3. PENGERTIAN EKSPEKTORAN
Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang
pengeluaran dahak dari saluran pernafasan
(ekspektorasi) dengan cara merangsang selaput
lendir lambung dan selanjutnya secara refleks
memicu pengeluaran lendir saluran nafas
sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan
mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga
merangsang terjadinya batuk supaya
terjadi pengeluaran dahak.
4. Golongan obat yang bekerja menfasilitasi
pengeluaran dahak melalui refleks iritasi
mukosa bronkus (cabang tenggorok). Melalui
iritasi tersebut ekspektoran merangsang
keluarnya cairan mukosa saluran napas
sehingga dahak menjadi lebih encer dan
mudah untuk dikeluarkan.
EKPEKTORAN
5. EKSPEKTORAN
Mekanisme kerja dari ekspektoran adalah
meransang reseptor-reseptor di mukosa
lambung yang kemudian meningkatkan
kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran
lambung-usus dan sebagai refleks
memperbanyak sekresi dari kelenjar yang
berada di saluran napas.
7. Sekretolitika adalah kelompok ekspektoran yang
meninggikan sekresi bronkhus sehingga dengan
demikian mengencerkan lendir.
Sekretolitika ini terjadi secara reflektorik dengan
stimulasi serabut aferen parasimpatikus
dan/atau dengan bekerja lansung pada sel
pembentuk lendir.
Contohnya : Guaiakol&Amonium klorida
SEKRETOLIKA
9. Mukolitika adalah kelompok ekspektoran yang
mengubah sifat fisikokimia sekret, terutama
menurunkan viskositas sekret.
Yang termasuk mukolitika adalah :
1. Bromheksin dan metabolitnya yaitu
embroksol
2. Asetilsistein, dan
3. Karbosistein
MUKOLITIKA
10. Sekretomotorika adalah kelompok yang
menyebabkan gerakan sekret dan batuk untuk
mengeluarkan sekret tersebut.
Kerja sekretomotorika dapat dicapai dengan
meransang kerja silia. Untuk itu digunakan β-
simpatomimetika, dengan kerjanya yang
bermanfaat pada penyakit saluran napas
obstruktif yaitu kerja bronkholitik, dan
sebagian juga bekerja meningkatkan motilitas
silia.
SEKRETOMOTORIKA
11. Contoh obat ekspektoran adalah guaifenesin,
amonium klorida, amonium karbonat, potasium
iodida,dan kalium iodida. Beberapa herbal juga
dapat memiliki efek ekspektoran, seperti
eukaliptus dan minyak lemon.
Zat-zat ini memperbanyak produksi dahak
(yang encer) dan dengan demikian mengurangi
kekentalannya, sehingga mempermudah
pengeluarannya dengan batuk.
OBAT EKSPEKTORAN
12. Kalium iodida
o Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang
tenggorokan dan mencairkannya, tetapi sebagai obat
batuk (hampir) tidak efektif. Namun obat ini banyak
digunakan dalam sediaan batuk, khususnya pada asma,
meskipun resiko akan efek samping besar sekali.
o Efek sampingnya kuat dan berupa gangguan tiroid,
struma, urticaria dan iod-akne, juga hiperkaliemia (pada
fungsi ginjal buruk).
o Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks 6 g sehari. Bagi
pasien yang tidak boleh diberikan kalium, obat ini dapat
diganti dengan natrium iodida dengan khasiat yang
sama.
13. Amonium klorida
Berdaya diuretis lemah yang menyebabkan
acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah.
Keasaman darah meransang pusat pernapasan,
sehingga frequensi napas meningkat dan
gerakan bulu-getar (cilia) di saluran napas
distimulasi. Sehingga sekresi dahak juga
meningkat, maka senyawa ini banyak digunakan
dalam sediaan syrup obat batuk, misalnya obat
batuk hitam.
14. Amonium klorida
o Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis
tinggi dan berupa acidosis (khusus pada
anak-anak dan pada pasien ginjal) dan
gangguan lambung (mual, muntah), berhubung
sifatnya yang meransang mukosa.
o Dosis : Oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g
sehari
15. Guaifenesin
o Guaiafenesin adalah derivat guaiakol yang
banyak digunakan sebagai ekspektorans dalam
berbagai jenis sediaan obat batuk. Pada dosis
tinggi bekerja merelaksasi otot.
o Efek sampingnya kadang kala berupa iritasi
lambung (mual, muntah) yang dapat dikurangi
bila diminum dengan segelas air.
o Dosis : Oral 4-6 dd 100-200 mg.
16. Minyak terbang
Minyak terbang/atsiri, seperti minyak kayu putih,
minyak permen, dan minyak adas (Oleum foeniculi)
berkhasiat menstimulasi sekresi dahak, bekerja
spasmolitis (melawan kejang), antiradang dan juga
bersifat bakteriostatis lemah. Berdasarkan sifat-
sifat. ini, minyak terbang banyak digunakan dalam
syrup obat batuk atau juga sebagai obat inhalasi
uap.
18. PENGERTIAN MUKOLITIK
Mukolitik adalah golongan obat yang
bekerja dengan cara memecah ikatan kimia
mukoprotein dan mukopolisakarida pada
dahak sehingga dahak menjadi lebih encer
dan tidak lengket, hal ini kemudian akan
mempermudah pengeluaran dahak dari
saluran napas.
19. MUKOLITIK
Obat mukolitik dapat membantu meredakan
gejala pasien-pasien dengan batuk berdahak
kronis yang kesulitan untuk mengeluarkan
dahak, misalnya pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronis dan kistik fibrosis.
20. Contoh obat mukolitik adalah ambroxol, erdosteine,
bromheksin, acetylcysteine, dan carbocysteine.
Efek samping dari obat mukolitik jarang terjadi, namun
efek samping yang diketahui adalah iritasi dan
perdarahan saluran cerna, mual, muntah, dan reaksi
alergi.
Secara umum obat mukolitik ditoleransi dengan baik
oleh tubuh, namun obat ini tidak dianjurkan untuk
digunakan pada pasien dengan tukak saluran cerna dan
pasien yang diketahui alergi terhadap obat mukolitik.
Obat Mukolitik
21. Bromheksin
Derivat sikloheksil ini berdaya mukolitik pada dosis
yang cukup tinggi. Mula kerjanya sesudah lebih
kurang 5 jam (per oral), sebagai inhalasi sesudah 15
menit. Setelah beberapa hari pernafasan menjadi
lebih baik dan ransangan batuk berkurang.
Bromheksin bekerja dengan cara menguraikan
mukopolisakarida asam sehingga serabut lendir
bronkhus akan terurai. Ini dilakukannya dengan
memperbanyak produksi lisosom dan mengaktifkan
enzim hidrolitik. Pada saat yang sama sel kelenjar
serosa distimulasi. Dengan pertambahan jumlah
sekret, viskositas sputum akan turun. Metabolit
utama bromheksin adalah ambroksol.
22. Bromheksin
Efek samping jarang terjadi dan berupa
gangguan lambung-usus, pusing dan
berkeringat.
Dosis : Oral 3-4 kali sehari 8-16 mg (klorida),
anak-anak 3 kali sehari 1,6-8 mg, tergantung
dari usianya.
23. Asetilsistein
Derivat dari asam amino sistein ini berdaya
memperpendek rantai-rantai panjang mukoprotein
dari dahak, hingga menjadi lebih cair dan lebih
mudah dikeluarkannya dengan batuk.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual
dan muntah, maka pasien borok lambung
hendaknya menggunakannya dengan hati-hati.
Dosis : Oral 3 kali sehari 200 mg granulat, sebagai
inhalasi 3-4 kali sehari 1-10 ml dari larutan 20%.