SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
MEKANIKA
BAHAN
DR. ENG. IRFAN PRASETIA
PENGERTIAN MEKANIKA BAHAN
 Mekanika Bahan (Mechanics of Materials) adalah cabang dari Mekanika
Terapan yang mempelajari perilaku dari suatu benda pejal yang memikul
berbagai jenis beban
 Istilah lain yang sering dijumpai adalah : Strength of Materials atau
Mechanics of Deformable Bodies
 Tujuan utama mempelajari Mekanika Bahan adalah untuk menentukan
besarnya tegangan (stresses), regangan (strains) dan perpindahan
(displacement) pada suatu struktur dan komponen-komponennya akibat
beban yang bekerja pada struktur tersebut.
 Dengan diketahuinya besaran-besaran tersebut maka akan diperoleh
pemahaman yang lengkap terhadap perilaku mekanis suatu jenis struktur.
 Ilmu Mekanika Bahan banyak diterapkan pada berbagai jenis struktur seperti
pesawat terbang, antena, bangunan gedung, jembatan, mesin, kapal hingga
pesawat ruang angkasa
PENGERTIAN MEKANIKA BAHAN
 Konsep dasar Mekanika Bahan adalah tegangan dan regangan.
 Konsep ini biasa diilustrasikan dalam bentuk batang prismatis yang
mengalami gaya aksial
 Batang prismatis didefinisikan sebagai sebuah elemen struktural lurus yang
mempunyai penampang konstan di seluruh panjangnya
 Gaya aksial didefinisikan sebagai beban yang mempunyai arah sama dengan
sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya gaya tarik atau gaya
tekan pada batang
BESARAN MEKANIS BAHAN
 Untuk mengetahui perilaku/sifat-sifat mekanis dari suatu material, biasanya
dilakukan pengujian di laboratorium
 Untuk pengujian dibutuhkan benda uji standar yang kemudian dibebani dan
dicatat besar deformasi yang terjadi (perubahan panjang, perubahan
diameter dsb.)
 Standar pengujian yang digunakan biasanya mengacu pada ASTM (American
Society for Testing and Materials) atau SNI (Standar Nasional Indonesia)
yang berlaku.
 Dalam standar tersebut sudah dijelaskan ketetapan mengenai prosedur
pengujian, ukuran benda uji yang standar serta metode pencatatan data
serta analisisnya
 Dua macam pengujian yang lazim digunakan adalah uji tarik (untuk material
logam) dan uji tekan (untuk material beton)
BESARAN MEKANIS BAHAN
BESARAN MEKANIS BAHAN
Diagram Tegangan-Regangan
 Setelah melakukan uji tarik/tekan dan menentukan tegangan-regangan pada
berbagai taraf beban, maka dapat dibuat plot diagram tegangan versus
regangan
 Diagram tegangan-regangan memberikan informasi mengenai perilaku
material yang diuji serta besaranbesaran mekanisnya
 Dalam menghitung tegangan yang terjadi pada benda uji, dikenal istilah
tegangan nominal (nominal stress) dan tegangan sebenarnya (true stress).
 Gambar Regangan-Tegangan dapat dilihat pada slide perkuliahan
sebelumnya
BESARAN MEKANIS BAHAN
CONTOH:
Sebuah benda uji dari plastik metakrilat diuji tarik pada temperatur kamar,
sehingga menghasilkan tegangan-regangan yang terlihat pada tabel. Plotlah
kurva tegangan regangan dan tentukan limit proporsionalnya, Modulus
Elastisitas, dan tegangan luluh pada offset 0,2%
BESARAN MEKANIS BAHAN
ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON
 Beberapa material struktur memiliki perilaku elastis linier
 Dengan mendesain struktur agar berfungsi pada daerah elastis linier, maka
deformasi permanen akibat luluh dapat dihindari
 Hubungan linier antara tegangan dan regangan dinyatakan:
 Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Hooke, untuk mengenang
ilmuwan Inggris Robert Hooke (1635-1703), sering disebut juga Modulus
Young
ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON
 Beberapa material struktur memiliki perilaku elastis linier
 Dengan mendesain struktur agar berfungsi pada daerah elastis linier, maka
deformasi permanen akibat luluh dapat dihindari
 Hubungan linier antara tegangan dan regangan dinyatakan:
 Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Hooke, untuk mengenang
ilmuwan Inggris Robert Hooke (1635-1703), sering disebut juga Modulus
Young
ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON
Nilai Modulus Elastisitas (E) tiap material berbeda-beda,
beberapa nilai E untuk material yang sering dipakai untuk
struktur antara lain:
Baja : 190.000 – 210.000 MPa
Beton : 17.000 – 31.000 MPa
Kayu : 11.000 – 14.000 MPa
ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON
Apabila suatu batang prismatis dibebani gaya aksial tarik, maka
perpanjangan aksial-nya akan diikuti oleh kontraksi dalam arah
lateral (tegak lurus)
Rasio regangan lateral ε’ terhadap regangan aksial ε, dikenal
dengan istilah Angka Poisson dan dinyatakan:
Tanda minus digunakan untuk menyatakan bahwa regangan
normal dan lateral memiliki tanda yang berbeda.
Angka Poisson sendiri pada umumnya bernilai positif .
Angka Poisson material baja berkisar 0,27 hingga 0,30 dan
beton antara 0,1 hingga 0,2.
ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON
Regangan lateral dalam bahasan di atas, di setiap titik pada
batang akan sebanding dengan regangan aksialnya apabila
material bersifat elastis linier.
Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar
Angka Poisson dapat dianggap konstan:
a. gaya aksial harus konstan
b. bahan harus homogen
c. Modulus Elastisitas yang sama di semua arah (material
isotropik)
ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON
CONTOH:
Penyelesaian:
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
 Tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus penampang bahan disebut
sebagai tegangan normal, sedangkan tegangan yang bekerja dalam arah
tangensial terhadap penampang diistilahkan sebagai tegangan geser (shear
stress)
 Guna memahami konsep tegangan geser, kita pelajari suatu sambungan
dengan baut pada gambar berikut, yang terdiri dari batang datar A, pengapit
C dan baut B Akibat aksi gaya tarik P.
 batang dan pengapit akan menekan baut dengan cara tumpu sehingga
menimbulkan tegangan tumpu (bearing stress) • Selain itu, batang dan
pengapit cenderung menggeser baut dan memotong baut, sehingga timbul
tegangan geser (shear stress) pada baut. `
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
 Tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus penampang bahan disebut
sebagai tegangan normal, sedangkan tegangan yang bekerja dalam arah
tangensial terhadap penampang diistilahkan sebagai tegangan geser (shear
stress)
 Guna memahami konsep tegangan geser, kita pelajari suatu sambungan
dengan baut pada gambar berikut, yang terdiri dari batang datar A, pengapit
C dan baut B.
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
 Akibat aksi gaya tarik P, batang dan pengapit akan menekan baut dengan cara
tumpu sehingga menimbulkan tegangan tumpu (bearing stress).
 Selain itu, batang dan pengapit cenderung menggeser baut dan memotong
baut, sehingga timbul tegangan geser (shear stress) pada baut.
 Tegangan tumpu yang terjadi, sb dapat dihitung dengan persamaan:
 Luas tumpu didefinisikan sebagai luas proyeksi dari permukaan tumpu yang
melengkung
 Pada pengapit, Luas tumpu Ab= tebal pengapit × diameter baut, sedangkan
nilai Fb = P/2
 Pada batang datar, luas tumpu Ab= tebal batang × diameter baut, sedangkan
nilai Fb = P
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
 Pada gambar (d) potongan baut nampak memiliki dua bidang geser mn dan
pq, baut ini dikatakan mengalami geser ganda (double shear)
 Besarnya tegangan geser yang timbul pada permukaan geser baut dapat
dihitung melalui persamaan :
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
 Antara tegangan dan regangan geser, berlaku pula Hukum Hooke pada kondisi
geser, yaitu:
 Sedangkan hubungan antara Modulus Geser (G), Modulus Elastisitas (E) dan
Angka Poisson (v) dapat dinyatakan :
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
CONTOH:
Sebuah batang dari baja yang merupakan pengekang dari sebuah kapal
menyalurkan gaya tekan P = 54 kN ke dek dari sebuah tiang.
Batang tekan ini mempunyai penampang bujur sangkar berlubang dengan tebal
dinding t = 12 mm dan sudut θ antara batang dan horizontal adalah 400. Sebuah
sendi yang menembus batang tersebut menyalurkan gaya dari batang tekan
kedua plat buhul G yang dilas ke plat landasan B.
Empat baut angkur menghubungkan plat landasan ke dek. Diameter sendi adalah
dpin = 18 mm, tebal plat buhul adalah tc = 15 mm, tebal plat landasan adalah
t8 = 8 mm, dan diameter baut angkur adalah dbolt = 12 mm.
Tentukan tegangan-tegangan berikut: (a) tegangan tumpu antara batang tekan
dengan sendi, (b) tegangan geser di sendi, (c) tegangan tumpu antara sendi dan
plat buhul, (d) tegangan tumpu antara baut angkur dan plat landasan, dan (e)
tegangan geser di baut angkur. (Abaikan gesekan antara plat landasan dan dek.)
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
Penyelesaian
a. Tegangan tumpu antara batang tekan dan sendi.
Harga rata-rata tegangan tumpu antara batang tekan dan sendi dapat dihitung
dengan membagi gaya di batang tekan dengan luas tumpu antara batang tekan
dan sendi. Luas tersebut sama dengan dua kali tebal batang tekan (karena tumpu
terjadi di dua lokasi) dikalikan diameter sendi.
Tegangan ini tidak berlebihan untuk sebuah batang tekan yang terbuat dari baja
karena tegangan luluhnya mungkin lebih besar daripada 200 MPa
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
Penyelesaian
b. Tegangan geser di sendi.
Sebagaimana terlihat dalam Gambar, sendi tersebut cenderung tergeser di dua
bidang. yaitu bidang antara batang tekan dan plat buhul. Dengan demikian,
tegangan geser rata-rata di sendi (yang mengalami geser ganda) sama dengan
beban total yang diterapkan ke sendi dibagi dengan dua kali luas penampang:
Sendi biasanya terbuat dari baja berkekuatan tinggi (tegangan luluhnya lebih
besar daripada 340 MPa) dan dapat dengan mudah menahan tegangan geser
sebesar ini (tegangan luluh karena geser biasanya tidak kurang dari 50%
tegangan luluh karena tarik).
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
Penyelesaian
c. Tegangan tumpu antara sendi dan plat buhul.
Sendi menumpu ke plat buhul di dua lokasi, sehingga luas tumpunya dua kali
tebal plat buhul dikalikan diameter sendi.
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
Penyelesaian
d. Tegangan tumpu antara baut angkur dan plat landasan.
Komponen vertikal gaya P disalurkan ke tiang dengan adanya tumpu langsung
antara plat landasan dan tiang. Namun, komponen horizontalnya disalurkan
melalui baut angkur. Tegangan tumpu rata-rata antara plat landasan dan baut
angkur sama dengan komponen horizontal dari gaya P dibagi dengan luas tumpu
empat baut. Luas tumpu untuk satu baut sama dengan tebal plat dikalikan
diameter baut. Dengan demikian, tegangan tumpunya adalah
TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
Penyelesaian
e. Tegangan geser di baut angkur.
Tegangan geser rata-rata di baut angkur sama dengan komponen horizontal dari
gaya P dibagi dengan luas penampang total empat baut (perhatikan bahwa
setiap baut mengalami geser tunggal).

More Related Content

Similar to MEKANIKA BAHAN

Metal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdf
Metal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdfMetal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdf
Metal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdfHumairohRatuAyu
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Mekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptxMekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptxardaangga1
 
01mektek tegangan&regangan
01mektek  tegangan&regangan01mektek  tegangan&regangan
01mektek tegangan&reganganIrfan Syarif Arief
 
03 tegangan regangan (2)
03   tegangan regangan (2)03   tegangan regangan (2)
03 tegangan regangan (2)tekpal14
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdfRismanYusuf1
 
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Michael Kenny
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAMOSES HADUN
 
FUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptx
FUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptxFUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptx
FUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptxCikguHanafi
 
Elastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum HookeElastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum HookeSaffanahpertiwi
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)Fani Diamanti
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
02. tegangan_regangan tanah 2.ppt
02. tegangan_regangan tanah 2.ppt02. tegangan_regangan tanah 2.ppt
02. tegangan_regangan tanah 2.pptGearTEP
 
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdfFISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdfmuhammad azhar hadi
 
MEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTX
MEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTXMEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTX
MEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTXyosevinaMsc
 

Similar to MEKANIKA BAHAN (20)

Metal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdf
Metal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdfMetal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdf
Metal and semiconductor resistive strain gauges [Autosaved].pdf
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Mekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptxMekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptx
 
01mektek tegangan&regangan
01mektek  tegangan&regangan01mektek  tegangan&regangan
01mektek tegangan&regangan
 
03 tegangan regangan (2)
03   tegangan regangan (2)03   tegangan regangan (2)
03 tegangan regangan (2)
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
Makalah tugas kelompok mkm
Makalah tugas kelompok mkmMakalah tugas kelompok mkm
Makalah tugas kelompok mkm
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
 
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
 
FUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptx
FUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptxFUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptx
FUNDAMENTAL OF MECHANICS STRUCTURE.pptx
 
Elastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum HookeElastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum Hooke
 
Fisika Teknik.pdf
Fisika Teknik.pdfFisika Teknik.pdf
Fisika Teknik.pdf
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur
 
02. tegangan_regangan tanah 2.ppt
02. tegangan_regangan tanah 2.ppt02. tegangan_regangan tanah 2.ppt
02. tegangan_regangan tanah 2.ppt
 
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdfFISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
 
MEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTX
MEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTXMEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTX
MEKANIKA REKAYASa i_2020-03-08 02-31-04000.PPTX
 

More from YusufNugroho11

Modul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdf
Modul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdfModul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdf
Modul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdfYusufNugroho11
 
10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt
10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt
10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.pptYusufNugroho11
 
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdfYusufNugroho11
 
4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt
4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt
4. Pemadatan Tanah.PPT.pptYusufNugroho11
 
13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf
13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf
13. uji-kolmogorov-smirnov.pdfYusufNugroho11
 
12. Uji Chi-Square.pdf
12. Uji Chi-Square.pdf12. Uji Chi-Square.pdf
12. Uji Chi-Square.pdfYusufNugroho11
 
PEMELIHARAAN SUNGAI.pdf
PEMELIHARAAN SUNGAI.pdfPEMELIHARAAN SUNGAI.pdf
PEMELIHARAAN SUNGAI.pdfYusufNugroho11
 

More from YusufNugroho11 (11)

Modul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdf
Modul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdfModul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdf
Modul-2-(Konsep SNl)-(31 Hal).pdf
 
effective stress.ppt
effective stress.ppteffective stress.ppt
effective stress.ppt
 
10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt
10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt
10. TEGANGAN DALAM MASSA TANAH.ppt
 
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH I.pdf
 
4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt
4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt
4. Pemadatan Tanah.PPT.ppt
 
2 komposisi tanah.pdf
2 komposisi tanah.pdf2 komposisi tanah.pdf
2 komposisi tanah.pdf
 
1 asal usul tanah.pdf
1 asal usul tanah.pdf1 asal usul tanah.pdf
1 asal usul tanah.pdf
 
13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf
13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf
13. uji-kolmogorov-smirnov.pdf
 
12. Uji Chi-Square.pdf
12. Uji Chi-Square.pdf12. Uji Chi-Square.pdf
12. Uji Chi-Square.pdf
 
torsi.pdf
torsi.pdftorsi.pdf
torsi.pdf
 
PEMELIHARAAN SUNGAI.pdf
PEMELIHARAAN SUNGAI.pdfPEMELIHARAAN SUNGAI.pdf
PEMELIHARAAN SUNGAI.pdf
 

Recently uploaded

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 

Recently uploaded (6)

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 

MEKANIKA BAHAN

  • 2. PENGERTIAN MEKANIKA BAHAN  Mekanika Bahan (Mechanics of Materials) adalah cabang dari Mekanika Terapan yang mempelajari perilaku dari suatu benda pejal yang memikul berbagai jenis beban  Istilah lain yang sering dijumpai adalah : Strength of Materials atau Mechanics of Deformable Bodies  Tujuan utama mempelajari Mekanika Bahan adalah untuk menentukan besarnya tegangan (stresses), regangan (strains) dan perpindahan (displacement) pada suatu struktur dan komponen-komponennya akibat beban yang bekerja pada struktur tersebut.  Dengan diketahuinya besaran-besaran tersebut maka akan diperoleh pemahaman yang lengkap terhadap perilaku mekanis suatu jenis struktur.  Ilmu Mekanika Bahan banyak diterapkan pada berbagai jenis struktur seperti pesawat terbang, antena, bangunan gedung, jembatan, mesin, kapal hingga pesawat ruang angkasa
  • 3. PENGERTIAN MEKANIKA BAHAN  Konsep dasar Mekanika Bahan adalah tegangan dan regangan.  Konsep ini biasa diilustrasikan dalam bentuk batang prismatis yang mengalami gaya aksial  Batang prismatis didefinisikan sebagai sebuah elemen struktural lurus yang mempunyai penampang konstan di seluruh panjangnya  Gaya aksial didefinisikan sebagai beban yang mempunyai arah sama dengan sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya gaya tarik atau gaya tekan pada batang
  • 4. BESARAN MEKANIS BAHAN  Untuk mengetahui perilaku/sifat-sifat mekanis dari suatu material, biasanya dilakukan pengujian di laboratorium  Untuk pengujian dibutuhkan benda uji standar yang kemudian dibebani dan dicatat besar deformasi yang terjadi (perubahan panjang, perubahan diameter dsb.)  Standar pengujian yang digunakan biasanya mengacu pada ASTM (American Society for Testing and Materials) atau SNI (Standar Nasional Indonesia) yang berlaku.  Dalam standar tersebut sudah dijelaskan ketetapan mengenai prosedur pengujian, ukuran benda uji yang standar serta metode pencatatan data serta analisisnya  Dua macam pengujian yang lazim digunakan adalah uji tarik (untuk material logam) dan uji tekan (untuk material beton)
  • 6. BESARAN MEKANIS BAHAN Diagram Tegangan-Regangan  Setelah melakukan uji tarik/tekan dan menentukan tegangan-regangan pada berbagai taraf beban, maka dapat dibuat plot diagram tegangan versus regangan  Diagram tegangan-regangan memberikan informasi mengenai perilaku material yang diuji serta besaranbesaran mekanisnya  Dalam menghitung tegangan yang terjadi pada benda uji, dikenal istilah tegangan nominal (nominal stress) dan tegangan sebenarnya (true stress).  Gambar Regangan-Tegangan dapat dilihat pada slide perkuliahan sebelumnya
  • 7. BESARAN MEKANIS BAHAN CONTOH: Sebuah benda uji dari plastik metakrilat diuji tarik pada temperatur kamar, sehingga menghasilkan tegangan-regangan yang terlihat pada tabel. Plotlah kurva tegangan regangan dan tentukan limit proporsionalnya, Modulus Elastisitas, dan tegangan luluh pada offset 0,2%
  • 9. ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON  Beberapa material struktur memiliki perilaku elastis linier  Dengan mendesain struktur agar berfungsi pada daerah elastis linier, maka deformasi permanen akibat luluh dapat dihindari  Hubungan linier antara tegangan dan regangan dinyatakan:  Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Hooke, untuk mengenang ilmuwan Inggris Robert Hooke (1635-1703), sering disebut juga Modulus Young
  • 10. ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON  Beberapa material struktur memiliki perilaku elastis linier  Dengan mendesain struktur agar berfungsi pada daerah elastis linier, maka deformasi permanen akibat luluh dapat dihindari  Hubungan linier antara tegangan dan regangan dinyatakan:  Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Hooke, untuk mengenang ilmuwan Inggris Robert Hooke (1635-1703), sering disebut juga Modulus Young
  • 11. ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON Nilai Modulus Elastisitas (E) tiap material berbeda-beda, beberapa nilai E untuk material yang sering dipakai untuk struktur antara lain: Baja : 190.000 – 210.000 MPa Beton : 17.000 – 31.000 MPa Kayu : 11.000 – 14.000 MPa
  • 12. ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON Apabila suatu batang prismatis dibebani gaya aksial tarik, maka perpanjangan aksial-nya akan diikuti oleh kontraksi dalam arah lateral (tegak lurus) Rasio regangan lateral ε’ terhadap regangan aksial ε, dikenal dengan istilah Angka Poisson dan dinyatakan: Tanda minus digunakan untuk menyatakan bahwa regangan normal dan lateral memiliki tanda yang berbeda. Angka Poisson sendiri pada umumnya bernilai positif . Angka Poisson material baja berkisar 0,27 hingga 0,30 dan beton antara 0,1 hingga 0,2.
  • 13. ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON Regangan lateral dalam bahasan di atas, di setiap titik pada batang akan sebanding dengan regangan aksialnya apabila material bersifat elastis linier. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar Angka Poisson dapat dianggap konstan: a. gaya aksial harus konstan b. bahan harus homogen c. Modulus Elastisitas yang sama di semua arah (material isotropik)
  • 14. ELASTISITAS, HUKUM HOOKE & ANGKA POISSON CONTOH: Penyelesaian:
  • 15. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER  Tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus penampang bahan disebut sebagai tegangan normal, sedangkan tegangan yang bekerja dalam arah tangensial terhadap penampang diistilahkan sebagai tegangan geser (shear stress)  Guna memahami konsep tegangan geser, kita pelajari suatu sambungan dengan baut pada gambar berikut, yang terdiri dari batang datar A, pengapit C dan baut B Akibat aksi gaya tarik P.  batang dan pengapit akan menekan baut dengan cara tumpu sehingga menimbulkan tegangan tumpu (bearing stress) • Selain itu, batang dan pengapit cenderung menggeser baut dan memotong baut, sehingga timbul tegangan geser (shear stress) pada baut. `
  • 16. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER  Tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus penampang bahan disebut sebagai tegangan normal, sedangkan tegangan yang bekerja dalam arah tangensial terhadap penampang diistilahkan sebagai tegangan geser (shear stress)  Guna memahami konsep tegangan geser, kita pelajari suatu sambungan dengan baut pada gambar berikut, yang terdiri dari batang datar A, pengapit C dan baut B.
  • 17. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER  Akibat aksi gaya tarik P, batang dan pengapit akan menekan baut dengan cara tumpu sehingga menimbulkan tegangan tumpu (bearing stress).  Selain itu, batang dan pengapit cenderung menggeser baut dan memotong baut, sehingga timbul tegangan geser (shear stress) pada baut.  Tegangan tumpu yang terjadi, sb dapat dihitung dengan persamaan:  Luas tumpu didefinisikan sebagai luas proyeksi dari permukaan tumpu yang melengkung  Pada pengapit, Luas tumpu Ab= tebal pengapit × diameter baut, sedangkan nilai Fb = P/2  Pada batang datar, luas tumpu Ab= tebal batang × diameter baut, sedangkan nilai Fb = P
  • 18. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER  Pada gambar (d) potongan baut nampak memiliki dua bidang geser mn dan pq, baut ini dikatakan mengalami geser ganda (double shear)  Besarnya tegangan geser yang timbul pada permukaan geser baut dapat dihitung melalui persamaan :
  • 19. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER  Antara tegangan dan regangan geser, berlaku pula Hukum Hooke pada kondisi geser, yaitu:  Sedangkan hubungan antara Modulus Geser (G), Modulus Elastisitas (E) dan Angka Poisson (v) dapat dinyatakan :
  • 20. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER CONTOH: Sebuah batang dari baja yang merupakan pengekang dari sebuah kapal menyalurkan gaya tekan P = 54 kN ke dek dari sebuah tiang. Batang tekan ini mempunyai penampang bujur sangkar berlubang dengan tebal dinding t = 12 mm dan sudut θ antara batang dan horizontal adalah 400. Sebuah sendi yang menembus batang tersebut menyalurkan gaya dari batang tekan kedua plat buhul G yang dilas ke plat landasan B. Empat baut angkur menghubungkan plat landasan ke dek. Diameter sendi adalah dpin = 18 mm, tebal plat buhul adalah tc = 15 mm, tebal plat landasan adalah t8 = 8 mm, dan diameter baut angkur adalah dbolt = 12 mm. Tentukan tegangan-tegangan berikut: (a) tegangan tumpu antara batang tekan dengan sendi, (b) tegangan geser di sendi, (c) tegangan tumpu antara sendi dan plat buhul, (d) tegangan tumpu antara baut angkur dan plat landasan, dan (e) tegangan geser di baut angkur. (Abaikan gesekan antara plat landasan dan dek.)
  • 22. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Penyelesaian a. Tegangan tumpu antara batang tekan dan sendi. Harga rata-rata tegangan tumpu antara batang tekan dan sendi dapat dihitung dengan membagi gaya di batang tekan dengan luas tumpu antara batang tekan dan sendi. Luas tersebut sama dengan dua kali tebal batang tekan (karena tumpu terjadi di dua lokasi) dikalikan diameter sendi. Tegangan ini tidak berlebihan untuk sebuah batang tekan yang terbuat dari baja karena tegangan luluhnya mungkin lebih besar daripada 200 MPa
  • 23. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Penyelesaian b. Tegangan geser di sendi. Sebagaimana terlihat dalam Gambar, sendi tersebut cenderung tergeser di dua bidang. yaitu bidang antara batang tekan dan plat buhul. Dengan demikian, tegangan geser rata-rata di sendi (yang mengalami geser ganda) sama dengan beban total yang diterapkan ke sendi dibagi dengan dua kali luas penampang: Sendi biasanya terbuat dari baja berkekuatan tinggi (tegangan luluhnya lebih besar daripada 340 MPa) dan dapat dengan mudah menahan tegangan geser sebesar ini (tegangan luluh karena geser biasanya tidak kurang dari 50% tegangan luluh karena tarik).
  • 24. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Penyelesaian c. Tegangan tumpu antara sendi dan plat buhul. Sendi menumpu ke plat buhul di dua lokasi, sehingga luas tumpunya dua kali tebal plat buhul dikalikan diameter sendi.
  • 25. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Penyelesaian d. Tegangan tumpu antara baut angkur dan plat landasan. Komponen vertikal gaya P disalurkan ke tiang dengan adanya tumpu langsung antara plat landasan dan tiang. Namun, komponen horizontalnya disalurkan melalui baut angkur. Tegangan tumpu rata-rata antara plat landasan dan baut angkur sama dengan komponen horizontal dari gaya P dibagi dengan luas tumpu empat baut. Luas tumpu untuk satu baut sama dengan tebal plat dikalikan diameter baut. Dengan demikian, tegangan tumpunya adalah
  • 26. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Penyelesaian e. Tegangan geser di baut angkur. Tegangan geser rata-rata di baut angkur sama dengan komponen horizontal dari gaya P dibagi dengan luas penampang total empat baut (perhatikan bahwa setiap baut mengalami geser tunggal).