SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Lampiran Gambar Lepra
1. Tuberculoid Lepra (TT)
2. Borderline TuberculoidLeprosy(BT)
3. Mid Borderline Leprosy(BB)
4. Boderline Lepromatous (BL)
5. Lepromatous Leprosy (LLs)
I. DD
a. Indeterminate : P. Alba, hipopigmentasi, post inflamasi
b. Lesi papul dan nodul : limfoma, dermatofibroma, sarcoidosis
c. Nodul berulang : ENL, eritema nodosum, eritema induratum, vaskulitis
d. Plak : mikosis fungioides, psoriasis
II. Penegakan Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada  gambaran klinis, bakterioskopis(BTA), dan histopatologis
Cardinal sign lepra: Setidak-tidaknya, 2 dari 3 pertama harus ada untuk diagnosis
1. Anestesi
2. Pembesaran saraf dan abnormalitas saraf perifer
3. Lesi kulit
4. BTA dari smear kulit pada lepromatosa dan lesi borderline
Bagan diagnosis klinis menurut WHO (1995)
PB MB
Lesi kulit (makula datar, papul
yang meninggi, nodus
1-5 lesi
Hipopigmentasi/eritema
Distribusi tidak simetris
Anestesia jelas
> 5 lesi
Distribusi lebih simetris
Anestesia kurang jelas
Kerusakan saraf (menyebabkan
anestesia/kelemahan otot)
Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
a. Anamnesis
1. Anestesi
2. Pembesaran saraf dan abnormalitas saraf perifer
3. Adanya lesi kulit
4. Kesemutan/baal
5. Sosialekonomi
6. Kebersihan lingkungan
Reaksi lepra
1. Reaksi tipe 1 (reaksi reversal)
 Terjadi pada tipe borderline (Li,BL,BB,BT,Ti), bisa terjadi spontan, cepat dan mendadak  karena
peningkatan sistem imun selular yang mendadak
 Biasanya terjadi pada pengobatan 6 bulan pertama
 Neuritis dan/atau lesi kulit
 Neuritis ; nyeri saraf dengan hilangnya fungsi sensorik dan motorik
 Lesi kulit ; lesi bertambah aktif atau timbul lesi baru. Hipopigmentasi menjadi eritem,
eritem menjadi makin eritematous, makula menjadi infiltrat, infiltrat jadi makin infiltratif, dan
lesi lama menjadi makin luas.
2. Reaksi tipe 2 (ENL=eritema nodosum leprosum)
 timbul pada tipe LL ( lepromatosa polar) dan dapat pula BL
 Secara imunopatologis, ENL termasuk respons imun humoral, berpa fenomena kompleks imun akibat
reaksi antara antigen M. Leprae + antibodi (IgM, IgG) + komplemen  KOMPLEKS IMUN
 Terjadi spontan atau setelah pengobatan (pengobatan pada tahun kedua  karena banyak basil leprae
yang mati, sehingga banyak antigen yang bereaksi dengan antibodi serta mengaktifkan komplemen)
 Timbul nodus eritema dan nyeri pada kulit, tempat predileksi di lengan dan tungkai
 Mengenai organ lain: iridosiklitis, neuritis akut, linfadenitis, arthritis, orkitis, dan nefritis akut.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi. Pasien diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul, dan tertawa untuk
mengetahui fungsi saraf wajah.
2. Inspeksi dan perhatikan semua kelainan / lesi kulit diseluruh tubuh seperti adanya makula,
nodul, jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan kulit, dan kehilangan rambuh tubuh (
alopesia dan madarosis)
3. Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit dengan menggunakan kapas ( rasa raba), jarum pentul
yang tajam dan tumpul ( rasa nyeri), serta air panas dan dingin dalam tabung reaksi( rasa suhu).
4. Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya, dilakukan pada n.auricularis, n ulnaris, n. radialis,
n.medianus, n.peroneus, dan n.tibialis posterior.
5. Pemeriksaan fungsi saraf otonom, yaitu memeriksa ada tidakny kekeringan pada lesi akibat
tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan menggunakan pensil tinta ( uji Gunawan)
6. Iritis
PEMERIKSAAN FISIK UNTUK TANDA-TANDA KELUMPUHAN SARAF
1. Gejala-gejala kerusakan saraf:
 N. Ulnaris
 Anestesi ujung jari anterior kelingking dan jari manis
 Clawing kelingking dan jari manis
 Atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial
 N. Medianus
 Anestesia pada ujung jari anterior ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
 Tidak mampu aduksi ibu jari
 Clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
 Ibu jari kontraktur
 Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
 N. Radialis
 Anestesi dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk
 Tangan gantung (wrist drop)
 Tidak mampu ekstensi jari-jari atan pergelangan tangan
 N. Poplitea lateralis
 Anestesi tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis
 Kaki gantung (doot drop)
 Kelemahan otot peroneus
 N. Tibialis posterior
 Anestesi telapak kaki
 Claws toes
 Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
 N. Fasialis
 Cabang temporal dan zigomatikus menyebabkan lagolftalmus
 Cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan
mengatupkan bibir.
 N. Trigeminus
 Anestesi kulit wajah, kornea dan konjungtiva
Penatalaksanaan
7. Berdasarkan WHO  MDT (multidrug treatment):
a. Pausibasiler
 Dapsone 100 mg/hari
 Rifampisin 600 mg/bulan
 selama 6 bulan
b. Multibasiler
 Bulanan: rifampisin 600 mg/bulan
 Diawasi: clofazimin 100 mg/hari
 Harian: dapsone 100 mg, clofazimin 50mg
 selama 12 bulan/ 1 tahun
c. Pausibasiler dengan lesi tunggal
ROM  Rifampisin 600 mg, Ofloxacin 400 mg, Minocyclin 100 mg

More Related Content

What's hot

Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Ade Wijaya
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahregiregene
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo BullosaPhil Adit R
 

What's hot (20)

Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 

Similar to Lepra osce

asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaKEPKNHM
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxariSatya2
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfZaidHidayah
 
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta zara larasati
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Ekky Rahmawan
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxDionPHutasoit
 
PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptssuser963a65
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptTeguhPanca1
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptAloisiaDysi2
 
MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)
MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)
MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)aditya romadhon
 

Similar to Lepra osce (20)

LEPRA.pptx
LEPRA.pptxLEPRA.pptx
LEPRA.pptx
 
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Sle jadi
Sle jadiSle jadi
Sle jadi
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Satpel laminektomi
Satpel  laminektomiSatpel  laminektomi
Satpel laminektomi
 
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta
 
Eflorecensi
EflorecensiEflorecensi
Eflorecensi
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
 
PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)
MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)
MODUL DISEASE AFFECTING SPINAL CORD (Bahasa Indonesia)
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Psoriasis vulgaris
Psoriasis vulgarisPsoriasis vulgaris
Psoriasis vulgaris
 

Recently uploaded

Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfssuser1cc42a
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 

Recently uploaded (20)

Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 

Lepra osce

  • 1. Lampiran Gambar Lepra 1. Tuberculoid Lepra (TT) 2. Borderline TuberculoidLeprosy(BT) 3. Mid Borderline Leprosy(BB)
  • 2. 4. Boderline Lepromatous (BL) 5. Lepromatous Leprosy (LLs)
  • 3. I. DD a. Indeterminate : P. Alba, hipopigmentasi, post inflamasi b. Lesi papul dan nodul : limfoma, dermatofibroma, sarcoidosis c. Nodul berulang : ENL, eritema nodosum, eritema induratum, vaskulitis d. Plak : mikosis fungioides, psoriasis II. Penegakan Diagnosis Diagnosis didasarkan pada  gambaran klinis, bakterioskopis(BTA), dan histopatologis Cardinal sign lepra: Setidak-tidaknya, 2 dari 3 pertama harus ada untuk diagnosis 1. Anestesi 2. Pembesaran saraf dan abnormalitas saraf perifer 3. Lesi kulit 4. BTA dari smear kulit pada lepromatosa dan lesi borderline Bagan diagnosis klinis menurut WHO (1995) PB MB Lesi kulit (makula datar, papul yang meninggi, nodus 1-5 lesi Hipopigmentasi/eritema Distribusi tidak simetris Anestesia jelas > 5 lesi Distribusi lebih simetris Anestesia kurang jelas Kerusakan saraf (menyebabkan anestesia/kelemahan otot) Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf a. Anamnesis 1. Anestesi 2. Pembesaran saraf dan abnormalitas saraf perifer 3. Adanya lesi kulit 4. Kesemutan/baal 5. Sosialekonomi 6. Kebersihan lingkungan Reaksi lepra 1. Reaksi tipe 1 (reaksi reversal)  Terjadi pada tipe borderline (Li,BL,BB,BT,Ti), bisa terjadi spontan, cepat dan mendadak  karena peningkatan sistem imun selular yang mendadak  Biasanya terjadi pada pengobatan 6 bulan pertama  Neuritis dan/atau lesi kulit  Neuritis ; nyeri saraf dengan hilangnya fungsi sensorik dan motorik  Lesi kulit ; lesi bertambah aktif atau timbul lesi baru. Hipopigmentasi menjadi eritem, eritem menjadi makin eritematous, makula menjadi infiltrat, infiltrat jadi makin infiltratif, dan lesi lama menjadi makin luas. 2. Reaksi tipe 2 (ENL=eritema nodosum leprosum)  timbul pada tipe LL ( lepromatosa polar) dan dapat pula BL  Secara imunopatologis, ENL termasuk respons imun humoral, berpa fenomena kompleks imun akibat reaksi antara antigen M. Leprae + antibodi (IgM, IgG) + komplemen  KOMPLEKS IMUN  Terjadi spontan atau setelah pengobatan (pengobatan pada tahun kedua  karena banyak basil leprae yang mati, sehingga banyak antigen yang bereaksi dengan antibodi serta mengaktifkan komplemen)  Timbul nodus eritema dan nyeri pada kulit, tempat predileksi di lengan dan tungkai  Mengenai organ lain: iridosiklitis, neuritis akut, linfadenitis, arthritis, orkitis, dan nefritis akut. b. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi. Pasien diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul, dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah.
  • 4. 2. Inspeksi dan perhatikan semua kelainan / lesi kulit diseluruh tubuh seperti adanya makula, nodul, jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan kulit, dan kehilangan rambuh tubuh ( alopesia dan madarosis) 3. Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit dengan menggunakan kapas ( rasa raba), jarum pentul yang tajam dan tumpul ( rasa nyeri), serta air panas dan dingin dalam tabung reaksi( rasa suhu). 4. Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya, dilakukan pada n.auricularis, n ulnaris, n. radialis, n.medianus, n.peroneus, dan n.tibialis posterior. 5. Pemeriksaan fungsi saraf otonom, yaitu memeriksa ada tidakny kekeringan pada lesi akibat tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan menggunakan pensil tinta ( uji Gunawan) 6. Iritis PEMERIKSAAN FISIK UNTUK TANDA-TANDA KELUMPUHAN SARAF 1. Gejala-gejala kerusakan saraf:  N. Ulnaris  Anestesi ujung jari anterior kelingking dan jari manis  Clawing kelingking dan jari manis  Atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial  N. Medianus  Anestesia pada ujung jari anterior ibu jari, telunjuk, dan jari tengah  Tidak mampu aduksi ibu jari  Clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah  Ibu jari kontraktur  Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral  N. Radialis  Anestesi dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk  Tangan gantung (wrist drop)  Tidak mampu ekstensi jari-jari atan pergelangan tangan  N. Poplitea lateralis  Anestesi tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis  Kaki gantung (doot drop)  Kelemahan otot peroneus  N. Tibialis posterior  Anestesi telapak kaki  Claws toes  Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis  N. Fasialis  Cabang temporal dan zigomatikus menyebabkan lagolftalmus  Cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan mengatupkan bibir.  N. Trigeminus  Anestesi kulit wajah, kornea dan konjungtiva Penatalaksanaan 7. Berdasarkan WHO  MDT (multidrug treatment): a. Pausibasiler  Dapsone 100 mg/hari  Rifampisin 600 mg/bulan  selama 6 bulan b. Multibasiler  Bulanan: rifampisin 600 mg/bulan  Diawasi: clofazimin 100 mg/hari  Harian: dapsone 100 mg, clofazimin 50mg  selama 12 bulan/ 1 tahun c. Pausibasiler dengan lesi tunggal ROM  Rifampisin 600 mg, Ofloxacin 400 mg, Minocyclin 100 mg