1. FILOSOFIS OLAHRAGA
Disusun Oleh :
Sefia Niken Arnetta (19060484132)
2019 C
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
2. OLAHRAGA
Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang banyak
dilakukan oleh masyarakat lapisan mana pun hingga saat ini.
Olahraga merupakan kegiatan mengolah tubuh yang memiki
berbagai macam fungsi bagi para pelakunya, seperti membuat
tubuh menjadi semakin sehat, sebagai sarana rekreasi dan
hiburan, serta kemudian olahraga bisa menjadi salah satu mata
pencaharian yang cukup menjanjikan.
3. KAJIAN OLAHRAGA
SECARA FILOSOFIS
Kesadaran bahwa olahraga merupakan ilmu secara internasional
mulai muncul pertengahan abad 20, dan di Indonesia secara resmi dibakukan
melalui deklarasi ilmu olahraga tahun 1998.
Filsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggung jawab penting
dalam mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara padu dan
mengakar menuju ilmu olahraga dalam tiga dimensi ilmiahnya , yaitu :
1. Ontologi
2. Epistemologi da
3. Aksiologi
4. Akar Eksistensi Olahraga
Olahraga juga adalah permainan, senada dengan
eksistensi manusiawi sebagai makhluk bermain (homo ludens-nya
Huizinga). Olahraga adalah tontonan, yang memiliki akar sejarah
yang panjang, sejak jaman Yunani Kuno dengan arete, agon,
pentathlon sampai dengan Olympic Games di masa modern, di
mana dalam sejarahnya, perang dan damai selalu mengawal
peristiwa keolahragaan itu. Olahraga adalah fenomena
multidimensi, seperti halnya manusia itu sendiri.
Nilai penting dari tubuh dan aksi secara bertahap
dikalahkan oleh tekanan pada pikiran dan refleksi intelektual.
Ketertarikan terhadap transendensi spiritual dan tertib alam
menggeser pengaruh mitos-mitos dan religi seperti dijelaskan di
atas. Meskipun Plato dan Aristoteles mengusung nilai penting
latihan fisik dalam pendidikan, namun mereka memulai sebuah
revolusi intelektual yang meremehkan nilai penting kultural
keolahragaan – “remeh” justru karena keterkaitan erat olahraga
dengan tubuh, aksi, perjuangan, kompetisi dan prestasi
kemenangan (Hatab, 1998: 99).
5. OLAHRAGA SECARA
ONTOLOGIS
Ontologi (dari ὄν Yunani, ὄντος genitive: "menjadi" (partisip
netral dari εἶναι: "menjadi")dan-λογία,-logia: ilmu, penelitian,
teori) adalah studi filosofis tentang hakikat ini, eksistensi atau
kenyataan seperti itu, serta menjadi kategori dasar dan
hubungan mereka.
Arah kajian Ilmu Keolahragaan secara khusus adalah ilmu
tentang manusia berkenaan dengan perilaku gerak insani yang
diperagakan dalam adegan bermain, berolahraga dan berlatih
(KDI Keolahragaan, 2000: 7). Karena itu, esensi dari fokus
studi Ilmu Keolahragaan adalah studi dan pendidikan manusia
dalam gerak. Tegasnya, arah kajian Ilmu Keolahragaan adalah
gerak manusia (human movement), sehingga objek formalnya
adalah gerak manusia dalam rangka pembentukan (forming) dan
pendidikan (KDI Keolahragaan, 2000: 7).
6. OLAHRAGA SECARA
EPISTEMOLOGI
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.
Sport (Olahraga) berasal dari bahasa Latin ”disportare” atau “deportare” dalam
bahasa Itali”deporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur
untuk bergembira. Dapatlah dikatakan bahwa sport ialah kesibukan manusia
untuk menghibur diri sambil memelihara jasmaniah. Sedangkan antara sport
dan bermain terdapat hubungan yang erat dan mempunyai sangkut paut yang
bersifat strukturil, bahwa sport adalah sebuah bentuk dari bermain yang lebih
sempurna.
7. OLAHRAGA SECARA AKSIOLOGIS
Olahraga dan etika fair play, Kaji nilai (aksilogi) yang dipersoalkan
adalah aspek penerapan sesuatu ke dalam praktik yang berkaitan dengan
masalah nilai. Nilai merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap “
luhur” dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam bidang keolahragaan, persoalan ini kian relevan untuk dibahas.
Kecendrungan sikap dan partisipasi dalam tindakan dari sekelompok warga
masyarakat, termasuk organisasi induk olahraga, yang berusaha untuk
meningkatkan prestasi, membangkitkan masalah yang semakin kompleks dan
mendalam. Hal itu karena nilai-nilai ideal olahraga makin luhur, di geser oleh
nilai “ baru” sebagai konsekuensi dari perubahan sosial.
8. STRUKTUR ILMU KEOLAHRAGAAN
Kerangka dasar ilmu keolahragaan yang disusun berdasarkan
kemajuan yang dianggap cukup mapan, seperti yang dipaparkan Prof.
Haag di Jerman sejak th 1979, sangat membantu kita untuk menelaah
kedudukan sport pedagogy, sebagai salah satu diantaranya, sebagai isi
dari ilmu keolahragaan.
Ada 7 (tujuh) bidang teori yang
mendukung, yakni :
(1) sport medicine
(2) sport beomechanic
(3) sport psychology
(4) sport sociology
(5) sport pedagogy
(6) sport history
(7) sport philosophy