2. LATAR BELAKANG
Kendala Pembenihan di Kolam
Tingkat mortalitas tinggi, hampir 99%
Ekstensif, lahan untuk kolam semakin sempit
Ketersediaan air berkurang, konflik kepentingan
Pembenihan intensif
indoor menggunakan
akuarium, tangki, bak
Lebih terkontrol
Efisien
Manipulasi Lingkungan
3. Manipulasi lingkungan
Menciptakan lingkungan buatan yang
sesuai dengan kebutuhan larva dan
benih
Ekologi larva dan benih = ekofisiologi
Akuakultur = ekologi terapan
5. LATAR BELAKANG
Parameter Lama Pencahayaan
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G
Kelangsungan
Hidup (%)
89 + 3,60a 85 + 1,15ab 76 + 3,84b 78 + 6,49ab
Laju pertumbuhan
bobot harian (%)
6,87 + 0,16a 6,88 + 0,12a 6,42 + 0,18b 5,80 + 0,19c
Pengaruh Lama Pencahayaan Pada Larva Ikan Nila
Oreochromis niloticus
(El Sayed dan M. Kawanna, 2004)
6. PENGARUH CAHAYA PADA LARVA IKAN GURAME
Mengukur, menentukan
1. Laju penyerapan kuning telur larva
2. Tingkat konsumsi larva
3. Efisiensi pemangsaan larva
4. Laju pertumbuhan larva
5. Tingkat kelangsungan larva
Lama pencahayaan terbaik untuk pemeliharaan
larva gurame
7. METODE
Waktu dan tempat
Rancangan Perlakuan
Agustus-September 2008
Laboratorium Sistem dan Teknologi, BDP FPIK IPB
Enam perlakuan, tiga ulangan
A = pencahayaan 24 jam terang : 0 jam gelap (24T:0G)
B = pencahayaan 18 jam terang : 6 jam gelap (18T:6G)
C = pencahayaan 12 jam terang : 12 jam gelap (12T:12G
D = pencahayaan 6 jam terang : 18 jam gelap (6T:18G)
E = pencahayaan 0 jam terang : 24 jam gelap (0T:24G)
Kontrol = pencahayaan menyesuaikan kondisi ruangan
9. METODE
Pemeliharaan Larva
Asal larva Telur gurame dari Desa Situ Daun, Kec. Tenjo
Bogor.
Penebaran setelah menetas (padat tebar 15 ekor/liter)
Ukuran : Panjang awal 6,89 + 0,05 mm
Bobot awal 0,012 gr
Volume kuning telur 11,27 + 0,52 mm3
10. METODE
Pemberian Pakan
Umur 8 hari Artemia
5 ml/akuarium air kultur Artemia
(sekitar 1000 individu Artemia)
Secara ad libitum tiap 6 jam sekali
Umur 18 hari Cacing sutera Limnodrilus
sp.
2 kali sehari (19.00 wib dan 08.00
wib) 3 gr/akuarium.
11. METODE
Pengelolaan Kualitas Air
Larva umur 1-15 hari Penyifonan ,
Pergantian air 3 hari
sekali 50%
Setelah15 hari Penyifonan,
Pergantian air (pagi 50%, sore
25%)
Pengecekan suhu air : 3 kali per hari
Parameter kimia air (DO, pH, TAN, dan alkalinitas)
12. METODE
Pengamatan Parameter
Parameter Pengamatan Parameter Kerja
Volume Kuning Telur Laju Penyerapan Kuning Telur
Panjang Larva Laju Pertumbuhan Panjang Harian,
Koefisien Keragaman Panjang
Bobot Larva Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Rata-rata Isi Lambung Larva Tingkat konsumsi pakan
Jumlah Pakan Efisiensi Pakan
Jumlah Larva Tingkat Kelangsungan Hidup
13. Laju Penyerapan Kuning Telur
(Kohno et al., 1986)
Keterangan :
-g = Menunjukkan laju penurunan kt (%/hari)
t = Waktu yang dibutuhkan (hari)
Vt = Volume kuning telur pada hari ke-t (mm3)
Vo = Volume kuning telur pada awal (mm3)
METODE
Vo
Vt
Ln
t
g
1
14. METODE
Pengambilan Contoh dan Penghitungan Parameter
Voleme Kuning Telur
-Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium 12 jam
sekali
-Mikroskop dengan mikrometer
(Kohno et al., 1986)
Keterangan : VKT = Volume Kuning Telur (mm3)
L = Panjang Kuning Telur
(mm)
2
6
VKT xLH
15. Laju Pertumbuhan Panjang Harian
-Sampel = 10 ekor larva tiap akuarium 7
hari sekali
-Mikrometer, Jangka sorong
(Huisman, 1987)
Ket. : α = Laju pertumbuhan harian (%)
Lt = Panjang rata-rata ikan pada saat akhir
(mm)
Lo = Panjang rata-rata ikan pada saat awal
METODE
x100%1
Lo
Lt
α t
16. METODE
Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur
(Blaxter, 1968)
Keterangan :
E = Efisiensi pemanfaatan kuning telur (%)
α = Laju pertumbuhan panjang larva saat masih
ada
kuning telur (%)
g = Persentase penyerapan kuning telur (%)
%100
g
E
17. Laju Pertumbuhan Bobot Harian
-Sampel = 10 ekor larva tiap akuarium 7
hari sekali
-Timbangan Digital
(Huisman, 1987)
Ket. : α = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g)
t = Lama pemeliharaan (hari)
METODE
x100%1
Wo
Wt
α t
18. Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
(Goddard, 1996)
Keterangan :
SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan
(ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
METODE
%100x
N
N
SR
0
t
19. Koefisien Keragaman Panjang
(Steel dan Torrie, 1982)
Keterangan : KK = Koefisien keragaman
S = Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh
METODE
KK = (S/Y ) x 100 %
20. METODE
Tingkat Konsumsi Pakan
- Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium
- Waktu = Tiap 6 jam sekali pada umur 8, 11, 14, 17
(masih diberi pakan Artemia)
- Pengamatan = isi lambung larva (jumlah Artemia)
21. Efisiensi Pakan
- Sisa pakan (cacing) dihitung 1 jam setelah diber
(Zonneveld et al., 1991)
Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Biomassa ikan akhir (gram)
Wo = Biomassa ikan awal (gram)
Wd = Biomassa ikan mati (gram)
F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)
METODE
%100
F
WoWdWt
EP
22. METODE
Rancangan percobaan : (Steel dan Torrie, 1991)
Keterangan :
Yij = Data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Nilai tengah data
i = Pengaruh perlakuan ke-i
ij= Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i ulangan
ke-j
Uji Annova/keragaman : Ms. Office Excel2003
Uji Beda Nyata Jujur/Tukey test : SPSS ver 15.0 for
Yij = + i + ij
Pengolahan Data
24. 0.19
0.23
0.31 0.29
0.39
0.27
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Lajupenyerapankuningtelur
(%/hari)
Lama pencahayaan
HASIL
Laju Penyerapan Kuning Telur Larva Gurame
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
a b c c d e
26. 6
8
10
12
14
16
18
20
0 7 14 21 28
Panjanglarva(mm)
Hari ke-
24T:0G
18T:6G
12T:12G
6T:18G
0T:24G
Kontrol
HASIL
Pola Pertumbuhan Panjang Larva Gurame
27. 3.52
3.49 3.48
3.45
3.44
3.49
3.40
3.45
3.50
3.55
3.60
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Lajupertumbuhanpanjangharian
(%)
lama pencahayaan
HASIL
Laju Pertumbuhan Panjang Harian Larva Gurame
a ab b c c b
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
28. 0.83
1.26 1.22
2.19 2.24
1.41
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
2.0
2.4
2.8
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Koefisienkeragamanpanjang
(%)
Lama pencahayaan
HASIL
Koefisien Keragaman Panjang Larva Gurame
a a a b b a
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
30. 10.74 10.73 10.72
10.69 10.69
10.73
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Lajupertumbuhanbobotharian
(%)
lama pencahayaan
HASIL
Laju Pertumbuhan Bobot Harian Larva Gurame
a a a a a a
Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
34. HASIL
Parameter
Perlakuan Lama Pencahayaan
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Laju penyerapan
kuning telur (%)
0,19 + 0,001
a
0,23 + 0,002
b
0,31 + 0,001
c
0,29 + 0,015
c
0,39 + 0,004
d
0,27 + 0,007
e
Efisiensi
Pemanfaatan
kuning telur (%)
11,32 + 0,13
a
9,43 + 0,26
b
7,03 + 0,07
c
7,40 + 0,49
ce
5,57 + 0,14
d
8,01 + 0,05
e
Laju pertumbuhan
panjang harian (%)
3,52 + 0,001
a
3,49 + 0,010
ab
3,48 + 0,009
b
3,45 + 0,017
c
3,44 + 0,009
c
3,49 + 0,009
b
Laju pertumbuhan
bobot harian (%)
10,74 + 0,04
a
10,73 + 0,03
a
10,72 + 0,03
a
10,69 + 0,0
a
10,69 + 0,06
a
10,73 + 0,03
a
Koefisien
keragaman
panjang larva (%)
0,83 + 0,24
a
1,26 + 0,07
a
1,22 + 0,14
a
2,19 + 0,42
b
2,24 + 0,27
b
1,41 + 0,28
a
Rata-rata isi
lambung
larva gurame
(ind.Artemia/larva)
23,15 + 0,05
a
22,30 + 0,13
b
21,45 + 0,35
c
20,63 + 0,20
d
20,05 + 0,15
e
21,53 + 0,10
c
Efisiensi pakan (%)
15,92 + 2,77
a
16,72 + 3,57
a
18,22 + 1,96
a
18,85 + 2,79
a
29,60 + 2,65
b
17,99 + 1,29
a
Kelangsungan
hidup (%)
91,56 + 1,68
a
92,22 + 0,77
a
92,89 + 1,02
a
90,00 + 0,67
ab
87,78 + 2,04
b
92,22 + 0,38
a
35. KUALITASAIR
Parameter Perlakuan
Hari ke-
0 14 28
Suhu (o C)
24T:0G 29.0 - 32.0 28.5 - 31.5 29.0 - 31.0
18T:6G 29.5 - 31.5 29.0 - 31.5 29.0 - 31.5
12T:12G 29.5 - 31.5 29.0 - 31.0 28.5 - 31.5
6T:18G 29.0 - 32.0 29.5 - 32.0 28.5 - 31.0
0T:24G 29.0 - 31.5 28.5 - 31.5 29.0 - 31.5
Kontrol 29.0 - 31.5 28.5 - 31.5 29.0 - 31.0
Tandon 26.4 - 27.2 26.7 - 27.4 26.4 - 27.0
SUHU
Suhu optimal 29-30 o C (BSN, 2000)
39. TAN
(mg/L
NH3N)
24T:0G 0.34 0.36 - 0.49 0.39 - 0.54
18T:6G 0.34 0.39 - 0.49 0.34 - 0.58
12T:12G 0.34 0.36 - 0.42 0.34 - 0.44
6T:18G 0.34 0.36 - 0.49 0.39 - 0.54
0T:24G 0.34 0.36 - 0.42 0.34 - 0.44
Kontrol 0.34 0.36 - 0.44 0.44 - 0.58
Tandon 0.34 0.36 0.34
Parameter
Perlakua
n
Hari ke-
0 14 28
Total Amonia Nitrogen
(TAN)
TAN kisaran aman di bawah 0,8 mg/l NH3N (Riandi, 2006)
40. saran
Untuk keperluan produksi, pemeliharaan larva
gurame dari stadia larva sampai ukuran kuaci (1,5-2
cm) dalam akuarium sistem indoor sebaiknya
menggunakan pencahayaan kontrol atau alami, karena
menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi.
Untuk penelitan berikutnya dapat diterapkan
manipulasi lama pencahayaan dengan intensitas
cahaya berbeda atau pada pemeliharaan larva spesies
lain.
42. KESIMPULAN
Laju pertumbuhan panjang harian larva gurame
terbaik pada perlakuan 24T:0G yaitu sebesar 3.52 +
0,001 %.
Nilai kelangsungan hidup terbaik yaitu 92.89 +
1.02 % pada perlakuan 12T:12G
Lama pencahayaan yang sesuai untuk
pemeliharaan larva gurame sampai ukuran kuaci
(1,5-2 cm) adalah kontrol atau tanpa perlakuan
pencahayaan khusus
43. Efisiensi Ekonomi
Keuntungan = Penerimaan-Total Biaya Produksi
;(Martin, 1991)
R/C = Penerimaan total/Biaya total ;(Rahardi,
1998)
BEP (Rp) = Biaya tetap /(1-(biaya variabel/penerimaan total)) ;(Martin,
1991)
BEP (ekor) = Biaya tetap/(harga jual-(biaya variabel/jumlah produksi))
;(Martin, 1991)
PP = Investasi /keuntungan x 1 tahun ;(Martin,
1991)
LAMPIRAN
44. LAMPIRAN
Uraian
Perlakuan
24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol
Investasi Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00 Rp2.523.000,00
Biaya tetap Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74 Rp3.159.452,74
Biaya
variabel Rp1.035.332,01 Rp 975.935,96 Rp 963.494,32 Rp 934.526,18 Rp 882.064,57 Rp 901.038,04
Biaya total Rp4.194.784,75 Rp4.135.388,70 Rp4.122.947,06 Rp4.093.978,92 Rp4.041.517,31 Rp4.060.490,78
Penerimaan Rp4.944.000,00 Rp4.980.000,00 Rp5.016.000,00 Rp4.860.000,00 Rp4.740.000,00 Rp4.980.000,00
Keutungan Rp 749.215,25 Rp 844.611,30 Rp 893.052,94 Rp 766.021,08 Rp 698.482,69 Rp 919.509,22
R/C Ratio 1,18 1,20 1,22 1,19 1,17 1,23
BEP
(Rupiah) Rp3.996.331,84 Rp3.929.526,22 Rp3.910.621,28 Rp3.911.614,50 Rp3.881.818,72 Rp3.857.372,24
BEP (ekor) 15.986,20 15.718,23 15.642,72 15.646,68 15.528,54 15.429,54
PP (tahun) 3,37 2,99 2,83 3,29 3,61 2,74
Hasil Perhitungan Analisis Ekonomi
*)Dengan Beberapa Asumsi
45. LAMPIRAN
Asumsi perhitungan analisis ekonomi
•Dalam satu siklus produksi 30 hari dengan 28 hari waktu
produksi dan 2 hari persiapan
•Satu tahun dilakukan 8 siklus produksi
•Pembenihan menggunakan 18 akuarium @ volume 10 liter
(padat tebar 150 ekor/akuarium). Skala 2700
•Harga telur gurame Rp. 30,00/butir.
•Harga jual benih gurame ukuran 1,50-2,00 cm sebesar Rp.
250,00/ekor.
•Biaya tenaga kerja Rp.45.000,00/bulan.
•Biaya tenaga kerjanya Rp.45.000,00/bulan.
46. •Pengukuran nilai instensitas cahaya : 1 lux = 1
lumen/m2, lampu fluorescent 1 Watt = 61 lumen
(Anonimous, 2008). Untuk intensitas cahaya dalam
ruangan indoor 200 lux maka dibutuhkan 2 buah
lampu fluorescent @ 40 watt atau 3.200 lumen.
•Setiap 1.000 ekor maka dikeluarkan biaya panen
sebesar Rp. 2.500,00
•Setiap 500 ekor dikemas dalam satu kantong
plastik, harga kantong plastik sebesar Rp.500,00 dan
gas sebesar Rp.1.000,00.
•Harga pakan cacing sutera Rp.5.000,00/kaleng
(255,37 gram).
•Harga tarif listrik Rp. 350/kWh
48. PUSTAKA
Perkembangan larva ikan menurut Effendie (1997) dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu pro larva dan post larva.
Tahap pro larva masih mempunyai kantong kuning telur, tubuhnya
transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum
diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tapi bentuknya belum
sempurna. Mulut dan rahangnya berkembang dan ususnya masih
berbentuk tabung lurus.
Tahap post larva adalah saat dari hilangnya kantung kuning telur
sampai terbentuk organ-organ baru selesainya taraf
penyempurnaan organ-organ yang telah ada. Sehingga pada akhir
masa pasca larva secara morfologi sudah menyerupai bentuk induk
49. PUSTAKA
Menurut Waynarovich dan Horvath (1980), larva ikan yang
baru menetas berenang dengan posisi badan terbalik dan
kuning telur berada pada bagian sebelah atas.
Kamler (1992), menjelaskan bahwa kuning telur merupakan
sumber nutrien dan energi utama bagi ikan selama periode
endogenous feeding, yang dimulai saat fertilisasi dan berakhir
saat larva sudah benar-benar memperoleh pakan dari luar
tubuhnya.
Nutrien dan energi dari kuning telur akan digunakan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan juga sebagai sumber energi
bagi metabolisme basal dan aktivitas rutin larva.
Kuning Telur Larva
50. Blaxter (1968), pada kondisi
pencahayaan gelap, larva cenderung
bergerak menyebar dalam mencari
mangsa. Sehingga membutuhkan energi
yang lebih tinggi. Aktivitas metabolisme
yang tinggi memerlukan energi yang
besar sehingga laju penyerapan kuning
telurnya menjadi lebih cepat.
Cahaya vs penyerapan kuning telur
51. PUSTAKA
• Larva ikan pada hari pertama setelah menetas
tidak ditemukan adanya pigmen pencahayaan pada
matanya dan sedikit sekali diferensiasi
penglihatan.
• Pada hari ketiga pigmen dengan retina yang
bertingkat dan sel penglihatan telah berkembang.
Selanjutnya pada hari kelima saraf optik dan cone
(sel berbentuk kerucut pada retina) telah
berkembang.
Mekanisme adaptasi larva terhadap cahaya
52. PUSTAKA
•Ketika larva berubah menjadi juvenil maka rods
(sel berbentuk batang pada retina) telah terbentuk.
Cone dan rods merupakan fotoreseptor yang aktif
bekerja dan peka terhadap gelap dan terangnya
cahaya. Cone bekerja ketika kondisi terang,
sedangkan rods bekerja pada kondisi gelap/samar.
• Dengan berkembangnya adaptasi terhadap gelap
dan terang maka ikan muda (juvenil) mudah dalam
menangkap mangsa. Aktivitas pemangsaan yang
sukses akan menunjang pertumbuhan juvenil
(Blaxter, 1968).
53. Menurut Blaxter (1968), beberapa larva ikan organ
penglihatannya masih belum berkembang sempurna sehingga
sedikit sekali diferensiasi dalam membedakan cahaya terang
dan gelap.
Pada kondisi pro larva, cahaya dibutuhkan untuk stimulus
pewarnaan (pigmentasi) pada organ penglihatan dan warna
tubuh, suatu peristiwa yang penting di awal pertumbuhan dan
perkembangan larva.
Secara umum, lama waktu penyinaran mempengaruhi
kecepatan perkembangan larva. Ada atau tidaknya cahaya
dapat memberikan pengaruh aktivitas yang berbeda terhadap
larva ikan.
Cahaya gelap/terang-aktivitas larva
PUSTAKA
54. Pergerakan aktivitas larva akan mempengaruhi laju
penyerapan kuning telur saat larva berkembang dari pro
larva menuju post larva.
Efisiensi penyerapan kuning telur yang tinggi dapat
terjadi akibat dari aktivitas larva yang rendah, sehingga
kuning telur lebih banyak terserap untuk pertumbuhan.
PUSTAKA
55. Yushinta (2004), menyatakan bahwa peristiwa
pergerkan berkumpulnya larva ikan di bawah cahaya
dapat dibedakan sebagai :
- Peristiwa langsung yakni ikan–ikan tertarik oleh
cahaya lalu berkumpul.
- Peristiwa tak langsung yakni karena ada cahaya
maka plankton dan ikan–ikan kecil berkumpul
kemudian ikan–ikan kecil berkumpul kemudian ikan
yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan
feeding (mencari makan).
PUSTAKA
Pakan larva dan cahaya
56. Menurut Haryati (1995), larva gurame
lebih mudah mendapatkan pakannya
saat ada cahaya yang dibuktikan
dengan jumlah pakan paling banyak
ditemukan dalam lambung larva
gurame pada saat siang hari atau ada
cahaya.
Brown et al. (1991), artemia bersifat
fototaksis positif dan cenderung
bergerombol mendekati sumber cahaya.
Hal tersebut akan memudahkan larva
ikan dalam menangkap artemia sebagai
57. Menurut Zonneveld (1991), dalam suatu larutan, karbondioksida
menunjukkan reaksi berikut :
CO2 + + H2O H2CO3 HCO3
- + H+ CO3
- + H+
.
Karbonat (CO3
-) dalam mekanisme di atas melambangkan
alkalinitas air sedangkan H+ menunjukkan sumber keasaman.
Effendi (2003), menyatakan perairan mengandung alkalinitas
≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil
terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau
basa lebih stabil.
pH dan Alkalinitas
58. Dengan demikian rendahnya nilai pH disebabkan juga oleh
nilai alkalinitas yang rendah.
Konsentrasi ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dalam reaksi
tersebut tidak dapat diikat oleh ion karbonat (CO3
-) sehingga
kesetimbangan reaksi bergerak ke kiri menghasilkan H+.
59. 1) Suhu : 29 o C - 30 o C
2) Nilai pH : 6,5 - 8,0
3) Ketinggian air : 15 cm- 20 cm
a) Kualitas dan kuantitas air media di akuarium
b) Padat tebar: 15 ekor/liter -20 ekor/liter
c) Pakan yang diberikan: cacing Tubifex, Moina
atau Daphnia
Standar pemeliharaan larva gurame
*BSN (2000)