SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
BAB – II
JENIS – JENIS TURBIN UAP
Turbin uap dikelompokkan kepada :
a. Turbin Aksi (tekanan roda) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan sama besarnya. Tekanan uap tersebut sama besarnya
kedua bentuk dari penampang sudu jalan tersebut setangkup (symentris).
b. Turbin Reaksi (tekanan lebih) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan tidak sama besarnya atau tekanan uap didepan sudu jalan
lebih besar dari pada dibelakang sudu jalan. Hal tersebut juga terjadi karena
pengaruh bentuk penampang sudu jalan yang tidak setangkup (asymentris)
1. Bentuk Sudu Jalan
a. Bentuk symentris (setangkup) ialah bila sudut jalan sisi masuk (< 1) sama
besar dengan sudut sudu jalan sisi keluar (< 2) bentuk sudu jalan ini dijumpai
pada turbin aksi.
b. Bentuk asymentris (tidak setangkup) ialah bila sudu jalan sisi masuk (< 1) tidak
sama besar dengan sudut jalan sisi keluar (<2) atau bentuk sudu jalan ini
dijumpai pada turbin Reaksi.
2. Karakteristik Turbin Aksi dan Reaksi
Dada
Sudu

2
1
Penampung
Sudu
< 1 = <
2
Gambar . 2
< 1 > <2
Dada Sudu

1
2
Punggung Sudu
< 1 = <2 atau
< 1 > <2
Gambar. 3
a. Turbin aksi (contohnya : de laval, curtis, zolley dan curtis-zolley)
- Saat uap mengalir dipancar tekanan uap berkurang sedangkan saat mengalir
di sudu jalan sama besarnya (tetap).
- Saat mengalir di pipa pancar kecepatannya uap bertambah, saat mengalir di
sudu jalan berkurang.
- Bentuk sudu symentris (setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi yang bekerja pada sudu
jalan yang melengkung.
b. Turbin reaksi (contohnya : Person dan Curtis-Person)
- Saat mengalir di sudu antar tekanan uap berkurang dan di sudu jalan juga
berkurang.
- Saat mengalir di sudu antar kecepatan uap bertambah dan di sudu jalan
berkurang.
- Bentuk sudu jalan adalah asymentris (tidak setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi dan gaya reaksi yang
bekerja pada sudu jalan yang melengkung.
3. Bagian-bagian utama Turbin Uap adalah : Pipa pancar sudu jalan rotor dan
sudu balik.
a. Pipa Pancar :
1. Fungsinya : - Pengubah aliran uap masuk ke sudu jalan supaya
supply uap betul-betul efektif.
- Perobah tenaga panas menjadi tenaga kecepatan uap (rumus
zeuner).
2. Bentuknya : - Bentuk Lurus
- Bentuk cembung
(sonvergency)
- Bentuk cekung
(disverygency)
- Bentuk cembung-cekung
(convergency – disverygency)
3. Rumus Kontiniutas
Uap
masuk
Uap
keluar
Gambar. 4 Bentuk-bentuk Pipa Pancar
Dimana : Gu = pemakaian uap dalam kg/detik
 = volume jenis uap dalam m3
/kg
A = penampang pipa pancar dalam m2
c = kecepatan uap yang mengalir dalam m/detik
D = diameter pipa pancar dalam m
H1 = Entalpi uap keluar pipa pancar dalam kcal/kg atau kj/kg
H2 = Entalpi uap keluar pipapancar dalam kcal/kg atau kj/kg
Penampang pipa pancar
Rumus kontiniutas tersebut berlaku pada pipa pancar dipenampang sisi masuk,
penampang sisi keluar dan penampang kritis (ditengah-tengah)
-
Penampang sisi masuk, Gu1 . 1 = 0,785 D1
2
. C1
-
Penampang sisi keluar, Gu1 . 1 = 0,785 D1
2
. C1 dimana
C2 = C1 + 44,7 H1 – H2
-
Penampang tengah Gu3 . 3 = 0,785 D3
2
. C3 dimana
C3 = C1 + 44,7 H1 – H2
2
4. Rumus Zeuner (menggunakan Satuan International)
Energi kinetis = Gu C1
2
…….. (kgm) …. 1
2g
Energi kinetis = Gu. Ho .. (kj) = Gu.Ho …(kcal) = Gu.Ho.427…(kgm) 2
4,187 4,187
Jadi 1 dan 2 maka :
Dimana : C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)
Ho = Jatuh kalor theoritis (kj/kg uap)
b. Sudu Jalan
Gu.  =
A.c
A = 0.785 D2
Gu . C12
= Gu.Ho.427
2g 4,187
4,187. C1
2
= 2g. Ho. 427
4,187. C1
2
= 2.9,81. Ho. 427
C1
2
= 2.9,81. Ho. 427
4,187
C1 = 2.9,81.427.Ho
4,187
2000,8932 Ho
C1 = 44,7 VHo
- Sudu jalan adalah bagian-bagian utama turbin yang bergerak, sudu jalan
berhubungan dengan Roda jalan untuk memutar poros turbin.
- Fungsi sudu jalan untuk menampung uap menggerakkan Roda jalan.
- Bentuk sudu jalan dikelompakkan kepada sudu symentris pada turbin aksi dan
sudu asymentris pada turbin reaksi.
- Bagian-bagian sudu jalan adalah dada sudu punggung sudu, lebar sudu dan
jarak antar sudu (tusuk).
Skets sederhana dari sudu jalan symentris pada turbin aksi Punggung sudu
1. Kecepata-kecepatan Uap dan segi tiga kecepatan
Pada saat sudu jalan berputar, sekali gas secara serentak terdapat 3 (tiga)
kecepatan yang terjadi disekitar sudu jalan tersebut aitu :
- Kecepatan mutlak ialah kecepatan uap terhadap bidang diam (uap mengalir
didalam pipa pancar)
- Kecepatan Relay ialah kecepatan uap terhadap bidang ang bergerak (uap
memutar sudu jalan)
- Kecepatan keliling ialah kecepatan berputarnya sudu jalan selanjutnya ke 3
(tiga) kecepatan tersebut membentuk segi
Tiga kecepatan, dimana terdapat 2 (dua) segi tiga yang terjadi yaitu pada sisi
masuk dan sisi keluar dari sudu jalan. Sedangkan sudut pancaran uap (sudut uap)
adalah sudut yang dibentuk kecepatan mutar C1 dengan kecepatan keliling U.
Sudut sudu jalan  adalah sudut yang dibentuk kecepatan relatif w1 dangan
kecepatan keliling U.
Segi kecepatan tersebut seperti skets dibawah ini

2

1
A

1
2
BA
Gambar. 5
1 = Sudut sudu Jalan
sisi masuk.
2 = Sudut sudu jalan
sisi keluar.
Symetris : 1 = 2
C1
U
U

1
Punggung
sudu
W1
Sisi masuk :
W1 = kecepatan masuk relatif sisi masuk menyinggung pungung sudu.
U = kecepatan keliling sisi masuk tegak lurus penampang sudu.
C1 = kecepatan mutlak sisi masuk.
= sudut pemanas uap dibentuk antara kecepatan mutlak C1 dengan U.
1 = sudut sudu jalan sisi masuk dibentuk antara kecepatan relatif W1 dengan U.
arah panah : - C1 dan U saling anak panah bertemu atau saling tutup menutup).
- arah panah W1 kearah U.
Sisi keluar :
W2 = kecepatan relatif sisi keluar menyinggung punnggung sudu
U = kecepatan keliling sisi keluar tagak lurus penampang sudu
C2 = kecepatan mutlak sisi keluar
Dalam menyelesaikan soal-soal turbin, segi 3 kecepatan sisi masuk dan sisi keluar
digabung dalam satu segi 3 saja.
2) Segi tiga kecepatan kerja biasa
Segi 3 kecepatan sisi keluar
Sisi Keluar
Bila turbin biasa, maka segi
tiga kecepatannya adalah
segitiga tumpul dimana
besar sisi-sisi segi tiga dapat
dihitung dengan cara analisi
(dihitung)
C1 = 44,7 Ho u =  D

W1
2
= C1
2
+ 42
– 2 uc1 cos
(rumus cosinus)
C2
2
= C1
2
+(2u)2
– 2.2u C1
Cos (rumus cosinus)
Arah panah : C1 dan U arah panahnya saling bertemu (tutup menutup)
W1 dan W2 arah panahnya kearah U
C2 dan U arah panahnya salingbertemu
Sisi Masuk
W1=W2
2
Atau sisi-sisi segi itga kecepatan didapat dari cara grafis (dengan skala) artinya
besar kecepatan-kecepatan tersebut digambar dengan skala kecepatan yang
ditentukan sendiri.
3) Rendemen aliran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan cara grafis
Rendemen aliran adalah perbandingan usaha yang berguna disudu jalan
terhadap usaha yang diberikan, dapat ditulis :
s = A1 – A2 dimana A1 = usaha yang diberikan
A1 A2 = usaha yang terbuang
A1 – A2 = usaha yang berguna
s = ½ mC1
2
– ½ mC2
2
dimana m = masa uap yang mengalir
½ m C1
2
s = ½ m (C1
2
– C2
2
) atau
½ m C1
2
dimana : s = Rendemen aliran dalam %
C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)
C2 = Kecepatan mutlak keluar sudu jalan (m/detik)
Dimana : Hu= Panas terbang keluar turbin (kj/kguap)
X = jumlah tingkat
4) Rendemen aliaran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan secara analitis.
Dari s = C1
2
– C2
2
C22
= C1
2
+(2u)2
– 2.2u C1 Cos (rumus cosinus)
C22
= C1
2
+ 4u – 4 uC1 Cos
s = C1
2
– (C1
2
+ 4u2
– 4 uC1 Cos )
C1
2
s = C1
2
– C1
2
+ 4u2
– 4 uC1 Cos = 4u2
– 4 uC1 Cos
C1
2
C1
2
s = 4u C1 Cos – 4u2
s = C1
2
– C2
2
C1
2
s = Ho – Hu
Ho
Hu = C2 2
X
44,7
C2
C1
W1=W2
2
Bentuk segi 3 kecepatan
turbin kerja biasa adalah segi
3 tumpul, sehingga untuk
mencari kecapatan W1=W2
dan C2 kita hanya
menggunakan rumus Cosinus
(cara analitis).
Sama-sama pembilang dan
penyebutnya dibagi C1
2
C1
2
s = 4u C1 Cos – 4u2
C1
2
C1
2
s = C1
2
C1
2
5) Rendemen aliran turbin aksi kerja sebaik-baiknya (kerja maximal)
Atau dari s = 4 u cos - 4 u 2
cara analisis
C1 C1
Dimana 2 u = cos atau U = ½ cos
C1 C1
s = 4 (½ cos ) cos - 4(½ cos )2
s = 4. ½ cos . cos - 4. ¼ cos2
= 2 cos2
- cos2
6) Grafik (kurva) Rendemen Aliran turbin Aksi
Dari s = 4 u cos - 4 u 2
, bila u ditetapkan antara o hinga 1 dan
C1 C1 C1
Tetap, maka s akan berubah-ubah
Contoh (lihat tabel dibawah ini)
u
C1
s (%) Keterangan
s = 4 u 2
cos - 4 u 2
C1 C1
s = Rendemen aliran cara
analisis(%)
U = kecepatan keliling sudu
(m/det)
C1 = kecepatan mutlak masuk
(m/det)
U
U
C1

1
C2
Dari s = C1
2
– C1
2
cara grafis
C1
s = (2 u)2
2u = cos
C1
2
C1
smax = cos2
smax = cos2
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,47
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0,94
0
33,6
59,2
76,8
86,4
88,4
8,8
81,6
67,2
44,8
14,4
0
Sudut pipa pancar = 200
- Rendemen maximum
- Bentuk kurva adalah parabola
7) Diagram H – S (Entalpy – Entropy)
s = 4 u cos - 4 u 2
C1 C1
u
C1
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,2 0,4 0,6 0,8
0,47
88,4
Gambar. 7
- Bila air dipanaskan dari semula dengan suhu misalnya 300
C hingga 1000
C,
maka pada suhu 1000
C, maka pada suhu 1000
C tersebut air berobah bentuk
menjdai uap bash, dimana uapnya sendiri masih mengandung butir-butir air
panasnya.
- Selanjutnya dinaikkan lagi hingga 1000
C tanpa adanya kenaikkan lagi hingga
1000
C tanpa adanya kenaikkan suhu, panas yang terbentuk disebut panas
penguapan latent (adanya penambahan panas tanpa kenaikan suhu).
- Pada kondisi 1000
C terakhit tersebut uapnya berobah bentuk menjadi uap
jenuh, dimana uapnya sama sekali tanpa megandung air (kadar air = 0%
sedang kadar uap = 100%).
- Dari shu 1000
C kedua, uap dipanaskan lagi hingga 5000
C, uap terakhir ini
berobah bentuk menjadi uap panas lanjut (uap kering). Perobahan bentuk
suatu zat disebut AGREGASI Air berobah bentuk dari semula air uap
panas lanjut.
- Untuk lebih jelasnya keadaan Agregasi tersebut ditangkan dalam diagregasi.
Diagram AGREGASI seperti dibawah ini :
Kejadian Agregasi tersebut dituangkan dlam diagram H – S (entalpy – Entrapi),
diagram itu menyajikan besarnya entalpi uap pada tahunan dan suhu tertetu.
Sebagai sumbu horizontal (absis) ditetapkan entalpy, sedang sumbu vertical (ordinat)
ditetapkan entalpi uap.
Q1 Q2 Q3
Zat Cair
Suhu
5000
C
Uap panas lanjut
Uap jenuh
1000
C Uap Basah
300
C Panas
Ho = H1 – H2
Ho = 3332 – 2612
Ho = 720 kj/kg
Isobar
H
t = 4000
C isotherm
P2 = 1
bar
Isentropis
E
Daerah
AHo = H1 – H2
Atau kj/kg
32 kj/kg = H1
H2 = 2612 kj/kg
Dalam H – S diagram dicantumkan garis-garis yaitu :
a. Garis isobar melengkung keatas, adalah garis-garis yang menghubungkan
titik-titik yang tekanannya sama.
b. Garis isothram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik suhunya sama.
c. Garis isopyscram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubugkan titik-titk yang kadar uapnya sama.
d. Garis isentelpis sejajar sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entalpinya sama.
e. Garis isentropis tegak lurus sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entropynya sama.
Cara menggunakan H - S diagram
a. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan isotherm t = 4000
C dititik A, tarik
melalaui A garis tegak lurus sumbu entalpi, menentukan H1 = 3332 kj/kg uap (H1
= entalpi uap panas lanjut).
b. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar uap x = 100% dititk B, tarik garis
melalui B tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi jenuh = Huj = 2803
kj/kg uap.
(kj/kg0
C
2805 kj/kg = hub
2803 kj/kg = hub
2441 kj/kg = hub
Gambar. 9
c. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar x = 90 % dititik c, tarik garis
melalui c tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi uap basah = 2803 kj/kg
uap.
d. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan x = 80 % dititik D, tarik garis melalui D
tegak lurus sumbu entalpi, menetukan entalpi uap basah = 2441 kj / kg uap.
e. Untuk menetukan jatuh kalor theritis Ho, maka Ho = H1 – H2 dimana H1 = 3332
kj/kg uap dan H2 didapat dari garis isentropis melalui titik A dan garis ini
memotong isobar p = 1 bar dititik E, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu
entalpi, H2 = 2612 kj/kg uap, sehingga Ho = H1 – H2 = 3332 – 2612 = 720 kj/kg
uap.
Entalpi dapat juga dicari di TABEL UAP, namun garis isentropis tidak tercantum
dalam tabel uap tersebut, sehinggsa H2 pada butir e diatas tidak dapat dicari di
tabel uap.
8) Melukis profile sudu jalan symentris *setangkup) turbin Aksi
Untuk melukis propile sudu jalan baik ½ pasang maupun 1 pasang atau 2 buah
sudujalan harus diketahui
- Sudut sudu jalan sisi masuk 1 = 2
- Lebar sudu b
- Lebar sudu t
Dan harus diingat bahwa kecepatan relatif sisi masuk W1 menyinggung
penggung sudu, begitu juga kecepatan relatif sisi keluar w2 menyinggung
punggung sudu.
Garis melukis
2
1
BA
Punggung Sudu
Dada Sudu
D
FE
W1
W2
- Lebar sudu b ditentukan sembarang
- Bagi dua lebar sudu b
- Melalui titik A lukis sudut sudujalan sisi masuk 1
- Melalui titik B lukis sudut sudu jalan sisi keluar 2
- Tarik garis AC W1 dan tarik garis W2 (garis AC dan BC berpotongan di titik C)
dan W1 dan W2 berpotongan di G.
- Tempatkan titik jangka dititik C, buat lengkung dada sudu dengan jari-jari AC = BC =
R
- Dengan demikian lengkung dada sudu terlukis
- Tentukan tusuk = t = CD
- Tarik garis DELW, dan tarik garis DF W1 dan tarik garis DF W2
- Tempatkan titik jangka di titik D, buat garis lengkung punggung sudu dengan jari-jari
DE = DF = r
- Dengan demikian lengkung punggung sudu terlukis
- Prefile sudu jelas terlukis sebanyak ½ pasang = 1 buah
- Dengan cara yang samaprofile sudu jelas lukis lagi diatasnya sebanyak ½ sepasang
= buah lagi sehingga jumlah sudu jelas = 1 pasang atau 2 buah sudu jelas.
9. Evaluasi hasil pembelajaran :
Gambar. 10 lukisan sudu jalan
1. Sebutkan fungsi sudu jalan dan bentuk sudu jalan
2. Sebutkan dan lukis sudu jalan serta sebutkan bagian-bagiannya
3. Ada berapa kecepatan uap disekitar uap sudu jalan yang sedang berputar,
jelaskan secara rinci.
4. Gambarkan skets sederhana sebuah sudu jelas yang tempatkan segi tiga
kecepatan sisi masuk dan sisi keluar
5. Gambarkan segi tiga kecepatan turbin kerja biasa dan kerja sebaik-baiknya dan
berapa rendemen aliran-alirannya
6. Tuliskan rumus rendemen aliran dipandang dari kecepatan uap dan dipandang
dari jatuh kalor, jelaskan rumus-rumus tersebut
7. Gambarkan grafik (kurva) rendemen aliran turbin aksi (data tentukan sendiri)
8. Lukis profile 1 pasang sudu jalan (data tentukan sendiri)
BAB – II
JENIS – JENIS TURBIN UAP
Turbin uap dikelompokkan kepada :
c. Turbin Aksi (tekanan roda) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan sama besarnya. Tekanan uap tersebut sama besarnya
kedua bentuk dari penampang sudu jalan tersebut setangkup (symentris).
d. Turbin Reaksi (tekanan lebih) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan tidak sama besarnya atau tekanan uap didepan sudu jalan
lebih besar dari pada dibelakang sudu jalan. Hal tersebut juga terjadi karena
pengaruh bentuk penampang sudu jalan yang tidak setangkup (asymentris)
2. Bentuk Sudu Jalan
c. Bentuk symentris (setangkup) ialah bila sudut jalan sisi masuk (< 1) sama
besar dengan sudut sudu jalan sisi keluar (< 2) bentuk sudu jalan ini dijumpai
pada turbin aksi.
Dada
Sudu

2
1
Penampung
Sudu
< 1 = <
2
d. Bentuk asymentris (tidak setangkup) ialah bila sudu jalan sisi masuk (< 1) tidak
sama besar dengan sudut jalan sisi keluar (<2) atau bentuk sudu jalan ini
dijumpai pada turbin Reaksi.
4. Karakteristik Turbin Aksi dan Reaksi
c. Turbin aksi (contohnya : de laval, curtis, zolley dan curtis-zolley)
- Saat uap mengalir dipancar tekanan uap berkurang sedangkan saat mengalir
di sudu jalan sama besarnya (tetap).
- Saat mengalir di pipa pancar kecepatannya uap bertambah, saat mengalir di
sudu jalan berkurang.
- Bentuk sudu symentris (setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi yang bekerja pada sudu
jalan yang melengkung.
d. Turbin reaksi (contohnya : Person dan Curtis-Person)
- Saat mengalir di sudu antar tekanan uap berkurang dan di sudu jalan juga
berkurang.
- Saat mengalir di sudu antar kecepatan uap bertambah dan di sudu jalan
berkurang.
- Bentuk sudu jalan adalah asymentris (tidak setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi dan gaya reaksi yang
bekerja pada sudu jalan yang melengkung.
5. Bagian-bagian utama Turbin Uap adalah : Pipa pancar sudu jalan rotor dan
sudu balik.
b. Pipa Pancar :
5. Fungsinya : - Pengubah aliran uap masuk ke sudu jalan supaya
supply uap betul-betul efektif.
Gambar . 2
< 1 > <2
Dada Sudu

1
2
Punggung Sudu
< 1 = <2 atau
< 1 > <2
Gambar. 3
- Perobah tenaga panas menjadi tenaga kecepatan uap (rumus
zeuner).
6. Bentuknya : - Bentuk Lurus
- Bentuk cembung
(sonvergency)
- Bentuk cekung
(disverygency)
- Bentuk cembung-cekung
(convergency – disverygency)
7. Rumus Kontiniutas
Dimana : Gu = pemakaian uap dalam kg/detik
 = volume jenis uap dalam m3
/kg
A = penampang pipa pancar dalam m2
c = kecepatan uap yang mengalir dalam m/detik
D = diameter pipa pancar dalam m
H1 = Entalpi uap keluar pipa pancar dalam kcal/kg atau kj/kg
H2 = Entalpi uap keluar pipapancar dalam kcal/kg atau kj/kg
Penampang pipa pancar
Rumus kontiniutas tersebut berlaku pada pipa pancar dipenampang sisi masuk,
penampang sisi keluar dan penampang kritis (ditengah-tengah)
-
Penampang sisi masuk, Gu1 . 1 = 0,785 D1
2
. C1
-
Penampang sisi keluar, Gu1 . 1 = 0,785 D1
2
. C1 dimana
C2 = C1 + 44,7 H1 – H2
-
Penampang tengah Gu3 . 3 = 0,785 D3
2
. C3 dimana
C3 = C1 + 44,7 H1 – H2
2
8. Rumus Zeuner (menggunakan Satuan International)
Energi kinetis = Gu C1
2
…….. (kgm) …. 1
2g
Energi kinetis = Gu. Ho .. (kj) = Gu.Ho …(kcal) = Gu.Ho.427…(kgm) 2
4,187 4,187
Uap
masuk
Uap
keluar
Gambar. 4 Bentuk-bentuk Pipa Pancar
Gu.  =
A.c
A = 0.785 D2
Jadi 1 dan 2 maka :
Dimana : C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)
Ho = Jatuh kalor theoritis (kj/kg uap)
c. Sudu Jalan
- Sudu jalan adalah bagian-bagian utama turbin yang bergerak, sudu jalan
berhubungan dengan Roda jalan untuk memutar poros turbin.
- Fungsi sudu jalan untuk menampung uap menggerakkan Roda jalan.
- Bentuk sudu jalan dikelompakkan kepada sudu symentris pada turbin aksi dan
sudu asymentris pada turbin reaksi.
- Bagian-bagian sudu jalan adalah dada sudu punggung sudu, lebar sudu dan
jarak antar sudu (tusuk).
Skets sederhana dari sudu jalan symentris pada turbin aksi Punggung sudu
Gu . C12
= Gu.Ho.427
2g 4,187
4,187. C1
2
= 2g. Ho. 427
4,187. C1
2
= 2.9,81. Ho. 427
C1
2
= 2.9,81. Ho. 427
4,187
C1 = 2.9,81.427.Ho
4,187
2000,8932 Ho
C1 = 44,7 VHo

2

1
A

1
2
BA
Gambar. 5
1 = Sudut sudu Jalan
sisi masuk.
2 = Sudut sudu jalan
sisi keluar.
Symetris : 1 = 2
2. Kecepata-kecepatan Uap dan segi tiga kecepatan
Pada saat sudu jalan berputar, sekali gas secara serentak terdapat 3 (tiga)
kecepatan yang terjadi disekitar sudu jalan tersebut aitu :
- Kecepatan mutlak ialah kecepatan uap terhadap bidang diam (uap mengalir
didalam pipa pancar)
- Kecepatan Relay ialah kecepatan uap terhadap bidang ang bergerak (uap
memutar sudu jalan)
- Kecepatan keliling ialah kecepatan berputarnya sudu jalan selanjutnya ke 3
(tiga) kecepatan tersebut membentuk segi
Tiga kecepatan, dimana terdapat 2 (dua) segi tiga yang terjadi yaitu pada sisi
masuk dan sisi keluar dari sudu jalan. Sedangkan sudut pancaran uap (sudut uap)
adalah sudut yang dibentuk kecepatan mutar C1 dengan kecepatan keliling U.
Sudut sudu jalan  adalah sudut yang dibentuk kecepatan relatif w1 dangan
kecepatan keliling U.
Segi kecepatan tersebut seperti skets dibawah ini
Sisi masuk :
W1 = kecepatan masuk relatif sisi masuk menyinggung pungung sudu.
U = kecepatan keliling sisi masuk tegak lurus penampang sudu.
C1 = kecepatan mutlak sisi masuk.
= sudut pemanas uap dibentuk antara kecepatan mutlak C1 dengan U.
1 = sudut sudu jalan sisi masuk dibentuk antara kecepatan relatif W1 dengan U.
arah panah : - C1 dan U saling anak panah bertemu atau saling tutup menutup).
- arah panah W1 kearah U.
Sisi keluar :
W2 = kecepatan relatif sisi keluar menyinggung punnggung sudu
U = kecepatan keliling sisi keluar tagak lurus penampang sudu
C2 = kecepatan mutlak sisi keluar
C1
Segi 3 kecepatan sisi keluar
U
U

1

1
W2
U
C2
Punggung
sudu
W1
U
Dada sudu
Dalam menyelesaikan soal-soal turbin, segi 3 kecepatan sisi masuk dan sisi keluar
digabung dalam satu segi 3 saja.
9) Segi tiga kecepatan kerja biasa
Atau sisi-sisi segi itga kecepatan didapat dari cara grafis (dengan skala) artinya
besar kecepatan-kecepatan tersebut digambar dengan skala kecepatan yang
ditentukan sendiri.
10) Rendemen aliran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan cara grafis
Rendemen aliran adalah perbandingan usaha yang berguna disudu jalan
terhadap usaha yang diberikan, dapat ditulis :
s = A1 – A2 dimana A1 = usaha yang diberikan
A1 A2 = usaha yang terbuang
A1 – A2 = usaha yang berguna
s = ½ mC1
2
– ½ mC2
2
dimana m = masa uap yang mengalir
½ m C1
2
s = ½ m (C1
2
– C2
2
) atau
½ m C1
2
dimana : s = Rendemen aliran dalam %
C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)
C2 = Kecepatan mutlak keluar sudu jalan (m/detik)
Sisi Keluar
Bila turbin biasa, maka segi
tiga kecepatannya adalah
segitiga tumpul dimana
besar sisi-sisi segi tiga dapat
dihitung dengan cara analisi
(dihitung)
C1 = 44,7 Ho u =  D

W1
2
= C1
2
+ 42
– 2 uc1 cos
(rumus cosinus)
C2
2
= C1
2
+(2u)2
– 2.2u C1
Cos (rumus cosinus)
Arah panah : C1 dan U arah panahnya saling bertemu (tutup menutup)
W1 dan W2 arah panahnya kearah U
C2 dan U arah panahnya salingbertemu
s = C1
2
– C2
2
C1
2
s = Ho – Hu
Ho
Hu = C2 2
X
44,7
Sisi Masuk
W1=W2
2
Dimana : Hu= Panas terbang keluar turbin (kj/kguap)
X = jumlah tingkat
11) Rendemen aliaran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan secara analitis.
Dari s = C1
2
– C2
2
C22
= C1
2
+(2u)2
– 2.2u C1 Cos (rumus cosinus)
C22
= C1
2
+ 4u – 4 uC1 Cos
s = C1
2
– (C1
2
+ 4u2
– 4 uC1 Cos )
C1
2
s = C1
2
– C1
2
+ 4u2
– 4 uC1 Cos = 4u2
– 4 uC1 Cos
C1
2
C1
2
s = 4u C1 Cos – 4u2
C1
2
s = 4u C1 Cos – 4u2
C1
2
C1
2
s = C1
2
C1
2
12) Rendemen aliran turbin aksi kerja sebaik-baiknya (kerja maximal)
Atau dari s = 4 u cos - 4 u 2
cara analisis
C2
C1
W1=W2
2
Bentuk segi 3 kecepatan
turbin kerja biasa adalah segi
3 tumpul, sehingga untuk
mencari kecapatan W1=W2
dan C2 kita hanya
menggunakan rumus Cosinus
(cara analitis).
Sama-sama pembilang dan
penyebutnya dibagi C1
2
s = 4 u 2
cos - 4 u 2
C1 C1
s = Rendemen aliran cara
analisis(%)
U = kecepatan keliling sudu
(m/det)
C1 = kecepatan mutlak masuk
(m/det)
U
U
C1

1
C2
Dari s = C1
2
– C1
2
cara grafis
C1
s = (2 u)2
2u = cos
C1
2
C1
smax = cos2
C1 C1
Dimana 2 u = cos atau U = ½ cos
C1 C1
s = 4 (½ cos ) cos - 4(½ cos )2
s = 4. ½ cos . cos - 4. ¼ cos2
= 2 cos2
- cos2
13) Grafik (kurva) Rendemen Aliran turbin Aksi
Dari s = 4 u cos - 4 u 2
, bila u ditetapkan antara o hinga 1 dan
C1 C1 C1
Tetap, maka s akan berubah-ubah
Contoh (lihat tabel dibawah ini)
u
C1
s (%) Keterangan
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,47
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0,94
0
33,6
59,2
76,8
86,4
88,4
8,8
81,6
67,2
44,8
14,4
0
Sudut pipa pancar = 200
- Rendemen maximum
- Bentuk kurva adalah parabola
smax = cos2
60
70
80
90
100
88,4
14) Diagram H – S (Entalpy – Entropy)
- Bila air dipanaskan dari semula dengan suhu misalnya 300
C hingga 1000
C,
maka pada suhu 1000
C, maka pada suhu 1000
C tersebut air berobah bentuk
menjdai uap bash, dimana uapnya sendiri masih mengandung butir-butir air
panasnya.
- Selanjutnya dinaikkan lagi hingga 1000
C tanpa adanya kenaikkan lagi hingga
1000
C tanpa adanya kenaikkan suhu, panas yang terbentuk disebut panas
penguapan latent (adanya penambahan panas tanpa kenaikan suhu).
- Pada kondisi 1000
C terakhit tersebut uapnya berobah bentuk menjadi uap
jenuh, dimana uapnya sama sekali tanpa megandung air (kadar air = 0%
sedang kadar uap = 100%).
- Dari shu 1000
C kedua, uap dipanaskan lagi hingga 5000
C, uap terakhir ini
berobah bentuk menjadi uap panas lanjut (uap kering). Perobahan bentuk
suatu zat disebut AGREGASI Air berobah bentuk dari semula air uap
panas lanjut.
- Untuk lebih jelasnya keadaan Agregasi tersebut ditangkan dalam diagregasi.
Diagram AGREGASI seperti dibawah ini :
s = 4 u cos - 4 u 2
C1 C1
u
C1
10
Suhu
5000
C
Uap panas lanjut
Uap jenuh
1000
C Uap Basah
Kejadian Agregasi tersebut dituangkan dlam diagram H – S (entalpy – Entrapi),
diagram itu menyajikan besarnya entalpi uap pada tahunan dan suhu tertetu.
Sebagai sumbu horizontal (absis) ditetapkan entalpy, sedang sumbu vertical (ordinat)
ditetapkan entalpi uap.
Dalam H – S diagram dicantumkan garis-garis yaitu :
Q1 Q2 Q3
Zat Cair
Ho = H1 – H2
Ho = 3332 – 2612
Ho = 720 kj/kg
Isobar
H
t = 4000
C isotherm
P2 = 1
bar
Isentropis
E
Daerah
kering
Daerah jenuh
Isentropis
Daerah
Basah
(Cair)
1,31 1,39
1,48
D
C
B
AHo = H1 – H2
1,65
S
(kj/kg0
C
X = 80%
X = 90
%
X = 100 %
Atau kj/kg
32 kj/kg = H1
H2 = 2612 kj/kg
2805 kj/kg = hub
2803 kj/kg = hub
2441 kj/kg = hub
Gambar. 9
f. Garis isobar melengkung keatas, adalah garis-garis yang menghubungkan
titik-titik yang tekanannya sama.
g. Garis isothram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik suhunya sama.
h. Garis isopyscram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubugkan titik-titk yang kadar uapnya sama.
i. Garis isentelpis sejajar sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entalpinya sama.
j. Garis isentropis tegak lurus sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entropynya sama.
Cara menggunakan H - S diagram
f. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan isotherm t = 4000
C dititik A, tarik
melalaui A garis tegak lurus sumbu entalpi, menentukan H1 = 3332 kj/kg uap (H1
= entalpi uap panas lanjut).
g. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar uap x = 100% dititk B, tarik garis
melalui B tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi jenuh = Huj = 2803
kj/kg uap.
h. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar x = 90 % dititik c, tarik garis
melalui c tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi uap basah = 2803 kj/kg
uap.
i. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan x = 80 % dititik D, tarik garis melalui D
tegak lurus sumbu entalpi, menetukan entalpi uap basah = 2441 kj / kg uap.
j. Untuk menetukan jatuh kalor theritis Ho, maka Ho = H1 – H2 dimana H1 = 3332
kj/kg uap dan H2 didapat dari garis isentropis melalui titik A dan garis ini
memotong isobar p = 1 bar dititik E, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu
entalpi, H2 = 2612 kj/kg uap, sehingga Ho = H1 – H2 = 3332 – 2612 = 720 kj/kg
uap.
Entalpi dapat juga dicari di TABEL UAP, namun garis isentropis tidak tercantum
dalam tabel uap tersebut, sehinggsa H2 pada butir e diatas tidak dapat dicari di
tabel uap.
15) Melukis profile sudu jalan symentris *setangkup) turbin Aksi
Untuk melukis propile sudu jalan baik ½ pasang maupun 1 pasang atau 2 buah
sudujalan harus diketahui
- Sudut sudu jalan sisi masuk 1 = 2
- Lebar sudu b
- Lebar sudu t
Dan harus diingat bahwa kecepatan relatif sisi masuk W1 menyinggung
penggung sudu, begitu juga kecepatan relatif sisi keluar w2 menyinggung
punggung sudu.
Garis melukis
2
1
A
1
2
BA
Gambar. 10 lukisan sudu jalan
Punggung Sudu
Dada Sudu
D
FE
B
W1
W2
Lebar Sudu = b
CW1
W2
- Lebar sudu b ditentukan sembarang
- Bagi dua lebar sudu b
- Melalui titik A lukis sudut sudujalan sisi masuk 1
- Melalui titik B lukis sudut sudu jalan sisi keluar 2
- Tarik garis AC W1 dan tarik garis W2 (garis AC dan BC berpotongan di titik C)
dan W1 dan W2 berpotongan di G.
- Tempatkan titik jangka dititik C, buat lengkung dada sudu dengan jari-jari AC = BC =
R
- Dengan demikian lengkung dada sudu terlukis
- Tentukan tusuk = t = CD
- Tarik garis DELW, dan tarik garis DF W1 dan tarik garis DF W2
- Tempatkan titik jangka di titik D, buat garis lengkung punggung sudu dengan jari-jari
DE = DF = r
- Dengan demikian lengkung punggung sudu terlukis
- Prefile sudu jelas terlukis sebanyak ½ pasang = 1 buah
- Dengan cara yang samaprofile sudu jelas lukis lagi diatasnya sebanyak ½ sepasang
= buah lagi sehingga jumlah sudu jelas = 1 pasang atau 2 buah sudu jelas.
9. Tugas Mandiri :
1. Sebutkan fungsi sudu jalan dan bentuk sudu jalan
2. Sebutkan dan lukis sudu jalan serta sebutkan bagian-bagiannya
3. Ada berapa kecepatan uap disekitar uap sudu jalan yang sedang berputar,
jelaskan secara rinci.
4. Gambarkan skets sederhana sebuah sudu jelas yang tempatkan segi tiga
kecepatan sisi masuk dan sisi keluar
5. Gambarkan segi tiga kecepatan turbin kerja biasa dan kerja sebaik-baiknya dan
berapa rendemen aliran-alirannya
6. Tuliskan rumus rendemen aliran dipandang dari kecepatan uap dan dipandang
dari jatuh kalor, jelaskan rumus-rumus tersebut
7. Gambarkan grafik (kurva) rendemen aliran turbin aksi (data tentukan sendiri)
8. Lukis profile 1 pasang sudu jalan (data tentukan sendiri)

More Related Content

What's hot

Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4Irwan Prayoga
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin airKhairul Fadli
 
Motor diesel Presentation
Motor diesel PresentationMotor diesel Presentation
Motor diesel PresentationDimas Setyawan
 
Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)Dwi Ratna
 
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Ali Hasimi Pane
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotDanny Danny
 
Siklus daya gas
Siklus daya gasSiklus daya gas
Siklus daya gasRock Sandy
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugalIffa M.Nisa
 
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanJenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanAdy Purnomo
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKKiki Amelia
 
Pompa aksial (axial pump) 1
Pompa aksial (axial pump) 1Pompa aksial (axial pump) 1
Pompa aksial (axial pump) 1Mukhammad Fariz
 

What's hot (20)

Pertemuan 2 boiler.ok
Pertemuan 2  boiler.okPertemuan 2  boiler.ok
Pertemuan 2 boiler.ok
 
Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin air
 
Motor diesel Presentation
Motor diesel PresentationMotor diesel Presentation
Motor diesel Presentation
 
Turbin uap
Turbin uapTurbin uap
Turbin uap
 
Dasar2 termo
Dasar2 termoDasar2 termo
Dasar2 termo
 
Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)
 
Siklus rankine
Siklus rankineSiklus rankine
Siklus rankine
 
Stasiun boiler kelapa_sawit
Stasiun boiler kelapa_sawitStasiun boiler kelapa_sawit
Stasiun boiler kelapa_sawit
 
pompa
pompapompa
pompa
 
Boiler/Ketel
Boiler/KetelBoiler/Ketel
Boiler/Ketel
 
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnot
 
TURBIN AIR
TURBIN AIRTURBIN AIR
TURBIN AIR
 
Tabel uap
Tabel uapTabel uap
Tabel uap
 
Siklus daya gas
Siklus daya gasSiklus daya gas
Siklus daya gas
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
 
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanJenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIK
 
Pompa aksial (axial pump) 1
Pompa aksial (axial pump) 1Pompa aksial (axial pump) 1
Pompa aksial (axial pump) 1
 

Viewers also liked

Permasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uapPermasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uapErna Pratiwi
 
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan NoselTurbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan NoselIr. Najamudin, MT
 
Instalasi ketel uap ( steam boiler )
Instalasi ketel uap ( steam boiler )Instalasi ketel uap ( steam boiler )
Instalasi ketel uap ( steam boiler )Amirul AmMu
 
Modul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uapModul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uapWahyudi Yudy
 
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationBoiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationDANANG AJI PURWANTORO
 
Dasar dasar teknik mesin
Dasar dasar teknik mesinDasar dasar teknik mesin
Dasar dasar teknik mesinaliluqman
 
Mesin Konversi Energi
Mesin Konversi EnergiMesin Konversi Energi
Mesin Konversi Energi7Rahm4t
 
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil Instansi
 
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...Suhardiyoto Haryadi
 
Tugas kesehatan dan keselamatan kerja polusi udara karena kebakaran hutan
Tugas kesehatan dan keselamatan kerja   polusi udara karena kebakaran hutanTugas kesehatan dan keselamatan kerja   polusi udara karena kebakaran hutan
Tugas kesehatan dan keselamatan kerja polusi udara karena kebakaran hutanLambung Mangkurat University
 
Makalah Ketel Uap
Makalah Ketel UapMakalah Ketel Uap
Makalah Ketel UapDewi Izza
 
Kalpataru Group Plantations Project
Kalpataru Group Plantations Project Kalpataru Group Plantations Project
Kalpataru Group Plantations Project Suhardiyoto Haryadi
 
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorPenetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorDeviPurnama
 
Penetapan kadar Ca dalam CaCO3
Penetapan kadar Ca dalam CaCO3Penetapan kadar Ca dalam CaCO3
Penetapan kadar Ca dalam CaCO3aprijal_99
 
Mesin konversi energi
Mesin konversi energiMesin konversi energi
Mesin konversi energiTia Setiawan
 
peraturan dan sumber limbah b3
peraturan dan sumber limbah b3peraturan dan sumber limbah b3
peraturan dan sumber limbah b3Rindi Sulistyani
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman infosanitasi
 
Viskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokesViskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokesPutri Aulia
 
3 Besaran Arus dan Tegangan
3 Besaran  Arus dan Tegangan3 Besaran  Arus dan Tegangan
3 Besaran Arus dan TeganganSimon Patabang
 

Viewers also liked (20)

Permasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uapPermasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uap
 
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan NoselTurbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
 
Turbin Uap
Turbin UapTurbin Uap
Turbin Uap
 
Instalasi ketel uap ( steam boiler )
Instalasi ketel uap ( steam boiler )Instalasi ketel uap ( steam boiler )
Instalasi ketel uap ( steam boiler )
 
Modul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uapModul 9-turbin-uap
Modul 9-turbin-uap
 
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationBoiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
 
Dasar dasar teknik mesin
Dasar dasar teknik mesinDasar dasar teknik mesin
Dasar dasar teknik mesin
 
Mesin Konversi Energi
Mesin Konversi EnergiMesin Konversi Energi
Mesin Konversi Energi
 
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil
 
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...
 
Tugas kesehatan dan keselamatan kerja polusi udara karena kebakaran hutan
Tugas kesehatan dan keselamatan kerja   polusi udara karena kebakaran hutanTugas kesehatan dan keselamatan kerja   polusi udara karena kebakaran hutan
Tugas kesehatan dan keselamatan kerja polusi udara karena kebakaran hutan
 
Makalah Ketel Uap
Makalah Ketel UapMakalah Ketel Uap
Makalah Ketel Uap
 
Kalpataru Group Plantations Project
Kalpataru Group Plantations Project Kalpataru Group Plantations Project
Kalpataru Group Plantations Project
 
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorPenetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
 
Penetapan kadar Ca dalam CaCO3
Penetapan kadar Ca dalam CaCO3Penetapan kadar Ca dalam CaCO3
Penetapan kadar Ca dalam CaCO3
 
Mesin konversi energi
Mesin konversi energiMesin konversi energi
Mesin konversi energi
 
peraturan dan sumber limbah b3
peraturan dan sumber limbah b3peraturan dan sumber limbah b3
peraturan dan sumber limbah b3
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
 
Viskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokesViskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokes
 
3 Besaran Arus dan Tegangan
3 Besaran  Arus dan Tegangan3 Besaran  Arus dan Tegangan
3 Besaran Arus dan Tegangan
 

Similar to Bab 2 turbin uap

Fenomena transport
Fenomena transportFenomena transport
Fenomena transportdanar_galang
 
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalPerhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalSelly Riansyah
 
Prestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkan
Prestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkanPrestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkan
Prestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkanIr. Najamudin, MT
 
Fisika us sem2 kls xi ipa
Fisika us sem2 kls xi ipaFisika us sem2 kls xi ipa
Fisika us sem2 kls xi ipaFadlik Armansah
 
Soal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamisSoal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamisRenny Aniwarna
 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbHealth Polytechnic of Bandung
 
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxMateri kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxssuserfcf8da1
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkarEgi Mulya
 
Soal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipa
Soal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipaSoal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipa
Soal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipafadlizakir
 
Sesi 2 konveksi
Sesi 2  konveksiSesi 2  konveksi
Sesi 2 konveksiadhegokil
 
Modul pengukuran. aliran fluida.
Modul   pengukuran. aliran fluida.Modul   pengukuran. aliran fluida.
Modul pengukuran. aliran fluida.bacukids
 

Similar to Bab 2 turbin uap (20)

Bab4b mke
Bab4b mkeBab4b mke
Bab4b mke
 
Fenomena transport
Fenomena transportFenomena transport
Fenomena transport
 
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalPerhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
 
Prestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkan
Prestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkanPrestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkan
Prestasi mesin pada turbin uap berdasarkan daya yang di hasilkan
 
Fisika us sem2 kls xi ipa
Fisika us sem2 kls xi ipaFisika us sem2 kls xi ipa
Fisika us sem2 kls xi ipa
 
459 1613-1-pb
459 1613-1-pb459 1613-1-pb
459 1613-1-pb
 
Soal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamisSoal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamis
 
Dasar kerja motor
Dasar kerja motor Dasar kerja motor
Dasar kerja motor
 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
 
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxMateri kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
 
Motor bakar-1
Motor bakar-1Motor bakar-1
Motor bakar-1
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
 
Pembangkit Daya pada Turbin Uap
Pembangkit Daya pada Turbin UapPembangkit Daya pada Turbin Uap
Pembangkit Daya pada Turbin Uap
 
Soal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipa
Soal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipaSoal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipa
Soal latihan-ul-smt-2-fisika-xi-ipa
 
Sesi 2 konveksi
Sesi 2  konveksiSesi 2  konveksi
Sesi 2 konveksi
 
Bahan ajar 11 2017
Bahan ajar 11  2017Bahan ajar 11  2017
Bahan ajar 11 2017
 
Siklus Rankine dan Studi Kasus
Siklus Rankine dan Studi KasusSiklus Rankine dan Studi Kasus
Siklus Rankine dan Studi Kasus
 
motor bensin
motor bensinmotor bensin
motor bensin
 
Soal uas mke full
Soal uas mke fullSoal uas mke full
Soal uas mke full
 
Modul pengukuran. aliran fluida.
Modul   pengukuran. aliran fluida.Modul   pengukuran. aliran fluida.
Modul pengukuran. aliran fluida.
 

Recently uploaded

SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASMuhammadFiqi8
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 

Recently uploaded (16)

SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 

Bab 2 turbin uap

  • 1. BAB – II JENIS – JENIS TURBIN UAP Turbin uap dikelompokkan kepada : a. Turbin Aksi (tekanan roda) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan dibelakang sudu jalan sama besarnya. Tekanan uap tersebut sama besarnya kedua bentuk dari penampang sudu jalan tersebut setangkup (symentris). b. Turbin Reaksi (tekanan lebih) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan dibelakang sudu jalan tidak sama besarnya atau tekanan uap didepan sudu jalan lebih besar dari pada dibelakang sudu jalan. Hal tersebut juga terjadi karena pengaruh bentuk penampang sudu jalan yang tidak setangkup (asymentris) 1. Bentuk Sudu Jalan a. Bentuk symentris (setangkup) ialah bila sudut jalan sisi masuk (< 1) sama besar dengan sudut sudu jalan sisi keluar (< 2) bentuk sudu jalan ini dijumpai pada turbin aksi. b. Bentuk asymentris (tidak setangkup) ialah bila sudu jalan sisi masuk (< 1) tidak sama besar dengan sudut jalan sisi keluar (<2) atau bentuk sudu jalan ini dijumpai pada turbin Reaksi. 2. Karakteristik Turbin Aksi dan Reaksi Dada Sudu  2 1 Penampung Sudu < 1 = < 2 Gambar . 2 < 1 > <2 Dada Sudu  1 2 Punggung Sudu < 1 = <2 atau < 1 > <2 Gambar. 3
  • 2. a. Turbin aksi (contohnya : de laval, curtis, zolley dan curtis-zolley) - Saat uap mengalir dipancar tekanan uap berkurang sedangkan saat mengalir di sudu jalan sama besarnya (tetap). - Saat mengalir di pipa pancar kecepatannya uap bertambah, saat mengalir di sudu jalan berkurang. - Bentuk sudu symentris (setangkup). - Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi yang bekerja pada sudu jalan yang melengkung. b. Turbin reaksi (contohnya : Person dan Curtis-Person) - Saat mengalir di sudu antar tekanan uap berkurang dan di sudu jalan juga berkurang. - Saat mengalir di sudu antar kecepatan uap bertambah dan di sudu jalan berkurang. - Bentuk sudu jalan adalah asymentris (tidak setangkup). - Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi dan gaya reaksi yang bekerja pada sudu jalan yang melengkung. 3. Bagian-bagian utama Turbin Uap adalah : Pipa pancar sudu jalan rotor dan sudu balik. a. Pipa Pancar : 1. Fungsinya : - Pengubah aliran uap masuk ke sudu jalan supaya supply uap betul-betul efektif. - Perobah tenaga panas menjadi tenaga kecepatan uap (rumus zeuner). 2. Bentuknya : - Bentuk Lurus - Bentuk cembung (sonvergency) - Bentuk cekung (disverygency) - Bentuk cembung-cekung (convergency – disverygency) 3. Rumus Kontiniutas Uap masuk Uap keluar Gambar. 4 Bentuk-bentuk Pipa Pancar
  • 3. Dimana : Gu = pemakaian uap dalam kg/detik  = volume jenis uap dalam m3 /kg A = penampang pipa pancar dalam m2 c = kecepatan uap yang mengalir dalam m/detik D = diameter pipa pancar dalam m H1 = Entalpi uap keluar pipa pancar dalam kcal/kg atau kj/kg H2 = Entalpi uap keluar pipapancar dalam kcal/kg atau kj/kg Penampang pipa pancar Rumus kontiniutas tersebut berlaku pada pipa pancar dipenampang sisi masuk, penampang sisi keluar dan penampang kritis (ditengah-tengah) - Penampang sisi masuk, Gu1 . 1 = 0,785 D1 2 . C1 - Penampang sisi keluar, Gu1 . 1 = 0,785 D1 2 . C1 dimana C2 = C1 + 44,7 H1 – H2 - Penampang tengah Gu3 . 3 = 0,785 D3 2 . C3 dimana C3 = C1 + 44,7 H1 – H2 2 4. Rumus Zeuner (menggunakan Satuan International) Energi kinetis = Gu C1 2 …….. (kgm) …. 1 2g Energi kinetis = Gu. Ho .. (kj) = Gu.Ho …(kcal) = Gu.Ho.427…(kgm) 2 4,187 4,187 Jadi 1 dan 2 maka : Dimana : C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik) Ho = Jatuh kalor theoritis (kj/kg uap) b. Sudu Jalan Gu.  = A.c A = 0.785 D2 Gu . C12 = Gu.Ho.427 2g 4,187 4,187. C1 2 = 2g. Ho. 427 4,187. C1 2 = 2.9,81. Ho. 427 C1 2 = 2.9,81. Ho. 427 4,187 C1 = 2.9,81.427.Ho 4,187 2000,8932 Ho C1 = 44,7 VHo
  • 4. - Sudu jalan adalah bagian-bagian utama turbin yang bergerak, sudu jalan berhubungan dengan Roda jalan untuk memutar poros turbin. - Fungsi sudu jalan untuk menampung uap menggerakkan Roda jalan. - Bentuk sudu jalan dikelompakkan kepada sudu symentris pada turbin aksi dan sudu asymentris pada turbin reaksi. - Bagian-bagian sudu jalan adalah dada sudu punggung sudu, lebar sudu dan jarak antar sudu (tusuk). Skets sederhana dari sudu jalan symentris pada turbin aksi Punggung sudu 1. Kecepata-kecepatan Uap dan segi tiga kecepatan Pada saat sudu jalan berputar, sekali gas secara serentak terdapat 3 (tiga) kecepatan yang terjadi disekitar sudu jalan tersebut aitu : - Kecepatan mutlak ialah kecepatan uap terhadap bidang diam (uap mengalir didalam pipa pancar) - Kecepatan Relay ialah kecepatan uap terhadap bidang ang bergerak (uap memutar sudu jalan) - Kecepatan keliling ialah kecepatan berputarnya sudu jalan selanjutnya ke 3 (tiga) kecepatan tersebut membentuk segi Tiga kecepatan, dimana terdapat 2 (dua) segi tiga yang terjadi yaitu pada sisi masuk dan sisi keluar dari sudu jalan. Sedangkan sudut pancaran uap (sudut uap) adalah sudut yang dibentuk kecepatan mutar C1 dengan kecepatan keliling U. Sudut sudu jalan  adalah sudut yang dibentuk kecepatan relatif w1 dangan kecepatan keliling U. Segi kecepatan tersebut seperti skets dibawah ini  2  1 A  1 2 BA Gambar. 5 1 = Sudut sudu Jalan sisi masuk. 2 = Sudut sudu jalan sisi keluar. Symetris : 1 = 2 C1 U U  1 Punggung sudu W1
  • 5. Sisi masuk : W1 = kecepatan masuk relatif sisi masuk menyinggung pungung sudu. U = kecepatan keliling sisi masuk tegak lurus penampang sudu. C1 = kecepatan mutlak sisi masuk. = sudut pemanas uap dibentuk antara kecepatan mutlak C1 dengan U. 1 = sudut sudu jalan sisi masuk dibentuk antara kecepatan relatif W1 dengan U. arah panah : - C1 dan U saling anak panah bertemu atau saling tutup menutup). - arah panah W1 kearah U. Sisi keluar : W2 = kecepatan relatif sisi keluar menyinggung punnggung sudu U = kecepatan keliling sisi keluar tagak lurus penampang sudu C2 = kecepatan mutlak sisi keluar Dalam menyelesaikan soal-soal turbin, segi 3 kecepatan sisi masuk dan sisi keluar digabung dalam satu segi 3 saja. 2) Segi tiga kecepatan kerja biasa Segi 3 kecepatan sisi keluar Sisi Keluar Bila turbin biasa, maka segi tiga kecepatannya adalah segitiga tumpul dimana besar sisi-sisi segi tiga dapat dihitung dengan cara analisi (dihitung) C1 = 44,7 Ho u =  D  W1 2 = C1 2 + 42 – 2 uc1 cos (rumus cosinus) C2 2 = C1 2 +(2u)2 – 2.2u C1 Cos (rumus cosinus) Arah panah : C1 dan U arah panahnya saling bertemu (tutup menutup) W1 dan W2 arah panahnya kearah U C2 dan U arah panahnya salingbertemu Sisi Masuk W1=W2 2
  • 6. Atau sisi-sisi segi itga kecepatan didapat dari cara grafis (dengan skala) artinya besar kecepatan-kecepatan tersebut digambar dengan skala kecepatan yang ditentukan sendiri. 3) Rendemen aliran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan cara grafis Rendemen aliran adalah perbandingan usaha yang berguna disudu jalan terhadap usaha yang diberikan, dapat ditulis : s = A1 – A2 dimana A1 = usaha yang diberikan A1 A2 = usaha yang terbuang A1 – A2 = usaha yang berguna s = ½ mC1 2 – ½ mC2 2 dimana m = masa uap yang mengalir ½ m C1 2 s = ½ m (C1 2 – C2 2 ) atau ½ m C1 2 dimana : s = Rendemen aliran dalam % C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik) C2 = Kecepatan mutlak keluar sudu jalan (m/detik) Dimana : Hu= Panas terbang keluar turbin (kj/kguap) X = jumlah tingkat 4) Rendemen aliaran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan secara analitis. Dari s = C1 2 – C2 2 C22 = C1 2 +(2u)2 – 2.2u C1 Cos (rumus cosinus) C22 = C1 2 + 4u – 4 uC1 Cos s = C1 2 – (C1 2 + 4u2 – 4 uC1 Cos ) C1 2 s = C1 2 – C1 2 + 4u2 – 4 uC1 Cos = 4u2 – 4 uC1 Cos C1 2 C1 2 s = 4u C1 Cos – 4u2 s = C1 2 – C2 2 C1 2 s = Ho – Hu Ho Hu = C2 2 X 44,7 C2 C1 W1=W2 2 Bentuk segi 3 kecepatan turbin kerja biasa adalah segi 3 tumpul, sehingga untuk mencari kecapatan W1=W2 dan C2 kita hanya menggunakan rumus Cosinus (cara analitis). Sama-sama pembilang dan penyebutnya dibagi C1 2
  • 7. C1 2 s = 4u C1 Cos – 4u2 C1 2 C1 2 s = C1 2 C1 2 5) Rendemen aliran turbin aksi kerja sebaik-baiknya (kerja maximal) Atau dari s = 4 u cos - 4 u 2 cara analisis C1 C1 Dimana 2 u = cos atau U = ½ cos C1 C1 s = 4 (½ cos ) cos - 4(½ cos )2 s = 4. ½ cos . cos - 4. ¼ cos2 = 2 cos2 - cos2 6) Grafik (kurva) Rendemen Aliran turbin Aksi Dari s = 4 u cos - 4 u 2 , bila u ditetapkan antara o hinga 1 dan C1 C1 C1 Tetap, maka s akan berubah-ubah Contoh (lihat tabel dibawah ini) u C1 s (%) Keterangan s = 4 u 2 cos - 4 u 2 C1 C1 s = Rendemen aliran cara analisis(%) U = kecepatan keliling sudu (m/det) C1 = kecepatan mutlak masuk (m/det) U U C1  1 C2 Dari s = C1 2 – C1 2 cara grafis C1 s = (2 u)2 2u = cos C1 2 C1 smax = cos2 smax = cos2
  • 8. 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,47 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,94 0 33,6 59,2 76,8 86,4 88,4 8,8 81,6 67,2 44,8 14,4 0 Sudut pipa pancar = 200 - Rendemen maximum - Bentuk kurva adalah parabola 7) Diagram H – S (Entalpy – Entropy) s = 4 u cos - 4 u 2 C1 C1 u C1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,2 0,4 0,6 0,8 0,47 88,4 Gambar. 7
  • 9. - Bila air dipanaskan dari semula dengan suhu misalnya 300 C hingga 1000 C, maka pada suhu 1000 C, maka pada suhu 1000 C tersebut air berobah bentuk menjdai uap bash, dimana uapnya sendiri masih mengandung butir-butir air panasnya. - Selanjutnya dinaikkan lagi hingga 1000 C tanpa adanya kenaikkan lagi hingga 1000 C tanpa adanya kenaikkan suhu, panas yang terbentuk disebut panas penguapan latent (adanya penambahan panas tanpa kenaikan suhu). - Pada kondisi 1000 C terakhit tersebut uapnya berobah bentuk menjadi uap jenuh, dimana uapnya sama sekali tanpa megandung air (kadar air = 0% sedang kadar uap = 100%). - Dari shu 1000 C kedua, uap dipanaskan lagi hingga 5000 C, uap terakhir ini berobah bentuk menjadi uap panas lanjut (uap kering). Perobahan bentuk suatu zat disebut AGREGASI Air berobah bentuk dari semula air uap panas lanjut. - Untuk lebih jelasnya keadaan Agregasi tersebut ditangkan dalam diagregasi. Diagram AGREGASI seperti dibawah ini : Kejadian Agregasi tersebut dituangkan dlam diagram H – S (entalpy – Entrapi), diagram itu menyajikan besarnya entalpi uap pada tahunan dan suhu tertetu. Sebagai sumbu horizontal (absis) ditetapkan entalpy, sedang sumbu vertical (ordinat) ditetapkan entalpi uap. Q1 Q2 Q3 Zat Cair Suhu 5000 C Uap panas lanjut Uap jenuh 1000 C Uap Basah 300 C Panas Ho = H1 – H2 Ho = 3332 – 2612 Ho = 720 kj/kg Isobar H t = 4000 C isotherm P2 = 1 bar Isentropis E Daerah AHo = H1 – H2 Atau kj/kg 32 kj/kg = H1 H2 = 2612 kj/kg
  • 10. Dalam H – S diagram dicantumkan garis-garis yaitu : a. Garis isobar melengkung keatas, adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang tekanannya sama. b. Garis isothram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik suhunya sama. c. Garis isopyscram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang menghubugkan titik-titk yang kadar uapnya sama. d. Garis isentelpis sejajar sumbu entropy adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang entalpinya sama. e. Garis isentropis tegak lurus sumbu entropy adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang entropynya sama. Cara menggunakan H - S diagram a. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan isotherm t = 4000 C dititik A, tarik melalaui A garis tegak lurus sumbu entalpi, menentukan H1 = 3332 kj/kg uap (H1 = entalpi uap panas lanjut). b. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar uap x = 100% dititk B, tarik garis melalui B tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi jenuh = Huj = 2803 kj/kg uap. (kj/kg0 C 2805 kj/kg = hub 2803 kj/kg = hub 2441 kj/kg = hub Gambar. 9
  • 11. c. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar x = 90 % dititik c, tarik garis melalui c tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi uap basah = 2803 kj/kg uap. d. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan x = 80 % dititik D, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu entalpi, menetukan entalpi uap basah = 2441 kj / kg uap. e. Untuk menetukan jatuh kalor theritis Ho, maka Ho = H1 – H2 dimana H1 = 3332 kj/kg uap dan H2 didapat dari garis isentropis melalui titik A dan garis ini memotong isobar p = 1 bar dititik E, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu entalpi, H2 = 2612 kj/kg uap, sehingga Ho = H1 – H2 = 3332 – 2612 = 720 kj/kg uap. Entalpi dapat juga dicari di TABEL UAP, namun garis isentropis tidak tercantum dalam tabel uap tersebut, sehinggsa H2 pada butir e diatas tidak dapat dicari di tabel uap. 8) Melukis profile sudu jalan symentris *setangkup) turbin Aksi Untuk melukis propile sudu jalan baik ½ pasang maupun 1 pasang atau 2 buah sudujalan harus diketahui - Sudut sudu jalan sisi masuk 1 = 2 - Lebar sudu b - Lebar sudu t Dan harus diingat bahwa kecepatan relatif sisi masuk W1 menyinggung penggung sudu, begitu juga kecepatan relatif sisi keluar w2 menyinggung punggung sudu. Garis melukis 2 1 BA Punggung Sudu Dada Sudu D FE W1 W2
  • 12. - Lebar sudu b ditentukan sembarang - Bagi dua lebar sudu b - Melalui titik A lukis sudut sudujalan sisi masuk 1 - Melalui titik B lukis sudut sudu jalan sisi keluar 2 - Tarik garis AC W1 dan tarik garis W2 (garis AC dan BC berpotongan di titik C) dan W1 dan W2 berpotongan di G. - Tempatkan titik jangka dititik C, buat lengkung dada sudu dengan jari-jari AC = BC = R - Dengan demikian lengkung dada sudu terlukis - Tentukan tusuk = t = CD - Tarik garis DELW, dan tarik garis DF W1 dan tarik garis DF W2 - Tempatkan titik jangka di titik D, buat garis lengkung punggung sudu dengan jari-jari DE = DF = r - Dengan demikian lengkung punggung sudu terlukis - Prefile sudu jelas terlukis sebanyak ½ pasang = 1 buah - Dengan cara yang samaprofile sudu jelas lukis lagi diatasnya sebanyak ½ sepasang = buah lagi sehingga jumlah sudu jelas = 1 pasang atau 2 buah sudu jelas. 9. Evaluasi hasil pembelajaran : Gambar. 10 lukisan sudu jalan
  • 13. 1. Sebutkan fungsi sudu jalan dan bentuk sudu jalan 2. Sebutkan dan lukis sudu jalan serta sebutkan bagian-bagiannya 3. Ada berapa kecepatan uap disekitar uap sudu jalan yang sedang berputar, jelaskan secara rinci. 4. Gambarkan skets sederhana sebuah sudu jelas yang tempatkan segi tiga kecepatan sisi masuk dan sisi keluar 5. Gambarkan segi tiga kecepatan turbin kerja biasa dan kerja sebaik-baiknya dan berapa rendemen aliran-alirannya 6. Tuliskan rumus rendemen aliran dipandang dari kecepatan uap dan dipandang dari jatuh kalor, jelaskan rumus-rumus tersebut 7. Gambarkan grafik (kurva) rendemen aliran turbin aksi (data tentukan sendiri) 8. Lukis profile 1 pasang sudu jalan (data tentukan sendiri) BAB – II JENIS – JENIS TURBIN UAP Turbin uap dikelompokkan kepada : c. Turbin Aksi (tekanan roda) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan dibelakang sudu jalan sama besarnya. Tekanan uap tersebut sama besarnya kedua bentuk dari penampang sudu jalan tersebut setangkup (symentris). d. Turbin Reaksi (tekanan lebih) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan dibelakang sudu jalan tidak sama besarnya atau tekanan uap didepan sudu jalan lebih besar dari pada dibelakang sudu jalan. Hal tersebut juga terjadi karena pengaruh bentuk penampang sudu jalan yang tidak setangkup (asymentris) 2. Bentuk Sudu Jalan c. Bentuk symentris (setangkup) ialah bila sudut jalan sisi masuk (< 1) sama besar dengan sudut sudu jalan sisi keluar (< 2) bentuk sudu jalan ini dijumpai pada turbin aksi. Dada Sudu  2 1 Penampung Sudu < 1 = < 2
  • 14. d. Bentuk asymentris (tidak setangkup) ialah bila sudu jalan sisi masuk (< 1) tidak sama besar dengan sudut jalan sisi keluar (<2) atau bentuk sudu jalan ini dijumpai pada turbin Reaksi. 4. Karakteristik Turbin Aksi dan Reaksi c. Turbin aksi (contohnya : de laval, curtis, zolley dan curtis-zolley) - Saat uap mengalir dipancar tekanan uap berkurang sedangkan saat mengalir di sudu jalan sama besarnya (tetap). - Saat mengalir di pipa pancar kecepatannya uap bertambah, saat mengalir di sudu jalan berkurang. - Bentuk sudu symentris (setangkup). - Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi yang bekerja pada sudu jalan yang melengkung. d. Turbin reaksi (contohnya : Person dan Curtis-Person) - Saat mengalir di sudu antar tekanan uap berkurang dan di sudu jalan juga berkurang. - Saat mengalir di sudu antar kecepatan uap bertambah dan di sudu jalan berkurang. - Bentuk sudu jalan adalah asymentris (tidak setangkup). - Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi dan gaya reaksi yang bekerja pada sudu jalan yang melengkung. 5. Bagian-bagian utama Turbin Uap adalah : Pipa pancar sudu jalan rotor dan sudu balik. b. Pipa Pancar : 5. Fungsinya : - Pengubah aliran uap masuk ke sudu jalan supaya supply uap betul-betul efektif. Gambar . 2 < 1 > <2 Dada Sudu  1 2 Punggung Sudu < 1 = <2 atau < 1 > <2 Gambar. 3
  • 15. - Perobah tenaga panas menjadi tenaga kecepatan uap (rumus zeuner). 6. Bentuknya : - Bentuk Lurus - Bentuk cembung (sonvergency) - Bentuk cekung (disverygency) - Bentuk cembung-cekung (convergency – disverygency) 7. Rumus Kontiniutas Dimana : Gu = pemakaian uap dalam kg/detik  = volume jenis uap dalam m3 /kg A = penampang pipa pancar dalam m2 c = kecepatan uap yang mengalir dalam m/detik D = diameter pipa pancar dalam m H1 = Entalpi uap keluar pipa pancar dalam kcal/kg atau kj/kg H2 = Entalpi uap keluar pipapancar dalam kcal/kg atau kj/kg Penampang pipa pancar Rumus kontiniutas tersebut berlaku pada pipa pancar dipenampang sisi masuk, penampang sisi keluar dan penampang kritis (ditengah-tengah) - Penampang sisi masuk, Gu1 . 1 = 0,785 D1 2 . C1 - Penampang sisi keluar, Gu1 . 1 = 0,785 D1 2 . C1 dimana C2 = C1 + 44,7 H1 – H2 - Penampang tengah Gu3 . 3 = 0,785 D3 2 . C3 dimana C3 = C1 + 44,7 H1 – H2 2 8. Rumus Zeuner (menggunakan Satuan International) Energi kinetis = Gu C1 2 …….. (kgm) …. 1 2g Energi kinetis = Gu. Ho .. (kj) = Gu.Ho …(kcal) = Gu.Ho.427…(kgm) 2 4,187 4,187 Uap masuk Uap keluar Gambar. 4 Bentuk-bentuk Pipa Pancar Gu.  = A.c A = 0.785 D2
  • 16. Jadi 1 dan 2 maka : Dimana : C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik) Ho = Jatuh kalor theoritis (kj/kg uap) c. Sudu Jalan - Sudu jalan adalah bagian-bagian utama turbin yang bergerak, sudu jalan berhubungan dengan Roda jalan untuk memutar poros turbin. - Fungsi sudu jalan untuk menampung uap menggerakkan Roda jalan. - Bentuk sudu jalan dikelompakkan kepada sudu symentris pada turbin aksi dan sudu asymentris pada turbin reaksi. - Bagian-bagian sudu jalan adalah dada sudu punggung sudu, lebar sudu dan jarak antar sudu (tusuk). Skets sederhana dari sudu jalan symentris pada turbin aksi Punggung sudu Gu . C12 = Gu.Ho.427 2g 4,187 4,187. C1 2 = 2g. Ho. 427 4,187. C1 2 = 2.9,81. Ho. 427 C1 2 = 2.9,81. Ho. 427 4,187 C1 = 2.9,81.427.Ho 4,187 2000,8932 Ho C1 = 44,7 VHo  2  1 A  1 2 BA Gambar. 5 1 = Sudut sudu Jalan sisi masuk. 2 = Sudut sudu jalan sisi keluar. Symetris : 1 = 2
  • 17. 2. Kecepata-kecepatan Uap dan segi tiga kecepatan Pada saat sudu jalan berputar, sekali gas secara serentak terdapat 3 (tiga) kecepatan yang terjadi disekitar sudu jalan tersebut aitu : - Kecepatan mutlak ialah kecepatan uap terhadap bidang diam (uap mengalir didalam pipa pancar) - Kecepatan Relay ialah kecepatan uap terhadap bidang ang bergerak (uap memutar sudu jalan) - Kecepatan keliling ialah kecepatan berputarnya sudu jalan selanjutnya ke 3 (tiga) kecepatan tersebut membentuk segi Tiga kecepatan, dimana terdapat 2 (dua) segi tiga yang terjadi yaitu pada sisi masuk dan sisi keluar dari sudu jalan. Sedangkan sudut pancaran uap (sudut uap) adalah sudut yang dibentuk kecepatan mutar C1 dengan kecepatan keliling U. Sudut sudu jalan  adalah sudut yang dibentuk kecepatan relatif w1 dangan kecepatan keliling U. Segi kecepatan tersebut seperti skets dibawah ini Sisi masuk : W1 = kecepatan masuk relatif sisi masuk menyinggung pungung sudu. U = kecepatan keliling sisi masuk tegak lurus penampang sudu. C1 = kecepatan mutlak sisi masuk. = sudut pemanas uap dibentuk antara kecepatan mutlak C1 dengan U. 1 = sudut sudu jalan sisi masuk dibentuk antara kecepatan relatif W1 dengan U. arah panah : - C1 dan U saling anak panah bertemu atau saling tutup menutup). - arah panah W1 kearah U. Sisi keluar : W2 = kecepatan relatif sisi keluar menyinggung punnggung sudu U = kecepatan keliling sisi keluar tagak lurus penampang sudu C2 = kecepatan mutlak sisi keluar C1 Segi 3 kecepatan sisi keluar U U  1  1 W2 U C2 Punggung sudu W1 U Dada sudu
  • 18. Dalam menyelesaikan soal-soal turbin, segi 3 kecepatan sisi masuk dan sisi keluar digabung dalam satu segi 3 saja. 9) Segi tiga kecepatan kerja biasa Atau sisi-sisi segi itga kecepatan didapat dari cara grafis (dengan skala) artinya besar kecepatan-kecepatan tersebut digambar dengan skala kecepatan yang ditentukan sendiri. 10) Rendemen aliran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan cara grafis Rendemen aliran adalah perbandingan usaha yang berguna disudu jalan terhadap usaha yang diberikan, dapat ditulis : s = A1 – A2 dimana A1 = usaha yang diberikan A1 A2 = usaha yang terbuang A1 – A2 = usaha yang berguna s = ½ mC1 2 – ½ mC2 2 dimana m = masa uap yang mengalir ½ m C1 2 s = ½ m (C1 2 – C2 2 ) atau ½ m C1 2 dimana : s = Rendemen aliran dalam % C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik) C2 = Kecepatan mutlak keluar sudu jalan (m/detik) Sisi Keluar Bila turbin biasa, maka segi tiga kecepatannya adalah segitiga tumpul dimana besar sisi-sisi segi tiga dapat dihitung dengan cara analisi (dihitung) C1 = 44,7 Ho u =  D  W1 2 = C1 2 + 42 – 2 uc1 cos (rumus cosinus) C2 2 = C1 2 +(2u)2 – 2.2u C1 Cos (rumus cosinus) Arah panah : C1 dan U arah panahnya saling bertemu (tutup menutup) W1 dan W2 arah panahnya kearah U C2 dan U arah panahnya salingbertemu s = C1 2 – C2 2 C1 2 s = Ho – Hu Ho Hu = C2 2 X 44,7 Sisi Masuk W1=W2 2
  • 19. Dimana : Hu= Panas terbang keluar turbin (kj/kguap) X = jumlah tingkat 11) Rendemen aliaran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan secara analitis. Dari s = C1 2 – C2 2 C22 = C1 2 +(2u)2 – 2.2u C1 Cos (rumus cosinus) C22 = C1 2 + 4u – 4 uC1 Cos s = C1 2 – (C1 2 + 4u2 – 4 uC1 Cos ) C1 2 s = C1 2 – C1 2 + 4u2 – 4 uC1 Cos = 4u2 – 4 uC1 Cos C1 2 C1 2 s = 4u C1 Cos – 4u2 C1 2 s = 4u C1 Cos – 4u2 C1 2 C1 2 s = C1 2 C1 2 12) Rendemen aliran turbin aksi kerja sebaik-baiknya (kerja maximal) Atau dari s = 4 u cos - 4 u 2 cara analisis C2 C1 W1=W2 2 Bentuk segi 3 kecepatan turbin kerja biasa adalah segi 3 tumpul, sehingga untuk mencari kecapatan W1=W2 dan C2 kita hanya menggunakan rumus Cosinus (cara analitis). Sama-sama pembilang dan penyebutnya dibagi C1 2 s = 4 u 2 cos - 4 u 2 C1 C1 s = Rendemen aliran cara analisis(%) U = kecepatan keliling sudu (m/det) C1 = kecepatan mutlak masuk (m/det) U U C1  1 C2 Dari s = C1 2 – C1 2 cara grafis C1 s = (2 u)2 2u = cos C1 2 C1 smax = cos2
  • 20. C1 C1 Dimana 2 u = cos atau U = ½ cos C1 C1 s = 4 (½ cos ) cos - 4(½ cos )2 s = 4. ½ cos . cos - 4. ¼ cos2 = 2 cos2 - cos2 13) Grafik (kurva) Rendemen Aliran turbin Aksi Dari s = 4 u cos - 4 u 2 , bila u ditetapkan antara o hinga 1 dan C1 C1 C1 Tetap, maka s akan berubah-ubah Contoh (lihat tabel dibawah ini) u C1 s (%) Keterangan 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,47 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,94 0 33,6 59,2 76,8 86,4 88,4 8,8 81,6 67,2 44,8 14,4 0 Sudut pipa pancar = 200 - Rendemen maximum - Bentuk kurva adalah parabola smax = cos2 60 70 80 90 100 88,4
  • 21. 14) Diagram H – S (Entalpy – Entropy) - Bila air dipanaskan dari semula dengan suhu misalnya 300 C hingga 1000 C, maka pada suhu 1000 C, maka pada suhu 1000 C tersebut air berobah bentuk menjdai uap bash, dimana uapnya sendiri masih mengandung butir-butir air panasnya. - Selanjutnya dinaikkan lagi hingga 1000 C tanpa adanya kenaikkan lagi hingga 1000 C tanpa adanya kenaikkan suhu, panas yang terbentuk disebut panas penguapan latent (adanya penambahan panas tanpa kenaikan suhu). - Pada kondisi 1000 C terakhit tersebut uapnya berobah bentuk menjadi uap jenuh, dimana uapnya sama sekali tanpa megandung air (kadar air = 0% sedang kadar uap = 100%). - Dari shu 1000 C kedua, uap dipanaskan lagi hingga 5000 C, uap terakhir ini berobah bentuk menjadi uap panas lanjut (uap kering). Perobahan bentuk suatu zat disebut AGREGASI Air berobah bentuk dari semula air uap panas lanjut. - Untuk lebih jelasnya keadaan Agregasi tersebut ditangkan dalam diagregasi. Diagram AGREGASI seperti dibawah ini : s = 4 u cos - 4 u 2 C1 C1 u C1 10 Suhu 5000 C Uap panas lanjut Uap jenuh 1000 C Uap Basah
  • 22. Kejadian Agregasi tersebut dituangkan dlam diagram H – S (entalpy – Entrapi), diagram itu menyajikan besarnya entalpi uap pada tahunan dan suhu tertetu. Sebagai sumbu horizontal (absis) ditetapkan entalpy, sedang sumbu vertical (ordinat) ditetapkan entalpi uap. Dalam H – S diagram dicantumkan garis-garis yaitu : Q1 Q2 Q3 Zat Cair Ho = H1 – H2 Ho = 3332 – 2612 Ho = 720 kj/kg Isobar H t = 4000 C isotherm P2 = 1 bar Isentropis E Daerah kering Daerah jenuh Isentropis Daerah Basah (Cair) 1,31 1,39 1,48 D C B AHo = H1 – H2 1,65 S (kj/kg0 C X = 80% X = 90 % X = 100 % Atau kj/kg 32 kj/kg = H1 H2 = 2612 kj/kg 2805 kj/kg = hub 2803 kj/kg = hub 2441 kj/kg = hub Gambar. 9
  • 23. f. Garis isobar melengkung keatas, adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang tekanannya sama. g. Garis isothram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik suhunya sama. h. Garis isopyscram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang menghubugkan titik-titk yang kadar uapnya sama. i. Garis isentelpis sejajar sumbu entropy adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang entalpinya sama. j. Garis isentropis tegak lurus sumbu entropy adalah garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang entropynya sama. Cara menggunakan H - S diagram f. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan isotherm t = 4000 C dititik A, tarik melalaui A garis tegak lurus sumbu entalpi, menentukan H1 = 3332 kj/kg uap (H1 = entalpi uap panas lanjut). g. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar uap x = 100% dititk B, tarik garis melalui B tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi jenuh = Huj = 2803 kj/kg uap. h. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar x = 90 % dititik c, tarik garis melalui c tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi uap basah = 2803 kj/kg uap. i. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan x = 80 % dititik D, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu entalpi, menetukan entalpi uap basah = 2441 kj / kg uap. j. Untuk menetukan jatuh kalor theritis Ho, maka Ho = H1 – H2 dimana H1 = 3332 kj/kg uap dan H2 didapat dari garis isentropis melalui titik A dan garis ini memotong isobar p = 1 bar dititik E, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu entalpi, H2 = 2612 kj/kg uap, sehingga Ho = H1 – H2 = 3332 – 2612 = 720 kj/kg uap. Entalpi dapat juga dicari di TABEL UAP, namun garis isentropis tidak tercantum dalam tabel uap tersebut, sehinggsa H2 pada butir e diatas tidak dapat dicari di tabel uap. 15) Melukis profile sudu jalan symentris *setangkup) turbin Aksi Untuk melukis propile sudu jalan baik ½ pasang maupun 1 pasang atau 2 buah sudujalan harus diketahui - Sudut sudu jalan sisi masuk 1 = 2 - Lebar sudu b - Lebar sudu t
  • 24. Dan harus diingat bahwa kecepatan relatif sisi masuk W1 menyinggung penggung sudu, begitu juga kecepatan relatif sisi keluar w2 menyinggung punggung sudu. Garis melukis 2 1 A 1 2 BA Gambar. 10 lukisan sudu jalan Punggung Sudu Dada Sudu D FE B W1 W2 Lebar Sudu = b CW1 W2
  • 25. - Lebar sudu b ditentukan sembarang - Bagi dua lebar sudu b - Melalui titik A lukis sudut sudujalan sisi masuk 1 - Melalui titik B lukis sudut sudu jalan sisi keluar 2 - Tarik garis AC W1 dan tarik garis W2 (garis AC dan BC berpotongan di titik C) dan W1 dan W2 berpotongan di G. - Tempatkan titik jangka dititik C, buat lengkung dada sudu dengan jari-jari AC = BC = R - Dengan demikian lengkung dada sudu terlukis - Tentukan tusuk = t = CD - Tarik garis DELW, dan tarik garis DF W1 dan tarik garis DF W2 - Tempatkan titik jangka di titik D, buat garis lengkung punggung sudu dengan jari-jari DE = DF = r - Dengan demikian lengkung punggung sudu terlukis - Prefile sudu jelas terlukis sebanyak ½ pasang = 1 buah - Dengan cara yang samaprofile sudu jelas lukis lagi diatasnya sebanyak ½ sepasang = buah lagi sehingga jumlah sudu jelas = 1 pasang atau 2 buah sudu jelas. 9. Tugas Mandiri : 1. Sebutkan fungsi sudu jalan dan bentuk sudu jalan 2. Sebutkan dan lukis sudu jalan serta sebutkan bagian-bagiannya 3. Ada berapa kecepatan uap disekitar uap sudu jalan yang sedang berputar, jelaskan secara rinci. 4. Gambarkan skets sederhana sebuah sudu jelas yang tempatkan segi tiga kecepatan sisi masuk dan sisi keluar 5. Gambarkan segi tiga kecepatan turbin kerja biasa dan kerja sebaik-baiknya dan berapa rendemen aliran-alirannya 6. Tuliskan rumus rendemen aliran dipandang dari kecepatan uap dan dipandang dari jatuh kalor, jelaskan rumus-rumus tersebut 7. Gambarkan grafik (kurva) rendemen aliran turbin aksi (data tentukan sendiri) 8. Lukis profile 1 pasang sudu jalan (data tentukan sendiri)