2. Rasulullah
ِ ااَّلل ِنْذِإِب َعاَطُيِل اَّلِإ ٍلُوسَر ْنِم اَنْلَسْرَأ اَمَو
Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah… (TQS an-Nisa’ [4]: 64)
واُقاتاَو ُواهَتْناَف ُهْنَع ْمُكاَهَن اَمَو ُهوُذُخَف ُلُوساالر ُمُكاَتاَء اَمَوِباَقِعْال ُدِيدَش َ ااَّلل انِإ َ ااَّلل
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (TQS al-Hasyr [59]: 7)
Maknanya adalah apapun yang beliau perintahkan maka lakukanlah dan apapun
yang beliau larang maka jauhilah. Sesungguhnya tidak lain beliau
memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan (Imam Ibn Katsir, Tafsir al-
Qur’ân al-‘Azhîm).
3. Meneladani Tidak Setengah-Setengah
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya kepada kita semua:
]ْرَي ََانك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَْوسُأ ِ ااَّلل ِلُوسَر يِف ْمُكَل ََانك ْدَقَلِثَك َ ااَّلل ََركَذَو َر ِخ ْاْل َم ْوَيْالَو َ ااَّلل ُوجياًر[
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (TQS al-Ahzab
[33]: 21)
Kita tidak boleh terjebak, baik disadari atau tidak, pada peneladanan Rasul
saw menurut cara pandang sekulerisme.
4. Meneladani Rasul saw: Tinggalkan
Demokrasi
Allah SWT berfirman:
]َكِِّبَرَو َالَفَنْيَب َرَجَش اَميِف َوكُمِِّكَحُي ىاتَح َونُنِمُْؤي ََّلْيَضَق اامِم ًاجَرَح ْمِِهسُفْنَأ يِف واُد ِجَي ََّل امُث ْمُهِِّلَسُيَو َتاًميِلْسَت واُم[
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (TQS an-Nisa’ [4]: 65)
Makna “Falâ tidak seperti yang mereka klaim bahwa mereka beriman kepadamu tetapi
berhukum kepada thaghut dan berpaling darimu ketika diseru kepadamu. “Demi
Rabbmu” ya Muhammad “mereka tidak beriman” yakni tidak membenarkan Aku,
engkau dan apa yang Aku turunkan kepadamu “sampai mereka menjadikan kamu
hakim dalam semua perkara yang mereka perselisihkan” (Imam ath-Thabari, Tafsîr ath-
Thabarî).
5. RASULULLAH melakukan
PERUBAHAN ِّهللا ِّرْمَأ ْنِّم ُههنو ُظهفْهَي ِّهِّفْلهخ ْنِّمهو ِّهْيدههي ِّ ْْيهب ْنِّم ٌاتهبِّقهعُم ُهَلمْوهقِّب اهم ُ ِّهّيغُي هال ههللا َّن
ِ
إِّْمه ِّسُفْنَأِّب اهم وإُ ِّهّيغُي ََّّتهحهل اهمهو ُهَل َّدهرهم هالهف إًوء ُس مْوهقِّب ُهللا هدإهرَأ إهذ
ِ
إهوٍإهو ْنِّم ِّهِّنوُد ْنِّم ُْمه
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya; mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; sekali-kali
tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS ar-Ra’du [13]:11).
6. RASULULLAH BERDAKWAH
ِِب ْمُْْلِادىجىو ِةىنىسىْْلا ِةىظِعْوىْملاىو ِةىمْكِْْلِِب ىكِبىر ِيلِبىس ىَلِإ ُعْداىأ ىوُه ىكَّبىر َّنِإ ُنىسْىحأ ىيِه ِِتَّلَّلىض ْنىِِب ُمىلْعُمىلْعىأ ىوُهىو ِهِيلِبىس ْنىع
ىينِدىتْهُْملِِب
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk
(An Nahl : 125)
9. KEMULIAAN DAKWAH
Pahala yang besar:
َل ُهَعِبَت ْنَم ِورُجُأ ُلْثِم ِرْجَألْا َنِم ُهَل َانَك ًىدُه ىَلِإ اَعَد ْنَماًئْيَش ْمِه ِورُجُأ ْنِم َكِلَذ ُصُقْنَي»
Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendapatkan
pahala sebesar yang diperoleh oleh orang-orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. (HR Muslim).
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian (QS
Muhammad – 47 : 7)
10. Penting…
seorang Muslim tidak selayaknya meninggalkan aktivitas
amar makruf nahi mungkar karena rasa takut atas
kehidupan dan rezekinya. Sebab, sesungguhnya ajal dan
rezeki ada di tangan Allah; tidak seorang pun berkuasa atas
keduanya. Rasul saw. bersabda:
«َت َّلِإ ٌّقَح ِهْيِف اًماَقَم َدِهَش ٍئ ِرْمِِإل يِغَبْنَي َلْجَأ َِمدَقُي ْنَل ُهَّنِإَف ِهِب َمَّلَكِر َم ِرَّحُي ْنَل َو ُهَلَوُه اًق ْز
ُهَل»
Tidak layak seseorang, ketika menyaksikan suatu tempat di
dalamnya ada kebenaran, kecuali dia akan mengatakannya
Sesungguhnya sekali-kali hal itu tidak akan pernah
memajukan ajalnya dan tidak akan pernah mencegah apa
yang telah menjadi rezeki baginya. (HR al-Baihaqi).
12. Mendirikan Kelompok Dakwah dan
pembinaan (Tastqif)
“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu
berilah peringatan! Dan Tuhanmu
agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah”
QS. Al Mudatstsir [74] : 1-4
Beliau kemudian memerintahkan kepada mereka yang lebih dulu memeluk Islam untuk mengajarkan al-Quran kepada yang
lainnya. Beliau menjadikan rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai pusat pembinaan. PEMBINAAN
Kemudian, Rasulullah saw. dan para sahabatnya menjalankan aktivitas
(shalat dan pengkajian Islam, pen.) secara sembunyi-sembunyi di Darul
Arqam, yaitu setelah peristiwa perkelahian Sa‘ad bin Abi Waqash- (Sîrah al-Halabiyah. jilid I/456).
Hal itu dilakukan Rasul dan para sahabatnya hingga tibanya dakwah secara terang-terangan dan i‘lân (ekspose
secara terang-terangan, pen.) pada tahun ke-4 setelah kenabian. (Ibid, jilid I/457).
13. Jumlah para sahabat Rasul saw. selama tiga tahun pertama dakwahnya berjumlah 40
orang.
Mereka membentuk kutlah (kelompok) yang siap mengemban dakwah. Mereka antara lain:
Ali bin Abi Thalib yang berusia 8 tahun; Zubair bin Awwam, 8 tahun; Thalhah bin Ubaidillah,
11 tahun; Arqam bin Abi Arqam, 12 tahun; Abdullah bin Mas’ud, 14 tahun; Sa‘id bin Zaid,
kurang dari 20 tahun; Sa‘ad bin Abi Waqash, 17 tahun; Mas‘ud bin Rabi‘ah, 17 tahun;
Ja‘far bin Abi Thalib, 12 tahun; Shuhaib ar-Rumi, di bawah 20 tahun; Zaid bin Haritsah, 20
tahun; Utsman bin Affan, 20 tahun; Thalib bin Umair, 20 tahun; Khabab bin Arat, 20 tahun;
Amir bin Fuhirah, 23 tahun; Mush‘ab bin Umair, 24 tahun; Miqdad bin Aswad, 24 tahun;
Abdullah bin Jahsy, 25 tahun; Umar bin al-Khaththab, 26 tahun; Abu Ubaidah bin Jarrah,
27 tahun; Utbah bin Ghazwan, 27 tahun; Abu Hudzaifah bin Utbah, 30 tahun; Bilal bin
Rabbah, 30 tahun; ‘Iyasy bin Rabi‘ah, 30 tahun; Amir bin Rabi‘ah, 30 tahun; Na‘im bin
Abdillah, 30 tahun; Utsman, Abdullah, Qudamah, dan Sa‘’ib (semuanya adalah anak-anak
Mazh’un bin Habib) yang masing-masing berusia 30, 17, 17, dan 20 tahun; Abu Salamah
Abdullah bin Abd al-Asad al-Makhzumi, 30 tahun; Abdurrahman bin Auf, 30 tahun; ‘Ammar
bin Yasir yang berusia antara 30 sampai 40 tahun, Abu Bakar Shiddiq, 37 tahun; Hamzah
bin Abdul Muthalib, 42 tahun; dan Ubaidah bin Harits yang berusia 50 tahun. Di samping
itu, terdapat beberapa kaum wanita yang telah beriman. (Taqiyuddin an-Nabhani, Dawlah
al-Islâmiyah, hlm. 15-16. Lihat juga: Ibn Katsir, Bidâyah wa an-Nihâyah, jilid III/24-33).
14. Berinteraksi dengan Masyarakat
Allah Swt. memerintahkan beliau keluar secara terang-terangan, sebelum dakwah ini di
gulirkan Umar ra. bertanya kepada Rasulullah saw.
"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di pihak yang benar?"
"Benar, ya Umar. Kita berada di pihak yang benar."
"Kalau begitu, kenapa kita harus bersembunyi-sembunyi? Kenapa kita tidak beribadah di
depan orang banyak dan mendeklarasikan Islam terang-terangan kepada mereka?“
Kemudian turunlah perintah dakwah secara terang-terangan. (Lihat: QS al-Hijr [15]: 94).
Rasul dan para sahabat turun ke jalan dalam dua barisan MASIROH /AKSI DAMAI
Mereka berjalan mengelilingi Ka’bah sepanjang siang dalam rangka menunjukan eksistensi
Islam, setelah itu Rasul dan para sahabat berdakwah dan menentang praktik-praktik dari
aturan-aturan kota Makkah.
15. Rasulullah dan para sahabat mencela praktik-praktik kotor ekonomi kaum Quraisy pada saat
itu dengan membacakan firman Allah swt :
]َينِفِفَطُمْلِل ٌلْي َو[
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (QS al-Mutaffifin [83]: 1).
Mereka membacakan Al-Qur'an di tengah-tengah masyarakat dalam rangka berdakwah
dan menebarkan opini Islam,
Abdullah bin Mas'ud yang membacakan Al-Qur'an sambil berteriak di kerumunan aktivitas
masyarakat Quraisy,hingga Abdullah bin Mas'ud di pukul dan di keroyok sampai pingsan.
(baca : Shiriah Ibnu Hisyam)
menantang para pemimpin Quraisy.
ketika Hamzah memeluk Islam, dia berhadapan dengan Abu Jahal sambil menantangnya
dengan berkata, “Apakah engkau akan menghinakan kemenakanku (Muhammad) setelah
aku menjadi pengikut agamanya?”
Allah Swt. telah menyerang orang-orang zalim, seperti dalam firman-Nya:
]َّبَت َو ٍبَهَل يِبَأ اَدَي َّْتبَت[
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (QS al-Masad [111]:
1).
16. Dakwah Terang-Terangan Munculnya
Serangan dari Kaum Kafir
Penganiayaan
Keluarga Yasir
Bilal
Pemukulan
Propaganda
Musyawarah dirumah Walid bin
Mughirah
Nadhir bin al-Harits
Jabr
kejadian di Habsyah
Pemboikotan
Pembuatan Piagam
Diisolir tiga tahun
17. BANYAK TANTANGAN, TETAPI MEREKA
TETAP BERTAQWA
Al-Mulk 2
“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, “
Dakwah bukanlah jalan tol yang bebas hambatan. Dakwah adalah jalan perjuangan yang
terjal, namun di dalamnya banyak kemuliaan.
“Andai mereka dapat meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwah ini maka
hingga Allah memenangkannya atau aku binasa di jalannya, aku tak
akan meninggalkan dakwah ini.” (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm,
I/266).
18. Meraih kekuasaan dengan cara
Thalabun Nushrah
RASULULLAH DAN KELOMPOKNYA melakukan thalab an-nushrah (mencari
pertolongan untuk meraih kekuasaan). DEFINISI THOLABUN NUSROH
Beliau mengunjungi lebih dari 40 suku (kabilah) dengan satu tekad, yaitu
mengajak mereka untuk masuk agama Islam dan membantu beliau untuk meraih
kekuasaan sehingga Islam dapat diimplementasikan secara menyeluruh.
TUJUAN THOLABUN NUSROH
19. Rasulullah senantiasa mengajaknya kepada Islam kemudian berdialog
dengan kabilah Bani Amr bin Sa‘sa‘ah, mereka bertanya kepada Rasul saw.
“Siapa yang akan menjadi penguasa setelah engkau?”
Rasulullah menjawab, “Allah akan memberi kekuasaan kepada siapa saja
yang Dia kehendaki.”
20. Perluasan Medan Dakwah
Rasul dakwah
tidak di Mekkah
saja
Dakwahnya
mencakup
segala lapisan.
Dari rakyat
biasa hingga
pemimpin
Bani Tsaqif, bani
Kindah, Bani
Kilab dan Bani
Amir bin
Sha’sha’ah
menolak Islam
Dakwah jumud
selama
beberapa tahun
di Mekkah
Beberapa orang
Madinah masuk
Islam datang
Tahun
berikutnya
datang lagi 12
orang
Mush’ab bin
Umair pergi ke
Madinah
Dakwah selama
1thn
21. Bai’at Aqabah I dan II
Dakwah berkembang
pesat di Madinah
Menjadi benih
berdirinya Khilafah
Islamiyah
Tahun 11 Kenabian,
datang 12 orang
Anshar untuk Bai’at
Aqobah
Tahun berikutnya
Bai’at Aqabah II, 75
orang Anshar (73
Laki2, 2 perempuan)
22. Mendirikan Daulah Islam
Masyarakat Madinah
siap membela Islam
dan Rasulullah
Rasulullah
menyiapkan hal
yang perlu dilakukan
untuk tegaknya
Islam di Madinah
Rasulullah
memerintahkan
kaum muslimin
untuk Hijrah
23. Yang harus kita pahami…
RASUL tidak pernah meninggalkan dakwah, karena ini adalah KEWAJIBAN
RASUL menjalankan perintah Allah untuk BERDAKWAH BERSAMA
KELOMPOK
RASULULLAH memiliki konsep /FIQROH dan metode/THORIQOH tertentu
untuk mengemban islam
24. TERIKAT DENGAN FIQROH &
THORIQOH RASULLULLAH
Konsep/ fiqroh MENYERU ISLAM SECARA KAFFAH
THORIQOH :
DAKWAH PEMIKIRAN
NON KEKERASAN
AKTIVITAS POLITIK
THOLABUN NUSROH
25. Seorang pemuda hidup dikenal di tengah manusia dengan kekuatan akal pikirannya, di
atas akal pikiran itulah mengalir ilmu dan pengalamannya.
Seorang pemuda terhiasi hidupnya dengan kelurusan akal pikirannya, meski dirinya
terhalang dari berbagai kasabnya.
Seorang pemuda tercemar hidupnya karena kerusakan akal pikirannya, meski
dimuliakan ras dan nasabnya.
-sya'ir Imam Ali RA dlm Diiwan Al-Imaam ‘Ali bin Abi Thalib-
Notes de l'éditeur
Dengan demikian ayat ini memerintahkan kita untuk menjadikan kedaulatan di tangan syara’ saja. Itu artinya kedaulatan tidak boleh dijadikan sebagai milik selain syara’. Kedaulatan tidak boleh diberikan kepada manusia, rakyat atau pun wakil rakyat. Menjadikan kedaulatan di tangan rakyat adalah substansi demokrasi. Tidak ada demorkasi tanpa kedaulatan di tangan rakyat. Dan ini jelas-jelas bertentangan dengan perintah ayat di atas. Karena itu, jika kita mengaku beriman, maka kita harus membuktikan kebenaran pengakuan keimanan kita itu dengan jalan meninggalkan dan mencampakkan demokrasi. Selama demokrasi dengan kedaulatan rakyatnya masih terus diambil, maka sesuai ayat di atas, selama itu pula keimanan seseorang itu terus diragukan. Tentu saja kita tidak ingin syahadat kita dan keimanan kita diragukan oleh Allah SWT dan Rasul saw kelak di akhirat.
Rasulullah saw. pun mengutus Mushab bin umair ra. ke Yastrib dalam rangka dakwah, hingga akhirnya suku Pemimpin 'Aus dan Khazraj menerima dakwah Mushab bin umair kemudian terjadilah bai'atul 'Aqabah.
Setelah itu kaum muslimin mekkah hijrah ke yastrib atas perintah Rasulullah saw., dan kemudian turunlah perintah hijrah kepada Rasulullah saw. Sangat luar biasa, sambutan masyarakat yastrib ketika itu sangat-sangat meriah. Baik dari kalangan kaum muslimin, yahudi dan nashrani saat itu pun ikut menyambut kedatangan RAsulullah saw. walaupun hati mereka tidak menerima. Kemudian mulailah Rasulullah saw. mengatur Yastrib dengan awal mendirikan masjid dan membuat prjanjian-perjanjian kepada kaum kafir Yahudi dan Nashrani. Begitulah Daulah Islam pertama kali tegak.
Perkembangan pesat dakwah di Madinah telah menjadi benih adanya Negara Islam.
Pada tahun ke 11 masa kenabian datanglah 12 orang Anshar menemui Rasul untuk melakukan bai’at aqobah I (Bai’at untuk mengimani dan mematuhi Allah dan Rasulullah)
Pada tahun berikutnya, terjadi bai’at aqabah II dimana terdapat 75 orang Anshar (73 laki-laki dan 2 perempuan) berjanji setia saling memberikan perlindungan di bawah kepemimpinan Rasulullah saw.
Rasulullah melihat adanya kesiapan masyarakat madinah untuk membela Islam dan Rasulullah
Rasulullah memetakan kekuatan madinah dan menyiapkan hal yg diperlukan untuk tegaknya islam di madinah
Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk hijrah dari makkah ke madinah untuk menjalani sebuah kehidupan baru yang islami dibawah naungan Negara Islam (KHILAFAH).