1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sifilis pertama kali ditemukan di Eropa pada akhir abad ke-15 dan pada
tahun 1905, Schaundinn dan Hoffman menemukan penyebab penyakit ini yaitu
Treponema pallidum (Feigin RD, 1987). Penyakit sifilis didapat ditularkan
(acquired) melalui kontak seksual. Sifilis primer ditandai dengan adanya luka
yang tidak nyeri, mengeras, dan sembuh dalam 7-10 hari. Sifilis sekunder ditandai
dengan kelainan pada kulit dan membran mukosa yang terjadi selama 4-6 minggu.
Sifilis kongenital ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intrauterin.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun
pertama kehidupan anak. Jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak,
penyakit disebut sifilis kongenital lanjut. Gambaran klinis sifilis kongenital dini
sangat bervariasi, mengenai berbagai organ, dan menyerupai sifilis stadium II.
Infeksi pada janin terjadi melalui aliran darah sehingga tidak dijumpai kelainan
sifilis primer (Kollmann TR, 2011). Bayi dapat tampak lahir sehat dan baru
menunjukkan kelainan setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula menunjukkan
kelainan sejak lahir seperti pada penderita ini. Sifilis merupakan re-emerging
disease (penyakit yang sudah lama hilang kemudian muncul kembali). Angka
kejadian di seluruh dunia diperkirakan sekitar setengah juta bayi baru lahir setiap
tahunnya (Weber MW, 2003).
Di Amerika Serikat tahun 1997, didapatkan 3,2 kasus baru per 100.000
populasi (Sheffield JS, 1999). Di RSUPN Cipto Mangunkusumo, sejak tahun
1995 tidak didapatkan laporan mengenai kasus ini. Tujuan laporan kasus ini
adalah untuk mengingatkan kembali upaya diagnostik, tata laksana serta asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan sifilis kongenital.
2. 2
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital ?
1.3 Tujuan penulisan
Mengetahui asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital.
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan penyakit Sifilis
Kongenital
3. 3
BAB II
TINUAUAN KASUS
Seorang anak berusia 13 tahun disajikan dengan THT OPD, di Rumah Sakit LN,
New Delhi, India, dengan keluhan lubang di langit-langit keras yang telah perlahan-
lahan membesar, sejak kemunculan 2-3 bulan kembali bersama dengan kesulitan makan
dan hidung tersumbat. Terdapat perforasi sekitar 1 cm di langit-langit keras anterior,
pemeriksaan fisik anak itu dinyatakan biasa-biasa saja. (Gambar 1).
Pemeriksaan rutin mengungkapkan Hemoglobin 12,4%, Total jumlah leukosit
11700 / mm3, jumlah leukosit berbeda - Polimorf 57% Limfosit 30% Eosinofil 13%,
dan trombosit 2.94 lac. Biokimia rutin lainnya investigasi tidak signifikan. Penyakit
kelamin Laboratorium Penelitian (VDRL) adalah reaktif pada 16 pengenceran dan
Treponema pallidum uji haemagglutination (TPHA) adalah positif (TPHA TEST KIT;
Plasmatec Laboratorium Produk Ltd Inggris). X-ray dada normal dan Mantoux tes
negatif. Pemeriksaan cairan serebrospinal normal. Survei kerangka mengungkapkan ada
bukti radiologis lesi periosteal atau perichondritis. USG pemeriksaan perut dan panggul
menunjukkan tidak ada kelainan. Tidak ada stigmata orofacio-gigi lain dari bawaan
sifilis seperti Hutchinsons gigi yang terdeteksi. Pemeriksaan tetes mata termasuk
funduskopi normal. Tidak ada gejala yang menunjukkan keterlibatan sistem saraf
diamati. Semua penyelidikan dilakukan sebelum memulai pengobatan. Setelah laporan
tersebut, ibu, ayah dan tiga adik-adik lain diselidiki. Ibu dan ayah yang lemah reaktif
untuk VDRL dan TPHA mereka positif.
Adik-adik semua non reaktif untuk VDRL sebagai serta TPHA. Semua anggota
keluarga termasuk pasien yang non reaktif HIV. Sang ibu memberi riwayat beberapa
pengobatan untuk lesi genital dua tahun sebelum kelahiran pasien, Catatan dari Kondisi
tersebut di atas atau pengobatan yang diambil adalah tidak tersedia. Riwayat kebidanan
ibu itu lancar.
Pasien adalah produk dari istilah penuh unbooked persalinan normal melalui
vagina di rumah kelahiran petugas tradisional. Pasien kami memiliki tiga adik-adik yang
4. 4
persalinan normal vagina juga jangka penuh dan semua hidup dan sehat. Kecuali untuk
pengembangan beberapa ruam di daerah popok sebagai neonatus tidak ada sejarah lain
lesi bulosa karakteristik tempat lain pada tubuh. Itu tahap perkembangan pasien normal
sebagai diberitahu oleh ibu. Pasien tidak memberikan riwayat dari setiap trauma,
kekerasan seksual atau pelecehan anak atau penyalahgunaan obat. Anak dan orang
tuanya mulai pengobatran 3 minggu i / v kristal air penisilin G 50.000 U / kg (di 8- jam
interval). Dia diberitahu tentang risiko lebih lanjut pembesaran cacat dan diminta untuk
datang kembali untuk perbaikan palatal pada penyelesaian perawatan medis. Dia
ditoleransi dengan pengobatan baik tanpa komplikasi dan menunjukkan penurunan
VDRL titer 2 pengenceran saat terakhir terlihat setelah 6 bulan dari kunjungan
pertamanya.
5. 5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identittas Pasien
Identitas Anak
1. Nama Pasien : An. B
2. Umur : 13 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Suku Bangsa : India
5. Agama : Hindu
6. Alamat : New Delhi
7. Tanggal MRS : 1 Juni 2015
8. Diagnosa Medis : Sifilis Kongenital
Identitas Orang
1. Nama ayah : Tn. K
2. Nama ibu : Ny. D
3. Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswata/Ibu rumah tangga
4. Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
5. Suku Bangsa : India
6. Agama : Hindu
7. Alamat : New Delhi
B. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama : Adanya lubang di langit-langit (palatum mole).
Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada tanggal 30 Mei 2015 An. B mengeluh
lubang yang ada pada pallatum perlahan-lahan semakin membesar yang
membuat kesulitan makan dan hidung tersumbat. Ibu juga mengatakan 2
6. 6
hari yang lalu anaknya mengalami demam. Dan pada tanggal 1 Juni 2015
An. B dibawa oleh orang tuanya ke rumah sakit LN New Delhi.
Riwayat Kesehatan Dahulu: Pada 2-3 bulan yang lalu An. B mulai muncul
lubang pada pallatum mole yang disertai dengan kesulitan makan dan
hidung tersumbat.
Riwayat Penyakit Keluarga: Ny. D dan Tn. K positif mengidap sifilis (Tes
VDRL dan TPHA positif).
Riwayat Pengobatan : Ny. D pernah mengambil beberapa pengobatan pada
dua tahun yang lalu untuk mengobati lesi sebelum kelahiran An. B. Tn. K,
Ny. D dan An. B, memulai pengobatan sifilis menggunakan Kristal
penisilin G 50.000 U/ Kg selama 3 minggu (Interval 8 jam). An D dan
orang tuanya diberitahu tentang resiko pembesaran lebih lanjut dari cacat
dan diminta untuk datang kembali. An D mendapatkan pengobatan dengan
baik tanpa komplikasi dan menunjukan penurunan VDRL yang terlihat
setelah kunjungan pertamanya.
Riwayat Persalinan: Pada waktu persalinan Ny. D melahirkan An. B
dibantu oleh dukun (Persalinan Tradisional). Persalinan pada An B tidak
ada halangan dan berjalan lancar.
C. Pola Fungsi Kesehatan
Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
An. B mandi sehari dua kali pagi hari dan sore hari. An. B apabilah sakit
selalu dibawah ke puskesmas atau rumah sakit oleh Ny. D dan Tn. K. Ny
D mengatakan bahwa selama ini An. B suka sekali makan buah-buahan
yang diberikan oleh Ny D.
Pola Nutrisi dan Metabolisme
A (Atropometri) = BB : 30 kg, TB : 150 cm.
B (Biokimia) = Hb : 12,4 %, Leukosit: 11700/ mm3, Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %, Eosinofil: 13 %, Trombosit: 2,94 lac
C (Clinis) = Kesadaran : compos mentis, mata : konjungtiva normal,
Sklera normal tidak ada ikterus.
7. 7
D (Diet) = Pola makan 3x sehari, jenis nasi, ikan/daging, sayur dan
buah , pasien mengatakan tidak mengalami nyeri lambung, tidak mual,
An. B selama sakit mengalami kesulitan saat makan sehingga
mengalami penurunan nafsu makan.
Pola Eliminasi
BAK 5-6 x/hari, warna kuning keruh, tidak ada keluhan.
Pemenuhan cairan : Minum 7-8 gelas/hari, jenis air putih, teh, kopi.
BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning tua, tidak ada
keluhan.
Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas dan latihan An. B dalam setiap harinya tidak tergangguh:
belajar, bermain, sekolah, olahraga dsb.
Setelah pasien sakit sebagian aktivitasnya tergangguh dan dibantu
oleh orang tua dan adik-adiknya
Pola Istirahat Tidur
An. B biasa tidur pukul 21.30 WIB / setengah 10 malam dan bangun
di pagi hari pukul 05.00 WIB, pemenuhan kebutuhan istirahat pasien
6-7 jam/hari.
Selama sakit saat tidur pasien tidak sering terbangun ditengah malam.
Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Pasien beranggapan bahwa lubang yang ada pada pallatum hanya
sariawan biasa.
Orang tua dan pasien bingung dengan penyakit yang di derita oleh An.
B
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ny. D merasa khawatir akan penyakit yang diderita anaknya, karena takut
menghambat perkembangan anaknya dewasa nanti.
Pola Hubungan dan Peran
An B adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah dan ibunya positif
mengidap penyakit sifilis melainkan kedua adiknya tidak memiliki
penyakit sifilis.
8. 8
Pola Seksual dan Reproduksi
An. B berjenis kelamin laki-laki dalam masa pubertas karena berusia 13
tahun.
Pola Penanggulangan
Ny. D dan Tn. K selalu membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit
jika anaknya sakit.
Pola Keyakinan dan Tata Nilai
Emosi pasien tenang dalam menghadapi penyakit yang dideritanya,
menerima keadaan penyakit yang dideritanya, karena mempunyai
keyakinan bahwa setiap penyakit yang diturunkan pasti disertai dengan
obatnya, jadi tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
D. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan TTV : Kesadaran Compos Mentis. TD: 110/ 70
mmHg, RR: 24 x/menit, Nadi: 89 x/menit, Suhu: 38 oC
B1 (Breathing)
Inspeksi: pola nafas tersengal-sengal, RR: 24 x/menit, An B terlihat
menggunakan alat bantu pernafasan. Pernafasan bibir
Palpasi: Pergerakan dada simetri kanan dan kiri, taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri
Perkusi: suara perkusi normal (sonor)
Auskultasi: bunyinya terdengar vesikuler, tidak terdengar suara nafas
tambahan seperti wheezing dan ronchi.
B2 (Blood)
Tidak ada stenosis aorta, tidak ada inflamasi aorta
TD: 110/ 70 mmHg, Nadi 89 x/menit, CRT < 1 detik
An. B tidak mengalami pusing dan keringat dingin, akral hangat
B3 (Brain)
Kesadraan compos mentis
9. 9
Kepala dan wajah tidak nampak adanya sianosis
Sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, pupil miosis saat
pemeriksaan
Lehernya tidak ada pembesaran vena jugularis
Pada pemeriksaan cairan serebrospinal normal (Tidak ada infeksi dan
inflamasi membrane dan cairan disekitar otak dan spinal cord)
B4 (Blader) : Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan pada
sistem perkemihan ( BAK normal frekuensi, warna, bau dan jumlah urin
dalam keadaan normal)
B5 (Bowel) : Pada pemeriksaan didapatkan Hutchinsons (Bentuk gigi
abnormal pada sifilis congenital). Pasien juga kesulitan makan karena
adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi abnormal sehingga
mengalami penurunan nafsu makan.
B6 (Bone) : Di dapatkan adanya lesi periosteal atau perichondritis (Adanya
infeksi kulit dan jaringan yang mengelilingi tulang rawan dan kartilago)
E. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds:
Pasien mengeluh adanya
lubang pada langit-langit
mulut (palatum)
Pasien mengatakan
lubang itu semakin
membesar dan membuat
pasien sulit makan
Do:
Nampak adanya lubang
pada palatum
Nampak bentuk gigi
Hutchinsons (bentuk
Faktor biologis (adanya
lubang pada palatum dan
bentuk gigi Hutchinsons)
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
10. 10
gigi abnormal pada
sifilis congenital).
BB : 30 kg, TB : 150
cm.
Hasil lab :
Hb : 12,4 %,
Leukosit: 11700/ mm3,
Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %,
Eosinofil: 13 %,
Trombosit: 2,94 lac
Ds:
Pasien mengeluh hidung
tersumbat
Do:
Pasien nampak
tersengal-sengal saat
bernapas
Terlihat menggunakan
alat bantu pernapasan
Terlihat menggunakan
pernapasan bibir
RR: 24x/menit
Hipoventilasi Ketidakefektifan pola
napas
Ds:
Ibu mengatakan 2 hari yang
lalu anaknya demam.
Do:
TTV:
TD: 110/ 70 mmHg
RR: 24 x/menit
Nadi: 89 x/menit
Suhu: 38 oC
Reaksi inflamasi penyakit Hipertermi
11. 11
Hasil lab:
Hb : 12,4 %,
Leukosit: 11700/ mm3,
Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %,
Eosinofil: 13 %,
Trombosit: 2,94 lac
Ds: -
Do:
Adanya lesi periosteal atau
perichondritis.
Hasil lab:
Hb : 12,4 %,
Leukosit: 11700/ mm3,
Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %,
Eosinofil: 13 %,
Trombosit: 2,94 lac
Proliferasi jaringan Resiko infeksi
Ds:
Ny. D mengatakan
khawatir akan penyakit
yang diderita anaknya,
karena takut menghambat
perkembangan anaknya
dewasa nanti.
Do:
Orang tua An. B tampak
bingung dengan penyakit
yang di derita oleh
anaknya.
Perubahan dalam status
kesehatan An. B
Ansietas
12. 12
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi yang
ditandai dengan adanya pernapasan bibir.
2. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi penyakit (sifilis
kongenital)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi
Hutchinsons)
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan An. B
5. Resiko infeksi berhubungan dengan proliferasi jaringan yang ditandai
dengan lesi periosteal atau perichondritis.
3.3 Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan 1 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hipoventilasi yang ditandai dengan adanya pernapasan bibir.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pola napas
pasien kembali efektif.
Kriteria hasil :
Kedalaman inspirasi
Kemudahan bernapas
Ekspansi dada simetris
Tidak ada pernapasan bibir
Tidak ada suara napas tambahan
Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Observasi pola pernapasan pasien
(bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernapasan kussmaul, dll).
Mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk memastikan kepatenan
jalan napas dan pertukaran gas yang
adekuat.
Auskultasi suara napas, perhatikan area
penurunan atau tidak adanya ventilasi
Mengetahui ada atau tidaknya suara
napas tambahan dan memudahkan
13. 13
dan adanya suara napas tambahan. untuk melakukan intervensi
selanjutnya.
Berikan informasi kepada klien dan
keluarga tentang teknik relaksasi untuk
meningkatkan pola pernafasan.
Teknik relaksasi memudahkan proses
pernafasan klien untuk menghasilkan
O2.
Kolaborasi dengan ahli terapi
pernapasan.
Memastikan keadekuatan fungsi
pernapasan jika sewaktu-waktu terjadi
komplikasi.
Diagnosa keperawatan 2 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
penyakit (sifilis kongenital)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, suhu tubuh
pasien dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
Tidak ada termor
Pasien tidak pusing
Pasien dalam keadaan nyaman
Tidak ada perubahan warna kulit
Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Lakukan pengukuran suhu secara
kontinyu.
Untuk mengetahui perubahan suhu.
Berikan kompres hangat (<38oC) /
dingin (>38oC).
Mengurangi demam dan membuka
pori-pori kulit sehingga meningkatkan
penguapan.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
klien.
Peningkatan cairan bisa membantu
menstabilkan termoregulasi panas
klien.
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas.
Menambah pengetahuan pasien untuk
mencegah keletihan.
14. 14
Kolaborasi pemberian obat antipiretik. Menurunkan demam dengan aksi
sentralnya di hipotalamus.
Diagnosa keperawatan 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan
bentuk gigi Hutchinsons)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan
nutrisi pasien kembali adekuat.
Kriteria hasil :
Berat badan meningkat.
Intake makanan dan cairan kembali normal
Nafsu makan baik
Pengukuran biokimia normal
Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Observasi intake dan output klien Mengetahui kebutuhan nutrisi klien.
Berikan makanan yang disukai pasien
dalam batas diet.
Meningkatkan nafsu makan.
Berikan makanan porsi kecil tapi
sering.
Menghindari mual dan muntah
Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman saat waktu makan
Lingkunagn yang nyaman dapat
meningkatkan nafsu makan klien.
Ajarkan pasien bagaimana membuat
makanan harian.
Menambah pengetahuan pasien tentang
nutrisi dan mengajarkan pasien untuk
mandiri dalam mengelola kebutuhan
nutrisinya.
Kolaborasi ahli gizi tentang diet bergizi
bagi klien.
Untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
15. 15
Diagnosa keperawatan 4 : Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan An. B
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan
pasien berkurang.
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengontrol cemas
Wajah tenang
Tidak menunjukkan tanda kecemasan
Tanda vital dalam rentang normal: N= 60-100x/menit, S= 37oC, TD= 120/80
mmHg, RR= 16-24x/menit.
Intervensi Rasional
Observasi tingkat kecemasan pasien. Sebagai dasar untuk melakukan
intervensi selanjutnya.
Dorong pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan secara verbal pikiran
dan perasaannya.
Mengeksternalisasikan ansietas dan
menguatkan mental klien dalam proses
kesembuhan.
Berikan informasi mengenai diagnosis,
tindakan, dan prognosis.
Meminimalkan kekhawatiran,
ketakutan, dan prasangka salah
mengenai penyakit.
Ciptakan hubungan saling percaya
antara klien dan perawat.
Agar klien lebih terbuka dalam
mengutarakan perasaannya.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat ansietas
Menurunkan ansietas dan mencegah
komplikasi lanjut.
Diagnosa keperawatan 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan proliferasi
jaringan yang ditandai dengan lesi periosteal atau perichondritis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, faktor resiko
infeksi akan hilang.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intergritas mukosa baik
16. 16
Menunjukkan hygine yang adekuat
Mengambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
Tanda vital dalam rentang normal: N= 60-100x/menit, S= 37oC, TD= 120/80
mmHg, RR= 16-24x/menit.
Intervensi Rasional
Observasi tanda dan gejala infeksi
seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor.
Mendeteksi dini tanda-tanda infeksi.
Instruksikan untuk menjaga hygine
pribadi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi.
Meminimalkan penyebaran dan
penularan agen infeksius.
Bersihkan lingkungan dengan benar
setelah dipergunakan masing-masing
pasien.
Mencegah infeksi pada pasien yang
beresiko.
Kolaborasi pemberian antibiotik bila
diperlukan.
Mencegah infeksi lanjut.
17. 17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi dengan
manifestasi klinis sifilis kongenital atau ditemukannya Treponema pallidum pada
lesi, plasenta, tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan oleh ibu
penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan atau telah mendapat
pengobatan namun tidak adekuat sebelum atau selama kehamilan, atau ibu yang
telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak menunjukkan respons serologi.
Gambaran khas sifilis kongenital dini adalah saddle nose, gigi Hutchinson,
keratitis interstitialis, Saber shins, serta gumma pada hidung dan palatum.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kita sebagai perawat dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien penderita Sifilis Kongenital dan memberikan
Health Education pada keluarga yang memiliki anak dengan Sifilis Kongenital.
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
Feigin RD, Cherry JD. 1987. Syphilis. Dalam: WB Saunders staff, penyunting.
Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Edisi ke 2. Philadelphia: WB Saunders
Company. h. 608-620.
Kollmann TR, Dobson S. 2011. Syphillis. In: Remington JS, Klein JO, Wilson CB,
Nizet V , Maldonado Y A, editors. Infectious disease of the fetus and newborn
infant. 7th ed. Philadelphia: Saunder. 524-557.
NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC
Sheffield JS, Wendel GD. 1999. Syphilis in pregnancy. Clinic Obstetric Gynecology 42:
97-106.
Weber MW, Charlin JB, Catchalian S. 2003. Predictors of neonatal sepsis in developing
countries. Pediatric Infection Disease Journal. 22: 711-716.
Wilkinson M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.