SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
388 ISBN: 978-979-15649-6-0
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI
SAYANG PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA
Cokorda Istri Meyga Semarayani*
dan Diny Dinarti
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Merati, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia, Tel.: +62 251 8629353; fax: +62 251 862935
*
Corresponding author: serendipity101010@ymail.com
Abstrak
Pisang merupakan komoditi hortikultura yang digemari oleh masyarakat dunia. Pisang cocok digunakan
sebagai bahan pangan alternatif. Rasa buah pisang yang lezat, kandungan gizi yang tinggi dan harganya yang
relatif murah menjadi alasan banyak orang yang menyukainya. Peminat buah pisang berasal dari semua
kalangan dan semua jenis umur. Buah pisang selain dapat dimakan langsung, dapat juga diolah menjadi
berbagai jenis makanan. Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan
anakan (sucker), bonggol dan belahan bonggol. Perbanyakan secara konvensional ini membutuhkan waktu
yang lama, bibit yang dihasilkan sedikit, tidak seragam dan kesehatannya tidak terjamin. Bibit yang berasal
dari anakan kurang efisien karena dalam hidupnya tanaman pisang hanya menghasilkan 5-10
anakan/rumpun/tahun. Alternatif penyediaan bibit dalam waktu singkat, jumlah yang besar dan seragam
dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
subkultur berulang terhadap pertumbuhan dan perbanyakan tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang pada
beberapa komposisi media. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun
dalam faktor tunggal, yaitu komposisi media. Terdapat 4 perlakuan komposisi media, yaitu media MS
dengan penambahan 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron (M1), media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP
(M2), media MS dengan penambahan 5 mg/l BAP (M3) dan media MS dengan penambahan 7 mg/l kinetin
(M4). Setiap botol kultur ditanamn satu tunas mikro. Setelah tanaman berumur 3 minggu, dilakukan
subkultur ke media yang sama. Subkultur dilakukan sebanyak 6 kali. Komposisi media terbaik untuk
perbanyakan mikro pisang Kepok Unti Sayang adalah media MS + 2 mg/l BAP, yang menghasilkan total
tunas 410 tunas dengan 131 tunas yang bermultiplikasi dan jumlah akar sebanyak 9.03 sampai subkultur ke-
6. Daya multiplikasi tunas saat disubkultur cenderung meningkat hingga subkultur ke-6, dengan rata-rata
jumlah tunas yang dihasilkan sampai subkultur ke-6 sebanyak 39.8 tunas pada media MS + 2 mg/l BAP.
Kata kunci : pisang kepok, subkultur berulang, komposisi media, multiplikasi
PENDAHULUAN
Pisang merupakan komoditi hortikultura yang digemari oleh masyarakat dunia. Rasa buah pisang
yang lezat, kandungan gizi yang tinggi dan harganya yang relatif murah menjadi alasan banyak orang yang
menyukainya. Peminat buah pisang berasal dari semua kalangan dan semua jenis umur. Buah pisang selain
dapat dimakan langsung, dapat juga diolah menjadi berbagai jenis makanan.
Sistem agribisnis buah tropika Indonesia perlu digerakkan agar buah tropika Indonesia dapat
memberikan kontribusi dalam pemulihan ekonomi rakyat, dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
menjadi andalan ekspor. Pisang merupakan salah satu buah yang mempunyai prospek untuk dikembangkan
(Megia et al., 2002). Pada beberapa tahun terakhir produksi buah pisang Indonesia mengalami penurunan
sebesar 618 460 ton. Produksi buah pisang pada tahun 2009 sebesar 6 373 533 ton dan pada tahun 2010
menjadi 5 755 073 ton (BPS, 2010). Permasalahan utama dalam penurunan produksi pisang adalah tingginya
serangan penyakit serta belum diterapkannya prinsip Good Agricultural Practicess (GAP).
Berdasarkan penelitian hasil kerjasama antara PKBT IPB dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura serta UPTD BPSBTPH Propinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2009 telah dilepas varietas
unggul pisang kepok tanpa bunga jantan dengan nama pisang Unti Sayang. Pisang ini memiliki keunggulan,
yaitu terhindar dari penyakit layu bakteri (Blood Disease Bacterial) dan berpotensi sebagai salah satu bahan
pangan alternatif (Suhartanto et al., 2010). Produktivitas pisang Unti Sayang cukup tinggi sebesar 40
ton/ha/tahun (Suhartanto et al., 2010) bila dibandingkan dengan produktivitas pisang kepok pada umumnya
sebesar 22 ton/ha/pohon (Redaksi AgroMedia, 2010).
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 389
Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan anakan (sucker),
bonggol dan belahan bonggol. Perbanyakan secara konvensional ini membutuhkan waktu yang lama, bibit
yang dihasilkan sedikit, tidak seragam dan kesehatannya tidak terjamin.Bibit yang berasal dari anakan
kurang efisien karena dalam hidupnya tanaman pisang hanya menghasilkan 5-10 anakan/rumpun/tahun.
Alternatif penyediaan bibit dalam waktu singkat, jumlah yang besar dan seragam dapat dilakukan melalui
teknik kultur jaringan.
Perbanyakan mikro merupakan contoh dari penerapan kultur jaringan, terutama untuk beberapa jenis
tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan mikro, secara umum dapat diartikan sebagai
usaha menumbuhkan bagian tanaman dalam media aseptik dan memperbanyaknya hingga menghasilkan
tanaman sempurna. Tujuan pokok dari penerapan perbanyakan mikro adalah produksi tanaman dalam jumlah
besar dalam waktu yang singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan (Gunawan,
1992).
Subkultur berulang perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit yang banyak dalam kurun waktu
tertentu. Dengan subkultur juga akan diketahui waktu yang tepat untuk menginisiasi tunas baru. Pada
beberapa tanaman yang telah disubkultur beberapa kali, ternyata tidak terjadi penurunan daya tumbuh atau
perubahan karakteristik yang diamati (Wetherell, 1982). Daya multiplikasi tunas setelah dilakukan subkultur
berulang perlu diketahui bila ingin memproduksi bibit dalam jumlah besar dan kualitas tunasnya terjamin
(Wiendi, 1992).
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai
dengan September 2011. Bahan tanam yang digunakan adalah tunas mikro pisang Kepok varietas Unti
Sayang. Media dasar yang digunakan yaitu dari komposisi Murashige dan Skoog (MS) dengan modifikasi
vitamin B5. Bahan pemadat yang digunakan adalah agar-agar. Zat pengatur tumbuh yang digunakan antara
lain sitokinin (BAP, thidiazuron, dan kinetin) dan auksin (IBA).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun dalam faktor tunggal,
yaitu komposisi media. Terdapat 4 perlakuan komposisi media, yaitu media MS dengan penambahan 2 mg/l
BAP + 0.8 mg/l thidiazuron (M1), media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP (M2), media MS dengan
penambahan 5 mg/l BAP (M3) dan media MS dengan penambahan 7 mg/l kinetin (M4). Setiap perlakuan
diulang sebanyak 2 kali sehingga terdapat 8 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri atas 20
botol kultur. Setiap botol kultur ditanamn satu tunas mikro. Setelah tanaman berumur 3 minggu, dilakukan
subkultur ke media yang sama. Subkultur dilakukan sebanyak 6 kali. Setiap 3 minggu sekali, satu satuan
pengamatan diakarkan pada media ½ MS dengan penambahan 0.5 mg/l IBA. Pengolahan data untuk setiap
peubah yang diamati dilakukan dengan menggunakan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System).
Perlakuan yang berpengaruh nyata pada uji F dilakukan uji lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ)
pada taraf 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Tunas
Multiplikasi tunas terjadi pada semua media perlakuan. Multiplikasi tunas terjadi secara langsung
tanpa melalui tahap kalus. Hal yang sama juga terjadi pada multiplikasi tunas pada pisang tanduk (Wiendi,
1992). Pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin terjadi peningkatan jumlah
kultur yang bermultiplikasi setiap periode subkultur (Tabel 1).
Peningkatan jumlah kultur bermultiplikasi berbanding lurus dengan jumlah tunas yang dihasilkan.
Semakin meningkatnya periode subkultur, sitokinin yang terkandung dalam eksplan semakin tinggi.
Akumulasi sitokinin yang tinggi merangsang kultur bermultiplikasi. Jumlah kultur bermultiplikasi meningkat
seiring dengan meningkatnya periode subkultur. Jumlah kultur bermultiplikasi tertinggi adalah perlakuan
media MS + 2 mg/l BAP sebanyak 131 kultur pada subkultur ke-6 (Tabel 1)
Komposisi media berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah tunas pada subkultur ke-1 (Tabel 2).
Pada subkultur lainnya komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah tunas. Pada
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
390 ISBN: 978-979-15649-6-0
pisang FHIA-17, pemberian 1, 2, 3, 4 mg/l BAP tidak meningkatkan rata-rata jumlah tunas setelah tujuh kali
subkultur (Andriana, 2005).
Tabel 1.Persentase kultur bermultiplikasi pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6.
Keterangan: M1 = 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l TDZ; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
x : jumlah kultur yang bermultiplikasi; y : jumlah tanaman yang ditanam
Perlakuan media MS + 2 mg/l BAP menghasilkan tunas yang sempurna. Semua perlakuan media
tanpa penambahan thidiazuron menghasilkan tunas yang sempurna. Rata-rata jumlah tunas tertinggi
dihasilkan pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebanyak 39.8 tunas pada subkultur ke-6 (Tabel 2). Pada
pisang Kepok Kuning, pemberian 2 mg/l BAP menghasilkan total tunas sebanyak 12.6 tunas pada subkultur
ke-2 (Kasutjianingati, 2004).
Perlakuan media MS + 5 mg/l BAP menghasilkan rata-rata 21.6 tunas pada subkultur ke-6 (Tabel 2).
Pemberian 5 mg/l BAP pada pisang Kepok Kuning menghasilkan total tunas 14.8 tunas pada subkultur
kedua (Kasutjianingati, 2004). Perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin menghasilkan rata-rata jumlah tunas
sebanyak 22.2 tunas pada subkultur ke-6 (Tabel 2). Berdasarkan laporan hasil penelitian, pemberian 7mg/l
kinetin pada pisang Abaca mampu menghasilkan total tunas 9 tunas (Avivi dan Ikrarwati, 2004).
Tabel 2. Rata-Rata jumlah tunas pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6.
Perlakuan
Jumlah Tunas
Sk0 Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6
M1 1.1 1.3b 1.4 1.6 2.5 4.1 6
M2 1.2 2ab 3.5 7.1 14.2 18.6 39.8
M3 1.5 2.6ab 4.2 5.9 10.1 17 21.6
M4 1.3 2.9a 4.2 6 11 15.6 22.2
Uji F tn * tn tn tn tn tn
KK (%) 8.85 17.11 34.88 50.17 62.74 60.51 58.52
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukantidak berbeda nyata
menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; * = Berbeda nyata pada uji
F dengan taraf 5%; KK = Koefisien Keragaman; Sk = Subkultur; M1 = 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l TDZ; M2
= 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
Laju multiplikasi tunas berbeda-beda pada semua media perlakuan. Laju multiplikasi merupakan
pertambahan tunas setiap kali subkultur. Komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap laju multiplikasi
pisang Kepok Unti Sayang pada semua periode subkultur kecuali pada subkultur ke-1. Pada Tabel 3. terlihat
bahwa laju multiplikasi meningkat seiring dengan meningkatnya periode subkultur. Hal yang sama juga
terjadi pada penelitian Kasutjianingati (2004) dimana semakin meningkatnya frekuensi subkultur laju
multiplikasi tunas semakin meningkat. Pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP terjadi penurunan laju
multiplikasi setelah subkultur ke-4. Penurunan laju multiplikasi diduga akibat akumulasi sitokinin. Tingginya
sitokinin yang diberikan menghambat proliferasi tunas. Penentu utama proliferasi adalah level auksin dan
sitokinin endogen dari masing-masing jenis eksplan (Zaffari et al., 2000; Shirani et al., 2009). Multiplikasi
tunas akan menurun dengan pemberian sitokinin dalam konsentrasi tinggi 10-15 mg/l pada 8 kultivar pisang
(Wong, 1986). BAP dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan tunas tumbuh tidak normal. Penurunan
konsentrasi BAP pada tahap proliferasi akan menurunkan jumlah tunas yang tidak berkembang (Jafari et al.,
2011).
Subkultur ke-
Perlakuan
M1 M2 M3 M4
.…….…………………………%…………………………………
(x/y) (x/y) (x/y) (x/y)
0 10 (4/40) 25.64 (10/39) 27.27 (9/33) 25 (10/40)
1 15.79 (6/38) 16.48 (16/48) 43.4 (23/53) 48.28 (28/58)
2 3.33 (1/30) 45.83 (33/72) 26.44 (23/87) 30.19 (32/106)
3 30 (6/20) 52.89 (64/121) 41.11 (37/90) 39.2 (49/125)
4 23.33 (7/30) 37.72 (86/228) 37.69 (49/130) 34.46 (61/177)
5 40.91 (18/44) 30.14 (104/345) 39.78 (72/181) 30.94 (82/265)
6 11.43 (8/70) 31.95 (131/410) 20.78 (64/308) 26.68 (91/341)
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 391
Tabel 3.Rata-rata laju multiplikasi tunas pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6.
Perlakuan
Laju Multiplikasi
Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6
M1 0.3c 0 0.6 1 1.7 2
M2 0.6bc 1.9 4.3 7.5 3.5 5.5
M3 1.5ab 1.8 2 4.2 6.2 4.3
M4 1.8a 1.2 1.6 5.9 5.8 6.2
Uji F * tn tn tn tn tn
KK (%) 26.12 85.75 75.86 87.88 75.85 123.71
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; * = Berbeda nyata pada uji
F dengan taraf 5 %; KK = Koefisien Keragaman; Sk = Subkultur; M1 = 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l TDZ; M2
= 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
Jumlah Akar
Media perlakuan yang digunakan adalah media dengan penambahan sitokinin tanpa penambahan
auksin. Pada media perlakuan, akar terbentuk diduga karena adanya auksin endogen. Akar tidak terbentuk
hingga akhir pengamatan pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron. Persentase kultur
berakar tertinggi adalah perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin pada semua periode subkultur kecuali pada
subkultur ke-5 (Tabel 4). Pada subkultur ke-5, persentase ekplan berakar tertinggi adalah perlakuan media
MS + 2 mg/l BAP sebesar 16.87% dan terjadi penurunan pada subkultur ke-6 menjadi 10.37%.
Tabel 4.Persentase kultur berakar pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6.
Subkultur ke-
Perlakuan
M2 M3 M4
.………………………%…..………………………...
0 0 0.84 9.17
1 0.64 5.51 11.09
2 2.87 4.04 7.34
3 3.04 2.35 11.11
4 7.32 6.19 11.4
5 16.87 9.04 12.18
6 10.37 8 12.84
Keterangan: M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
Rata-rata jumlah akar meningkat seiring dengan meningkatnya periode subkultur. Komposisi media
berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata jumlah akar pada minggu sebelum subkultur, subkultur ke-1, 2
dan 3 dan tidak berpengaruh nyata pada subkultur ke-4 dan 6 serta berpengaruh nyata pada subkultur ke 5
(Tabel 5). Setelah dilakukan uji lanjut BNJ 5%, terjadi perbedaan pertambahan jumlah akar pada perlakuan
media MS + 2 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin sampai subkultur ke-3. Pada subkultur ke-4, 5 dan
6, pertambahan jumlah akar dari kedua perlakuan sama.
Tabel 5.Rata-rata jumlah akar pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6.
Perlakuan
Jumlah Akar
Sk0 Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6
M2 0c 0.02c 0.14b 0.33b 2.57 12.18a 9.03
M3 0.03b 0.35b 0.36b 0.29b 1.36 3.92ab 8.04
M4 0.41a 0.66a 1.31a 2.42a 3.05 7.78ab 6.06
Uji F ** ** ** ** tn * tn
KK (%) 6.43 11.93 29.7 21.13 46.12 53.57 80.45
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; * = Berbeda nyata pada uji
F dengan taraf 5 %; ** = Berbeda sangat nyata pada uji F dengan taraf 5%; KK = Koefisien Keragaman;
Sk = Subkultur; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
Media Pengakaran
Subkultur eksplan ke media pengakaran bertujuan untuk mengetahui mampu atau tidaknya eksplan
membentuk akar. Periode subkultur dan jenis media asal tidak berpengaruh nyata terhadap waktu munculnya
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
392 ISBN: 978-979-15649-6-0
akar pada media pengakaran. Semua eksplan dari semua periode subkultur dan jenis media asal memiliki
kemampuan membentuk akar yang sama. Perlakuan media MS + 2 mg/l BAP pada semua periode subkultur
paling awal membentuk akar (Tabel 6). Pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron
tidak dilakukan pengujian karena hingga akhir pengamatan, akar tidak terbentuk.
Tabel 6. Waktu munculnya akar pada pisang kepok unti sayang secara in vitro.
Perlakuan
Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6
Minggu Setelah Tanam (MST)
M2 0 1 1 1.5 1 0.5
M3 1 1 1.5 1.5 2 1.5
M4 1.5 1 1 2 1 1
Uji F tn tn tn tn tn tn
KK (%) 48.99 115.47 126.17 60 61.24 57.74
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; KK = Koefisien
Keragaman; Sk = Subkultur; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
Aklimatisasi
Umur planlet yang diaklimatisasi berbeda-beda tergantung pada periode subkultur. Planlet yang
diaklimatisasi berjumlah 30 tanaman. Planlet yang diaklimatisasi berasal dari perlakuan media MS + 2 mg/l
BAP, media MS + 5 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin (Tabel 7).
Tabel 7.Persentase Tunas yang Tumbuh Setelah Aklimatisasi.
Pelakuan
Persentase Tumbuh
1 MST 2 MST 3 MST
……..……………………………%……………………..……………….
M2 100 (9/9) 100 (9/9) 100 (9/9)
M3 100 (12/12) 100 (12/12) 91.67 (11/12)
M4 100 (9/9) 100 (9/9) 100 (9/9)
Keterangan :M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin
Perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron tidak diaklimatisasi karena hingga akhir
pengamatan, akar tidak terbentuk. Jumlah planlet tiap perlakuan, 9 planlet media MS + 2 mg/l BAP, 12
planlet media MS + 5 mg/l BAP dan 9 planlet media MS + 7 mg/l kinetin. Ketiga perlakuan yang
diaklimatisasi mewakili semua periode subkultur. Perlakuan media MS + 5 mg/l BAP pada 3 MST
mengalami penurunan jumlah tunas yang tumbuh (Tabel 7). Hal ini diduga akibat planlet belum siap
melakukan fotosintesis sendiri. Tanaman memerlukan suatu periode transisi untuk dapat melakukan proses
fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan karbohidratnya sendiri (Wattimena et al., 1992).
KESIMPULAN
Komposisi media terbaik untuk perbanyakan mikro pisang Kepok Unti Sayang adalah media MS + 2
mg/l BAP, yang menghasilkan total tunas 410 tunas dengan 131 tunas yang bermultiplikasi dan jumlah akar
sebanyak 9.03 sampai subkultur ke-6. Daya multiplikasi tunas saat disubkultur cenderung meningkat hingga
subkultur ke-6, dengan rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan sampai subkultur ke-6 sebanyak 39.8 tunas
pada media MS + 2 mg/l BAP.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada Pusat Kajian Buah-buahan Tropika/PKHT atas penyediaan bahan tanaman (kultur pisang
Kepok Unti Sayang) yang dipergunakan dalam penelitian ini.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 393
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, D. 2005. Pengaruh Konsentrasi BAP Terhadap Multiplikasi Tunas dan Giberelin Terhadap
Kualitas Pisang FHIA-7 In Vitro. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal.
Avivi, S. dan Ikrarwati. 2004. Mikropropagasi pisang abaca (Musa textillis nee) melalui teknik kultur
jaringan. Ilmu Pertanian 11 (2): 27-34.
BPS. 2010. Produksi buah-buahan Indonesia. www.bps.go.id. [17 September 2011].
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 158 hal.
Jafari, N., R.Y. Othman and N. Khalid. 2011. Effect of benzylaminopurine (BAP) pulsing on in vitro shoot
multiplication of Musa accuminate (banana) cv. Berangan. African Journal of Biotechnology 10(13):
2446-2450.
Kasutjianingati. 2004. Pembiakan Mikro Berbagai Genotipe Pisang (Musa spp.) dan Potensi Bakteri
Endofitik terhadap Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. Cubense).Tesis Program Pasca Sarjana
IPB. Bogor. 88 hal.
Megia, R., Purnomo, Kasutjianingati, I.P. Handayani, H. Rohmah dan Widodo. 2002. Riset Unggulan
Strategis Nasional Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. Laporan Akhir. Kementrian
Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.18 hal.
Redaksi AgroMedia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia.PT Agromedia
Pustaka. Jakarta. 296 hal.
Shirani, S., F. Mahdavi and M. Maziah. 2009. Morphological abnormality among regenerated shoots of
banana and plantain (Musa spp.) after in vitro multiplication with TDZ and BAP from excised shoot
tips. Af. J. Biotech. 8(21): 5755-5761.
Suhartanto, M.R., Sobir dan H. Harti. 2010. Pengembangan Pisang Sebagai Penopang Ketahanan Pangan
Nasional.Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wiendi dan A. Ermawati. 1992.
Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur jaringan Tanaman. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi. IPB. Bogor. 309 hal.
Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro (diterjemahkan dari: Introduction to In
Vitro Propagation, penerjemah: Koensoemardiyah dan D. Gunawan). IKIP Semarang Press.
Semarang. 110 hal.
Wiendi, N.M.A. 1992. Pengaruh Air Kelapa, Zeolit dan Subkultur Beruntun Terhadap Daya Multiplikasi
Tunas Pisang Tanduk secara In Vitro. Tesis Program Pascasarjana IPB.66 hal.
Wong, W.C. 1986. In vitro propagation of banana (Musa sp.) initiation, proliferation and development of
shoot-tip cultures on defined media. Plant.Cell.Tiss. Org. Cult. 6:156-166.
Zaffari, G.R., G.B. Kerbauy, J.E. Kraus and E.C. Romano. 2000. Hormonal and histological studiesrelated in
vitro banana bud formation. Plant.Cell.Tiss. Org. Cult. 63:187-192.

More Related Content

What's hot

PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONALPENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONALRepository Ipb
 
Makalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasMakalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasmoe2l
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuNur Haida
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSuryadi Buyrami
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Dedi Hutapea
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanAndary Aindåapryl
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuNur Haida
 
Budidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman panganBudidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman pangantani57
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada bermarhenharjono
 
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...ripto atmaja
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahagronomy
 

What's hot (20)

PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONALPENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Makalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasMakalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalas
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
P3283091
P3283091P3283091
P3283091
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
16801 50544-1-pb (1)
16801 50544-1-pb (1)16801 50544-1-pb (1)
16801 50544-1-pb (1)
 
pkm
pkm pkm
pkm
 
Makalah kedelai
Makalah kedelaiMakalah kedelai
Makalah kedelai
 
Budidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman panganBudidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman pangan
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada ber
 
Penelitian pisang
Penelitian pisangPenelitian pisang
Penelitian pisang
 
9088 16554-2-pb
9088 16554-2-pb9088 16554-2-pb
9088 16554-2-pb
 
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI D...
 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Makalah sorgum
Makalah sorgumMakalah sorgum
Makalah sorgum
 

Similar to SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA

INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...Repository Ipb
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf
61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf
61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdfAgungNugroho461589
 
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfperan_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfMapriRudiansyah
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangSANDI TINDAON
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...MarcelinoNovianto
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianZakiyul Mu'min
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiDediKusmana2
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPutri Azzara Arjani
 
Rita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmk
Rita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmkRita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmk
Rita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmkMei-mei Zubaidah
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangEka Febriana
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiDediKusmana2
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...Repository Ipb
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...Repository Ipb
 
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdfFGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdfMutiaraNugraheni1
 
intensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptxintensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptxYuziNosfris
 

Similar to SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA (20)

INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf
61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf
61-Article Text-449-1-10-56720211230.pdf
 
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfperan_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
 
Contoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkmContoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkm
 
Kewirausahaan
KewirausahaanKewirausahaan
Kewirausahaan
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
 
Rita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmk
Rita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmkRita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmk
Rita dwipurnama universitasmuhammadiyahpontianak_pkmk
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten Tangerang
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
 
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdfFGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
 
intensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptxintensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptx
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 388 ISBN: 978-979-15649-6-0 SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA Cokorda Istri Meyga Semarayani* dan Diny Dinarti Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Merati, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia, Tel.: +62 251 8629353; fax: +62 251 862935 * Corresponding author: serendipity101010@ymail.com Abstrak Pisang merupakan komoditi hortikultura yang digemari oleh masyarakat dunia. Pisang cocok digunakan sebagai bahan pangan alternatif. Rasa buah pisang yang lezat, kandungan gizi yang tinggi dan harganya yang relatif murah menjadi alasan banyak orang yang menyukainya. Peminat buah pisang berasal dari semua kalangan dan semua jenis umur. Buah pisang selain dapat dimakan langsung, dapat juga diolah menjadi berbagai jenis makanan. Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan anakan (sucker), bonggol dan belahan bonggol. Perbanyakan secara konvensional ini membutuhkan waktu yang lama, bibit yang dihasilkan sedikit, tidak seragam dan kesehatannya tidak terjamin. Bibit yang berasal dari anakan kurang efisien karena dalam hidupnya tanaman pisang hanya menghasilkan 5-10 anakan/rumpun/tahun. Alternatif penyediaan bibit dalam waktu singkat, jumlah yang besar dan seragam dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh subkultur berulang terhadap pertumbuhan dan perbanyakan tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang pada beberapa komposisi media. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun dalam faktor tunggal, yaitu komposisi media. Terdapat 4 perlakuan komposisi media, yaitu media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron (M1), media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP (M2), media MS dengan penambahan 5 mg/l BAP (M3) dan media MS dengan penambahan 7 mg/l kinetin (M4). Setiap botol kultur ditanamn satu tunas mikro. Setelah tanaman berumur 3 minggu, dilakukan subkultur ke media yang sama. Subkultur dilakukan sebanyak 6 kali. Komposisi media terbaik untuk perbanyakan mikro pisang Kepok Unti Sayang adalah media MS + 2 mg/l BAP, yang menghasilkan total tunas 410 tunas dengan 131 tunas yang bermultiplikasi dan jumlah akar sebanyak 9.03 sampai subkultur ke- 6. Daya multiplikasi tunas saat disubkultur cenderung meningkat hingga subkultur ke-6, dengan rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan sampai subkultur ke-6 sebanyak 39.8 tunas pada media MS + 2 mg/l BAP. Kata kunci : pisang kepok, subkultur berulang, komposisi media, multiplikasi PENDAHULUAN Pisang merupakan komoditi hortikultura yang digemari oleh masyarakat dunia. Rasa buah pisang yang lezat, kandungan gizi yang tinggi dan harganya yang relatif murah menjadi alasan banyak orang yang menyukainya. Peminat buah pisang berasal dari semua kalangan dan semua jenis umur. Buah pisang selain dapat dimakan langsung, dapat juga diolah menjadi berbagai jenis makanan. Sistem agribisnis buah tropika Indonesia perlu digerakkan agar buah tropika Indonesia dapat memberikan kontribusi dalam pemulihan ekonomi rakyat, dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjadi andalan ekspor. Pisang merupakan salah satu buah yang mempunyai prospek untuk dikembangkan (Megia et al., 2002). Pada beberapa tahun terakhir produksi buah pisang Indonesia mengalami penurunan sebesar 618 460 ton. Produksi buah pisang pada tahun 2009 sebesar 6 373 533 ton dan pada tahun 2010 menjadi 5 755 073 ton (BPS, 2010). Permasalahan utama dalam penurunan produksi pisang adalah tingginya serangan penyakit serta belum diterapkannya prinsip Good Agricultural Practicess (GAP). Berdasarkan penelitian hasil kerjasama antara PKBT IPB dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta UPTD BPSBTPH Propinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2009 telah dilepas varietas unggul pisang kepok tanpa bunga jantan dengan nama pisang Unti Sayang. Pisang ini memiliki keunggulan, yaitu terhindar dari penyakit layu bakteri (Blood Disease Bacterial) dan berpotensi sebagai salah satu bahan pangan alternatif (Suhartanto et al., 2010). Produktivitas pisang Unti Sayang cukup tinggi sebesar 40 ton/ha/tahun (Suhartanto et al., 2010) bila dibandingkan dengan produktivitas pisang kepok pada umumnya sebesar 22 ton/ha/pohon (Redaksi AgroMedia, 2010).
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 389 Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan anakan (sucker), bonggol dan belahan bonggol. Perbanyakan secara konvensional ini membutuhkan waktu yang lama, bibit yang dihasilkan sedikit, tidak seragam dan kesehatannya tidak terjamin.Bibit yang berasal dari anakan kurang efisien karena dalam hidupnya tanaman pisang hanya menghasilkan 5-10 anakan/rumpun/tahun. Alternatif penyediaan bibit dalam waktu singkat, jumlah yang besar dan seragam dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Perbanyakan mikro merupakan contoh dari penerapan kultur jaringan, terutama untuk beberapa jenis tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan mikro, secara umum dapat diartikan sebagai usaha menumbuhkan bagian tanaman dalam media aseptik dan memperbanyaknya hingga menghasilkan tanaman sempurna. Tujuan pokok dari penerapan perbanyakan mikro adalah produksi tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan (Gunawan, 1992). Subkultur berulang perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit yang banyak dalam kurun waktu tertentu. Dengan subkultur juga akan diketahui waktu yang tepat untuk menginisiasi tunas baru. Pada beberapa tanaman yang telah disubkultur beberapa kali, ternyata tidak terjadi penurunan daya tumbuh atau perubahan karakteristik yang diamati (Wetherell, 1982). Daya multiplikasi tunas setelah dilakukan subkultur berulang perlu diketahui bila ingin memproduksi bibit dalam jumlah besar dan kualitas tunasnya terjamin (Wiendi, 1992). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Bahan tanam yang digunakan adalah tunas mikro pisang Kepok varietas Unti Sayang. Media dasar yang digunakan yaitu dari komposisi Murashige dan Skoog (MS) dengan modifikasi vitamin B5. Bahan pemadat yang digunakan adalah agar-agar. Zat pengatur tumbuh yang digunakan antara lain sitokinin (BAP, thidiazuron, dan kinetin) dan auksin (IBA). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun dalam faktor tunggal, yaitu komposisi media. Terdapat 4 perlakuan komposisi media, yaitu media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron (M1), media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP (M2), media MS dengan penambahan 5 mg/l BAP (M3) dan media MS dengan penambahan 7 mg/l kinetin (M4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga terdapat 8 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri atas 20 botol kultur. Setiap botol kultur ditanamn satu tunas mikro. Setelah tanaman berumur 3 minggu, dilakukan subkultur ke media yang sama. Subkultur dilakukan sebanyak 6 kali. Setiap 3 minggu sekali, satu satuan pengamatan diakarkan pada media ½ MS dengan penambahan 0.5 mg/l IBA. Pengolahan data untuk setiap peubah yang diamati dilakukan dengan menggunakan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System). Perlakuan yang berpengaruh nyata pada uji F dilakukan uji lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Tunas Multiplikasi tunas terjadi pada semua media perlakuan. Multiplikasi tunas terjadi secara langsung tanpa melalui tahap kalus. Hal yang sama juga terjadi pada multiplikasi tunas pada pisang tanduk (Wiendi, 1992). Pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin terjadi peningkatan jumlah kultur yang bermultiplikasi setiap periode subkultur (Tabel 1). Peningkatan jumlah kultur bermultiplikasi berbanding lurus dengan jumlah tunas yang dihasilkan. Semakin meningkatnya periode subkultur, sitokinin yang terkandung dalam eksplan semakin tinggi. Akumulasi sitokinin yang tinggi merangsang kultur bermultiplikasi. Jumlah kultur bermultiplikasi meningkat seiring dengan meningkatnya periode subkultur. Jumlah kultur bermultiplikasi tertinggi adalah perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebanyak 131 kultur pada subkultur ke-6 (Tabel 1) Komposisi media berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah tunas pada subkultur ke-1 (Tabel 2). Pada subkultur lainnya komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah tunas. Pada
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 390 ISBN: 978-979-15649-6-0 pisang FHIA-17, pemberian 1, 2, 3, 4 mg/l BAP tidak meningkatkan rata-rata jumlah tunas setelah tujuh kali subkultur (Andriana, 2005). Tabel 1.Persentase kultur bermultiplikasi pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6. Keterangan: M1 = 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l TDZ; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin x : jumlah kultur yang bermultiplikasi; y : jumlah tanaman yang ditanam Perlakuan media MS + 2 mg/l BAP menghasilkan tunas yang sempurna. Semua perlakuan media tanpa penambahan thidiazuron menghasilkan tunas yang sempurna. Rata-rata jumlah tunas tertinggi dihasilkan pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebanyak 39.8 tunas pada subkultur ke-6 (Tabel 2). Pada pisang Kepok Kuning, pemberian 2 mg/l BAP menghasilkan total tunas sebanyak 12.6 tunas pada subkultur ke-2 (Kasutjianingati, 2004). Perlakuan media MS + 5 mg/l BAP menghasilkan rata-rata 21.6 tunas pada subkultur ke-6 (Tabel 2). Pemberian 5 mg/l BAP pada pisang Kepok Kuning menghasilkan total tunas 14.8 tunas pada subkultur kedua (Kasutjianingati, 2004). Perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin menghasilkan rata-rata jumlah tunas sebanyak 22.2 tunas pada subkultur ke-6 (Tabel 2). Berdasarkan laporan hasil penelitian, pemberian 7mg/l kinetin pada pisang Abaca mampu menghasilkan total tunas 9 tunas (Avivi dan Ikrarwati, 2004). Tabel 2. Rata-Rata jumlah tunas pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6. Perlakuan Jumlah Tunas Sk0 Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6 M1 1.1 1.3b 1.4 1.6 2.5 4.1 6 M2 1.2 2ab 3.5 7.1 14.2 18.6 39.8 M3 1.5 2.6ab 4.2 5.9 10.1 17 21.6 M4 1.3 2.9a 4.2 6 11 15.6 22.2 Uji F tn * tn tn tn tn tn KK (%) 8.85 17.11 34.88 50.17 62.74 60.51 58.52 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukantidak berbeda nyata menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; * = Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; KK = Koefisien Keragaman; Sk = Subkultur; M1 = 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l TDZ; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin Laju multiplikasi tunas berbeda-beda pada semua media perlakuan. Laju multiplikasi merupakan pertambahan tunas setiap kali subkultur. Komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap laju multiplikasi pisang Kepok Unti Sayang pada semua periode subkultur kecuali pada subkultur ke-1. Pada Tabel 3. terlihat bahwa laju multiplikasi meningkat seiring dengan meningkatnya periode subkultur. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Kasutjianingati (2004) dimana semakin meningkatnya frekuensi subkultur laju multiplikasi tunas semakin meningkat. Pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP terjadi penurunan laju multiplikasi setelah subkultur ke-4. Penurunan laju multiplikasi diduga akibat akumulasi sitokinin. Tingginya sitokinin yang diberikan menghambat proliferasi tunas. Penentu utama proliferasi adalah level auksin dan sitokinin endogen dari masing-masing jenis eksplan (Zaffari et al., 2000; Shirani et al., 2009). Multiplikasi tunas akan menurun dengan pemberian sitokinin dalam konsentrasi tinggi 10-15 mg/l pada 8 kultivar pisang (Wong, 1986). BAP dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan tunas tumbuh tidak normal. Penurunan konsentrasi BAP pada tahap proliferasi akan menurunkan jumlah tunas yang tidak berkembang (Jafari et al., 2011). Subkultur ke- Perlakuan M1 M2 M3 M4 .…….…………………………%………………………………… (x/y) (x/y) (x/y) (x/y) 0 10 (4/40) 25.64 (10/39) 27.27 (9/33) 25 (10/40) 1 15.79 (6/38) 16.48 (16/48) 43.4 (23/53) 48.28 (28/58) 2 3.33 (1/30) 45.83 (33/72) 26.44 (23/87) 30.19 (32/106) 3 30 (6/20) 52.89 (64/121) 41.11 (37/90) 39.2 (49/125) 4 23.33 (7/30) 37.72 (86/228) 37.69 (49/130) 34.46 (61/177) 5 40.91 (18/44) 30.14 (104/345) 39.78 (72/181) 30.94 (82/265) 6 11.43 (8/70) 31.95 (131/410) 20.78 (64/308) 26.68 (91/341)
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 391 Tabel 3.Rata-rata laju multiplikasi tunas pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6. Perlakuan Laju Multiplikasi Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6 M1 0.3c 0 0.6 1 1.7 2 M2 0.6bc 1.9 4.3 7.5 3.5 5.5 M3 1.5ab 1.8 2 4.2 6.2 4.3 M4 1.8a 1.2 1.6 5.9 5.8 6.2 Uji F * tn tn tn tn tn KK (%) 26.12 85.75 75.86 87.88 75.85 123.71 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; * = Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5 %; KK = Koefisien Keragaman; Sk = Subkultur; M1 = 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l TDZ; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin Jumlah Akar Media perlakuan yang digunakan adalah media dengan penambahan sitokinin tanpa penambahan auksin. Pada media perlakuan, akar terbentuk diduga karena adanya auksin endogen. Akar tidak terbentuk hingga akhir pengamatan pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron. Persentase kultur berakar tertinggi adalah perlakuan media MS + 7 mg/l kinetin pada semua periode subkultur kecuali pada subkultur ke-5 (Tabel 4). Pada subkultur ke-5, persentase ekplan berakar tertinggi adalah perlakuan media MS + 2 mg/l BAP sebesar 16.87% dan terjadi penurunan pada subkultur ke-6 menjadi 10.37%. Tabel 4.Persentase kultur berakar pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6. Subkultur ke- Perlakuan M2 M3 M4 .………………………%…..………………………... 0 0 0.84 9.17 1 0.64 5.51 11.09 2 2.87 4.04 7.34 3 3.04 2.35 11.11 4 7.32 6.19 11.4 5 16.87 9.04 12.18 6 10.37 8 12.84 Keterangan: M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin Rata-rata jumlah akar meningkat seiring dengan meningkatnya periode subkultur. Komposisi media berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata jumlah akar pada minggu sebelum subkultur, subkultur ke-1, 2 dan 3 dan tidak berpengaruh nyata pada subkultur ke-4 dan 6 serta berpengaruh nyata pada subkultur ke 5 (Tabel 5). Setelah dilakukan uji lanjut BNJ 5%, terjadi perbedaan pertambahan jumlah akar pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin sampai subkultur ke-3. Pada subkultur ke-4, 5 dan 6, pertambahan jumlah akar dari kedua perlakuan sama. Tabel 5.Rata-rata jumlah akar pada pisang kepok unti sayang sampai subkultur ke-6. Perlakuan Jumlah Akar Sk0 Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6 M2 0c 0.02c 0.14b 0.33b 2.57 12.18a 9.03 M3 0.03b 0.35b 0.36b 0.29b 1.36 3.92ab 8.04 M4 0.41a 0.66a 1.31a 2.42a 3.05 7.78ab 6.06 Uji F ** ** ** ** tn * tn KK (%) 6.43 11.93 29.7 21.13 46.12 53.57 80.45 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; * = Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5 %; ** = Berbeda sangat nyata pada uji F dengan taraf 5%; KK = Koefisien Keragaman; Sk = Subkultur; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin Media Pengakaran Subkultur eksplan ke media pengakaran bertujuan untuk mengetahui mampu atau tidaknya eksplan membentuk akar. Periode subkultur dan jenis media asal tidak berpengaruh nyata terhadap waktu munculnya
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 392 ISBN: 978-979-15649-6-0 akar pada media pengakaran. Semua eksplan dari semua periode subkultur dan jenis media asal memiliki kemampuan membentuk akar yang sama. Perlakuan media MS + 2 mg/l BAP pada semua periode subkultur paling awal membentuk akar (Tabel 6). Pada perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron tidak dilakukan pengujian karena hingga akhir pengamatan, akar tidak terbentuk. Tabel 6. Waktu munculnya akar pada pisang kepok unti sayang secara in vitro. Perlakuan Sk1 Sk2 Sk3 Sk4 Sk5 Sk6 Minggu Setelah Tanam (MST) M2 0 1 1 1.5 1 0.5 M3 1 1 1.5 1.5 2 1.5 M4 1.5 1 1 2 1 1 Uji F tn tn tn tn tn tn KK (%) 48.99 115.47 126.17 60 61.24 57.74 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ taraf 5%.tn =Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%; KK = Koefisien Keragaman; Sk = Subkultur; M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin Aklimatisasi Umur planlet yang diaklimatisasi berbeda-beda tergantung pada periode subkultur. Planlet yang diaklimatisasi berjumlah 30 tanaman. Planlet yang diaklimatisasi berasal dari perlakuan media MS + 2 mg/l BAP, media MS + 5 mg/l BAP dan media MS + 7 mg/l kinetin (Tabel 7). Tabel 7.Persentase Tunas yang Tumbuh Setelah Aklimatisasi. Pelakuan Persentase Tumbuh 1 MST 2 MST 3 MST ……..……………………………%……………………..………………. M2 100 (9/9) 100 (9/9) 100 (9/9) M3 100 (12/12) 100 (12/12) 91.67 (11/12) M4 100 (9/9) 100 (9/9) 100 (9/9) Keterangan :M2 = 2 mg/l BAP; M3 = 5 mg/l BAP; M4 = 7 mg/l kinetin Perlakuan media MS + 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron tidak diaklimatisasi karena hingga akhir pengamatan, akar tidak terbentuk. Jumlah planlet tiap perlakuan, 9 planlet media MS + 2 mg/l BAP, 12 planlet media MS + 5 mg/l BAP dan 9 planlet media MS + 7 mg/l kinetin. Ketiga perlakuan yang diaklimatisasi mewakili semua periode subkultur. Perlakuan media MS + 5 mg/l BAP pada 3 MST mengalami penurunan jumlah tunas yang tumbuh (Tabel 7). Hal ini diduga akibat planlet belum siap melakukan fotosintesis sendiri. Tanaman memerlukan suatu periode transisi untuk dapat melakukan proses fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan karbohidratnya sendiri (Wattimena et al., 1992). KESIMPULAN Komposisi media terbaik untuk perbanyakan mikro pisang Kepok Unti Sayang adalah media MS + 2 mg/l BAP, yang menghasilkan total tunas 410 tunas dengan 131 tunas yang bermultiplikasi dan jumlah akar sebanyak 9.03 sampai subkultur ke-6. Daya multiplikasi tunas saat disubkultur cenderung meningkat hingga subkultur ke-6, dengan rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan sampai subkultur ke-6 sebanyak 39.8 tunas pada media MS + 2 mg/l BAP. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Pusat Kajian Buah-buahan Tropika/PKHT atas penyediaan bahan tanaman (kultur pisang Kepok Unti Sayang) yang dipergunakan dalam penelitian ini.
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 393 DAFTAR PUSTAKA Andriana, D. 2005. Pengaruh Konsentrasi BAP Terhadap Multiplikasi Tunas dan Giberelin Terhadap Kualitas Pisang FHIA-7 In Vitro. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal. Avivi, S. dan Ikrarwati. 2004. Mikropropagasi pisang abaca (Musa textillis nee) melalui teknik kultur jaringan. Ilmu Pertanian 11 (2): 27-34. BPS. 2010. Produksi buah-buahan Indonesia. www.bps.go.id. [17 September 2011]. Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor. 158 hal. Jafari, N., R.Y. Othman and N. Khalid. 2011. Effect of benzylaminopurine (BAP) pulsing on in vitro shoot multiplication of Musa accuminate (banana) cv. Berangan. African Journal of Biotechnology 10(13): 2446-2450. Kasutjianingati. 2004. Pembiakan Mikro Berbagai Genotipe Pisang (Musa spp.) dan Potensi Bakteri Endofitik terhadap Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. Cubense).Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 88 hal. Megia, R., Purnomo, Kasutjianingati, I.P. Handayani, H. Rohmah dan Widodo. 2002. Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. Laporan Akhir. Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.18 hal. Redaksi AgroMedia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia.PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 296 hal. Shirani, S., F. Mahdavi and M. Maziah. 2009. Morphological abnormality among regenerated shoots of banana and plantain (Musa spp.) after in vitro multiplication with TDZ and BAP from excised shoot tips. Af. J. Biotech. 8(21): 5755-5761. Suhartanto, M.R., Sobir dan H. Harti. 2010. Pengembangan Pisang Sebagai Penopang Ketahanan Pangan Nasional.Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wiendi dan A. Ermawati. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur jaringan Tanaman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi. IPB. Bogor. 309 hal. Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro (diterjemahkan dari: Introduction to In Vitro Propagation, penerjemah: Koensoemardiyah dan D. Gunawan). IKIP Semarang Press. Semarang. 110 hal. Wiendi, N.M.A. 1992. Pengaruh Air Kelapa, Zeolit dan Subkultur Beruntun Terhadap Daya Multiplikasi Tunas Pisang Tanduk secara In Vitro. Tesis Program Pascasarjana IPB.66 hal. Wong, W.C. 1986. In vitro propagation of banana (Musa sp.) initiation, proliferation and development of shoot-tip cultures on defined media. Plant.Cell.Tiss. Org. Cult. 6:156-166. Zaffari, G.R., G.B. Kerbauy, J.E. Kraus and E.C. Romano. 2000. Hormonal and histological studiesrelated in vitro banana bud formation. Plant.Cell.Tiss. Org. Cult. 63:187-192.