SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Dr.B.Hartono, SH.,SE.,SE.,Ak.,MH
A. Pengertian Perjanjian
Perjanjian     suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang
               lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
               melaksanakan sesuatu hal.

               menimbulkan suatu hubungan antara dua orang yang
               yang disebut PERIKATAN.

               menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang
               membuatnya. Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian
               perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang
               diucapkan atau ditulis.
Perjanjian
               merupakan salah satu sumber perikatan.

               itu identik sama dengan persetujuan, karena dua pihak setuju
                untuk melakukan sesuatu. Jadi dua perkataan (perjanjian dan
                persetujuan) itu adalah sama artinya.
                Perkataan kontrak, lebih sempit karena ditujukan
                kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.
merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan.
                  perikatan oleh suatu perjanjian lebih banyak daripada
                  perikatan yang dilahirkan oleh UU, karena :
Perjanjian
                  a. Setiap saat dapat dilakukan oleh siapa saja
                  b. kegiatan bisnis/kegiatan terus bergulir tanpa henti
                  c. Tidak perlu pengesahan oleh Negara

                                  karena Perjanjian/Persetujuan

Perikatan Lahir
                                  karena Undang-Undang



Perikatan adalah suatu pengertian abstrak

Perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa
B. Syarat-syarat sahnya suatu Perjanjian
                   1. Sepakat mereka yg mengikatkan dirinya

                   2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
pasal 1320
KUHPer             3. Mengenai suatu hal tertentu

                   4. Suatu sebab yang halal

    Syarat pertama dan kedua disebut unsur subyektif, karena
    kedua syarat itu mengatur tentang orang atau subyeknya
    yang mengadakan perjanjian.
     syarat ketiga dan keempat disebut unsur obyektif karena
    mengatur ttg obyek dari perbuatan hukum yg dilakukan itu.
Pada asasnya bahwa Orang yang membuat suatu perjanjian harus
    cakap menurut hukum, apabila sudah dewasa atau akilbaliq dan
    sehat pikirannya.



                    Orang-orang yang belum dewasa
Orang yg
Tdk Cakap hukum     Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan
(Psl 1330 KuhPer)
                    Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan
                    oleh Undang-Undang, dan semua orang kepada
                    siapa Undang-Undang telah melarang membuat
                    perjanjian-perjanjian tertentu.
B.1. Cacat Syarat Subyektif
    Karena :
      “Tidak ada sepakat yang sah (pasal 1321 Kuhper) bisa karena
       kekhilafan,atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.”

    a. “Kekhilafan” (psl 1322 )

     “Kekhilafan tidak menjadi sebab kebatalan, jika kekhilafan itu hanya
      terjadi mengenai dirinya orang dengan siapa seorang bermaksud
     membuat suatu persetujuan, kecuali jika persetujuan itu telah dibuat
     terutama karena mengingat dirinya orang tersebut.”

      Kekhilafan (Kesesatan), karena :
      i. Error In Persona (kekhilafan mengenai orang-orang)

      Contoh :
       perjanjian yang dibuat oleh seseorang        dengan seorang
 biduanita
       terkenal, ternyata kemudian dibuatnya dengan biduanita tidak
       terkenal, tetapi namanya sama
error in substansia (kesesatan mengenai hakikat barangnya)
    merupakan alasan yang sesungguhnya bagi kedua belah
    pihak, untuk mengadakan perjanjian.
    Misalnya :
      seseorang yang beranggapan bahwa ia membeli lukisan
    Basuki Abdullah, kemudian mengetahui bahwa lukisan yang
    dibelinya itu adalah sebuah tiruan.

b. Paksaan (psl 1323 Kuhper)

 “Paksaan yang dilakukan terhadap orang yang membuat suatu
 persetujuan, merupakan alasan untuk batalnya persetujuan,
 juga apabila paksaan itu dilakukan oleh seorang pihak ketiga,
 untuk kepentingan siapa persetujuan tersebut tidak telah
 dibuat.”
maksud dengan paksaan adalah bukan paksaan dalam arti absolut, sebab
dalam hal yang demikian itu perjanjian sama sekali tidak terjadi, misalnya
jika seseorang yang lebih kuat memegang tangan seseorang yang lemah
dan membuat ia mencantumkan tanda tangan di bawah sebuah perjanjian.

Pengertian paksaan (psl 1324 Kuhper)

   “Paksaan telah terjadi, apabila perbuatan itu sedemikian rupa hingga
   dapat menakutkan seorang yang berpikiran sehat, dan apabila
   perbuatan itu dapat menimbulkan ketakutan pada orang tersebut bahwa
   dirinya atau kekayaannya terancam dengan suatu kerugian yang terang
   dan nyata,
   Dalam mempertimbangkan hal itu, harus diperhatikan usia, kelamin dan
   kedudukan orang-orang yang bersangkutan.”

Yang dimaksud dengan paksaan ialah kekerasan jasmani atau ancaman
(akan membuka rahasia) dengan sesuatu yang diperbolehkan hukum yang
menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia membuat
perjanjian. Di sini paksaan itu harus benar-benar menimbulkan suatu
ketakutan bagi yang menerima paksaan.
c) Penipuan (psl 1328 Kuhper)

   “Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan persetujuan, apabila tipu-muslihat yang

   dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak
   yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika dilakukan tipu-muslihat tersebut. Penipuan
   tidak dipersangkutkan, tetapi harus dibuktikan.”

B.2. Syarat Objektif
                                   dapat diperdagangkan

                                    dipergunakan untuk kepentingan umum antara lain seperti
                                    jalan umum, pelabuhan umum, gedung-gedung umum &
                                    sebagainya tidaklah dapat dijadikan 0bjek perjanjian.

Barang harus                        Dapat ditentukan jenisnya

                                    Barang yang akan datang (psl 1332)
                                    “Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja
                                    dapat menjadi pokok persetujuan-persetujuan.”

                                    Objek perjanjian (psl 1333)
                                       “Suatu persetujuan harus mempunyai pokok suatu
                                     barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.”
Kalau syarat itu terpenuhi,maka
                   perjanjian itu batal demi hukum.
syarat objektif    Artinya dari semula tidak pernah
                   suatu perjanjian dan tidak pernah
                   ada suatu perikatan




                   jika syarat itu tidak dipenuhi,
                   perjanjiannya bukan batal demi
                   hukum, tetapi salah satu pihak
syarat subjektif   mempunyai hak untuk meminta
                    supaya perjanjian itu dibatalkan.
C. JENIS – JENIS PERJANJIAN
2. Perjanjian Timbal Balik
   adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak
   Misalnya: perjanjian jual-beli

6. Perjanjian Cuma-Cuma (Pasal 1314 KUHPerdata)
   adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja
   Misalnya: hibah

10. Perjanjian Atas Beban
    adalah perjanjian di mana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat
    kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya
    menurut hukum.

•   Perjanjian Bernama (Benoemd)
    perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah
    bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-
    undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus
    ini terdapat dalam Bab V s/d Bab XVIII KUHPerdata.
1.    Perjanjian Tidak Bernama
      Di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-
      perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat.
      Lahirnya perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan
      berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi.

4.    Perjanjian Obligatoir
      adalah perjanjian di mana pihak-pihak sepakat, mengikatkan diri untuk melakukan
      penyerahan suatu benda kepada pihak lain.

7.    Perjanjian Kebendaan
      adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda
      kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan
      benda tersebut kepada pihak lain (levering, transfer).

10.   Perjanjian Konsensual (Pasal 1338KUHPerdata)
      adalah perjanjian di mana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian
      kehendak untuk mengadakan perikatan.

13.   Perjanjian Riil
      Perbedaan antara perjanjian konsensual dan riil ini adalah sisa dari hukum Romawi
      yang untuk perjanjian-perjanjian tertentu diambil alih oleh Hukum Perdata kita.

16.   Perjanjian Liberatoir
      Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada
      Misalnya pembebasan utang (Pasal 1438 KUHPerdata)
1.   Perjanjian Pembuktian
     Perjanjian di mana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku di
     antara mereka
3.   Perjanjian Untung-Untungan
     Perjanjian yang objeknya ditentukan kemudian
     Misanya: perjanjian asuransi Pasal 1774 KUHPerdata
6.   Perjanjian Publik
     yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik,
     karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya
     swasta.
     Misalnya: perjanjian ikatan dinas
9.   Perjanjian Campuran
     ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian
     Misalnya: pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa-menyewa) tapi pula
               menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan.
D. Asas-asas Hukum Perjanjian

                   Asas perjanjian yang sah adalah UU (psal 1338 KUHPer)
                   Asas kebebasan mengadakan perjanjian (partij otonomi)

                   Asas konsensualisme (persesuaian kehendak)

                   Asas kepercayaan

                   Asas kekuatan mengikat

Asas -Asas         Asas persamaan hukum

                   Asas keseimbangan

                   Asas kepastian hukum

                   Asas moral (pasal 1339 KUHPer)

                   Asas kepatutan (pasal 1339 KUHPer)

                   Asas Kebiasaan
E. Macam-Macam Perikatan

                           Perikatan bersyarat
                           Perikatan dengan ketetapan waktu
Menurut                    Perikatan mana suka (alternatif)
Hukum Perdata               Perikatan tanggung-menanggung atau
                           soldier
                           Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak
                           dapat dibagi
                           Perikatan dengan ancaman hukuman

h)   Perikatan bersyarat
     Suatu perikatan adalah bersyarat, apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang
     masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan
     lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatal
     kan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.
     Dalam Hukum Perjanjian, pada asasnya suatu syarat batal selalu berlaku surut hingga
     saat lahirnya perjanjian. Contoh: Pasal 1265 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b)   Perikatan dengan ketetapan waktu
     Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya suatu
     perjanjian atau perikatan, melainkan hanya menangguhkan
     pelaksanaannya, ataupun menentukan lama waktu berlakunya
     suatu perjanjian atau perikatan.

•    Perikatan mana suka (alternatif)
     Dalam perikatan semacam ini, si berutang dibebaskan jika ia
     menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam
     perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang untuk
     menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang
     yang lainnya. Hak memilih ada pada si berpiutang, jika hak ini tidak
     secara tegas diberikan kepada si berpiutang.

h)   Perikatan tanggung-menanggung
     Dalam perikatan semacam ini, di salah satu pihak terdapat
     beberapa orang. Dalam hal beberapa orang terdapat di pihak
     debitur (dan ini yang paling lazim), maka tiap-tiap debitur itu dapat
     dituntut untuk memenuhi seluruh utang. Oleh karena itu suatu
     perikatan tanggung-menanggung harus dengan tegas diperjanjikan
     atau ditetapkan dalam Undang-Undang.
     Contoh: Pasal 1749 dan Pasal 1836 KUHPerdata
b)    Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi
      Suatu perikatan, dapat atau tak dapat dibagi, adalah sekedar prestasinya dapat
      dibagi menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakekat
      prestasi itu. Soal dapat atau tidak dapat dibaginya prestasi itu terbawa oleh sifat
      barang yang tersangkut di dalamnya, tetapi         juga dapat disimpulkan dari
      maksudnya perikatan itu.
      Contoh: Pasal 1390 KUHPer (menerima pembayaran sebagian utangnya)

f)    Perikatan dengan ancaman hukuman
      Suatu perikatan di mana ditentukan bahwa si berutang, untuk jaminan
      pelaksanaan perikatannya, diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya
      tidak dipenuhi. Penetapan hukuman ini dimaksudkan sebagai gantinya
      penggantian kerugian yang diderita oleh si berpiutang karena tidak dipenuhinya
      atau dilanggarnya perjanjian.

      Ada 2 (dua) maksud yaitu:
10.   Untuk mendorong atau menjadi cambuk bagi si berutang supaya ia memenuhi
      kewajibannya
11.   Untuk membebaskan si berpiutang dari pembuktian tentang jumlahnya atau
      besarnya kerugian yang dideritanya.
      Contoh: Pasal 1309 dan Pasal 1338 (3)
F. Batal dan Pembatalan suatu Perjanjian



      Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjiannya adalah
              batal demi hukum (bahasa Inggris: null and void)
+   Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi (terdapat kekurangan), maka
    perjanjian itu bukannya batal demi hukum, akan tetapi dapat
    dimintakan pembatalan (canceling) oleh salah satu pihak.
u   Yaitu : Pihak yang tidak cakap menurut hukum (orang tua atau
    walinya, ataupun ia sendiri. Apabila ia sudah menjadi cakap, dan
    pihak yang memberikan perizinannya atau menyetujui perjanjian itu
    secara bebas.

   Untuk meminta melakukan pembatalan perjanjian, diperlukan a.l. ;
g. Kreditur dari salah satu pihak
h. Perjanjian itu merugikan baginya
i. Perbuatan atau perjanjian itu tidak diwajibkan
j. Debitur dan pihak lawan kedua-duanya mengetahui bahwa perbuatan
   itu merugikan kreditur
G. Pelaksanaan Suatu Perjanjian



  Menilik macamnya hak yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi
  dalam 3 (tiga) macam (pasal 1234 KuhPer), yaitu:
3. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan sesuatu barang
  Misalnya:
  jual beli, tukar-menukar, penghibahan/pmberian), sewa-menyewa, pinjam pakai.
6. Perjanjian untuk berbuat sesuatu
  Misalnya:
  perjanjian untuk membuat suatu lukisan, perjanjian perburuhan, perjanjian untuk membuat
  sebuah garansi dan lain sebagainya
9. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
  Misalnya:
  perjanjian untuk tidak mendirikan tembok, perjanjian untuk tidak mendirikan suatu
  perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan orang lain dan lain sebagainya
H. Wanprestasi dan Akibatnya


Wanprestasi        adanya perbuatan alpa atau lalai atau ingkar janji
                   ataupun melanggar perjanjian.


                   Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

                   Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak
Karena :           sebagaimana dijanjikan

                   Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

                   Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
    dilakukannya
Membayar ganti rugi/kerugian yang
                        diderita oleh kreditur




                         Pembatalan perjanjian
 Hukuman atau
  akibat-akibat
dari wanprestasi


                            Peralihan resiko




                   Membayar biaya perkara, kalau sampai
                      diperkarakan di depan hakim
pemenuhan perjanjian




                                    pemenuhan perjanjian
                                      disertai ganti rugi
    Menurut Pasal 1267
 bahwa pihak kreditur dapat
    menuntut si debitur
yang lalai itu dengan tuntutan
                                        ganti rugi saja




                                 pembatalan disertai ganti rugi
I. Berakhirnya Perikatan
               Pembayaran (Pasal 1382 KUHPer)

               Penawaran, Pembayaran Tunai diikuti
               penyimpanan/penitipan

               Pembaharuan utang/novasi (pasal 1413 KUHPer)
Menurut
Pasal 1381     Perjumpaan utang/kompensasi (pasal 1425 KUHPer)
KUHPer
               Percampuran utang (pasal 1436 KUHPer)

               Pembebasan utang (pasal 1438 KUHPer)

               Musnahnya barang yang terutang (Pasal 1444 KUHPer)

               Kebatalan/pembatalan (pasal 1446 KUHPer)

               Berlakunya syarat batal sesuai dengan pasal 1330
               KUHPer (Pasal 1447-1449 KUHPer)

               Lewatnya waktu/daluwarsa
2) Pembayaran
   Artinya jika kewajiban terhadap perikatan itu telah dipenuhi. Pembayaran
   harus diartikan luas, misalnya seorang pekerja melakukan pekerjaan
   termasuk juga pembayaran. Jika pihak ketiga yang membayar hutang
   seorang debitur, kemudian ia sendiri menjadi kreditur baru mengganti
   kreditur lama, maka hal ini disebut Subrogasi.

5) Penawaranpembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan/penitipan
   Yaitu pembayaran tunai yang diberikan oleh debitur, namun tidak
   diterima oleh kreditur, tetapi kemudian oleh debitur disimpan pada
   Pengadilan. Dan apabila Pengadilan mengesahkan pembayaran itu,
   maka perikatan dianggap berakhir.

8) Pembaharuan utang atau novasi
   Menurut Pasal 1413 Kuhper ada 3 (tiga) macam untuk melaksanakan
   suatu pembaharuan utang atau novasi, yaitu:
        a.Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang
          baru guna orang yang menghutangkannya, yang menggantikan
          utang yang lama yang dihapuskan karenanya.
a.   Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
            berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
       b.   Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru
            ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang
            dibebaskan dari perikatannya.

•    Perjumpaan utang atau kompensasi
     Yaitu apabila kedua belah pihak saling mempunyai hutang, maka hutang
     mereka masing-masing diperhitungkan.
     Misalnya si A berhutang Rp. 1.000.000,- kepada si B, dan si B berhutang Rp
     800.000,- kepada si A, maka jika diadakan kompensasi sisa hutangnya Rp
     200.000,- (hutang A kepada B)


5)   Percampuran utang
     Yaitu apabila pada suatu perikatan kedudukan kreditur dan debitur ada di
     satu tangan seperti pada warisan, perkawinan dengan harta gabungan dan
     lain sebagainya.
     Contoh: seorang anak sebagai ahli waris mempunyai hutang kepada
     bapaknya. Jika kemudian bapaknya sebagai kreditur meninggal, maka si
     anak (debitur) berhak menerima warisan (termasuk hak tagihan kepada
     dirinya sendiri), maka dengan sendirinya lunaslah hutang tersebut.
1)   Pembebasan utang

     Yaitu apabila kreditur membebaskan segala hutang-hutang dan
     kewajiban pihak debitur.



4)   Musnahnya barang yang terutang

     Yaitu apabila benda yang diperjanjikan binasa, hilang atau menjadi
     tidak dapat diperdagangkan, maka perjanjian menjadi batal.



7)   Batal/pembatalan

     Yaitu apabila perikatan itu batal atau dibatalkan, misalnya karena
     pihak-pihak tidak cakap bertindak, terdapat paksaan, penipuan atau
     kekeliruan dan lain sebagainya.
1)   Berlakunya suatu syarat batal
     Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang nasibnya
     digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan
     masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya
     perikatan sehingga terjadinya peristiwa tadi, atau membatalkan
     perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.
     Dalam hal yang pertama, perikatan dilahirkan hanya apabila peristiwa
     yang dimaksud terjadi. Dalam hal yang kedua suatu perikatan yang
     sudah dilahirkan justru akan berakhir atau dibatalkan apabila peristiwa
     yang dimaksud itu terjadi. Perikatan semacam inilah yang dinamakan
     perikatan suatu syarat batal.
     Misalnya si A akan memberikan Rp 1.000.000,- kepada si B, tapi jika
     si B tidak lulus ujian SMA maka pemberian itu tidak jadi. Akhirnya si B
     sungguh-sungguh tidak lulus, maka batallah perjanjian itu.

6)   Lewatnya waktu
     Yaitu seseorang dapat dibebaskan dari suatu tanggung jawab sehabis
     masa tertentu dan apabila syarat-syarat yang ditentukan Undang-
     Undang dipenuhi.
Selamat Belajar
        &
Salam sukses selalu

          Amin !


Dr. B.Hartono, SH.,SE.,Ak, MH
  Dr. B.Hartono, SH.,SE.,Ak, MH

More Related Content

What's hot

Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxNaomiPoppyMoore
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Fenti Anita Sari
 
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA Fair Nurfachrizi
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaRizqy Putra
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Legal Drafting
Legal DraftingLegal Drafting
Legal DraftingLeks&Co
 
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariMATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaLeks&Co
 

What's hot (20)

Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
 
Hukum Waris Perdata BW
Hukum Waris Perdata BWHukum Waris Perdata BW
Hukum Waris Perdata BW
 
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-Menyewa
 
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum PerikatanAsas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Legal Drafting
Legal DraftingLegal Drafting
Legal Drafting
 
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariMATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
 
Presentasi hukum perikatan wanprestasi
Presentasi hukum perikatan wanprestasiPresentasi hukum perikatan wanprestasi
Presentasi hukum perikatan wanprestasi
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
HUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAKHUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAK
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
 
pernyataan dan jaminan
pernyataan dan jaminanpernyataan dan jaminan
pernyataan dan jaminan
 
Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan
 

Viewers also liked

Hukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTIHukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTIAdi Sudradjat
 
Hukum perikatan pakai
Hukum perikatan pakaiHukum perikatan pakai
Hukum perikatan pakaiEga Jalaludin
 
Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)Shintia Delinda
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum PerikatanDiarta
 
Definisi perikatan
Definisi perikatanDefinisi perikatan
Definisi perikatanghuvrani
 
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...Toto Wiryosumarto
 
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnisEtika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnis085289742051
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahAlalan Tanala
 
Contoh Surat perjanjian jual beli
Contoh Surat perjanjian jual beliContoh Surat perjanjian jual beli
Contoh Surat perjanjian jual beliJohanez Diaz
 
A. perjanjian sewa menyewa
A. perjanjian sewa menyewaA. perjanjian sewa menyewa
A. perjanjian sewa menyewajunita191
 
Sdp jasa konsultansi badan usaha prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...
Sdp jasa konsultansi badan usaha  prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...Sdp jasa konsultansi badan usaha  prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...
Sdp jasa konsultansi badan usaha prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...Ana Adryana
 

Viewers also liked (18)

Hukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTIHukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTI
 
Hukum perikatan pakai
Hukum perikatan pakaiHukum perikatan pakai
Hukum perikatan pakai
 
Perikatan (perjanjian)
Perikatan (perjanjian)Perikatan (perjanjian)
Perikatan (perjanjian)
 
Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)
 
hukum perjanjian
hukum perjanjianhukum perjanjian
hukum perjanjian
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Definisi perikatan
Definisi perikatanDefinisi perikatan
Definisi perikatan
 
Jenis jenis kontrak
Jenis jenis kontrakJenis jenis kontrak
Jenis jenis kontrak
 
Sppt chap001
Sppt chap001Sppt chap001
Sppt chap001
 
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PALANG MERAH INDONESIA DAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN P...
 
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnisEtika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
 
Pengantar hukum
Pengantar hukumPengantar hukum
Pengantar hukum
 
Pengurusan kontrak
Pengurusan kontrakPengurusan kontrak
Pengurusan kontrak
 
Contoh Surat perjanjian jual beli
Contoh Surat perjanjian jual beliContoh Surat perjanjian jual beli
Contoh Surat perjanjian jual beli
 
Hukum kontrak
Hukum kontrakHukum kontrak
Hukum kontrak
 
A. perjanjian sewa menyewa
A. perjanjian sewa menyewaA. perjanjian sewa menyewa
A. perjanjian sewa menyewa
 
Sdp jasa konsultansi badan usaha prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...
Sdp jasa konsultansi badan usaha  prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...Sdp jasa konsultansi badan usaha  prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...
Sdp jasa konsultansi badan usaha prakualifikasi - seleksi umum atau seleksi ...
 

Similar to Hukum perjanjian kuliah 2

Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjianputrakarno
 
ASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.ppt
ASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.pptASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.ppt
ASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.pptnatalyaivleva1987
 
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANGHukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANGnandianagustina
 
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptxPPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptxFauziRusdianto1
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjianhylmihalim
 
Kn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrak
Kn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrakKn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrak
Kn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrakAhmad Ridwan
 
5. sahnya perikatan
5. sahnya perikatan5. sahnya perikatan
5. sahnya perikatanLukman Az
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisNikky Ningsih
 
Materi Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptx
Materi Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptxMateri Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptx
Materi Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptxMuslim Nugraha
 
1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx
1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx
1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptxakhedy1
 
Azas Perikatan & Macam-macam Perikatan
Azas Perikatan & Macam-macam PerikatanAzas Perikatan & Macam-macam Perikatan
Azas Perikatan & Macam-macam PerikatanFair Nurfachrizi
 
ppt bab 3 aspek hukum.pptx
ppt bab 3 aspek hukum.pptxppt bab 3 aspek hukum.pptx
ppt bab 3 aspek hukum.pptxArifArizky
 
Falsafah Aqad.pptx
Falsafah Aqad.pptxFalsafah Aqad.pptx
Falsafah Aqad.pptxsifaulamin
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptSiumKarang
 

Similar to Hukum perjanjian kuliah 2 (20)

Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Ahdb #3
Ahdb #3Ahdb #3
Ahdb #3
 
ASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.ppt
ASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.pptASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.ppt
ASPEK_HUKUM_DALAM_EKONOMI_STIE_AA_5_denis.ppt
 
Hukum Perjanjian
Hukum PerjanjianHukum Perjanjian
Hukum Perjanjian
 
PERTEMUAN 12.ppt
PERTEMUAN 12.pptPERTEMUAN 12.ppt
PERTEMUAN 12.ppt
 
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANGHukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
 
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptxPPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Kn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrak
Kn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrakKn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrak
Kn 508 slide_syarat-syarat_sahnya_dan_momentum_terjadinya_kontrak
 
Hukum
Hukum Hukum
Hukum
 
Hukum Perjanjian
Hukum PerjanjianHukum Perjanjian
Hukum Perjanjian
 
5. sahnya perikatan
5. sahnya perikatan5. sahnya perikatan
5. sahnya perikatan
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnis
 
Materi Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptx
Materi Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptxMateri Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptx
Materi Kuliah - Perikatan Karena Perjanjian.pptx
 
1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx
1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx
1591504476264_Presentation+12+Hukum+Perdata.pptx
 
Azas Perikatan & Macam-macam Perikatan
Azas Perikatan & Macam-macam PerikatanAzas Perikatan & Macam-macam Perikatan
Azas Perikatan & Macam-macam Perikatan
 
ppt bab 3 aspek hukum.pptx
ppt bab 3 aspek hukum.pptxppt bab 3 aspek hukum.pptx
ppt bab 3 aspek hukum.pptx
 
Falsafah Aqad.pptx
Falsafah Aqad.pptxFalsafah Aqad.pptx
Falsafah Aqad.pptx
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
 

More from Rini Puspita Julianti (9)

Session06 pt
Session06 ptSession06 pt
Session06 pt
 
Session05 pt
Session05 ptSession05 pt
Session05 pt
 
Session04 pt
Session04 ptSession04 pt
Session04 pt
 
Session05 pt
Session05 ptSession05 pt
Session05 pt
 
Session03 pt
Session03 ptSession03 pt
Session03 pt
 
Session02 pt
Session02 ptSession02 pt
Session02 pt
 
Akuntansi jilid 2
Akuntansi jilid 2Akuntansi jilid 2
Akuntansi jilid 2
 
Akuntansi jilid 3
Akuntansi jilid 3Akuntansi jilid 3
Akuntansi jilid 3
 
Akuntansi jiid 1
Akuntansi jiid 1Akuntansi jiid 1
Akuntansi jiid 1
 

Hukum perjanjian kuliah 2

  • 2. A. Pengertian Perjanjian Perjanjian suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. menimbulkan suatu hubungan antara dua orang yang yang disebut PERIKATAN. menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan. itu identik sama dengan persetujuan, karena dua pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Jadi dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.
  • 3. merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. perikatan oleh suatu perjanjian lebih banyak daripada perikatan yang dilahirkan oleh UU, karena : Perjanjian a. Setiap saat dapat dilakukan oleh siapa saja b. kegiatan bisnis/kegiatan terus bergulir tanpa henti c. Tidak perlu pengesahan oleh Negara karena Perjanjian/Persetujuan Perikatan Lahir karena Undang-Undang Perikatan adalah suatu pengertian abstrak Perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa
  • 4. B. Syarat-syarat sahnya suatu Perjanjian 1. Sepakat mereka yg mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian pasal 1320 KUHPer 3. Mengenai suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Syarat pertama dan kedua disebut unsur subyektif, karena kedua syarat itu mengatur tentang orang atau subyeknya yang mengadakan perjanjian. syarat ketiga dan keempat disebut unsur obyektif karena mengatur ttg obyek dari perbuatan hukum yg dilakukan itu.
  • 5. Pada asasnya bahwa Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum, apabila sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya. Orang-orang yang belum dewasa Orang yg Tdk Cakap hukum Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan (Psl 1330 KuhPer) Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
  • 6. B.1. Cacat Syarat Subyektif Karena : “Tidak ada sepakat yang sah (pasal 1321 Kuhper) bisa karena kekhilafan,atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.” a. “Kekhilafan” (psl 1322 ) “Kekhilafan tidak menjadi sebab kebatalan, jika kekhilafan itu hanya terjadi mengenai dirinya orang dengan siapa seorang bermaksud membuat suatu persetujuan, kecuali jika persetujuan itu telah dibuat terutama karena mengingat dirinya orang tersebut.” Kekhilafan (Kesesatan), karena : i. Error In Persona (kekhilafan mengenai orang-orang) Contoh : perjanjian yang dibuat oleh seseorang dengan seorang biduanita terkenal, ternyata kemudian dibuatnya dengan biduanita tidak terkenal, tetapi namanya sama
  • 7. error in substansia (kesesatan mengenai hakikat barangnya) merupakan alasan yang sesungguhnya bagi kedua belah pihak, untuk mengadakan perjanjian. Misalnya : seseorang yang beranggapan bahwa ia membeli lukisan Basuki Abdullah, kemudian mengetahui bahwa lukisan yang dibelinya itu adalah sebuah tiruan. b. Paksaan (psl 1323 Kuhper) “Paksaan yang dilakukan terhadap orang yang membuat suatu persetujuan, merupakan alasan untuk batalnya persetujuan, juga apabila paksaan itu dilakukan oleh seorang pihak ketiga, untuk kepentingan siapa persetujuan tersebut tidak telah dibuat.”
  • 8. maksud dengan paksaan adalah bukan paksaan dalam arti absolut, sebab dalam hal yang demikian itu perjanjian sama sekali tidak terjadi, misalnya jika seseorang yang lebih kuat memegang tangan seseorang yang lemah dan membuat ia mencantumkan tanda tangan di bawah sebuah perjanjian. Pengertian paksaan (psl 1324 Kuhper) “Paksaan telah terjadi, apabila perbuatan itu sedemikian rupa hingga dapat menakutkan seorang yang berpikiran sehat, dan apabila perbuatan itu dapat menimbulkan ketakutan pada orang tersebut bahwa dirinya atau kekayaannya terancam dengan suatu kerugian yang terang dan nyata, Dalam mempertimbangkan hal itu, harus diperhatikan usia, kelamin dan kedudukan orang-orang yang bersangkutan.” Yang dimaksud dengan paksaan ialah kekerasan jasmani atau ancaman (akan membuka rahasia) dengan sesuatu yang diperbolehkan hukum yang menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia membuat perjanjian. Di sini paksaan itu harus benar-benar menimbulkan suatu ketakutan bagi yang menerima paksaan.
  • 9. c) Penipuan (psl 1328 Kuhper) “Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan persetujuan, apabila tipu-muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika dilakukan tipu-muslihat tersebut. Penipuan tidak dipersangkutkan, tetapi harus dibuktikan.” B.2. Syarat Objektif dapat diperdagangkan dipergunakan untuk kepentingan umum antara lain seperti jalan umum, pelabuhan umum, gedung-gedung umum & sebagainya tidaklah dapat dijadikan 0bjek perjanjian. Barang harus Dapat ditentukan jenisnya Barang yang akan datang (psl 1332) “Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok persetujuan-persetujuan.” Objek perjanjian (psl 1333) “Suatu persetujuan harus mempunyai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.”
  • 10. Kalau syarat itu terpenuhi,maka perjanjian itu batal demi hukum. syarat objektif Artinya dari semula tidak pernah suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan jika syarat itu tidak dipenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak syarat subjektif mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan.
  • 11. C. JENIS – JENIS PERJANJIAN 2. Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak Misalnya: perjanjian jual-beli 6. Perjanjian Cuma-Cuma (Pasal 1314 KUHPerdata) adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja Misalnya: hibah 10. Perjanjian Atas Beban adalah perjanjian di mana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. • Perjanjian Bernama (Benoemd) perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang- undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus ini terdapat dalam Bab V s/d Bab XVIII KUHPerdata.
  • 12. 1. Perjanjian Tidak Bernama Di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian- perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Lahirnya perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi. 4. Perjanjian Obligatoir adalah perjanjian di mana pihak-pihak sepakat, mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. 7. Perjanjian Kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering, transfer). 10. Perjanjian Konsensual (Pasal 1338KUHPerdata) adalah perjanjian di mana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. 13. Perjanjian Riil Perbedaan antara perjanjian konsensual dan riil ini adalah sisa dari hukum Romawi yang untuk perjanjian-perjanjian tertentu diambil alih oleh Hukum Perdata kita. 16. Perjanjian Liberatoir Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada Misalnya pembebasan utang (Pasal 1438 KUHPerdata)
  • 13. 1. Perjanjian Pembuktian Perjanjian di mana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka 3. Perjanjian Untung-Untungan Perjanjian yang objeknya ditentukan kemudian Misanya: perjanjian asuransi Pasal 1774 KUHPerdata 6. Perjanjian Publik yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Misalnya: perjanjian ikatan dinas 9. Perjanjian Campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian Misalnya: pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa-menyewa) tapi pula menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan.
  • 14. D. Asas-asas Hukum Perjanjian Asas perjanjian yang sah adalah UU (psal 1338 KUHPer) Asas kebebasan mengadakan perjanjian (partij otonomi) Asas konsensualisme (persesuaian kehendak) Asas kepercayaan Asas kekuatan mengikat Asas -Asas Asas persamaan hukum Asas keseimbangan Asas kepastian hukum Asas moral (pasal 1339 KUHPer) Asas kepatutan (pasal 1339 KUHPer) Asas Kebiasaan
  • 15. E. Macam-Macam Perikatan Perikatan bersyarat Perikatan dengan ketetapan waktu Menurut Perikatan mana suka (alternatif) Hukum Perdata Perikatan tanggung-menanggung atau soldier Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi Perikatan dengan ancaman hukuman h) Perikatan bersyarat Suatu perikatan adalah bersyarat, apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatal kan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut. Dalam Hukum Perjanjian, pada asasnya suatu syarat batal selalu berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian. Contoh: Pasal 1265 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
  • 16. b) Perikatan dengan ketetapan waktu Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian atau perikatan. • Perikatan mana suka (alternatif) Dalam perikatan semacam ini, si berutang dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang yang lainnya. Hak memilih ada pada si berpiutang, jika hak ini tidak secara tegas diberikan kepada si berpiutang. h) Perikatan tanggung-menanggung Dalam perikatan semacam ini, di salah satu pihak terdapat beberapa orang. Dalam hal beberapa orang terdapat di pihak debitur (dan ini yang paling lazim), maka tiap-tiap debitur itu dapat dituntut untuk memenuhi seluruh utang. Oleh karena itu suatu perikatan tanggung-menanggung harus dengan tegas diperjanjikan atau ditetapkan dalam Undang-Undang. Contoh: Pasal 1749 dan Pasal 1836 KUHPerdata
  • 17. b) Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi Suatu perikatan, dapat atau tak dapat dibagi, adalah sekedar prestasinya dapat dibagi menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakekat prestasi itu. Soal dapat atau tidak dapat dibaginya prestasi itu terbawa oleh sifat barang yang tersangkut di dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu. Contoh: Pasal 1390 KUHPer (menerima pembayaran sebagian utangnya) f) Perikatan dengan ancaman hukuman Suatu perikatan di mana ditentukan bahwa si berutang, untuk jaminan pelaksanaan perikatannya, diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya tidak dipenuhi. Penetapan hukuman ini dimaksudkan sebagai gantinya penggantian kerugian yang diderita oleh si berpiutang karena tidak dipenuhinya atau dilanggarnya perjanjian. Ada 2 (dua) maksud yaitu: 10. Untuk mendorong atau menjadi cambuk bagi si berutang supaya ia memenuhi kewajibannya 11. Untuk membebaskan si berpiutang dari pembuktian tentang jumlahnya atau besarnya kerugian yang dideritanya. Contoh: Pasal 1309 dan Pasal 1338 (3)
  • 18. F. Batal dan Pembatalan suatu Perjanjian Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjiannya adalah batal demi hukum (bahasa Inggris: null and void) + Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi (terdapat kekurangan), maka perjanjian itu bukannya batal demi hukum, akan tetapi dapat dimintakan pembatalan (canceling) oleh salah satu pihak. u Yaitu : Pihak yang tidak cakap menurut hukum (orang tua atau walinya, ataupun ia sendiri. Apabila ia sudah menjadi cakap, dan pihak yang memberikan perizinannya atau menyetujui perjanjian itu secara bebas. Untuk meminta melakukan pembatalan perjanjian, diperlukan a.l. ; g. Kreditur dari salah satu pihak h. Perjanjian itu merugikan baginya i. Perbuatan atau perjanjian itu tidak diwajibkan j. Debitur dan pihak lawan kedua-duanya mengetahui bahwa perbuatan itu merugikan kreditur
  • 19. G. Pelaksanaan Suatu Perjanjian Menilik macamnya hak yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi dalam 3 (tiga) macam (pasal 1234 KuhPer), yaitu: 3. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan sesuatu barang Misalnya: jual beli, tukar-menukar, penghibahan/pmberian), sewa-menyewa, pinjam pakai. 6. Perjanjian untuk berbuat sesuatu Misalnya: perjanjian untuk membuat suatu lukisan, perjanjian perburuhan, perjanjian untuk membuat sebuah garansi dan lain sebagainya 9. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu Misalnya: perjanjian untuk tidak mendirikan tembok, perjanjian untuk tidak mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan orang lain dan lain sebagainya
  • 20. H. Wanprestasi dan Akibatnya Wanprestasi adanya perbuatan alpa atau lalai atau ingkar janji ataupun melanggar perjanjian. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak Karena : sebagaimana dijanjikan Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya
  • 21. Membayar ganti rugi/kerugian yang diderita oleh kreditur Pembatalan perjanjian Hukuman atau akibat-akibat dari wanprestasi Peralihan resiko Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim
  • 22. pemenuhan perjanjian pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi Menurut Pasal 1267 bahwa pihak kreditur dapat menuntut si debitur yang lalai itu dengan tuntutan ganti rugi saja pembatalan disertai ganti rugi
  • 23. I. Berakhirnya Perikatan Pembayaran (Pasal 1382 KUHPer) Penawaran, Pembayaran Tunai diikuti penyimpanan/penitipan Pembaharuan utang/novasi (pasal 1413 KUHPer) Menurut Pasal 1381 Perjumpaan utang/kompensasi (pasal 1425 KUHPer) KUHPer Percampuran utang (pasal 1436 KUHPer) Pembebasan utang (pasal 1438 KUHPer) Musnahnya barang yang terutang (Pasal 1444 KUHPer) Kebatalan/pembatalan (pasal 1446 KUHPer) Berlakunya syarat batal sesuai dengan pasal 1330 KUHPer (Pasal 1447-1449 KUHPer) Lewatnya waktu/daluwarsa
  • 24. 2) Pembayaran Artinya jika kewajiban terhadap perikatan itu telah dipenuhi. Pembayaran harus diartikan luas, misalnya seorang pekerja melakukan pekerjaan termasuk juga pembayaran. Jika pihak ketiga yang membayar hutang seorang debitur, kemudian ia sendiri menjadi kreditur baru mengganti kreditur lama, maka hal ini disebut Subrogasi. 5) Penawaranpembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan/penitipan Yaitu pembayaran tunai yang diberikan oleh debitur, namun tidak diterima oleh kreditur, tetapi kemudian oleh debitur disimpan pada Pengadilan. Dan apabila Pengadilan mengesahkan pembayaran itu, maka perikatan dianggap berakhir. 8) Pembaharuan utang atau novasi Menurut Pasal 1413 Kuhper ada 3 (tiga) macam untuk melaksanakan suatu pembaharuan utang atau novasi, yaitu: a.Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang menghutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan karenanya.
  • 25. a. Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya. b. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya. • Perjumpaan utang atau kompensasi Yaitu apabila kedua belah pihak saling mempunyai hutang, maka hutang mereka masing-masing diperhitungkan. Misalnya si A berhutang Rp. 1.000.000,- kepada si B, dan si B berhutang Rp 800.000,- kepada si A, maka jika diadakan kompensasi sisa hutangnya Rp 200.000,- (hutang A kepada B) 5) Percampuran utang Yaitu apabila pada suatu perikatan kedudukan kreditur dan debitur ada di satu tangan seperti pada warisan, perkawinan dengan harta gabungan dan lain sebagainya. Contoh: seorang anak sebagai ahli waris mempunyai hutang kepada bapaknya. Jika kemudian bapaknya sebagai kreditur meninggal, maka si anak (debitur) berhak menerima warisan (termasuk hak tagihan kepada dirinya sendiri), maka dengan sendirinya lunaslah hutang tersebut.
  • 26. 1) Pembebasan utang Yaitu apabila kreditur membebaskan segala hutang-hutang dan kewajiban pihak debitur. 4) Musnahnya barang yang terutang Yaitu apabila benda yang diperjanjikan binasa, hilang atau menjadi tidak dapat diperdagangkan, maka perjanjian menjadi batal. 7) Batal/pembatalan Yaitu apabila perikatan itu batal atau dibatalkan, misalnya karena pihak-pihak tidak cakap bertindak, terdapat paksaan, penipuan atau kekeliruan dan lain sebagainya.
  • 27. 1) Berlakunya suatu syarat batal Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang nasibnya digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan sehingga terjadinya peristiwa tadi, atau membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut. Dalam hal yang pertama, perikatan dilahirkan hanya apabila peristiwa yang dimaksud terjadi. Dalam hal yang kedua suatu perikatan yang sudah dilahirkan justru akan berakhir atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi. Perikatan semacam inilah yang dinamakan perikatan suatu syarat batal. Misalnya si A akan memberikan Rp 1.000.000,- kepada si B, tapi jika si B tidak lulus ujian SMA maka pemberian itu tidak jadi. Akhirnya si B sungguh-sungguh tidak lulus, maka batallah perjanjian itu. 6) Lewatnya waktu Yaitu seseorang dapat dibebaskan dari suatu tanggung jawab sehabis masa tertentu dan apabila syarat-syarat yang ditentukan Undang- Undang dipenuhi.
  • 28. Selamat Belajar & Salam sukses selalu Amin ! Dr. B.Hartono, SH.,SE.,Ak, MH Dr. B.Hartono, SH.,SE.,Ak, MH