SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
P E N A L A R A N 
BK 
Pembinaan Bahasa Nasional 
.
1. SUWANDI 
2. SAUDIN 
3. UKHTI KAMELLA 
4. ERLIN WINARTI 
5. KHUSNUL 
ROBIAH 
6. RISKA RATNA 
SARI
PENALARAN ???
Pengertian Menurut Ahli 
 Menurut Bakry (1986:1) menyatakan bahwa 
Penalaran atau Reasoning merupakan suatu 
konsep yang paling umum menunjuk pada salah 
satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu 
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa 
pernyataan lain yang telah diketahui. 
 Menurut Suriasumantri (2001:42) 
mengemukakan secara singkat bahwa penalaran 
adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan 
suatu simpulan yang berupa pengetahuan. 
 Menurut Keraf (1985:5) berpendapat bahwa 
penalaran adalah suatu proses berpikir dengan 
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau 
eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
PENGERTIAN PENALARAN
PENGERTIAN 
PROPOSISI 
 Proposisi adalah apa yang dihasilkan 
dengan mengucapkan suatu kalimat. 
 Proposisi disebut sebagai “tempat 
kebenaran” bukan bahwa proposisi itu 
selalu benar, melainkan karena hubungan 
yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji 
dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat 
benar dan dapat salah.
Unsur - Unsur 
Proposisi 
 Term subyek : hal yang tentangnya 
pengakuan atau pengingkaran ditujukan. 
 Term predikat : apa yang diakui atau 
diingkari tentang subyek 
 Kopula : penghubung (adalah, bukan/tidak) 
antara term subyek dan term predikat, dan 
sekaligus member bentuk (pengakuan 
atau pengingkaran) pada hubungan itu.
PENGERTIAN 
TERM 
Ungkapan 
pengertian dalam 
bentuk kata atau 
istilah
JENIS DAN BENTUK 
PROPOSISI 
Dari bentuknya proposisi terbagi 
menjadi : 
1. Proposisi Tunggal 
2. Proposisi Majemuk
1. Proposisi Tunggal yaitu proporsi yang 
hanya memiliki atau terdiri dari satu 
Subjek dan satu Predikat. 
Contoh : 
Mahasiswa harus menjaga kebersihan. 
2. Proposisi majemuk yaitu proporsi yang 
terdiri dari satu Subjek dan terdapat lebih 
dari satu Predikat. 
Contoh: 
Semua kelas harus bersih dan 
nyaman.
JENIS DAN BENTUK 
PROPOSISI 
Dari sifatnya proporsi terbagi menjadi : 
1. Proporsi Kategorial 
2. Proporsi Kondisional 
3. Proporsi Kualitatif 
a. Proporsi Positif 
b. Proposisi Negatif 
4. Proposisi Kuantitas 
a. Proposisi Universal 
b. Proposisi Khusus
1. Proposisi Kategorial yaitu proporsi 
dimana hubungan Subjek dan 
Predikat tanpa membutuhkan syarat 
apapun. 
Contoh : 
Semua Kelinci berkaki empat 
2. Proposisi Kondisional yaitu proporsi 
dimana Subjek dan Predikat 
memerlukan syarat tertentu.dalam 
proporsi ini haruslah terdapat sebab 
dan akibat. 
Contoh : 
Jika tidak rajin membaca,maka saya 
akan menjadi bodoh.
4. Proposisi Kualitatif, terbagi menjadi : 
a. Proposisi Positif yaitu proposisi yang 
Subjek dan Predikatnya terdapat 
penyesuaian atau proposisi yang 
memiliki Predikat yang membetulkan 
Subjek. 
Contoh : 
Semua anak SMP adalah lulusan SD. 
b. Proposisi Negatif yaitu proposisi 
dimana Subjek dan Predikatnya tidak 
memiliki hubungan atau Predikatnya 
tidak membetulkan Subjek. 
Contoh: 
Semua tumbuhan bukanlah manusia.
4. Proposisi Kuantitas terdiri dari : 
a. Proposisi Universal yaitu proposisi 
yang Predikatnya membenarkan 
semua Subjek. 
Contoh : 
Semua mobil memiliki roda. 
b. Proposisi Khusus yaitu proposisi 
yang Predikatnya tidak 
membenarkan semua Subjek. 
Contoh : 
Tidak semua daun berwarna hijau.
PENALARAN DEDUKTIF 
Penalaran deduktif merupakan 
prosedur yang berpangkal dari 
peristiwa umum yang 
kebenarannya telah diketahui, 
dan berakhir pada suatu 
kesimpulan baru yang bersifat 
lebih khusus.
Penarikan kesimpulan secara 
deduktif 
1. Menarik Simpulan secara 
Langsung 
2. Menarik Simpulan secara Tidak 
Langsung
1. Menarik Simpulan secara Langsung 
Simpulan (konklusi) secara langsung 
ditarik dari satu premis. 
Misalnya: 
a. Semua S adalah P. (premis) 
Sebagian P adalah S. (simpulan) 
Contoh: 
Semua ikan berdarah dingin. (premis) 
Sebagian yang berdarah dingin adalah 
ikan. (simpulan)
b. Tidak satu pun S adalah P. (premis) 
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan) 
Contoh: 
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. 
(premis) 
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. 
(simpulan) 
c. Semua S adalah P. (premis) 
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan) 
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan) 
Contoh: 
Semua gajah adalah berbelalai. (premis) 
Tak satu pun gajah adalah tak berbelalai. 
(simpulan)
2. Menarik Simpulan secara Tidak 
Langsung 
 Penarikan simpulan secara tidak 
langsung memerlukan dua premis 
sebagai data. Dari dua premis ini akan 
dihasilkan sebuah simpulan. Premis 
yang pertama adalah premis yang 
bersifat umum dan premis yang kedua 
adalah premis yang bersifat khusus. 
 Untuk itu, kita memerlukan suatu premis 
(pernyataan dasar) yang bersifat 
pengetahuan yang semua orang sudah 
tahu, umpamanya setiap manusia akan 
mati, semua ikan berdarah dingin, 
semua sarjana adalah lulusan perguruan 
tinggi, atau semua pohon kelapa berakar
 Silogisme Kategorial 
 Silogisme Hipotesis 
 Silogisme Alterntif 
 Entimen 
Jenis Penalaran Deduksi dengan 
Penarikan secara Tidak Langsung
1. Silogisme Kategorial 
Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari 
tiga proposisi. Dua proposisi merupakan 
premis dan satu proposisi merupakan 
simpulan. Premis yang bersifat umum 
disebut premis mayordan premis yang bersifat 
khusus disebut premis minor. Dalam simpulan 
terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan 
disebut term minor dan predikat simpulan 
disebut term mayor. 
Contoh: 
Semua manusia bijaksana. 
Semua polisi adalah bijaksana. 
Jadi, semua polisi bijaksana.
2. Silogisme Hipotesis 
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang 
terdiri atas premis mayor yang berproposisi 
kondisional hipotesis. Kalau premis minornya 
membernarkan anteseden, simpulannya 
membenarkan konsekuen. Kalau premis 
minornya menolak anteseden, simpulan juga 
menolak konsekuen. 
Contoh: 
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai. 
Besi dipanaskan. 
Jadi, besi memuai.
3. Silogisme Alternatif 
Silogisme alternatif adalah silogisme 
yang terdiri atas premis mayor berupa 
proposisi alternatif. Kalau premis 
minornya membenarkan salah satu 
alternatif, simpulannya akan menolak 
alternatif yang lain. 
Contoh: 
Dia adalah seorang kiai atau profesor. 
Dia seorang kiai. 
Jadi, dia bukan seorang profesor.
4. Entimen 
Silogisme yang tidak mempunyai premis 
mayor karena premis mayor itu sudah 
diketahui secara umum. Yang dikemukakan 
hanya premis minor dan simpulan. 
Contoh: 
Semua sarjana adalah orang cerdas. 
Ali adalah seorang sarjana. 
Jadi, Ali adalah orang cerdas. 
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, 
yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia 
adalah seorang sarjana”.
PENALARAN 
INDUKTIF 
 Penalaran induktif adalah proses 
penalaran untuk manarik kesimpulan 
berupa prinsip atau sikap yang 
berlaku umum berdasarkan fakta – 
fakta yang bersifat khusus, prosesnya 
disebut Induksi.
BENTUK PENALARAN 
INDUKTIF 
1. Generalisasi ialah proses penalaran yang 
megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai 
sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang 
bersifat umum. 
Contoh: 
Jika dipanaskan, besi memuai. 
Jika dipanaskan, tembaga 
memuai. 
Jika dipanaskan, emas memuai. 
Jadi, jika dipanaskan, logam 
memuai.
Hal untuk menentukan benar 
atau tidaknya generalisasi 
1. Data itu harus memadai jumlahnya. 
Semakin banyak data yang 
dipaparkan, semakin benar simpulan 
yang diperoleh. 
2. Data itu harus mewakili keseluruhan. 
Dari data yang sama itu akan 
dihasilkan simpulan yang benar. 
3. Pengecualian perlu diperhitungkan 
karena data-data yang mempunyai 
sifat khusus tidak dapat dijadikan 
data.
Bentuk Generalisasi 
1. Generalisasi sempurna 
Generalisasi sempurna adalah generalisasi 
dimana seluruh fenomena yang menjadi 
dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi 
macam ini memberikan kesimpulan amat 
kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap 
saja yang belum diselidiki. 
Contoh : 
Perhitungan jumlah siswa disuatu sekolah.
Bentuk Generalisasi 
2. Generalisasi tidak sempurna 
Generalisasi tidak sempurna adalah 
generalisasi berdasarkan sebagian 
fenomena untuk mendapatkakn 
kesimpulan yang berlaku bagi 
fenomena sejenis yang belum 
diselidiki. 
Contoh: 
Hampir seluruh wanita dewasa 
gemar menggunakan sepatu hak 
tinggi (high-heeled).
2. Analogi adalah cara penarikan penalaran 
secara membandingkan dua hal yang 
mempunyai sifat yang sama. 
Contoh: 
Nina adalah lulusan akademi A. 
Nina dapat menjalankan tugasnya 
dengan baik. 
Ali adalah lulusan akademi A. 
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan 
tugasnya dengan baik.
Tujuan 
penalaran 
secara analogi 
 Analogi dilakukan untuk meramalkan 
sesuatu. 
 Analogi diakukan untuk 
menyingkapkan kekeliruan. 
 Analogi digunakan untuk menyusun 
klasifikasi.
Hubungan Kausal adalah penalaran yang 
diperoleh dari gejala-gejala yang saling 
berhubungan. 
Misalnya: 
 Tombol ditekan, akibatnya bel 
berbunyi. 
 Hujan turun dan jalan-jalan 
becek. 
 Ia kena penyakit kanker darah 
dan meninggal dunia
Hubungan Antarmasalah yang 
Berkaitan dengan Hubungan 
Klausal 
1. Sebab-Akibat 
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. 
Disamping itu, hubungan ini dapat pula 
berpola A menyebabkan B, C, D, dan 
seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa 
yang dianggap penyebab kadang-kadang 
lebih dari satu. 
Misalnya: 
Andaikata angin tiba-tiba bertiup. (A), dan 
hujan yang tiba-tiba turun. (B), ternyata 
tidak sebuah manggapun yang jatuh. (E), 
tentu kita dapat menyimpulkan bahwa 
jatuhnya mangga itu disebabkan oleh 
lemparan anak-anak. (C).
2. Akibat-Sebab 
Akibat-Sebab ini dapat kita lihat pada 
peristiwa seseorang yang pergi kedokter. 
Ke dokter merupakan akibat dan sakit 
merupakan sebab, jadi mirip dengan 
entimen. Akan tetapi, dalam penalaran 
jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab 
merupakan simpulan.
3. Akibat-akibat 
Akibat-akibat adalah suatu 
penalaran yang menyiratkan 
penyebabnya. Peristiwa “akibat” 
langsung disimpulkan pada suatu 
“akibat” yang lain. 
Contoh : 
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya 
melihat tanah di halamannya becek. 
Ibu langsung menyimpulkan bahwa 
kain jemuran di belakang rumahnya 
pasti basah.
SALAH 
NALAR 
 Merupakan gagasan, 
pikiran, kepercayaan, 
atau simpulan yang 
salah, keliru, atau cacat.
Macam-Macam Salah Nalar 
1. Deduksi yang salah 
2. Generalisasi terlalu luas, 
dan 
3. Pemilihan terbatas pada 
dua alternatif
1. Deduksi yang salah 
Salah nalar yang disebabkan oleh 
deduksi yang salah merupakan salah 
nalar yang amat sering dilakukan orang. 
Contoh : 
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai 
lurah disini karena dia miskin.
2. Generalisasi Terlalu 
Luas 
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh 
jumlah premis yang mendukung 
generalisasi tidak seimbang dengan 
besarnya generalisasi tersebut sehingga 
kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain 
itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan 
kurangnya data yang dijadikan dasar 
generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas 
untuk mengumpulkan dan menguji data secara 
memadai, atau ingin segera meyakinkan orang 
lain dengan bahan yang terbatas. 
Contoh : 
Anak-anak tidak boleh 
memegang barang Anak-anak 
tidak boleh memegang barang 
orselen karena barang itu cepat 
pecah.
Dua bentuk kesalahan 
generalisasi 
1. Generalisasi Sepintas 
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis 
membuat generalisasi berdasarkan data atau 
evidensi yang sangat sedikit. 
Contoh: 
Semua anak yang jenius akan sukses dalam 
belajar. 
2. Generalisasi Apriori 
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis 
melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa 
yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. 
Contoh: 
Semua pejabat pemerintah melakukan tindakan 
korupsi.
3. Pemilihan Terbatas pada 
Dua Alternatif 
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran 
alternatif yang tidak tepat dengan 
pemilihan “itu” atau “ini”. 
Contoh : 
Engkau harus mengikuti kehendak ayah, 
atau engkau harus berangkat kerumah ini.
Faktor 
Penyeba 
b salah 
Nalar 
1. Analogi yang salah 
2. Argumentasi bidik 
orang 
3. Meniru-niru yang 
sudah ada, dan 
4. Penyamarataan 
para ahli
1. Analogi yang 
Salah 
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang 
menganalogikan sesuatu dengan yang lain 
dengan anggapan persamaan salah satu segi 
akan memberikan kepastian persamaan pada 
segi yang lain. Contoh: 
Sumini, seorang alumni 
Universitas Indonesia, dapat 
mengerjakan tugasnya dengan 
baik. Oleh sebab itu, Tata, 
seorang alumni Universitas 
Indonesia, tentu dapat 
menyelesaikan tugasnya dengan 
baik.
2. Argumentasi Bidik Orang 
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap 
menghubungkan sifat seseorang dengan 
tugas yang diembannya. Dengan kata lain, 
sesuatu itu selalu dihubungkan dengan 
orangnya. 
Contoh: 
Peserta penataran boeh 
pulang sebelum waktunya 
karena para undangan yang 
mengahadiri acara 
pembukaan pun sudah 
pulang semua.
3. Meniru-niru yang Sudah 
Ada 
Salah nalar jenis ini adalah salah nalar 
yang berhubungan dengan anggapan 
bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan 
kalau atasan kita melakukan hal itu. 
Contoh: 
Peserta penataran boleh 
pulang sebelum waktu nya 
karna para undangan yang 
menghadiri acara 
pembukaan pun sudah 
pulang semua.
4. Penyamarataan Para Ahli 
Salah nalar ini disebapkan oleh anggapan 
orang tentang berbagai ilmu dengan 
pandangan yang sama. Hal ini akan 
mengakibatkan kekeliruan mengambil 
simpulan. Contoh: 
Perkembangan sistem 
pelayanan kita dapat 
dibahas secara panjang 
lebar oleh Amad Panu, 
seorang kayu yang terkenal 
itu.
47

More Related Content

What's hot

Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
Mentari Nita
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Rohman Efendi
 
Tugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indoTugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indo
Fuad Nasir
 
Jenis jenis menyimak
Jenis jenis menyimakJenis jenis menyimak
Jenis jenis menyimak
Imam Suwandi
 

What's hot (20)

Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Karya-Tulis-Ilmiah.ppt
Karya-Tulis-Ilmiah.pptKarya-Tulis-Ilmiah.ppt
Karya-Tulis-Ilmiah.ppt
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan Sumatif
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Tugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indoTugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indo
 
Jenis jenis menyimak
Jenis jenis menyimakJenis jenis menyimak
Jenis jenis menyimak
 
ppt Bahasa indonesia penulisan karya ilmiah
ppt Bahasa indonesia penulisan karya ilmiahppt Bahasa indonesia penulisan karya ilmiah
ppt Bahasa indonesia penulisan karya ilmiah
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 

Similar to Ppt penalaran

Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian)
Awang Ramadhani
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafat
Rz Rachman
 
9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan
busitisahara
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
Mentari Nita
 
Pertemuan 7 penalaran
Pertemuan 7 penalaranPertemuan 7 penalaran
Pertemuan 7 penalaran
Ainul Fikri
 
Pengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismePengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogisme
Desi Mustopa
 

Similar to Ppt penalaran (20)

Rangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa IndonesiaRangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
 
Ferry makalah bi
Ferry makalah biFerry makalah bi
Ferry makalah bi
 
FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
 
Macam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran DeduktifMacam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran Deduktif
 
PENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSIPENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSI
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
 
Merged_document.pptx
Merged_document.pptxMerged_document.pptx
Merged_document.pptx
 
Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian)
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafat
 
Ilmu dan penelitian ilmiah
Ilmu dan penelitian ilmiah Ilmu dan penelitian ilmiah
Ilmu dan penelitian ilmiah
 
Penalaran dan Logika.ppt
Penalaran dan Logika.pptPenalaran dan Logika.ppt
Penalaran dan Logika.ppt
 
Penalaran deduksi
Penalaran deduksiPenalaran deduksi
Penalaran deduksi
 
9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan
 
7 logika 1
7 logika 17 logika 1
7 logika 1
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Logika6
Logika6Logika6
Logika6
 
Penalaran Bahasa Indonesia
Penalaran Bahasa IndonesiaPenalaran Bahasa Indonesia
Penalaran Bahasa Indonesia
 
Pertemuan 7 penalaran
Pertemuan 7 penalaranPertemuan 7 penalaran
Pertemuan 7 penalaran
 
Alvian mitha s
Alvian mitha sAlvian mitha s
Alvian mitha s
 
Pengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismePengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogisme
 

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Ppt penalaran

  • 1. P E N A L A R A N BK Pembinaan Bahasa Nasional .
  • 2. 1. SUWANDI 2. SAUDIN 3. UKHTI KAMELLA 4. ERLIN WINARTI 5. KHUSNUL ROBIAH 6. RISKA RATNA SARI
  • 4. Pengertian Menurut Ahli  Menurut Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.  Menurut Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.  Menurut Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
  • 6. PENGERTIAN PROPOSISI  Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat.  Proposisi disebut sebagai “tempat kebenaran” bukan bahwa proposisi itu selalu benar, melainkan karena hubungan yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat benar dan dapat salah.
  • 7. Unsur - Unsur Proposisi  Term subyek : hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.  Term predikat : apa yang diakui atau diingkari tentang subyek  Kopula : penghubung (adalah, bukan/tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan itu.
  • 8. PENGERTIAN TERM Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah
  • 9. JENIS DAN BENTUK PROPOSISI Dari bentuknya proposisi terbagi menjadi : 1. Proposisi Tunggal 2. Proposisi Majemuk
  • 10. 1. Proposisi Tunggal yaitu proporsi yang hanya memiliki atau terdiri dari satu Subjek dan satu Predikat. Contoh : Mahasiswa harus menjaga kebersihan. 2. Proposisi majemuk yaitu proporsi yang terdiri dari satu Subjek dan terdapat lebih dari satu Predikat. Contoh: Semua kelas harus bersih dan nyaman.
  • 11. JENIS DAN BENTUK PROPOSISI Dari sifatnya proporsi terbagi menjadi : 1. Proporsi Kategorial 2. Proporsi Kondisional 3. Proporsi Kualitatif a. Proporsi Positif b. Proposisi Negatif 4. Proposisi Kuantitas a. Proposisi Universal b. Proposisi Khusus
  • 12. 1. Proposisi Kategorial yaitu proporsi dimana hubungan Subjek dan Predikat tanpa membutuhkan syarat apapun. Contoh : Semua Kelinci berkaki empat 2. Proposisi Kondisional yaitu proporsi dimana Subjek dan Predikat memerlukan syarat tertentu.dalam proporsi ini haruslah terdapat sebab dan akibat. Contoh : Jika tidak rajin membaca,maka saya akan menjadi bodoh.
  • 13. 4. Proposisi Kualitatif, terbagi menjadi : a. Proposisi Positif yaitu proposisi yang Subjek dan Predikatnya terdapat penyesuaian atau proposisi yang memiliki Predikat yang membetulkan Subjek. Contoh : Semua anak SMP adalah lulusan SD. b. Proposisi Negatif yaitu proposisi dimana Subjek dan Predikatnya tidak memiliki hubungan atau Predikatnya tidak membetulkan Subjek. Contoh: Semua tumbuhan bukanlah manusia.
  • 14. 4. Proposisi Kuantitas terdiri dari : a. Proposisi Universal yaitu proposisi yang Predikatnya membenarkan semua Subjek. Contoh : Semua mobil memiliki roda. b. Proposisi Khusus yaitu proposisi yang Predikatnya tidak membenarkan semua Subjek. Contoh : Tidak semua daun berwarna hijau.
  • 15. PENALARAN DEDUKTIF Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu kesimpulan baru yang bersifat lebih khusus.
  • 16. Penarikan kesimpulan secara deduktif 1. Menarik Simpulan secara Langsung 2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
  • 17. 1. Menarik Simpulan secara Langsung Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Misalnya: a. Semua S adalah P. (premis) Sebagian P adalah S. (simpulan) Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis) Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
  • 18. b. Tidak satu pun S adalah P. (premis) Tidak satu pun P adalah S. (simpulan) Contoh: Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis) Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan) c. Semua S adalah P. (premis) Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan) Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan) Contoh: Semua gajah adalah berbelalai. (premis) Tak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)
  • 19. 2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung  Penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.  Untuk itu, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar
  • 20.  Silogisme Kategorial  Silogisme Hipotesis  Silogisme Alterntif  Entimen Jenis Penalaran Deduksi dengan Penarikan secara Tidak Langsung
  • 21. 1. Silogisme Kategorial Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayordan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Contoh: Semua manusia bijaksana. Semua polisi adalah bijaksana. Jadi, semua polisi bijaksana.
  • 22. 2. Silogisme Hipotesis Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membernarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulan juga menolak konsekuen. Contoh: Jika besi dipanaskan, besi akan memuai. Besi dipanaskan. Jadi, besi memuai.
  • 23. 3. Silogisme Alternatif Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh: Dia adalah seorang kiai atau profesor. Dia seorang kiai. Jadi, dia bukan seorang profesor.
  • 24. 4. Entimen Silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Contoh: Semua sarjana adalah orang cerdas. Ali adalah seorang sarjana. Jadi, Ali adalah orang cerdas. Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
  • 25. PENALARAN INDUKTIF  Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi.
  • 26. BENTUK PENALARAN INDUKTIF 1. Generalisasi ialah proses penalaran yang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
  • 27. Hal untuk menentukan benar atau tidaknya generalisasi 1. Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh. 2. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar. 3. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
  • 28. Bentuk Generalisasi 1. Generalisasi sempurna Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki. Contoh : Perhitungan jumlah siswa disuatu sekolah.
  • 29. Bentuk Generalisasi 2. Generalisasi tidak sempurna Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkakn kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contoh: Hampir seluruh wanita dewasa gemar menggunakan sepatu hak tinggi (high-heeled).
  • 30. 2. Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh: Nina adalah lulusan akademi A. Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ali adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
  • 31. Tujuan penalaran secara analogi  Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu.  Analogi diakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.  Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
  • 32. Hubungan Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya:  Tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi.  Hujan turun dan jalan-jalan becek.  Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia
  • 33. Hubungan Antarmasalah yang Berkaitan dengan Hubungan Klausal 1. Sebab-Akibat Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Misalnya: Andaikata angin tiba-tiba bertiup. (A), dan hujan yang tiba-tiba turun. (B), ternyata tidak sebuah manggapun yang jatuh. (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak. (C).
  • 34. 2. Akibat-Sebab Akibat-Sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi kedokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
  • 35. 3. Akibat-akibat Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contoh : Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.
  • 36. SALAH NALAR  Merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
  • 37. Macam-Macam Salah Nalar 1. Deduksi yang salah 2. Generalisasi terlalu luas, dan 3. Pemilihan terbatas pada dua alternatif
  • 38. 1. Deduksi yang salah Salah nalar yang disebabkan oleh deduksi yang salah merupakan salah nalar yang amat sering dilakukan orang. Contoh : Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah disini karena dia miskin.
  • 39. 2. Generalisasi Terlalu Luas Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas. Contoh : Anak-anak tidak boleh memegang barang Anak-anak tidak boleh memegang barang orselen karena barang itu cepat pecah.
  • 40. Dua bentuk kesalahan generalisasi 1. Generalisasi Sepintas Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit. Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar. 2. Generalisasi Apriori Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Contoh: Semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi.
  • 41. 3. Pemilihan Terbatas pada Dua Alternatif Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”. Contoh : Engkau harus mengikuti kehendak ayah, atau engkau harus berangkat kerumah ini.
  • 42. Faktor Penyeba b salah Nalar 1. Analogi yang salah 2. Argumentasi bidik orang 3. Meniru-niru yang sudah ada, dan 4. Penyamarataan para ahli
  • 43. 1. Analogi yang Salah Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. Contoh: Sumini, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
  • 44. 2. Argumentasi Bidik Orang Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu dihubungkan dengan orangnya. Contoh: Peserta penataran boeh pulang sebelum waktunya karena para undangan yang mengahadiri acara pembukaan pun sudah pulang semua.
  • 45. 3. Meniru-niru yang Sudah Ada Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan kalau atasan kita melakukan hal itu. Contoh: Peserta penataran boleh pulang sebelum waktu nya karna para undangan yang menghadiri acara pembukaan pun sudah pulang semua.
  • 46. 4. Penyamarataan Para Ahli Salah nalar ini disebapkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan mengambil simpulan. Contoh: Perkembangan sistem pelayanan kita dapat dibahas secara panjang lebar oleh Amad Panu, seorang kayu yang terkenal itu.
  • 47. 47