Dokumen tersebut membahas tentang kelompok dasar-dasar keislaman yang mencakup materi Al Quran dan Ulumul Quran seperti adab tilawah, hifdz Al Quran, tafsir, dan hukum tilawah. Dokumen juga membahas kurikulum pendidikan Islam yang mencakup tujuan instruksional dan pokok-pokok materi untuk setiap topiknya.
1. Kelompok Dasar-Dasar Keislaman
AL QUR’AN DAN ‘ULUMUL QUR’AN
Adabut Tilawah
Hifzhil Qur’an Juz
Tilawah Yaumiyah
Tafsir Al Qur’an Juz 30
Hukum Tilawah
Ta’riful Qur’an
KUR
IKULUM TARBIYAH ISLAMIYAH (BUKU 1)
Penyusun : Kosasih
2. ADABUT TILAWAH
Kode : 1.A1.1. I Saran : Taujih, penugasan
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
1.
2.
3.
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
Mengetahui
kedudukan
Al-Qur’an
sebagai
kalamullah yang harus dimuliakan.
Mengetahui adab-adab yang harus dipelihara
selama membaca Al-Qur’an.
Komitmen dengan adab-adab tilawah di saat
membaca Al-Qur’an
POKOK-POKOK MATERI :
1. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an
2. Dalil-dalil hadits Nabawi tentang adab membaca
Al-Qur’an
3. Hadits tentang perumpamaan manusia dalam
menerima ilmu ( lihat Bukhari : Keutamaan orang
yang mengajar )
4. Sikap para salafush shalih ketika membaca
Al-Qur’an
3. Tujuan Diturunkannya
Al Qur’an
Sebagai tata kehidupan umat dan menjadi
petunjuk bagi makhluk. (QS. 2 : 185, 16 : 89)
Merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW,
disamping merupakan bukti yaang jelas atas
kenabian dan rasulannya (QS. 4 : 165)
Sebagai hujjah (bukti) yang akan tetap tegar
pada hari kiamat
Untuk membetulkan dan menguji serta
menjalankan fungsi kitab-kitab sebelumnya
(Zabur, Taurat, Injil) tetapi kitab itu tidak dapat
menempuh posisinya
4. Dalil-dalil hadits Nabawi
tentang adab
membaca Al-Qur’an
Bacalah Al-Qur’an sesuai dengan cara dan suara orangorang Arab. Dan jauhilah olehmu cara baca orang-orang
fasik dan berdosa besar, maka sesungguhnya aka datang
beberapa kaum setelah aku melagukan Al-Qur’an seperti
nyanyian dan rohbaniah (membaca tanpa tadabbur dan
pengamatan) suara mereka tidak dapat melewati
tenggorokan mereka (tidak dapat meresap dalam hati), hati
mereka dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah
terfitnah (keluar dari jalan yang lurus). (Hadis dikutip dari Al
Burhan Fi Tajwidil Qur’an hal. 7)
5. Adab Tilawah Al Qur’an
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berwudhu sebelum membaca Al-Qur’an karena ia
termasuk dzikir yang paling utama, meskipun boleh
membacanya bagi orang yang berhadas.
Membacanya di tempat yang bersih dan suci, Untuk
menjaga keagungan membaca Al-Qur’an.
Membaca dengan khusyu, tenang dan penuh hormat.
Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai
membaca.
Membaca ta’awwuz
Firman Allah : “Apabila kamu membaca Al-Qur;an
hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk” (16 : 98).
Membaca basmallah pada permulaan setiap surah.
Membaca dengan tartil yaitu bacaan pelan-pelan dan
terang serta memberikan kepada setiap huruf akan
haknya.( al-Muzzammil [73]:4 )
Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya.(Sad [38]:29 )
6. 9.
10.
11.
12.
Meresapi makna dan maksud ayat-ayat Al-Qur’an,
yang berhubungan dengan janji maupun ancaman,
sehingga merasa sedih dan menangis ketika
membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan
ancaman karena takut dan ngeri.(al-Isra’ [17]:109 )
Membaguskan suara dengan membaca Al-Qur’an,
karena Al-Qur’an adalah hiasan bagi suara yang
bagus lagi merdu akan lebih berpengaruh dan
meresap dalam jiwa.”HiasilahQur’an dengan suaramu
yang merdu” (Hadits Ibn Hibban)
Mengeraskan bacaan Al-Qur’an karena membacanya
dengan suara jahar lebih utama. Berkata
Rasulullah :”Allah tidak mendengarkan sesuatu selain
suara merdu Nabi yang membacakan Al |Quran
dengan suara jahar”. (Hadis Bukhari dan Muslim)
Melihat langsung pada Mushaf dan membacanya
dengan hafalan, manakah yaang lebih utama ?
Pertama langsung dari Mushaf adalah lebih utama.
Kedua membaca di luar kepala adalah lebih utama,
ketiga bergantung pada situasi dan kondisi indivdiu
masing-masing.
7. Hadits tentang perumpamaan
manusia dalam menerima ilmu
Mempelajari dan mengajarkan
Al-Qur’an merupakan tolak ukur
kualitas seorang muslim. Sabda
Rasulullah SAW :
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
Al-Qur’an dan mengajarkannya. (Hadist Bukhari)
8. Sikap para salafush shalih ketika
membaca Al-Qur’an
Para ulama salaf selalu memelihara bacaan Qur’an. Di
antara mereka ada yang membaca sampai khatam dalam
sehari semalam, bahkan ada yang khatam lebih dari itu.
“Dari Abdullah bin ‘Amir, Rasulullah berkata kepadaku :
“Bacalah Qur’an satu kali khatam dalam satu bulan. “Ia
menjawab : “Saya mampu untuk membacanya lebih dari
itu. Beliau berkata lagi : Kalau begitu, bacalah dalam
sepuluh hari. Ia pun menjawab lagi : Saya masih sanggup
membacanya lebih dari itu. Kemudian beliau berkata lagi :
Bacalah ia dalam seminggu dan jangan lebih dari itu”
Ketika membaca AL Qur’an mereka juga mempelajari Al
Qur’an secara mendalam sehingga menghasilkan
beberapa macam kitab tafsir, terbukti dengan adanya para
Imam Qira’ah seperti Imam Nafi’ bin Ruwaim, Ibnu Katsir,
‘Ashim bin Abin Najud, Muhammad bin Al Jazari dan lain
sebagainya.
9. HIFZHIL QUR’AN JUZ 30
Kode : I.A1-2 1 Sarana : taujih dan tugas hafalan
Tugas Hafalan. Setelah mendapatkan materi ini
peserta dapat :
1.
2.
3.
Mengetahui ahammiyah hifzhil Qur’an
Mengetahui fadhilah tahfizul Qur’an
Menghafal Al-Qur’an minimal satu juz
POKOK-POKOK MATERI :
1. Dalil-dalil tentang ahammiyah (urgensi) hifzhil Qur’an.
2. Dalil-dalil hadits dan atsar tentang fadhilah tahfizul
Qur’an.
3. Fadhilah Qur’an sebagai sarana menjaga stabilitas
ruhiyah.
4. Metode (teknik) menghafal Al-Qur’an.
5. Bagaimana para salafush shalih menjaga hafalan
Al-Qur’an.
6. Diskusi singkat tentang kendala menghafal Al-Qur’an.
7. Penugasan dan evaluasi (mutaba’ah) hafalan
10. PENDAHULUAN
Sejarah dan latar belakang
dibukukannya Al Qur’an
RIWAYAT BUKHORI
Peperangan Yamamah adalah peperangan
yang amat dahsyat dan menyedihkan. Pada
peperangan itulah banyak fuqaraa’ dan huffadz
yang gugur lebih dari 70 pembesar huffadz.
Dan sejumlah itu pula huffadz yang mati
syahid. Pada zaman Rasul SAW di Bi’ri
Maunah sehingga jumlah mereka yang mati
syahid pada peristiwa itu mencapai 140
huffadz. Kejadian itu benar-benar menyedihkan
kaum muslimin. Diriwayatkan dari zaid bin
tsabit ra, dia berkata : “Aku abu Bakar Ra.
Utusan pada saya ditempat
perang ahli
Yamamah (setelah gugur 70 huffadz pada
perang Yamamah) ketika itu umat telah duduk
disisinya, maka Abu Bakar berkata :
11. maka Abu Bakar berkata : Umar datang kepada
mu dan berkata : Sesungguhnya peperangan di
Yamamah itu amat mengerikan dan dahsyat
akibat meninggalnya para huffadz, dan aku
khawatir kalau-kalau kematian para huffadz itu
berlanjut
pada
kampung
masing-masing,
sehingga banyak ayat Al-Qur’an yang hilang,
maka menurutku, supaya engkau mengumpulkan
Al-Qur’an. Maka kujawab : “Bagaimana aku
melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan
oleh Rasulullah SAW ?” Umar berkata : “Demi
Allah, itu lebih baik “. Kemudian tak hentihentinya dia datang kepadaku saat itu, sampai
Allah Azza Wa Jalla melapangkan dadaku untuk
sesuatu yang telah dilapangkan-Nya dada umar
dan aku melihat pada perkara itu sebagaimana
yang telah dia lihat. Yazid berkata : kemudian
Abu Bakar berkata : Sesungguhnya engkau
adalah pemuda yang berakal. Aku tak bersangka
buruk kepadamu.
12. Sungguh kamu telah menuliskan wahyu untuk
Rasulullah SAW,maka titilah Al-Qur’an itu dan
kumpulkanlah dia. Yazid berkata : Demi Allah
kalau aku diperintah untuk memindahkan gunung
diantara gunung-gunung, maka tidak akan
seberat apa yang engkau perintahkan kepadaku.
Lantas aku berkata, “Mengapa kalian melakukan
sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah
SAW ? Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, itu
lebih baik”. Kemudian tidak henti-hentinya beliau
datang
kepadaku
sampai
Allah
SWT
melapangkan dadaku untuk sesuatu yang telah
dilapangkan-Nya dada Abu Bakar dan Umar.
Maka kemudian aku titi dan aku kumpulkan AlQur’an dari pohon dan pelepah kurma serta dari
dada para sahabat yang dimuliakan, sampai aku
temukan akhir surat At-Taubah dari Khuzaimah
al-Anshori, yang tidak aku temukan dari
seorangpun selainnya.
13. Yaitu :
“Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
( keimanan dan keselamatan ) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-oraang
mukmin. Jika mereka berpaling ( dari keimanan ),
maka katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
tuhan selain Dia.
Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia
memiliki arasy yang agung”.
Kemudian shuhuf itu
disimpan Abu Bakar sampai beliau meninggal, lalu
ditempat Umar sampai beliau meninggal, dan akhirnya
ditempat Hafsoh binti umar.
14. Dalil-dalil tentang ahammiyah (urgensi)
hifzhil Qur’an
Para ulama mengatakan :
“Setiap kewajiban yang tidak akan sempurna
kecuali dengan melakukan suatu pekerjaan, maka
(pekerjaan) itu wajib dilakukan”.
Firman Allah (surat Al-Hijr [15] : 9)
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al
Qur’an,
dan
pasti
Kami
(pula)
yang
memeliharanya*”.
*Memberikan jaminan tentang kesucian dan
kemurnian Al Qur’an selama-lamanya
15. Firman Allah :
“Sungguh, telah kami turunkan kepadamu
sebuah kitab (Al Qur’an) yang di dalamnya
peringatan bagimu. Maka apakah kamu
tidak mengerti ?”. (Surat Al-Anbiya’ [21] :
10)
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan AL
Qur’an untuk peringatan, maka adakah
orang yang mau mengambil pelajaran ?
(surat Al-Qomar [54] : 17)
16. Firman Allah :
“Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah
menambahkan penyakit (ke dalam hati mereka).” (surat AlBaqarah [2] : 10)
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya panjang sholat seseorang dan pendek
khotbahnya merupakan tanda kefahaman din nya”.
“Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua
perkara, menginginkan seorang yang diajarkan Allah
kepadanya AL Qur’an, kemudian ia membacanya
sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya
mendengarkan bacaannya, kemudian ia berkata “Andaikan
aku diberi karunia sebagai si fulan diber, sehingga aku
dapat melakukan sebagaimana si fulaan melakukan”. (HR.
Bukhari dan Ahmad)
17. URGENSI HIFZDZUL QUR’AN
Menjaga kemutawatiran AlQur’an
Meningkatkan kualitas umat
Menjaga
terlaksananya
sunnah-sunnah Rasulullah
Menjauhkan mu’min dari
aktivitas laghwu
Melestarikan budaya salafus
shalih
18. DALIL HADITS DAN ATSAR
tentang fadhilah tahfidzul Qur’an
FADHAIL DUNIA
1.
Hifdzul Qur’an merupakan nikmat rabbani yang
datang dari Allah
2.
Al Aur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan
kenikmatan bagi penghafalnya.
3.
Seorang hafidz Al Qur’an adalah orang yang
mendapatkan tasyrif nabawi (penghargaan
khusus dari nabi saw)
4.
Hifdzul Qur’an merupakan ciri orang yang
diberi ilmu.
5.
Hafidz Al Qur’an adalah keluarga Allah yang
berada di atas bumi
6.
Menghormati seorang hafidz Al Qur’an berarti
mengagungkan Allah
19. FADHAIL AKHIRAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Al Qur’an akan menjadi penolong
(sya’faat) bagi para penghafalnya.
Hifdzul Qur’an akan meninggikan
derajat manusia di Surga.
Para penghafal Qur’an bersama para
malaikat yang mulia dan taat.
Bagi para penghafal kehormatan
berupa tajul karamah (mahkota
kemuliaan).
Penghafal Al Qur’an adalah orang yang
akan mendapatkan untung dalam
perdagangannya dan tidak akan
merugi.
Penghafal Al Qur’an adalah orang yang
paling banyak mendapatkan pahala
dari Al Qur’an.
20. Firman Allah :
ﻓﻲ ﻜﺘﺐ ﻣﮑﻧﻮﻥ
ﺍﻧﻪ ﻟﻗﺮﺍﻥ ﻜﺮﻴﻢ
“Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah
bacaan yang sangat mulia, di dalam kitab
yang terpelihara (lauhul mahfuz).” (Surat AlWaqi’ah [56] : 77, 78)
“Sebaik-baik
kalian
adalah
mempelajari
Al
Qur’an
mengajarkannya”. HR. Bukhari
yang
dan
21. “Telah datang seorang perempuan kepada nabi saw,
maka ia berkata, “Sesungguhnya ia telah menyerahkan
dirinya kepada Allah dan RasulNya.” “ Aku tidak butuh
wanita.” Kata nabi. Sementara itu sahabat lain berupa
baju !” Orang itu menjawab, “Aku tidak punya.” “Berikan
saja mas kawin walau dengan cincin dari besi,” Pinta nabi
lagi. Namun orang itu masih beralasan tidak punya.
Akhirnya nabi bertanya, “Surat apa yang kamu hafal?”
Aku hafal surat ini… surat ini…” Jawab orang itu Maka
nabi bersabda, “Aku kawinkanlah kau dengannya dengan
apa yang kamu hafal dari Al Qur’an.” (Muttafaqun ‘Alaih)
“Barang siapa yang membaca (hafal) Al Qur’an maka
sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya
saja tidak diwahyukan kepada-Nya. Tidak pantas bagi
para hafidz Qur’an berada bersama siapa saja yang ia
dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang
yang melakukan kebodohan (selektif di dalam bergaulpent.) sementara dalam dirinya terdapat firman Allah”
(HR Bukhari)
22. “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak
terdapat Al Qur’an bagaikan rumah yang rusak dan
yang berpengaruh.” (HR. Atturmudzi)
Adalah nabi mengumpulkan di antar adua orang syuhada’
Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara
keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika
ditunjuk
kepada
salah
satunya,
maka
beliau
mendahulukan pemakamannya di Liang Lahad.” (HR.
Bukhari)
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah
saw, sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian
rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu
disuruh membaca apa yaang sudah dihafal, maka
sampailah pada shahabi yang paling muda usianya, beliau
bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab, “Aku
hafal surat ini… surat ini… ddan surat Al Baqarah.
“Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah? “Tanya nabi lagi.
Shahabi itu menjawab, “Benar.” Nabi bersabda,
“Berangkatlah kamu dan kamulah pimpinan delegasi,” (HR.
Atturmudzi dan An Nasa’i)
23. “Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling
banyak hafalannya (HR. Muslim).
“Sebenarnya Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang
nyata bagi orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak
ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali
orang-orang yang dzalim.” (QS. 29:49).
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara
manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka
ya Rasulullah? “Rasul menjawab, “Para ahli Al
Qur’an merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan
Nya.”
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah
menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al
Qur’an yang tidak melampaui baras ( di dalam
mengamalkan dan memahaminya) dan tidak
menjauhinya
(enggan
membaca
dan
mengamalkannya) dan penguasa yang adil. “(HR.
Abu Dawud)
24. Dari Abu Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar
rasulullah saw, bersabda, “Bacalah oleh Al Qur’an,
sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at
pada hari qiamat bagi para pembacanya
(penghafalnya).” (HR. Muslim)
“Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari nabi saw, ia
bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an,
“Bacalah dan naiklah serta tartirkan sebagaimana engkau
dulu mentartirkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya
kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abud
Dawud dan Tarmudzi)
Dari Aisyah ra. ia bersabda, “Rasulullah saw. bersabda,
“Orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia mahir
bersama para malaikat yang mulia dan taat, dan orang
yang membaca Al Qur’an sedangka ia terbata-bata dan
merasakan kesulitan, ia mendapat dua pahala.”
(Mutafaqun ‘Alaih)
“Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an
sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama malaikat yang
mulia dan taat.” (Mutafaqun ‘Alaih)
25. Mereka akan dipanggil, “Dimana orang-orang yang tidak
terlena oleh menggembala kambing dari membaca KitabKu? Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah
seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya
kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan
tangan kirinya. Jika kedua orang tuanya seorang muslim,
maka keduanya akan diberi pakaian yang lebih bagus dari
dunia dan seisinya, kedua orang tuanya akan mengatakan,
“Bagaimana kami bisa mendapatkan ini? “Maka akan
dijawab, “Ini karena anakmu berdua membaca Al Qur’an.”
(HR. Attobarani).
“Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizqi
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diamdiam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan
yang
tidak
merugi.
Agar
Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala dan menambah
kepada mereka karunianya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun dan Maha Mensyukuri
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an
maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan
dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif
Lam Mim itu satu huruf, namun alif itu satu huruf, Lam
satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Atturmudzi)
26. TEKNIK (METODE) MENGHAFAL
AL QUR’AN
Menghafal
adalah
proses
mengulang sesuatu baik dengan
membaca
atau
mendengar.
Perkataan apapun jika sering diulang
pasti menjdi hafal.
Penghalang utama menghafal
Al Qur’an adalah malas, tidak ada
kemauan, hilang akal dan mati hati.
27. Ada beberapa teknik menghafal Al
Qur’an yang sering dilakukan oleh para
penghafal, di antaranya :
1.
2.
3.
4.
Teknik memahami ayat-ayat yang akan
dihafal
Teknik
mengulang-ulang
sebelum
menghafal
Teknik
mendengarkan
sebelum
menghafal
Teknik menulis sebelum menghafal
28. Bagaimana para salafush sholeh
menjaga hafalan Al-Qur’an
Ulama salaf kita sungguh besar
perhatiannya
untuk
merealisasikan
kepentingan ini. mereka telah berhasil
mengabadikan sanad pengajaran Al-Qur’an
sejak zaman Rasulullah, sahabat, tabi’in, dan
tabi’it tabi’in sampai sekarang. Lembagalembaga Al Qur’an yang masih menjaga
kualitas
pengajaran
Al-Qur’an
dapat
dipastikan masih menyimpan sanad ini
seperti dapat kita temui di tanah air ini atau di
Timur Tengah. Proses belajar Al-Qur’an yang
bersanad atau yang disebut dengan talaqqi,
akan menjadikan pelajar Al-Qur’an benarbenar menguasai Al-Qur’an secara baik dan
benar, karena cara inilah yang mampu
menjaga orsinilitas pengajaran Al-Qur’an.
29. HUKUM TILAWAH
Kode : 1A1.5 I Sarana : Taujih dan Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat :
1. Membaca Al-Qur’an sesuai makhraj dan hukum tilawah
yang benar.
2. Membaca Al-Qur’an penuh dengan kenikmatan bahasa
(dzauq lughawi)
POKOK-POKOK MATERI :
1. Urgensi
membaca
Al-Qur’an
(2:121/Jumu’ah: 2/75 : 17-19)
dengan
benar
2. Penugasan mengikuti daurah Al-Qur’an
3. Al-Qur’an diturunkan dengan bertahap,
membacanya pun lebih bertahap (17 : 106)
sehingga
4. Larangan menghatamkan Qur’an dalam satu hari.
30. Urgensi membaca Al-Qur’an
dengan benar (Tajwid)
Imam Ibnul Jazari mengatakan :
“Membaca (Al-Qur’an) dengan tajwid
hukumnya wajib, karena dengan tajwidlah
Allah
menurunkan
Al-Qur’an
dan
demikianlah Al-Qur’an sampai kepada kita
dari-Nya”.
Mempelajari dan membaca Al-Qur’an
secara tajwid (membaguskan) adalah
Fardhu Kifayah.
31. Al-Qur’an diturunkan dengan
bertahap, sehingga membacanya
pun lebih bertahap (17:106)
Qur’an secara bertahap. Ungkapan (untuk
arti menurunkan) dalam ayat-ayat di atas
menggunakan kata tanzil bukannya inzal. Ini
menunjukkan bahwan turunnya itu secara bertahap
dan berangsur-angsur.
Selama dua puluh tiga tahun : tiga belas
tahun di Mekah menurut pendapat yang kuat, dan
sepuluh tahun di Medinah.
“Dan Qur’an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (al-Isra; [17] :
106).”
32. Seandainya kitab-kitab yang terdahulu itu
turun secara berangsur-angsur, tentulah orang-orang
kafir tidak akan merasa heran terhadap Qur’an yang
turun secara berangsur-angsur.
‘Mengapa Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja’ seperti halnya kitab-kitab
yang lain. Mengapa ia diturunkan secara bertahap ?
Mengapa ia diturunkan secara berangsur-angsur ?
Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah
Sunnah-Nya di dalam menurunkan semua kitab
samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata
mereka:
“Dan mereka berkata : Mengapa rasul ini memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar ?” (al-Furqan
[25] : 7) dengan jawaban :
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,
melainkan mereka sungguh memakan makanan dan
berjalan di pasar-pasar.” (al-Furqan [25] : 20), dan
seperti dia menjawab ucapan mereka :
“Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi
rasul?” (al-Isra’ [17] : 94)
33. Yaitu
untuk
memperkuat
hati
Rasulullah. “Dan Kami membacakannya
kelompok demi kelompok”, maksudnya :
Kami menentukan seayat demi seayat atau
bagian
demi
bagian,
atau
Kami
menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya,
karena turunnya yang bertahap sesuai
dengan peristiwa-peristiwa itu lebih dapat
memudahkan hafalan dan pemahaman yang
merupakan salah satu penyebab kemantapan
( di dalam hati ).
34. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an
1. Hikmah kertama : Menguatkan atau
meneguhkan hati Rasulullah saw.
2. Hikmah kedua : Tantangan dan mukjizat.
3. Hikmat ketiga : Mempermudah hafalan
dan pemahamannya.
4. Hikmah keempat : kesesuaian dengan
peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam
penetapan hukum.
5. Hikmah kelima : Bukti yang pasti bahwa
Al-Qur’anul Karim diturunkan dari sisi
Yang Mahabijaksana dan Maha Terpuji.
35. Larangan menghatamkan
Qur’an dalam satu hari.
Para ulama salaf (yang terdahulu), selalu
memelihara bacaan Qur’an. Di antara mereka ada yang
membaca sampai khatam dalam sehari semalam, bahkan
ada yang khatam lebih dari itu. Dalam sebuah hadis
ditegaskan :
“Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah berkata
kepadaku : “Bacalah Qur’an satu kali khatam dalam satu
bulan. ‘Ia menjawab: “Saya mampu untuk membacanya lebih
dari itu.’ Beliau berkata lagi: ‘Kalau begitu, bacalah dalam
sepuluh hari.’ Ia pun menjawab lagi: ‘Saya masih sanggup
membacanya lebih dari itu.’ Kemudian beliau berkata lagi:
‘Bacalah ia dalam seminggu dan jangan lebih dari itu.’’’
“Biasakanlah membaca Al-Qur’an. Demi Zat Yang jiwa
Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh itu lebih mudah
lepas daripada unta yang lepas dari tali kekangnya.”
36. Perintah memperbanyak bacaan
dan mengkhatamkan Qur’an itu
berbeda-beda sesuai dengan keadaan
individu
karena
masing-masing
mempunyai kemampuan yang berbeda
dan tingkatan kepentingan umum yang
berlainan pula.
Nawawi
dalam
al-Azkar-nya
berkata : “Yang benar ialah bahwa
perintah membaca Qur’an itu berbedabeda karena perbedaan keadaan
individu masing-masing.