Paradigma pembangunan telah mengalami pergeseran dari semula berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan output menjadi berfokus pada kesejahteraan manusia dan keadilan sosial. Ekonomi Islam melihat manusia sebagai agen rasional namun dengan tanggung jawab sosial, dan tujuan utamanya adalah keadilan sosial dan ekonomi.
1. Pergeseran Paradigma dalam Pembangunan
Tujuan Pembangunan
Pada mulanya upaya pembangunan NSB diidentikan dengan upaya meningkatkan pendapatan
per kapita atau populer disebut strategi pertumbuhan ekonomi. Dengan ditingkatkannya
perndapatan per kapita, diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan
ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan, misalkan melalui apa
yang dikenal dengan “dampak merembes ke bawah” ( trickle down effect ). Indikator berhasil
atau tidaknya pembangunan semata-mata dilihat dari meningkatnya pendapatan nasional (GNP)
per kapita riil, dalam asti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional dalam harga konstan harus
lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dimensi tujuan pembangunan menjelaskan bagaimana urutan tahapan evolusi perngukuran
ekonomi pembangunan, dari awal kemunculan teori ekonomi pembangunan yang mengukur
terjadinya pembangunan dilihat dari tingkat output, mengatasi kemiskinan dalam paradigma
entitlement dan kapabilitas, kebebasan, hingga pembangunan berkelanjutan.
Pada awal dasawarsa 1960-an, banyak NSB mulai menyadari bahwa “pertumbuhan” (growth )
tidak identik dengan “pembangunan” (development). Ini pula agaknya memperkuat keyakinan
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan, tetapi tidak mencukupi bagi
proses pembangunan (Esmara, 1986: 12; Meier, 1989: 7). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat
peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih
luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Selama dasawarsa 1970-an, redefinisi pembangunan ekonomi diwujudkan dalam upaya
meniadakan, setidaknya mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan. Kebebasan
terlibat penting falam proses pembangunan. Kebebasan mempengaruhi peran dan kemampuan
individu sebagai agen penting pembangunan, sama layaknya seperti pengetahuan. Sen
mengatakan bahwa seseorang untuk mencapai kapabilitas aktualnya dipengaruhi o;eh
kesempatan ekonomi, kebebasan berpolitik, fasilitias sosial, kesehatan, pendidikan dasar, dan
dorongan untuk berinisiatif. Pembangunan berpusat pada kebebasan individu mempunyai berapa
keuntungan dibandingkan pandangan konvensional. Pertama, memberikan penilaian yang lebih
dalam sebagai dasar evaluasi pembangunan. Kedua, kebebasan dapat mendorong terciptanya
kebebasan bagi lainnya. Ketiga, studi mengenasi kebebasan dapat membantu kita membedakan
peran pemerintah antara “intervensi” pemerintah yang bersifat represif dengan “peran penyokong
dalam kebebasan”. Terakhir, kebebasan sebagai tujuan pembangunan memberikan gambaran
bagaimana peran konstruktif ytiap individu sebagai agen pembangunan.
Teori Pertumbuhan Makroekonomi
Teori pertumbuhan makroekonomi dimulai dari teori pertumbuhan linier. Teori pada masa itu
meihat pertumbuhan ekonomi terbatas karena adanya sidat kelangkaan pada SDA dan
2. kemiskinan para pekerja. Kemakmuran negara diperoleh dari kemampuannya untuk
menggunakan SDA dan SDM untuk menghasilkan tingkat produksi yang lebih baik dengan
menekankan adanya spesialisasi individu dan pembagian kerja.
Pasca teori pertumbuhan linier, banyak teori menekankan adanya perubahan struktural. Lewis
melalui Teori Model Surplus Tenaga Kerja membagi ekonomi ke dalam dua kategori, yaitu
sektor yang subsisten dan kapitalis. Sektor subsisten adalah sector pertanian di mana produksi
pangan dikonsumsi dengan sebagian besar oleh petani itu sendiri. Sektor kapitalis adalah sektor-
sektor modern yang umumnya ditopang sektor-sektor industri. Inti model ini adalah bagaimana
proses pembangunan dimulai ketika terjadi migrasi tenaga kerja dari sektor subtensi yang
surplus, menuju sektor-sektor modern.
Aliran dependensia pertama kali dicuatkan secara mendetail oleh Andre Gunder Frank pada
tahun 1967. Dia mengemukakan bahwa negara-negara dapat dibagi menjadi dua golongan:
negara-negara pusat pembangunan ( negara maju ) dan negara-negara satelit (NSB). Kesimpulan
teori ini adalah negara-negara miskin dapat berkembang hanya dengan memutus hubungan
ekonomi dari negara-negara barat (Lynn, 2003 ).
Teori neoklasik mencuatkan dua model yang terkenal, yaitu teori pertumbuhan Harrod-Domar
dan Solow. Analisis Harrod-Domar mengidentifikasi investasi dan pembangunan mengambil
peran penting dalams ebuah ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang kokoh melalui MPS
dan ICOR. Analisis Robert Solow mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan fungsi tenaga
kerja dan modal. Ekonomi tumbuh hingga mencapai keadaan stabil di mana pendapatan tinggi
dicapai. Setelah steady state, tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui
pengembangan teknologi.
Dari Akumulasi Modal Hingga Modal Manusia
Generasi pertama ekonom pembangunan lebih menekankan kepada pengakumulasian modal
fisik seperti yang terceminkan dalam teori pertumbuhan Solow pada tahun 1967. Selanjutnya
pada generasi kedua, teori pembangunan banyak menekankan pada akumulasi modal SDM
dengan menciptakan agen-agen pembangunan yang lebih produkti melalui pengetahuan,
kesehatan dan nutrisi yang lebih baik dan peningkatan keterampilan ( Meier & Stiglitz, 2001).
Paul Romer menyatakan bahwa “ide” merupakan barang ekonomi yang jauh lebih penting
daripada tujuan yang dititikberatkan dalam banyak model ekonomi. Ide memungkinkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi secara terus menerus dalam dunia yang penuh dengan
keterbatasan fisik.
Perilaku ekonomi memang tidak dapat menjelaskan modal sosial secara spesifik. Akan tetapi,
pengamatan modal seosial dapat dilihat melalui aspek-aspek kebudayaan dan kelembagaan.
3. Negara dan Pasar
Generasi pertama pembangunan menekankan perlunya aksi pembangunan berupa koreksi dan
upaya-upaya koordinasi alokasi SDA yang terpusat oleh pemerintah. Penyebabnya adalah pada
saat itu kegagalan pasar dianggap sebagai sumber ketertinggalan ( Meier& Stigltiz, 2001).
Pemerintah di NSB dituntut untuk mempromosikan beberapa hal yaitu akumulasi modal,
memanfaatkan kelebihan tenaga kerja, liberalisasi industri, relaksasi hambatan pada dasar valas
melalui subtitusi impor dan koordinasi alokasi SDA melalui perencanaan.
Intervensi pemerintah selanjutnya ternyata dianggap menimbulkan kegagaln nonpasar. Masalah
yang dihadapi oleh NSB dianggap bukan karena lingkaran setan kemiskinan, tetapi kurang
tepatnya kebijakan pemerintah yang terlalu menitikberatkan pada perencanaan pembangunan
yang terpusat oleh pemerintah menimbulkan efek yang menyimpang.
Selanjutnya pada era 1980-an dan 1990-an muncul apa yang disebut sebagai “kegagalan pasar
baru” ( new market failures). Kegagalan pasar baru merupakan tambahan kegagalan sebelumnya
akibat kebijakan publik dan eksternalitas yang ditimbulkan oleh pemerintah yaitu: informasi
yang tidak sempurna dan berbiaya tinggi, pasar tidak sempurna, adanya biaya transaksi, dan
tidak adanya pasar berjangka ( Stiglitz, 1999 ). Pengalaman di sejumlah negara maju ataupun
berkembang, termasuk Indonesia menunjukkan bahwa campur tangan pemerintah dalam
ekonomi juga bisa menimbulkan “kegagaln pmerintah”. Kadang dampak “kegagalan pasar”
menimbulkan distorsi ekonomi baru ( Wie, 2009 ).
Intervensi Pemerintah
Peran pemerintah berikutnya akan lebih ke bagaimana menindak lanjuti kegagalan pasar baru,
menekankan perlunya “peningkatan daya pasar” dalam melihat peran kebijakan pemerintah
dalam memfalitisai atau melengkapi keberadaan sektor swasta.
Reformasi Kebijakan
Dugaan awal permasalahan NSB yang mengalami kegagalan pasar adalah lingkaran setan
kemiskinan. Proses lingkatan setan kemiskinan dimulai dari rendahnya produktivitas yang hanya
akan menghasilkan pendapatan rendah yang selanjutnya berakibat pada rendahnya tabungan.
Rendahnya tingkat tabungan kemudian akan mendorong terjadinya rendahnya tingkat investasim
terutama pada teknolodi yang produktif. Tanpa investasi dan perkembangan teknologi yang
signifikan, produktivitas dan pendapatan akan tetap rendah ( Lynn, 2003 ).
Peran pemerintah ternyata menghasilkan distorsi baru. Disimpulkan pada masa itu bahwa
kemiskinan tetap ada karena buruknya kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Ekonomi
pembangunan pun berpusat pada bagaimana mengurangi peran pemerintah guna mengurangi
distorsi pasar akibat intervensi dan bagaimana mengoptimalkan peran pasar. Tujuannya satu;
mendapatkan harga pasar yang tepat ( get prices right).
4. Era 1990-an adalah era yang mempromosikan reformasi kebijakan. Untuk menciptakan sistem
harga yang baik, diperlukan ussaha mendapatkan harga yang tepat (get prices right). Sementara
itu, untuk mendapatkan kebijakan yang tepat (get policies right), diperlukan stabilisasi,
deregulasi, dan privatisasi yang menjadi prasyarat pinjaman dari IMF dan Bnak DUnia. Dengan
mengombinasikan get policies right dengan get prices right, maka didapatkanlah kebijakan yang
mengusahakan kesinambungan keduanya ( get all policies right ).
Kelembagaan sangat berpengaruh dalam mengatasi masalah dualism dan menciptakan
mekanisme harga pasar yang baik. Diperlukan kelembagaan yang baik ( get institutions right)
sebagai fokus reformasi kebijakan berikutnya. Struktur insentif pada sebuah masyarakat adalah
struktur kelembagaan masyarakat itu sendiri. Lebih lanjut menurut North (1990), kelembagaan
itu mengenai rule of the game baik formal maupun informal yang merupakan batasan-batasan
dalam membentuk interaksi manusia. Oleh karena itu, dia menyimpulkan bahwa perorma
ekonomi ditentukan oleh karakteristik hukum, norma-norma dan pelaksanaannya.
PARADIGMA PEMBANGUNAN DALAM ISLAM
Sejarah Ekonomi Islam
Tidak banyka yang tahu bahwa para pemikir islam telah banyak menyumbangkan oemikiran
terhadap ilmu ekonomi justru ketika eropa berada dalam “abad kegelapan”, jauh sebelum
kelahiran buku Adam Smith.
Siddiqi ( 1992) telah mencoba mengidentifikasi sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam tiga
tahap. Tahap pertama, yaitu empat setengah abad setelah hijriah tradisi intelektual muslin
ditandai dengna munculnuya pelopor hukum islam (fuqaha), yang diikuti oleh para sufi dan
filsafat Islam. Tahap kedua, merupakan fase perkembangan pemikiran ekonomi islam. Tahap
ketiga adalah menurunnya pemikiran independen, bahkan cenderung terjadi stagnasi pemikiran.
Metodologi dan Definisi
Kritik utama ekonomi Islam terhadap ilmu ekonom modern adalah kecenderungan bebas nilai
dan amoral (Ahmad, 1981;1992).hal itu diakibatkan, pertama, karena ilmu ekonomi cenderung
berbicara pada daratan positif yang memang objektivitas ilmu, namun amat sering dilanda krisis.
Kedua, model dan masyarakat ekonomi yang dikembangkan selama abad terkahir berada dalam
tradisi sekularisme barat. Ketiga, tradisi pemikiran neoklasik cenderung menempatkan falsafah
individualism, naturalism, dan utilitarianisme sebagai dasar penyusunan teori dan modelnya.
Dalam sistem ekonomi kapitalis, ilmu ekonomi adalah studi mengenasi manusia, terutama
manusia sebagai homo economicus. Manusia ekonomi diasumsikan rasional dalam segala
perilakunya. Namun rasional disini diartikan secara sempit, yaitu rasional yang egoistis karena
dalam segala tindak tanduknya manusia dibimbing oleh kepentingan pribadi, baik
memaksimalkan kepuasan maupun keuntungan.
5. Konsep Islam mengenai rasionalitas tidak menyangkal bahwa kepentingan pribadi merupakan
salah satu penentu perilaku manusia, namun kepentingan pribadi ini dekndalikan dengna
mengaitkannya dengan tanggung jawab pribadi dan sosial, serta moralitas secara umum.
Paradigma yang digunakan dalam ekonomi Islam adalah keadilan sosial dan ekonomi sebagai
tujuan utama.
Bagi seorang muslim, satu-satunya sumber nilai adalah Alquran dan sunnah Nabi.
Konsekuensinya, apa pun nilai yang dibutuhkan dalam proses analisis ekonomi harus diturunkan
dari kedua sumber nilai tersebut.
Tugas ekonomi Islam lebih besar daripada ilmu ekonomi konvensional (Chapra, 1996:35-36).
Tugas pertama ekonomi Islam adalah mempelajari perilaku actual individudan kelompok,
perusahaan,pasar, dan pemerintah. Aspek inilah yang diupayakan oleh ilmu ekonomi
konvensional untuk dilakukan, namun agaknya belum memuaskan karena adanya asumsi
perilaku yang mementingkan diri sendiri. Tugas kedua adalah menunjukkan jenis perilaku yang
dibutuhkan untuk merealisasikan tujuan. Ketiga, karena adanya perbedaan antara perilaku ideal
dan aktualnya, ekonomi Islam harus menjelaskan mengapa para pelaku ekonomi tidak bertindak
menurut jalan yang seharusnya. Keempat, karena tujuan utama pencarian ilmu adalah membantu
peningkatan kesejahteraan manusia, ekonomi Islam harus menganjurkan cara bagaimana yang
dapat membawa perilaku semua pemain di pasar yang mempengaruhi alokasi dan distribusi
sumber daya sedekat mungkin dengan tingkat yang ideal.
Positif Versus Normatif
Ekonomi positif membahas mengenai realitas hubungan ekonomi ayai “what is.” Sementara itu,
ekonomi normative membicarakan mengenai apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan nilai
tertentu, baik eskplisit maupun implicit atau dengan kata lain disebut “what ought to be.”
Manusia dilukiskan dalam ayat-ayat mempunyai kecintaan yang amat kuat terhadap kekayaan.
Brangkali benar pendapat Mannan (1993) bahwa aspek-aspek normative dan positi saling
berkaitan erat dalam ekonomi Islam. Akibatnya, setiap usaha memisahkan antara keduanya akan
berakibat menyesatkan. Dengan kata lain, perbedaan antara ekonomi positi dan normati kurang
relevan, baik dalam lingkaran teori maupun kebajikan.
Pembangunan dalam Perspektif Islam
Islam menempatkan manusia sebagai focus dalam pembangunan. Islam bersifat menyeluruh
(kaffah), ibadah juga bersifat menyeluruh. Oleh karena itu, adar proses pembangunan dpat
dipandang sebagai ibadah, pembangunan harus dilaksanakan berdasarkan perunjuk dari Tuhan
YME.
Dalam persperktif Islam, pembangunan dilaksanakan berdasarkan lima pondasi, yaitu:
6. a. Tauheed Uhuliyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Tuhan an semua yang di alam
semesta merupakan kepunyaan-Nya.
b. Tauheed Rububiyyah, percaya bahwa tuhan sendirilah yang menentukan keberlanjutan
dan hidup dari ciptaannya serta menuntun siapa saja yang percaya kepada-Nya kepada
kesuksesan.
c. Khilafah, peranan manusia sebagai wakil tuhan di bumi.
d. Tazkiyyah an-nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian manusia sebagai
parasyarat yang diperlukan sebelum manusia menjalankan tanggung jawab yang
ditugaskan kepadanya.
e. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa keberhasilan apapun yang
dicapai di kehidupan dunia akan mempengaruhi keberhasilan di akhirat seperti
keberhasilan yang dicapai semasa hidup di dunia tidak menyalahi petunjuk dan
bimbingan yang telah Tuhan tetapkan.