisasi
    kemasyarakatan bidang pendidikan lainnya.
11. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan kantor wilayah departemen agama
    provinsi dalam melakukan perencanaan di bidang pendidikan.




                                     5
B.   Pelaksanaan Rencana Kerja Bidang Pendidikan
1.   Program Wajib Belajar
     a.   Pemerintah provinsi merencanakan program fasilitasi, asistensi, dan advokasi
          untuk penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan
          kondisi dan potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat.
     b.   Pemerintah provinsi menetapkan program wajib belajar pendidikan dasar
          dalam RPTD bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah provinsi menjamin terselenggaranya koordinasi dan integrasi
          penyelenggaraan pendidikan, pengembangan sistem pendanaan pendidikan,
          pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyediaan sarana
          dan prasarana pendidikan antar-kabupaten/kota di wilayahnya dalam
          pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar.
     d.   Pemerintah provinsi mengoordinasikan:
          1)   penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar tanpa
               memungut biaya;
          2)   penyediaan biaya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia di
               atas 15 (lima belas) tahun yang belum lulus pendidikan dasar.
     e.   Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi
          pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar.
     f.   Gubernur bertanggung jawab terhadap koordinasi dan integrasi pengelolaan
          program wajib belajar pendidikan dasar antar-kabupaten/kota.

2.   Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah
     a.   Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan penyelenggaraan program
          peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota
          sesuai dengan kondisi dan potensinya dengan melibatkan peran serta
          masyarakat.
     b.   Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program peningkatan
          angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota dalam RPTD
          bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya koordinasi
          penyelenggaraan      pendidikan,   pengembangan      sistem   pendanaan,
          pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, dan penyediaan sarana
          dan prasarana antar-kabupaten/kota untuk pelaksanaan program peningkatan
          angka partisipasi pendidikan menengah.
     d.   Pemerintah    provinsi    mengoordinasikan    terselenggaranya   program
          peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota.
     e.   Pemerintah provinsi mengatur pelaksanaan program peningkatan angka
          partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota.



                                          6
f.   Gubernur bertanggung jawab terhadap hasil fasilitasi, asistensi, advokasi, dan
          koordinasi pengelolaan peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah.

3.   Program Pendidikan Keaksaraan
     a.   Pemerintah provinsi merencanakan kebijakan penyelenggaraan program
          pendidikan keaksaraan antar-kabupaten/kota sesuai dengan kondisi dan
          potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat.
     b.   Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan operasional program pendidikan
          keaksaraan antar-kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah   provinsi  menjamin   terselenggaranya    koordinasi  atas
          penyelenggaraan    pendidikan,  pengembangan     sistem     pendanaan,
          pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, dan penyediaan sarana
          dan prasarana penyelenggaraan pendidikan antar-kabupaten/kota di
          daerahnya.
     d.   Pemerintah provinsi mengoordinasikan:
          1)   penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan tanpa memungut
               biaya;
          2)   penyediaan biaya pendidikan setiap warga negara usia pendidikan
               keaksaraan yang dirinya, orang tua/walinya tidak mampu membiayai
               pendidikan.
     e.   Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi,
          pelaksanaan program pendidikan keaksaraan antar-kabupaten/kota, sesuai
          dengan kondisi dan potensi daerahnya.
     f.   Gubernur bertanggung jawab terhadap hasil fasilitasi, asistensi, advokasi, dan
          koordinasi pengelolaan pendidikan keaksaraan antar kabupaten/kota.

4.   Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan program penjaminan mutu pada
          satuan pendidikan antar-kabupaten/kota sesuai dengan kondisi dan
          potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat.
     b.   Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program penjaminan
          mutu pada satuan pendidikan antar-kabupaten/kota dalam RPTD bidang
          pendidikan.
     c.   Pemerintah provinsi mengoordinasikan penyelenggaraan satuan pendidikan,
          pengembangan sistem pendanaan, penyediaan pendidik dan tenaga
          kependidikan, serta sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan
          antar-kabupaten/kota.
     d.   Pemerintah provinsi mengoordinasikan tersedianya sarana dan prasarana
          pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan untuk setiap satuan pendidikan
          antar kabupaten/kota.




                                           7
e.   Pemerintah provinsi mengoordinasikan pendistribusian dan mutasi pendidik
          dan tenaga kependidikan antar-kabupaten/kota secara proporsional yang
          disesuaikan dengan SNP.
     f.   Pemerintah provinsi mengangkat kepala dinas pendidikan yang profesional,
          kompeten, dan memenuhi persyaratan jabatan.
     g.   Pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah
          menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang
          pendidikan dasar dan menengah di setiap kabupaten/kota untuk
          dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
     h.   Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi
          kepada masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengembangan satuan
          pendidikan menjadi bertaraf internasional.
     i.   Pemerintah provinsi menyiapkan sistem tanggap darurat rawan bencana alam
          yang menimpa satuan pendidikan di daerahnya masing-masing.
     j.   Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi
          pelaksanaan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan, sesuai
          dengan kondisi dan potensi daerahnya.
     k.   Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, kantor
          wilayah departemen agama provinsi, LPMP, BPPNFI, dan LPTK untuk
          membantu pendidik dan tenaga kependidikan dalam            meningkatkan
          kualifikasi dan kompetensinya, sesuai dengan SNP.
     l.   Gubernur bertanggung jawab terhadap pengelolaan penjaminan mutu pada
          satuan pendidikan di wilayahnya.

5.   Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga
     Kependidikan
     a.   Pemerintah provinsi mengoordinasikan pelaksanaan program peningkatan
          kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan antar-
          kabupaten/kota.
     b.   Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program peningkatan
          kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan antar-
          kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap koordinasi penyediaan
          sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan untuk pelaksanaan
          program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
          kependidikan.
     d.   Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program
          peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
     e.   Pemerintah provinsi dan kantor wilayah departemen agama wajib
          menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi dan kompetensi
          pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kewenangannya.



                                         8
f.   Pemerintah provinsi mengatur fasilitasi, asistensi, dan advokasi pelaksanaan
          program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
          kependidikan.
     g.   Pemerintah provinsi dan kepala kantor wilayah depertemen agama
          bertanggung jawab terhadap pengelolaan peningkatan kualifikasi dan
          kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada jenjang pendidikan
          menengah.

6.   Program Akreditasi Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan sosialisasi program akreditasi
          pada satuan pendidikan dalam RPTD bidang pendidikan.
     b.   Pemerintah provinsi menyosialisasikan program akreditasi pada setiap
          jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan satuan
          pendidikan sesuai standar.
     c.   Gubernur membentuk badan akreditasi provinsi untuk membantu          Badan
          Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).
     d.   Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan kantor wilayah departemen agama
          serta pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan persiapan bagi
          terselenggaranya program akreditasi pendidikan pada satuan pendidikan
          formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan
          nonformal.
     e.   Gubernur bertanggung jawab terhadap terselenggaranya akreditasi pada
          program dan/atau satuan pendidikan, baik jalur pendidikan formal pada
          jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun satuan pendidikan
          nonformal.

7.   Program Peningkatan Relevansi Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan program peningkatan relevansi
          satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat antar
          kabupaten/kota.
     b.   Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program peningkatan
          relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat antar-
          kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah provinsi menetapkan tingkat relevansi pendidikan sesuai dengan
          dunia usaha dan industri, budaya daerah, dan unggulan lokal pada satuan
          pendidikan.
     d.   Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program
          peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan dunia usaha dan industri,
          kebutuhan objektif masyarakat dan lingkungannya pada setiap satuan
          pendidikan di daerahnya.
     e.   Pemerintah provinsi mengatur pelaksanaan program relevansi pendidikan,
          sesuai dengan kondisi dan potensi daerahnya.


                                          9
f.   Gubernur bertanggung jawab terhadap pengelolaan program relevansi
          pendidikan sesuai dengan kebutuhan objektif masyarakat pada setiap satuan
          pendidikan.

8.   Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan program sosialisasi pemenuhan
          SPM bidang pendidikan pada satuan pendidikan di daerahnya sesuai dengan
          ketentuan SNP.
     b.   Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program sosialisasi
          pencapaian SNP dalam RPTD bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, advokasi, dan
          koordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan antar-kabupaten/kota di
          daerahnya untuk pelaksanaan program pencapaian SNP.
     d.   Pemerintah provinsi    menjamin     terselenggaranya   program   sosialisasi
          pencapaian SNP.
     e.   Pemerintah provinsi mengatur pelaksanaan program sosialisasi pencapaian
          SNP pada satuan pendidikan sesuai dengan kondisi objektif daerahnya.
     f.   Gubernur bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program sosialisasi
          pencapaian SNP pada satuan pendidikan.
9.   Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan kantor wilayah departemen agama
     provinsi dalam pelaksanaan rencana, fasilitasi, asistensi, dan advokasi program
     wajib belajar, peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan
     keaksaraan, penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan
     kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan
     relevansi pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan
     ketentuan SNP.

C.   Pengawasan dan Evaluasi
1.   Program Wajib Belajar
     a.   Pemerintah provinsi melakukan koordinasi           dengan pemerintah
          kabupaten/kota dan dewan pendidikan provinsi dalam melakukan
          pengawasan penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar.
     b.   Pemerintah provinsi dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan
          masyarakat melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program wajib
          belajar pendidikan dasar sesuai dengan peraturan yang berlaku yang meliputi
          tingkat pencapaian program, pelaksanaan kurikulum, hasil belajar peserta
          didik, dan realisasi anggaran setiap tahun.
     c.   Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk memberikan
          teguran/sanksi kepada satuan pendidikan yang melanggar ketentuan
          penerimaan peserta didik program wajib belajar pendidikan dasar sesuai
          dengan peraturan yang berlaku.



                                         10
d.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program wajib belajar
          pendidikan dasar di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
          Agama, dan Menteri Dalam Negeri.

2.   Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah
     a.   Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan
          pendidikan provinsi melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
          program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah.
     b.   Pemerintah provinsi dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan
          masyarakat melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program
          peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah sesuai dengan SNP.
     c.   Pemerintah    provinsi   menyarankan  kepada   bupati/walikota untuk
          mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan
          penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan menengah untuk
          mendukung program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah
          sesuai dengan peraturan yang berlaku.
     d.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan
          angka partisipasi pendidikan menengah di wilayahnya kepada Menteri
          Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.

3.   Program Pendidikan Keaksaraan
     a.   Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan
          pendidikan provinsi melakukan pengawasan terhadap satuan pendidikan
          penyelenggara program pendidikan keaksaraan.
     b.   Pengawasan yang dilakukan terhadap satuan pendidikan penyelenggara
          program pendidikan keaksaraan dalam bentuk pengarahan, bimbingan, dan
          fasilitasi penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan.
     c.   Pemerintah provinsi dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan
          masyarakat melakukan evaluasi hasil pelaksanaan program pendidikan
          keaksaraan di daerahnya yang meliputi tingkat pencapaian program,
          pelaksanaan program pendidikan keaksaraan, termasuk realisasi anggaran
          setiap tahun.
     d.   Pemerintah    provinsi  menyarankan   kepada    bupati/walikota untuk
          mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan
          penerimaan peserta didik program pendidikan keaksaraan sesuai dengan
          peraturan yang berlaku.
     e.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program pendidikan
          keaksaraan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
          Agama, dan Menteri Dalam Negeri.




                                         11
4.   Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan
     a.   Pemerintah    provinsi  melakukan     koordinasi    dengan  pemerintah
          kabupaten/kota dalam pelaksanaan supervisi pelaksanaan program
          penjaminan mutu satuan pendidikan yang berada di daerahnya.
     b.   Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan
          pendidikan provinsi, LPMP, BPPNFI, LPTK melakukan bimbingan, arahan,
          saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah.
     c.   Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan
          pendidikan provinsi, LPMP, BPPNFI, dan LPTK melakukan evaluasi
          pelaksanaan program penjaminan mutu satuan pendidikan di daerahnya.
     d.   Pemerintah provinsi bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota dan
          Kantor Wilayah Departemen Agama menggunakan hasil evaluasi yang
          dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya.
     e.   Pemerintah provinsi melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap satuan
          pendidikan yang bertaraf internasional.
     f.   Pemerintah    provinsi menyarankan   kepada    bupati/walikota untuk
          mengarahkan dan membina satuan pendidikan dasar dan menengah yang
          melanggar ketentuan program penjaminan mutu, sesuai dengan peraturan
          yang berlaku.
     g.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program penjaminan
          mutu pada satuan pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan
          Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.

5.   Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga
     Kependidikan
     a.   Pemerintah provinsi melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program
          peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di
          daerahnya.
     b.   Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk memberikan
          penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang berprestasi dan
          berdedikasi tinggi serta teguran/sanksi terhadap yang melanggar ketentuan
          peningkatan kualifikasi dan kompetensi, sesuai dengan peraturan yang
          berlaku.
     c.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan
          kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan kepada Menteri
          Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.

6.   Program Akreditasi Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi melakukan evaluasi hasil       pelaksanaan    program
          akreditasi pada satuan pendidikan di daerahnya.




                                         12
b.   Pemerintah   provinsi   menyarankan      kepada    bupati/walikota    untuk
          mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan
          pelaksanaan program akreditasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
     c.   Pemerintah provinsi mewajibkan BAP S/M dan BAP PNF menyampaikan hasil
          evaluasi pelaksanaan program akreditasi kepada BAN-S/M dan BAN-PNF,
          gubernur, kantor wilayah departemen agama provinsi, bupati/walikota, dan
          kantor departemen agama kabupaten/kota.
     d.   Gubernur bersama-sama dengan kepala kantor wilayah departemen agama
          provinsi, bupati/walikota, LPMP, BPPNFI, dan kepala kantor departemen
          agama kabupaten/kota melakukan pembinaan terhadap satuan pendidikan
          sebagai tindak lanjut hasil akreditasi.

7.   Program Peningkatan Relevansi Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi dan kanwil departemen agama provinsi memfasilitasi,
          memberikan asistensi, dan advokasi terhadap pelaksanaan supervisi dan
          evaluasi kepada satuan pendidikan yang menyelenggarakan program
          peningkatan relevansi pendidikan.
     b.   Pemerintah provinsi melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program
          peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
          daerahnya.
     c.   Pemerintah      provinsi  menyarankan      kepada     bupati/walikota untuk
          mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan
          pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan dengan dunia usaha
          dan industri, kebutuhan objektif masyarakat, dan lingkungannya.
     d.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan
          relevansi pendidikan dengan dunia usaha dan industri, serta kebutuhan
          masyarakat, dan lingkungannya di tingkat pemerintahan kabupaten/kota
          kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
          Negeri.

8.   Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
     a.   Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan dewan pendidikan provinsi, LPMP,
          BPPNFI, dan LPTK dalam membina pengawas dan penilik untuk
          mensupervisi dan membantu satuan pendidikan memenuhi SPM bidang
          pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP.
     b.   Pemerintah provinsi melakukan evaluasi       hasil   pelaksanaan   program
          pencapaian SNP pada satuan pendidikan.
     c.   Pemerintah   provinsi menyarankan kepada    bupati/walikota untuk
          mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar program
          pencapaian SNP.
     d.   Pemerintah provinsi, berdasarkan hasil evaluasi, memberikan penghargaan
          kepada warga belajar, pelaku dunia usaha dan dunia industri, dan pengelola



                                         13
satuan pendidikan yang menunjukkan        prestasi   sangat   baik   dalam
          pelaksanaan pencapaian SNP.
     e.   Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan pencapaian SNP pada
          satuan pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional,
          Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
9.   Pemerintah Provinsi berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Departemen Agama
     Provinsi dalam melakukan pengawasan dan evaluasi program wajib belajar,
     peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan,
     penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi
     pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi
     pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan
     SNP.




                                       MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
                                       TTD.
                                       BAMBANG SUDIBYO
            Salinan sesuai dengan aslinya.
            Biro Hukum dan Organisasi
            Departemen Pendidikan Nasional,
            Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
            Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,




            Muslikh, S.H.
            NIP 131479478




                                        14
SALINAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
            NOMOR 50 TAHUN 2007 TANGGGAL 7 DESEMBER 2007
                  STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
                  OLEH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
A.   Perencanaan Program
     1.   Pemerintah kabupaten/kota merumuskan visi, misi, dan tujuan di bidang
          pendidikan yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
     2.   Visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan menjadi acuan dalam penetapan
          Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) kabupaten/kota bidang
          pendidikan.
     3.   Pemerintah kabupaten/kota memiliki sistem informasi berbasis TIK yang
          meliputi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik pendidikan
          yang baku, akurat, valid, dan mutakhir untuk daerahnya masing-masing
          sekurang-kurangnya mengenai:
          a.   anak usia dini, usia wajib belajar, termasuk jumlah peserta didik
               pendidikan     dasar    dan     menengah   (TK/RA,  SD/MI/SDLB,
               SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, Paket A, Paket B,
               Paket C, serta pendidikan yang sederajat);
          b.   status sosial ekonomi orang tua/wali peserta didik;
          c.   peserta didik yang mengulang kelas, putus sekolah, dan tamatan
               pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
               SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, Paket B, Paket C, serta
               pendidikan yang sederajat);
          d.   anggota masyarakat buta aksara;
          e.   anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
               intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
               istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil,
               terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
               mampu dari segi ekonomi;
          f.   satuan pendidikan yang telah melaksanakan proses penjaminan mutu;
          g.   kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;
          h.   akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal;
          i.   bentuk, jenis, dan jenjang satuan pendidikan formal dan nonformal yang
               menyelenggarakan program relevansi pendidikan sesuai dengan
               kebutuhan masyarakat;
          j.   sekolah bertaraf internasional (SBI);
          k.   satuan pendidikan yang belum memenuhi standar nasional pendidikan;


                                           15
l.   pendanaan pendidikan baik yang bersifat investasi maupun operasional;
     m.   kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan.
4.   Pemerintah    kabupaten/kota    melakukan     pemetaan   pendidikan    yang
     mencakup:
     a.   Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
     b.   wajib belajar;
     c.   angka partisipasi pendidikan menengah;
     d.   penuntasan pemberantasan buta aksara;
     e.   anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
          intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
          istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil,
          terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
          mampu dari segi ekonomi;
     f.   penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan
          oleh pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat;
     g.   peningkatan kualifikasi    dan   kompetensi   pendidik   dan     tenaga
          kependidikan;
     h.   akreditasi pendidikan formal dan nonformal;
     i.   peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan
          kebutuhan masyarakat; dan
     j.   pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan
          sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
5.   Pemerintah kabupaten/kota menyusun rencana operasional kabupaten/kota
     bidang pendidikan yang mengacu kepada rencana strategis bidang
     pendidikan pada pemerintah tingkat provinsi dan nasional.
6.   Rencana operasional kabupaten/kota bidang pendidikan memprioritaskan
     program:
     a. wajib belajar;
     b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
          menengah;
     c.   penuntasan pemberantasan buta aksara;
     d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan baik yang diselenggarakan
          pemerintah maupun masyarakat;
     e. peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
          kependidikan;
     f.   akreditasi pendidikan formal dan nonformal;




                                     16
g.   peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan
               kebutuhan masyarakat;
          h.   beasiswa bagi anak cerdas dan berbakat dari keluarga yang kurang
               mampu;
          i.   pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP.
     7.   Rencana operasional kabupaten/kota bidang pendidikan:
          a.   dituangkan dalam dokumen yang menjadi panduan semua pihak dalam
               pengelolaan pendidikan di lingkungan kabupaten/kota;
          b.   dijadikan dasar pengelolaan pendidikan secara efisien dan efektif;
          c.   dipertanggungjawabkan secara transparan.
     8.   Pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun organisasi satuan kerja
          perangkat daerah bidang pendidikan memperhatikan tugas dan fungsi yang
          melayani:
          a.   PAUD;
          b.   pendidikan dasar;
          c.   pendidikan menengah;
          d.   pendidikan nonformal;
          e.   sarana dan prasarana pendidikan;
          f.   pendidik dan tenaga kependidikan;
          g.   perencanaan dan penganggaran;
          h.   data dan statistik pendidikan.
     9.   Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan dewan pendidikan
          kabupaten/kota dan organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan lainnya.
     10. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama
         kabupaten/kota dalam melakukan perencanaan di bidang pendidikan.

B.   Pelaksanaan Rencana Kerja Bidang Pendidikan
1.   Program Wajib Belajar
     a.   Pemerintah kabupaten/kota membuat pentahapan pelaksanaan penuntasan
          program wajib belajar pendidikan dasar dengan mengacu pada standar
          nasional sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya dengan
          melibatkan peran serta masyarakat.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan pelaksanaan program
          wajib belajar pendidikan dasar dalam rencana operasional bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan
          prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan bagi setiap satuan
          pendidikan pelaksana program wajib belajar pendidikan dasar.


                                           17
d.    Pemerintah kabupaten/kota menjamin setiap warga negara usia wajib belajar
           di daerahnya mengikuti pendidikan dasar.
     e.    Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program wajib belajar
           pendidikan dasar tanpa memungut biaya, dan menjamin biaya pendidikan
           setiap warga negara yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun yang belum
           lulus pendidikan dasar.
     f.    Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program wajib belajar
           pendidikan dasar.
     g.    Pemerintah kabupaten/kota wajib memfasilitasi, memberikan asistensi,
           advokasi, dan konsultasi pengelolaan program wajib belajar pendidikan dasar.
     h.    Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program wajib
           belajar pendidikan dasar.

2.   Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah
     a.    Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan penyelenggaraan program
           peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah sesuai dengan kondisi
           dan potensi lingkungannya dengan memperhatikan SNP dan melibatkan
           peran serta masyarakat.
     b.    Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program
           peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah dalam rencana
           operasional bidang pendidikan.
      c.   Pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi sesuai dengan
           wewenang dan tanggung jawabnya, menjamin tersedianya dana, sarana dan
           prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan bagi setiap satuan
           pendidikan pelaksana program peningkatan angka partisipasi pendidikan
           menengah.
     d.    Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program peningkatan
           angka partisipasi pendidikan menengah.
     e.    Pemerintah kabupaten/kota wajib memfasilitasi, memberikan asistensi,
           advokasi, dan konsultasi pengelolaan program peningkatan angka partisipasi
           pendidikan menengah.
     f.    Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan             program
           peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah.

3.   Program Pendidikan Keaksaraan
     a.    Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan penyelenggaraan program
           pendidikan keaksaraan sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya
           dengan melibatkan peran serta masyarakat.
     b.    Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program
           pendidikan keaksaraan dalam rencana operasional bidang pendidikan.




                                          18
c.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan
          prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan bagi setiap satuan
          pendidikan yang melaksanakan program pendidikan keaksaraan.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin setiap warga negara yang buta aksara
          di daerahnya untuk mengikuti program pendidikan keaksaraan.
     e.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program pendidikan
          keaksaraan tanpa memungut biaya.
     f.   Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program pendidikan
          keaksaraan, sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya.
     g.   Pemerintah kabupaten/kota wajib memfasilitasi, memberikan asistensi,
          advokasi, dan konsultasi, pengelolaan program pendidikan keaksaraan.
     h.   Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program pendidikan
          keaksaraan.

4.   Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan program penjaminan mutu
          pada satuan pendidikan sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannnya
          dengan melibatkan peran serta masyarakat.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program
          penjaminan mutu pada satuan pendidikan dalam rencana operasional bidang
          pendidikan.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan
          prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan pada setiap satuan
          pendidikan untuk melaksanakan program penjaminan mutu.
     d.   Jabatan struktural dan fungsional dalam bidang pendidikan diangkat dari
          pendidik dan tenaga kependidikan yang berprestasi dan memenuhi
          persyaratan jabatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
     e.   Pemerintah kabupaten/kota memproses pengangkatan kepala sekolah,
          pengawas, dan penilik dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku.
     f.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin pendistribusian pendidik dan tenaga
          kependidikan secara proporsional sesuai dengan SNP.
     g.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan penempatan tenaga kependidikan
          yang disesuaikan dengan kebutuhan kualifikasi dengan memperhatikan
          prioritas tugas pokok dan fungsinya.
     h.   Mutasi pendidik dan tenaga kependidikan, baik pada jabatan fungsional
          maupun struktural dilakukan berdasarkan kebutuhan objektif dan memenuhi
          persyaratan jabatan dengan dilengkapi orientasi tugas.
     i.   Pemerintah kabupaten/kota menyiapkan sistem tanggap darurat rawan
          bencana alam yang menimpa satuan pendidikan di daerahnya.




                                        19
j.   Pemerintah kabupaten/kota bersama-sama dengan pemerintah provinsi
          menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan dasar untuk
          dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
     k.   Pemerintah kabupaten/kota membimbing dan membantu masyarakat dalam
          penyelenggaraan dan pengembangan satuan pendidikan dasar menjadi
          bertaraf internasional.
     l.   Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap terselenggaranya
          program penjaminan mutu pada satuan pendidikan.
     m.   Pemerintah kabupaten/kota atau kantor departemen agama kabupaten/kota
          sesuai dengan kewenangannya masing-masing memberikan izin kepada
          organisasi, lembaga, perorangan yang menyelenggarakan program
          pendidikan baik formal maupun nonformal.
     n.   Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program penjaminan mutu
          pada satuan pendidikan, sesuai dengan kondisi objektif daerah masing-
          masing.
     o.   Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama
          kabupaten/kota dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam
          pelaksanaan penjaminan mutu satuan pendidikan formal dan dengan Balai
          Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) dalam
          pelaksanaan penjaminan mutu satuan pendidikan nonformal.
     p.   Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan penjaminan mutu
          pada satuan pendidikan di wilayahnya.

5.   Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga
     Kependidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota menetapkan program peningkatan kualifikasi dan
          kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di daerahnya masing-masing
          secara transparan, adil, dan merata sesuai ketentuan yang berlaku.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program
          peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
          dalam rencana operasional bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana         dan
          prasarana untuk melaksanakan program peningkatan kualifikasi        dan
          kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap terselenggaranya
          program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
          kependidikan.
     e.   Bupati/walikota melalui satuan kerja perangkat daerah bidang pendidikan
          yang bersangkutan dan kepala kantor departemen agama kabupaten/kota
          bertanggung jawab terhadap pengelolaan program peningkatan kualifikasi
          dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.



                                        20
6.   Program Akreditasi Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota menyosialisasikan program akreditasi pada
          setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan capaian sasaran
          akreditasi setiap tahun.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota menetapkan program akreditasi pada satuan
          pendidikan dalam rencana operasional bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota
          menjamin kesiapan satuan pendidikan untuk diakreditasi dengan
          memperhatikan SNP.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program akreditasi
          pendidikan pada satuan pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan
          menengah serta satuan pendidikan nonformal.
     e.   Bupati/walikota melalui satuan kerja perangkat daerah bidang pendidikan
          dan/atau kantor departemen agama yang bersangkutan, bertanggung jawab
          atas kesiapan satuan pendidikan di daerahnya.

7.   Program Peningkatan Relevansi Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan program peningkatan
          relevansi satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap
          sumberdaya manusia yang bermutu dan kompetitif.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program
          peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
          dalam rencana operasional bidang pendidikan.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan program relevansi pendidikan
          sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, budaya dan keunggulan lokal, pada
          satuan pendidikan    dalam rangka memberdayakan potensi daerahnya
          masing-masing.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap terselenggaranya
          program relevansi pendidikan formal dan nonformal      sesuai dengan
          kebutuhan masyarakat pada setiap satuan pendidikan.
     e.   Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program relevansi
          pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
          sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
     f.   Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program relevansi
          pendidikan pada setiap satuan pendidikan      sesuai dengan kebutuhan
          masyarakat.

8.   Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan program sosialisasi
          pemenuhan SPM bidang Pendidikan pada satuan pendidikan di daerahnya
          sebagaimana ditetapkan dalam SNP.



                                        21
b.   Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan perencanaan program pemenuhan
          SPM bidang pendidikan pada satuan pendidikan sebagaimana ditetapkan
          dalam SNP.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program
          sosialisasi pencapaian SNP dalam rencana operasional bidang pendidikan.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota menjamin:
          1)   tersedianya dana, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga
               kependidikan untuk setiap satuan pendidikan dalam melaksanakan
               program pencapaian SNP;
          2)   kesiapan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
               menengah yang berada di daerahnya untuk melaksanakan program
               pencapaian SNP.
     e.   Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program sosialisasi
          pencapaian SNP pada satuan pendidikan sesuai dengan kondisi objektif
          daerah masing-masing.
     f.   Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan            program
          pencapaian SNP pada satuan pendidikan formal dan nonformal.
9.   Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama
     kabupaten/kota dalam melaksanakan program wajib belajar, peningkatan angka
     partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan, penjaminan mutu
     satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
     kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, dan
     pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP.

C.   Pengawasan dan Evaluasi
1.   Program Wajib Belajar
     a.   Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan dewan pendidikan
          kabupaten/kota dan komite sekolah/madrasah dalam melakukan pengawasan
          terhadap penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan
          masyarakat melakukan evaluasi pelaksanaan program wajib belajar
          pendidikan dasar sesuai SNP.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan sanksi kepada satuan pendidikan
          formal yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik program wajib
          belajar pendidikan dasar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota berdasarkan hasil evaluasi dapat menetapkan
          kebijakan untuk meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai
          jenjang pendidikan menengah.
     e.   Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program wajib
          belajar pendidikan dasar kepada gubernur.


                                         22
2.   Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah
     a.   Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan dewan pendidikan
          kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota, melakukan
          pengawasan terhadap penyelenggaraan program peningkatan angka
          partisipasi pendidikan menengah.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan
          masyarakat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program peningkatan
          angka partisipasi pendidikan menengah sesuai SNP.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan bimbingan kepada
          satuan pendidikan yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik
          program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah.
     d.   Bupati/walikota bertanggungjawab atas hasil evaluasi pelaksanaan program
          peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan menengah dan
          menyampaikannya kepada gubernur.

3.   Program Pendidikan Keaksaraan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan dewan pendidikan
          kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap satuan pendidikan
          penyelenggara   program   pendidikan  keaksaraan  agar   terjaga
          keberlangsungan pelaksanaan program pendidikan keaksaraan yang
          bermutu.
     b.   Pengawasan terhadap satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan
          keaksaraan meliputi pengarahan, bimbingan, dan fasilitasi penyelenggaraan
          program pendidikan keaksaraan.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
          program pendidikan keaksaraan di daerahnya.
     d.   Evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan keaksaraan dapat
          dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat sesuai
          dengan SNP.
     e.   Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi        pelaksanaan    program
          pendidikan keaksaraan kepada gubernur.

4.   Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan
          di daerahnya untuk menyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraan
          program penjaminan mutu sesuai dengan SNP.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan LPMP dan BPPNFI
          melakukan supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada
          satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam
          upaya melakukan program penjaminan mutu satuan pendidikan untuk
          mencapai SNP.



                                         23
c.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
          program penjaminan mutu pada satuan pendidikan di daerahnya. yang
          meliputi kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
          sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan satuan
          pendidikan, dan realisasi anggaran setiap tahun.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan
          Kantor Departemen Agama menggunakan hasil evaluasi yang dilakukan
          pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya.
     e.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan bimbingan kepada
          satuan pendidikan yang melanggar ketentuan program penjaminan mutu.
     f.   Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan            program
          penjaminan mutu pada satuan pendidikan kepada gubernur.


5.   Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga
     Kependidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu pendidik dan tenaga
          kependidikan di daerahnya dalam meningkatkan kualifikasi dan
          kompetensinya.
     b.   Kantor departemen agama kabupaten/kota mensupervisi dan membantu
          pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan departemen agama dalam
          meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
          program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
          kependidikan sesuai dengan SNP.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada
          pendidik dan tenaga kependidikan yang melanggar ketentuan program
          peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
          sesuai dengan peraturan yang berlaku.
     e.   Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program
          peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
          kepada gubernur.


6.   Program Akreditasi Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu              kelancaran
          pelaksanaan akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
          program akreditasi pada satuan pendidikan di daerahnya.



                                         24
c.   Pemerintah kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota
          melakukan pembinaan terhadap satuan pendidikan sesuai dengan
          kewenangannya sebagai tindak lanjut hasil akreditasi.
     d.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada
          satuan pendidikan yang melanggar ketentuan pelaksanaan program
          akreditasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.


7.   Program Peningkatan Relevansi Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota
          mensupervisi dan membantu satuan pendidikan di daerahnya dalam
          melaksanakan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan
          kebutuhan masyarakat.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi pelaksanaan program
          peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
          daerahnya.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada
          satuan pendidikan yang melanggar ketentuan pelaksanaan program
          peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
     d.   Hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai
          dengan kebutuhan masyarakat disampaikan kepada gubernur.


8.   Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
     a.   Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan
          di daerahnya untuk memenuhi SPM bidang pendidikan sesuai dengan
          ketentuan SNP.
     b.   Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi pelaksanaan program
          pencapaian SNP pada satuan pendidikan di daerahnya secara berkala.
     c.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada
          satuan pendidikan yang belum mencapai SNP.
     d.   Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program
          pencapaian SNP pada satuan pendidikan di daerahnya kepada gubernur.
     e.   Pemerintah kabupaten/kota berdasarkan hasil evaluasi, memberikan
          penghargaan kepada warga belajar, pelaku dunia usaha dan dunia industri,
          serta pengelola satuan pendidikan yang menunjukkan prestasi sangat baik
          dalam pelaksanaan program pencapaian SNP.




                                         25
9.   Pemerintah kabupaten/kota memberikan sanksi berupa pencabutan izin satuan
     pendidikan dasar, satuan pendidikan menengah, satuan/penyelenggara pendidikan
     nonformal yang melanggar ketentuan perundangan yang berlaku.

10. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama
    kabupaten/kota dalam melakukan pengawasan dan evaluasi program wajib belajar,
    peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan,
    penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi
    pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi
    pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan
    SNP.




                                       MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
                                       TTD.
                                       BAMBANG SUDIBYO

                    Salinan sesuai dengan aslinya.
                    Biro Hukum dan Organisasi
                    Departemen Pendidikan Nasional,
                    Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
                    Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,




                    Muslikh, S.H.
                    NIP 131479478




                                       26

More Related Content

What's hot

Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MIPermendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MIalvinnoor
 
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MAPermendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MAalvinnoor
 
Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing
Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asingPermen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing
Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asingWincibal Wincibalnov
 
Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019
Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019
Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019Happy Riastuti
 
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khususPermendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khususWinarto Winartoap
 
Panduan mpls disdik jawa barat 2019
Panduan mpls disdik jawa barat 2019Panduan mpls disdik jawa barat 2019
Panduan mpls disdik jawa barat 2019DennyMartinus1
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua
04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua
04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi keduamediasmansawira
 
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...Ikhsan Ikhsanudin
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanNandang Sukmara
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahanGus Fendi
 
SKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan Sekolah
SKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan SekolahSKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan Sekolah
SKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan SekolahRepublikaDigital
 
Permen nomor 79 tahun 2014 muatan lokal
Permen nomor 79 tahun 2014  muatan lokalPermen nomor 79 tahun 2014  muatan lokal
Permen nomor 79 tahun 2014 muatan lokalHj.Dini Indriani,M.Pd
 
03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...
03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...
03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...Ikhsan Ikhsanudin
 

What's hot (17)

Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MIPermendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
 
Lampiran ii br
Lampiran ii brLampiran ii br
Lampiran ii br
 
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MAPermendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA
 
Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing
Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asingPermen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing
Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing
 
Kurikulum pkbm
Kurikulum pkbmKurikulum pkbm
Kurikulum pkbm
 
Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019
Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019
Kalender pendidikan 2018 2019 1.hari efektif 2018-2019
 
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khususPermendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
 
Panduan mpls disdik jawa barat 2019
Panduan mpls disdik jawa barat 2019Panduan mpls disdik jawa barat 2019
Panduan mpls disdik jawa barat 2019
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp 47 2008
Pp 47 2008Pp 47 2008
Pp 47 2008
 
04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua
04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua
04. juknis ppdb sma & smk 2019 revisi kedua
 
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
SKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan Sekolah
SKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan SekolahSKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan Sekolah
SKB Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan Sekolah
 
Permen nomor 79 tahun 2014 muatan lokal
Permen nomor 79 tahun 2014  muatan lokalPermen nomor 79 tahun 2014  muatan lokal
Permen nomor 79 tahun 2014 muatan lokal
 
03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...
03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...
03 permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurik...
 

Similar to StandarPendidikanDaerah

Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docx
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docxPermendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docx
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docx665KarmujiTubanJatim
 
01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf
01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf
01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdfnining449436
 
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdf
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdfPermendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdf
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdfFrance Xaviery
 
Permendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdf
Permendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdfPermendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdf
Permendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdfNanangRukmana3
 
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru temanna #LABEDDU
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Bendri Ranggi
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019IndahMutiaraKami
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019AdhiMuhammadDaryono
 
Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013
Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013
Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013Welly Indriany
 
Kepmendikbud nomor 719 p 2020
Kepmendikbud nomor 719 p 2020Kepmendikbud nomor 719 p 2020
Kepmendikbud nomor 719 p 2020IndahMutiaraKami
 
Kepmendikbud Nomor 719/2020
Kepmendikbud Nomor 719/2020Kepmendikbud Nomor 719/2020
Kepmendikbud Nomor 719/2020CIkumparan
 
Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA
Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMAKonsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA
Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMAGuru Online
 
Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...
Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...
Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...Habsy Hotib
 
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018KantorHukum1
 
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...Welly Indriany
 
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi KurikulumPermendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi KurikulumGuss No
 
Salinan permen diknas no. 58 th.2014
Salinan permen diknas no. 58 th.2014Salinan permen diknas no. 58 th.2014
Salinan permen diknas no. 58 th.2014amunib
 
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...Agoy Gea
 
Salinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garuda
Salinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garudaSalinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garuda
Salinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garudaOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to StandarPendidikanDaerah (20)

Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docx
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docxPermendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docx
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022_JDIH.docx
 
01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf
01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf
01 Permendikbudristek no 7 th 2022_standar isi pendidikan.pdf
 
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdf
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdfPermendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdf
Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.pdf
 
Permendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdf
Permendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdfPermendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdf
Permendikbudristek 7 Tahun 2022 Standar Isi.pdf
 
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
 
Permen 7
Permen 7Permen 7
Permen 7
 
Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013
Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013
Permendikbud no 79 tahun 2014 tentang muatan lokal kurikulum 2013
 
Kepmendikbud nomor 719 p 2020
Kepmendikbud nomor 719 p 2020Kepmendikbud nomor 719 p 2020
Kepmendikbud nomor 719 p 2020
 
Kepmendikbud Nomor 719/2020
Kepmendikbud Nomor 719/2020Kepmendikbud Nomor 719/2020
Kepmendikbud Nomor 719/2020
 
Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA
Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMAKonsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA
Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA
 
Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...
Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...
Kebijakan pemprov dki jakarta di bidang pendidikan 27122018 (gunas mahdianto)...
 
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
 
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
 
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi KurikulumPermendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum
 
Salinan permen diknas no. 58 th.2014
Salinan permen diknas no. 58 th.2014Salinan permen diknas no. 58 th.2014
Salinan permen diknas no. 58 th.2014
 
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...Salinan   permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
Salinan permendikbud nomor 81 a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum g...
 
Salinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garuda
Salinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garudaSalinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garuda
Salinan permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum-garuda
 

More from Nandang Sukmara

Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Nandang Sukmara
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmNandang Sukmara
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Nandang Sukmara
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalNandang Sukmara
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatNandang Sukmara
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasNandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Nandang Sukmara
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganNandang Sukmara
 
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pnsBkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pnsNandang Sukmara
 
185 matriks sop1 pensiun
185 matriks sop1 pensiun 185 matriks sop1 pensiun
185 matriks sop1 pensiun Nandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...
Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...
Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...Nandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Nandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...
Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...
Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...Nandang Sukmara
 

More from Nandang Sukmara (20)

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakat
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
 
Pp38
Pp38Pp38
Pp38
 
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikanMasterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Lampiran iii br
Lampiran iii brLampiran iii br
Lampiran iii br
 
Lampiran i br
Lampiran i brLampiran i br
Lampiran i br
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
 
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pnsBkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
 
185 matriks sop1 pensiun
185 matriks sop1 pensiun 185 matriks sop1 pensiun
185 matriks sop1 pensiun
 
Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...
Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...
Perka bkn nomor_20_tahun_2011pedoman_penghitungan_tunjangan_kinerja_pegawai_n...
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
 
Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...
Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...
Perka bkn nomor_18_tahun_2011pedoman_pengelolaan_tata_naskah_kepegawaian_pega...
 

StandarPendidikanDaerah

  • 1. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007; MEMUTUSKAN:
  • 2. Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH . Pasal 1 (1) Setiap pemerintah daerah wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. (2) Standar pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Pengelola pendidikan yang terbukti menyelenggarakan pendidikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Desember 2007 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, Muslikh, S.H. NIP 131479478 2
  • 3. SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 50 TAHUN 2007 TANGGGAL 7 DESEMBER 2007 STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI A. Perencanaan Program 1. Pemerintah provinsi merumuskan visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. 2. Visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di bidang pendidikan. 3. Pemerintah provinsi memiliki sistem informasi berbasis TIK yang meliputi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik pendidikan yang baku, akurat, valid, dan mutakhir untuk daerahnya masing-masing sekurang- kurangnya mengenai: a. anak usia dini, usia wajib belajar, termasuk jumlah peserta didik pendidikan dasar dan menengah (TK/RA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, Paket B, Paket C, serta pendidikan yang sederajat); b. status sosial ekonomi orang tua/wali peserta didik; c. peserta didik yang mengulang kelas, putus sekolah, dan tamatan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/ SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, Paket B, Paket C, serta pendidikan yang sederajat); d. anggota masyarakat buta aksara; e. anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil, terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi; f. satuan pendidikan yang telah melaksanakan proses penjaminan mutu; g. kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; h. akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal; i. bentuk, jenis, dan jenjang satuan pendidikan formal dan nonformal yang menyelenggarakan program relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; j. sekolah bertaraf internasional (SBI); k. satuan pendidikan yang sudah dan belum memenuhi standar nasional pendidikan; 3
  • 4. l. pendanaan pendidikan baik yang bersifat investasi maupun operasional; m. kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan. 4. Pemerintah provinsi memutakhirkan data statistik pendidikan untuk daerahnya setiap tahun. 5. Pemerintah provinsi melakukan pemetaan permasalahan pendidikan yang mencakup: a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); b. wajib belajar; c. angka partisipasi pendidikan menengah; d. penuntasan pemberantasan buta aksara; e. anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil, terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi; f. penjaminan mutu satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat; g. peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; h. akreditasi pendidikan, baik formal maupun nonformal; i. peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat; dan j. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Pendidikan (SNP). 6. Pemerintah provinsi memfasilitasi pengembangan kapasitas peningkatan mutu pelayanan pendidikan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 7. Pemerintah provinsi mengkaji, menganalisis, dan membuat model fasilitasi, asistensi, dan advokasi untuk mengatasi permasalahan bidang pendidikan yang dihadapi daerahnya sebagai dasar penyusunan: a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) provinsi bidang pendidikan yang menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mengacu pada RPJP Nasional; b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai rencana strategis provinsi bidang pendidikan, yang menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, mengacu pada rencana strategis pendidikan nasional; 4
  • 5. c. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RPTD) provinsi bidang pendidikan yang mengacu kepada RPJMD dan RPJPD provinsi bidang pendidikan. 8. RPTD provinsi bidang pendidikan wajib memprioritaskan penyelesaian permasalahan pendidikan antar-kabupaten/kota di daerahnya meliputi program: a. wajib belajar; b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah; c. penuntasan pemberantasan buta aksara; d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat; e. peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; f. akreditasi pendidikan formal dan nonformal; g. peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat; h. beasiswa bagi anak cerdas dan berbakat dari keluarga yang kurang mampu; i. pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. 9. RPTD provinsi bidang pendidikan: a. dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca dan dipahami oleh pihak-pihak yang terkait; b. dijadikan dasar pengelolaan pendidikan secara mandiri, efisien, dan efektif; c. dipertanggungjawabkan secara transparan melalui berbagai media. 10. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan dewan pendidikan provinsi, Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M), Badan Akreditasi Provinsi Pendidikan Nonformal (BAP-PNF), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI), Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan lainnya. 11. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan kantor wilayah departemen agama provinsi dalam melakukan perencanaan di bidang pendidikan. 5
  • 6. B. Pelaksanaan Rencana Kerja Bidang Pendidikan 1. Program Wajib Belajar a. Pemerintah provinsi merencanakan program fasilitasi, asistensi, dan advokasi untuk penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan kondisi dan potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah provinsi menetapkan program wajib belajar pendidikan dasar dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi menjamin terselenggaranya koordinasi dan integrasi penyelenggaraan pendidikan, pengembangan sistem pendanaan pendidikan, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan antar-kabupaten/kota di wilayahnya dalam pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar. d. Pemerintah provinsi mengoordinasikan: 1) penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar tanpa memungut biaya; 2) penyediaan biaya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun yang belum lulus pendidikan dasar. e. Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar. f. Gubernur bertanggung jawab terhadap koordinasi dan integrasi pengelolaan program wajib belajar pendidikan dasar antar-kabupaten/kota. 2. Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah a. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan penyelenggaraan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota sesuai dengan kondisi dan potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya koordinasi penyelenggaraan pendidikan, pengembangan sistem pendanaan, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, dan penyediaan sarana dan prasarana antar-kabupaten/kota untuk pelaksanaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. d. Pemerintah provinsi mengoordinasikan terselenggaranya program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota. e. Pemerintah provinsi mengatur pelaksanaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah antar-kabupaten/kota. 6
  • 7. f. Gubernur bertanggung jawab terhadap hasil fasilitasi, asistensi, advokasi, dan koordinasi pengelolaan peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. 3. Program Pendidikan Keaksaraan a. Pemerintah provinsi merencanakan kebijakan penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan antar-kabupaten/kota sesuai dengan kondisi dan potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan operasional program pendidikan keaksaraan antar-kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi menjamin terselenggaranya koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan sistem pendanaan, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, dan penyediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan antar-kabupaten/kota di daerahnya. d. Pemerintah provinsi mengoordinasikan: 1) penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan tanpa memungut biaya; 2) penyediaan biaya pendidikan setiap warga negara usia pendidikan keaksaraan yang dirinya, orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan. e. Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi, pelaksanaan program pendidikan keaksaraan antar-kabupaten/kota, sesuai dengan kondisi dan potensi daerahnya. f. Gubernur bertanggung jawab terhadap hasil fasilitasi, asistensi, advokasi, dan koordinasi pengelolaan pendidikan keaksaraan antar kabupaten/kota. 4. Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan a. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan antar-kabupaten/kota sesuai dengan kondisi dan potensinya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program penjaminan mutu pada satuan pendidikan antar-kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi mengoordinasikan penyelenggaraan satuan pendidikan, pengembangan sistem pendanaan, penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan antar-kabupaten/kota. d. Pemerintah provinsi mengoordinasikan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan untuk setiap satuan pendidikan antar kabupaten/kota. 7
  • 8. e. Pemerintah provinsi mengoordinasikan pendistribusian dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan antar-kabupaten/kota secara proporsional yang disesuaikan dengan SNP. f. Pemerintah provinsi mengangkat kepala dinas pendidikan yang profesional, kompeten, dan memenuhi persyaratan jabatan. g. Pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di setiap kabupaten/kota untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. h. Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi kepada masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengembangan satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional. i. Pemerintah provinsi menyiapkan sistem tanggap darurat rawan bencana alam yang menimpa satuan pendidikan di daerahnya masing-masing. j. Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi pelaksanaan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan, sesuai dengan kondisi dan potensi daerahnya. k. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, kantor wilayah departemen agama provinsi, LPMP, BPPNFI, dan LPTK untuk membantu pendidik dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, sesuai dengan SNP. l. Gubernur bertanggung jawab terhadap pengelolaan penjaminan mutu pada satuan pendidikan di wilayahnya. 5. Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Pemerintah provinsi mengoordinasikan pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan antar- kabupaten/kota. b. Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan antar- kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap koordinasi penyediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan untuk pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. d. Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. e. Pemerintah provinsi dan kantor wilayah departemen agama wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kewenangannya. 8
  • 9. f. Pemerintah provinsi mengatur fasilitasi, asistensi, dan advokasi pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. g. Pemerintah provinsi dan kepala kantor wilayah depertemen agama bertanggung jawab terhadap pengelolaan peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada jenjang pendidikan menengah. 6. Program Akreditasi Pendidikan a. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan sosialisasi program akreditasi pada satuan pendidikan dalam RPTD bidang pendidikan. b. Pemerintah provinsi menyosialisasikan program akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan satuan pendidikan sesuai standar. c. Gubernur membentuk badan akreditasi provinsi untuk membantu Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M). d. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan kantor wilayah departemen agama serta pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan persiapan bagi terselenggaranya program akreditasi pendidikan pada satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan nonformal. e. Gubernur bertanggung jawab terhadap terselenggaranya akreditasi pada program dan/atau satuan pendidikan, baik jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun satuan pendidikan nonformal. 7. Program Peningkatan Relevansi Pendidikan a. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan program peningkatan relevansi satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat antar kabupaten/kota. b. Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat antar- kabupaten/kota dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi menetapkan tingkat relevansi pendidikan sesuai dengan dunia usaha dan industri, budaya daerah, dan unggulan lokal pada satuan pendidikan. d. Pemerintah provinsi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan dunia usaha dan industri, kebutuhan objektif masyarakat dan lingkungannya pada setiap satuan pendidikan di daerahnya. e. Pemerintah provinsi mengatur pelaksanaan program relevansi pendidikan, sesuai dengan kondisi dan potensi daerahnya. 9
  • 10. f. Gubernur bertanggung jawab terhadap pengelolaan program relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan objektif masyarakat pada setiap satuan pendidikan. 8. Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan a. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan program sosialisasi pemenuhan SPM bidang pendidikan pada satuan pendidikan di daerahnya sesuai dengan ketentuan SNP. b. Pemerintah provinsi membuat petunjuk operasional program sosialisasi pencapaian SNP dalam RPTD bidang pendidikan. c. Pemerintah provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, advokasi, dan koordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan antar-kabupaten/kota di daerahnya untuk pelaksanaan program pencapaian SNP. d. Pemerintah provinsi menjamin terselenggaranya program sosialisasi pencapaian SNP. e. Pemerintah provinsi mengatur pelaksanaan program sosialisasi pencapaian SNP pada satuan pendidikan sesuai dengan kondisi objektif daerahnya. f. Gubernur bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program sosialisasi pencapaian SNP pada satuan pendidikan. 9. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan kantor wilayah departemen agama provinsi dalam pelaksanaan rencana, fasilitasi, asistensi, dan advokasi program wajib belajar, peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan, penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. C. Pengawasan dan Evaluasi 1. Program Wajib Belajar a. Pemerintah provinsi melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan dewan pendidikan provinsi dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar. b. Pemerintah provinsi dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan peraturan yang berlaku yang meliputi tingkat pencapaian program, pelaksanaan kurikulum, hasil belajar peserta didik, dan realisasi anggaran setiap tahun. c. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk memberikan teguran/sanksi kepada satuan pendidikan yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan peraturan yang berlaku. 10
  • 11. d. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 2. Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah a. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan pendidikan provinsi melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. b. Pemerintah provinsi dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah sesuai dengan SNP. c. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan menengah untuk mendukung program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah sesuai dengan peraturan yang berlaku. d. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 3. Program Pendidikan Keaksaraan a. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan pendidikan provinsi melakukan pengawasan terhadap satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan keaksaraan. b. Pengawasan yang dilakukan terhadap satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan keaksaraan dalam bentuk pengarahan, bimbingan, dan fasilitasi penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan. c. Pemerintah provinsi dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat melakukan evaluasi hasil pelaksanaan program pendidikan keaksaraan di daerahnya yang meliputi tingkat pencapaian program, pelaksanaan program pendidikan keaksaraan, termasuk realisasi anggaran setiap tahun. d. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik program pendidikan keaksaraan sesuai dengan peraturan yang berlaku. e. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program pendidikan keaksaraan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 11
  • 12. 4. Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan a. Pemerintah provinsi melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan supervisi pelaksanaan program penjaminan mutu satuan pendidikan yang berada di daerahnya. b. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan pendidikan provinsi, LPMP, BPPNFI, LPTK melakukan bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah. c. Pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, dewan pendidikan provinsi, LPMP, BPPNFI, dan LPTK melakukan evaluasi pelaksanaan program penjaminan mutu satuan pendidikan di daerahnya. d. Pemerintah provinsi bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota dan Kantor Wilayah Departemen Agama menggunakan hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya. e. Pemerintah provinsi melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap satuan pendidikan yang bertaraf internasional. f. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk mengarahkan dan membina satuan pendidikan dasar dan menengah yang melanggar ketentuan program penjaminan mutu, sesuai dengan peraturan yang berlaku. g. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 5. Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Pemerintah provinsi melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di daerahnya. b. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk memberikan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang berprestasi dan berdedikasi tinggi serta teguran/sanksi terhadap yang melanggar ketentuan peningkatan kualifikasi dan kompetensi, sesuai dengan peraturan yang berlaku. c. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 6. Program Akreditasi Pendidikan a. Pemerintah provinsi melakukan evaluasi hasil pelaksanaan program akreditasi pada satuan pendidikan di daerahnya. 12
  • 13. b. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan pelaksanaan program akreditasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku. c. Pemerintah provinsi mewajibkan BAP S/M dan BAP PNF menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program akreditasi kepada BAN-S/M dan BAN-PNF, gubernur, kantor wilayah departemen agama provinsi, bupati/walikota, dan kantor departemen agama kabupaten/kota. d. Gubernur bersama-sama dengan kepala kantor wilayah departemen agama provinsi, bupati/walikota, LPMP, BPPNFI, dan kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pembinaan terhadap satuan pendidikan sebagai tindak lanjut hasil akreditasi. 7. Program Peningkatan Relevansi Pendidikan a. Pemerintah provinsi dan kanwil departemen agama provinsi memfasilitasi, memberikan asistensi, dan advokasi terhadap pelaksanaan supervisi dan evaluasi kepada satuan pendidikan yang menyelenggarakan program peningkatan relevansi pendidikan. b. Pemerintah provinsi melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerahnya. c. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar ketentuan pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan dengan dunia usaha dan industri, kebutuhan objektif masyarakat, dan lingkungannya. d. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan dengan dunia usaha dan industri, serta kebutuhan masyarakat, dan lingkungannya di tingkat pemerintahan kabupaten/kota kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 8. Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan a. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan dewan pendidikan provinsi, LPMP, BPPNFI, dan LPTK dalam membina pengawas dan penilik untuk mensupervisi dan membantu satuan pendidikan memenuhi SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. b. Pemerintah provinsi melakukan evaluasi hasil pelaksanaan program pencapaian SNP pada satuan pendidikan. c. Pemerintah provinsi menyarankan kepada bupati/walikota untuk mengarahkan dan membina satuan pendidikan yang melanggar program pencapaian SNP. d. Pemerintah provinsi, berdasarkan hasil evaluasi, memberikan penghargaan kepada warga belajar, pelaku dunia usaha dan dunia industri, dan pengelola 13
  • 14. satuan pendidikan yang menunjukkan prestasi sangat baik dalam pelaksanaan pencapaian SNP. e. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan pencapaian SNP pada satuan pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. 9. Pemerintah Provinsi berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dalam melakukan pengawasan dan evaluasi program wajib belajar, peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan, penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, Muslikh, S.H. NIP 131479478 14
  • 15. SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 50 TAHUN 2007 TANGGGAL 7 DESEMBER 2007 STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA A. Perencanaan Program 1. Pemerintah kabupaten/kota merumuskan visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. 2. Visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan menjadi acuan dalam penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) kabupaten/kota bidang pendidikan. 3. Pemerintah kabupaten/kota memiliki sistem informasi berbasis TIK yang meliputi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik pendidikan yang baku, akurat, valid, dan mutakhir untuk daerahnya masing-masing sekurang-kurangnya mengenai: a. anak usia dini, usia wajib belajar, termasuk jumlah peserta didik pendidikan dasar dan menengah (TK/RA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, Paket A, Paket B, Paket C, serta pendidikan yang sederajat); b. status sosial ekonomi orang tua/wali peserta didik; c. peserta didik yang mengulang kelas, putus sekolah, dan tamatan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, Paket B, Paket C, serta pendidikan yang sederajat); d. anggota masyarakat buta aksara; e. anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil, terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi; f. satuan pendidikan yang telah melaksanakan proses penjaminan mutu; g. kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; h. akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal; i. bentuk, jenis, dan jenjang satuan pendidikan formal dan nonformal yang menyelenggarakan program relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; j. sekolah bertaraf internasional (SBI); k. satuan pendidikan yang belum memenuhi standar nasional pendidikan; 15
  • 16. l. pendanaan pendidikan baik yang bersifat investasi maupun operasional; m. kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan. 4. Pemerintah kabupaten/kota melakukan pemetaan pendidikan yang mencakup: a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); b. wajib belajar; c. angka partisipasi pendidikan menengah; d. penuntasan pemberantasan buta aksara; e. anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah terpencil, terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi; f. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat; g. peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; h. akreditasi pendidikan formal dan nonformal; i. peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat; dan j. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Pendidikan (SNP). 5. Pemerintah kabupaten/kota menyusun rencana operasional kabupaten/kota bidang pendidikan yang mengacu kepada rencana strategis bidang pendidikan pada pemerintah tingkat provinsi dan nasional. 6. Rencana operasional kabupaten/kota bidang pendidikan memprioritaskan program: a. wajib belajar; b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah; c. penuntasan pemberantasan buta aksara; d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat; e. peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; f. akreditasi pendidikan formal dan nonformal; 16
  • 17. g. peningkatan relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat; h. beasiswa bagi anak cerdas dan berbakat dari keluarga yang kurang mampu; i. pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. 7. Rencana operasional kabupaten/kota bidang pendidikan: a. dituangkan dalam dokumen yang menjadi panduan semua pihak dalam pengelolaan pendidikan di lingkungan kabupaten/kota; b. dijadikan dasar pengelolaan pendidikan secara efisien dan efektif; c. dipertanggungjawabkan secara transparan. 8. Pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun organisasi satuan kerja perangkat daerah bidang pendidikan memperhatikan tugas dan fungsi yang melayani: a. PAUD; b. pendidikan dasar; c. pendidikan menengah; d. pendidikan nonformal; e. sarana dan prasarana pendidikan; f. pendidik dan tenaga kependidikan; g. perencanaan dan penganggaran; h. data dan statistik pendidikan. 9. Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan dewan pendidikan kabupaten/kota dan organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan lainnya. 10. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama kabupaten/kota dalam melakukan perencanaan di bidang pendidikan. B. Pelaksanaan Rencana Kerja Bidang Pendidikan 1. Program Wajib Belajar a. Pemerintah kabupaten/kota membuat pentahapan pelaksanaan penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar dengan mengacu pada standar nasional sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar dalam rencana operasional bidang pendidikan. c. Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan bagi setiap satuan pendidikan pelaksana program wajib belajar pendidikan dasar. 17
  • 18. d. Pemerintah kabupaten/kota menjamin setiap warga negara usia wajib belajar di daerahnya mengikuti pendidikan dasar. e. Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program wajib belajar pendidikan dasar tanpa memungut biaya, dan menjamin biaya pendidikan setiap warga negara yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun yang belum lulus pendidikan dasar. f. Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar. g. Pemerintah kabupaten/kota wajib memfasilitasi, memberikan asistensi, advokasi, dan konsultasi pengelolaan program wajib belajar pendidikan dasar. h. Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program wajib belajar pendidikan dasar. 2. Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah a. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan penyelenggaraan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya dengan memperhatikan SNP dan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah dalam rencana operasional bidang pendidikan. c. Pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan bagi setiap satuan pendidikan pelaksana program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. d. Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. e. Pemerintah kabupaten/kota wajib memfasilitasi, memberikan asistensi, advokasi, dan konsultasi pengelolaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. f. Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. 3. Program Pendidikan Keaksaraan a. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program pendidikan keaksaraan dalam rencana operasional bidang pendidikan. 18
  • 19. c. Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan bagi setiap satuan pendidikan yang melaksanakan program pendidikan keaksaraan. d. Pemerintah kabupaten/kota menjamin setiap warga negara yang buta aksara di daerahnya untuk mengikuti program pendidikan keaksaraan. e. Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program pendidikan keaksaraan tanpa memungut biaya. f. Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program pendidikan keaksaraan, sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannya. g. Pemerintah kabupaten/kota wajib memfasilitasi, memberikan asistensi, advokasi, dan konsultasi, pengelolaan program pendidikan keaksaraan. h. Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program pendidikan keaksaraan. 4. Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan sesuai dengan kondisi dan potensi lingkungannnya dengan melibatkan peran serta masyarakat. b. Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program penjaminan mutu pada satuan pendidikan dalam rencana operasional bidang pendidikan. c. Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan pada setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan program penjaminan mutu. d. Jabatan struktural dan fungsional dalam bidang pendidikan diangkat dari pendidik dan tenaga kependidikan yang berprestasi dan memenuhi persyaratan jabatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. e. Pemerintah kabupaten/kota memproses pengangkatan kepala sekolah, pengawas, dan penilik dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku. f. Pemerintah kabupaten/kota menjamin pendistribusian pendidik dan tenaga kependidikan secara proporsional sesuai dengan SNP. g. Pemerintah kabupaten/kota melakukan penempatan tenaga kependidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan kualifikasi dengan memperhatikan prioritas tugas pokok dan fungsinya. h. Mutasi pendidik dan tenaga kependidikan, baik pada jabatan fungsional maupun struktural dilakukan berdasarkan kebutuhan objektif dan memenuhi persyaratan jabatan dengan dilengkapi orientasi tugas. i. Pemerintah kabupaten/kota menyiapkan sistem tanggap darurat rawan bencana alam yang menimpa satuan pendidikan di daerahnya. 19
  • 20. j. Pemerintah kabupaten/kota bersama-sama dengan pemerintah provinsi menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan dasar untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. k. Pemerintah kabupaten/kota membimbing dan membantu masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengembangan satuan pendidikan dasar menjadi bertaraf internasional. l. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program penjaminan mutu pada satuan pendidikan. m. Pemerintah kabupaten/kota atau kantor departemen agama kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya masing-masing memberikan izin kepada organisasi, lembaga, perorangan yang menyelenggarakan program pendidikan baik formal maupun nonformal. n. Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan, sesuai dengan kondisi objektif daerah masing- masing. o. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama kabupaten/kota dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam pelaksanaan penjaminan mutu satuan pendidikan formal dan dengan Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) dalam pelaksanaan penjaminan mutu satuan pendidikan nonformal. p. Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan penjaminan mutu pada satuan pendidikan di wilayahnya. 5. Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di daerahnya masing-masing secara transparan, adil, dan merata sesuai ketentuan yang berlaku. b. Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam rencana operasional bidang pendidikan. c. Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana untuk melaksanakan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. e. Bupati/walikota melalui satuan kerja perangkat daerah bidang pendidikan yang bersangkutan dan kepala kantor departemen agama kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. 20
  • 21. 6. Program Akreditasi Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota menyosialisasikan program akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan capaian sasaran akreditasi setiap tahun. b. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan program akreditasi pada satuan pendidikan dalam rencana operasional bidang pendidikan. c. Pemerintah kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota menjamin kesiapan satuan pendidikan untuk diakreditasi dengan memperhatikan SNP. d. Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program akreditasi pendidikan pada satuan pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan nonformal. e. Bupati/walikota melalui satuan kerja perangkat daerah bidang pendidikan dan/atau kantor departemen agama yang bersangkutan, bertanggung jawab atas kesiapan satuan pendidikan di daerahnya. 7. Program Peningkatan Relevansi Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan program peningkatan relevansi satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya manusia yang bermutu dan kompetitif. b. Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam rencana operasional bidang pendidikan. c. Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan program relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, budaya dan keunggulan lokal, pada satuan pendidikan dalam rangka memberdayakan potensi daerahnya masing-masing. d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada setiap satuan pendidikan. e. Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program relevansi pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. f. Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program relevansi pendidikan pada setiap satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 8. Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan program sosialisasi pemenuhan SPM bidang Pendidikan pada satuan pendidikan di daerahnya sebagaimana ditetapkan dalam SNP. 21
  • 22. b. Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan perencanaan program pemenuhan SPM bidang pendidikan pada satuan pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam SNP. c. Pemerintah kabupaten/kota membuat petunjuk operasional program sosialisasi pencapaian SNP dalam rencana operasional bidang pendidikan. d. Pemerintah kabupaten/kota menjamin: 1) tersedianya dana, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan untuk setiap satuan pendidikan dalam melaksanakan program pencapaian SNP; 2) kesiapan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berada di daerahnya untuk melaksanakan program pencapaian SNP. e. Pemerintah kabupaten/kota mengatur pelaksanaan program sosialisasi pencapaian SNP pada satuan pendidikan sesuai dengan kondisi objektif daerah masing-masing. f. Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap pengelolaan program pencapaian SNP pada satuan pendidikan formal dan nonformal. 9. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama kabupaten/kota dalam melaksanakan program wajib belajar, peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan, penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. C. Pengawasan dan Evaluasi 1. Program Wajib Belajar a. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan dewan pendidikan kabupaten/kota dan komite sekolah/madrasah dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar. b. Pemerintah kabupaten/kota dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat melakukan evaluasi pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sesuai SNP. c. Pemerintah kabupaten/kota memberikan sanksi kepada satuan pendidikan formal yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan peraturan yang berlaku. d. Pemerintah kabupaten/kota berdasarkan hasil evaluasi dapat menetapkan kebijakan untuk meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai jenjang pendidikan menengah. e. Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar kepada gubernur. 22
  • 23. 2. Program Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Menengah a. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan dewan pendidikan kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota, melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. b. Pemerintah kabupaten/kota dan/atau lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah sesuai SNP. c. Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan bimbingan kepada satuan pendidikan yang melanggar ketentuan penerimaan peserta didik program peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah. d. Bupati/walikota bertanggungjawab atas hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan menengah dan menyampaikannya kepada gubernur. 3. Program Pendidikan Keaksaraan a. Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan dewan pendidikan kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan keaksaraan agar terjaga keberlangsungan pelaksanaan program pendidikan keaksaraan yang bermutu. b. Pengawasan terhadap satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan keaksaraan meliputi pengarahan, bimbingan, dan fasilitasi penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan. c. Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan keaksaraan di daerahnya. d. Evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan keaksaraan dapat dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat sesuai dengan SNP. e. Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program pendidikan keaksaraan kepada gubernur. 4. Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan di daerahnya untuk menyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraan program penjaminan mutu sesuai dengan SNP. b. Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan LPMP dan BPPNFI melakukan supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam upaya melakukan program penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai SNP. 23
  • 24. c. Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan di daerahnya. yang meliputi kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan satuan pendidikan, dan realisasi anggaran setiap tahun. d. Pemerintah kabupaten/kota bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan Kantor Departemen Agama menggunakan hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya. e. Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan bimbingan kepada satuan pendidikan yang melanggar ketentuan program penjaminan mutu. f. Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program penjaminan mutu pada satuan pendidikan kepada gubernur. 5. Program Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu pendidik dan tenaga kependidikan di daerahnya dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya. b. Kantor departemen agama kabupaten/kota mensupervisi dan membantu pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan departemen agama dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya. c. Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan SNP. d. Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan yang melanggar ketentuan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. e. Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan kepada gubernur. 6. Program Akreditasi Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu kelancaran pelaksanaan akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal. b. Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program akreditasi pada satuan pendidikan di daerahnya. 24
  • 25. c. Pemerintah kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pembinaan terhadap satuan pendidikan sesuai dengan kewenangannya sebagai tindak lanjut hasil akreditasi. d. Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada satuan pendidikan yang melanggar ketentuan pelaksanaan program akreditasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. 7. Program Peningkatan Relevansi Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota dan kantor departemen agama kabupaten/kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan di daerahnya dalam melaksanakan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b. Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerahnya. c. Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada satuan pendidikan yang melanggar ketentuan pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. d. Hasil evaluasi pelaksanaan program peningkatan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat disampaikan kepada gubernur. 8. Program Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan a. Pemerintah kabupaten/kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan di daerahnya untuk memenuhi SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. b. Pemerintah kabupaten/kota melakukan evaluasi pelaksanaan program pencapaian SNP pada satuan pendidikan di daerahnya secara berkala. c. Pemerintah kabupaten/kota memberikan arahan dan pembinaan kepada satuan pendidikan yang belum mencapai SNP. d. Bupati/walikota menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan program pencapaian SNP pada satuan pendidikan di daerahnya kepada gubernur. e. Pemerintah kabupaten/kota berdasarkan hasil evaluasi, memberikan penghargaan kepada warga belajar, pelaku dunia usaha dan dunia industri, serta pengelola satuan pendidikan yang menunjukkan prestasi sangat baik dalam pelaksanaan program pencapaian SNP. 25
  • 26. 9. Pemerintah kabupaten/kota memberikan sanksi berupa pencabutan izin satuan pendidikan dasar, satuan pendidikan menengah, satuan/penyelenggara pendidikan nonformal yang melanggar ketentuan perundangan yang berlaku. 10. Pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan kantor departemen agama kabupaten/kota dalam melakukan pengawasan dan evaluasi program wajib belajar, peningkatan angka partisipasi pendidikan menengah, pendidikan keaksaraan, penjaminan mutu satuan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, akreditasi pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, dan pemenuhan SPM bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan SNP. MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, Muslikh, S.H. NIP 131479478 26