MAKALAH HAJI DAN UMROH
MAKALAH
HAJI DAN UMROH
Makalah Ini Disuusun Guna Memenuhi Tugas Fiqh Ibadah
Dosen Pembimbing: H. Aminudin M.Ag
Disusun Oleh:
Fariska Yosi Iryanti 122231065
Fida Azizah 122231066
Firdaus I. B. U 122231067
PROGDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan yang mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. Atas berkat rahmat dan hidayah-NYA-lah sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini. Kehadiran makalah ini diharapkan dapat melengkapi tugas Fiqh
Ibadah. Materi-materi yang disajikan dalam makalah ini, di samping di saring dari berbagai
referensi yang memuat informasi mengenai ibadah umat muslim, terutama yang berkaitan
dengan Haji dan Umroh.
Makalah tentang Haji dan Umroh ini akan menjelaskan tentang pengertian Haji dan
Umroh yang sesungguhnya. Di harapkan pembaca makalah ini dapat memahami tiap-tiap bab
dari makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama team yang akhirnya dapat
menyelesaikan makalah ini .
Surakarta, 05 Mei 2014
Kelompok 8
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………...…………………………..1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
HAJI……...………………………………………………………………5
UMROH ………………………………………………………………..11
DAM DAN DENDAN………………………………………………….12
PERBEDAAN HAJI DAN UMROH ………………………………….13
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang Islam tentu mendambakan untuk pada suatu ketika dapat pergi menunaikan
ibadah haji ketanah suci Makkah, di mana pelaksaannya adalah tiap tahun, untuk memenuhi
rukun Islam yang kelima. Bagi umat Islam yang bermukim disekitar tanah Arab, pergi
memunaikan ibadah haji mungkin tidak menjadi kendala atau masalah, tetapi bagi umat Islam
yang berada di Asia Tenggara, Cina, Jepang, dan lain-lain, perjalanan ke Makkah merupakan
penggembaraan yang mengagumkan. Berbagai cara ditempuh, dengan kapal laut yang memakan
waktu berminggu-minggu, berjalan kaki atau naik kendaraan darat yang memakan waktu
berbulan-bulan. Sekarang, dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan makin lancarnya
transpotasi, kemudahan sudah banyak didapatkan. Dahulu, kisah perjalanan narik dan tak habis-
habis untuk di ungkapkan.
Makalah ini akan menjelaskan secara detail tentang haji dan umroh yang akan di ungkap
dalam mata kuliah fiqh ibadah.
B. Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan haji dan tahapan haji?
Apa yang di maksud dengan umrih dan tahapan umroh?
Apa permasalahan DAM dan denda?
Apa perbedaan haji dan umroh?
C. Tujuan
Dapat menjelaskan yang di maksud dengan haji dan tahapan haji.
Dapat menjelaskan yang di maksud dengan umrih dan tahapan umroh.
Dapat menjelaskan permasalahan DAM dan denda.
Dapat menjelaskan perbedaan haji dan umroh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAJI
Haji(al-hajj) dalam bahasa arab adalah (al-qassdu), yaitu menyengaja atau menuju. Dalam istilah
syara’ al-hajj adalah sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan ibadah tertentu.1
[1] Haji
adalah berkunjung ke baitullah (ka’bah) untuk beribadah kepada Alloh dengan syarat-syarta dan
rukun-rukun serta beberapa kewajiban tertentu dalam waktu tertentu. Ibadah Haji termasuk
rukun Islam ke lima, yang diwajibkan sekali seumur hidup berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan
sunnah,seperti:
Ayat.
Artinya: (Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.)
Hadits:
“Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan ‘umrah adalah tamu-tamu Allah, Allah
memberi kepada mereka apa yang mereka minta, dan Dia mengabulkan semua do’a mereka;
kemudian Dia akan mengganti semua harta yang mereka belanjakan untuknya, satu dirham
menjadi sejuta dirham.” [HR. Baihaqi]
1. SYARAT HAJI
Islam
Baligh
Akil
1
Merdeka (bukan hamba sahaya)
Istitha’ana(mampu)
2. RUKUN HAJI
Rukun Haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan selama dalam masa
melaksanakan ibadah haji. Satu saja rukun-rukun itu tertinggal maka ibadah haji menjadi tidak
sah. Adapun rukunnya:
Ihram
Wukuf di Arafah
Thawaf (thawaf ifadah)
Sa’i (lari-lari kecil)
Tahallul (Mencukur rambut kepala)
Tertib
3. TAHAPAN HAJI
Miqat secara harfiah berarti batas, yaitu garis demarkasi (garis batas anatara boleh dan
tidak boleh) atau perintah mulai dari berhenti, yaitu waktu kapan mulai menyatakan niat dan
maksud melintasi batas antara tanah biasa dan tanah suci. Miqat haji:
I. Miqat zamani adalah batas waktu melaksanakan haji. Menurut jumhur ulama,
miqat zamani mulai tanggal 1 syawwal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
II. Miqat Makani adalah batas tempat untuk mulai ihram haji atau umrah. Lima
Tempat Miqat Makani:2
[2]
Zulhulaifah (abyar ‘ali atau bir ali) tempat ini menjadi miqat makani bagi jemaah haji yang dating
dari arah Madinah.
Al-Juhfah (Rabigh) tempat ini menjadi miqat makani bagi jamaah haji yang datang dari Syam
(suriah, palestina, yordania, libanon).
Yalamlam sebuah gunung di sebelah selatan Mekah. Tempat ini menjadi Miqat makani bagi
jemaah haji yang dating dari arah (yaman, Pakistan, india, Indonesia, Malaysia dan cina)
2
Qarnul Manazil (qarn as-Sa’alib)sebuah gunung di timur kota Mekah. Tempat ini menjadi miqat
makani bagi jamaah haji yang datang arah Nejd (Arab Saudi Timur ), uni emirat arab, Bahrain,
dan kuwait.
Zatu’irqin (Iraq) sebuah tempat di sebelah timur Mekah. Tempat ini menjadi miqat makani bagi
jamaah haji yang datang dari Irak dan Iran daerah Timur lainnya.
1) IHRAM
Secara bahasa, ihram berarti mengikat atau menahan diri dari larangan-larangan yang
sebelumnya di perbolehkan. Dalam fikih, ihram berarti niat memulai mengerjakan Ibadah haji
atau umrah.
Ada tiga macam ihram:3
[3]
• Ihram untuk haji ifrad (al-ifrad), yakni melakukan ihram untuk mengerjakan ibadah haji
dahulu. Umrah dilakukan setelah selesai mengerjakan ibadah haji.
• Ihram untuk haji Tamatuk (at-tamattu’), yaitu niat melakukan umrah saja. Haji dilaksakan
setelahnya.
• Ihram untuk haji qiran (al-qiran), yakni melaksanakan ibadah haji dan umrah sekaligus.
Sunnah Ihram
Sunnah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, dan rambut kemaluan; mandi,
melakukan shalat sunnah ihram dua rakaat (sebelum ihram), dan membaca talbiah, shalawat serta
istighfar (setelah ihram).
Pakaian Ihram
Bagi pria, pakaian ihram adalah memakai dua helai kain yang satu diselendangkan di kedua
bahu (bagian atas) dan satunya dijadikan sarung. Kain ihram disunnahkan berwarna putih bagi
pria. Bagi wanita, memakai busana muslimah, yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh
kecuali muka dan kedua tangan dari pergelangan sampai ujung jari (kaffain).
Larangan Selama Ihram4
[4]
o Pria
- Memakai baju dan celana/sarung (yang terjahit)
- Menutup kepala yang melekat.
3
4
- Memakai khuf (sepatu yang kulitnya menutup dua mata kaki), kaos kaki.
o Wanita
- Bersarung tangan.
- Menutup muka (memakai cadar atau masker)
- Mengenakan pakaian yang transparan dan ketat.
o Bagi pria dan wanita
- Memekai wangi-wangian kecuali yang sudah dipakai di badan sebelum niat ihram
- Memotong kuku
- Mencukur atau mencabut rambut badan
- Memburu binatang buruan darat yang liar dan boleh dimakan
- Membunuh dan menganiaya binatang buruan darat dengan cara apapun.
- Memakan daging buruan.
- Nikah, menikahkan dan menjadi saksi nikah.
- Bercumbu atau bersetubuh.
- Mencaci, bertengkar, atau mengucapkan kata-kata kotor.
- Berbuat fasik.
2) THAWAF
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah. Adapun Syarat Thawaf:5
[5]
- Tertutup aurat
- Suci daripada hadas dan najis
- Ka’bah hendaklah di sebelah kiri ketika thawaf.
- Permulaan thawaf dari hajar aswad
- Thawaf hendaklah dilakukan tujuh kali
Jenis Thawaf
• Qudum( selamat datang ) merupakan penghormatan kepada Baitullah.
• Ifadah dilakukan setelah wukuf di Arafah. Dan wajib dilaksanakan.
• Wada’ (perpisahan) merupakan penghormtan akhir kepada Baitullah.
• Umrah thawaf yang dilaksanakan dengan niat Ibadah umrah.
3) SA’I
5
Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara dua bukit Shafa dan Marwah.
Syarat-syaratnya:
• Hendaklah di mulai dari bukit shafa dan disudahi di bukit marwah
• Hendaklah sa’I itu tujuh kali
• Waktu sa’I hendaklah sesudah thawaf.
4) WUQUF
Wuquf di Arafah merupakan salah satu rukun haji yang paling utama, tanpa wukuf di Arafah haji
tidak sah.6
[6] Dalam bahasa arab artinya berdiri atau berada di tempat itu.
5) BERMALAM DI MUZDALIFAH
Yaitu, bermalam/istirahat di Muzdalifah pada malam tanggal 10 zulhijah setalah wukuf di
arafah dimulai sejak magrib sampai terbit fajar. Keadaan jemaah di Muzdalifah walaupun sesaat
setelah lewat tengah malam sudah mencukupi dan sah mabitnya.7
[7]
6) MELEMPAR JUMRAH
Para ulama sepakat bahwa lemparan jumrah aqbah dilakukan pada hari qurban (10 dzulhijjah)
setelah matahari terbit hingga matahari condong kebarat adalah sah.8
[8]
Syarat melontar jumrah:
• Melontar dengan tujuh batu
• Menertibkan tiga jumrah
• Yang dilontarkan hendaklah batu9
[9]
7) BERCUKUR
Jumhur ulama sepakat bahwa bercukur (al-halq), atau memotong rambut (al-taqsir)
trmasuk bagian dari ibdah (nusuk) haji, bahkan merupakan salah satu rukunnya menurut
pendapat yang kuat di dalam mazhab Syafi’i. ketentuan ini berlaku bagi laki-laki, sedangkan
wanita hanya dituntut memotong rambut mereka saja, dan tidak dibenarkan bercukur.10
[10]
6
7
8
9
10
8) TAHALLUL
Tahallul menurut bahasa artinya “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”. Dengan
demikian tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan(dibolehkan) melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang pada waktu berihram haji.11
[11]
9) BERMALAM DI MINA
Berdasarkan perbuatan Nabi ini, para ulama mengatakan bahwa bermalam di mina
hukumnya wajib. Jadi orang yang haji itu wajib berada di mona pada malam-malam hari tasyriq.
10) TARTIB
Berarti melakukan rukun-rukun haji itu sesuai dengan urutan yang semestinya. Ihram
mesti di kerjakan sebelum melakukan yang lainnya, wuquf harus lebih dahulu sebelum thawaf
ibadah, dan thawaf mesti lebih dahulu dari sa’I kecuali sa’I telah dikerjakan setelah thawaf
qudum.
11) FAWAT DAN IHSAR
Bila seseorang yang telah ihram tidak melakukan wuquf sampai dengan terbitnya fajar
pada hari nahar, maka hajinya telah batal dan ia mesti bertahallul dengan melakukan pekerjaan-
pekerjan umrah saja, tawaf, sa’I dab bercukur, tetapi ia wajib mengqada pada kesempatan
berikutnya.12
[12]
B. UMRAH
Hukum ‘UMRAH , Fardhu ‘Ain, atas tiap-tiap orang laki-laki ataau perempuan, sekali
seumur hidup, seperti haji. Rukun ‘umrah ada lima
• Ihram serta berniat
• Thawaf
• Sa’i
• Bercukur sekurang-kurangnya memotong tiga helai rambut.
• Menertibkan antara empat rukun yang tersebut.
11
12
C. MASALAH DAM DAN DENDA
Dam karena meninggalkan salah satu perintah yang merupakan bagian ibadah haji, misalnya
tidak melakukan ihram dari miqat. Denda yang wajib dibayar ialah membelih binatang untuk
qurban.
Dam karena bercukur berhias atau bersenang-senang. Dendanya :
- menyembelih hewan kurban
- puasa tiga hari atau
- bersedekah, member makanan tiga sha’ kepada enam orang miskin.
Dam Ishar. Bila orang yang mengalami ishar melakukan tahallul, membayar sesuai dengan QS.
Al-baqarah 2:196
Dam karena membunuh binatang buruan. Denda atas pelanggaran membunuh binatang buruan
ada dua macam sesuai dengan jenis binatang yang dibunuh itu.
Bila binatang itu mempunyai bandingan yang mirip denganya pada binatang jinak, maka
dendanya ialah salah satu dari :
- Menyembelih binatang ternak yang sebanding denganya.
- Menyedekahkn makanan seharga binatang ternak tersebut kepada fakir miskin yang tinggal di
tanah haram.
- Berpuasa satu hari mud makanan diatas
Dam karena jima’.
- Bila jima’ itu membatalkan hajinya, sebab dilakukan sebelum tahallul pertama, maka damnya
adalah menyembelih unta yang memenuhi syarat.
- Bila jima’ itu tidak membatalkan ibadah hajinya, sebab dilakukan antara tahallul pertama dan
kedua atau jima’ dilakukan untuk kedua kalinya, maka damnya adalah menyembelih seekor
kambing.
D. PERBEDAANYA ANTARA HAJI DAN UMRAH13
[13]
• Persyarataan kewajibannya sama dengan haji tetapi pelaksanaanya berbeda dalam hal:
- Haji hanya dapat dilaksakan pada waktu dan bulan-bulan tertentu, sedangkan umrah dapat
dilakukan setiap waktu sepanjang tahun.
13
- Wuquf yang merupakan salah satu rukun dalam haji, tidak dikerjakan pada pelaksanaan
umrah. Jadi, rukun umrah itu hanya ihram, thawaf, sa’I, bercukur atau memotong rambut dan
tartib.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Haji adalah berkunjung ke baitullah (ka’bah) untuk beribadah kepada Alloh dengan syarat-syarta
dan rukun-rukun serta beberapa kewajiban tertentu dalam waktu tertentu.
1. SYARAT HAJI
Islam
Baligh
Akil
Merdeka (bukan hamba sahaya)
Istitha’ana(mampu)
2. RUKUN HAJI
Ihram
Wukuf di Arafah
Thawaf (thawaf ifadah)
Sa’i (lari-lari kecil)
Tahallul (Mencukur rambut kepala)
Tertib
3. TAHAPAN HAJI
Ihram
Thawaf
Sa’i
Wukuf
Bermalam di muzdalifah
Melempar jumroh
Bercukur
Tahallul
Bermalam di mina
Tertib
Fawat dan ihsar
Umroh Hukum ‘UMRAH , Fardhu ‘Ain, atas tiap-tiap orang laki-laki ataau perempuan, sekali
seumur hidup, seperti haji. Rukun ‘umrah ada lima
• Ihram serta berniat
• Thawaf
• Sa’i
• Bercukur sekurang-kurangnya memotong tiga helai rambut.
• Menertibkan antara empat rukun yang tersebut.
Dam karena meninggalkan salah satu perintah yang merupakan bagian ibadah haji, misalnya
tidak melakukan ihram dari miqat. Denda yang wajib dibayar ialah membelih binatang untuk
qurban.
Perbedaan haji dengan umroh, Persyarataan kewajibannya sama dengan haji tetapi
pelaksanaanya berbeda dalam hal:
- Haji hanya dapat dilaksakan pada waktu dan bulan-bulan tertentu, sedangkan umrah dapat
dilakukan setiap waktu sepanjang tahun.
- Wuquf yang merupakan salah satu rukun dalam haji, tidak dikerjakan pada pelaksanaan
umrah. Jadi, rukun umrah itu hanya ihram, thawaf, sa’I, bercukur atau memotong rambut dan
tartib.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Nasarudin Umar, M.A. 2010. Haji & Umroh. Jakarta. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Hasbi As-Siddiqie. 1954. Kuliah Ibadah. Jakarta. Bulan Bintang.
Dr. Zakiah Daradjat. 1992. Haji Ibadah Yang Unik. Jakarta. Yayasan Pendidikan Islam “Ruhama”.
Drs. Lahmiddin Nasution, M. Ag. 1995. Fiqh 1. Logos Wacana Ilmu Dan Pemikiran.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid. Pustaka AMANI. Jakarta.Cet II ,
2002
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam. Attahiriyah Jakarta Cet.17 1954