SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
VII. EKOFISIOLOGI
LARVA
PENCAHAYAAN
SUHU
OKSIGEN TERLARUT
pH
KEDALAMAN (TEKANAN) AIR
LATAR BELAKANG
Kendala Pembenihan di Kolam
 Tingkat mortalitas tinggi, hampir 99%
 Ekstensif, lahan untuk kolam semakin sempit
 Ketersediaan air berkurang, konflik kepentingan
Pembenihan intensif
indoor menggunakan
akuarium, tangki, bak
Lebih terkontrol
Efisien
Manipulasi Lingkungan
Manipulasi lingkungan
 Menciptakan lingkungan buatan yang
sesuai dengan kebutuhan larva dan
benih
 Ekologi larva dan benih = ekofisiologi
 Akuakultur = ekologi terapan
Manipulasi Lama Pencahayaan
(Fotoperiode)
Larva Stadia kritis
Visual feeder
Cahaya
Aktivitas
Pemangsaan
Pertumbuhan
Kelangsungan hidup
LATAR BELAKANG
Parameter Lama Pencahayaan
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G
Kelangsungan
Hidup (%)
89 + 3,60a 85 + 1,15ab 76 + 3,84b 78 + 6,49ab
Laju pertumbuhan
bobot harian (%)
6,87 + 0,16a 6,88 + 0,12a 6,42 + 0,18b 5,80 + 0,19c
Pengaruh Lama Pencahayaan Pada Larva Ikan Nila
Oreochromis niloticus
(El Sayed dan M. Kawanna, 2004)
PENGARUH CAHAYA PADA LARVA IKAN GURAME
Mengukur, menentukan
1. Laju penyerapan kuning telur larva
2. Tingkat konsumsi larva
3. Efisiensi pemangsaan larva
4. Laju pertumbuhan larva
5. Tingkat kelangsungan larva
Lama pencahayaan terbaik untuk pemeliharaan
larva gurame
METODE
Waktu dan tempat
Rancangan Perlakuan
Agustus-September 2008
Laboratorium Sistem dan Teknologi, BDP FPIK IPB
Enam perlakuan, tiga ulangan
A = pencahayaan 24 jam terang : 0 jam gelap (24T:0G)
B = pencahayaan 18 jam terang : 6 jam gelap (18T:6G)
C = pencahayaan 12 jam terang : 12 jam gelap (12T:12G
D = pencahayaan 6 jam terang : 18 jam gelap (6T:18G)
E = pencahayaan 0 jam terang : 24 jam gelap (0T:24G)
Kontrol = pencahayaan menyesuaikan kondisi ruangan
METODE
(30x25x25 cm)
Volume air 10 liter
200
lux
23 cm
5 watt
METODE
Pemeliharaan Larva
Asal larva Telur gurame dari Desa Situ Daun, Kec. Tenjo
Bogor.
Penebaran setelah menetas (padat tebar 15 ekor/liter)
Ukuran : Panjang awal 6,89 + 0,05 mm
Bobot awal 0,012 gr
Volume kuning telur 11,27 + 0,52 mm3
METODE
Pemberian Pakan
Umur 8 hari Artemia
5 ml/akuarium air kultur Artemia
(sekitar 1000 individu Artemia)
Secara ad libitum tiap 6 jam sekali
Umur 18 hari Cacing sutera Limnodrilus
sp.
2 kali sehari (19.00 wib dan 08.00
wib) 3 gr/akuarium.
METODE
Pengelolaan Kualitas Air
Larva umur 1-15 hari Penyifonan ,
Pergantian air 3 hari
sekali 50%
Setelah15 hari Penyifonan,
Pergantian air (pagi 50%, sore
25%)
Pengecekan suhu air : 3 kali per hari
Parameter kimia air (DO, pH, TAN, dan alkalinitas)
METODE
Pengamatan Parameter
Parameter Pengamatan Parameter Kerja
Volume Kuning Telur Laju Penyerapan Kuning Telur
Panjang Larva Laju Pertumbuhan Panjang Harian,
Koefisien Keragaman Panjang
Bobot Larva Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Rata-rata Isi Lambung Larva Tingkat konsumsi pakan
Jumlah Pakan Efisiensi Pakan
Jumlah Larva Tingkat Kelangsungan Hidup
 Laju Penyerapan Kuning Telur
(Kohno et al., 1986)
Keterangan :
-g = Menunjukkan laju penurunan kt (%/hari)
t = Waktu yang dibutuhkan (hari)
Vt = Volume kuning telur pada hari ke-t (mm3)
Vo = Volume kuning telur pada awal (mm3)
METODE
Vo
Vt
Ln
t
g
1

METODE
Pengambilan Contoh dan Penghitungan Parameter
 Voleme Kuning Telur
-Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium 12 jam
sekali
-Mikroskop dengan mikrometer
(Kohno et al., 1986)
Keterangan : VKT = Volume Kuning Telur (mm3)
L = Panjang Kuning Telur
(mm)
2
6
VKT xLH


 Laju Pertumbuhan Panjang Harian
-Sampel = 10 ekor larva tiap akuarium 7
hari sekali
-Mikrometer, Jangka sorong
(Huisman, 1987)
Ket. : α = Laju pertumbuhan harian (%)
Lt = Panjang rata-rata ikan pada saat akhir
(mm)
Lo = Panjang rata-rata ikan pada saat awal
METODE
 x100%1
Lo
Lt
α t 
METODE
 Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur
(Blaxter, 1968)
Keterangan :
E = Efisiensi pemanfaatan kuning telur (%)
α = Laju pertumbuhan panjang larva saat masih
ada
kuning telur (%)
g = Persentase penyerapan kuning telur (%)
%100
g
E

 Laju Pertumbuhan Bobot Harian
-Sampel = 10 ekor larva tiap akuarium 7
hari sekali
-Timbangan Digital
(Huisman, 1987)
Ket. : α = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g)
t = Lama pemeliharaan (hari)
METODE
 x100%1
Wo
Wt
α t 
 Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
(Goddard, 1996)
Keterangan :
SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan
(ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
METODE
%100x
N
N
SR
0
t

 Koefisien Keragaman Panjang
(Steel dan Torrie, 1982)
Keterangan : KK = Koefisien keragaman
S = Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh
METODE
KK = (S/Y ) x 100 %
METODE
 Tingkat Konsumsi Pakan
- Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium
- Waktu = Tiap 6 jam sekali pada umur 8, 11, 14, 17
(masih diberi pakan Artemia)
- Pengamatan = isi lambung larva (jumlah Artemia)
 Efisiensi Pakan
- Sisa pakan (cacing) dihitung 1 jam setelah diber
(Zonneveld et al., 1991)
Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Biomassa ikan akhir (gram)
Wo = Biomassa ikan awal (gram)
Wd = Biomassa ikan mati (gram)
F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)
METODE
  %100




 

F
WoWdWt
EP
METODE
Rancangan percobaan : (Steel dan Torrie, 1991)
Keterangan :
Yij = Data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
 = Nilai tengah data
i = Pengaruh perlakuan ke-i
ij= Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i ulangan
ke-j
Uji Annova/keragaman : Ms. Office Excel2003
Uji Beda Nyata Jujur/Tukey test : SPSS ver 15.0 for
Yij =  + i + ij
 Pengolahan Data
0
2
4
6
8
10
12
12 36 60 84 108 132 156 180 204 228 252 276 300
Volume(mm3)
Waktu (jam ke-)
24T:0G
18T:6G
12T:12G
6T:18G
0T:24G
kontrol
HASIL
 Volume Kuning Telur Larva Gurame
0.19
0.23
0.31 0.29
0.39
0.27
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Lajupenyerapankuningtelur
(%/hari)
Lama pencahayaan
HASIL
 Laju Penyerapan Kuning Telur Larva Gurame
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
a b c c d e
11.32
9.43
7.03
7.40
5.57
8.01
4
5
6
7
8
9
10
11
12
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Efisiensipemanfaatankuning
telur(%)
lama pencahayaan
HASIL
 Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Larva Gurame
a b c ce d e
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
6
8
10
12
14
16
18
20
0 7 14 21 28
Panjanglarva(mm)
Hari ke-
24T:0G
18T:6G
12T:12G
6T:18G
0T:24G
Kontrol
HASIL
 Pola Pertumbuhan Panjang Larva Gurame
3.52
3.49 3.48
3.45
3.44
3.49
3.40
3.45
3.50
3.55
3.60
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Lajupertumbuhanpanjangharian
(%)
lama pencahayaan
HASIL
 Laju Pertumbuhan Panjang Harian Larva Gurame
a ab b c c b
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
0.83
1.26 1.22
2.19 2.24
1.41
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
2.0
2.4
2.8
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Koefisienkeragamanpanjang
(%)
Lama pencahayaan
HASIL
 Koefisien Keragaman Panjang Larva Gurame
a a a b b a
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
0.000
0.025
0.050
0.075
0.100
0.125
0.150
0.175
0.200
0 7 14 21 28
BobotLarvaGurame(gram)
Hari ke-
24T:0G
18T:6G
12T:12G
6T:18G
0T:24G
Kontrol
HASIL
 Pola Pertumbuhan Bobot Larva Gurame
10.74 10.73 10.72
10.69 10.69
10.73
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Lajupertumbuhanbobotharian
(%)
lama pencahayaan
HASIL
 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Larva Gurame
a a a a a a
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
23.15
22.30
21.45
20.63
20.05
21.53
18
19
20
21
22
23
24
25
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Jumlahrata-rataisilambunglarva
gurame(ind.Artemia/larva)
lama pencahayaan
HASIL
 Konsumsi Pakan Larva Gurame
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
a b c d e c
15.92
16.72 18.22
18.85
29.60
17.99
0
5
10
15
20
25
30
35
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
EfisiensiPakan(%)
lama pencahayaan
HASIL
 Efisiensi Pakan Larva Gurame
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
a a a a b a
91.56
92.22
92.89
90.00
87.78
92.22
80
85
90
95
100
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Kelangsunganhidup(%)
lama pencahayaan
HASIL
 Kelangsungan Hidup Larva Gurame
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
a a a ab b a
HASIL
Parameter
Perlakuan Lama Pencahayaan
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Laju penyerapan
kuning telur (%)
0,19 + 0,001
a
0,23 + 0,002
b
0,31 + 0,001
c
0,29 + 0,015
c
0,39 + 0,004
d
0,27 + 0,007
e
Efisiensi
Pemanfaatan
kuning telur (%)
11,32 + 0,13
a
9,43 + 0,26
b
7,03 + 0,07
c
7,40 + 0,49
ce
5,57 + 0,14
d
8,01 + 0,05
e
Laju pertumbuhan
panjang harian (%)
3,52 + 0,001
a
3,49 + 0,010
ab
3,48 + 0,009
b
3,45 + 0,017
c
3,44 + 0,009
c
3,49 + 0,009
b
Laju pertumbuhan
bobot harian (%)
10,74 + 0,04
a
10,73 + 0,03
a
10,72 + 0,03
a
10,69 + 0,0
a
10,69 + 0,06
a
10,73 + 0,03
a
Koefisien
keragaman
panjang larva (%)
0,83 + 0,24
a
1,26 + 0,07
a
1,22 + 0,14
a
2,19 + 0,42
b
2,24 + 0,27
b
1,41 + 0,28
a
Rata-rata isi
lambung
larva gurame
(ind.Artemia/larva)
23,15 + 0,05
a
22,30 + 0,13
b
21,45 + 0,35
c
20,63 + 0,20
d
20,05 + 0,15
e
21,53 + 0,10
c
Efisiensi pakan (%)
15,92 + 2,77
a
16,72 + 3,57
a
18,22 + 1,96
a
18,85 + 2,79
a
29,60 + 2,65
b
17,99 + 1,29
a
Kelangsungan
hidup (%)
91,56 + 1,68
a
92,22 + 0,77
a
92,89 + 1,02
a
90,00 + 0,67
ab
87,78 + 2,04
b
92,22 + 0,38
a
KUALITASAIR
Parameter Perlakuan
Hari ke-
0 14 28
Suhu (o C)
24T:0G 29.0 - 32.0 28.5 - 31.5 29.0 - 31.0
18T:6G 29.5 - 31.5 29.0 - 31.5 29.0 - 31.5
12T:12G 29.5 - 31.5 29.0 - 31.0 28.5 - 31.5
6T:18G 29.0 - 32.0 29.5 - 32.0 28.5 - 31.0
0T:24G 29.0 - 31.5 28.5 - 31.5 29.0 - 31.5
Kontrol 29.0 - 31.5 28.5 - 31.5 29.0 - 31.0
Tandon 26.4 - 27.2 26.7 - 27.4 26.4 - 27.0
SUHU
Suhu optimal 29-30 o C (BSN, 2000)
pH
24T:0G 7.44 6.88 - 7.37 6.52– 6.95
18T:6G 7.44 6.80 - 7.52 6.72 – 7.47
12T:12G 7.44 7.02 - 7.60 6.52 – 7.06
6T:18G 7.44 6.84 - 7.22 6.75 – 6.86
0T:24G 7.44 6.63 - 7.26 6.56 – 7.15
Kontrol 7.44 6.84 - 7.39 6.68 – 7.06
Tandon 7.44 7.37 7.26
Parameter
Perlakua
n
Hari ke-
0 14 28
Nilai pH Optimal : 6,5 - 8,0
pH
BSN (2000)
DO(mg/L)
24T:0G 6.40-6.57 6.34 - 6.72 6.34 - 6.68
18T:6G 6.35-6.60 6.38 - 6.94 6.20 - 6.64
12T:12G 6.56-6.83 6.44 - 6.76 6.40 - 6.83
6T:18G 6.52-6.61 6.40 - 6.83 6.48 - 6.88
0T:24G 6.62-6.68 6.28 - 6.88 6.45 - 6.58
Kontrol 6.29-6.70 6.35 - 6.86 6.46 - 6.75
Tandon 6.38 6.47 6.35
Parameter Perlakuan
Hari ke-
0 14 28
DO (Dissolved
Oxygen)
Konsentrasi oksigen terlarut optimal di atas 3 mg/L (Legendre et al., 2000)
Parameter
Perlakua
n
Hari ke-
0 14 28
Alkalinitas
(mg/L
CaCO3)
24T:0G 12 16 - 24 16 - 24
18T:6G 12 16 - 24 20 - 24
12T:12G 12 16 - 26 18 - 24
6T:18G 12 14 - 22 18 - 24
0T:24G 12 16 - 26 18 - 26
Kontrol 12 16 - 24 18 - 26
Tandon 12 12 14
Alkalinitas
Alkalinitas stabil perairan <20 mg/l) (Effendi, 2003)
TAN
(mg/L
NH3N)
24T:0G 0.34 0.36 - 0.49 0.39 - 0.54
18T:6G 0.34 0.39 - 0.49 0.34 - 0.58
12T:12G 0.34 0.36 - 0.42 0.34 - 0.44
6T:18G 0.34 0.36 - 0.49 0.39 - 0.54
0T:24G 0.34 0.36 - 0.42 0.34 - 0.44
Kontrol 0.34 0.36 - 0.44 0.44 - 0.58
Tandon 0.34 0.36 0.34
Parameter
Perlakua
n
Hari ke-
0 14 28
Total Amonia Nitrogen
(TAN)
TAN kisaran aman di bawah 0,8 mg/l NH3N (Riandi, 2006)
saran
 Untuk keperluan produksi, pemeliharaan larva
gurame dari stadia larva sampai ukuran kuaci (1,5-2
cm) dalam akuarium sistem indoor sebaiknya
menggunakan pencahayaan kontrol atau alami, karena
menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi.
 Untuk penelitan berikutnya dapat diterapkan
manipulasi lama pencahayaan dengan intensitas
cahaya berbeda atau pada pemeliharaan larva spesies
lain.
Terima Kasih
atas
perhatiannya
KESIMPULAN
 Laju pertumbuhan panjang harian larva gurame
terbaik pada perlakuan 24T:0G yaitu sebesar 3.52 +
0,001 %.
 Nilai kelangsungan hidup terbaik yaitu 92.89 +
1.02 % pada perlakuan 12T:12G
 Lama pencahayaan yang sesuai untuk
pemeliharaan larva gurame sampai ukuran kuaci
(1,5-2 cm) adalah kontrol atau tanpa perlakuan
pencahayaan khusus
Efisiensi Ekonomi
 Keuntungan = Penerimaan-Total Biaya Produksi
;(Martin, 1991)
 R/C = Penerimaan total/Biaya total ;(Rahardi,
1998)
 BEP (Rp) = Biaya tetap /(1-(biaya variabel/penerimaan total)) ;(Martin,
1991)
 BEP (ekor) = Biaya tetap/(harga jual-(biaya variabel/jumlah produksi))
;(Martin, 1991)
 PP = Investasi /keuntungan x 1 tahun ;(Martin,
1991)
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Uraian
Perlakuan
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Investasi Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00
Biaya tetap Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74
Biaya
variabel Rp1.035.332,01 Rp 975.935,96 Rp 963.494,32 Rp 934.526,18 Rp 882.064,57 Rp 901.038,04
Biaya total Rp4.194.784,75 Rp4.135.388,70 Rp4.122.947,06 Rp4.093.978,92 Rp4.041.517,31 Rp4.060.490,78
Penerimaan Rp4.944.000,00 Rp4.980.000,00 Rp5.016.000,00 Rp4.860.000,00 Rp4.740.000,00 Rp4.980.000,00
Keutungan Rp 749.215,25 Rp 844.611,30 Rp 893.052,94 Rp 766.021,08 Rp 698.482,69 Rp 919.509,22
R/C Ratio 1,18 1,20 1,22 1,19 1,17 1,23
BEP
(Rupiah) Rp3.996.331,84 Rp3.929.526,22 Rp3.910.621,28 Rp3.911.614,50 Rp3.881.818,72 Rp3.857.372,24
BEP (ekor) 15.986,20 15.718,23 15.642,72 15.646,68 15.528,54 15.429,54
PP (tahun) 3,37 2,99 2,83 3,29 3,61 2,74
 Hasil Perhitungan Analisis Ekonomi
*)Dengan Beberapa Asumsi
LAMPIRAN
Asumsi perhitungan analisis ekonomi
•Dalam satu siklus produksi 30 hari dengan 28 hari waktu
produksi dan 2 hari persiapan
•Satu tahun dilakukan 8 siklus produksi
•Pembenihan menggunakan 18 akuarium @ volume 10 liter
(padat tebar 150 ekor/akuarium). Skala 2700
•Harga telur gurame Rp. 30,00/butir.
•Harga jual benih gurame ukuran 1,50-2,00 cm sebesar Rp.
250,00/ekor.
•Biaya tenaga kerja Rp.45.000,00/bulan.
•Biaya tenaga kerjanya Rp.45.000,00/bulan.
•Pengukuran nilai instensitas cahaya : 1 lux = 1
lumen/m2, lampu fluorescent 1 Watt = 61 lumen
(Anonimous, 2008). Untuk intensitas cahaya dalam
ruangan indoor 200 lux maka dibutuhkan 2 buah
lampu fluorescent @ 40 watt atau 3.200 lumen.
•Setiap 1.000 ekor maka dikeluarkan biaya panen
sebesar Rp. 2.500,00
•Setiap 500 ekor dikemas dalam satu kantong
plastik, harga kantong plastik sebesar Rp.500,00 dan
gas sebesar Rp.1.000,00.
•Harga pakan cacing sutera Rp.5.000,00/kaleng
(255,37 gram).
•Harga tarif listrik Rp. 350/kWh
LAMPIRAN
PUSTAKA
Perkembangan larva ikan menurut Effendie (1997) dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu pro larva dan post larva.
Tahap pro larva masih mempunyai kantong kuning telur, tubuhnya
transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum
diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tapi bentuknya belum
sempurna. Mulut dan rahangnya berkembang dan ususnya masih
berbentuk tabung lurus.
Tahap post larva adalah saat dari hilangnya kantung kuning telur
sampai terbentuk organ-organ baru selesainya taraf
penyempurnaan organ-organ yang telah ada. Sehingga pada akhir
masa pasca larva secara morfologi sudah menyerupai bentuk induk
PUSTAKA
Menurut Waynarovich dan Horvath (1980), larva ikan yang
baru menetas berenang dengan posisi badan terbalik dan
kuning telur berada pada bagian sebelah atas.
Kamler (1992), menjelaskan bahwa kuning telur merupakan
sumber nutrien dan energi utama bagi ikan selama periode
endogenous feeding, yang dimulai saat fertilisasi dan berakhir
saat larva sudah benar-benar memperoleh pakan dari luar
tubuhnya.
Nutrien dan energi dari kuning telur akan digunakan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan juga sebagai sumber energi
bagi metabolisme basal dan aktivitas rutin larva.
Kuning Telur Larva
Blaxter (1968), pada kondisi
pencahayaan gelap, larva cenderung
bergerak menyebar dalam mencari
mangsa. Sehingga membutuhkan energi
yang lebih tinggi. Aktivitas metabolisme
yang tinggi memerlukan energi yang
besar sehingga laju penyerapan kuning
telurnya menjadi lebih cepat.
Cahaya vs penyerapan kuning telur
PUSTAKA
• Larva ikan pada hari pertama setelah menetas
tidak ditemukan adanya pigmen pencahayaan pada
matanya dan sedikit sekali diferensiasi
penglihatan.
• Pada hari ketiga pigmen dengan retina yang
bertingkat dan sel penglihatan telah berkembang.
Selanjutnya pada hari kelima saraf optik dan cone
(sel berbentuk kerucut pada retina) telah
berkembang.
Mekanisme adaptasi larva terhadap cahaya
PUSTAKA
•Ketika larva berubah menjadi juvenil maka rods
(sel berbentuk batang pada retina) telah terbentuk.
Cone dan rods merupakan fotoreseptor yang aktif
bekerja dan peka terhadap gelap dan terangnya
cahaya. Cone bekerja ketika kondisi terang,
sedangkan rods bekerja pada kondisi gelap/samar.
• Dengan berkembangnya adaptasi terhadap gelap
dan terang maka ikan muda (juvenil) mudah dalam
menangkap mangsa. Aktivitas pemangsaan yang
sukses akan menunjang pertumbuhan juvenil
(Blaxter, 1968).
Menurut Blaxter (1968), beberapa larva ikan organ
penglihatannya masih belum berkembang sempurna sehingga
sedikit sekali diferensiasi dalam membedakan cahaya terang
dan gelap.
Pada kondisi pro larva, cahaya dibutuhkan untuk stimulus
pewarnaan (pigmentasi) pada organ penglihatan dan warna
tubuh, suatu peristiwa yang penting di awal pertumbuhan dan
perkembangan larva.
Secara umum, lama waktu penyinaran mempengaruhi
kecepatan perkembangan larva. Ada atau tidaknya cahaya
dapat memberikan pengaruh aktivitas yang berbeda terhadap
larva ikan.
Cahaya gelap/terang-aktivitas larva
PUSTAKA
Pergerakan aktivitas larva akan mempengaruhi laju
penyerapan kuning telur saat larva berkembang dari pro
larva menuju post larva.
Efisiensi penyerapan kuning telur yang tinggi dapat
terjadi akibat dari aktivitas larva yang rendah, sehingga
kuning telur lebih banyak terserap untuk pertumbuhan.
PUSTAKA
Yushinta (2004), menyatakan bahwa peristiwa
pergerkan berkumpulnya larva ikan di bawah cahaya
dapat dibedakan sebagai :
- Peristiwa langsung yakni ikan–ikan tertarik oleh
cahaya lalu berkumpul.
- Peristiwa tak langsung yakni karena ada cahaya
maka plankton dan ikan–ikan kecil berkumpul
kemudian ikan–ikan kecil berkumpul kemudian ikan
yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan
feeding (mencari makan).
PUSTAKA
Pakan larva dan cahaya
Menurut Haryati (1995), larva gurame
lebih mudah mendapatkan pakannya
saat ada cahaya yang dibuktikan
dengan jumlah pakan paling banyak
ditemukan dalam lambung larva
gurame pada saat siang hari atau ada
cahaya.
Brown et al. (1991), artemia bersifat
fototaksis positif dan cenderung
bergerombol mendekati sumber cahaya.
Hal tersebut akan memudahkan larva
ikan dalam menangkap artemia sebagai
Menurut Zonneveld (1991), dalam suatu larutan, karbondioksida
menunjukkan reaksi berikut :
CO2 + + H2O H2CO3 HCO3
- + H+ CO3
- + H+
.
Karbonat (CO3
-) dalam mekanisme di atas melambangkan
alkalinitas air sedangkan H+ menunjukkan sumber keasaman.
Effendi (2003), menyatakan perairan mengandung alkalinitas
≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil
terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau
basa lebih stabil.
pH dan Alkalinitas
Dengan demikian rendahnya nilai pH disebabkan juga oleh
nilai alkalinitas yang rendah.
Konsentrasi ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dalam reaksi
tersebut tidak dapat diikat oleh ion karbonat (CO3
-) sehingga
kesetimbangan reaksi bergerak ke kiri menghasilkan H+.
1) Suhu : 29 o C - 30 o C
2) Nilai pH : 6,5 - 8,0
3) Ketinggian air : 15 cm- 20 cm
a) Kualitas dan kuantitas air media di akuarium
b) Padat tebar: 15 ekor/liter -20 ekor/liter
c) Pakan yang diberikan: cacing Tubifex, Moina
atau Daphnia
Standar pemeliharaan larva gurame
*BSN (2000)

More Related Content

What's hot

Power point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galahPower point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galahZulfikarRaihanMalah
 
jumlah telur pisces
jumlah telur piscesjumlah telur pisces
jumlah telur piscesMirda Rinii
 
Pemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatanPemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatanFathir Tozuka
 
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanWiwinUMRAH
 
Hama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikanHama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikanLiswan Suhly
 
Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01hassanfpk
 
Update Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaUpdate Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaSyauqy Nurul Aziz
 
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-pptPdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-pptGhufronFisheries
 
230637493 budidaya-ikan-badut
230637493 budidaya-ikan-badut230637493 budidaya-ikan-badut
230637493 budidaya-ikan-badutGalih Purnama
 
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66AlvianusMadika
 
laporan prakerin pembenihan rajungan
 laporan prakerin pembenihan rajungan laporan prakerin pembenihan rajungan
laporan prakerin pembenihan rajunganAbd Taj Khalwatiyah
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...Putra putra
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanSawargi Ppmkp
 
Nanda Danu - Budidaya Ikan Mas
Nanda Danu - Budidaya Ikan MasNanda Danu - Budidaya Ikan Mas
Nanda Danu - Budidaya Ikan MasNanda Danu Lukita
 

What's hot (20)

Power point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galahPower point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galah
 
jumlah telur pisces
jumlah telur piscesjumlah telur pisces
jumlah telur pisces
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Pembesaran ikan
Pembesaran ikanPembesaran ikan
Pembesaran ikan
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
Pemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatanPemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatan
 
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
 
Migrasi-Ikan.ppt
Migrasi-Ikan.pptMigrasi-Ikan.ppt
Migrasi-Ikan.ppt
 
Hama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikanHama dan penyakit ikan
Hama dan penyakit ikan
 
Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01
 
Update Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaUpdate Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan Penganannya
 
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-pptPdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
 
230637493 budidaya-ikan-badut
230637493 budidaya-ikan-badut230637493 budidaya-ikan-badut
230637493 budidaya-ikan-badut
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
 
laporan prakerin pembenihan rajungan
 laporan prakerin pembenihan rajungan laporan prakerin pembenihan rajungan
laporan prakerin pembenihan rajungan
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikan
 
Nanda Danu - Budidaya Ikan Mas
Nanda Danu - Budidaya Ikan MasNanda Danu - Budidaya Ikan Mas
Nanda Danu - Budidaya Ikan Mas
 
Pikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikanPikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikan
 

Viewers also liked

fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...Putra putra
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudafirmanahyuda
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanfisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanPutra putra
 
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan IkanManipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan IkanSapto Andriyono
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larvaYuga Rahmat S
 
Sistem osmoregulasi pada kepiting dan udang
Sistem osmoregulasi pada kepiting dan udangSistem osmoregulasi pada kepiting dan udang
Sistem osmoregulasi pada kepiting dan udangAlfarico Rico
 
endokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormon
endokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormonendokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormon
endokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormonWiwinUMRAH
 
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanMakanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanAriez Jack
 
perkembangan embrio ikan lele dumbo
perkembangan embrio ikan lele dumboperkembangan embrio ikan lele dumbo
perkembangan embrio ikan lele dumboAfiesh sp
 
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologiBuku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologikamaliyah
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan leleNiza Salsa
 
Ppt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount Epidermis
Ppt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount EpidermisPpt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount Epidermis
Ppt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount Epidermisdewisetiyana52
 
Identifikasi Kawasan Tambak Udang Dan Kepiting Di Pallime Bone
Identifikasi Kawasan  Tambak  Udang Dan  Kepiting  Di  Pallime  BoneIdentifikasi Kawasan  Tambak  Udang Dan  Kepiting  Di  Pallime  Bone
Identifikasi Kawasan Tambak Udang Dan Kepiting Di Pallime BoneBBAP takalar
 

Viewers also liked (20)

fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanfisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
 
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan IkanManipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
 
Endokrin udang
Endokrin udangEndokrin udang
Endokrin udang
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva
 
Sistem osmoregulasi pada kepiting dan udang
Sistem osmoregulasi pada kepiting dan udangSistem osmoregulasi pada kepiting dan udang
Sistem osmoregulasi pada kepiting dan udang
 
endokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormon
endokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormonendokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormon
endokrinologi pengaruh lingkungan terhadap hormon
 
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanMakanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
 
perkembangan embrio ikan lele dumbo
perkembangan embrio ikan lele dumboperkembangan embrio ikan lele dumbo
perkembangan embrio ikan lele dumbo
 
Ikhtiologi
IkhtiologiIkhtiologi
Ikhtiologi
 
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologiBuku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
 
Bri
BriBri
Bri
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan lele
 
Ppt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount Epidermis
Ppt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount EpidermisPpt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount Epidermis
Ppt Mikroteknik Whole Mount Protozoa dan Whole Mount Epidermis
 
Pisces Class
Pisces Class Pisces Class
Pisces Class
 
Ujian pkl
Ujian pkl Ujian pkl
Ujian pkl
 
Romi novriadi balai perikanan budidaya laut batam idea abaout graduated school
Romi novriadi balai perikanan budidaya laut batam idea abaout graduated schoolRomi novriadi balai perikanan budidaya laut batam idea abaout graduated school
Romi novriadi balai perikanan budidaya laut batam idea abaout graduated school
 
Identifikasi Kawasan Tambak Udang Dan Kepiting Di Pallime Bone
Identifikasi Kawasan  Tambak  Udang Dan  Kepiting  Di  Pallime  BoneIdentifikasi Kawasan  Tambak  Udang Dan  Kepiting  Di  Pallime  Bone
Identifikasi Kawasan Tambak Udang Dan Kepiting Di Pallime Bone
 
Hatchery management
Hatchery managementHatchery management
Hatchery management
 

Similar to fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Teknik Pembenihan Ikan II
Teknik Pembenihan Ikan IITeknik Pembenihan Ikan II
Teknik Pembenihan Ikan IIIbnu Sahidhir
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
 
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakMemanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakGufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
PENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptx
PENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptxPENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptx
PENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptxindahfitrisakinahlim1
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4PPGhybrid3
 
budidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptx
budidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptxbudidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptx
budidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptxDipoTriMartiano
 
PPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptx
PPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptxPPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptx
PPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptxIKMCAdeMutiaraRosali
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusySafeiMufti1
 
Power Point SNIPP Seri 2.pptx
Power Point SNIPP Seri 2.pptxPower Point SNIPP Seri 2.pptx
Power Point SNIPP Seri 2.pptxRiskaWahyuni24
 
Mamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiMamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiSamuel Daganzha
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...Repository Ipb
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi BuatanRizza Muh
 

Similar to fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva (20)

Teknik Pembenihan Ikan II
Teknik Pembenihan Ikan IITeknik Pembenihan Ikan II
Teknik Pembenihan Ikan II
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
 
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakMemanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Chitosan sebagai bahan pengawet tahu
Chitosan sebagai bahan pengawet tahuChitosan sebagai bahan pengawet tahu
Chitosan sebagai bahan pengawet tahu
 
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
PENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptx
PENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptxPENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptx
PENGARUH RLC Sargassum crassifolium TERHADAP LEMAK BROILER.pptx
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Kajian respon kekebalan tubuh dan pertumbuhankakap putih
Kajian respon kekebalan tubuh dan pertumbuhankakap putihKajian respon kekebalan tubuh dan pertumbuhankakap putih
Kajian respon kekebalan tubuh dan pertumbuhankakap putih
 
budidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptx
budidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptxbudidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptx
budidaya_ternak_unggas_petelur_pptx.pptx
 
kajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur waletkajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur walet
 
PPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptx
PPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptxPPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptx
PPT COSMALINDA_KERNIA_PUTRI_08111006063.pptx
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
 
Power Point SNIPP Seri 2.pptx
Power Point SNIPP Seri 2.pptxPower Point SNIPP Seri 2.pptx
Power Point SNIPP Seri 2.pptx
 
Mamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiMamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandi
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
 
Presentation pkl mupit
Presentation pkl mupitPresentation pkl mupit
Presentation pkl mupit
 
PPT SEMINAR HASIL PANNY BDP.pptx
PPT SEMINAR HASIL PANNY BDP.pptxPPT SEMINAR HASIL PANNY BDP.pptx
PPT SEMINAR HASIL PANNY BDP.pptx
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
 

More from Putra putra

15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambakPutra putra
 
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hiasPutra putra
 
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telurPutra putra
 
1 4 seleksi induk ikan
1 4 seleksi induk ikan1 4 seleksi induk ikan
1 4 seleksi induk ikanPutra putra
 
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalPutra putra
 
Endokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alami
Endokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alamiEndokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alami
Endokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alamiPutra putra
 
Endokrinologi sub bahsan dopamin
Endokrinologi sub bahsan dopamin Endokrinologi sub bahsan dopamin
Endokrinologi sub bahsan dopamin Putra putra
 
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fishendokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fishPutra putra
 
endokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasi
endokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasiendokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasi
endokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasiPutra putra
 
Endokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udang
Endokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udangEndokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udang
Endokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udangPutra putra
 
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikanPutra putra
 
endokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinang
endokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinangendokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinang
endokrinologi ikan UMRAH TanjungpinangPutra putra
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digesti
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digestifisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digesti
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digestiPutra putra
 

More from Putra putra (14)

15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak
 
Aquascape
AquascapeAquascape
Aquascape
 
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
 
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
3. periode bukaan mulut dan laju serapan kuning telur
 
1 4 seleksi induk ikan
1 4 seleksi induk ikan1 4 seleksi induk ikan
1 4 seleksi induk ikan
 
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
 
Endokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alami
Endokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alamiEndokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alami
Endokrinologi ikan sub bahasan sumber hormon alami
 
Endokrinologi sub bahsan dopamin
Endokrinologi sub bahsan dopamin Endokrinologi sub bahsan dopamin
Endokrinologi sub bahsan dopamin
 
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fishendokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
 
endokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasi
endokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasiendokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasi
endokrinologi sub bahasan hormon pertumbuhan dan osmoregulasi
 
Endokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udang
Endokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udangEndokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udang
Endokrinologi Ikan sub Bahasan kontrol hormon reproduksi pada udang
 
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
 
endokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinang
endokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinangendokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinang
endokrinologi ikan UMRAH Tanjungpinang
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digesti
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digestifisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digesti
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan digesti
 

Recently uploaded

Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaNikmah Suryandari
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 

Recently uploaded (10)

Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 

fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

  • 2. LATAR BELAKANG Kendala Pembenihan di Kolam  Tingkat mortalitas tinggi, hampir 99%  Ekstensif, lahan untuk kolam semakin sempit  Ketersediaan air berkurang, konflik kepentingan Pembenihan intensif indoor menggunakan akuarium, tangki, bak Lebih terkontrol Efisien Manipulasi Lingkungan
  • 3. Manipulasi lingkungan  Menciptakan lingkungan buatan yang sesuai dengan kebutuhan larva dan benih  Ekologi larva dan benih = ekofisiologi  Akuakultur = ekologi terapan
  • 4. Manipulasi Lama Pencahayaan (Fotoperiode) Larva Stadia kritis Visual feeder Cahaya Aktivitas Pemangsaan Pertumbuhan Kelangsungan hidup
  • 5. LATAR BELAKANG Parameter Lama Pencahayaan 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G Kelangsungan Hidup (%) 89 + 3,60a 85 + 1,15ab 76 + 3,84b 78 + 6,49ab Laju pertumbuhan bobot harian (%) 6,87 + 0,16a 6,88 + 0,12a 6,42 + 0,18b 5,80 + 0,19c Pengaruh Lama Pencahayaan Pada Larva Ikan Nila Oreochromis niloticus (El Sayed dan M. Kawanna, 2004)
  • 6. PENGARUH CAHAYA PADA LARVA IKAN GURAME Mengukur, menentukan 1. Laju penyerapan kuning telur larva 2. Tingkat konsumsi larva 3. Efisiensi pemangsaan larva 4. Laju pertumbuhan larva 5. Tingkat kelangsungan larva Lama pencahayaan terbaik untuk pemeliharaan larva gurame
  • 7. METODE Waktu dan tempat Rancangan Perlakuan Agustus-September 2008 Laboratorium Sistem dan Teknologi, BDP FPIK IPB Enam perlakuan, tiga ulangan A = pencahayaan 24 jam terang : 0 jam gelap (24T:0G) B = pencahayaan 18 jam terang : 6 jam gelap (18T:6G) C = pencahayaan 12 jam terang : 12 jam gelap (12T:12G D = pencahayaan 6 jam terang : 18 jam gelap (6T:18G) E = pencahayaan 0 jam terang : 24 jam gelap (0T:24G) Kontrol = pencahayaan menyesuaikan kondisi ruangan
  • 8. METODE (30x25x25 cm) Volume air 10 liter 200 lux 23 cm 5 watt
  • 9. METODE Pemeliharaan Larva Asal larva Telur gurame dari Desa Situ Daun, Kec. Tenjo Bogor. Penebaran setelah menetas (padat tebar 15 ekor/liter) Ukuran : Panjang awal 6,89 + 0,05 mm Bobot awal 0,012 gr Volume kuning telur 11,27 + 0,52 mm3
  • 10. METODE Pemberian Pakan Umur 8 hari Artemia 5 ml/akuarium air kultur Artemia (sekitar 1000 individu Artemia) Secara ad libitum tiap 6 jam sekali Umur 18 hari Cacing sutera Limnodrilus sp. 2 kali sehari (19.00 wib dan 08.00 wib) 3 gr/akuarium.
  • 11. METODE Pengelolaan Kualitas Air Larva umur 1-15 hari Penyifonan , Pergantian air 3 hari sekali 50% Setelah15 hari Penyifonan, Pergantian air (pagi 50%, sore 25%) Pengecekan suhu air : 3 kali per hari Parameter kimia air (DO, pH, TAN, dan alkalinitas)
  • 12. METODE Pengamatan Parameter Parameter Pengamatan Parameter Kerja Volume Kuning Telur Laju Penyerapan Kuning Telur Panjang Larva Laju Pertumbuhan Panjang Harian, Koefisien Keragaman Panjang Bobot Larva Laju Pertumbuhan Bobot Harian Rata-rata Isi Lambung Larva Tingkat konsumsi pakan Jumlah Pakan Efisiensi Pakan Jumlah Larva Tingkat Kelangsungan Hidup
  • 13.  Laju Penyerapan Kuning Telur (Kohno et al., 1986) Keterangan : -g = Menunjukkan laju penurunan kt (%/hari) t = Waktu yang dibutuhkan (hari) Vt = Volume kuning telur pada hari ke-t (mm3) Vo = Volume kuning telur pada awal (mm3) METODE Vo Vt Ln t g 1 
  • 14. METODE Pengambilan Contoh dan Penghitungan Parameter  Voleme Kuning Telur -Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium 12 jam sekali -Mikroskop dengan mikrometer (Kohno et al., 1986) Keterangan : VKT = Volume Kuning Telur (mm3) L = Panjang Kuning Telur (mm) 2 6 VKT xLH  
  • 15.  Laju Pertumbuhan Panjang Harian -Sampel = 10 ekor larva tiap akuarium 7 hari sekali -Mikrometer, Jangka sorong (Huisman, 1987) Ket. : α = Laju pertumbuhan harian (%) Lt = Panjang rata-rata ikan pada saat akhir (mm) Lo = Panjang rata-rata ikan pada saat awal METODE  x100%1 Lo Lt α t 
  • 16. METODE  Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur (Blaxter, 1968) Keterangan : E = Efisiensi pemanfaatan kuning telur (%) α = Laju pertumbuhan panjang larva saat masih ada kuning telur (%) g = Persentase penyerapan kuning telur (%) %100 g E 
  • 17.  Laju Pertumbuhan Bobot Harian -Sampel = 10 ekor larva tiap akuarium 7 hari sekali -Timbangan Digital (Huisman, 1987) Ket. : α = Laju pertumbuhan harian (%) Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g) t = Lama pemeliharaan (hari) METODE  x100%1 Wo Wt α t 
  • 18.  Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) (Goddard, 1996) Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) METODE %100x N N SR 0 t 
  • 19.  Koefisien Keragaman Panjang (Steel dan Torrie, 1982) Keterangan : KK = Koefisien keragaman S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh METODE KK = (S/Y ) x 100 %
  • 20. METODE  Tingkat Konsumsi Pakan - Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium - Waktu = Tiap 6 jam sekali pada umur 8, 11, 14, 17 (masih diberi pakan Artemia) - Pengamatan = isi lambung larva (jumlah Artemia)
  • 21.  Efisiensi Pakan - Sisa pakan (cacing) dihitung 1 jam setelah diber (Zonneveld et al., 1991) Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%) Wt = Biomassa ikan akhir (gram) Wo = Biomassa ikan awal (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram) F = Jumlah pakan yang diberikan (gram) METODE   %100        F WoWdWt EP
  • 22. METODE Rancangan percobaan : (Steel dan Torrie, 1991) Keterangan : Yij = Data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j  = Nilai tengah data i = Pengaruh perlakuan ke-i ij= Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j Uji Annova/keragaman : Ms. Office Excel2003 Uji Beda Nyata Jujur/Tukey test : SPSS ver 15.0 for Yij =  + i + ij  Pengolahan Data
  • 23. 0 2 4 6 8 10 12 12 36 60 84 108 132 156 180 204 228 252 276 300 Volume(mm3) Waktu (jam ke-) 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G kontrol HASIL  Volume Kuning Telur Larva Gurame
  • 24. 0.19 0.23 0.31 0.29 0.39 0.27 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Lajupenyerapankuningtelur (%/hari) Lama pencahayaan HASIL  Laju Penyerapan Kuning Telur Larva Gurame Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05) a b c c d e
  • 25. 11.32 9.43 7.03 7.40 5.57 8.01 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Efisiensipemanfaatankuning telur(%) lama pencahayaan HASIL  Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Larva Gurame a b c ce d e Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
  • 26. 6 8 10 12 14 16 18 20 0 7 14 21 28 Panjanglarva(mm) Hari ke- 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol HASIL  Pola Pertumbuhan Panjang Larva Gurame
  • 27. 3.52 3.49 3.48 3.45 3.44 3.49 3.40 3.45 3.50 3.55 3.60 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Lajupertumbuhanpanjangharian (%) lama pencahayaan HASIL  Laju Pertumbuhan Panjang Harian Larva Gurame a ab b c c b Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
  • 28. 0.83 1.26 1.22 2.19 2.24 1.41 0.0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 2.8 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Koefisienkeragamanpanjang (%) Lama pencahayaan HASIL  Koefisien Keragaman Panjang Larva Gurame a a a b b a Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
  • 29. 0.000 0.025 0.050 0.075 0.100 0.125 0.150 0.175 0.200 0 7 14 21 28 BobotLarvaGurame(gram) Hari ke- 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol HASIL  Pola Pertumbuhan Bobot Larva Gurame
  • 30. 10.74 10.73 10.72 10.69 10.69 10.73 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Lajupertumbuhanbobotharian (%) lama pencahayaan HASIL  Laju Pertumbuhan Bobot Harian Larva Gurame a a a a a a Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
  • 31. 23.15 22.30 21.45 20.63 20.05 21.53 18 19 20 21 22 23 24 25 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Jumlahrata-rataisilambunglarva gurame(ind.Artemia/larva) lama pencahayaan HASIL  Konsumsi Pakan Larva Gurame Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05) a b c d e c
  • 32. 15.92 16.72 18.22 18.85 29.60 17.99 0 5 10 15 20 25 30 35 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol EfisiensiPakan(%) lama pencahayaan HASIL  Efisiensi Pakan Larva Gurame Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05) a a a a b a
  • 33. 91.56 92.22 92.89 90.00 87.78 92.22 80 85 90 95 100 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Kelangsunganhidup(%) lama pencahayaan HASIL  Kelangsungan Hidup Larva Gurame Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05) a a a ab b a
  • 34. HASIL Parameter Perlakuan Lama Pencahayaan 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Laju penyerapan kuning telur (%) 0,19 + 0,001 a 0,23 + 0,002 b 0,31 + 0,001 c 0,29 + 0,015 c 0,39 + 0,004 d 0,27 + 0,007 e Efisiensi Pemanfaatan kuning telur (%) 11,32 + 0,13 a 9,43 + 0,26 b 7,03 + 0,07 c 7,40 + 0,49 ce 5,57 + 0,14 d 8,01 + 0,05 e Laju pertumbuhan panjang harian (%) 3,52 + 0,001 a 3,49 + 0,010 ab 3,48 + 0,009 b 3,45 + 0,017 c 3,44 + 0,009 c 3,49 + 0,009 b Laju pertumbuhan bobot harian (%) 10,74 + 0,04 a 10,73 + 0,03 a 10,72 + 0,03 a 10,69 + 0,0 a 10,69 + 0,06 a 10,73 + 0,03 a Koefisien keragaman panjang larva (%) 0,83 + 0,24 a 1,26 + 0,07 a 1,22 + 0,14 a 2,19 + 0,42 b 2,24 + 0,27 b 1,41 + 0,28 a Rata-rata isi lambung larva gurame (ind.Artemia/larva) 23,15 + 0,05 a 22,30 + 0,13 b 21,45 + 0,35 c 20,63 + 0,20 d 20,05 + 0,15 e 21,53 + 0,10 c Efisiensi pakan (%) 15,92 + 2,77 a 16,72 + 3,57 a 18,22 + 1,96 a 18,85 + 2,79 a 29,60 + 2,65 b 17,99 + 1,29 a Kelangsungan hidup (%) 91,56 + 1,68 a 92,22 + 0,77 a 92,89 + 1,02 a 90,00 + 0,67 ab 87,78 + 2,04 b 92,22 + 0,38 a
  • 35. KUALITASAIR Parameter Perlakuan Hari ke- 0 14 28 Suhu (o C) 24T:0G 29.0 - 32.0 28.5 - 31.5 29.0 - 31.0 18T:6G 29.5 - 31.5 29.0 - 31.5 29.0 - 31.5 12T:12G 29.5 - 31.5 29.0 - 31.0 28.5 - 31.5 6T:18G 29.0 - 32.0 29.5 - 32.0 28.5 - 31.0 0T:24G 29.0 - 31.5 28.5 - 31.5 29.0 - 31.5 Kontrol 29.0 - 31.5 28.5 - 31.5 29.0 - 31.0 Tandon 26.4 - 27.2 26.7 - 27.4 26.4 - 27.0 SUHU Suhu optimal 29-30 o C (BSN, 2000)
  • 36. pH 24T:0G 7.44 6.88 - 7.37 6.52– 6.95 18T:6G 7.44 6.80 - 7.52 6.72 – 7.47 12T:12G 7.44 7.02 - 7.60 6.52 – 7.06 6T:18G 7.44 6.84 - 7.22 6.75 – 6.86 0T:24G 7.44 6.63 - 7.26 6.56 – 7.15 Kontrol 7.44 6.84 - 7.39 6.68 – 7.06 Tandon 7.44 7.37 7.26 Parameter Perlakua n Hari ke- 0 14 28 Nilai pH Optimal : 6,5 - 8,0 pH BSN (2000)
  • 37. DO(mg/L) 24T:0G 6.40-6.57 6.34 - 6.72 6.34 - 6.68 18T:6G 6.35-6.60 6.38 - 6.94 6.20 - 6.64 12T:12G 6.56-6.83 6.44 - 6.76 6.40 - 6.83 6T:18G 6.52-6.61 6.40 - 6.83 6.48 - 6.88 0T:24G 6.62-6.68 6.28 - 6.88 6.45 - 6.58 Kontrol 6.29-6.70 6.35 - 6.86 6.46 - 6.75 Tandon 6.38 6.47 6.35 Parameter Perlakuan Hari ke- 0 14 28 DO (Dissolved Oxygen) Konsentrasi oksigen terlarut optimal di atas 3 mg/L (Legendre et al., 2000)
  • 38. Parameter Perlakua n Hari ke- 0 14 28 Alkalinitas (mg/L CaCO3) 24T:0G 12 16 - 24 16 - 24 18T:6G 12 16 - 24 20 - 24 12T:12G 12 16 - 26 18 - 24 6T:18G 12 14 - 22 18 - 24 0T:24G 12 16 - 26 18 - 26 Kontrol 12 16 - 24 18 - 26 Tandon 12 12 14 Alkalinitas Alkalinitas stabil perairan <20 mg/l) (Effendi, 2003)
  • 39. TAN (mg/L NH3N) 24T:0G 0.34 0.36 - 0.49 0.39 - 0.54 18T:6G 0.34 0.39 - 0.49 0.34 - 0.58 12T:12G 0.34 0.36 - 0.42 0.34 - 0.44 6T:18G 0.34 0.36 - 0.49 0.39 - 0.54 0T:24G 0.34 0.36 - 0.42 0.34 - 0.44 Kontrol 0.34 0.36 - 0.44 0.44 - 0.58 Tandon 0.34 0.36 0.34 Parameter Perlakua n Hari ke- 0 14 28 Total Amonia Nitrogen (TAN) TAN kisaran aman di bawah 0,8 mg/l NH3N (Riandi, 2006)
  • 40. saran  Untuk keperluan produksi, pemeliharaan larva gurame dari stadia larva sampai ukuran kuaci (1,5-2 cm) dalam akuarium sistem indoor sebaiknya menggunakan pencahayaan kontrol atau alami, karena menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi.  Untuk penelitan berikutnya dapat diterapkan manipulasi lama pencahayaan dengan intensitas cahaya berbeda atau pada pemeliharaan larva spesies lain.
  • 42. KESIMPULAN  Laju pertumbuhan panjang harian larva gurame terbaik pada perlakuan 24T:0G yaitu sebesar 3.52 + 0,001 %.  Nilai kelangsungan hidup terbaik yaitu 92.89 + 1.02 % pada perlakuan 12T:12G  Lama pencahayaan yang sesuai untuk pemeliharaan larva gurame sampai ukuran kuaci (1,5-2 cm) adalah kontrol atau tanpa perlakuan pencahayaan khusus
  • 43. Efisiensi Ekonomi  Keuntungan = Penerimaan-Total Biaya Produksi ;(Martin, 1991)  R/C = Penerimaan total/Biaya total ;(Rahardi, 1998)  BEP (Rp) = Biaya tetap /(1-(biaya variabel/penerimaan total)) ;(Martin, 1991)  BEP (ekor) = Biaya tetap/(harga jual-(biaya variabel/jumlah produksi)) ;(Martin, 1991)  PP = Investasi /keuntungan x 1 tahun ;(Martin, 1991) LAMPIRAN
  • 44. LAMPIRAN Uraian Perlakuan 24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol Investasi Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Biaya tetap Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Biaya variabel Rp1.035.332,01 Rp 975.935,96 Rp 963.494,32 Rp 934.526,18 Rp 882.064,57 Rp 901.038,04 Biaya total Rp4.194.784,75 Rp4.135.388,70 Rp4.122.947,06 Rp4.093.978,92 Rp4.041.517,31 Rp4.060.490,78 Penerimaan Rp4.944.000,00 Rp4.980.000,00 Rp5.016.000,00 Rp4.860.000,00 Rp4.740.000,00 Rp4.980.000,00 Keutungan Rp 749.215,25 Rp 844.611,30 Rp 893.052,94 Rp 766.021,08 Rp 698.482,69 Rp 919.509,22 R/C Ratio 1,18 1,20 1,22 1,19 1,17 1,23 BEP (Rupiah) Rp3.996.331,84 Rp3.929.526,22 Rp3.910.621,28 Rp3.911.614,50 Rp3.881.818,72 Rp3.857.372,24 BEP (ekor) 15.986,20 15.718,23 15.642,72 15.646,68 15.528,54 15.429,54 PP (tahun) 3,37 2,99 2,83 3,29 3,61 2,74  Hasil Perhitungan Analisis Ekonomi *)Dengan Beberapa Asumsi
  • 45. LAMPIRAN Asumsi perhitungan analisis ekonomi •Dalam satu siklus produksi 30 hari dengan 28 hari waktu produksi dan 2 hari persiapan •Satu tahun dilakukan 8 siklus produksi •Pembenihan menggunakan 18 akuarium @ volume 10 liter (padat tebar 150 ekor/akuarium). Skala 2700 •Harga telur gurame Rp. 30,00/butir. •Harga jual benih gurame ukuran 1,50-2,00 cm sebesar Rp. 250,00/ekor. •Biaya tenaga kerja Rp.45.000,00/bulan. •Biaya tenaga kerjanya Rp.45.000,00/bulan.
  • 46. •Pengukuran nilai instensitas cahaya : 1 lux = 1 lumen/m2, lampu fluorescent 1 Watt = 61 lumen (Anonimous, 2008). Untuk intensitas cahaya dalam ruangan indoor 200 lux maka dibutuhkan 2 buah lampu fluorescent @ 40 watt atau 3.200 lumen. •Setiap 1.000 ekor maka dikeluarkan biaya panen sebesar Rp. 2.500,00 •Setiap 500 ekor dikemas dalam satu kantong plastik, harga kantong plastik sebesar Rp.500,00 dan gas sebesar Rp.1.000,00. •Harga pakan cacing sutera Rp.5.000,00/kaleng (255,37 gram). •Harga tarif listrik Rp. 350/kWh
  • 48. PUSTAKA Perkembangan larva ikan menurut Effendie (1997) dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pro larva dan post larva. Tahap pro larva masih mempunyai kantong kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tapi bentuknya belum sempurna. Mulut dan rahangnya berkembang dan ususnya masih berbentuk tabung lurus. Tahap post larva adalah saat dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuk organ-organ baru selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang telah ada. Sehingga pada akhir masa pasca larva secara morfologi sudah menyerupai bentuk induk
  • 49. PUSTAKA Menurut Waynarovich dan Horvath (1980), larva ikan yang baru menetas berenang dengan posisi badan terbalik dan kuning telur berada pada bagian sebelah atas. Kamler (1992), menjelaskan bahwa kuning telur merupakan sumber nutrien dan energi utama bagi ikan selama periode endogenous feeding, yang dimulai saat fertilisasi dan berakhir saat larva sudah benar-benar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Nutrien dan energi dari kuning telur akan digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan juga sebagai sumber energi bagi metabolisme basal dan aktivitas rutin larva. Kuning Telur Larva
  • 50. Blaxter (1968), pada kondisi pencahayaan gelap, larva cenderung bergerak menyebar dalam mencari mangsa. Sehingga membutuhkan energi yang lebih tinggi. Aktivitas metabolisme yang tinggi memerlukan energi yang besar sehingga laju penyerapan kuning telurnya menjadi lebih cepat. Cahaya vs penyerapan kuning telur
  • 51. PUSTAKA • Larva ikan pada hari pertama setelah menetas tidak ditemukan adanya pigmen pencahayaan pada matanya dan sedikit sekali diferensiasi penglihatan. • Pada hari ketiga pigmen dengan retina yang bertingkat dan sel penglihatan telah berkembang. Selanjutnya pada hari kelima saraf optik dan cone (sel berbentuk kerucut pada retina) telah berkembang. Mekanisme adaptasi larva terhadap cahaya
  • 52. PUSTAKA •Ketika larva berubah menjadi juvenil maka rods (sel berbentuk batang pada retina) telah terbentuk. Cone dan rods merupakan fotoreseptor yang aktif bekerja dan peka terhadap gelap dan terangnya cahaya. Cone bekerja ketika kondisi terang, sedangkan rods bekerja pada kondisi gelap/samar. • Dengan berkembangnya adaptasi terhadap gelap dan terang maka ikan muda (juvenil) mudah dalam menangkap mangsa. Aktivitas pemangsaan yang sukses akan menunjang pertumbuhan juvenil (Blaxter, 1968).
  • 53. Menurut Blaxter (1968), beberapa larva ikan organ penglihatannya masih belum berkembang sempurna sehingga sedikit sekali diferensiasi dalam membedakan cahaya terang dan gelap. Pada kondisi pro larva, cahaya dibutuhkan untuk stimulus pewarnaan (pigmentasi) pada organ penglihatan dan warna tubuh, suatu peristiwa yang penting di awal pertumbuhan dan perkembangan larva. Secara umum, lama waktu penyinaran mempengaruhi kecepatan perkembangan larva. Ada atau tidaknya cahaya dapat memberikan pengaruh aktivitas yang berbeda terhadap larva ikan. Cahaya gelap/terang-aktivitas larva PUSTAKA
  • 54. Pergerakan aktivitas larva akan mempengaruhi laju penyerapan kuning telur saat larva berkembang dari pro larva menuju post larva. Efisiensi penyerapan kuning telur yang tinggi dapat terjadi akibat dari aktivitas larva yang rendah, sehingga kuning telur lebih banyak terserap untuk pertumbuhan. PUSTAKA
  • 55. Yushinta (2004), menyatakan bahwa peristiwa pergerkan berkumpulnya larva ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai : - Peristiwa langsung yakni ikan–ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. - Peristiwa tak langsung yakni karena ada cahaya maka plankton dan ikan–ikan kecil berkumpul kemudian ikan–ikan kecil berkumpul kemudian ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan feeding (mencari makan). PUSTAKA Pakan larva dan cahaya
  • 56. Menurut Haryati (1995), larva gurame lebih mudah mendapatkan pakannya saat ada cahaya yang dibuktikan dengan jumlah pakan paling banyak ditemukan dalam lambung larva gurame pada saat siang hari atau ada cahaya. Brown et al. (1991), artemia bersifat fototaksis positif dan cenderung bergerombol mendekati sumber cahaya. Hal tersebut akan memudahkan larva ikan dalam menangkap artemia sebagai
  • 57. Menurut Zonneveld (1991), dalam suatu larutan, karbondioksida menunjukkan reaksi berikut : CO2 + + H2O H2CO3 HCO3 - + H+ CO3 - + H+ . Karbonat (CO3 -) dalam mekanisme di atas melambangkan alkalinitas air sedangkan H+ menunjukkan sumber keasaman. Effendi (2003), menyatakan perairan mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. pH dan Alkalinitas
  • 58. Dengan demikian rendahnya nilai pH disebabkan juga oleh nilai alkalinitas yang rendah. Konsentrasi ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dalam reaksi tersebut tidak dapat diikat oleh ion karbonat (CO3 -) sehingga kesetimbangan reaksi bergerak ke kiri menghasilkan H+.
  • 59. 1) Suhu : 29 o C - 30 o C 2) Nilai pH : 6,5 - 8,0 3) Ketinggian air : 15 cm- 20 cm a) Kualitas dan kuantitas air media di akuarium b) Padat tebar: 15 ekor/liter -20 ekor/liter c) Pakan yang diberikan: cacing Tubifex, Moina atau Daphnia Standar pemeliharaan larva gurame *BSN (2000)