SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  51
Télécharger pour lire hors ligne
BAB V
PEMULIAAN DAN SISTEM PERKAWINAN
Usaha peternak untuk pembibitan babi (breeding
farm) harus mempunyai tujuan yang akan dicapai dalam
usaha memperbaiki mutu genetis ternaknya.
Memperbaiki performans dengan jalan memperbaiki
mutu genetis bertujuan untuk menekan biaya-biaya
produksi dan meningkatkan kualitas produk ternak babi.
Peternak komersial yang membeli bibit babi dari
peternak pembibitan dapat memperbaiki mutu ternaknya
apabila peternak pembibitan dapat memperbaiki mutu
dengan melaksanakan program perbaikan mutu genetis
ternak dengan baik. Perbaikan mutu babi jangka panjang
sangat bergantung sepenuhnya pada industri peternakan
pembibitan.
Berbagai praktik manajemen dapat memperbaiki
performans babi, tetapi manajemen yang terbaik
sekalipun tidak akan mampu memperbaiki mutu ternak
secara berkelanjutan tanpa adanya program seleksi jangka
panjang. Oleh sebab itu baik peternak komersial maupun
peternak pembibitan harus memahami dasar-dasar prinsip
pemuliabiakan dan bagaimana aplikasi atau perbaikan
mutu ternaknya.
1. Prinsip Pemuliaan pada Ternak Babi dan
Penerapannya.
Cabang genetika yang membahas pewarisan sifat-
sifat terukur (kuantitatif atau metrik), tidak bisa
dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan
Mendel. Sifat-sifat yang tergolong sifat kuantitatif,
misalnya tinggi atau berat badan, hasil panen, atau
produksi susu. Genetika kuantitatif menerapkan hukum
pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang
kecil/lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan bahwa
tidak sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat
melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering
dasamakan dengan sifat poligenik.
Pemuliaan bertujuan untuk memperbaiki mutu
ternak babi secara genetis, yang untuk akan memperbaiki
kualitas ternak dan menekan biaya-biaya produksi.
Ternak babi yang dikehendaki memiliki indeks
tinggi yaitu berlemak punggung tipis, pertumbuhan cepat,
dan effisiensi konversi pakan yang baik. Sifat-sifat ini
dapat diwariskan pada anak-anaknya. Hal ini terjadi
karena adanya pewarisan suatu sifat dari generasi ke
generasi. Pengetahuan tentang pewarisan suatu sifat
kepada generasi berikutnya dipelajari secara mendalam
pada Ilmu genetika.
Adanya pewarisan suatu sifat menyebabkan
seorang peternak―jika sangat berpengaman―dapat
membedakan babi Yorkshire dan Landrace, Duroc dan
Tamworth. Masing-masing bangsa babi ini memiliki
sifat-sifat khusus yang mudah dikenal dan diwariskan.
Walaupun terdapat keseragaman terhadap sifat-sifat
tertentu, bila diteliti lebih dalam lagi, terdapat variasi
pada sifat-sifat yang lain di antara individu-individu suatu
bangsa babi. Sebagai contoh pada bangsa babi Landrace
terdapat variasi kecil dalam hal mencapai berat jual,
variasi bentuk daun telinga, dan variasi-variasi lainnya.
Hukum pewarisan sifat ini sudah ada sejak adanya
kehidupan yaitu memilih suatu individu yang baik untuk
dijadikan bibit dengan pemahaman “bibit yang baik pasti
menghasilkan keturunan yang baik pula”. Pemahaman
inilah yang diandalkan dalam usaha pemuliaan ternak.
Ketika sel telur dibuahi sperma maka terjadi
perpaduan kedua sel gonad, yang kemudian
menghasilkan pasangan kromosom sel gonad. Pasangan
kromosom ini mengandung materi pewaris yaitu gen-gen
yang menjembatani antar generasi setiap sifat, yang akan
tersimpan dalam gen-gen dan diwariskan oleh kedua tetua
kepada anaknya dan dari generasi ke generasi.
Kromosom serta gen-gen yang ada di dalamnya sebagai
hasil pembuahan gonad jantan dan betina akan mewarisi
50% dari jantan dan 50% lagi dari betina. Jadi, setiap
keturunan membawa separuh-separuh gen dari tetuanya.
Bagaimanapun keseragaman itu diharapkan, pasti
akan ada variasi-variasi kecil. Sebagaimana dua orang
saudara kandung (kakak beradik dari satu ibu dan satu
ayah) tidak seluruh sifatnya sama persis. Demikian juga
dua ekor babi bersaudara kandung tidak pernah memiliki
sifat yang sama. Perbedaan sifat dari saudara kandung
ataupun saudara sebangsa disebut variasi. Variasi ini
dapat terjadi oleh warisan sifat genetis atau faktor
lingkungan.
Pemuliabiakan sekelompok individu dengan
penampilan serupa/seragam merupakan hasil proses
seleksi, baik secara alami maupun buatan (dikendalikan
oleh manusia). Istilah ras dalam perkembangan sekarang
lebih banyak dipakai dalam bidang kehewanan. Di
lingkungan pertanian tanaman, istilah ras disamakan
dengan varietas atau kultivar, kecuali dalam istilah "ras
lokal".
1.1. Variasi yang diwariskan
Variasi genetik dalam populasi yang merupakan
gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu
terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan
adaptif. Suatu populasi terdiri dari kumpulan individu.
Dengan suatu kekecualian tidak ada dua individu yang
serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan
mudah adanya perbedaan-perbedaan individu, misalnya
adanya ciri-ciri anatomi, fisiologi, dan prilaku yang
khusus.
Variasi genetik terjadi akibat kombinasi pasangan
kromosom yang diturunkan tetua kepada keturunannya.
Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
Organisme menghasilkan keturunan lebih dari sekadar
dapat bertahan hidup. Keturunan-keturunan ini bervariasi
dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Anggota setiap pasangan sel yang akan masuk ke
dalam suatu sel yang baru sangat ditentukan oleh faktor
kesempatan (peluang). Setiap anggota pasangan dapat
mengandung gen yang sedikit berbeda. Pada babi
diketahui ada 19 pasangan kromosom yang berbeda yang
telah dihitung dan ada kemungkinan terbentuk lebih dari
satu juta kombinasi pasangan kromosom.
1.2. Variasi Lingkungan
Perbedaan yang terlihat antara dua ekor ternak
bukan semata oleh faktor genetis, tapi dapat juga oleh
faktor lingkungan. Perbedaan makanan, cuaca ekstrim,
ataupun penyakit dapat menyebabkan perbedaan
perkembangan. Bersama-sama dengan faktor manajemen
lainnya, faktor-faktor lingkungan ini berpengaruh pada
ternak, dan ini disebut variasi lingkungan. Variasi ini
tidak dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, namun
dapat mengaburkan gambaran genetis seekor ternak, dan
menutupi hasil seleksi. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
hasil seleksi yang baik, faktor lingkungan haruslah sama
antara tetua dan anak-anak yang diseleksi. Seekor
pejantan yang berpotensi tumbuh kurang baik secara
genetis, akan bertumbuh sedang saja walau diberikan
makanan yang bermutu baik. Jadi, seorang peternak yang
memiliki ternak untuk bibit haruslah berpotensi genetis
baik terhadap sifat-sifat penting yang memiliki nilai
ekonomi. Peternak harus mampu menilai sifat yang
diamati itu, entah berasal dari warisan atau berasal dari
lingkungannya.
2. Prinsip-prinsip Perbaikan Genetis Ternak Babi
Prinsip-prinsip dasar dalam metode perbaikan
genetik pada ternak babi atau konsep dasar perbaikan
ternak babi, antara lain dengan cara memilih seekor
pejantan yang berindeks tinggi, yakni pejantan yang
berlemak punggung tipis, kecepatan pertambahan berat
badan atau laju pertumbuhan, dan efisiensi atau konversi
penggunaan makanan yang baik sekali. Dengan
demikian, turunan induk yang dikawininya diharapkan
memiliki indeks yang baik pula.
Metode perbaikan genetika pada babi dapat
dilakukan dengan cara menguraikan teori bagaimana
sifat-sifat produksi itu diwariskan dari generasi ke
generasi, dapat dilihat dari 4 hal berikut:
1. Genetika
2. Kromosom dan Gen
3. Variabilitas
4. Heretabilitas
2.1. Genetika
Salah satu fakta yang muncul paling mencolok
bila mempelajari reproduksi ternak adalah
kesanggupannya mewariskan sifat-sifat yang khusus
sehingga peternak dapat dengan mudah membedakan
breed babi ‘Yorkshire’ dibandingkan dengan breed babi
‘Hampshire’, ‘Duroc’ atau dengan ‘Lacombe’, karena
masing-masing breed memiliki sifat-sifat tertentu yang
diwariskan dan mudah diketahui. Namun bila memeriksa
terperinci sifat-sifat sekelompok babi menurut kesamaan
bangsa dan umur, akan menemui variasi sifat-sifat
tertentu dan keseragaman sifat-sifat yang lain di antara
individi-individu itu. Misalnya, dalam sekelompok babi
‘Landrace’ sedikit sekali variasi bentuk telinga, tetapi
perbedaan waktu untuk mencapai babi siap potong dapat
berbeda 3 minggu atau lebih meskipun tanggal lahirnya
sama.
2.2. Kromosom dan Gen
Setiap ternak seratus persen bertumbuh dari satu
sel, yakni sebuah sel telur dibuahi atau zigot. Sel ini harus
membagi diri dan menduplikasi dirinya berkali-kali
selama kurun waktu antara sejak dibuahi sampai
perkembangan seekor ternak dewasa yang selanjutnya
sanggup berproduksi. Kedua sel telur dan sel sperma
memiliki setengah dari sepasang susunan berbentuk
tangkai yang dikenal dengan kromosom. Sel telur yang
telah dibuahi berasal dari perpaduan sebuah sel telur dari
induk betina dan sebuah sel sperma dari pejantan. Ketika
pembuahan terjadi, perpaduan sel sperma dengan sel telur
menghasilkan perpasangan kromosom dari sel sperma
dan dari sel telur. Sejak batas sel dibuahi maka
pembagian diri mulai terjadi dan membentuk embrio.
2.3. Variabilitas
Variasi Genetis adalah sebagian dari variasi di
antara ternak babi yang diakibatkan oleh kombinasi
pasangan kromosom yang disumbangkan oleh seekor
ternak keturunannya. Dalam pembentukan suatu sel telur
ataupun sel sperma, anggota setiap pasangan yang akan
masuk dalam sel ditentukan sepenuhnya oleh adanya
kesempatan, dan setiap anggota pasangan dapat
mengandung gen yang berbeda sedikit. Pada ternak babi
dengan 19 pasang kromosom yang berbeda telah dihitung
bahwa ada kemungkinan lebih dari satu juta kombinasi
kromosom yang mungkin. Jumlah kombinasi pasangan
kromosom yang besar ini mengasumsikan betapa besar
variasi sifat-sifat yang akan diwariskan pada babi
generasi selanjutnya.
Variasi oleh lingkungan―bukan hanya
gen―menjadi sumber perbedaan antara dua ekor ternak.
Perbedaan makanan, penyakit atau cuaca yang ekstrem
dapat mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor inilah
yang sangat berpengaruh terhadap manajemen usaha
peternakan.
Dalam hal peningkatan perbaikan genetis untuk
efisiensi usaha peternakan babi ini dapat dilihat dari 2 hal
mendasar yaitu:
1. Perbaikan genotip
2. Perbaikan lingkungan atau semua faktor-faktor
non-genotipik
Seleksi adalah proses memilih individu tertentu
dalam suatu kelompok untuk tujuan pembibitan. Melalui
seleksi terjadi peningkatan frekuensi gen yang
dikehendaki dan menekan frekuensi gen yang tidak
dikehendaki.
3. Faktor Penentu Perubahan Genetis
Perubahan perbaikan genetis setiap tahun dari
suatu sifat tergantung pada tiga faktor, yaitu: 1) Selection
differential, 2) Heritabilitas, dan 3) Generation interval
dari kelompok.
3.1. Selection Differential
Selection differential adalah selisih antara
performans rata-rata individu yang terseleksi dan
performans rata-rata populasi dari tempat asal individu-
individu terseleksi tadi (total populasi). Dengan hanya
memilih hanya sejumlah kecil ternak untuk bibit dari
suatu populasi akan menghasilkan selection differential
yang besar.
Sebagai contoh: satu populasi ternak babi
mempunyai rata-rata tebal lemak punggung 1,85 cm pada
berat 112 kg. Bila mengambil populasi terpilih dengan
rata-rata tebal lemak punggung 1,67 cm pada berat yang
sama akan memiliki nilai selection differential yang
lebih tinggi dibandingkan dengan memilih populasi
terpilih dengan rata-rata 1,78 cm. Semakin besar
selection differential semakin besar kemajuan genetis
yang dapat dicapai. Semakin banyak sifat yang diikutkan
dalam program seleksi maka semakin kecil nilai selection
differential dari setiap sifat yang diseleksi.
Memilih sifat-sifat yang tidak bernilai ekonomi
penting menyebabkan berkurangnya kemajuan-kemajuan
untuk sifat-sifat yang bernilai ekonomi penting. Oleh
sebab itu batasi kriteria seleksi hanya pada sifat-sifat
yang bernilai ekonomi penting yang memberi respons
terhadap seleksi.
3.2. Heritabilitas
Heritabilitas adalah derajat suatu sifat yang
dipengaruhi oleh komposisi faktor genetis, dengan kata
lain secara sederhana didefinisikan sebagai bagian dari
variasi yang disebabkan oleh warisan atau derajat
kekuatan pewarisan.
Sebagai contoh tebal lemak punggung mempunyai
nilai 50% tebal lemak punggung dalam kelompok itu
menyatakan bahwa separuh dari variasi adalah faktor
genetis dan separuh lagi oleh lingkungan. Sifat-sifat yang
tinggi nilai heritabilitasnya adalah yang termudah
diperbaiki dalam suatu peternakan babi.
Pengawinan dan seleksi dari individu yang
superior dalam sifat-sifat ini akan berpengaruh besar
dalam perbaikan ternak. Seleksi menjadi kurang efektif
untuk sifat yang mempunyai nilai heritabilitas rendah
(contohnya jumlah anak per kelahiran atau jumlah anak
yang disapih) karena sifat tersebut sangat dipengaruhi
faktor lingkungan. Seleksi akan bermanfaat untuk sifat-
sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi atau
sedang.
Heritabilitas yang agak rendah tetapi masih masuk akal
derajat perbaikan dapat dicapai melalui perkawinan dan
seleksi individu yang superior untuk sifat-sifat yang
dimaksud yang heritabilitasnya sedang. Sifat-sifat yang
heritabilitasnya rendah tidak bertanggap baik terhadap
seleksi.
3.3. Generation Interval (Interval Generasi)
Generation interval suatu kelompok ternak adalah
rata-rata umur tetua pada saat anak-anak terseleksi lahir.
Kelompok ternak bibit yang berumur lebih tua akan
mempunyai generation interval yang lebih panjang.
Generation interval yang panjang menyebabkan
kemajuan seleksi (perbaikan mutu genetis) pertahun
menjadi rendah. Generation interval yang pendek
menyebabkan perbaikan mutu genetis lebih cepat.
Untuk memperbaiki sifat-sifat yang mempunyai
heritabilitas rendah jangan menggunakan program
seleksi, tetapi gunakanlah cara lain seperti kawin silang.
Kawin silang menghasilkan hibrida tegar (hybrid vigour)
yang memiliki daya waris rendah.
Beberapa sifat yang memiliki nilai ekonomi
penting dengan estimasi nilai heritabilitasnya dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 10. Estimasi Heritabilitas Beberapa Sifat
Ekonomi Penting
No. Sifat h2
(%)
1.
Daya hidup anak sampai
penyapihan
0
2. Jumlah anak yang lahir 10
3. Jumlah anak saat penyapihan 10
4. Berat lahir 20
5. Berat sapihan 20
6. Efisiensi penggunaan pakan 25
7. Kecepatan tumbuh 30
8. Umur mencapai pubertas 35
9. Tebal lemak punggung 40
4. Cara-cara Seleksi
Ada dua cara seleksi yang dikenal orang, yaitu:
seleksi alam dan seleksi buatan.
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi
adalah teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup
yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya
lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah
mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya
melalui proses survival of the fittest, yaitu yang paling
kuat bertahan hidup. Contohnya adalah hewan-hewan di
hutan, atau perternakan tradisional, atau ternak yang
dipelihara pada alam terbuka. Dan sesama makhluk hidup
akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Seleksi buatan adalah seleksi yang dilakukan
manusia dan diarahkan sedemikian rupa untuk
kepentingan manusia.
5. Efektivitas Seleksi
Seleksi dilakukan untuk memilih sekelompok
ternak yang mempunyai produksi lebih tinggi dari rata-
rata populasinya. Keunggulan kelompok terpilih (PS) di
atas rata-rata populasi (P) disebut selection differential
(S). Berapa besar keunggulan kelompok terpilih yang
dapat diwariskan kepada keturunannya disebut efektifitas
seleksi atau respons seleksi atau disebut juga perbaikan
mutu genetik (G)
R = G = h2 x S = h2 (PS – P)
Nilai R atau G, sangat ditentukan oleh nilai h2 dan S dari
sifat yang diseleksi. Cara-cara seleksi yang dikenal ini
dapat juga digolongkan atas seleksi berdasarkan satu sifat
dan seleksi berdasarkan lebih dari satu sifat.
6. Seleksi berdasarkan satu sifat
1. Seleksi atas dasar catatan produksi silsilah
2. Seleksi atas dasar catatan individu itu sendiri
3. Seleksi atas dasar catatan kerabat segenerasi
4. Seleksi atas dasar keturunan
5. Seleksi atas dasar berbagai kombinasi berbagai
dasar.
Seleksi atas dasar catatan produksi silsilah (pedigree)
dilakukan bila:
⇒ Calon bibit masih sangat muda (catatan produksi
belum tersedia)
⇒ Bila seleksi dilakukan untuk sifat yang terbatas
sex (sex limited), misalnya produksi susu yang
tidak bisa diukur pada pejantan
⇒ Data silsilahnya bisa dipakai diatas dua generasi
diatas ternak yang diseleksi.
Gambar 22. Seleksi secara eksterior
Seleksi atas dasar catatan individu atau seleksi massa
Seleksi ini disebut juga disebut juga seleksi
individu atau uji performans. Seleksi ini akan tepat
dilakukan apabila:
⇒ Lingkungan seragam
⇒ Catatan produksi dilakukan dengan teliti
⇒ Tidak ada data silsilah
Seleksi ini didasarkan pada performans ternak yang
diamati langsung.
Seleksi atas dasar keturunan atau uji zuriat atau
progeny testing
Pemilihan bibit didasarkan pada catatan rataan
produksi keturunan (zuriat) -nya dapat dilakukan pada
babi induk jantan atau induk betina. Sebab, babi induk
betina―masa bunting relatif singkat―dapat melahirkan
banyak anak per kelahiran per tahun.
Seleksi atas dasar catatan produksi kerabat (famili)
Seleksi ini didasarkan pada catatan produksi
kerabat langsung segenerasi, seperti saudara kandung
atau saudara tiri. Makin besar hubungan kekerabatan
dengan individu yang diseleksi, makin besar kegunaan
catatan produksi tersebut untuk keperluan seleksi.
Seleksi atas dasar kombinasi catatan berbagai dasar
Bila sifat yang akan diseleksi tidak terbatas pada
seks maka semua informasi dapat digunakan untuk
melengkapi dugaan nilai pemuliaan seekor ternak yang
diseleksi.
7. Seleksi berdasarkan lebih dari satu sifat
7.1. Tandem selection (cara bergilir)
Bila terdapat sifat yang akan diperbaiki, misalnya
tebal lemak punggung (x), pertambahan berat badan (y),
dan konversi pakan (z), maka setiap sifat akan diseleksi
secara bergilir. Jadi, mulai menyeleksi sifat x sampai
tercapai tingkat produksi yang diinginkan, kemudian
bergilir pada sifat y dan seterusnya.
Keefektifan cara ini sangat bergantung pada
adanya korelasi antara sifat x, y, dan z yang diperbaiki.
Bila terdapat korelasi antara sifat x dan y maka dipilih
sifat mana yang paling mudah dan murah dalam
pengukurannya. Bila sifat x yang dipilih maka sifat y
dengan sendirinya akan meningkat sabab ada respons
terkait. Sebaliknya, bila antara sifat x dan y terdapat
korelasi negatif, maka bila sifat x yang dipilih (seleksi)
maka sifat y dengan sendirinya akan menurun, dan
sebaliknya.
Dari segi waktu, cara ini kurang efisien sebab
memerlukan waktu, kecuali bila sifat-sifat yang dipilih
untuk diseleksi mempunyai korelasi positif, atau negatif.
Selain itu membutuhkan banyak calon bibit untuk
memulai seleksi ini. Setelah setiap sifat selesai diseleksi,
dilakukan pengelompokan hingga tersisa sedikit pada
akhir seleksi.
7.2. Independent culling level (batas penyingkiran
bebas)
Dengan cara ini, misalnya seleksi terhadap 3 sifat
x, y, dan z, dilakukan secara bersamaan pada generasi
yang sama. Setiap sifat dianggap bebas satu dengan
lainnya, kemudian ditetapkan batas penyingkirannya atau
batas syarat minimal yang harus dimiliki tiap sifat pada
calon bibit. Setiap ternak yang tidak memiliki syarat
minimal yang ditetapkan langsung disingkirkan (diafkir).
Jadi, bila tersedia 100 ekor calon bibit, mula-mula
diseleksi sifat x, tersedia 80 ekor yang memenuhi kriteria
sifat tersebut, selanjutnya seleksi terhadap sifat y, tersisa
60 ekor yang memenuhi kriteria sifat tersebut,
selanjutnya diseleksi terhadap sifat z dan yang memenuhi
kriteria terdapat pada 40 ekor ternak yang tersedia. Maka
seleksi dilakukan hanya pada 40 ekor ternak yang tersisi
yang memiliki syarat minimal untuk sifat x, y, dan z,
sejak awal sampai akhir seleksi. Jadi peternak tidak
dibebani untuk memelihara 100 ekor ternak pada awal
program seleksi.
Kelemahan cara ini yaitu intensitas seleksi setiap
sifat menjadi kecil karena tiga sifat sekaligus dan untuk
mempertahankan populasi perlu mempertahankan ternak
pengganti (replacement stock) yang cukup besar, yaitu
sekitar 50%. Kelemahan lainnya, yaitu seekor ternak
yang lemah pada salah satu sifat saja sudah harus gugur
pada tahap seleksi awal. Padahal ternak tersebut kuat
pada sifat lainnya (sifat y dan z).
7.3. Index Selection (Cara indeks)
Dengan seleksi cara indeks ini, setiap calon bibit
diseleksi atas dasar satu nilai indeks yang merangkum
sifat-sifat yang perlu ditingkatkan dengan rumus, sebagai
berikut:
Keterangan:
X1, X2, …Xk adalah nilai fenotipik setiap sifat ke 1, 2,...k
b1, b2, ……..bk adalah koefisien untuk sifat ke 1, 2,…..k
Koefisien b1, b2, …..bk dicari melalui metode statistik,
yaitu regresi ganda dengan memasukkan faktor-faktor,
Indeks = I = b1X1 + b2X2 + ………bkXk
seperti heritabilitas setiap sifat, nilai ekonomis setiap
sifat, dan korelasi genetik dan fenotip antar sifat.
Cara seleksi indeks ini paling efisien
dibandingkan dengan kedua cara lainnya (Tandem dan
Independent Culling Level), karena mempertimbangkan
semua sifat sekaligus.
Kelemahan cara ini, yaitu :
⇒ Memerlukan pencatatan yang rumit dan semua
hewan harus dipelihara sampai akhir masa seleksi.
⇒ Memerlukan fakta h2
, nilai ekonomik dan korelasi
genetik yang mungkin belum tersedia.
⇒ Memerlukan alat komputasi cepat (komputer)
untuk menghitung indeks.
Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi
dengan memiliki hanya dua sampai tiga sifat penting saja
untuk keperluan seleksi.
Selanjutnya berikut ini contoh indeks yang pernah
digunakan di Iowa, Amerika Serikat:
I = 270 + (100 x ADG) – (150 x F) – (35 x FE)
Keterangan:
I = Indeks
ADG = Pertambahan Berat Badan Harian
F = Tebal Lemak Punggung
FE = Efisensi pakan per pertambahan berat badan
(lb/lb)
Contoh:
Babi A, dengan ADG = 1,9 F = 1,4 inch
FE = 3,3
Babi B, dengan ADG = 1,7 F = 1,2 inch
FE = 2,5
Indeks babi A dan babi B dapat dihitung dengan rumus di
atas, sbb:
IA = 270 + (100 x 1,9) – (150 x 1,4) – (35 x 3,3) = 134,5
IB = 270 + (100 x 1,7) – (150 x 1,2) – (35 x 2,5) = 172,5
Indeks Induk = 100 + 6,5 (L – L) + 1,0 (W – W)
Dari data di atas, babi A mempunyai pertumbuhan
lebih baik dari babi B, tetapi kualitas lemak punggung
dan efisiensi penggunaan pakan babi B lebih
menguntungkan.
Walaupun penyusunan skor dalam seleksi ini
lebih rumit, tapi hasil peramalannya lebih tepat sehingga
banyak digunakan dan disarankan oleh USDA, Amerika
Serikat.
Khusus untuk seleksi induk, mencari induk mana
yang baik digunakan suatu indeks yang menggambarkan
besar kecilnya produktivitas seekor induk. Bentuk indeks
yang digunakan adalah:
Keterangan:
L = Jumlah anak yang lahir hidup
L = Rataan jumlah anak yang lahir hidup
W = Berat anak pada umur 21 hari
W = Rataan berat anak pada umur 21 hari
Rumus indeks induk hanya digunakan untuk
membandingkan performans induk babi satu dengan
lainnya. Namun untuk membandingkan performans antar
anak-anak babi dan induk, lebih baik digunakan ramalan
produktivitas di waktu mendatang, dengan rumus Most
Probable Sow Productivity
8. Seleksi Babi Induk
Keberhasilan suatu usaha peternakan babi
tergantung dari pemeliharaan induk babi yang baik. Oleh
sebab itu, penting sekali memilih induk dan calon induk
yang baik, dilihat dari segi:
• Kesehatan
• Kesabaran
• Jumlah puting dan letak puting
• Sifat keindukan yang baik
• Konstitusi
• Temperamen
• Kualitas karkas keturunannya
MPSP = 100 + b (Indeks Induk – 100)
Kesehatan,- Sebagai faktor utama. Babi yang tidak sehat
pertumbuhannya lambat dan merugikan perusahaan.
Kesuburan dan sifat keindukan,- Seekor induk tidak
hanya mampu melahirkan banyak anak tapi juga harus
mampu membesarkan anak-anaknya sampai masa
penyapihan. Induk yang baik melahirkan 12 – 14 ekor
anak hidup; jumlah anak pada umur 3 minggu adalah 10
– 12 ekor; berat litter pada umur 3 minggu adalah 60 kg;
dan jumlah anak pada umur 6 – 9 minggu adalah 9 – 10
ekor.
Gambar 23a. Profil induk yang baik
Jumlah puting susu dan letaknya,- Setiap induk harus
memiliki minimal 12 buah puting susu, bahkan 14 puting,
terletak secara simetris. Selain itu letak puting harus baik
dan tidak terbalik. Hal ini penting sebab menjadi jaminan
untuk menghasilkan air susu bagi anak-anaknya.
Temperamen induk,- Sebaiknya induk tidak liar dan
nervous atau bertemperamen jelek. Penampilan induk
babi yang nervous atau liar akan berpengaruh dalam
menjaga anak-anak babi selama proses menysui menuju
ke masa penyapihan. Kemudian induk yang nervous dan
liar tersebut cenderung kurang baik dalam menjaga dan
memelihara anak-anak babi sehingga saran yang terbaik
Gambar 23b. Profil induk dengan jumlah puting yang baik
untuk induk babi yang memiliki temperamen yang jelek
seperti itu baiknya dilepas atau dijual.
Konstitusi,- Kemampuan induk menghadapi stress
terutama bila harus melahirkan dua kali per tahun, dengan
manajemen standar. Tahan terhadap lingkungan yang
kurang baik, tidak menjadi sangat kurus ketika menyusui
anak-anaknya. Kaki harus kuat untuk menahan tubuhnya.
Kualitas karkas keturunannya,- Babi bibit diperiksa
untuk menghasilkan bacon dan daging berkualitas baik.
Sekarang ini kualitas karkas dapat diuji pada ternak hidup
dengan menggunakan ultrasonic testing.
Selain memiliki catatan (record) yang baik, harus
ada juga penilaian secara visual pada babi dara umur 6
bulan. Penilaian ini sebaiknya dibuat di lapangan terbuka
(yard) dengan melihat caranya berjalan dan
membandingkan dengan babi-babi lainnya atau dengan
pengukuran seperti pada gambar 16 dan 17.
Penilaian induk dilakukan terhadap hal-hal seperti ;
1. Pertumbuhan sesuai umur
2. Kepala ringan dan sesuai dengan tipe bangsanya
3. Bahu licin dan tegak agak lebar ke bagian atas
4. Bahu licin memanjang kebelakang, panjang dan
melengkung sedikit
5. Ham lebar dan dalam, dengan pangkal ekor agak
tinggi
6. Perut bagian bawah lembut dan licin bila disentuh,
dengan 14 buah puting yang berkembang baik dan
terletak simetris.
Gambar 23c. Struktur tulang induk yang baik.
(Courtesy of Pork Industrial Handbook)
9. Seleksi Pejantan
Seekor pejantan pada umumnya dipelihara selama
3–4 tahun dan selama masa pakainya dapat menghasilkan
lebih dari 2000 ekor anak. Oleh sebab itu, perlu memilih
dengan baik pejantan yang akan digunakan sesuai yang
diinginkan.
Bahkan pejantan dapat digunakan sampai 6–8
tahun. Akan tetapi untuk menggunakan pejantan dalam
usaha pembibitan harus diperhatikan bahwa pejantan
hendaknya yang memiliki catatan/record yang baik.
Selain memiliki record yang baik, perlu sekali melakukan
penilaian secara visual, yaitu:
1. Kaki-kaki harus baik, kuat dan berjalan baik.
2. Sifat maskulin, bertumbuh baik sesuai umurnya.
3. Harus dapat berdiri tegak diatas kakinya. Keempat
kaki harus kuat dan tegak terutama kaki bagian
belakang. Dapat dinilai sewaktu berjalan ditempat
terbuka dilantai beton atau padang rumput.
4. Konformasi tubuh harus baik secara umum, ideal
seperti tipe daging, maskulin, punggung harus sedikit
agak melengkung, bahu licin, perut bagian bawah
licin dengan 14 puting yang terletak simetris. Ini
penting karena akan diwariskan pada anak
perempuannya.
Sifat ternak babi dapat di golongkan atas beberapa
macam sifat:
1. Sifat produktif (kecepatan pertumbuhan, keefisienan
penggunaan pakan dan produksi air susu). Hasil
penelitian menunjukkan sifat-sifat ini memiliki
heritabilitas sedang. Hal ini berarti sifat-sifat ini dapat
diperbaiki melalui seleksi. Sifat ini juga dapat
diperbaiki melalui perkawinan silang dengan
memberi hasil yang baik.
2. Sifat reproduktif (meliputi jumlah anak per kelahiran,
jumlah anak disapih/ kelahiran). Umumnya sifat ini
memiliki nilai heritability rendah sehingga respons
seleksi rendah. Oleh sebab itu sifat ini lebih responsif
terhadap kawin silang.
3. Sifat struktural (meliputi sifat karkas yang khas
seperti tebal lemak punggung, perdagingan, ukuran
otot, ukuran tubuh dewasa) Sifat struktural ini
memiliki nilai heritabilitas tinggi sehingga sangat
responsif terhadap seleksi.
Pejantan Yorkshire yang baik
Gambar 24. Contoh penampilan pejantan yang baik.
Tabel 11. Estimasi Nilai Heritabilitas untuk Sifat
dengan Nilai Ekonomi yang Penting.
1 Sifat produktif h2
(%)
Bobot anak/induk/kelahitan 26
Bobot anak/induk (42 h) 34
Bobot anak individu (42 h) 8
Bobot anak individu ( 5-6 bln) 20
Pertambahan bobot badan/hari 30
Konversi pakan 35
2. Reproduktif
Laju ovulasi (estrus 2) 49
Bau jantan ( 210 hari) 36
Banyak anak/kelahiran 10
Banyak anak disapih (56h) 65
3. Struktural
Panjang kaki 60
Jumlah tulang belakang 74
Jumlah puting 32
Skor konformitas 29
Tipe 92
Panjang karkas 59
Penampang lemusir (Loin eye area) 48
Tebal lemak punggung 50
Tebal dinding perut 52
Persentase karkas
a. Pinggang (loin) 58
b. Bahu 47
c. Potongan lemak 63
d. Potongan daging 31
10. Sistem Perkawinan
Suatu usaha peternakan akan berjalan dengan
sangat efektif apabila pengaturan sistim perkawinan dapat
dilakukan dengan tepat. Pengaturan sistim perkawinan
yang tepat sangat dipengaruhi oleh kesiapan ternak babi
yang akan digunakan baik itu babi pejantan (boar)
maupun babi induk (Sow).
Adapun kesiapan masing-masing ternak babi baik
pejantan maupun induk sangat dipengaruhi oleh korelasi
yang positif antara umur dan berat badan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kecepatan pertumbuhan yang
sering berbeda antara ternak babi walaupun usia
sama―baik umur sejak lahir sampai dewasa maupun
berat badan yang disebut dewasa tubuh dan dewasa
kelamin.
Walaupun berat badan ternak babi bertumbuh
cepat, tetapi bila tidak diiringi dengan usia yang cukup
akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas anak babi
yang dihasilkan.
Pada umumnya babi pejantan baru mulai
digunakan untuk dikawinkan setelah mencapai umur +8
bulan atau antara 7-9 bulan dengan berat badan sudah
mencapai lebih dari 70-80 kg, walaupun sebelumnya
sudah mencapai pubertas. Hal ini dilakukan agar dapat
menghasilkan umur sperma yang baik. Selain umur
pejantan, jumlah pelayanannya pada babi betina juga
sangat dipengaruhi oleh perkembangan, temperamen,
kesehatan, dan sistim perkawinan.
Pejantan muda umur 8-12 bulan sebaiknya hanya
dapat digunakan 1 kali/hari, dan sampai umur 4 tahun,
yang disebut sebagai umur aktif pejantan dapat melayani
babi betina sebanyak 2 kali/hari. Penggunaan pejantan
untuk melayani/mengawini babi betina yang berlebihan
dapat menyebabkan konsentrasi sperma berkurang,
bahkan menghasilkan konsentrasi sperma yang belum
matang. Seekor pejantan yang dipelihara dengan
manajemen yang baik akan layak sampai berumur 6-8
tahun.
Tabel 12. Frekuensi Mengawinkan Pejantan
Frekuensi kawin
Pejantan muda
( < 1 tahun)
Pejantan dewasa
( > 1 tahun)
Per hari 2 3
Per minggu 8 12
Per bulan 25 40
1
2
1
1
1
0
9
Jumlah
ejakulasi
perminggu
Jumlah
anakbabi
lahirhidup
perlitter
Usia pejantan
Farrowing
Ejakul
Lahir
Farrowingrate(%)
Grafik Pengaruh umur pejantan terhadap jumlah frekwensi perkawinan,
farrowing rate dan litter size. (Whittemore, 1993)
7
5
8
5
9
5 5
4
3
2
1
6 1
2
1
8
Sistim perkawinan pada ternak babi sama dengan pada
ternak lainnya, yaitu :
 Kawin alam
 Kawin buatan (Artficial Insemination/AI)
10.1. Kawin Alam
Pada ternak babi kawin alam sangat umum
dilakukan. Pejantan dimasukkan dalam kandang betina
yang sedang estrus dan mengawini betina-betina tersebut.
Pada perkawinan alami ini perlu diperhatikan jumlah dan
umur betina yang ada. Pejantan muda tidak boleh
melayani lebih dari satu kali per hari. Pejantan dewasa
(lebih dari 1 tahun) dapat mengawini betina dua kali
sehari. Frekuensi mengawinkan pejantan pada kawin
Gambar 25. Kawin Alam Ternak babi
alam dianjurkan agak bervariasi, akan tetapi tetap
menunjukkan untuk pejantan muda frekwensinya harus
lebih rendah daripada pejantan dewasa dimana untuk
definisi pejantan muda adalah yang berumur kurang dari
1 tahun (lihat Tabel 11).
10.2. Kawin Buatan [Inseminasi Buatan
(IB) /Artificial Insemination (AI).
Prinsip pelaksanaan Inseminasi buatan
[Inseminasi Buatan (IB) / Artificial Insemination (AI)]
pada ternak babi adalah jika babi dalam masa birahi maka
akan dapat dikawinkan, jika tidak pada masa birahi maka
tidak dapat dilaksanakan perkembangbiakan. Pelaksanaan
IB telah dilakukan di industri peternakan babi, tapi selalu
harus berdasarkan pengalaman petugas yang memahami
prinsip dasar tanda birahi. Kawin buatan lebih banyak
dilakukan di Eropa Barat, terutama di Belanda dan
Inggris. Di Amerika Serikat juga dilakukan kawin buatan
tapi sangat terbatas (tidak intensif).
Kunci untuk memaksimalkan tingkat kesuburan
dalam kelompok ternak yang akan dikembangbiakan
memerlukan pemahaman yang kuat tentang dasar-dasar
IB, waktu inseminasi, penggunaan pelumas, penggunaan
pejantan, pembiakan berlebihan dan penanganan semen.
Gambar 26. Penampang organ Reproduksi ternak
babi jantan.
Sembilan kunci prinsip-prinsip penanganan
semen:
1. Pastikan semen didinginkan sepenuhnya sebelum
pengemasan dan sebelum meninggalkan pejantan.
2. Pastikan suhu semen dikontrol selama pengangkutan
dengan pendingin (tidak beku) gel packs atau unit
pendingin. Kendaraan transportasi tidak akan
memberikan pendinginan yang efektif karena semen
dibundel dan pendinginan konduktif terjadi perlahan-
lahan.
3. Tempatkan semen di unit pendingin segera setelah
tiba di peternakan. Jika tidak dapat menyediakan
penyimpanan pada saat kedatangan, siapkan unit
pendingin lain sehingga dapat menyimpan saat
semen tiba.
4. Pertahankan suhu tinggi/rendah setiap hari dan atur
memutar sperma.
5. Dua kali seminggu pengiriman harus memastikan
bahwa semua semen yang digunakan dalam koleksi
lima hari. Dengan pengiriman tiga kali seminggu,
semen harus digunakan dalam waktu empat hari
pengumpulan. Dan dengan pengiriman per hari,
semen harus digunakan pada hari ke-2.
6. Mengatur unit pendingin pada suhu yang sama untuk
pejantan dengan mendinginkan semen (biasanya
61°F).
7. Memeriksa pergerakan motilitas semen dengan
menggunakan mikroskop. Periksa kualitas semen
pejantan sekali sehari. Dengan solusi pencairan
Beltsville (BTS) pills, misalnya, sperma akan
bergerak cepat. Dengan berbasis HEPES Extenders,
sperma tidak akan bergerak cepat. Dengan berbasis
Extenders Tris, Anda perlu melihat sperma dalam
waktu 15 detik sebelum mereka menempel pada kaca
slide agar jelas terlihat sperma tidak bergerak.
Dengan berbasis HEPES Extenders dan BSA,
tampak sperma terbaik setelah satu menit. Terlepas
dari extender, semen harus dipanaskan selama
beberapa menit sebelum evaluasi. Sebuah alternatif
lain adalah dengan menggunakan slide lebih hangat
dan biarkan tetesan untuk menghangatkan pada slide
sebelum meletakkan penutup dan mengevaluasi slip
pada sampel.
8. Ambil sperma di
kotak pendingin
dengan gel pack
dari unit pendingin
(tidak beku
kemasan). Hanya
mengambil apa
yang akan Anda
gunakan dalam
satu jam.
Dosis yang telah dikeluarkan tidak boleh
dikembalikan lagi ke unit pendingin.
9. Pastikan Anda tidak menggunakan semen sebelum
pejantan telah diberikan polymerase chain reaction
(PCR) agar babi tidak terkena penyakit reproduksi
dan sindrom pernafasan (PRRS). Tidak harus ada
kerugian di produksi dengan sperma 1 Hari vs 0
Hari. Bahkan, kualitas sperma mungkin lebih baik
karena telah diberikan extender untuk menstabilkan
sperma dengan antibiotik.
Gambar 27. Penampungan semen ternak
babi jantan untuk IB.
Karena sifat sperma babi yang tidak terlalu tahan
pada suhu beku, maka kawin buatan lebih banyak
menggunakan semen segar pada babi. Inseminator juga
perlu ketrampilan mendeteksi estrus secara tepat agar
diperoleh nilai konsepsi yang tinggi.
Waktu yang tepat (Timing)
Pelaksanaan satu kali inseminasi per hari adalah
memadai, sehingga pengaturan jadwal akan menjamin
terjadinya inseminasi kurang dari 24 jam. Pengaturan
berahi untuk pelaksanaan inseminasi sebaiknya telah
Gambar 28. Pelaksanaan kawin buatan (IB) pada babi
dijadwalkan untuk pelaksanaan selanjutnya sebelum
pelaksanaan setiap hari. Jika akan melakukan inseminasi
ketiga, maka induk yang akan dikawinkan telah disiapkan
sebelum pelaksanaan selanjutnya, atau 12 jam setelah
inseminasi kedua. Selama proses inseminasi, pastikan
pejantan benar-benar terangsang.
Untuk semua perangkat handsfree dan menghemat
tenaga kerja inovasi, kehadiran pejantan masih diperlukan
untuk merangsang rahim untuk menarik sperma ke dalam
ovarium induk. Ovarium bagi sperma adalah medan
pertempuran, sehingga perlu dijaga agar sebanyak
mungkin untuk bertahan hidup.
Sistim perkawinan juga dimaksudkan untuk:
1. Mengawinkan dua bangsa berbeda (cross breeding)
untuk memperoleh manfaat hybrid vigour.
2. Mengawinkan bangsa yang sama yang masih
ada hubungan kerabat (inbreeding), induk dengan anak
jantan, pejantan dengan anak betina yang memiliki
keturunan sedarah atau saudara betina dengan saudara
jantan.
Gambar 29 . Penampang organ reproduksi dan cara
melakukan Inseminasi buatan (IB).
W. Singleton, 1977. Purdue University, USA.
Gambar 30. Model dan hasil persilangan pembibitan
ternak babi unggulan

Contenu connexe

Tendances

Manajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanManajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanRizza Muh
 
Industri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam rasIndustri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam rasNela Nabila
 
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptxKapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptxFadilidrusFadil
 
Sni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiSni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiMuhammad Eko
 
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAKPROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAKMuhammad Eko
 
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarHeritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarLusia Komala Widiastuti
 
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhanaBagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhanaSurya Tangguh
 
Bab 7 -penyuluhan
Bab 7   -penyuluhanBab 7   -penyuluhan
Bab 7 -penyuluhanrahmat tj
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialSIlfani Sabila
 
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan LegumPengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan Legumsupri mawar jayanti
 
Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)
Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)
Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)Sutrisno Wongso
 
Dasar Dasar Pemeliharaan Ternak
Dasar Dasar Pemeliharaan TernakDasar Dasar Pemeliharaan Ternak
Dasar Dasar Pemeliharaan TernaklombkTBK
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi BuatanRizza Muh
 

Tendances (20)

DASAR ILMU NUTRISI
DASAR ILMU NUTRISIDASAR ILMU NUTRISI
DASAR ILMU NUTRISI
 
Penggemukan sapi brahman
Penggemukan sapi brahmanPenggemukan sapi brahman
Penggemukan sapi brahman
 
Pakan Ternak Ruminansia
Pakan Ternak RuminansiaPakan Ternak Ruminansia
Pakan Ternak Ruminansia
 
Manajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanManajemen Perkawinan
Manajemen Perkawinan
 
Industri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam rasIndustri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam ras
 
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptxKapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
 
Sni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiSni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapi
 
Proposal ayam
Proposal ayamProposal ayam
Proposal ayam
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAKPROSES PEMOTONGAN TERNAK
PROSES PEMOTONGAN TERNAK
 
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarHeritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
 
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhanaBagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
 
Bab 7 -penyuluhan
Bab 7   -penyuluhanBab 7   -penyuluhan
Bab 7 -penyuluhan
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
 
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan LegumPengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
 
Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)
Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)
Beternak sapi potong yang menuntugkan (bisnis model & SWOT analisis)
 
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
 
Tabel hartadi
Tabel hartadiTabel hartadi
Tabel hartadi
 
Dasar Dasar Pemeliharaan Ternak
Dasar Dasar Pemeliharaan TernakDasar Dasar Pemeliharaan Ternak
Dasar Dasar Pemeliharaan Ternak
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
 

En vedette

MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARunivesitas gadjah mada
 
Reproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantanReproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantanAbror Abrori
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARunivesitas gadjah mada
 
Reproduksi babi jantann 2
Reproduksi babi jantann 2Reproduksi babi jantann 2
Reproduksi babi jantann 2Abror Abrori
 
Ilmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan Lingkungan
Ilmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan LingkunganIlmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan Lingkungan
Ilmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan LingkunganJajat Rohmana
 
sistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betinasistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betinaAbror Abrori
 
Kompetisi intraspesifik & interspesifik iii.ppt
Kompetisi intraspesifik & interspesifik iii.pptKompetisi intraspesifik & interspesifik iii.ppt
Kompetisi intraspesifik & interspesifik iii.pptChristina Elisabeth
 
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)Diaz Faizi
 
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksiPenerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksiEuis Nurilaini
 
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanBab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanRMontong
 
Cara menduga bobot badan
Cara menduga bobot badanCara menduga bobot badan
Cara menduga bobot badanAchmad Zakky
 
Tingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betinaTingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betinaIntan Sari
 
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahMicrosoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahFitrah Plur
 

En vedette (17)

MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
 
Reproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantanReproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantan
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
 
Reproduksi babi jantann 2
Reproduksi babi jantann 2Reproduksi babi jantann 2
Reproduksi babi jantann 2
 
Babi
BabiBabi
Babi
 
Ilmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan Lingkungan
Ilmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan LingkunganIlmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan Lingkungan
Ilmu Lingkungan - Respon Populasi Babi terhadap Tekanan Lingkungan
 
sistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betinasistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betina
 
Kompetisi intraspesifik & interspesifik iii.ppt
Kompetisi intraspesifik & interspesifik iii.pptKompetisi intraspesifik & interspesifik iii.ppt
Kompetisi intraspesifik & interspesifik iii.ppt
 
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
 
Zat Anti Nutrisi
Zat Anti NutrisiZat Anti Nutrisi
Zat Anti Nutrisi
 
Siklus reproduksi
Siklus reproduksiSiklus reproduksi
Siklus reproduksi
 
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksiPenerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
 
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanBab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
 
Cara menduga bobot badan
Cara menduga bobot badanCara menduga bobot badan
Cara menduga bobot badan
 
Tingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betinaTingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betina
 
ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK
 
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahMicrosoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
 

Similaire à Bab v pemuliaan dan perkawinan

Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanPeranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanTrias Nurwana
 
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester GanjilBioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester GanjilLiana Susanti SMPN 248
 
Makalah bayi tabung
Makalah bayi tabungMakalah bayi tabung
Makalah bayi tabungMJM Networks
 
Bioteknologi ismail
Bioteknologi ismailBioteknologi ismail
Bioteknologi ismailIsmail Fizh
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanazam sultan
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanmuhammad fatihakan
 
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi BiologiBioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologiherawati847
 
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptxPembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptxKholilatusSadiyah
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 
Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.
Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.
Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.ismail fizh
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksipemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksiPTPN VI
 
Teknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanTeknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanRiris Ros Lina
 

Similaire à Bab v pemuliaan dan perkawinan (20)

MATERI_SKB_7.pdf
MATERI_SKB_7.pdfMATERI_SKB_7.pdf
MATERI_SKB_7.pdf
 
Biologi xi. d
Biologi xi. dBiologi xi. d
Biologi xi. d
 
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanPeranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
 
Bioteknologi Modern
Bioteknologi ModernBioteknologi Modern
Bioteknologi Modern
 
Bioetik GMO Peternakan.pptx
Bioetik GMO Peternakan.pptxBioetik GMO Peternakan.pptx
Bioetik GMO Peternakan.pptx
 
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester GanjilBioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
 
Bab 3.4
Bab 3.4 Bab 3.4
Bab 3.4
 
Makalah bayi tabung
Makalah bayi tabungMakalah bayi tabung
Makalah bayi tabung
 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
 
Bioteknologi ismail
Bioteknologi ismailBioteknologi ismail
Bioteknologi ismail
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
 
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi BiologiBioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
 
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptxPembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
 
Materi Biologi Mutasi
Materi Biologi MutasiMateri Biologi Mutasi
Materi Biologi Mutasi
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.
Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.
Bioteknologi disusun kembali oleh ismail.
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksipemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
 
Teknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanTeknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi Hewan
 

Plus de RMontong

Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitRMontong
 
Bab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiBab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiRMontong
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanRMontong
 
Bab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkasBab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkasRMontong
 
Bab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberianBab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberianRMontong
 
Bab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulBab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulRMontong
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluanRMontong
 
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan BabiPedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan BabiRMontong
 

Plus de RMontong (8)

Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
 
Bab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiBab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasi
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatan
 
Bab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkasBab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkas
 
Bab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberianBab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberian
 
Bab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulBab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usul
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan BabiPedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
 

Bab v pemuliaan dan perkawinan

  • 1. BAB V PEMULIAAN DAN SISTEM PERKAWINAN Usaha peternak untuk pembibitan babi (breeding farm) harus mempunyai tujuan yang akan dicapai dalam usaha memperbaiki mutu genetis ternaknya. Memperbaiki performans dengan jalan memperbaiki mutu genetis bertujuan untuk menekan biaya-biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk ternak babi. Peternak komersial yang membeli bibit babi dari peternak pembibitan dapat memperbaiki mutu ternaknya apabila peternak pembibitan dapat memperbaiki mutu dengan melaksanakan program perbaikan mutu genetis ternak dengan baik. Perbaikan mutu babi jangka panjang sangat bergantung sepenuhnya pada industri peternakan pembibitan. Berbagai praktik manajemen dapat memperbaiki performans babi, tetapi manajemen yang terbaik sekalipun tidak akan mampu memperbaiki mutu ternak secara berkelanjutan tanpa adanya program seleksi jangka panjang. Oleh sebab itu baik peternak komersial maupun peternak pembibitan harus memahami dasar-dasar prinsip
  • 2. pemuliabiakan dan bagaimana aplikasi atau perbaikan mutu ternaknya. 1. Prinsip Pemuliaan pada Ternak Babi dan Penerapannya. Cabang genetika yang membahas pewarisan sifat- sifat terukur (kuantitatif atau metrik), tidak bisa dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan Mendel. Sifat-sifat yang tergolong sifat kuantitatif, misalnya tinggi atau berat badan, hasil panen, atau produksi susu. Genetika kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang kecil/lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan bahwa tidak sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering dasamakan dengan sifat poligenik. Pemuliaan bertujuan untuk memperbaiki mutu ternak babi secara genetis, yang untuk akan memperbaiki kualitas ternak dan menekan biaya-biaya produksi. Ternak babi yang dikehendaki memiliki indeks tinggi yaitu berlemak punggung tipis, pertumbuhan cepat, dan effisiensi konversi pakan yang baik. Sifat-sifat ini
  • 3. dapat diwariskan pada anak-anaknya. Hal ini terjadi karena adanya pewarisan suatu sifat dari generasi ke generasi. Pengetahuan tentang pewarisan suatu sifat kepada generasi berikutnya dipelajari secara mendalam pada Ilmu genetika. Adanya pewarisan suatu sifat menyebabkan seorang peternak―jika sangat berpengaman―dapat membedakan babi Yorkshire dan Landrace, Duroc dan Tamworth. Masing-masing bangsa babi ini memiliki sifat-sifat khusus yang mudah dikenal dan diwariskan. Walaupun terdapat keseragaman terhadap sifat-sifat tertentu, bila diteliti lebih dalam lagi, terdapat variasi pada sifat-sifat yang lain di antara individu-individu suatu bangsa babi. Sebagai contoh pada bangsa babi Landrace terdapat variasi kecil dalam hal mencapai berat jual, variasi bentuk daun telinga, dan variasi-variasi lainnya. Hukum pewarisan sifat ini sudah ada sejak adanya kehidupan yaitu memilih suatu individu yang baik untuk dijadikan bibit dengan pemahaman “bibit yang baik pasti menghasilkan keturunan yang baik pula”. Pemahaman inilah yang diandalkan dalam usaha pemuliaan ternak.
  • 4. Ketika sel telur dibuahi sperma maka terjadi perpaduan kedua sel gonad, yang kemudian menghasilkan pasangan kromosom sel gonad. Pasangan kromosom ini mengandung materi pewaris yaitu gen-gen yang menjembatani antar generasi setiap sifat, yang akan tersimpan dalam gen-gen dan diwariskan oleh kedua tetua kepada anaknya dan dari generasi ke generasi. Kromosom serta gen-gen yang ada di dalamnya sebagai hasil pembuahan gonad jantan dan betina akan mewarisi 50% dari jantan dan 50% lagi dari betina. Jadi, setiap keturunan membawa separuh-separuh gen dari tetuanya. Bagaimanapun keseragaman itu diharapkan, pasti akan ada variasi-variasi kecil. Sebagaimana dua orang saudara kandung (kakak beradik dari satu ibu dan satu ayah) tidak seluruh sifatnya sama persis. Demikian juga dua ekor babi bersaudara kandung tidak pernah memiliki sifat yang sama. Perbedaan sifat dari saudara kandung ataupun saudara sebangsa disebut variasi. Variasi ini dapat terjadi oleh warisan sifat genetis atau faktor lingkungan. Pemuliabiakan sekelompok individu dengan penampilan serupa/seragam merupakan hasil proses
  • 5. seleksi, baik secara alami maupun buatan (dikendalikan oleh manusia). Istilah ras dalam perkembangan sekarang lebih banyak dipakai dalam bidang kehewanan. Di lingkungan pertanian tanaman, istilah ras disamakan dengan varietas atau kultivar, kecuali dalam istilah "ras lokal". 1.1. Variasi yang diwariskan Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari kumpulan individu. Dengan suatu kekecualian tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan-perbedaan individu, misalnya adanya ciri-ciri anatomi, fisiologi, dan prilaku yang khusus. Variasi genetik terjadi akibat kombinasi pasangan kromosom yang diturunkan tetua kepada keturunannya. Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme. Organisme menghasilkan keturunan lebih dari sekadar
  • 6. dapat bertahan hidup. Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi. Anggota setiap pasangan sel yang akan masuk ke dalam suatu sel yang baru sangat ditentukan oleh faktor kesempatan (peluang). Setiap anggota pasangan dapat mengandung gen yang sedikit berbeda. Pada babi diketahui ada 19 pasangan kromosom yang berbeda yang telah dihitung dan ada kemungkinan terbentuk lebih dari satu juta kombinasi pasangan kromosom. 1.2. Variasi Lingkungan Perbedaan yang terlihat antara dua ekor ternak bukan semata oleh faktor genetis, tapi dapat juga oleh faktor lingkungan. Perbedaan makanan, cuaca ekstrim, ataupun penyakit dapat menyebabkan perbedaan perkembangan. Bersama-sama dengan faktor manajemen lainnya, faktor-faktor lingkungan ini berpengaruh pada ternak, dan ini disebut variasi lingkungan. Variasi ini tidak dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, namun dapat mengaburkan gambaran genetis seekor ternak, dan menutupi hasil seleksi. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil seleksi yang baik, faktor lingkungan haruslah sama
  • 7. antara tetua dan anak-anak yang diseleksi. Seekor pejantan yang berpotensi tumbuh kurang baik secara genetis, akan bertumbuh sedang saja walau diberikan makanan yang bermutu baik. Jadi, seorang peternak yang memiliki ternak untuk bibit haruslah berpotensi genetis baik terhadap sifat-sifat penting yang memiliki nilai ekonomi. Peternak harus mampu menilai sifat yang diamati itu, entah berasal dari warisan atau berasal dari lingkungannya. 2. Prinsip-prinsip Perbaikan Genetis Ternak Babi Prinsip-prinsip dasar dalam metode perbaikan genetik pada ternak babi atau konsep dasar perbaikan ternak babi, antara lain dengan cara memilih seekor pejantan yang berindeks tinggi, yakni pejantan yang berlemak punggung tipis, kecepatan pertambahan berat badan atau laju pertumbuhan, dan efisiensi atau konversi penggunaan makanan yang baik sekali. Dengan demikian, turunan induk yang dikawininya diharapkan memiliki indeks yang baik pula. Metode perbaikan genetika pada babi dapat dilakukan dengan cara menguraikan teori bagaimana
  • 8. sifat-sifat produksi itu diwariskan dari generasi ke generasi, dapat dilihat dari 4 hal berikut: 1. Genetika 2. Kromosom dan Gen 3. Variabilitas 4. Heretabilitas 2.1. Genetika Salah satu fakta yang muncul paling mencolok bila mempelajari reproduksi ternak adalah kesanggupannya mewariskan sifat-sifat yang khusus sehingga peternak dapat dengan mudah membedakan breed babi ‘Yorkshire’ dibandingkan dengan breed babi ‘Hampshire’, ‘Duroc’ atau dengan ‘Lacombe’, karena masing-masing breed memiliki sifat-sifat tertentu yang diwariskan dan mudah diketahui. Namun bila memeriksa terperinci sifat-sifat sekelompok babi menurut kesamaan bangsa dan umur, akan menemui variasi sifat-sifat tertentu dan keseragaman sifat-sifat yang lain di antara individi-individu itu. Misalnya, dalam sekelompok babi ‘Landrace’ sedikit sekali variasi bentuk telinga, tetapi perbedaan waktu untuk mencapai babi siap potong dapat
  • 9. berbeda 3 minggu atau lebih meskipun tanggal lahirnya sama. 2.2. Kromosom dan Gen Setiap ternak seratus persen bertumbuh dari satu sel, yakni sebuah sel telur dibuahi atau zigot. Sel ini harus membagi diri dan menduplikasi dirinya berkali-kali selama kurun waktu antara sejak dibuahi sampai perkembangan seekor ternak dewasa yang selanjutnya sanggup berproduksi. Kedua sel telur dan sel sperma memiliki setengah dari sepasang susunan berbentuk tangkai yang dikenal dengan kromosom. Sel telur yang telah dibuahi berasal dari perpaduan sebuah sel telur dari induk betina dan sebuah sel sperma dari pejantan. Ketika pembuahan terjadi, perpaduan sel sperma dengan sel telur menghasilkan perpasangan kromosom dari sel sperma dan dari sel telur. Sejak batas sel dibuahi maka pembagian diri mulai terjadi dan membentuk embrio.
  • 10. 2.3. Variabilitas Variasi Genetis adalah sebagian dari variasi di antara ternak babi yang diakibatkan oleh kombinasi pasangan kromosom yang disumbangkan oleh seekor ternak keturunannya. Dalam pembentukan suatu sel telur ataupun sel sperma, anggota setiap pasangan yang akan masuk dalam sel ditentukan sepenuhnya oleh adanya kesempatan, dan setiap anggota pasangan dapat mengandung gen yang berbeda sedikit. Pada ternak babi dengan 19 pasang kromosom yang berbeda telah dihitung bahwa ada kemungkinan lebih dari satu juta kombinasi kromosom yang mungkin. Jumlah kombinasi pasangan kromosom yang besar ini mengasumsikan betapa besar variasi sifat-sifat yang akan diwariskan pada babi generasi selanjutnya. Variasi oleh lingkungan―bukan hanya gen―menjadi sumber perbedaan antara dua ekor ternak. Perbedaan makanan, penyakit atau cuaca yang ekstrem dapat mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor inilah
  • 11. yang sangat berpengaruh terhadap manajemen usaha peternakan. Dalam hal peningkatan perbaikan genetis untuk efisiensi usaha peternakan babi ini dapat dilihat dari 2 hal mendasar yaitu: 1. Perbaikan genotip 2. Perbaikan lingkungan atau semua faktor-faktor non-genotipik Seleksi adalah proses memilih individu tertentu dalam suatu kelompok untuk tujuan pembibitan. Melalui seleksi terjadi peningkatan frekuensi gen yang dikehendaki dan menekan frekuensi gen yang tidak dikehendaki. 3. Faktor Penentu Perubahan Genetis Perubahan perbaikan genetis setiap tahun dari suatu sifat tergantung pada tiga faktor, yaitu: 1) Selection differential, 2) Heritabilitas, dan 3) Generation interval dari kelompok. 3.1. Selection Differential
  • 12. Selection differential adalah selisih antara performans rata-rata individu yang terseleksi dan performans rata-rata populasi dari tempat asal individu- individu terseleksi tadi (total populasi). Dengan hanya memilih hanya sejumlah kecil ternak untuk bibit dari suatu populasi akan menghasilkan selection differential yang besar. Sebagai contoh: satu populasi ternak babi mempunyai rata-rata tebal lemak punggung 1,85 cm pada berat 112 kg. Bila mengambil populasi terpilih dengan rata-rata tebal lemak punggung 1,67 cm pada berat yang sama akan memiliki nilai selection differential yang lebih tinggi dibandingkan dengan memilih populasi terpilih dengan rata-rata 1,78 cm. Semakin besar selection differential semakin besar kemajuan genetis yang dapat dicapai. Semakin banyak sifat yang diikutkan dalam program seleksi maka semakin kecil nilai selection differential dari setiap sifat yang diseleksi. Memilih sifat-sifat yang tidak bernilai ekonomi penting menyebabkan berkurangnya kemajuan-kemajuan untuk sifat-sifat yang bernilai ekonomi penting. Oleh sebab itu batasi kriteria seleksi hanya pada sifat-sifat
  • 13. yang bernilai ekonomi penting yang memberi respons terhadap seleksi.
  • 14. 3.2. Heritabilitas Heritabilitas adalah derajat suatu sifat yang dipengaruhi oleh komposisi faktor genetis, dengan kata lain secara sederhana didefinisikan sebagai bagian dari variasi yang disebabkan oleh warisan atau derajat kekuatan pewarisan. Sebagai contoh tebal lemak punggung mempunyai nilai 50% tebal lemak punggung dalam kelompok itu menyatakan bahwa separuh dari variasi adalah faktor genetis dan separuh lagi oleh lingkungan. Sifat-sifat yang tinggi nilai heritabilitasnya adalah yang termudah diperbaiki dalam suatu peternakan babi. Pengawinan dan seleksi dari individu yang superior dalam sifat-sifat ini akan berpengaruh besar dalam perbaikan ternak. Seleksi menjadi kurang efektif untuk sifat yang mempunyai nilai heritabilitas rendah (contohnya jumlah anak per kelahiran atau jumlah anak yang disapih) karena sifat tersebut sangat dipengaruhi faktor lingkungan. Seleksi akan bermanfaat untuk sifat-
  • 15. sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi atau sedang. Heritabilitas yang agak rendah tetapi masih masuk akal derajat perbaikan dapat dicapai melalui perkawinan dan seleksi individu yang superior untuk sifat-sifat yang dimaksud yang heritabilitasnya sedang. Sifat-sifat yang heritabilitasnya rendah tidak bertanggap baik terhadap seleksi. 3.3. Generation Interval (Interval Generasi) Generation interval suatu kelompok ternak adalah rata-rata umur tetua pada saat anak-anak terseleksi lahir. Kelompok ternak bibit yang berumur lebih tua akan mempunyai generation interval yang lebih panjang. Generation interval yang panjang menyebabkan kemajuan seleksi (perbaikan mutu genetis) pertahun menjadi rendah. Generation interval yang pendek menyebabkan perbaikan mutu genetis lebih cepat. Untuk memperbaiki sifat-sifat yang mempunyai heritabilitas rendah jangan menggunakan program seleksi, tetapi gunakanlah cara lain seperti kawin silang.
  • 16. Kawin silang menghasilkan hibrida tegar (hybrid vigour) yang memiliki daya waris rendah. Beberapa sifat yang memiliki nilai ekonomi penting dengan estimasi nilai heritabilitasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 10. Estimasi Heritabilitas Beberapa Sifat Ekonomi Penting No. Sifat h2 (%) 1. Daya hidup anak sampai penyapihan 0 2. Jumlah anak yang lahir 10 3. Jumlah anak saat penyapihan 10 4. Berat lahir 20 5. Berat sapihan 20 6. Efisiensi penggunaan pakan 25 7. Kecepatan tumbuh 30 8. Umur mencapai pubertas 35 9. Tebal lemak punggung 40 4. Cara-cara Seleksi Ada dua cara seleksi yang dikenal orang, yaitu: seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup
  • 17. yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya melalui proses survival of the fittest, yaitu yang paling kuat bertahan hidup. Contohnya adalah hewan-hewan di hutan, atau perternakan tradisional, atau ternak yang dipelihara pada alam terbuka. Dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya. Seleksi buatan adalah seleksi yang dilakukan manusia dan diarahkan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. 5. Efektivitas Seleksi Seleksi dilakukan untuk memilih sekelompok ternak yang mempunyai produksi lebih tinggi dari rata- rata populasinya. Keunggulan kelompok terpilih (PS) di atas rata-rata populasi (P) disebut selection differential (S). Berapa besar keunggulan kelompok terpilih yang dapat diwariskan kepada keturunannya disebut efektifitas seleksi atau respons seleksi atau disebut juga perbaikan mutu genetik (G) R = G = h2 x S = h2 (PS – P)
  • 18. Nilai R atau G, sangat ditentukan oleh nilai h2 dan S dari sifat yang diseleksi. Cara-cara seleksi yang dikenal ini dapat juga digolongkan atas seleksi berdasarkan satu sifat dan seleksi berdasarkan lebih dari satu sifat. 6. Seleksi berdasarkan satu sifat 1. Seleksi atas dasar catatan produksi silsilah 2. Seleksi atas dasar catatan individu itu sendiri 3. Seleksi atas dasar catatan kerabat segenerasi 4. Seleksi atas dasar keturunan 5. Seleksi atas dasar berbagai kombinasi berbagai dasar. Seleksi atas dasar catatan produksi silsilah (pedigree) dilakukan bila: ⇒ Calon bibit masih sangat muda (catatan produksi belum tersedia) ⇒ Bila seleksi dilakukan untuk sifat yang terbatas sex (sex limited), misalnya produksi susu yang tidak bisa diukur pada pejantan
  • 19. ⇒ Data silsilahnya bisa dipakai diatas dua generasi diatas ternak yang diseleksi.
  • 20. Gambar 22. Seleksi secara eksterior
  • 21. Seleksi atas dasar catatan individu atau seleksi massa Seleksi ini disebut juga disebut juga seleksi individu atau uji performans. Seleksi ini akan tepat dilakukan apabila: ⇒ Lingkungan seragam ⇒ Catatan produksi dilakukan dengan teliti ⇒ Tidak ada data silsilah Seleksi ini didasarkan pada performans ternak yang diamati langsung. Seleksi atas dasar keturunan atau uji zuriat atau progeny testing Pemilihan bibit didasarkan pada catatan rataan produksi keturunan (zuriat) -nya dapat dilakukan pada babi induk jantan atau induk betina. Sebab, babi induk betina―masa bunting relatif singkat―dapat melahirkan banyak anak per kelahiran per tahun. Seleksi atas dasar catatan produksi kerabat (famili)
  • 22. Seleksi ini didasarkan pada catatan produksi kerabat langsung segenerasi, seperti saudara kandung atau saudara tiri. Makin besar hubungan kekerabatan dengan individu yang diseleksi, makin besar kegunaan catatan produksi tersebut untuk keperluan seleksi. Seleksi atas dasar kombinasi catatan berbagai dasar Bila sifat yang akan diseleksi tidak terbatas pada seks maka semua informasi dapat digunakan untuk melengkapi dugaan nilai pemuliaan seekor ternak yang diseleksi. 7. Seleksi berdasarkan lebih dari satu sifat 7.1. Tandem selection (cara bergilir) Bila terdapat sifat yang akan diperbaiki, misalnya tebal lemak punggung (x), pertambahan berat badan (y), dan konversi pakan (z), maka setiap sifat akan diseleksi secara bergilir. Jadi, mulai menyeleksi sifat x sampai tercapai tingkat produksi yang diinginkan, kemudian bergilir pada sifat y dan seterusnya.
  • 23. Keefektifan cara ini sangat bergantung pada adanya korelasi antara sifat x, y, dan z yang diperbaiki. Bila terdapat korelasi antara sifat x dan y maka dipilih sifat mana yang paling mudah dan murah dalam pengukurannya. Bila sifat x yang dipilih maka sifat y dengan sendirinya akan meningkat sabab ada respons terkait. Sebaliknya, bila antara sifat x dan y terdapat korelasi negatif, maka bila sifat x yang dipilih (seleksi) maka sifat y dengan sendirinya akan menurun, dan sebaliknya. Dari segi waktu, cara ini kurang efisien sebab memerlukan waktu, kecuali bila sifat-sifat yang dipilih untuk diseleksi mempunyai korelasi positif, atau negatif. Selain itu membutuhkan banyak calon bibit untuk memulai seleksi ini. Setelah setiap sifat selesai diseleksi, dilakukan pengelompokan hingga tersisa sedikit pada akhir seleksi.
  • 24. 7.2. Independent culling level (batas penyingkiran bebas) Dengan cara ini, misalnya seleksi terhadap 3 sifat x, y, dan z, dilakukan secara bersamaan pada generasi yang sama. Setiap sifat dianggap bebas satu dengan lainnya, kemudian ditetapkan batas penyingkirannya atau batas syarat minimal yang harus dimiliki tiap sifat pada calon bibit. Setiap ternak yang tidak memiliki syarat minimal yang ditetapkan langsung disingkirkan (diafkir). Jadi, bila tersedia 100 ekor calon bibit, mula-mula diseleksi sifat x, tersedia 80 ekor yang memenuhi kriteria sifat tersebut, selanjutnya seleksi terhadap sifat y, tersisa 60 ekor yang memenuhi kriteria sifat tersebut, selanjutnya diseleksi terhadap sifat z dan yang memenuhi kriteria terdapat pada 40 ekor ternak yang tersedia. Maka seleksi dilakukan hanya pada 40 ekor ternak yang tersisi yang memiliki syarat minimal untuk sifat x, y, dan z, sejak awal sampai akhir seleksi. Jadi peternak tidak dibebani untuk memelihara 100 ekor ternak pada awal program seleksi.
  • 25. Kelemahan cara ini yaitu intensitas seleksi setiap sifat menjadi kecil karena tiga sifat sekaligus dan untuk mempertahankan populasi perlu mempertahankan ternak pengganti (replacement stock) yang cukup besar, yaitu sekitar 50%. Kelemahan lainnya, yaitu seekor ternak yang lemah pada salah satu sifat saja sudah harus gugur pada tahap seleksi awal. Padahal ternak tersebut kuat pada sifat lainnya (sifat y dan z). 7.3. Index Selection (Cara indeks) Dengan seleksi cara indeks ini, setiap calon bibit diseleksi atas dasar satu nilai indeks yang merangkum sifat-sifat yang perlu ditingkatkan dengan rumus, sebagai berikut: Keterangan: X1, X2, …Xk adalah nilai fenotipik setiap sifat ke 1, 2,...k b1, b2, ……..bk adalah koefisien untuk sifat ke 1, 2,…..k Koefisien b1, b2, …..bk dicari melalui metode statistik, yaitu regresi ganda dengan memasukkan faktor-faktor, Indeks = I = b1X1 + b2X2 + ………bkXk
  • 26. seperti heritabilitas setiap sifat, nilai ekonomis setiap sifat, dan korelasi genetik dan fenotip antar sifat. Cara seleksi indeks ini paling efisien dibandingkan dengan kedua cara lainnya (Tandem dan Independent Culling Level), karena mempertimbangkan semua sifat sekaligus. Kelemahan cara ini, yaitu : ⇒ Memerlukan pencatatan yang rumit dan semua hewan harus dipelihara sampai akhir masa seleksi. ⇒ Memerlukan fakta h2 , nilai ekonomik dan korelasi genetik yang mungkin belum tersedia. ⇒ Memerlukan alat komputasi cepat (komputer) untuk menghitung indeks. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memiliki hanya dua sampai tiga sifat penting saja untuk keperluan seleksi. Selanjutnya berikut ini contoh indeks yang pernah digunakan di Iowa, Amerika Serikat: I = 270 + (100 x ADG) – (150 x F) – (35 x FE)
  • 27. Keterangan: I = Indeks ADG = Pertambahan Berat Badan Harian F = Tebal Lemak Punggung FE = Efisensi pakan per pertambahan berat badan (lb/lb) Contoh: Babi A, dengan ADG = 1,9 F = 1,4 inch FE = 3,3 Babi B, dengan ADG = 1,7 F = 1,2 inch FE = 2,5 Indeks babi A dan babi B dapat dihitung dengan rumus di atas, sbb: IA = 270 + (100 x 1,9) – (150 x 1,4) – (35 x 3,3) = 134,5 IB = 270 + (100 x 1,7) – (150 x 1,2) – (35 x 2,5) = 172,5
  • 28. Indeks Induk = 100 + 6,5 (L – L) + 1,0 (W – W) Dari data di atas, babi A mempunyai pertumbuhan lebih baik dari babi B, tetapi kualitas lemak punggung dan efisiensi penggunaan pakan babi B lebih menguntungkan. Walaupun penyusunan skor dalam seleksi ini lebih rumit, tapi hasil peramalannya lebih tepat sehingga banyak digunakan dan disarankan oleh USDA, Amerika Serikat. Khusus untuk seleksi induk, mencari induk mana yang baik digunakan suatu indeks yang menggambarkan besar kecilnya produktivitas seekor induk. Bentuk indeks yang digunakan adalah: Keterangan: L = Jumlah anak yang lahir hidup L = Rataan jumlah anak yang lahir hidup W = Berat anak pada umur 21 hari W = Rataan berat anak pada umur 21 hari
  • 29. Rumus indeks induk hanya digunakan untuk membandingkan performans induk babi satu dengan lainnya. Namun untuk membandingkan performans antar anak-anak babi dan induk, lebih baik digunakan ramalan produktivitas di waktu mendatang, dengan rumus Most Probable Sow Productivity 8. Seleksi Babi Induk Keberhasilan suatu usaha peternakan babi tergantung dari pemeliharaan induk babi yang baik. Oleh sebab itu, penting sekali memilih induk dan calon induk yang baik, dilihat dari segi: • Kesehatan • Kesabaran • Jumlah puting dan letak puting • Sifat keindukan yang baik • Konstitusi • Temperamen • Kualitas karkas keturunannya MPSP = 100 + b (Indeks Induk – 100)
  • 30. Kesehatan,- Sebagai faktor utama. Babi yang tidak sehat pertumbuhannya lambat dan merugikan perusahaan. Kesuburan dan sifat keindukan,- Seekor induk tidak hanya mampu melahirkan banyak anak tapi juga harus mampu membesarkan anak-anaknya sampai masa penyapihan. Induk yang baik melahirkan 12 – 14 ekor anak hidup; jumlah anak pada umur 3 minggu adalah 10 – 12 ekor; berat litter pada umur 3 minggu adalah 60 kg; dan jumlah anak pada umur 6 – 9 minggu adalah 9 – 10 ekor. Gambar 23a. Profil induk yang baik
  • 31. Jumlah puting susu dan letaknya,- Setiap induk harus memiliki minimal 12 buah puting susu, bahkan 14 puting, terletak secara simetris. Selain itu letak puting harus baik dan tidak terbalik. Hal ini penting sebab menjadi jaminan untuk menghasilkan air susu bagi anak-anaknya. Temperamen induk,- Sebaiknya induk tidak liar dan nervous atau bertemperamen jelek. Penampilan induk babi yang nervous atau liar akan berpengaruh dalam menjaga anak-anak babi selama proses menysui menuju ke masa penyapihan. Kemudian induk yang nervous dan liar tersebut cenderung kurang baik dalam menjaga dan memelihara anak-anak babi sehingga saran yang terbaik Gambar 23b. Profil induk dengan jumlah puting yang baik
  • 32. untuk induk babi yang memiliki temperamen yang jelek seperti itu baiknya dilepas atau dijual. Konstitusi,- Kemampuan induk menghadapi stress terutama bila harus melahirkan dua kali per tahun, dengan manajemen standar. Tahan terhadap lingkungan yang kurang baik, tidak menjadi sangat kurus ketika menyusui anak-anaknya. Kaki harus kuat untuk menahan tubuhnya. Kualitas karkas keturunannya,- Babi bibit diperiksa untuk menghasilkan bacon dan daging berkualitas baik. Sekarang ini kualitas karkas dapat diuji pada ternak hidup dengan menggunakan ultrasonic testing. Selain memiliki catatan (record) yang baik, harus ada juga penilaian secara visual pada babi dara umur 6 bulan. Penilaian ini sebaiknya dibuat di lapangan terbuka (yard) dengan melihat caranya berjalan dan membandingkan dengan babi-babi lainnya atau dengan pengukuran seperti pada gambar 16 dan 17.
  • 33. Penilaian induk dilakukan terhadap hal-hal seperti ; 1. Pertumbuhan sesuai umur 2. Kepala ringan dan sesuai dengan tipe bangsanya 3. Bahu licin dan tegak agak lebar ke bagian atas 4. Bahu licin memanjang kebelakang, panjang dan melengkung sedikit 5. Ham lebar dan dalam, dengan pangkal ekor agak tinggi 6. Perut bagian bawah lembut dan licin bila disentuh, dengan 14 buah puting yang berkembang baik dan terletak simetris. Gambar 23c. Struktur tulang induk yang baik. (Courtesy of Pork Industrial Handbook)
  • 34. 9. Seleksi Pejantan Seekor pejantan pada umumnya dipelihara selama 3–4 tahun dan selama masa pakainya dapat menghasilkan lebih dari 2000 ekor anak. Oleh sebab itu, perlu memilih dengan baik pejantan yang akan digunakan sesuai yang diinginkan. Bahkan pejantan dapat digunakan sampai 6–8 tahun. Akan tetapi untuk menggunakan pejantan dalam usaha pembibitan harus diperhatikan bahwa pejantan hendaknya yang memiliki catatan/record yang baik. Selain memiliki record yang baik, perlu sekali melakukan penilaian secara visual, yaitu: 1. Kaki-kaki harus baik, kuat dan berjalan baik. 2. Sifat maskulin, bertumbuh baik sesuai umurnya. 3. Harus dapat berdiri tegak diatas kakinya. Keempat kaki harus kuat dan tegak terutama kaki bagian belakang. Dapat dinilai sewaktu berjalan ditempat terbuka dilantai beton atau padang rumput. 4. Konformasi tubuh harus baik secara umum, ideal seperti tipe daging, maskulin, punggung harus sedikit agak melengkung, bahu licin, perut bagian bawah
  • 35. licin dengan 14 puting yang terletak simetris. Ini penting karena akan diwariskan pada anak perempuannya. Sifat ternak babi dapat di golongkan atas beberapa macam sifat: 1. Sifat produktif (kecepatan pertumbuhan, keefisienan penggunaan pakan dan produksi air susu). Hasil penelitian menunjukkan sifat-sifat ini memiliki heritabilitas sedang. Hal ini berarti sifat-sifat ini dapat diperbaiki melalui seleksi. Sifat ini juga dapat diperbaiki melalui perkawinan silang dengan memberi hasil yang baik. 2. Sifat reproduktif (meliputi jumlah anak per kelahiran, jumlah anak disapih/ kelahiran). Umumnya sifat ini memiliki nilai heritability rendah sehingga respons seleksi rendah. Oleh sebab itu sifat ini lebih responsif terhadap kawin silang. 3. Sifat struktural (meliputi sifat karkas yang khas seperti tebal lemak punggung, perdagingan, ukuran otot, ukuran tubuh dewasa) Sifat struktural ini memiliki nilai heritabilitas tinggi sehingga sangat responsif terhadap seleksi.
  • 36. Pejantan Yorkshire yang baik Gambar 24. Contoh penampilan pejantan yang baik.
  • 37. Tabel 11. Estimasi Nilai Heritabilitas untuk Sifat dengan Nilai Ekonomi yang Penting. 1 Sifat produktif h2 (%) Bobot anak/induk/kelahitan 26 Bobot anak/induk (42 h) 34 Bobot anak individu (42 h) 8 Bobot anak individu ( 5-6 bln) 20 Pertambahan bobot badan/hari 30 Konversi pakan 35 2. Reproduktif Laju ovulasi (estrus 2) 49 Bau jantan ( 210 hari) 36 Banyak anak/kelahiran 10 Banyak anak disapih (56h) 65 3. Struktural Panjang kaki 60 Jumlah tulang belakang 74 Jumlah puting 32 Skor konformitas 29 Tipe 92 Panjang karkas 59 Penampang lemusir (Loin eye area) 48 Tebal lemak punggung 50 Tebal dinding perut 52 Persentase karkas a. Pinggang (loin) 58 b. Bahu 47 c. Potongan lemak 63
  • 39. 10. Sistem Perkawinan Suatu usaha peternakan akan berjalan dengan sangat efektif apabila pengaturan sistim perkawinan dapat dilakukan dengan tepat. Pengaturan sistim perkawinan yang tepat sangat dipengaruhi oleh kesiapan ternak babi yang akan digunakan baik itu babi pejantan (boar) maupun babi induk (Sow). Adapun kesiapan masing-masing ternak babi baik pejantan maupun induk sangat dipengaruhi oleh korelasi yang positif antara umur dan berat badan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan pertumbuhan yang sering berbeda antara ternak babi walaupun usia sama―baik umur sejak lahir sampai dewasa maupun berat badan yang disebut dewasa tubuh dan dewasa kelamin. Walaupun berat badan ternak babi bertumbuh cepat, tetapi bila tidak diiringi dengan usia yang cukup akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas anak babi yang dihasilkan. Pada umumnya babi pejantan baru mulai digunakan untuk dikawinkan setelah mencapai umur +8 bulan atau antara 7-9 bulan dengan berat badan sudah
  • 40. mencapai lebih dari 70-80 kg, walaupun sebelumnya sudah mencapai pubertas. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan umur sperma yang baik. Selain umur pejantan, jumlah pelayanannya pada babi betina juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan, temperamen, kesehatan, dan sistim perkawinan. Pejantan muda umur 8-12 bulan sebaiknya hanya dapat digunakan 1 kali/hari, dan sampai umur 4 tahun, yang disebut sebagai umur aktif pejantan dapat melayani babi betina sebanyak 2 kali/hari. Penggunaan pejantan untuk melayani/mengawini babi betina yang berlebihan dapat menyebabkan konsentrasi sperma berkurang, bahkan menghasilkan konsentrasi sperma yang belum matang. Seekor pejantan yang dipelihara dengan manajemen yang baik akan layak sampai berumur 6-8 tahun. Tabel 12. Frekuensi Mengawinkan Pejantan Frekuensi kawin Pejantan muda ( < 1 tahun) Pejantan dewasa ( > 1 tahun) Per hari 2 3 Per minggu 8 12 Per bulan 25 40
  • 41. 1 2 1 1 1 0 9 Jumlah ejakulasi perminggu Jumlah anakbabi lahirhidup perlitter Usia pejantan Farrowing Ejakul Lahir Farrowingrate(%) Grafik Pengaruh umur pejantan terhadap jumlah frekwensi perkawinan, farrowing rate dan litter size. (Whittemore, 1993) 7 5 8 5 9 5 5 4 3 2 1 6 1 2 1 8
  • 42. Sistim perkawinan pada ternak babi sama dengan pada ternak lainnya, yaitu :  Kawin alam  Kawin buatan (Artficial Insemination/AI) 10.1. Kawin Alam Pada ternak babi kawin alam sangat umum dilakukan. Pejantan dimasukkan dalam kandang betina yang sedang estrus dan mengawini betina-betina tersebut. Pada perkawinan alami ini perlu diperhatikan jumlah dan umur betina yang ada. Pejantan muda tidak boleh melayani lebih dari satu kali per hari. Pejantan dewasa (lebih dari 1 tahun) dapat mengawini betina dua kali sehari. Frekuensi mengawinkan pejantan pada kawin Gambar 25. Kawin Alam Ternak babi
  • 43. alam dianjurkan agak bervariasi, akan tetapi tetap menunjukkan untuk pejantan muda frekwensinya harus lebih rendah daripada pejantan dewasa dimana untuk definisi pejantan muda adalah yang berumur kurang dari 1 tahun (lihat Tabel 11). 10.2. Kawin Buatan [Inseminasi Buatan (IB) /Artificial Insemination (AI). Prinsip pelaksanaan Inseminasi buatan [Inseminasi Buatan (IB) / Artificial Insemination (AI)] pada ternak babi adalah jika babi dalam masa birahi maka akan dapat dikawinkan, jika tidak pada masa birahi maka tidak dapat dilaksanakan perkembangbiakan. Pelaksanaan IB telah dilakukan di industri peternakan babi, tapi selalu harus berdasarkan pengalaman petugas yang memahami prinsip dasar tanda birahi. Kawin buatan lebih banyak dilakukan di Eropa Barat, terutama di Belanda dan Inggris. Di Amerika Serikat juga dilakukan kawin buatan tapi sangat terbatas (tidak intensif). Kunci untuk memaksimalkan tingkat kesuburan dalam kelompok ternak yang akan dikembangbiakan memerlukan pemahaman yang kuat tentang dasar-dasar
  • 44. IB, waktu inseminasi, penggunaan pelumas, penggunaan pejantan, pembiakan berlebihan dan penanganan semen. Gambar 26. Penampang organ Reproduksi ternak babi jantan.
  • 45. Sembilan kunci prinsip-prinsip penanganan semen: 1. Pastikan semen didinginkan sepenuhnya sebelum pengemasan dan sebelum meninggalkan pejantan. 2. Pastikan suhu semen dikontrol selama pengangkutan dengan pendingin (tidak beku) gel packs atau unit pendingin. Kendaraan transportasi tidak akan memberikan pendinginan yang efektif karena semen dibundel dan pendinginan konduktif terjadi perlahan- lahan. 3. Tempatkan semen di unit pendingin segera setelah tiba di peternakan. Jika tidak dapat menyediakan penyimpanan pada saat kedatangan, siapkan unit pendingin lain sehingga dapat menyimpan saat semen tiba. 4. Pertahankan suhu tinggi/rendah setiap hari dan atur memutar sperma. 5. Dua kali seminggu pengiriman harus memastikan bahwa semua semen yang digunakan dalam koleksi lima hari. Dengan pengiriman tiga kali seminggu,
  • 46. semen harus digunakan dalam waktu empat hari pengumpulan. Dan dengan pengiriman per hari, semen harus digunakan pada hari ke-2. 6. Mengatur unit pendingin pada suhu yang sama untuk pejantan dengan mendinginkan semen (biasanya 61°F). 7. Memeriksa pergerakan motilitas semen dengan menggunakan mikroskop. Periksa kualitas semen pejantan sekali sehari. Dengan solusi pencairan Beltsville (BTS) pills, misalnya, sperma akan bergerak cepat. Dengan berbasis HEPES Extenders, sperma tidak akan bergerak cepat. Dengan berbasis Extenders Tris, Anda perlu melihat sperma dalam waktu 15 detik sebelum mereka menempel pada kaca slide agar jelas terlihat sperma tidak bergerak. Dengan berbasis HEPES Extenders dan BSA, tampak sperma terbaik setelah satu menit. Terlepas dari extender, semen harus dipanaskan selama beberapa menit sebelum evaluasi. Sebuah alternatif lain adalah dengan menggunakan slide lebih hangat dan biarkan tetesan untuk menghangatkan pada slide
  • 47. sebelum meletakkan penutup dan mengevaluasi slip pada sampel. 8. Ambil sperma di kotak pendingin dengan gel pack dari unit pendingin (tidak beku kemasan). Hanya mengambil apa yang akan Anda gunakan dalam satu jam. Dosis yang telah dikeluarkan tidak boleh dikembalikan lagi ke unit pendingin. 9. Pastikan Anda tidak menggunakan semen sebelum pejantan telah diberikan polymerase chain reaction (PCR) agar babi tidak terkena penyakit reproduksi dan sindrom pernafasan (PRRS). Tidak harus ada kerugian di produksi dengan sperma 1 Hari vs 0 Hari. Bahkan, kualitas sperma mungkin lebih baik karena telah diberikan extender untuk menstabilkan sperma dengan antibiotik. Gambar 27. Penampungan semen ternak babi jantan untuk IB.
  • 48. Karena sifat sperma babi yang tidak terlalu tahan pada suhu beku, maka kawin buatan lebih banyak menggunakan semen segar pada babi. Inseminator juga perlu ketrampilan mendeteksi estrus secara tepat agar diperoleh nilai konsepsi yang tinggi. Waktu yang tepat (Timing) Pelaksanaan satu kali inseminasi per hari adalah memadai, sehingga pengaturan jadwal akan menjamin terjadinya inseminasi kurang dari 24 jam. Pengaturan berahi untuk pelaksanaan inseminasi sebaiknya telah Gambar 28. Pelaksanaan kawin buatan (IB) pada babi
  • 49. dijadwalkan untuk pelaksanaan selanjutnya sebelum pelaksanaan setiap hari. Jika akan melakukan inseminasi ketiga, maka induk yang akan dikawinkan telah disiapkan sebelum pelaksanaan selanjutnya, atau 12 jam setelah inseminasi kedua. Selama proses inseminasi, pastikan pejantan benar-benar terangsang. Untuk semua perangkat handsfree dan menghemat tenaga kerja inovasi, kehadiran pejantan masih diperlukan untuk merangsang rahim untuk menarik sperma ke dalam ovarium induk. Ovarium bagi sperma adalah medan pertempuran, sehingga perlu dijaga agar sebanyak mungkin untuk bertahan hidup. Sistim perkawinan juga dimaksudkan untuk: 1. Mengawinkan dua bangsa berbeda (cross breeding) untuk memperoleh manfaat hybrid vigour. 2. Mengawinkan bangsa yang sama yang masih ada hubungan kerabat (inbreeding), induk dengan anak jantan, pejantan dengan anak betina yang memiliki keturunan sedarah atau saudara betina dengan saudara jantan.
  • 50. Gambar 29 . Penampang organ reproduksi dan cara melakukan Inseminasi buatan (IB). W. Singleton, 1977. Purdue University, USA.
  • 51. Gambar 30. Model dan hasil persilangan pembibitan ternak babi unggulan