2. STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETANI
Jokowi Minta Petani
Keluar dari Rutinitas "On
farm" dan mulai
memaksimalkan kegiatan
"off farm" yang berkaitan
dengan penjualan produk-
produk pertanian
(Arahan Presiden pada Ratas Sektor
Pertanian 10/12 2019)
Presiden Joko Widodo
4. DESAIN RANTAI NILAI PRODUK SETELAH DIKEMBANGKAN
KORPORASI PETANI
Ambisi inisiatif
pengembangan
Korporasi Petani
adalah menjadikan
petani berdaulat
dalam pengelolaan
on farm dan off
farm.
5. Permentan No 18 Tahun 2018:
Kelembagaan Ekonomi Petani berbadan hukum berbentuk koperasi atau badan
hukum lain dengan sebagian besar kepemilikan modal
dimiliki oleh petani
PENGERTIAN KORPORASI PETANI
6. u-
n
w. en.
Petani: Individual
Kelompoktani: Konvensional
Gapoktan: Belum berskala
ekonomi
Tujuan
Mendorong
terbentuknya
usahatani skala
ekonomi
Membentuk organisasi
petani berbasis
manajemen agribisnis
berkarakter perusahaan
Peningkatan skala
Usahatani, daya saing
produk dan
menguntungkan
Memberikan
nilai tambah
kepada petani
dan usahatani
Mendorong para petani
untuk berkelompok
besar dalam satu
manajemen berbasis
kawasan pertanian
Mempermudah
akses
permodalan,
saprodi, dan
pemasaran
Meningkatkan posisi tawar,
pendapatan dan kesejahteraan
petani
KOPERASI
Skala usaha
Berbasis kawasan
Manajemen Bisnis
KORPORASI PETANI
SwastaAsuransiPerbankan
7. TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PETANI
MENJADI KORPORASI PETANI
KELEMBAGAAN PETANI
Lembaga yang
ditumbuhkembangka
n dari, oleh, dan
untuk petani guna
memperkuat
kerjasama dalam
memperjuangkan
kepentingan petani
(poktan, gapoktan,
asosiasi, dewan
komoditas nasional)
KELEMBAGAAN
EKONOMI/BUMP
Organisasi yang
melaksanakan
kegiatan usahatani
dari hulu sampai hilir
yang
ditumbuhkembangkan
oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum
maupun yang tidak
berbadan hukum
(koperasi atau badan
usaha milik petani
lainnya)
KORPORASI
TANI
Percepatan
Adopsi
Modernisasi
Pertanian oleh
Petani
Usaha Berskala
Ekonomi
Berorientasi
Pasar dan
Kawasan
(Sinergi
Manajemen
Sistem Hulu-hilir)
Fasilitasi Pengembangan
Agroindustri melalui
Penyuluhan , Pelatihan dan
Pendidikan
8. Aksesibilitas terhadap
fasilitasi dan
infrastruktur publik
Aksesibilitas terhadap
Permodalan
Konsolidasi petani ke
dalam suatu
kelembagaan korporasi
Konektivitas dengan mitra
industri pengolahan dan
perdagangan modern.
Aksesibilitas terhadap
sarana pertanian modern
1 5
42
3
Lima Elemen
Utama
Pembentukan
Korporasi Petani
9. n
w. en.
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN
1. Identifikasi Kondisi
Wilayah
a. Keragaan kelembagaan petani
dan potensi badan hukumnya;
b. Kondisi penyediaan prasarana
dasar pertanian;
c. Kondisi pelaku sarana
pertanian;
d. Kondisi aksesibilitas terhadap
sumber modal dan asuransi;
e. Keragaan kelembagaan industri
pengolahan atau usaha
perdagangan modern
2. Analisis Potensi Pengembangan
a. menganalisis tingkat kesiapan
kelembagaan tani untuk dapat
dikonsolidasikan sebagai
kelembagaan usaha ekonomi
berbadan hukum;
b. menganalisis tingkat kesiapan
pelaku usaha untuk dapat
dikonsolidasikan sebagai jaringan
kelembagaan usaha ekonomi
berbasis korporasi; dan
c. menganalisis tingkat kapasitas dan
ketersediaan dukungan prasarana
dan sarana penunjang.
10. n
w. en.
PRASYARAT DAN KRITERIA PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI BERBASIS
KOPERASI
Prasyarat Kriteria
Pelaku Utama (Petani)1
Tergabung dalam kelompok, unit-
unit usaha
Bergerak di sektor agribisnis
Pelaku Usaha2
Bergerak di bidang Saprodi, Alsintan,
Pemasaran, Pengolahan dan
Permodalan
Berkomitmen membantu petani
untuk mengembangkan
usahataninya
Komoditas Utama/Unggulan3
Memiliki nilai jual, potensi tinggi dan
berorientasi pasar
Kawasan/Skala Ekonomi4
Kelembagaan Berbadan Hukum5
Difokuskan dalam bentuk Koperasi
Mengacu skala ekonomi berbasis
kawasan per komoditas
Memiliki perencanaan usaha (business plan);
Melakukan kegiatan usaha berkelompok
yang berorientasi pasar;
Basis usaha dilakukan dari hulu sampai
dengan hilir dengan menerapkan prinsip
agribisnis dan sifat usaha yang
berkelanjutan;
Memiliki jejaring usaha (antar kelompok,
gapoktan, koperasi dan antar wilayah kerja
pemerintahan;
Memiliki kemitraan dengan pelaku usaha
dan BUMN/BUMD (terdapat MoU)
11. n
w. en.
PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI
Pembagian Peran
PEMERINTAH STAKEHOLDER
a. Regulasi dan Kebijakan
b. Bantuan awal sarana
prasarana
c. Pendampingan dan
pembinaan
simultan/berkelanjutan
d. Pelatihan
e. Inovasi Teknologi
f. Fasilitasi akses yang
dibutuhkan
a. Permodalan
b. Pemasaran
c. Pengolahan
d. Alat Mesin Pertanian
e. Standarisasi jaminan mutu
f. Kemitraan/Mitra Usaha
g. Penyediaan Input
h. Teknologi
12. ALUR PENUMBUHAN KORPORASI PETANI
(BERDASARKAN GRAND DESIGN KORPORASI PETANI KEMENTAN)
Poktan/
Gapoktan
KUB/LEM/
LKM-A
Koperasi
Produsen Primer
Perusahaan
Perseroan
Koperasi
Produsen
Sekunder
13. KEPENGURUSAN
PROGRAM KERJA
• Pembahasan struktur
organisasi
• Kriteria kepengurusan
• Pedoman kerja
• Keanggotaan dan
kawasan
REMBUG
• Perencanaan Bisnis
• Sistem Administrasi
• Sistem Insentif
• Sistem Rekruitment
RAPAT
PENGURUS
• Bentuk Kerjasama
• Sistem Informasi
• Sistem Koordinasi
RAPAT
ANGGOTA
DAFTAR KEMENKUMHAM
BADAN HUKUM KOPERASI
DINAS TERKAIT
APARAT DESA/KEC
PENYULUH
PETANI
KELOMPOKTANI
PRODUKSI
PASAR
MITRA (MoU)
PENUMBUHAN KORPORASI PETANI BERBASIS KOPERASI
14. MODEL KORPORASI PETANI
BERBASIS KOPERASI
1. Bussines Consolidation
2. Management Consolidation
3. Partnership
Pemerintah
Pusat & Daerah
Gapoktan
POKTAN
Counseling
Bantuan/Subsidi &
Counseling
Mitra
Usaha
Mitra Bisnis
Strategis
Koperasi
Sekunder
BUMDES
Konsolidasi kelembagaan (4-5 desa:
1000-6000 ha)
Industri Terpadu
Koperasi Primer
Gudang & Distribution
Center
ON FARM PEMROSESAN DISTRIBUSI & PEMASARAN
Toko Tani Indonesia
Food Station
Outlet BUMN
HOREKA
Super Market
Tahun 1-2Phase Tahun ke 3
16. TATA KELOLA KORPORASI PETANI BERBASIS KOPERASI
1. Korporasi petani dikembangkan dengan
pendekatan venture builder, yaitu
membangun berbagai anak-anak usaha di
bawah koperasi sekunder
2. Tiga pihak yang berkolaborasi: (1) petani
sebagai worker-owner; (2) investor-owner;
dan (3) builder-owner atau seorang
usahawan yang sudah berpengalaman,
memiliki dan mengelola usaha tertentu
3. Membangun/mengembangkan usaha baru
melalui kolaborasi antara worker-
owner/petani memiliki tenaga, investor
memiliki modal, dan builder berperan
dalam membangun usaha.
4. Status para worker-owner/petani adalah
karyawan/pekerja korporasi. Mereka juga
bisa berperan sebagai investor pada anak
usaha yang lain
5. Skema investasi dalam korporasi petani
bersifat crowd investment, yaitu sebuah
skema penyertaan modal korporasi
dengan nominal kecil sehingga dapat
diakses banyak orang.
6. Pihak-pihak (worker-owner, investor-
owner; dan builder-owner) akan
memperoleh bagi hasil dari usaha sesuai
dengan kesepakatan karena ketiga pihak
tersebut secara bersama-sama (co-
ownership) memiliki usaha tersebut.
7. Pengurus dan pengelola korporasi akan
diberikan bagi hasil
17. n
w. en.
LANGKAH PENDAMPINGAN OLEH PENYULUH
PERTANIAN DAN APARATUR TEKNIS PEMBINA
memfasilitasi penjajakan
peluang pemasaran produk ke
industri pengolahan dan
pemasaran potensial melalui
berbagai jaringan;
melakukan bimbingan untuk memperkuat
administrasi koperasi seperti pengelolaan
keanggotaan, keuangan dan aset;
melakukan bimbingan untuk memperkuat
kapasitas manajemen produksi, operasi
termasuk logistik dalam rangka
mengimplementasikan prinsip-prinsip
korporasi diantaranya efisiensi biaya dan
maksimisasi keuntungan;
melakukan bimbingan untuk
mengadopsi teknologi budidaya,
pengolahan dan pemanfaatan
teknologi informasi;
memfasilitasi temu usaha dan
penyusunan kontrak
kerjasama/kemitraan dengan
calon off taker potensial.
18. Potensi Brain Gain Aktor
Usia Pertengahan (30-
50 thn) – produktif,
aktif, kreatif
Pendidikan menengah
cenderung tinggi
Penguasaan teknologi
rendah tapi cenderung
mau belajar
Tingkat kosmopolitan
tinggi
Posisi di masyarakat
pengambil keputusan
Pendidikan non formal
rendah (perlu
dukungan eksternal) Hasil Penelitian
Haryanto et al. 2018