Lima pilar belajar yang direkomendasikan untuk mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional Indonesia meliputi belajar untuk beriman, memahami, melakukan, hidup bersama, dan menemukan diri. Lima pilar ini disesuaikan dengan UUD dan UU Sisdiknas serta diimplementasikan dalam kurikulum dan proses pembelajaran.
3. UUD 1945
Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (Psl 31 ayat 3)
Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat
manusia (Psl 31 ayat 5)
4. UU SISDIKNAS 2003
PENDIDIKAN adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki :
Kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri,
Kepribadian,
akhlak mulia,
ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 : 1)
5. UU SISDIKNAS Psl 3
Mengembangkan kemampuan
Membentuk watak
Membentuk peradaban
bangsa yang Bermartabat
Dalam
rangka
Mencerdaskan
Kehidupan bangsa
6. UU SISDIKNAS Psl 3
Mengembangkan potensi peserta
didik
agar menjadi manusia
•
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
berakhlak mulia
berilmu
kreatif
Sehat
Cakap
mandiri
menjadi warga negara yang demokratis
Prof.Dr.Diana
bertanggung jawab Nomida Musnir
•
7. UU SISDIKNAS
Strategi Pembangunan
Pendidikan Nasional
1. Pelaksanaan pendidikan agama serta
akhlak mulia;
2. Pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi;
3. Proses pembelajaran yang mendidik
dan dialogis;
4. …………………………
(Penjelasan UU SISDIKNAS)
10. Learning to Know
Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa
pendidik harus mampu berperan sebagai informator,
organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya,
sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul
kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup,
dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Yusak
(2003) mengatakan bahwa secara kreatif menguasai
instrumen ilmu dan pemahaman yang terus
berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana
dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar
sepanjang hayat.
11. Learnig to Do
Konsep learning to do menyiratkan bahwa
siswa dilatih untuk sadar dan mampu
melakukan suatu perbuatan atau tindakan
produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Terkait dengan hal tersebut
maka proses belajar-mengajar perlu didesain
secara aplikatif agar keterlibatan peserta
didik, baik fisik, mental dan emosionalnya
dapat terakomodasi sehingga mencapai
tujuan yang diharapkan.
12. Learning to Live Together
Konsep learning to live together merupakan tanggapan
nyata terhadap arus individualisme serta
sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini.
Fenomena ini bertalian erat dengan sikap egoisme
yang mengarah pada chauvinisme pada peserta
didik sehingga melunturkan rasa kebersamaan dan
harga-menghargai. Memahami, menghormati dan
bekerja
dengan
orang
lain,
mengakui
ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal
balik yang melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan
bersama menuju kerekatan sosial, perdamaian dan
semangat kerjasama demi kebaikan bersama.
13. Learning To be
Konsep learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan
untuk melatih siswa agar mampu memiliki rasa percaya diri
(self confidence) yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus
“berevolusi”, mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian
memahami dan berhubungan dengan orang lain. Menguak
kekayaan
tak
ternilai
dalam
diri.
Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan
pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan
profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan
kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka
pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia
masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia
14. UU SISDIKNAS
4 PILAR PENDIDIKAN
(UNESCO)
4 PILAR PENDIDIKAN (UNESCO) kurang
mengakomodasi UU SISDIKNAS, khususnya dalam :
1. Mengembangkan potensi peserta didik .yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian & akhlak mulia (Psl 1 : 1)
2. Mewujudkan manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa & berakhlak mulia
(Psl. 3)
3. Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional,
khususnya tentang pelaksanaan pendidikan
agama serta akhlak mulia (Penjelasan UU SISDIKNAS)
Perlu penambahan satu
PILAR PENDIDIKAN
15. LIMA PILAR BELAJAR
(INDONESIA)
1. Learning to believe and to convince the
almighty God
(Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa)
2. Learning to know
(Belajar untuk memahami dan menghayati)
3. Learning to do
(Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif)
4. Learning to live together
(Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain)
5. Learning to be
(Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri)
16. LIMA PILAR
BELAJAR INDONESIA
DIIMPLEMENTASIKAN DALAM
PROSES PEMBELAJARAN DI SETIAP
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
1. Kompetensi Dasar & Standar kompetensi
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
17. LIMA PILAR
PENDIDIKAN DI
INDONESIA
a). Pilar Pertama Ketersediaan adalah terkait ketersediaan
layanan pendidikan yang memadai sesuai dengan standar, baik
dalam kurikulum, sesumber, metode, strategi, dll.
b). Pilar Kedua adalah Keterjangkauan . Pilar ini menitikberatkan
kepada prinsip pemenuhan hak untuk memperoleh pendidikan
bagi semua warga negara tanpa terkecuali. Untuk mendukung
keterjangkauan ini perlu didukung dengan pemanfaatan berba
gai media dan teknologi.
c). Pilar Ketiga adalah Mutu . Peningkatan mutu pendidikan
kini harus menjadikan perhatian utama, bukan saja dari out
put dan outcome tetapi menyangkut input dan proses pen
didikan.
18. d). Pilar Keempat Penjaminan Mutu Pendidikan . Jaminan
mutu pendidikan harus lebih banyak dilakukan dengan
berbagai studi dan evaluasi tentang faktorfaktor
mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan.
e). Pilar Kelima adalah kesetaraan. Pendidikan harus men
jangkau semua level masyarakat dengan tidak ada pem
bedaan. Indonesia adalah negara besar dengan berba
gai keragaman, pendidikan harus mempu melayani
semua warganya dengan setara dan tidak membeda
bedakan adanya keragaman tersebut