Student of Islamic University Sunan Ampel Surabaya
Signaler
Formation
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
1. SEJARAH PERKEMBANGAN
ILMU TASAWUF
Dosen Pembimbing: Dr. Mohammad Salik M.Ag
Disusun Oleh:
Ulfiatu Rochmah D75214072
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS KELAS B
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
2. KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa menganugerahkan taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah bidang studi “Pengantar Studi Islam” dengan
lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap
menuju jalan yang terang, yakni Dinul islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak mungkin
dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan, terutama dari dosen pembimbing
bapak Dr. Mohammad Salik M.Ag sebagai dosen bidang studi Pengantar Studi
Islam. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan bimbingan
yang telah diberikan oleh Bapak.
Akhir harapan penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat terutama
pada penulis sendiri. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Maka dari itu saya memohon maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini dan penulis memohon kritik dan saran bagi
perbaikan dalam penulisan makalah ini.
Surabaya, 03 Desember 2014
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bila berbicara masalah sejarah perkembangan ilmu tasawuf dalam Islam,
maka sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan tasawuf itu sama saja
dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri. Hal ini mengingat
keberadaan tasawuf adalah sama dengan keberadaan agama Islam. Karena pada
hakikatnya agama Islam itu ajarannya hampir bisa dikatakan bercorak tasawuf.
Sebab itu, tidak heranlah bila kehidupan tasawuf tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuh dan kembangnya agama Islam sejak zaman nabi
Muhammad SAW. Bahkan sebelum nabi Muhammad SAW diangkat secara resmi
sebagai Rasul-Nya, kehidupan beliau sudah mencerminkan ciri-ciri dan perilaku
kehidupan shufi, beliau membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya secara
sungguh-sungguh, beliau sangat sederhana dan menderita dalam kesehariannya,
tetapi beliau tetap menghabiskan waktunya untuk beribadah dan bertaqarrub.
Didikan yang dibawa nabi Muhammad SAW memang bukan hanya
sekedar pengajaran semata. Beliau memberi contoh dengan perbuatan dan tingkah
lakunya, bukan hanya ia menyuruh atau menganjurkan yang ia sendiri tidak
melakukannya.
Kehidupan shufi nabi inilah yang mempengaruhi para sahabatnya dalam
kehidupan mereka sehari-hari dan keadaan ini berlanjut terus dengan diikuti para
tabi’in sampai sekarang ini. Salah satu bukti nyata bahwa kehidupan shufi yang
telah dipraktekan langsung oleh nabi sangat berpengaruh pada kehidupan sahabat-
sahabatnya adalah Abu Hurairah, beliau sangat sederhana dan bahkan serba
kekurangan, beliau tidak mempunyai rumah, baju pun hanya satu, makannya tidak
pernah kenyang, tapi kecintaannya dengan Allah sudah tidak dipertanyakan lagi,
beliau sangat gigih membela Islam di dunia perang.
Ilmu tasawuf berkembang seiring berjalannya abad, namun semakin
bertambahnya abad, tasawuf itu telah tercampur oleh unsur-unsur agama lain
bahkan menyebabkan kemurnian tasawuf itu hilang, dan di makalah ini akan
dijelaskan tentang baik buruknya perkembangan ilmu tasawuf.
4. 1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi Tasawuf ?
2. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad I sampai X hingga
seterusnya ?
3. Bagaimana perkembangan tasawuf di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami arti tasawuf.
2. Untuk memahami perkembangan tasawuf.
3. Untuk mengetahui sikap kesufian nabi Muhammad SAW dan para Sufi.
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf
Secara lughat, tasawuf berasal dari bermacam-macam kata. Apabila kita
perhatikan dari bahasa arab, maka kata tasawuf berasal dari tasrif: tasawwaf-
yatasawwafu-tasawwufan. Misalnya, tasawwafar-rajulu, artinya “seorang laki-
laki sedang bertasawuf”.1
Di lihat dari aspek bahasa, tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana. Sikap dan jiwa yang demikian itu pada
hakikatnya merupakan akhlak mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah
atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang
digunakannya masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan
para ahli untuk mendifinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai
makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia
sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya
mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan kehidupan dunia,
dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Selanjutnya jika sudut
pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka
tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang
bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber-
Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan)
yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat
menghubungkan manusia dengan Tuhan.2
1 Rosyid Anwar Sholihin, Akhlak Tasawuf (Bandung: Nuansa,2005),150.
2 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajagrafindo Persada,2006),180.
6. 2.2 Sejarah Perkembangan Tasawuf
A. Kelahiran Tasawuf
Kelahiran tasawuf sendiri memiliki banyak fersi. Secara historis,
yang pertama kali menggunakan istilah tasawuf adalah seorang zahid
(acsetic) yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi dari Irak (w.150 H). Ada
anggapan bahwa lahirnya ilmu tasawuf bukan bersamaan dengan lahirnya
Islam, tetapi lahirnya tasawuf itu merupakan perpaduan dari bebagai ajaran
agama.3
a) Anggapan Adanya Pengaruh Ajaran Non Islam
1) Pengaruh ajaran Kristen, yaitu adanya tulisan–tulisan tentang
rahib-rahib yang hidup menjauhi dunia dan mengasingkan diri di
padang pasir Arabia atau menempati biara-biara.
2) Pengaruh ajaan Hindu dan Budha
Ajaran Hindu banyak mendorong umatnya untuk
meninggalkan kehidupan dunia untuk lebih mendekattkan diri
dengan Tuhannya untuk mencapai Atman dengan Brahman.
Ajaran Budha tentang nirwana, untuk mencapainya seorang
budha diwajibkan meninggalkan kehidupan duniawi dan
memasuki hidup kontemplasi.
Dalam tasawuf dikenal dengan konsep fana’.
3) Pengaruh filsafat mistik phytagoras, yaitu kesenangan ruh yang
sebenarnya adalah berada di alam samawi. Maka untuk
memperolehnya, manusia harus membersihkan ruh dengan
meninggalkan kehidupan material. Dalam tasawuf dikenal dengan
zuhud.
4) Pengaruh filsafat emanasi Plotinus, dalam konsep emanasi
dijelaskan bahwa Dzat Tuhan Yang Maha Esa-lah yang memancar
dari dalam wujud ini. Ruh berasal dari Tuhan dan akan kembali
kepada-Nya. Dalam tasawuf dikenal dengan wahdatul wujud.
3 Noer Iskandar Al Barsany, TasawufTarekat Para Sufi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001),hal 8-14.
7. b) Lahirnya Tasawuf Bersamaan dengan Lahirnya Agama Islam
Anggapan yang kedua adalah bahwa tasawuf atau sufisme itu lahir
dari agama Islam sendiri. Hal ini bisa dlihat dari ayat Al-Qur’an
maupun hadits tentang ajaran tasawuf. Dalam surat Al-Baqarah: 115
dijelaskan, “Dan kepunyaan Allah-lah arah timur dan barat, maka
kemanapun kalian mengarahkan (wajah kalian), di situ ada wajah
Allah”. Dalam ayat lain Allah juga menerangkan, “Telah Kami
ciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikkan olehnya.
Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang pembuluh darah yang
ada pada lehernya”. ( Q.S. Qaff: 16). Selain itu, dalam hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhari juga disebutkan hal serupa, yang artinya
“Jika seorang hamba mendekatiKu sejengkal, Aku akan mendekatinya
sehasta, jka ia medekatiKu sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya
sedepa, dan jika ia mendekatiKu datang dengan berjalan, niscaya Aku
akan mendatanginya dengan berlari”.
Selain dalil diatas, masih banyak lagi ayat Qur’an maupun hadits
yang dijadikan dasar tasawuf oleh para sufi. Oleh karena itu, terlepas
dari adanya pengaruh dari luar atau tidak, Islam sendiri mengajarkan
sufisme. Ini berarti kelahiran tasawuf bersamaan dengan lahirnya
Islam sendiri.
B. Perkembangan Tasawuf di Dunia Islam
Secara historis, tasawuf telah mengalami banyak perkembangan
melalui beberapa tahap sejak pertumbuhannya hingga sekarang. Pada
sejarah umat Islam, ada peristiwa tragis, yaitu terbunuhnya khalifah
Usman bin Affan. Dari peristiwa itu, terjadi kekacauan dan kemerosotan
akhlak. Akhirnya para ulama’ dan para sahabat yang masih ada, berpikir
dan berikhtiar untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, mengenai
hidup zuhud dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi awal timbulnya
benih tasawuf yang paling awal.4
4 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002),hal 29.
8. Perkembangan tasawuf di mulai pada abad ke-1 sampai abad ke-10 dan
seterusnya (ila yaumil qiyamah) :
a. Pada abad pertama dan kedua Hijriyah
1) Perkembangan tasawuf pada masa sahabat.
Para sahabat mengembangkan tasawuf ini dengan tahapan zuhud
yaitu dengan hidup sederhana dan selalu dekat dengan Allah SWT.
cara ini mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, yang
tertarik kepada kehidupan shufi, para sahabat-sahabat tersebut
antara lain, Khulafaurrasyidin, Salman Al-Farisiy, Abu Dzarr Al-
Ghifary, dll.
2) Perkembangan tasawuf pada masa tabi’in.
Ulama-ulama sufi dari kalangan tabi’in adalah murid dari ulama-
ulama sufi dari kalangan shahabat. Para tabi’in juga menggunakan
tahapan zuhud. Tokoh-tokoh ulama sufi Tabi’in antara lain, Al-
Hasan Al-Bashry, Rabi’ah Al-Adawiyah, Sufyaan bin sa’id Ats-
Tsaury, Daud Ath-Thaaiy, dll.
b. Pada abad ketiga dan keempat hijriyyah
1. Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyyah.
Pada abad ketiga ini tasawuf berkembang dengan pesat, para sufi
mengganti tahapan zuhud dengan tahapan tasawuf, hal ini ditandai
dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki
inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu, dengan cara
lebih memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan jiwa dan
tingkah laku, sehingga mereka membagi tasawuf menjadi tiga
macam, yakni; Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, ilmu akhlaq
dan metafisika. Tokoh-tokoh sufi pada masa ini diantaranya; Abu
Sulaiman Ad-Daaraany, Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasqiy,
Abul Faidh Dzuun Nun bin Ibrahim Al-Mishry, dll.
2. Perkembangan tasawuf pada abad ke empat hijriah.
Perkembangan di abad ini jauh lebih pesat dibandingkan abad
ketiga, meskipun tahapan pada abad ini sama dengan tahapan
9. tasawuf di abad ke-3, tetapi karena usaha maksimal para ulama
tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Pada abad ini para sufi membagi ilmu tasawuf menjadi 4: syariah,
tariqat, hakikat, dan ma’rifat. Tokoh-tokoh sufinya antara lain
Musa Al-Anshaary, Abu Hamid bin Muhammad, Abu Zaid Al-
Adamy, Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab, dll.
c. Pada abad kelima hijriyyah
Disamping adanya pertentangan yang turun temurun antara ulama
sufi dengan ulama fiqih, maka pada abad kelima ini, keadaan semakin
rawan ketika berkembangnya mahzab Syi’ah ismaa’iliyah; yaitu suatu
mahzab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada
keturunan Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia
ini harus diatur oleh imam, karena dialah yang langsung menerima
petunjuk dari Rasulullah SAW.
Menurut mereka ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini
yang disebut sebagai imam mahdi, yang akan menjelma ke dunia
dengan membawa keadilan dan memurnikan agama Islam. Kedua
belas imam itu adalah :
Ali bin Abi Thalib
Hasan bin Ali
Husein bin Ali
Ali bin Husein
Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein
Ja’farshadiq bin Muhammad Al Baakir
Musa Al-Kazhim bin Ja’farShadiq
Ali Ridhaa bin Kazhim
Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
Ali Al-Haadi bin Jawwaad
HasanAskary bin Al-Haadi
Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
10. d. Pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah
1. Perkembangan tasawuf pada abad keenam Hijriyyah; abad ini
suasana kemelut antar ulama syariat dengan ulama tasawuf
memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran al-
Huluul, Widatul Wujud dan Widatul Adyan oleh kebanyakan
ulama tasawuf. Para ulama yang sangat berpengaruh pada
zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy, Al-
Ghaznawy.
2. Pada abad ke tujuh perkembangan tasawuf menurun
dikarenakan semangat masyarakat untuk mempelajari tasawuf
menurun, dan hal ini disebabkan karena :
Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli
Tasawuf, yang diiringi dengan serangan golongan Syiah
yang menekuni ilmu kalam dan fiqih.
Adanya tekat penguasa pada masa itu untuk melenyapkan
ajaran tasawuf di dunia Islam karena dianggap kegiatan itu
menjadi sumber perpecahan umat Islam. Ada beberapa ahli
tasawuf yang berpengaruh di abad ini diantaranya; Umar
Abdul Faridh, Ibnu Sabi’iin, Jalaluddin Ar-Ruumy, dll.
3. Perkembangan tasawuf pada abad kedelapan Hijriyyah,
perkembangan tasawuf pada abad ini tidak terdengar
perkembangannya dan pemikiran baru dalam tasawuf,
meskipun banyak pengarang kaum shufi yang mengemukakan
pemikiran tentang ilmu tasawuf, namun kurang mendapat
perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga nasib
ajaran Tasawuf hampir sama dengan abad ketujuh.
e. Pada abad kesembilan, kesepuluh Hijriyyah dan sesudahnya
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi
di dunia Islam, artinya nasibnya lebih buruk lagi dari keadaan pada
abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah. Faktor yang
menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf ini antara lain; ahli tasawuf
sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam. Serta
11. adanya penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani yang
menguasai seluruh negeri Islam.5
2.3 Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia dimulai sejak masuknya agama
Islam di Negara ini. Ketika pedagang-pedagang muslim mengislamkan orang-
orang Indonesia, tidak hanya menggunakan pendekatan bisnis, tetapi juga
menggunakan pendekatan tasawuf.
Berikut beberapa perkembangan tasawuf di berbagai daerah di Indonesia :
1. Perkembangan tasawuf di pulau Jawa.
Di akhir abad ke XV Masehi, tepatnya pada tahun 1479 M, berdirilah
kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa (di Demak, Jawa Tengah),
dengan rajanya yang pertama adalah Raden Patah, maka tercatat dalam
sejarah bahwa semenjak itu pula tersebarnya ajaran tasawuf. Penyebaran
agama Islam di pulau Jawa, tidak terlepas dari usaha para wali yang
dikenal dengan nama “Wali Songo”, dengan menggunakan pendekatan
mistik, yang di dalamnya diisi ajaran tasawuf.
Dalam perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa, hampir sama pula
dengan keadaan yang dialami oleh masyarakat Islam di pulau lain, dimana
mereka dihadapkan kepada dua aliran tasawuf yang bertentangan; yaitu
aliran Sunni (Salaf) dan aliran Falsafi, sebagai aliran yang sudah
berkembang di Jazirah Arabiyah dan sekitarnya.
Ajaran tasawuf yang bercorak Sunni dan Falsafi di pulau Jawa, tetap
dianut oleh masyarakat. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, tasawuf
yang bercorak Falsafi inilah yang mengarah kepada aliran kebatinan,
sesuai kenyataan sekarang ini. Tentu saja aliran ini, sudah dimasuki oleh
unsur-unsur kepercayaan lain yang pernah dianut oleh masyarakat Jawa
sebelumnya. Sehingga mewujudkan suatu bentuk lain, yang disebut aliran
kebatinan dan kepercayaan. Tetapi aliran tasawuf yang beraliran Sunni,
5 accessed September 11, 2014, http://cintailahirab.blogspot.com/2014/02/sejarah-
perkembangan-ilmu-tasawuf.html.
12. tetap dikembangkan oleh masyarakat Muslim, dengan tidak meninggalkan
unsur-unsur keislamannya. Hanya saja pada perkembangan selanjutnya,
tasawuf yang bercorak Sunni ini diajarkan lewat Tarekat yang dianggap
Mu’tabarah oleh Ulama Tasawuf Indonesia.
2. Perkembangan Tasawuf di pulau Sumatra.
Perkembangan tasawuf di Sumatera, tidak terlepas dari upaya
maksimal para ulama Shufi yang bermukim di beberapa daerah di pulau
tersebut untuk mengembangkan ajarannya. Ulama-ulama Shufi yang
sangat berpengaruh di Sumatera, antara lain :
a. Syekh Hamzah Pansuri
b. Syekh Syamsuddin bin abdillah As-Sumatraniy
c. Syekh Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri
d. Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani
3. Perkembangan tasawuf di pulau Kalimantan.
Perkembangan tasawuf di Kalimantan, sama halnya di pulau lain di
Nusantara, dimana ulama yang bermukim di sana, berupaya semaksimal
mungkin untuk menyebarkan ajaran tasawufnya, melalui dakwahnya, buku
karangannya, maupun melalui tarekatnya. Salah seorang Shufi yang
terkemuka di Kalimantan Barat adalah Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi,
kemudian kita meninjau lagi perkembangan tasawuf di Kalimantan
Selatan; antara lain dikembangkan oleh Syekh Muhammad Nafis bin Idris
bin Husein Al-Banjari. Ulama-ulama inilah yang membekali ilmu Tasawuf
yang sangat luas kepada Syekh Muhammad Nafis, sehingga ia
mendapatkan pengakuan yang tinggi oleh masyarakat luas di Kalimantan
Selatan, dengan gelar Al-‘Alimul ‘Allamah Wal Fahhamah.
4. Perkembangan Tasawuf di pulau Sulawesi.
Perkembangan tasawuf di Sulawesi, tidak jauh berbeda dengan
keadaan di pulau lain, dimana ajaran tasawuf yang diterimanya, ada yang
bercorak Sunni dan ada pula yang bercorak Falsafi. Dan yang sangat
disayangkan, karena kebanyakan penganut tasawuf Falsafi mencampur-
13. baurkan ajaran tasawuf dengan ilmu hitam (guna-guna), sehingga makin
membingungkan masyarakat awam. Hal semacam inilah yang membuat
citra tasawuf di masyarakat semakin direndahkan, sehingga sekarang
kurang diminati orang. Dalam pembahasan ini, penulis mengemukakan
salah seorang ulama tasawuf dari kesekian banyak ulama’ yang menekuni
ilmu tersebut. Ulama yang dimaksudkan itu adalah Syekh Tajul Khalwati
Al-Makassari; lahir 8 Syawal1036 H. (3 Juli 1629 M.). Ia termasuk
penganut ajaran tasawuf yang beraliran sunni, yang bermukim di Goa
(Sulawesi Selatan). Dan di sana mula-mula mengajarkan ilmunya kepada
masyarakat, meskipun Ia sendiri masih merasa kekurangan ilmu.6
6 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf (Jakarta: KalamMulia,2003),101.
14. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara
menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan
batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Perkembangan tasawuf dimulai dari abad ke-1 sampai abad ke-10
dan seterusnya.
Pada abad ke-1 dan ke-2 perkembangan tasawuf dilakukan oleh
para sahabat nabi dan tabi’in melalui tahapan zuhud.
Pada abad ke-3 dan ke-4 perkembangan tasawuf dilakukan
menggunakan tahapan tasawuf, tetapi pada abad ke-4
perkembangan tasawuf lebih pesat.
Pada abad ke-5 tasawuf agak rawan di karenakan ada para ulama
yang ingin mengembalikan kepemimpinan pada keluarga Ali bin
Abi Thalib.
Pada abad ke-6, ke-7, dan ke-8, perkembangan tasawuf mengalami
penurunan drastis.
Pada abad ke-9, ke-10, dan seterusnya, perkembangan tasawuf
sunyi dari Islam.