Makalah Kerajaan Buleleng dan Dinasti Wangsa Darma
1. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 1
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kerajaan Buleleng merupakan kerajaan tertua di Bali. Kerajaan ini berkembang
pada abad IX-XI Masehi. Kerajaan Buleleng diperintah oleh Dinasti Warmadewa.
Keterangan mengenai kehidupan masyarakat kerajaan Buleleng pada masa Dinasti
Warmadewa dapat dipelajari dari beberapa prasasti seperti prasasti Belanjong,
Panempahan, dan Melatgede.
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar
pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini
dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara
menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan
nama Den Bukit.
I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gde Pasekan
adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Si Luh Pasek Gobleg
berasal dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supra
natural dari lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji
kelak akan menyisihkan putra mahkota. Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang
masih berusia 12 tahun disingkirkan ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa Panji.
I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan
Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa
(Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan
Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.
Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali
merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem
1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri
Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang
berkuasa sampai 1821. Kekuasaan Karangasem melemah, terjadi beberapa kali
pergantian raja. Tahun 1825 I Gusti Made Karangsem memerintah dengan Patihnya I
Gusti Ketut Jelantik sampai ditaklukkan Belanda tahun 1849.
Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat
perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang
I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan
pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun
2. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 2
1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat
dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dinasti (Wangsa) Warmadewa adalah para raja - raja dan penguasa Bali Kuno
yang memerintah pada tahun 804 - 1265 saka sebagaimana disebutkan dalam
sumber kutipan Purana Bali Dwipa, yang kisah awal dan berakhirnya dinasti
warmadewa ini dalam sejarah singkatnya disebutkan sebagai berikut,
· Tersebutlah pada tahun 804 saka, Bali mengalami kehancuran di bawah
Mayadanawa dan setelah matinya Mayadanawa bertahtalah seorang raja
bernama Sri Kesari Warmadewa di Bali.
· Ketika Sri Tapolung yang bergelar Bhatara Asta Asura Ratna Bumi Banten
menjadi raja di Bali dibantu oleh para Senapati, dengan patih utama seperti Ki
Pasung Grigis, Ki Kebo Iwa / Waruya, putra Ki Karang Buncing dll.
§ Pada masa itu datanglah ekspedisi kerajaan Majapahit yang dipimpin langsung
oleh Gajah Mada dan Arya Damar dan para Arya yang lainnya.
§ Terjadilah pertempuran antara pasukan Bali dan Majapahit yang sangat dahsyat
dimana saat itu Dinasti Warmadewa mengalami kekalahan.
Warmadewa merupakan Salah satu dinasti kerajaan yang terbesar di
Kepulauan Nusantara dan semenanjung Asia. Warmadewa berasal dari bahasa
Sansekerta secara umum berarti berarti Dewa Pelindung atau Dilindungi Dewa. Raja-
raja dari Dinasti Warmadewa ini awalnya berasal dari India(kerajaan Pallawa) -raja
awalnya berasal dari India, dimana ada raja berwangsa Warmadewa dan ada pula
berwangsa Sanjaya.
Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali adalah Dalem Sri Kesari atau yang
dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal
abad ke-10, beliau berasal dari Sriwijaya(Sumatra) dimana sebelumnya pendahulu
beliau dari Sriwijaya telah menaklukkan Tarumanegara( tahun 686) dan Kerajaan
Kalingga.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanasejarahdari kerajaanBuleleng?
2. Bagaimanasejarahdari kerajaanDinasti Warmadewa?
3. Apakahkaitanantara kerajaanBulelengdanDinasti Warmadewa?
4. BagaimanakehidupanpadamasaDinasti Warmadewa?
5. Apa sajapeninggalandari kerajaanBuleleng?
3. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 3
III. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui sejarahdari kerajaanBuleleng.
2. Mengetahui sejarahdari KerajaanWarmadewa.
3. Mengidentifikasi kaitanantarakerajaan BulelengdanWarmadewa.
4. Mengenal peninggalandari kerajaanBuleleng.
5. Mengetahui kehidupanpadamasaDinasti Warmadewa.
4. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 4
BAB II
KERAJAAN BULELENG
2.1. PENGERTIAN KERAJAAN BULELENG
Kerajaan Buleleng adalah suatu
kerajaan di Bali bagian utara yang
didirikan sekitar pertengahan abad
ke-17 dan jatuh ke
tangan Belanda pada tahun 1849.
Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti
Anglurah Panji Sakti dari Wangsa
Kepakisan dengan cara menyatukan
seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit.
Pada waktu itu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang
sejumlah kerajaan. Misalnya kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan
oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti. Nama kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama
setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu, pernah terjadi perang rakyat
Buleleng melawan Belanda.
Kerajaan Buleleng dahulunya adalah salah satu daerah yang dikuasai oleh kerajaan
Dinasti Warmadewa. Namun setelah kerajaan Dinasti Warmadewa ditaklukan oleh
Gajah Mada, kerajaan ini pun kemudian berdiri dibawah bayang-bayang kerajaan
Majapahit. Setelah Kerajaan Majapahir mengalami kemunduran, timbul pemberontakan
dari tiap-tiap daerah kekuasaan Majapahit, salah satunya ialah daerah Buleleng.
2.2. KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH BULELENG
Kerajaan Buleleng berpusat di Buleleng,
Bali bagian utara. Letaknya yang berada di pesisir
menyebabkan Buleleng banyak disinggahi kapal-
kapal dagang dari Sumatra dan Jawa.
Karakteristik wilayah Buleleng dibagi menjadi
dua, yaitu dataran rendah di bagian utara dan
dataran tinggi di bagian selatan. Menyatunya
pantai dan pegunungan ini menyebabkan
penduduk di Buleleng selalu menjunjung tinggi
5. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 5
semboyan nyegara gunung. Konsepnyegara gunung berarti segala pemberian alam
maupun dari laut maupun gunung wajib disyukuri dan selalu dijaga kesuciannya.
2.3. SEJARAH KERAJAAN BULELENG
Gusti Ngurah Karangasem, raja Buleleng
ke-12, dan 400 pengikutnya
memilih tewas daripada menyerah saat
perang di Benteng Jagaraga (1849). I Gusti
Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil
bernama I Gusti Gde Pasekan adalah
putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang
selir bernama Si Luh Pasek Gobleg berasal
dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti
Panji memiliki kekuatan supra natural dari
lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa
khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji kelak
akan menyisihkan putra mahkota.
Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji
yang masih berusia 12 tahun disingkirkan
ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa
Panji. I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan
Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa
(Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan
Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.
Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi, namun kembali merdeka pada
tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780.
Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja.
Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai
1821.
2.4. PERLAWANAN BULELENG TERHADAP BELANDA
Pada tahun 1846, Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan
sengit dari pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti
Ketut Jelantik.
Pada tahun 1848, Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda
di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan
6. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 6
benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng
dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.
2.5. DAMPAK PERLAWANAN BULELENG TERHADAP BELANDA
1. Bidang Politik :
Dikuasainya seluruh Pulau Bali oleh Belanda
Berkurangnya kekuasaan raja pada kerajaan, bahkan raja dikatakan menjadi
bawahan Belanda
2. Bidang Ekonomi :
Dikuasainya monopoli perdagangan di Bali karena Bali merupakan daerah
yang strategis banyak dikunjungi bangsa asing
3. Bidang Sosial :
Banyaknya tatanan sosial yang diperoleh Belanda, termasuk dihapuskannya
adat Sute pada upacara ngaben
2.6. PEREKONOMIAN KERAJAAN BULELENG
Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah
berkembang. Pada masa perkembangan Kerajaan
Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi
salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa.
Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai,
Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan
laut. Hasil Pertanian dari pedalaman diangkut lewat
darat menuju Buleleng.
Dari Buleleng, barang dagangan yang berupa hasil
pertanian seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan
bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain
(daerah seberang). Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan
pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang
berangka tahun 1065.
Kata-kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong,
bahitra, rumunduk i manasa,....” Artinya, “andai kata ada saudagar dari seberang yang
datang dengan jukung bahitra datang berlabuh di manasa....”
Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan
alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang),
7. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 7
misalnya ma, su, dan piling. Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di
zaman kuno secara ekonomis, Buleleng memiliki peranan yang penting bagi
perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali, misalnya pada masa Kerajaan Dinasti
Warmadewa.
2.7. PENYEBAB KEMUNDURAN KERAJAAN BULELENG
1. Belanda mengajukan syarat kepada Raja Buleleng untuk menghancurkan bentengnya
sendiri dan tidak boleh mendirikan lagi
2. Raja Buleleng harus mengganti kerugian perang ¾ biaya yang dikeluarkan Belanda
3. Raja Karangasemjuga mengganti kerugian ¼ dari biaya pihak Belanda
2.8. DAFTAR NAMA RAJA BULELENG
Wangsa Panji Sakti (1660-?)
Nama
Jangka
hidup
Awal
memerintah
Akhir
memerintah
Keterangan Keluarga Gambar
Gusti Anglurah
Panji Sakti
1660 1697/99
Gusti Panji Gede
Danudarastra
1697/99 1732
Anak dari
Gusti Anglurah
Panji Sakti
Gusti Alit Panji 1732 1757/65
Anak dari
Gusti Panji
Gede
Danudarastra
Gusti Ngurah Panji 1757/65 1757/65
Anak dari
Gusti Alit Panji
Gusti Ngurah 1757/65 1780 Anak dari
8. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 8
Jelantik Gusti Ngurah
Panji
Gusti Made
Singaraja
1793 ?
Keponakan
dari Gusti
Made Jelantik
Wangsa Karangasem (?-1849)
Nama
Jangka
hidup
Awal
memerintah
Akhir
memerintah
Keterangan Keluarga Gambar
Anak Agung Rai ? 1806
Anak dari
Gusti Gede
Ngurah
Karangasem
Gusti Gede Karang 1806 1818
Saudara dari
Anak Agung
Rai
Gusti Gede Ngurah
Pahang
1818 1822
Anak dari
Gusti Gede
Karang
Gusti Made Oka
Sori
1822 1825
Anak dari
Gusti Gede
Karang
Gusti Ngurah
Made Karangasem
1825 1849
Keponakan
dari Gusti
Gede Karang
9. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 9
Nama
Jangka
hidup
Awal
memerintah
Akhir
memerintah
Keterangan Keluarga Gambar
Gusti Made Rahi 1849 1853
Keturunan dari
Gusti Ngurah
Panji
Gusti Ketut
Jelantik
1854 1872
Keturunan dari
Gusti Ngurah
Jelantik
Anak Agung Putu
Jelantik
1929 1944
Keturunan dari
Gusti Ngurah
Jelantik
Anak Agung
Nyoman Panji
Tisna
1944 1947
Anak dari
Anak Agung
Putu Jelantik
Anak Agung
Ngurah Ketut
Jelantik
1947 1950
Saudara dari
Anak Agung
Nyoman Panji
Tisna
10. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 10
2.9. PENINGGALAN KERAJAAN BULELENG
a. Prasasti Blanjong
Prasasti Blanjong dikeluarkan oleh seorang raja Bali
yang bernama Sri Kesari Warmadewa. Pada prasasti ini
disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan
untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913
M). Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar
Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar,
Bali. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam
huruf; yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan
bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan
bahasa Sanskerta.
b. Prasasti Penempahan dan Malatgede
Prasasti Panempahan di Tampaksiring dan Prasasti Malatgede yang ditulis pada
bagian paro bulan gelap Phalguna 835 S atau bulan Februari 913.
c. Pura Tirta Empul
Pura tersebut terletak di daerah
Tampaksiring Bali dibangun pada
tahun 967 M oleh raja Sri
Candrabhaya Warmadewa. Pura ini,
digunakan beliau untuk melakukan
hidup sederhana, lepas dari
keterikatan dunia materi. Penamaan
Pura Tirta Empul diambil dari nama
mata air yang terdapat didalam pura
ini yang bernama Tirta Empul. Tirta
Empul artinya air yang menyembur
keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan.
11. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 11
d. Pura Penegil Dharma
Pura Penegil Dharma didirikan dimulai pada
915 M. Keberadaan pura ini berkaitan
dengan sejarah panjang Ugrasena, salah
seorang anggota keluarga Raja Mataram I
dan kedatangan Maha Rsi Markandeya di
Bali.
12. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 12
BAB III
KERAJAAN DINASTI WARMADEWA
3.1. PENGERTIAN KERAJAAN DINASTI WARMADEWA
Wangsa (dinasti) Warmadewa adalah
keluarga bangsawan yang pernah
berkuasa di Pulau Bali. Pendiri dinasti ini
adalah Sri Kesari Warmadewa, menurut
riwayat lisan turun-temurun, yang
berkuasa sejak abad ke-10.
Namanya disebut-sebut dalam prasasti
Blanjong di Sanur (berangka tahun 835
saka atau 913 M), dan menjadikannya sebagai raja Bali pertama yang disebut dalam
catatan tertulis. Menurut prasasti ini, Sri Kesari adalah penganut Buddha Mahayana
yang ditugaskan dari Jawa untuk memerintah Bali. Dinasti inilah yang memiliki
hubungan dekat dengan penguasa Kerajaan Medang periode Jawa Timur pada abad
ke-10 hingga ke-11.
3.2. SEJARAH KERAJAAN DINASTI WARMADEWA
Informasi tentangraja-rajayangmemerintah
di Kerajaanini,diperolehterutamadari
prasasti Blanjongdi Sanuryang berangka
tahun835 saka atau 913 M. Prasasti ini dibuat
olehRajaSri Kesariwarmadewayang
merupakanrajapertamadi Bali dari Dinasti
Warmadewa.Setelahberhasil mengalahkan
suku-sukupedalamanBali,iamemerintah
KerajaanBali yangberpusatdi
Singhamandawa.Pengganti Sri
KesariwarmadewaadalahUgrasena.Selama
masa pemerintahannya,Ugrasenamembuatkebijakan,yaitupembebasanbeberapadesa
dari pajaksekitartahun837 saka atau 915 M.
Pengganti UgrasenaadalahTabanendraWarmadewayangmemerintahbersama
permaisurinya.Iaberhasilmembangunpemandiansuci TirtaEmpul di Manukrayaatau
Manukaya,dekatTampak Siring.Pengganti TabanendraWarmadewaadalahraja Jayasingha
Warmadewa.KemudianJayasadhuWarmadewa. Selanjutnya,kerajaanBali dipimpinoleh
13. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 13
seorangratu bergelarSri Maharaha Sri WijayaMahadewi.Iamemerintahtahun905 saka
atau 938 M. Pengganti ratuini adalahDharma Udayana Warmadewa.
Pada masa pemerintahanUdayana,
hubunganKerajaanBali danMataram
Kunoberjalansanganbaik.Ini
disebabkankarenapernikahanantara
Udayana denganGunapriya
Dharmapatni,cicitMpu Sendokyang
kemudiandikenal sebagai
Mahendradata.Pada saat Udayana
wafat,putra keduaUdayanamenjadi
raja Bali,Marakatapangkaja.Ia sangat
menaruhperhatianpadakesejahteraanrakyatnya.Penggantinyaadalahadiknyasendiri,
AdikWungsu.Iamerupakanraja terakhirdari Wangsa Warmadewakarenaiatidak
mempunyaketurunan.
Setelahiamati,kerajaanBali dipimpinolehSri Sakalendukirana.LaluiadigantikanolehSri
Suradhipa,dandigantikanlagi olehJayasakti.Setelahnyadigantikanlagi oleh,Rada
Jayapangus(1177-1181). Raja terakhirBali adalahPadukaBatara Sri Artasura yangbergelar
Ratna Bumi Banten.Ia berusahamempertahankankemerdekaanBali daari serangan
Majapahit,namunmengalami kegagalan.Padatahun1265 sakaatau 1343 M, Bali dikuasai
Majapahit.Pusatkekuasaanmula-muladi Samprang,kemudiandipindahke Gelgeldan
Klungkung.
3.3. RAJA-RAJA KERAJAAN DINASTI WARMADEWA
1. Sri Kesari Warmadewa (882M-914M)
2. Sri Ugrasena (915M-942M)
3. Sri Tabanendra Warmadewa (943M-961M)
4. Sri Candrabhaya Singha Warmadewa (961M-975M)
5. Sri Janasadhu Warmadewa (975M-983M)
6. Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi (983M-989M)
7. Sri Udayana Warmadewa(989M-1011M)
8. Sri Adnyadewi/ Dharmawangsa Wardhana (1011M-1022M)
9. Sri Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja (1022M-1025M)
10. Anak Wungsu (1049M-1077M)
11. Sri Walaprabu (1079M-1088)
12. Sri Sakalendukirana (1088M-1098M)
13. Sri Suradhipa (1115M-1119M)
14. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 14
3.4. PENYEBAB KEMUNDURAN KERAJAAN DINASTI WARMADEWA
Kerajaan ini kurang memiliki banyak informasi tentang kemundurannya. Namun
diperkirakan kemunduran kerajaan ini dikarenakan munculnya kerajaan baru. Kerajaan
Buleleng diperkirakan merupakan salah satu kerajaan yang menggantikan Kerajaan
Dinasti Warmadewa. Kerajaan Buleleng sendiri berakhir seiring waktu pada tahun 1950,
walalupun sempat ‘diobok-obok’ oleh VOC.
15. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 15
BAB IV
KEHIDUPAN KERAJAAN BULELENG PADA MASA DINASTI
WARMADEWA
4.1. KEHIDUPAN POLITIK
Dinasti Warmadewa
didirikan oleh Sri Kesari
Warmadewa. Berdasarkan
prasasti Belanjong, Sri Kesari
Warmadewa merupakan
keturunan bangsawan Sriwijaya
yang gagal menaklukkan Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat.
Kegagalan tersebut menyebabkan
Sri Kesari Warmadewa memilih
pergi ke Bali dan mendirikan sebuah pemerintahan baru di wilayah Buleleng.
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa.
Udayana memiliki tiga putra, yaitu Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu.
Kelak, Airlangga akan menjadi raja terbesar Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Menurut prasasti yang terdapat di pura batu Madeg, Raja Udayana menjalin
hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena
permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu
Sindok. Kedudukan Raja Udayana digantikan putranya, yaitu Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap
Marakatapangkaja sebagai sumber
kebeneran hukum karena ia selalu
melindungi rakyatanya.
Marakatapangkaja membangun
beberapa tempat peribadatan
untuk rakyat. Salah satu
peninggalan Marakatapangkaja
adalah kompleks candi di Gunung
Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya, Anak
Wungsu. Anak Wungsu merupakan raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Anak
Wungsu berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai
gangguan, baik dari dalam maupun luar kerajaan.
16. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 16
Dalam menjalankan pemerinahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasihat
pusat yang disebut pakirankiran i jro makabehan. Badan ini terdiri atas senapati dan
pendeta Siwa serta Buddha. Badan ini berkewajiban memberi tafsiran dan nasihat
kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul dalam
masyarakat. Senapati bertugas di bidang kehakiman dan pemerintahan, sedangkan
pendeta mengurusi masalah sosial dan agama.
4.2. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Para ahli memperkirakan
keadaan masyarakat Buleleng
pada masa Dinasti Warmadewa
tidak begitu jauh berbeda
dengan masyarakat pada saat
ini. Pada masa pemerintahan
Udayana, masyarakat hidup
berkelompok dalam suatu
daerah yang disebut wanua.
Sebagaian besar penduduk yang tinggal di wanua bermata pencaharian sebagai
petani. Sebyah wanua dipimpin seorang tetua yang dianggap pandai dan mampu
mengayomi masyarakat.
Pada masa pemrintahan Anak Wungsu, masyarakat Buleleng dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu golongan caturwarna dan golongan luar kasta (jaba).
Pembagian ini didasarkan pada kepercayaan Hindu yang dianut masyarakat Bali. Raja
Anak Wungsu juga mengenalkan sistem penamaan bagi anak pertama, kedua, ketiga,
dan keempat dengan nama pengenal sebagai berikut :
Anak pertama dinamakan wayan. Kata wayan berasal dari wayahan yang berarti
tua.
Anak kedua dinamakan made. Kata made berasal dari madya yang berarti
tengah.
Anak ketiga dinamakan nyoman. Kata nyoman berasal dari nom yang berarti
muda.
Anak keempat dinamakan ketut. Kata ketut berasal dari tut yang berarti
belakang.
17. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 17
Selama pemerintahan Anak Wungsu, peraturan dan hukum ditegakkan dengan
adil. Masyarakat diberi kebebasan berbicara. Jika masyarakat ingin menyampaikan
pendapat, mereka didampingi pejabat desa untuk menghadap langsung kepada raja.
Kebebasan tersebut membuktikan Raja Anak Wungsu sangat memperhatikan nasib
rakyat yang dipimpinnya. Jiwa seperti inilah yang saharusnya dilakukan pemimpin
pada saat itu. Jika Anda menjadi seorang pemimpin, Anda harus mendegar dan
merespons segala keluhan rakyat.
Masyarakat Buleleng sudah mengembangkan berbagai kegiatan kesenian.
Kesenian berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Udayana. Pada masa ini
kesenian dibedakan menjadi dua, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Dalam seni
keraton dikenal penyanyi istana yang disebutpagending sang ratu. Selain penyanyi
dikenal pula kesenian patapukan (topeng), pamukul (gamelan), banwal (gadelan), dan
pinus (lawak).
4.3. KEHIDUPAN EKONOMI
Kegiatan ekonomi masyarakat
Buleleng bertumpu pada sektor
pertanian. Keterangan kehidupan
ekonomi masyarakat Buleleng
dapat dipelajari dari prasasti Bulian.
Dalam prasasti Bulian terdapat
beberapa istilah yang berhubungan
dengan sisitem bercocok tanam
seperti sawah, parlak (sawah
kering), gaga (ladang), kebwan (kebun), mmal (ladang di pegunungan), dan kasuwakan
18. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 18
(pengairan sawah). Pada masa pemerintahan Marakatapangkaja kegiatan pertanian
berkembang pesat.
Perkembangan tersebut erat kaitannya dengan penemuan urut – urutan
menanam padi, yaitu mbabaki (pembukaan tanah), mluku (membajak), tanem
(menanam padi), matun (menyiangi), ani-ani (menuai padi), dan nutu (menumbuk
padi). Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa pada masa pemerintahan
Marakatapangkaja penggarapan tanah sudah maju dan tidak jauh berbeda dengan
pengolahan tanah pada masa ini.
Perdagangan antarpulau di
Buleleng sudah cukup maju.
Kemajuan ini ditandai dengan
banyaknya saudagar yang
bersandar dan melakukan
kegiatan perdagangan dengan
penduduk Buleleng. Komoditas
dagang yang terkenal dari
Buleleng aalah kuda. Dalam prasasti Lutungan disebutkan bahwa Raja Anak Wungsu
melakukan transaksi perdagangan tiga puluh ekor kuda dengan saudagar dari Pulau
Lombok. Keterangan tersebut membuktikan bahwa perdagangan pada saai itu sudah
maju sebab kuda merupakan binatang besar sehingga memerlukan kapal besar pula
untuk mengangkutnya.
4.4. KEHIDUPAN AGAMA
Agama Hindu Syiwa
mendominasi kehidupan
masyarakat Buleleng. Akan
tetapi, tardisi megalitik msih
mengakar kuat dalam
masyarakat Buleleng. Kondisi ini
dibuktikan dengan penemuan
beberapa bangunan pemujaan
seperti punden berundak di
sekitar pura-pura Hindu. Pada
masa pemerintahan Janasadhu
Warmadewa (975-983) pengaruh
Buddha mulai berkembang di
19. KerajaanBulelengdanKerajaanDinasti Warmadewa 19
Buleleng.
Agama Buddha berkembang di beberapa tempat di Buleleng seperti Pejeng,
Bedulu, dan Tampaksiring. Perkembangan agama Buddha di Buleleng ditandai dengan
penemuan unsur-unsur Buddha seperti arca Buddha di gua Gajah dan stupa di pura
Pegulingan. Agama Hindu dan Buddha mulai medapatkan peranan penting pada masa
Raja Udayana.
Pada masa ini pendeta Syiwa
dan Brahmana Buddha diangkat
sebagai salah satu penasihat
raja. Sesuai dengan kepercayaan
Hindu, raja dianggap penjelmaan
(inkarnasi) dewa. Dalam prasasti
Pohon Asem dijelaskan Anak
Wungsu merupakan penjelmaan
Dewa Hari (Wisnu). Bukti ini
menunjukkan bahwa Raja Anak
Wungsu dan rakyat Buleleng
merupakan penganut waisnawa, yaitu pemuja Dewa Wisnu. Selain agama Hindu dan
Buddha, di Buleleng berkembang sekte-sekte kecil yang menyembah dewa-dewa
tertentu, misalnya sekte Ganapatya (penyembah Dewa Gana) dan Sora (penyembah
dewa Matahari).