SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
TEORI BELAJAR HUMANISTIK 
A. Latar Belakang 
Setelah mempelajari berbagai teori belajar pada 
matakuliah Psikologi Pendidikan saya memilih teori belajar 
humanistik dalam bentuk tugas ini sebagai hasil dari apa yang 
saya pelajari selama ini. Saya memilih teori ini juga 
dikarenakan ketertarikan saya untuk membahas teori ini. Teori 
ini lebih menekankan isi dalam belajar dari pada prosesnya, 
dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam 
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa 
adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia 
keseharian. Selain itu saya memilih teori ini berdasaran hasil 
pengaplikasian sebelumnya yaitu penugasan dengan 
mengajarkan materi fisika kepada salah satu murid Sekolah 
Menengah Pertama. Berdasarkan penugasan tersebut saya 
memutuskan untuk membahas teori belajar humanistik dalam 
tugas ini. 
B. Tujuan Penulisan 
Penulisan ini bertujuan sebagai bahan untuk belajar baik 
bagi penulis maupun bagi pembaca serta bertujuan pula sebagai 
bentuk pengaplikasian dari hasil belajar penulis. Selain itu
penulisan ini juga bertujuan sebagai tolak ukur dalam penilaian 
kognitif, psikomotorik dan afektif bagi penulis dalam 
matakuliah Psikologi Pendidikan. 
C. Teori 
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama 
psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang 
multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, 
yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri 
manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah 
alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik 
yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional 
behaviorisme dan psikoanalis. Psikologi humanistik juga 
memberikan sumbangan pendidikan alternatif yang dikenal 
dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic 
education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan 
individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. 
Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan 
keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model 
pendidikan humanistik. Aliran Psikologi Humanistik selalu 
mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui 
penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada 
setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman,
proses pendidikan pun senantiasa berubah (Ratna Syifa’a 
Rachmahana, 2008). 
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus 
berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori 
ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam 
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan 
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. 
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam 
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa 
adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia 
keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk 
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan 
sebagainya) dapat tercapai (Hamzah B. Uno, 2006). 
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil 
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. 
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun 
ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. 
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari 
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang 
pengamatnya (Novina Suprobo,2008). 
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa 
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai 
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi 
yang ada dalam diri mereka. 
D. Tokoh-tokoh aliran Humanistik 
1. Abraham Maslow 
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah 
tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di 
bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap 
upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya 
yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia 
terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan 
yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 
1993).
Maslow berpendapat, 
bahwa manusia memiliki 
hierarki kebutuhan yang 
dimulai dari kebutuhan 
jasmaniah yang paling 
asasi sampai dengan 
kebutuhan tertinggi yakni 
kebutuhan estetis. 
Kebutuhan jasmaniah 
epublishersweekly.blogspot.com 
seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk 
dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah 
kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan 
kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya 
adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti 
dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan 
untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. 
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong 
seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan 
perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai 
pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, 
yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh 
orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua 
kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi 
lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, 
yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan 
kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini 
tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan 
ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni 
dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan 
pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya 
kebutuhan estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti 
kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan. 
Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang 
pertama dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat 
kebutuhan yang pertama disebutnya deficiency need 
(kebutuhan yang timbul karenakekurangan), dan pemenuhan 
kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. 
Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need 
(kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih 
bergantung pada manusia itu sendiri. Implikasi dari teori 
Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses 
belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori 
ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami
mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan 
rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau 
bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk 
belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak 
atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami 
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang 
berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi 
anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi 
yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada 
masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, 
dan lain-lain. 
2. Carl R. Rogers 
Carl R. Rogers adalah seorang ahli 
psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya 
berpengaruh terhadap pikiran 
dan praktek psikologi di semua bidang, 
baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. 
Lebih khusus dalam bidang pendidikan, 
www.blatner.com 
Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar 
yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar 
yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif 
sendiri, dan belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).
Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip 
tersebut adalah sebagai berikut : 
a. Hasrat untuk Belajar 
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk 
belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak 
apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. 
Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar 
pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak 
diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan 
dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk 
menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di 
sekitarnya. 
b. Belajar yang Berarti 
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang 
dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. 
Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari 
mempunyai arti baginya. 
c. Belajar Tanpa Ancaman 
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan 
dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas
ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid 
dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman 
baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa 
mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan. 
d. Belajar atas Inisiatif Sendiri 
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan 
atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si 
pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah 
memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada 
murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how 
to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan 
pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada 
memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan 
masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. 
Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik 
pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri 
juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan 
percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif 
sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang 
dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan 
penilaian. Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri 
dan kurang bersandar pada penilaian pihak lain. Di samping
atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek 
pribadi, kognitif maupun afektif. Rogers dan para ahli 
humanistik yang lain menamakan jenis belajar ini sebagai 
whole-person-learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar 
dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanistik percaya, bahwa 
belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan memiliki 
(feeling of belonging ) pada diri murid. Dengan demikian, 
murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat 
menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa 
bergairah untuk terus belajar. 
e. Belajar dan Perubahan 
Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah 
bahwa belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang 
proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau 
murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang 
statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh 
di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan 
zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. 
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa 
yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk 
hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan 
dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah
orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah 
dan akan terus berubah. 
3. Arthur Combs 
Perasaan, persepsi, keyakinan 
dan maksud merupakan perilaku-perilaku 
batiniah yang 
menyebabkan seseorang berbeda 
dengan yang lain. Agar dapat 
memahami orang lain, seseorang 
harus melihat dunia orang lain 
tersebut, bagaimana ia berpikir dan 
merasa tentang dirinya. Itulah 
www.psychoweb.cz 
sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang 
harus mengubah persepsinya. Menurut Combs, perilaku yang 
keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan 
seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai 
akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau 
memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak 
berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu 
tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. 
Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitasaktivitas
yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan 
reaksinya (Rumini, dkk. 1993). 
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat dua 
bagian belajar, yaitu diperolehnya informasi baru dan 
personalisasi informasi baru tersebut. Adalah keliru jika guru 
berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan 
pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, 
sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran 
itu; murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan 
makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang 
menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan 
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid 
memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan 
pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan 
bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, 
guru boleh bersenang hati bahwa missinya telah berhasil. 
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) 
dari pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang 
pengaruhnya terhadap seseorang. Sebaliknya, semakin dekat 
hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar 
pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi
jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera 
dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya. 
4. Aldous Huxley 
Manusia memiliki banyak potensi 
yang selama ini banyak terpendam dan 
disia-siakan. Pendidikan diharapkan 
mampu membantu manusia dalam 
mengembangkan potensi-potensi 
tersebut, oleh karena itu kurikulum 
darkbooks.org 
dalam proses pendidikan harus 
berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini melibatkan 
semua pihak, seperti guru, murid maupun para pemerhati 
ataupun peneliti dan perencana pendidikan. Huxley (Roberts, 
1975) menekankan adanya pendidikan non-verbal yang juga 
harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan non verbal bukan 
berwujud pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun 
menari, melainkan hal-hal yang bersifat diluar materi 
pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran 
seseorang. Proses pendidikan non verbal seyogyanya dimulai 
sejak usia dini sampai tingkat tinggi. Betapapun, agar 
seseorang bisa mengetahui makna hidup dalam kehidupan yang 
nyata, mereka harus membekali dirinya dengan suatu kebijakan
hidup, kreativitas dan mewujudkannya dengan langkah-langkah 
yang bijaksana. Dengan cara ini seseorang akan 
mendapatkan kehidupan yang nikmat dan penuh arti. Berbekal 
pendidikan non verbal, seseorang akan memiliki banyak 
strategi untuk lebih tenang dalam menapaki hidup karena 
memiliki kemampuan untuk menghargai setiap pengalaman 
hidupnya dengan lebih menarik. Akhirnya apabila setiap 
manusia memiliki kemampuan ini, akan menjadi sumbangan 
yang berarti bagi kebudayaan dan moral kemanusiaan. 
5. David Mills dan Stanley Scher 
Ilmu Pengetahuan Alam selama bertahun-tahun hanya 
dibahas dan dipelajari secara kognitif semata, yakni sebagai 
akumulasi dari fakta-fakta dan teori-teori. Padahal, 
bagaimanapun, praktek dari ilmu pengetahuan selalu 
melibatkan elemen-elemen afektif yang meliputi adanya 
kebutuhan akan pengetahuan, penggunaan intuisi dan imajinasi 
dalam usaha-usaha kreatif, pengalaman yang menantang, 
frustasi, dan lain-lain. Berdasarkan fenomena tersebut, David 
Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan konsep 
pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang 
mengikutsertakan afeksi atau perasaan murid dalam belajar. 
Metode afektif yang melibatkan perasaan telah bisaa
diterapkan pada murid-murid untuk pelajaran IPS, Bahasa dan 
Seni. Sebetulnya ahli yang memulai merintis usaha ini adalah 
George Brown, namun kedua ahli ini kemudia mencoba 
melakukan riset yang bertujuan menemukan aplikasi yang 
lebih real dalam usaha tersebut. Penggunaan pendekatan 
terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA, pendidikan 
bisnis dan bahkan otomotif. Pendekatan terpadu atau confluent 
approace merupakan sintesa dari Psikologi Humanistik – 
khususnya Terapi Gestalt- dan pendidikan, yang melibatkan 
integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses 
belajar. Elemen kognitif menunjuk pada berpikir, kemampuan 
verbal, logika, analisa, rasio dan cara-cara intelektual, 
sedangkan elemen afektif menunjuk pada perasaan, caracara 
memahami yang melibatkan gambaran visual-spasial, fantasi, 
persepsi keseluruhan, metaphor, intuisi, dan lain-lain. Tujuan 
umum dari pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran 
murid-murid terhadap dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, 
serta meningkatkan kemampuan untuk menggunakan 
kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan dengan berbagai 
cara, menerima petunjuk-petunjuk internal dan menerima 
tanggung jawab bagi setiap pilihan mereka. Fungsi guru dalam 
pendekatan terpadu adalah untuk lebih membebaskan murid
dari ketergantungan kepada guru, dengan tujuan akhir 
mengembangkan responsibilitas murid untuk belajar sendiri. 
Guru hanya membantu mereka dengan memberikan pilihan-pilihan 
yang masuk akal bagi pikiran mereka, dan jika perlu 
guru bisa menolak memberikan bantuan untuk halhal yang bisa 
ditangani oleh murid sendiri. Lebih jauh, David Mills dan 
Stanley Scher memaparkan tujuan pendidikan terpadu ini 
secara detail sebagai berikut : 
a. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu 
pengetahuan, termasuk penemuan ide-ide baru, baik proses 
intelektual maupun afektif. 
b. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk 
menggali dan mengerti diri mereka sendiri dan lingkungan 
sekitarnya dengan cara yang ilmiah. 
c. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep 
dan ide-ide dalam ilmu pengetahuan. 
d. Menggali bersama-sama murid, implikasi-implikasi 
dari aplikasi yang mungkin dari ilmu pengetahuan. 
e. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses 
maupun pengetahuan ilmiah untuk diri mereka, serta 
meningkatkan kesadaran murid terhadap dunia mereka dan 
setiap pilihan yang mereka ambil. Penerapan metode gabungan
antara kognitif dan afektif ini menunjukkan hasil yang lebih 
efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan aspek 
kognitif. Para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran 
dengan menggunakan fantasi, role playing dan game , misalnya 
mengajarkan teori Newton dengan murid berperan sebagai 
astronot. 
Setelah membahas tentang teori belajar humanistik maka 
dapat diaplikasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 
(RPP) seperti contoh di bawah ini: 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 
(RPP) 
Satuan Pendidikan : SMP ....... 
Kelas/Semester : VII (Tujuh)/2 
Mata Pelajaran : Fisika/ IPA ( Ilmu Pengetahuan 
Alam) 
Materi Pokok : Gerak 
Kompetensi Inti 
KI 1 : 
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 
KI 2 :
Mengembangkan perilaaku (jujur, disiplin, tanggngjawab, 
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, 
cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukan sikap 
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa 
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan 
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa 
dalam pergaulan dunia. 
KI 3 : 
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, 
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, 
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, 
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan keajaiban, 
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian 
yang speifik sesuai dengan bakat dan minatnyauntuk 
memecahkan masalah. 
KI 4 : 
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan 
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang di 
pelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu 
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. 
Kompetensi Dasar :
1.1 Mendeskripsikan Gerak, yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB) 
dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). 
Tujuan Pembelajaran : 
 Kognitif : 
1. Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan 
pengertian gerak melalui suatu alat peraga (C2). 
PB 8: Perkembangan Kognitif 
Pada perkembangan kognitif terjadi proses-peoses mental 
atau pikiran, meliputi bagaimana informasi diperoleh, 
dipresentaikan dan ditrasfermasikan sebagai pengetahuan. 
Dari proses tersebut siswa dapat menjelaskan kembali apa 
yang di dapat selama proses-proses mental tersebut. 
Menurut Jean Pieget tahapan pada proses ini yaitu tahap 
Operasional Formal dimana pada tahap ini siswa telah 
dapat berfikir secara logis tentang masalah abstrak dan 
hipotesis secara sistematis. 
2. Siswa mampu menyebutkan macam-macam gerak (C1). 
3. Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian 
perpindahan, kelajuan dan kecepatan sesuai dengan konsep 
yang telah mereka pahami melalui suatu alat peraga (C2).
4. Siswa mampu memisahkan antara kelajuan dan kecepatan 
(C4) 
5. Siswa mampu memperhitungkan soal-soal yang berkaitan 
dengan perpindahan, kelajuan dan kecepatan (C3). 
6. Siswa mampu mengubah atau mengkonversikan nilai 
kecepatan ke Satuan Internasional (SI) (C3). 
7. Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian 
Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah 
Beraturan (GLBB) melalaui suatu alat peraga (C2). 
8. Siswa mampu membandingkan perbedaan antara Gerak 
Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan 
(GLBB) (C4). 
9. Siswa mampu menghubungkan teori yang diberikan dengan 
soal-soal yang berkaitan dengan Gerak Lurus Beraturan (GLB) 
dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) (C4). 
 Psikomotorik : 
1. Siswa mampu menunjukan contoh gerak sesuai dengan 
konsep yang mereka pahami melalui suatu alat peraga (P1). 
PB 3: Perkembangan Paikomotorik 
Perkembangan psikomotorik berhubungan dengan hasil 
belajar yang pencapainnya melalui keterampilan 
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.
Sebelum keranah psikomotorik siswa melalui beberapa 
tahap sebelum ia dapat menunjukan contoh suatu gerakan. 
Tahap pertama yaitu tahap kognitif , pada tahap ini siswa 
masih melakukan gerak lambat karna masih dalam tahap 
belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. 
Kemudian tahap kedua yaitu tahap asosiatif, pada tahap 
ini siswa memerlukan waktu yang lebih pendek untuk 
mengasosiasikan gerakan yang telah ia kenal dengan 
gerakan yang sedang ia pelajari. Tahapan yang ketiga yaitu 
tahapan otonomi, pada tahap ini siswa telah mencapai 
peoses belajar yang sudah hampir lengkap meskipun ia 
masih memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. 
2. Siswa mampu menujukan berbagai contoh gerk dalam 
kehidupan sehari-hari (P1). 
3. Siswa mampu mempraktekan contoh perpindahan, kelajuan 
dan kecepatan (P3). 
4. Siswa mampu menghubungkan konsep perpindahan, 
kelajuan dan kecepatan dengan gerak (P1). 
5. Siswa mampu menanggapi hasil perhitungan dari soal-soal 
yang berhubungan dengan perpindahan, kelajuan dan 
kecepatan (P2).
6. Siswa mampu menanggapi soal yang berkaitan dengan 
pengubahan atau pengkonversian kecepatan ke Satuan 
Internasional (SI) (P2). 
7. Siswa mampu menunjukan contohkan Gerak Lurus 
Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 
(P1). 
 Afektif : 
1. Siswa mampu melaksanakan sebuah contoh gerak dari hasil 
pemikiran konsep melalui suatu alat peraga. 
PB 10: Perkembangan nilai, moral dan sikap 
Pada perkembangan nilai, moral dan sikap, sebelum siswa 
menentukan suatu sikap tertentu terhadap suatu umpan 
balik dari apa yang telah ia terima, siswa perlu 
diperkenalkan dengan nilai kemudian dihayati dan 
didorong dengan moral baru akan terbentuk sikap tertentu 
terhadap nilai-nilai tersebut. Tahapan moral ang terjadi 
disini yaitu tahapan moralitas otonom. Tahapan ini 
dikemukakan oleh Piaget. Pada tahapan moralitas otonom 
ini seorang memahami bahwa oranglah yang membuat 
aturan dan bahwa hukuman tidak bersifat otomatisi 
sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya tanpa
terpaku dengan hukuman karna pendapat yang ia 
kemukakan. 
2. Siswa mampu menyempurnakan penegertian gerak melalui 
contoh dalam kehidupan sehari-hari. 
3. Siswa mampu memperlihatkan hubungan antara 
perpindahan, kelajuan dan kecepatan serta gerak. 
PB 9: Perkembangan Konsep diri dan emosi 
Konsep diri merupakan pola-pola kepribadian yang 
menjadi landasan bagi perwujudan di lingkungan 
kehidupan. Sedangkan emosi merujuk pada suatu 
perasaan dan pikiran yang khas pada suatu keadaan 
biologis dan psikologis sehingga menentukan 
kecenderungan dalam bertindak. Dalam hal ini siswa 
melalui tahapan konsep diri yaitu pada masa remaja awal. 
Sebelum melakukan suatu tindakan hasil dari emosi siswa 
telah terlebih dahulu memahami konsep diri yang ia miliki. 
Pada masa remaja awal siswa semakin menguasai 
kemampuan melakukan pemikiran abstrak dan semakin 
mampu mengidentifikasikan dirinya. Dalam kata lain 
sebelum memperlihatkan sesuatu dalam bentuk gerak 
siswa telah mampu mengidentifikasi konsep dirinya dan 
dikembangkan melalui emosi yang dimilikinya.
4. Siswa mampu mengaitkan rumus dari perpindahan, kelajuan 
dan kecepatan dengan soal-soal yang di berikan. 
5. Siswa mampu menyelesaikan perhitungan pada satuan-satuan 
yang di gunakan dalam perpindahan, kelajuan dan 
kecepatan termasuk dalam pengubahan satuan atau 
pengkonversian ke Satuan Internasional (SI). 
6. Siswa mampu memilih dan membedakan Gerak Lurus 
Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 
serta mencontohkan menurut kehidupan sehari-hari. 
Materi Ajar 
 Benda bergerak 
 Perpindahan, kelajuan, kecepatan dan percepatan 
 Kecepatan rata-rata 
 Pengkonversian satuan kecepatan dan percepatan 
 Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah 
Beraturan (GLBB) 
Metode Pembelajaran 
 Demonstrasi 
PB 11: Perkembangan Kreativitas 
Dengan metode demostrasi siswa diharpkan dapat 
mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya. Kreatifitas
adalah suatu yang baru hasil dari pemikiran yang belum 
pernah ada sebelumnya. 
 Diskusi Kelompok 
PB 13: Cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar 
Dengan cara berdiskusi kelompok siswa diharapkan dapat 
mengatasi kejenuhan dalam belajar. Dalam diskusi 
kelompok siswa dituntut untuk menyampaikan pendapat 
dari hasil pemikirannya dan disanalah terjadi pertukaran 
pendapat antar teman diskusi kelompok dan hal tersebut 
juga dapat mengatasi kelupaan karena siswa diminta 
untuk aktif bertukar pendapat antar teman diskusi 
kelompok tersebut. 
 Penugasan 
 PB : Teori Bakat Multiple Intellence 
Melalui penugasan siswa dapat dinilai dalam berbagai hal 
diantaranya yaitu kognitif, psikomotorik, afekttif bahkan 
bakatnya pun dapat diketahui melalui penugasan tersebut. 
Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam 
metode penugasan yang diberikan. Contohnya dengan 
metode uraian siswa dapat diketahui bakatnya melalui 
jawaban yang diberikan siswa. Jika
Alat/Media/Bahan 
 Alat : Kelereng, mobil mainan 
 Bahan Ajar : 
Langkah Kegiatan/Skenario Pembelajaran 
Setelah mereviu hasil pencapaian kompetensi dasar (KD) 
sebelumnya, siswa mengikuti peragaan gerak, perpindahan, 
kecepatan dan percepatan untuk menemukan perbedaannya 
kemudian dari peragaan tersebut siswa dapat pula menentukan 
rumusan dari perpindahan, kecepatan dan percepatan. 
Selanjutnya melalui diskusi, mendefinisikan Gerak Lurus 
Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 
untuk menentukan perbedaan di keduanya. Siswa dari 
perwakilan dua kelompok prktik mempresentasikan hasil 
percobaan dan penerapan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan 
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dalam kehidupan 
sehari-hari. Selama proses pembelajaran, dilakukan penilaian 
proses pada aktivitas di kelas dan tugas mandiri. 
E. Daftar Pustaka
Desmita.Psikologi Perkembangan.Bandung: Rosda 
Karya,2007 
Ellis, Janne O.Psikologi Pendidikan jilid 
2.Jakrta:Erlangga,2008 
Samana,A.Sistem Pengajaran.Yogyakarta: Kanisius,1992 
Slavin, Robert E.Psikologi Pendidikan Teori dan 
Praktik.Jakarta: PT Indeks,2008 
Syaodah Sukmadinata,Nana.Landasan Psikologi Proses 
Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2009 
Syifa’a, Ratna Rachmahana.UII-Pendidikan-Islam-Tarbawi- 
Rachmahana – 18. 
http://journal.uii.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/191/180. 
(diakses pada 24 Juni 2014 pukul 16:41)

More Related Content

What's hot

Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatModel dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatMichaelLee1007
 
mind mapping Bimbingan dan Konseling
 mind mapping Bimbingan dan Konseling mind mapping Bimbingan dan Konseling
mind mapping Bimbingan dan KonselingIndraRamadhani3
 
power point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BKpower point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BKkhomisah
 
Slide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosialSlide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosialAdryan Dan
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraAlfiramita Hertanti
 
Teori belajar konstruktivisme dan penerapannya
Teori belajar konstruktivisme dan penerapannyaTeori belajar konstruktivisme dan penerapannya
Teori belajar konstruktivisme dan penerapannyaBelum Kerja
 
Perkembangan Bahasa Remaja
Perkembangan Bahasa RemajaPerkembangan Bahasa Remaja
Perkembangan Bahasa RemajaTiti Imansari
 
Teori belajar vygotsky
Teori belajar vygotskyTeori belajar vygotsky
Teori belajar vygotskyhasanah sn
 
Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1
Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1
Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1Ahmat Fanany
 
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesiaekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesiaarlanridfan farid
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individuFaktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individufara dillah
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTAndhika Pratama
 

What's hot (20)

Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatModel dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
 
mind mapping Bimbingan dan Konseling
 mind mapping Bimbingan dan Konseling mind mapping Bimbingan dan Konseling
mind mapping Bimbingan dan Konseling
 
power point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BKpower point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BK
 
Humanisme ppt
Humanisme pptHumanisme ppt
Humanisme ppt
 
Slide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosialSlide teori belajar sosial
Slide teori belajar sosial
 
Ppt carl rogers
Ppt carl rogersPpt carl rogers
Ppt carl rogers
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
 
Teori belajar konstruktivisme dan penerapannya
Teori belajar konstruktivisme dan penerapannyaTeori belajar konstruktivisme dan penerapannya
Teori belajar konstruktivisme dan penerapannya
 
Perkembangan Bahasa Remaja
Perkembangan Bahasa RemajaPerkembangan Bahasa Remaja
Perkembangan Bahasa Remaja
 
Pertemuan ke-9 Erich Fromm
Pertemuan ke-9 Erich FrommPertemuan ke-9 Erich Fromm
Pertemuan ke-9 Erich Fromm
 
Teori Vygotsky
Teori VygotskyTeori Vygotsky
Teori Vygotsky
 
Teori belajar vygotsky
Teori belajar vygotskyTeori belajar vygotsky
Teori belajar vygotsky
 
Teori Abraham Maslow
Teori Abraham Maslow Teori Abraham Maslow
Teori Abraham Maslow
 
Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1
Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1
Hakikat manusia dan pengembangannya kelompok 1
 
Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme
 
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesiaekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individuFaktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
 
Konsep Dasar Bahasa dan Literasi AUD
Konsep Dasar Bahasa dan Literasi AUD Konsep Dasar Bahasa dan Literasi AUD
Konsep Dasar Bahasa dan Literasi AUD
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
 

Similar to TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranharjunode
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranPujiati Puu
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistikandittrio
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranDaedaeha S
 
pertemuan-8-teori-belajar-humanistik.ppt
pertemuan-8-teori-belajar-humanistik.pptpertemuan-8-teori-belajar-humanistik.ppt
pertemuan-8-teori-belajar-humanistik.pptNoorRifaanKimiaSmane
 
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)nadziya
 
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPetrusAdiyelsonNikoN
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistikPujiati Puu
 
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Nor Rani Othman
 
Macam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranMacam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranDei Al-faroby
 
Teori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: HumanistikTeori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: HumanistikIndah Fatmawati
 
psikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistikpsikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistikAnita Rahman
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikDevi novianti
 

Similar to TEORI BELAJAR HUMANISTIK (20)

KB2.pdf
KB2.pdfKB2.pdf
KB2.pdf
 
Teori humanis
Teori humanisTeori humanis
Teori humanis
 
Makalah humanisme
Makalah humanismeMakalah humanisme
Makalah humanisme
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaran
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
 
pertemuan-8-teori-belajar-humanistik.ppt
pertemuan-8-teori-belajar-humanistik.pptpertemuan-8-teori-belajar-humanistik.ppt
pertemuan-8-teori-belajar-humanistik.ppt
 
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
 
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
 
Macam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranMacam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaran
 
Teori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: HumanistikTeori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: Humanistik
 
psikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistikpsikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistik
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
 

More from Rozaq Fadlli

ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).
ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).
ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
as suyuthi (kelebihan maulid nabi).
as suyuthi (kelebihan maulid nabi).as suyuthi (kelebihan maulid nabi).
as suyuthi (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).
as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).
as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).
imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).
imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).
fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).
fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
sunat ab'adh dan sunat haiah
sunat ab'adh dan sunat haiahsunat ab'adh dan sunat haiah
sunat ab'adh dan sunat haiahRozaq Fadlli
 
junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).
junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).
junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).
hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).
hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).Rozaq Fadlli
 
\syarat sah sembahyang
\syarat sah sembahyang\syarat sah sembahyang
\syarat sah sembahyangRozaq Fadlli
 
penemuan rasulullah ketika isra’
penemuan rasulullah ketika isra’penemuan rasulullah ketika isra’
penemuan rasulullah ketika isra’Rozaq Fadlli
 
zahir dan batin sembahyang
zahir dan batin sembahyangzahir dan batin sembahyang
zahir dan batin sembahyangRozaq Fadlli
 
saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)
saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)
saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)Rozaq Fadlli
 
ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril
 ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril
ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibrilRozaq Fadlli
 
suruhan memelihara sembahyang dan kelebihannya
suruhan memelihara sembahyang dan kelebihannyasuruhan memelihara sembahyang dan kelebihannya
suruhan memelihara sembahyang dan kelebihannyaRozaq Fadlli
 
saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)
saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)
saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)Rozaq Fadlli
 
hizib as saifi (bahagian 2) 2
 hizib as saifi (bahagian 2) 2 hizib as saifi (bahagian 2) 2
hizib as saifi (bahagian 2) 2Rozaq Fadlli
 
hizib as saifi (bahagian 2)
hizib as saifi (bahagian 2)hizib as saifi (bahagian 2)
hizib as saifi (bahagian 2)Rozaq Fadlli
 
amalan penebus diri dari api neraka
amalan penebus diri dari api nerakaamalan penebus diri dari api neraka
amalan penebus diri dari api nerakaRozaq Fadlli
 
saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)
saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)
saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)Rozaq Fadlli
 

More from Rozaq Fadlli (20)

ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).
ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).
ibnu hajar al haitami (kelebihan maulid nabi).
 
as suyuthi (kelebihan maulid nabi).
as suyuthi (kelebihan maulid nabi).as suyuthi (kelebihan maulid nabi).
as suyuthi (kelebihan maulid nabi).
 
as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).
as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).
as sariyy as-saqothi (kelebihan maulid nabi).
 
imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).
imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).
imam asy syafi'i (kelebihan maulid nabi).
 
fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).
fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).
fakhruddin al razi (kelebihan maulid nabi).
 
ma'ruf al karkhi
ma'ruf al karkhima'ruf al karkhi
ma'ruf al karkhi
 
sunat ab'adh dan sunat haiah
sunat ab'adh dan sunat haiahsunat ab'adh dan sunat haiah
sunat ab'adh dan sunat haiah
 
junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).
junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).
junaid al baghdadi (kelebihan maulid nabi).
 
hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).
hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).
hasan al bashri (kelebihan maulid nabi).
 
\syarat sah sembahyang
\syarat sah sembahyang\syarat sah sembahyang
\syarat sah sembahyang
 
penemuan rasulullah ketika isra’
penemuan rasulullah ketika isra’penemuan rasulullah ketika isra’
penemuan rasulullah ketika isra’
 
zahir dan batin sembahyang
zahir dan batin sembahyangzahir dan batin sembahyang
zahir dan batin sembahyang
 
saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)
saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)
saiyidina utsman (kelebihan maulid nabi)
 
ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril
 ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril
ratusan sayap jibril dan besar malaikat jibril
 
suruhan memelihara sembahyang dan kelebihannya
suruhan memelihara sembahyang dan kelebihannyasuruhan memelihara sembahyang dan kelebihannya
suruhan memelihara sembahyang dan kelebihannya
 
saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)
saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)
saiyidina 'umar (kelebihan maulid nabi)
 
hizib as saifi (bahagian 2) 2
 hizib as saifi (bahagian 2) 2 hizib as saifi (bahagian 2) 2
hizib as saifi (bahagian 2) 2
 
hizib as saifi (bahagian 2)
hizib as saifi (bahagian 2)hizib as saifi (bahagian 2)
hizib as saifi (bahagian 2)
 
amalan penebus diri dari api neraka
amalan penebus diri dari api nerakaamalan penebus diri dari api neraka
amalan penebus diri dari api neraka
 
saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)
saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)
saiyidina abu bakar ash shiddiq (kelebihan maulid nabi)
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

  • 1. TEORI BELAJAR HUMANISTIK A. Latar Belakang Setelah mempelajari berbagai teori belajar pada matakuliah Psikologi Pendidikan saya memilih teori belajar humanistik dalam bentuk tugas ini sebagai hasil dari apa yang saya pelajari selama ini. Saya memilih teori ini juga dikarenakan ketertarikan saya untuk membahas teori ini. Teori ini lebih menekankan isi dalam belajar dari pada prosesnya, dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Selain itu saya memilih teori ini berdasaran hasil pengaplikasian sebelumnya yaitu penugasan dengan mengajarkan materi fisika kepada salah satu murid Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan penugasan tersebut saya memutuskan untuk membahas teori belajar humanistik dalam tugas ini. B. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan sebagai bahan untuk belajar baik bagi penulis maupun bagi pembaca serta bertujuan pula sebagai bentuk pengaplikasian dari hasil belajar penulis. Selain itu
  • 2. penulisan ini juga bertujuan sebagai tolak ukur dalam penilaian kognitif, psikomotorik dan afektif bagi penulis dalam matakuliah Psikologi Pendidikan. C. Teori Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Psikologi humanistik juga memberikan sumbangan pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik. Aliran Psikologi Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman,
  • 3. proses pendidikan pun senantiasa berubah (Ratna Syifa’a Rachmahana, 2008). Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai (Hamzah B. Uno, 2006). Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Novina Suprobo,2008). Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
  • 4. masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. D. Tokoh-tokoh aliran Humanistik 1. Abraham Maslow Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
  • 5. Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah epublishersweekly.blogspot.com seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
  • 6. Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama disebutnya deficiency need (kebutuhan yang timbul karenakekurangan), dan pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri. Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami
  • 7. mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain. 2. Carl R. Rogers Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, www.blatner.com Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).
  • 8. Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut : a. Hasrat untuk Belajar Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya. b. Belajar yang Berarti Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya. c. Belajar Tanpa Ancaman Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas
  • 9. ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan. d. Belajar atas Inisiatif Sendiri Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada penilaian pihak lain. Di samping
  • 10. atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi, kognitif maupun afektif. Rogers dan para ahli humanistik yang lain menamakan jenis belajar ini sebagai whole-person-learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanistik percaya, bahwa belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging ) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar. e. Belajar dan Perubahan Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah
  • 11. orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah. 3. Arthur Combs Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah www.psychoweb.cz sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitasaktivitas
  • 12. yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini, dkk. 1993). Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat dua bagian belajar, yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut. Adalah keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa missinya telah berhasil. Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap seseorang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi
  • 13. jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya. 4. Aldous Huxley Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam dan disia-siakan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itu kurikulum darkbooks.org dalam proses pendidikan harus berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini melibatkan semua pihak, seperti guru, murid maupun para pemerhati ataupun peneliti dan perencana pendidikan. Huxley (Roberts, 1975) menekankan adanya pendidikan non-verbal yang juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan non verbal bukan berwujud pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun menari, melainkan hal-hal yang bersifat diluar materi pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran seseorang. Proses pendidikan non verbal seyogyanya dimulai sejak usia dini sampai tingkat tinggi. Betapapun, agar seseorang bisa mengetahui makna hidup dalam kehidupan yang nyata, mereka harus membekali dirinya dengan suatu kebijakan
  • 14. hidup, kreativitas dan mewujudkannya dengan langkah-langkah yang bijaksana. Dengan cara ini seseorang akan mendapatkan kehidupan yang nikmat dan penuh arti. Berbekal pendidikan non verbal, seseorang akan memiliki banyak strategi untuk lebih tenang dalam menapaki hidup karena memiliki kemampuan untuk menghargai setiap pengalaman hidupnya dengan lebih menarik. Akhirnya apabila setiap manusia memiliki kemampuan ini, akan menjadi sumbangan yang berarti bagi kebudayaan dan moral kemanusiaan. 5. David Mills dan Stanley Scher Ilmu Pengetahuan Alam selama bertahun-tahun hanya dibahas dan dipelajari secara kognitif semata, yakni sebagai akumulasi dari fakta-fakta dan teori-teori. Padahal, bagaimanapun, praktek dari ilmu pengetahuan selalu melibatkan elemen-elemen afektif yang meliputi adanya kebutuhan akan pengetahuan, penggunaan intuisi dan imajinasi dalam usaha-usaha kreatif, pengalaman yang menantang, frustasi, dan lain-lain. Berdasarkan fenomena tersebut, David Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan konsep pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau perasaan murid dalam belajar. Metode afektif yang melibatkan perasaan telah bisaa
  • 15. diterapkan pada murid-murid untuk pelajaran IPS, Bahasa dan Seni. Sebetulnya ahli yang memulai merintis usaha ini adalah George Brown, namun kedua ahli ini kemudia mencoba melakukan riset yang bertujuan menemukan aplikasi yang lebih real dalam usaha tersebut. Penggunaan pendekatan terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA, pendidikan bisnis dan bahkan otomotif. Pendekatan terpadu atau confluent approace merupakan sintesa dari Psikologi Humanistik – khususnya Terapi Gestalt- dan pendidikan, yang melibatkan integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses belajar. Elemen kognitif menunjuk pada berpikir, kemampuan verbal, logika, analisa, rasio dan cara-cara intelektual, sedangkan elemen afektif menunjuk pada perasaan, caracara memahami yang melibatkan gambaran visual-spasial, fantasi, persepsi keseluruhan, metaphor, intuisi, dan lain-lain. Tujuan umum dari pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran murid-murid terhadap dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, serta meningkatkan kemampuan untuk menggunakan kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan dengan berbagai cara, menerima petunjuk-petunjuk internal dan menerima tanggung jawab bagi setiap pilihan mereka. Fungsi guru dalam pendekatan terpadu adalah untuk lebih membebaskan murid
  • 16. dari ketergantungan kepada guru, dengan tujuan akhir mengembangkan responsibilitas murid untuk belajar sendiri. Guru hanya membantu mereka dengan memberikan pilihan-pilihan yang masuk akal bagi pikiran mereka, dan jika perlu guru bisa menolak memberikan bantuan untuk halhal yang bisa ditangani oleh murid sendiri. Lebih jauh, David Mills dan Stanley Scher memaparkan tujuan pendidikan terpadu ini secara detail sebagai berikut : a. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu pengetahuan, termasuk penemuan ide-ide baru, baik proses intelektual maupun afektif. b. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan mengerti diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang ilmiah. c. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep dan ide-ide dalam ilmu pengetahuan. d. Menggali bersama-sama murid, implikasi-implikasi dari aplikasi yang mungkin dari ilmu pengetahuan. e. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses maupun pengetahuan ilmiah untuk diri mereka, serta meningkatkan kesadaran murid terhadap dunia mereka dan setiap pilihan yang mereka ambil. Penerapan metode gabungan
  • 17. antara kognitif dan afektif ini menunjukkan hasil yang lebih efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan aspek kognitif. Para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan menggunakan fantasi, role playing dan game , misalnya mengajarkan teori Newton dengan murid berperan sebagai astronot. Setelah membahas tentang teori belajar humanistik maka dapat diaplikasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti contoh di bawah ini: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP ....... Kelas/Semester : VII (Tujuh)/2 Mata Pelajaran : Fisika/ IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam) Materi Pokok : Gerak Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 :
  • 18. Mengembangkan perilaaku (jujur, disiplin, tanggngjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan keajaiban, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang speifik sesuai dengan bakat dan minatnyauntuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang di pelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar :
  • 19. 1.1 Mendeskripsikan Gerak, yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Tujuan Pembelajaran :  Kognitif : 1. Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian gerak melalui suatu alat peraga (C2). PB 8: Perkembangan Kognitif Pada perkembangan kognitif terjadi proses-peoses mental atau pikiran, meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentaikan dan ditrasfermasikan sebagai pengetahuan. Dari proses tersebut siswa dapat menjelaskan kembali apa yang di dapat selama proses-proses mental tersebut. Menurut Jean Pieget tahapan pada proses ini yaitu tahap Operasional Formal dimana pada tahap ini siswa telah dapat berfikir secara logis tentang masalah abstrak dan hipotesis secara sistematis. 2. Siswa mampu menyebutkan macam-macam gerak (C1). 3. Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian perpindahan, kelajuan dan kecepatan sesuai dengan konsep yang telah mereka pahami melalui suatu alat peraga (C2).
  • 20. 4. Siswa mampu memisahkan antara kelajuan dan kecepatan (C4) 5. Siswa mampu memperhitungkan soal-soal yang berkaitan dengan perpindahan, kelajuan dan kecepatan (C3). 6. Siswa mampu mengubah atau mengkonversikan nilai kecepatan ke Satuan Internasional (SI) (C3). 7. Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) melalaui suatu alat peraga (C2). 8. Siswa mampu membandingkan perbedaan antara Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) (C4). 9. Siswa mampu menghubungkan teori yang diberikan dengan soal-soal yang berkaitan dengan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) (C4).  Psikomotorik : 1. Siswa mampu menunjukan contoh gerak sesuai dengan konsep yang mereka pahami melalui suatu alat peraga (P1). PB 3: Perkembangan Paikomotorik Perkembangan psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.
  • 21. Sebelum keranah psikomotorik siswa melalui beberapa tahap sebelum ia dapat menunjukan contoh suatu gerakan. Tahap pertama yaitu tahap kognitif , pada tahap ini siswa masih melakukan gerak lambat karna masih dalam tahap belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Kemudian tahap kedua yaitu tahap asosiatif, pada tahap ini siswa memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mengasosiasikan gerakan yang telah ia kenal dengan gerakan yang sedang ia pelajari. Tahapan yang ketiga yaitu tahapan otonomi, pada tahap ini siswa telah mencapai peoses belajar yang sudah hampir lengkap meskipun ia masih memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. 2. Siswa mampu menujukan berbagai contoh gerk dalam kehidupan sehari-hari (P1). 3. Siswa mampu mempraktekan contoh perpindahan, kelajuan dan kecepatan (P3). 4. Siswa mampu menghubungkan konsep perpindahan, kelajuan dan kecepatan dengan gerak (P1). 5. Siswa mampu menanggapi hasil perhitungan dari soal-soal yang berhubungan dengan perpindahan, kelajuan dan kecepatan (P2).
  • 22. 6. Siswa mampu menanggapi soal yang berkaitan dengan pengubahan atau pengkonversian kecepatan ke Satuan Internasional (SI) (P2). 7. Siswa mampu menunjukan contohkan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) (P1).  Afektif : 1. Siswa mampu melaksanakan sebuah contoh gerak dari hasil pemikiran konsep melalui suatu alat peraga. PB 10: Perkembangan nilai, moral dan sikap Pada perkembangan nilai, moral dan sikap, sebelum siswa menentukan suatu sikap tertentu terhadap suatu umpan balik dari apa yang telah ia terima, siswa perlu diperkenalkan dengan nilai kemudian dihayati dan didorong dengan moral baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut. Tahapan moral ang terjadi disini yaitu tahapan moralitas otonom. Tahapan ini dikemukakan oleh Piaget. Pada tahapan moralitas otonom ini seorang memahami bahwa oranglah yang membuat aturan dan bahwa hukuman tidak bersifat otomatisi sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya tanpa
  • 23. terpaku dengan hukuman karna pendapat yang ia kemukakan. 2. Siswa mampu menyempurnakan penegertian gerak melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. 3. Siswa mampu memperlihatkan hubungan antara perpindahan, kelajuan dan kecepatan serta gerak. PB 9: Perkembangan Konsep diri dan emosi Konsep diri merupakan pola-pola kepribadian yang menjadi landasan bagi perwujudan di lingkungan kehidupan. Sedangkan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas pada suatu keadaan biologis dan psikologis sehingga menentukan kecenderungan dalam bertindak. Dalam hal ini siswa melalui tahapan konsep diri yaitu pada masa remaja awal. Sebelum melakukan suatu tindakan hasil dari emosi siswa telah terlebih dahulu memahami konsep diri yang ia miliki. Pada masa remaja awal siswa semakin menguasai kemampuan melakukan pemikiran abstrak dan semakin mampu mengidentifikasikan dirinya. Dalam kata lain sebelum memperlihatkan sesuatu dalam bentuk gerak siswa telah mampu mengidentifikasi konsep dirinya dan dikembangkan melalui emosi yang dimilikinya.
  • 24. 4. Siswa mampu mengaitkan rumus dari perpindahan, kelajuan dan kecepatan dengan soal-soal yang di berikan. 5. Siswa mampu menyelesaikan perhitungan pada satuan-satuan yang di gunakan dalam perpindahan, kelajuan dan kecepatan termasuk dalam pengubahan satuan atau pengkonversian ke Satuan Internasional (SI). 6. Siswa mampu memilih dan membedakan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) serta mencontohkan menurut kehidupan sehari-hari. Materi Ajar  Benda bergerak  Perpindahan, kelajuan, kecepatan dan percepatan  Kecepatan rata-rata  Pengkonversian satuan kecepatan dan percepatan  Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Metode Pembelajaran  Demonstrasi PB 11: Perkembangan Kreativitas Dengan metode demostrasi siswa diharpkan dapat mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya. Kreatifitas
  • 25. adalah suatu yang baru hasil dari pemikiran yang belum pernah ada sebelumnya.  Diskusi Kelompok PB 13: Cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar Dengan cara berdiskusi kelompok siswa diharapkan dapat mengatasi kejenuhan dalam belajar. Dalam diskusi kelompok siswa dituntut untuk menyampaikan pendapat dari hasil pemikirannya dan disanalah terjadi pertukaran pendapat antar teman diskusi kelompok dan hal tersebut juga dapat mengatasi kelupaan karena siswa diminta untuk aktif bertukar pendapat antar teman diskusi kelompok tersebut.  Penugasan  PB : Teori Bakat Multiple Intellence Melalui penugasan siswa dapat dinilai dalam berbagai hal diantaranya yaitu kognitif, psikomotorik, afekttif bahkan bakatnya pun dapat diketahui melalui penugasan tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam metode penugasan yang diberikan. Contohnya dengan metode uraian siswa dapat diketahui bakatnya melalui jawaban yang diberikan siswa. Jika
  • 26. Alat/Media/Bahan  Alat : Kelereng, mobil mainan  Bahan Ajar : Langkah Kegiatan/Skenario Pembelajaran Setelah mereviu hasil pencapaian kompetensi dasar (KD) sebelumnya, siswa mengikuti peragaan gerak, perpindahan, kecepatan dan percepatan untuk menemukan perbedaannya kemudian dari peragaan tersebut siswa dapat pula menentukan rumusan dari perpindahan, kecepatan dan percepatan. Selanjutnya melalui diskusi, mendefinisikan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) untuk menentukan perbedaan di keduanya. Siswa dari perwakilan dua kelompok prktik mempresentasikan hasil percobaan dan penerapan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dalam kehidupan sehari-hari. Selama proses pembelajaran, dilakukan penilaian proses pada aktivitas di kelas dan tugas mandiri. E. Daftar Pustaka
  • 27. Desmita.Psikologi Perkembangan.Bandung: Rosda Karya,2007 Ellis, Janne O.Psikologi Pendidikan jilid 2.Jakrta:Erlangga,2008 Samana,A.Sistem Pengajaran.Yogyakarta: Kanisius,1992 Slavin, Robert E.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik.Jakarta: PT Indeks,2008 Syaodah Sukmadinata,Nana.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2009 Syifa’a, Ratna Rachmahana.UII-Pendidikan-Islam-Tarbawi- Rachmahana – 18. http://journal.uii.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/191/180. (diakses pada 24 Juni 2014 pukul 16:41)