2. KEGIATAN BELAJAR 3. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini akan membahasjenis pakan hijauan dan konsentrat serta
waktu pemberian pakan untuk ternak ruminansia.
2. Relevansi
Manajemen pemberian pakan ternak ruminansia dari berbagai aspek perlu
mengkaji beberapa relevansi sebagai berikut: 1) Pemilihan pakan ternak secara
tepat; 2) Pemberian pakan ternak berkualitas; 3) Pengolahan bahan pakan untuk
ternak ruminansia; 4) Kebutuhan nutrien ternak ruminansia untuk kebutuhan
hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, dan laktasi.
3. Panduan Belajar
Panduan belajar peserta didik pada Kegiatan Belajar (KB) 3 secara umum
memberikan pengetahuan kepada peserta didik mengenai beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
1. Definisi pakan, fungsi, dan kegunaanya untuk ternak ruminansia
2. Syarat-syarat pakan ternak yang harus dipenuhi berdasarkan tipe ternak
ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, dan domba)
3. Klasifikasi jenis pakan
4. Cara pemberian pakan ternak ruminansia
5. Sistem pemberian pakan ternak ruminansia
6. Metode dan pengolahan pakan ternak ruminansia
3. B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi manajemen pakan ternak ruminansia diharapkan
peserta didik mampu:
1. Melakukan identifikasi pakan ternak
2. Melakukan identifikasi kebutuhan nutrisi berdasarkan jenis ternak
3. Mengetahui syarat pakan ternak ruminansia yang baik
4. Mengetahui jenis pakan ternak ruminansia
5. Melakukan manajemen pengolahan pakan
6. Melakukan peningkatan kualitas nutrisi pakan ternak ruminansia
7. Mengetahui kebutuhan nutrien berdasarkan umur dan tipe ternak ruminansia
8. Melakukan pemberian pakan ternak ruminansia
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Menentukan identifikasi pakan ternak
2. Menentukan identifikasi kebutuhan nutrien berdasarkan jenis ternak
3. Menentukan syarat pakan ternak ruminansia yang baik
4. Menentukan jenis pakan ternak ruminansia
5. Menentukan manajemen pengolahan pakan
6. Menentukan peningkatan kualitas nutrien pakan ternak ruminansia
7. Menentukan kebutuhan nutrien berdasarkan umur dan tipe ternak ruminansia
8. Menentukan pemberian pakan ternak ruminansia
3. Uraian Materi
Isi modul membahas mengenai manajemen pemberian pakan, jenis pakan
hijauan dan konsentrat, serta waktu pemberian pakan untuk ternak ruminansia.
Diharapkan modul ini dapat membekali peserta didik dalam menguasai
kompetensi yang ditetapkan pada kurikulum.
Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam pemeliharaan sapi potong,
karena pakan yang baik dan bermutu akan sangat cepat menggemukan sapi
4. potong. Pakan juga menjadi salah satu masalah karena ada sebagian sapi yang
tidak cocok dengan beberapa jenis pakan yang diberikan. Oleh karena itu,
peternak harus paham bagaimana manajemen pakan yang baik untuk sapi
terutama dalam masa penggemukan sapi potong.
A. Syarat Pakan Yang Baik
1. Pakan tersebut mampu memenuhi kebutuhan makanan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh sapi yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral.
2. Pakan tersebut disukai ternak (palatabilitasnya tinggi).
3. Pakan yang diberikan harus bersih dan tidak tercemar oleh kotoran atau
bibit penyakit yang nantinya dapat menggangu kesehatan sapi tersebut.
Hindari pemotongan rumput pagi hari sebelum matahari terbit karena
sangat rentan terdapat telur cacing. Alangkah baiknya rumput yang akan
diberikan dijemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari selama
beberapa jam sebelum diberikan ke ternak.
4. Pakan yang diberikan tidak dalam keadaan yang rusak.
5. Hindari pemberian pakan berembun ataupun basah karena memicu
terjadinya kembung perut/bloat pada sapi.
B. Jenis Pakan Hijauan dan Konsentrat
Secara garis besar pakan ternak ruminansia terbagi atas hijauan, pakan
penguat (konsentrat), dan pakan tambahan (feed suplement).
1. Hijauan
Jenis hijauan yang dapat diberikan diantaranya rumput unggul, rumput
alam, leguminosa, limbah pertanian, dan limbah agroindustri. Beberapa contoh
hijauan pakan unggul berupa rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, dan lain-
lain. Pakan unggul untuk ternak ruminansia berupa leguminosa terdiri dari daun
turi, lamtoro, dan gamal. Hasil sampingan tanaman pertanian (limbah pertanian)
yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia adalah jerami padi, jerami
5. kacang tanah, jerami kacang kedelai, jerami jagung, dan lain-lain. Pakan hijauan
dalam bentuk segar yang diberikan pada sapi potong pada umumnya sebanyak 10
- 12% dari bobot badan sapi tersebut.
Hijauan merupakan sumber pakan ternak terutama ternak ruminansia selain
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, juga untuk pertumbuhan dan sumber
energi. Komponen penunjang bagi produksi dan reproduksi ternak dari hijauan
bisa berupa jenis rumput maupun kacang-kacangan (leguminosa) dalam bentuk
segar atau kering yang jumlah ketersediaanya dalam jumlah yang cukup
sepanjang tahun, karena jenis hijauan ini umum dikonsumsi oleh ternak. Hijauan
pakan ternak dibagi dua bagian yaitu bangsa rumput-rumputan dan leguminosa
(semak dan pohon). Pada prinsipnya hijauan sebagai pakan ternak perlu memiliki
sifat-sifat yaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi, dan dalam
waktu yang pendek mampu tumbuh kembali.
Tanaman yang umum dijadikan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia
terdiri dari Agrostisspp, Agrostis capillaries, Agrostis stolonifera , Andropogon
hallii, Arrhenatherum elatius, Bothriochloa bladhii, Bothriochloa pertusa,
Brachiaria humidicola, Brachiaria decumbens, , Bromus spp, Cenchrus ciliaris,
Chloris gayana, Cynodon dactylon, Echinochloa pyramidalis, Dactylis glomerata,
Entolasia imbricate, Festuca arundinacea, Festuca spp, Festuca pratensis,
Festuca rubra , Hymenachne amplexicaulis, Heteropogon contortus Hyparrhenia
rufa, Lolium spp, Leersia hexandra, Lolium multiflorum, Lolium perenne,
Megathyrsus maximus, Melinis minutiflora, Paspalum dilatatum, Phalaris
arundinacea, Phleum pretense, Poaspp, Poa arachnifera, Poa pratensis, Setaria
sphacelata, Poa trivialis, Thinopyrum intermedium, Themeda triandra.
Mengenal macam dan jenis-jenis rumput yang sering digunakan sebagai
hijauan pakan ternak ruminansia:
a. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah berasal dari Afrika tropik, perenial, dapat tumbuh setinggi 3
sampai 4.5 m, bila dibiarkan tumbuh bebas bisa mencapai setinggi 7 m,
kedalaman akar 4.5 m. Berkembang dengan rhizoma yang dapat sepanjang 1 m.
6. Panjang daun 16 sampai 90 cm dan lebar 8 sampai 35 mm (Sutopo, 1988).
Rumput gajah mempunyai perakaran dalam dan mampu menahan erosi serta dapat
juga berfungsi untuk menutup permukaan tanah (Soegiri et al., 1982).
Gambar 1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Sumber: PPL Peternakan wordpress.com (2019)
b. Rumput setaria (Setaria sphacelata)
Rumput setaria dikenal dengan sebutan rumput goden timothy atau Setaria
sphacelata, berasal dari Afrika tropik dan memilki siklus hidup parenial. Rumput
setaria daunnya lebar dan agak berbulu pada permukaan atasnya. Rumput setaria
merupakan tanaman yang dapat membentuk rumpun yang lebat, kuat, dengan atau
tanpa stolon dan rhizoma. Pangkal batangnya berwarna cokelat keemasan. Setaria
sphacelata biasanya dikembangbiakkan dengan pols (Soegiri et al., 1982).
Gambar 2. Rumput setaria (Setaria sphacelata)
Sumber: ilmuternak.com (2019)
7. Pertumbuhan rumput setaria bisa mencapai ketingian 180 cm, hidup pada
ketinggian 1000 kaki, tahan kering dan genangan, dan pada curah hujan 25 inchi
pertahunnya (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput setaria pada umur 43 - 56 hari
mempunyai kandungan bahan kering, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), protein kasar, dan abu masing-masing sebesar 20%;
2.5%; 31.7%; 45.2%; 9.5%; dan 2.2%. Pada kondisi optimum, setaria memiliki
kandungan protein kasar lebih dari 18% dan serat kasar 25% (Soedomo, 1985).
Kultur teknisnya adalah bahan tanam berbentuk pols, biji (2 - 5 kg/ha), jarak
tanam 70 x 90 cm, responsif terhadap pupuk nitrogen, pemotongan 35 - 40 hari
(musim hujan) dan 60 hari (musim kemarau) (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput
setaria tumbuh baik pada curah hujan 750 mm/tahun atau lebih, toleran terhadap
berbagai jenis tanah tetapi lebih suka pada tanah tekstur sedang, tahan genangan
dan kering apabila lapisan olah dalam.
c. Rumput benggala (Panicum maximum)
Rumput benggala atau Panicum maximum disebut juga guinea grass berasal
dari Afrika tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat berfungsi sebagai
penutup tanah, penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk hay dan silase
(Reksohadiprodjo, 1985). Ciri tanaman ini adalah tumbuh tegak membentuk
rumpun, daun lebih halus daripada rumput gajah, tinggi dapat mencapai 1 - 1,8
m, buku dan lidah daun berbuku, bunga tersusun dalam malai dan berwarna hijau
atau kekuningan, banyak membentuk anakan, serta mempunyai akar serabut yang
dalam (Reksohadiprodjo, 1985).
Gambar 3. Rumput benggala (Panicum maximum)
Sumber: Tropical Forage (2019)
8. Panicum maximum juga tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen,
dan juga tahan penggembalaan sehingga dapat dijadikan rumput potong ataupun
pasture. Pengelolaan tanaman ini dapat dilakukan dengan budidaya total, untuk
perbanyakan tanaman ini dapat menggunakan biji 4 - 12 kg/ha atau dengan
menggunakan sobekan rumput (pols), jarak tanam yang sesuai adalah 60 x 60 cm
(Soegiri et al., 1982).
Panicum maximum dapat ditanam bersama leguminosa Centrosema dengan
perbandingan 4 - 6 kg, Panicum per ha dan 2 - 3 kg, Centro per ha atau dalam
baris-baris berseling. Pemotongan dapat dilakukan 40 - 60 hari sekali atau dengan
kata lain pemotongan pertama dapat dilakukan 2 - 3 bulan. Peremajaan dapat
dilakukan setelah 5 - 7 tahun (Widjajanto, 1992). Panicum maximum mampu
menghasilkan produksi biji 75 - 300 kg/ha dan menghasilkan produksi hijauan
sebanyak 100 - 150 ton bahan kering per ha per tahun.
2. Legum (Leguminoceae)
Famili tanaman leguminosa terbagi atas tiga sub famili yaitu Mimosaceae,
Caesalpinaceae, dan Papilionaceae. Leguminosa adalah tanaman dicotyledoneae
(bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga berkeping dua). Mimosaceae
adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa sedangkan Caesalpinaceae
mempunyai bunga irregular. Papilionaceae adalah tanaman semak berkayu
dengan bunga papilionate atau berbentuk seperti kupu. Umumnya sistem
perakaran leguminosa terdiri atas akar primer yang aktif dan mempunyai cabang-
cbang sebagai akar sekunder. Akar primer (tap root) tumbuh kedalam tanah.
Sistem perakaran itu umumnya terinfeksi oleh bakteri dari species Rhizobium
sehingga terbentuk bintil-bintil atu nodul-nodul akar. Famili legum dibagi menjadi
tiga group sub famili, yaitu mimisaceae (tanaman kayu dan herba dengan bunga
“regular”), caesalpinaceae (tanaman dengan bunga “irregular”), dan papilonaceae
(tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu) (Susetyo, 1980).
Hijauan pakan jenis leguminose (polong-polongan) memiliki sifat yang
berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca
dan P. Leguminose memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai
9. nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan
berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara.
Penanaman campuran legume dan rumput merupakan sumber protein dan mineral
yang berkadar tinggi bagi ternak, sehingga dapat memeperbaiki kesuburan tanah,
juga kualitas nutrisi hijauan pakan ternak.
Leguminosa tropika mempunyai peran penting untuk pastura maupun pakan
ternak ruminansia. Sejak tiga dekade yang lalu dalam kurun waktu itu, ilmuwan
lebih memperhatikan jenis-jenis leguminosa temperate seperti species-species dari
genus Medicago, Trifolium, Vicia dan Melilotus. Melalui riset maka dari benua
Afrika mulai dikenal manfaat jenis-jenis leguminosa tropika seperti dari genus
Glycine, Vigna, Indigofera, Dolichos dan Alysicarpus. Sedangkan dari kawasan
Amerika tropis dikenal jenis-jenis leguminosa pakan ternak seperti dari genus
Calopogonium, Centrosema, Desmodium, Leucaena, Phaseolus, Stylosanthes dan
Teramnus. Jenis-jenis leguminosa untuk pakan ternak ruminansia:
a. Sentro (Centrosema pubescens)
Legum Centrosema pubescens termasuk sub familia Papiloniceae dari
famili Leguminoceae. Centrosema pubescens berasal dari Amerika selatan tropis
dan memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah
erosi. Batang sentro panjang dan sering berakar pada bukunya, tiap tangkai
berdaun tiga lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam dan bulu halus pada
kedua permukaannya. Bunga berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe
kacang ercis dan kapri. Polong berwarna coklat gelap, panjang 12 cm, sempit
dengan ujung tajam terdiri dari 20 biji.
10. Gambar 4. Sentro (Centrosema pubescens)
Sumber: Tropical Forage (2019)
Centrosema pubescens tumbuh dengan membelit pada tanaman lain atau
menjalar di pagar dan juga menjalar bersama-sama dengan rumput menutupi
permukaan tanah. Batang panjang, sering berakar pada bukunya, berambut,
panjangnya 5 - 12 cm dan lebar 3 - 10 cm, daun dengan tiga anak daun yang
berbentuk telur dengan ujung tajam.
b. Kalopo (Calopogonium muconoides)
Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat
perennial, merambat membelit dan hidup di daerah-daerah yang tinggi
kelembabannya. Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan naungan
yang lebat akan tetapi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang lembab, tidak
tahan terhadap penggembalaan.
Gambar 5. Kalopo (Calopogonium muconoides)
Sumber: Naturalloveyou (2019)
11. Kalopo biasa dikembangbiakkan dengan dengan biji dan mampu tumbuh
baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200 – 1000 m diatas
permukan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm
(Reksohadiprodjo, 1985). Kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu-bulu
panjang berwarna cokelat dan daun ditutupi oleh bulu halus berwarna cokelat
keemasan (Soegiri et. al., 1982).
c. Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal merupakan leguminosa berumur panjang, tanaman ini dapat
beradaptasi dengan baik pada lingkungan dengan temperatur suhu antara 20 -
30o
C dengan ketinggian tempat antara 750 - 1200 m. Gamal merupakan sejenis
legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman berbentuk pohon, warna batang putih
kecoklatan, perakaran kuat dan dalam (Syarief, 1986).
Gamal mampu hidup di daerah kering dengan curah hujan 750 mm/tahun
dan tahan terhadap genangan. Perkembangan tanaman ini dengan stek, dengan
banyak cabang dan responsif terhadap pupuk N (Soedomo, 1985). Tanaman
gamal tinggi menjulang dengan batang lurus panjang.
Kulit batangnya mudah sekali lecet atau terkelupas. Bunga gamal tersusun
dalam rangkaian dengan warna merah muda keputihan (Reksohadiprodjo, 1985).
Jarak penanaman gamal harus diperhatikan dengan jarak tanaman dibuat 2 - 2.5 m
antar baris. Komposisi nutrisi daun gamal terdiri atas bahan kering 23%; protein
kasar 25.2%; lemak 4.9%; BETN 55.5% (Rukmana, 2005).
12. Gambar 6. Gamal (Gliricidia sepium)
Sumber: Reksohadiprodjo (1985)
d. Kaliandra (Calliandra calothrysus)
Kaliandra dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 mdpl,
toleran terhadap tanah yang kurang subur, dapat tumbuh cepat dan berbintil akar
sehingga mampu menahan erosi tanah dan air. Tinggi tanaman (pohon) kaliandra
dapat mencapai 8 m. Manfaat kaliandra pada makanan ternak adalah sebagai
sumber protein.
Gambar 7. Kaliandra (Calliandra calothrysus)
Sumber: Reksohadiprodjo (1985)
Daun kaliandra mudah dikeringkan dan dapat dibuat sebagai tepung pakan
ternak kambing. Penanaman kaliandra pada tanah-tanah yang kurang produktif
dapat menekan pertumbuhan gulma, selain itu tanaman ini dapat digunakan
sebagai tanaman penahan erosi dan penyubur tanah.
13. e. Turi (Sesbania grandiflora)
Turi (Sesbania grandiflora) berasal dari daerah Silangka. Tumbuh pada
dataran rendah sampai dataran tinggi (1.200m), dengan curah hujan 2.000
mm/tahun. Sifat khusus dari tanaman turi adalah pertumbuhannya yang begitu
cepat, tinggi tanaman bisa mencapai 10 meter, dan bunga besar berbentuk seperti
kupu-kupu berwarna merah muda, putih atau ungu. Di Indonesia turi banyak
ditanam di pematang sawah, dan termasuk sejenis tanaman semak.
Bentuk daun Kaliandra kecil-kecil dan bulat, buahnya berbentuk polong dan
panjang. Turi dapat beradaptasi pada tanah asam yang tidak subur,tanah kapur,
kadang-kadang juga tumbuh subur pada tanah yang tergenang air. Kaliandra bisa
digunakan sebagai pakan ternak karen mengandung beberapa senyawa nutrisi
seperti: 1) sumber vitamin, terutama pro vitamin A, Vitamin B, C, dan E; 2)
Sebagai sumber mineral, terutama Ca, dan P.
Gambar 8. Kaliandra (Calliandra calothrysus)
Sumber: Mona (2019)
f. Lamtoro gung (Leucaena leucocephala)
Gambar 9. Lamtoro gung (Leucaena leucocephala)
Sumber: id.wikipedia (2019)
14. Lamtoro gung atau Leucaena leucocephala merupakan leguminosa yang
berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan kepulauan Pasifik. Tanaman
ini tumbuh tegak, berupa pohon dan tidak berduri (Reksohadiprodjo, 1985).
Lamtoro dapat tumbuh baik pada tanah dengan tekstur berat dengan drainase yang
baik dan sangat responsif terhadap Ca dan P pada tanah masam (Soegiri dan
Damayanti, 1982). Lamtoro dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai
dengan 500 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan lebih dari 760
mm/tahun (Soedomo, 1985). Lamtoro berasal dari Amerika tengah dan selatan,
tumbuh pada ketinggian 0 - 1200 mdpl, dengan struktur tanah sedang sampai
berat dan dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tahan pada curah hujan
700 - 1.650 mm/tahun, temperatur 20 - 30o
C. Lamtoro berbentuk pohon dengan
ketinggian bisa mencapai 10 m dan memiliki akar yang cukup dalam, daunnya
kecil-kecil, bentuknya lonjong, bunganya bertangkai.
Lamtoro gung toleran terhadap hujan, angin, kekeringan, serta tanah-tanah
yang kurang subur. Lamtoro lebih sesuai pada tanah yang tidak masam (pH 5.5 –
7.5) dan kurang baik tumbuhnya apabila tanah masam (pH 4 - 5.5). Lamtoro dapat
digunakan sebagai tanaman pakan ternak, tanaman pelindung, mempertahankan
kesuburan tanah dan mencegah erosi. Jarak tanam 180 - 240 cm. Pemotongan
pertama dilakukan pada waktu tanam berumur 6 - 9 bulan, kemudian pemotongan
berikutnya dapat diulangi 4 bulan sekali.
3. Konsentrat
Konsentrat merupakan campuran beberapa bahan pakan untuk melengkapi
kualitas gizi yang kurang dari pemberian pakan hijauan untuk ternak. Bahan
pakan konsentrat yang dapat diberikan pada ternak sapi potong biasanya adalah
dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu,
ampas kecap, dan lain-lain atau dapat juga memberikan konsentrat pabrikan yang
telah diformulasikan dalam pembuatannya. Pemberian konsentrat pada sapi
potong pada umumnya sebanyak 1 - 2% dari bobot badan sapi tersebut.
15. Gambar 10. Konsentrat ternak ruminansia
Sumber: sapibagus.com (2019)
Tabel 1. Kebutuhan hijauan dalam bahan segar dan konsentrat dalam bahan kering
ternak sapi
Berat Sapi (Kg) Hijauan (Kg) Konsentrat (Kg)
100 10 1.50
150 15 2.25
200 20 3.00
250 25 3.75
300 30 4.50
350 35 5.25
Sumber: sapibagus.com (2019)
16. Tabel 2. Kebutuhan konsentrat ternak sapi perah masa laktasi
Sumber: Alim dan Tidaka (2002)
Tabel 3. Kebutuhan nutrien kambing dan domba berdasarkan berat badan (kg)
Sumber: Alim dan Tidaka (2002)
4. Pakan Tambahan (Feed Suplement)
Feed suplement merupakan pakan opsional tambahan untuk merangsang
pertumbuhan ternak sapi potong agar lebih cepat, mencegah penyakit, dan juga
melengkapi ransum pakan ternak ruminansia. Terdiri antara lain campuran
vitamin dan mineral, contohnya premix A, premix B, mineral B12, dan lain-lain.
Feed suplement biasanya diberikan 1% dari total ransum (Anonim, 2014).
17. Tabel 4. Susunan ransum untuk ternak ruminansia
Sumber: Alim dan Tidaka (2002)
C. Waktu Pemberian Pakan pada Ternak Ruminansia
Pemberian pakan yang diberikan pada sapi potong diarahkan untuk
penggemukan yang nantinya akan menghasilkan pertambahan berat badan yang
optimal dengan waktu yang relatif singkat. Pemberian pakan hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun
kuantitasnya. Pemberian pakan pada ternak sapi potong dapat dilakukan tiga kali
sehari yaitu pada pagi hari, siang, dan sore. Sedangkan pemberian pakan
konsentrat pada pagi hari dilakukan sebelum pemberian pakan hijauan, namun
disarankan sebelum memberi konsentrat terlebih dahulu memberikan sedikit
pakan hijauan untuk merangsang keluarnya liur sebagai buffer sehingga menjaga
lambung sapi agar tidak asam.
18. Gambar 11. Waktu pemberian konsentrat untuk ruminansia
Sumber: Alim dan Tidaka (2002)
D. Metode Pemberian Pakan Pada Ternak Ruminansia
Terdapat tiga cara dalam sistem pemberian pakan sapi potong yang
ditujukan untuk pemggemukan sapi tersebut diantaranya penggembalaan (pasture
fattening), kereman (dry lot fattening), dan mengkombinasikan keduanya.
1. Metode Penggembalaan (Pasture Fattening)
Pada sistem ini sapi potong digembalakan di padang rumput sepanjang hari.
Sapi baru dimasukkan ke dalam kandang pada saat malam hari. Pada metode ini
sapi hanya diberikan pakan hijauan berupa rumput, konsentrat tidak diberikan
sama sekali. Padang penggembalaan sebaiknya ditanami tanaman legum seperti
lamtoro, karena legum memiliki kandungan protein yang tinggi. Metode ini lebih
murah karena biayanya yang dikeluarkan untuk pakan dan tenaga lebih rendah.
Namun metode ini memberikan pertambahan berat badan harian yang kecil.
Sistem penggemukan pasture fattening merupakan sistem penggemukan
yang paling murah dibandingkan dengan sistem lain. Hal ini disebabkan biaya
pakan berupa hijauan dan tenaga kerja relatif lebih murah, akan tetapi sistem
penggemukan pasture fattening memerlukan waktu yang lebih lama sekitar 8 - 10
bulan untuk memperoleh hasil penggemukan. Bakalan yang digunakan untuk
metode ini adalah sapi jantan atau betina dengan umur kurang lebih 2.5 tahun.
19. 2. Metode Kereman (Dry Lot Fattening)
Pada sistem ini sapi potong hanya dipelihara didalam kandang saja dan tidak
digembalakan sama sekali. Sistem ini banyak dilakukan oleh peternak di
Indonesia yang menggemukan sapinya secara intensif. Tujuannya agar
memperoleh pertamabahan bobot harian yang tinggi. Konsentrat merupakan
pakan utama sapi potong yang akan digemukkan dengan metode ini. Walaupun
demikian hijauan juga tetap diberikan. Perbandingan konsentrat dan hijauan yang
diberikan biasanya sekitar 4 : 6.
Metode kereman pada seekor sapi yang akan digemukkan memiliki bobot
badan 200 kg, dan diberi hijauan berupa rumput gajah, dan pemberian konsentrat
sebagai pakan utamanya. Rumput gajah segar mengandung 21% bahan kering.
Kebutuhan minimal hijauan sapi yang akan digemukkan adalah 200 x 0.5/100 x 1
kg = 1 kg bahan kering atau 4.8 kg dalam bentuk segar. Pemberian hijauan atau
rumput selalu ada yang tidak dapat dimakan, atau terbuang pada waktu sapi itu
makan. Oleh karena itu hijauan selalu diberi dengan tambahan sebanyak 5% dari
kebutuhannya. Dengan demikian, rumput gajah segar yang akan diberikan pada
sapi digemukkan itu sebanyak 105/100 x 4.8 kg = 5.04 kg/hari.
Penggemukan sapi dalam waktu yang relatif singkat, diperlukan pemberian
pakan tambahan berupa konsentrat yang banyak dalam komponen ransumnya.
Perlu diketahui bahwa pemberian konsentrat yang lebih dari 60% dalam
komponen ransumnya sudah tidak akan ekonomis lagi walaupun harganya murah
(Rukmana, 2005).
3. Metode Kombinasi Pasture Fattening dan Dry Lot Fattening
Metode kombinasi pasture fattening dan dry lot fattening dilakukan dengan
dua cara. Metode pertama sapi digembalakan terlebih dahulu pada pagi-siang hari
untuk diberikan pakan hijauan, sedangkan pada sore-malam harinya sapi
dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya (Anonim. 2016).
Sistem penggemukan sapi dengan kombinasi pasture dan dry lot fattening
dapat diartikan dengan menggembalakan sapi-sapi di padang penggembalan di
siang hari selama beberapa jam dan pada sore sampai malam hari sapi
20. dikandangkan dengan pemberian konsentrat secukupnya. Lama penggemukan
sapi pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama umur, kelamin,
kondisi, bobot, serta kuantitas maupun kualitas pakan yang diberikan.
Dibandingkan dengan sistem penggemukan sapi pasture fattening, lama
penggemukan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih
singkat, tetapi lebih lama menggunakan sistem pasture fattening.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Adapun rangkuman materi pembelajaran dengan topik kandang ternak
ruminansia antara lain sebagi berikut:
1. Beberapa persyaratan pakan yang baik untuk ternak ruminansia: 1) pakan
tersebut mampu memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh
tubuh sapi seperti; karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral; 2)
Pakan tersebut disukai ternak (palatabilitasnya tinggi); 3) Pakan yang
diberikan bersih dan tidak tercemar oleh kotoran atau bibit penyakit; 4) Pakan
yang diberikan tidak boleh dalam keadaan yang rusak (busuk, bercendawan);
5) Hindari pemberian pakan berembun ataupun basah yang dapat memicu
terjadinya kembung perut/bloat pada sapi.
2. Jenis pakan ternak ruminansia terdiri dari:
A. Hijauan: 1) Rumput gajah (Pennisetum purpureum), 2) Rumput
setaria (Setaria sphacelata), 3) Rumput benggala (Panicum maximum).
B. Legum: 1) Sentro (Centrosema pubescens), 2) Kalopo (Calopogonium
mucunoides), 3) Gamal (Gliricidia sepium), 4) Kaliandra (Calliandra
calothrysus), 5) Turi (Sesbania grandiflor), 6) Lamtoro gung (Leucaena
leucocephala).
C. Konsentrat: merupakan campuran dari beberapa bahan pakan untuk
melengkapi gizi yang kurang dari pemberian pakan hijauan. Bahan pakan
konsentrat yang dapat diberikan pada ternak sapi potong biasanya adalah
21. dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas
tahu, ampas kecap, dan lain-lain.
D. Pakan tambahan (feed suplement): pakan opsional tambahan yang
berguna untuk merangsang pertumbuhan ternak sapi potong agar lebih
cepat, mencegah penyakit, dan melengkapi ransum pakan ternak ternak
ruminansia. Terdiri antara lain campuran vitamin dan mineral, contohnya
premix A, premix B, mineral B12, dan lain-lain. Feed suplement
biasanya diberikan 1% dari total ransum.
3. Waktu pemberian pakan pada ternak ruminansia dapat dilakukan tiga kali
sehari yakni pada pagi, siang, dan sore hari. Sedangkan untuk pakan konsentrat
diberikan pada pagi hari sebelum pemberian pakan hijauan, namun disarankan
sebelum memberi konsentrat terlebih dahulu memberikan sedikit pakan hijauan
untuk merangsang keluarnya liur yang berfungsi sebagai buffer sehingga
menjaga lambung sapi agar tidak asam.
4. Metode pemberian pakan pada ternak ruminansia diantaranya: 1)
penggembalaan (pasture fattening), 2) kereman (dry lot fattening), 3)
mengkombinasikan keduanya pasture fattening dan dry lot fattening.
Daftar Pustaka
Alim dan Hidaka. 2002. Variasi Kandungan Nutrient Dalam Pakan dan Prediksi
Kecukupan Pada Ransum ternak ruminansia di Indonesia. Skripsi. Universitas
Pertanian Bogor. Bogor
Anonim. 2014. Cara Penggemukan Sapi Potong.
http://www.ternakpertama.com/2014/12/cara-penggemukan-sapi-potong-
dengan.html. (Diakses pada tanggal 4 Oktober 2019).
Anonim. 2016. Pakan untuk Ternak Sapi Potong. Link:
http://sumbar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-tek/966-pakan-untuk-
ternak-sapi-potong-2. (Diakses jam 12.30 pada tanggal 4 Oktober 2019).
Fikar, S., Ruhyadi, D. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia
Pustaka; Jakarta.
Fikar, S., dan Ruhyadi, D. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia
Pustaka; Jakarta.
Mona N. E. 2019. Sesbania Grandiflora. Discover Biodiversity. Link:
https://www.monaconatureencyclopedia.com/sesbania-grandiflora2/?lang=en
(Diakses jam 07.11 tanggal 10 Oktober, 2019).
22. Naturalloveyou. 2019. Coloponium muchunoides. Link:
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1CHBD_enID815ID815
&biw=1024&bih=467&tbm=isch&sxsrf=ACYBGNRwLFQ7pzdDAjMLOY
c9Pq6r2n6XlQ%3A1570809000873&sa=1&ei=qKSgXYD1NOzA3LUPktiG
mAE&q=Kalopo+%28Calopogonium+mucunoides%29&oq=Kalopo+%28Ca
lopogonium+mucunoides%29&gs_l=img.3...0.0..14529...0.0..0.0.0.......0......g
ws-
wizimg.XOUY2vzncf8&ved=0ahUKEwiA6YbEx5TlAhVsILcAHRKsARM
Q4dUDCAc&uact=5 (Diakses jam 14.10 tanggal 10 Oktober, 2019).
PPL Peternakan. Wordpress.com. 2019. Penyuluhan Peternakan. Link:
https://pplpeternakan.wordpress.com/rumput-gajah/. (Diakses jam 14.30
tanggal 09 Oktober, 2019).
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
BPFE. UGM. Yogyakarta.
Rukmana, R. 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi Hijauan Pakan Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Andalas. Padang.
Sapibagus.com. 2019. Pakan Sapi Konsentrat. Link:
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1CHBD_enID815ID815
&biw=502&bih=432&tbm=isch&sxsrf=ACYBGNQCULB3UnFwRFbcDapd
4BcKGBq5Mg%3A1570840528593&sa=1&ei=0BhXc7pI5S9rQHE3YH4D
A&q=konsentrat+pakan+sapi&oq=konsentrat+pakan+sapi&gs_l=img.3..0.11
73197.1180498..4330153...1.0..1.262.2575.12j7j2......0....1..gws-wiz
img.....10..35i362i39j0i8i30j0i30j0i5i30j0i24j0i10i24.5RzvSklBoDM&ved=0
ahUKEwjOkdL9vJXlAhWUXisKHcRuAM8Q4dUDCAc&uact=5#imgrc=U
U6qlqeDYDs9YM: (Diakses jam 16.40 tanggal 09 Oktober, 2019).
Soegiri, Ilyas, H. S, and Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan
Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. DitJen
Peternakan Dep. Pertanian, Jakarta.
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan, Institut. Pertanian
Bogor, Bogor.
Tropical Forage. 2019. Pengenalan Jenis Rumput. Link:
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1CHBD_enID815ID815
&biw=1024&bih=467&tbm=isch&sxsrf=ACYBGNRB51xGO5wMPWwcN_
SWZW6dkPW2Ow%3A1570790978440&sa=1&ei=Ql6gXcbCGtKCrtoPpY
mk0AE&q=Rumput+Benggala+%28Panicum+maximum%29+&oq=Rumput
+Benggala+%28Panicum+maximum%29+&gs_l=img.3...5214.8912..13262..
.0.0..0.270.560.2j1j1......0....2j1..gws-
wizimg.K5y1nAQYILk&ved=0ahUKEwjG66SyhJTlAhVSgUsFHaUECRoQ
4dUDCAc&uact= (Diakses jam 15.40 tanggal 09 Oktober, 2019).
Widjajanto 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press.