SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Adapun latar belakang dalam pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui
bagaimana cara memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada
ibu yang mengalami anemia pascapersalinan mengenai berbagai pendidikan kesehatan
yang dapat kita berikan sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan kepada ibu
selama masa nifas.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
Anemia pada ibu nifas adalah Suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan
sampai dengan kira-kira 6 minggu dalam kondisi pucat,lemah, dan kurang bertenaga.
Anemia merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian
ibu pasca persalinan di indonesia. Dengan Memberikan cara pencegahan anemia pada ibu
nifas upaya ini untuk menyelamatkan ibu yang mengalami anemia yang mengancam
keselamatan jiwanya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anemia ?
2. Apa saja gejala anemia ?
3. Apa pengertian nifas ?
4. Apa pengertian anemia pada ibu nifas ?
5. Apa penyebab anemia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan anemia ?
7. Apa saja nutrisi untuk penderita anemia ?
3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian anemia
2. Untuk mengetahui gejala anemia
3. Untuk mengetahui pengertian nifas
4. Untuk mengetahui anemia pada ibu nifas
5. Untuk mengetahui penyebab anemia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia
7. Untuk mengetahui nutrisi untuk penderita anemia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010).
Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel
darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2007).
Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai kadar sel darah merah
kurang nomal.
2. Kategori Anemia
Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :
a. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang
c. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat
Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang bersumber dari WHO
adalah sebagai berikut :
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah sebagai Berikut :
a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang
c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat
d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %
Pada penelitian ini menggunakan standart kementrian kesehatan yang bersumber dari
WHO.
3. Jenis-Jenis Anemia
Jenis-jenis anemia adalah:
a. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian dari molekul
hemoglobin.
3
Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat
besi pada orang dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun,
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010).
b. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka
waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C
dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk,
lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta
semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi,
sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan
berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010).
c. Anemia Makrositik
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang
diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah, granulosit,
dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya
adalah karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal (Soebroto,
2010).
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari
normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah satu dari
beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak
normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat (Soebroto, 2010).
e. Anemia Sel Sabit
Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang
berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto, 2010). Anemia sel sabit
merupakan penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen
pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit
adalah:
1) Kurang energi dan sesak nafas,
2) Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning),
3) Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat tersumbatnya
pembuluh darah kapiler.
f. Anemia Aplastik
Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan tempat
pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), maupun trombosit
(Soebroto, 2010).
4
B. Gejala Anemia
Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto, 2010) :
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
f. Sering sakit.
Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (Soebroto,
2010):
a. Kecepatan timbulnya anemia
b. Usia individu
c. Mekanisme kompensasi
d. Tingkat aktivitasnya
e. Keadaan penyakit yang mendasarinya
f. Beratnya anemia
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ
vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena
dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler.
Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva
merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Pada anemia berat, gagal
jantung kongestif dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul
gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis
(nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala umumnya disebabkan
oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price, 2005).
Mendiagnosis anemia
Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan
pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Dokter
memerlukan tes laboratorium, uji laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis
anemia meliputi pengukuran hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat
didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin (Soebroto, 2010).
5
C. Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
saat melahirkan (Suherni,2008). Nifas (puerperium) periode waktu atau masa dimana
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu.
(Perawatan Maternitas Edisi 2 : 225) Masa Nifas (puerperium) yaitu dimulainya setelah
placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu(YBS-PS : 122)
2. Tahapan Masa Nifas yaitu (Ambarwati dan Wulandari, 2010):
a. Puerperium Dini
Yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan jalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital kira-kira antara 6-8
minggu.
c. Remot Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas (Suherni,2008)
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan kebijakan dalam
hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas. Tujuan kebijakan
tersebut adalah:
a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.
b. Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gengguan kesehatan ibu `
nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas
d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun
bayinya pada masa nifas.
4. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai
perdarahan pasca persalinan.
6
b. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-
kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan
amnion atau dengan urin.
c. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang akan berakibat fatal dan anemia.
Seorang ibu yang sehat dan tidak anemiapun dapat mengalami akibat fatal dari
kehilangan darah.
d. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan
kondisi ini dapat tidak di kenali sampai terjadi syok.
D. Anemia Pada Ibu Nifas
Suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 6
minggu dalam kondisi pucat,lemah, dan kurang bertenaga. Menurut Prawirohardjo (2005),
faktor yang mempengaruhi anemia pada masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan,
ibu hamil dengan anemia, nutrisi yang kurang, penyakit virus dan bakteri. Anemia dalam
masa nifas merupakan lanjutan daripada anemia yang diderita saat kehamilan, yang
menyebabkan banyak keluhan bagi ibu dan mengurangi presentasi kerja, baik dalam
pekerjaan rumah sehari-hari maupun dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010). Pengaruh
anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan
mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Praktik ASI tidak eksklusif
diperkirakan menjadi salah satu prediktor kejadian anemia setelah melahirkan
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Pengeluaran ASI berkurang,
terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan dan mudah terjadi infeksi
mamae. Di masa nifas anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi, ini
dikarenakan darah tidak cukup untuk memberikan oksigen ke rahim.
E. Penyebab Anemia
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadahinya asupan makanan
sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologi),
dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan oleh ketiga faktor itu terjadi secara
cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan kebutuhan Fe. Wanita usia subur
(WUS) adalah salah satu kelompok resiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak
memiliki asupan atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe.
Dari kelompok WUS tersebut yang paling tinggi beresiko menderita anemia adalah wanita
hamil, wanita nifas, dan wanita yang banyak kehilangan darah saat menstruasi. Pada
wanita yang mengalami menopause dengan defisiensi Fe, yang menjadi penyebabnya
adalah perdarahan gastrointestinal (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Penyebab tersering anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, terutama besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
7
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, dan penyakit kronik (Nugraheny E,
2009).
Secara garis besar penyebab terjadinya anemia gizi dikelompokkan dalam sebab
langsung, tidak langsung dan sebab mendasar sebagai berikut:
1. Sebab langsung
a. Ketidak cukupan makanan
Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurangmakan sumber
makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun yang dimakan
biovailabilitas besinya rendah sehingga jumlahzat besi yang diserap kurang dan
makanan yang dimakan mengandungzat penghambat penyerapan besi. Inhibitor
(penghambat) utama penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama
ditemukan pada biji-bijian sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam.
Polifenol dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran, dan kacangkacangan.
Enhancer (mepercepat penyerapan) Fe antara lain asam askorbat atau vitamin C dan
protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan karena mengandung asam amino
pengikat Fe untuk meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol dan asam laktat kurang
mampu meningkatkan penyerapan Fe (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
2008).
Apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup mengandung zat besi atau
absorpsinya rendah, maka ketersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi
kebutuhan akan zat besi. Hal ini terutama dapat terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi makanan kurang beragam, seperti menu makanan yang hanya terdiri
dari nasi dan kacang-kacangan. Tetapi apabila di dalam menu terdapat pula bahan -
bahan makanan yang meninggikan absorpsi zat besi seperti daging, ayam, ikan, dan
vitamin C, maka ketersediaan zat besi yang ada dalam makanan dapat ditingkatkan
sehingga kebutuhan akan zat besi dapat terpenuhi.
b. Infeksi penyakit
Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia.
Infeksi itu umumnya adalah kecacingan dan malaria. Kecacingan jarang sekali
menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan
anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia. Beberapa fakta
menunjukkan bahwa parasitemia yang persisten atau rekuren mengakibatkan anemia
defisiensi besi, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Pada malaria
fase akut terjadi penurunan absorpsi besi, kadar heptoglobin yang rendah, sebagai
akibat dari hemolisis intravaskuler, akan menurunkan pembentukan kompleks
haptoglobin hemoglobin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh hepar, berakibat
penurunan availabilitas besi.
2. Sebab tidak langsung
8
Beberapa penyebab tidak langsung anemia diantaranya adalah:
kualitas dan kuantitas diet makanan tidak adekuat, sanitasi lingkungan dan makanan
yang buruk, layanan kesehatan yang buruk dan perdarahan akibat menstruasi, kelahiran,
malaria, parasit : cacing tambang dan schistosomiasis, serta trauma.
Diet yang tidak berkualitas dan ketersediaan biologis besinya rendah merupakan faktor
penting yang berperan dalam anemia defisiensi besi.
Pola menu makanan yang hanya terdiri dari sumber karbohidrat, sepertinasi dan
umbi-umbian, atau kacang-kacangan, tergolong menu rendah (penyerapan zat besi 5%).
Pola menu ini sangat jarang atau sedikit sekali mengandung daging, ikan, dan sumber
vitamin C. Terdapat lebih banyak bahan makanan yang mengandung zat penghambat
zat absorpsi besi, seperti fitat, serat, tannin, dan fostat dalam meni makanan ini
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Adanya kepercayaan yang
merugikan seperti permasalahan pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang masih sering
dijumpai yaitu banyaknya yang berpantang terhadap makanan selama masa nifas,
misalnya makan daging, telur, ikan, kacang-kacangan dll, yang beranggapan bahwa
dengan makan makanan tersebut dapat menghambat proses penyembuhan luka setelah
melahirkan juga dapat menimbulkan anemia.
Layanan kesehatan yang buruk dan hygiene sanitasi yang kurang akan mempermudah
terjadinya penyakit infeksi. Infeksi mengganggu masukan makanan, penyerapan,
penyimpanan serta penggunaan berbagai zat gizi, termasuk besi. Pada banyak
masyarakat pedesaan dan daerah urban yang kumuh dimana sanitasi lingkungan buruk,
angka kesakitan akibat infeksi, virus dan bakteri tinggi. Dalam masyarakat tersebut,
makanan yang dimakan mengandung sangat sedikit energy. Kalau keseimbangan zat
besi terganggu, episode infeksi yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadinya
anemia.
3. Sebab mendasar
a. Pendidikan yang rendah
Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan
rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan anemia dengan faktor
lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan
penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya
yang mengandung zat besi relatif tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan
kesehatan yang tersedia.
b. Ekonomi yang rendah
Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah, karena
kelompok penduduk ekonomi rendah kurang mampu untuk membeli makanan sumber
zat besi tinggi yang harganya relative mahal. Pada keluarga-keluarga berpenghasilan
rendah tidak mampu mengusahakan bahan makanan hewani dan hanya mengkonsumsi
menu makanan dengan sumber zat besi yang rendah.
9
F. Penatalaksanaan Anemia Dalam Nifas Adalah Sebagai Berikut :
Pada anemi ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan
asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari.
Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir. Karena
hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari.
Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr (anemia pasca
perdarahan).
Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein, zat besi/Fe, dan asam
folat.
Istirahat dan batasi aktvitas
G. Nutrisi Untuk Penderita Anemia
a. Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal.
b. Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung :
• Zat Besi ( Fe )
Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ), sayur-
sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun
singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ).
• Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
• Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan
BAB III
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010).
2. Gejala Anemia
Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto, 2010) :
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.3.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
f. Sering sakit.
3. Nifas (puerperium) periode waktu atau masa dimana organ reproduksi kembali
kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu.
4. Anemia pada ibu nifas adalah Suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis
melahirkan sampai dengan kira-kira 6 minggu dalam kondisi pucat,lemah, dan
kurang bertenaga.
5. Penyebab Anemia :
Kekurangan Nutrisi (terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam
folat)
Kehilangan darah / perdarahan.
Penyakit kronis, misalnya malaria, cacingan.
6. Penatalaksanaan anemia dalam nifas adalah sebagai berikut:
Pada anemi ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi
dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari.
Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir.
Karena hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari.
Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr (anemia pasca
perdarahan).
Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein, zat besi/Fe, dan
asam folat.
Istirahat dan batasi aktvitas
11
7. Nutrisi Untuk Penderita Anemia
a. Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal.
b. Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung :
• Zat Besi ( Fe )
Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ),
sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar,
bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ).
• Asam Folat
Ati, jamur, pisang, apel
• Protein
Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan

More Related Content

What's hot

KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
sri wahyuni
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
shona2493
 
Asuhan kebidanan ibu hamil
Asuhan kebidanan ibu hamilAsuhan kebidanan ibu hamil
Asuhan kebidanan ibu hamil
neng elis
 
Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partum
cahyatoshi
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
Joni Iswanto
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Andra Dewi Hapsari
 
Peredaran darah janin
Peredaran darah janinPeredaran darah janin
Peredaran darah janin
Ns. Lutfi
 

What's hot (20)

KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Asuhan kebidanan ibu hamil
Asuhan kebidanan ibu hamilAsuhan kebidanan ibu hamil
Asuhan kebidanan ibu hamil
 
Gizi dan Fertilitas
Gizi dan FertilitasGizi dan Fertilitas
Gizi dan Fertilitas
 
Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partum
 
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
Contoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normalContoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normal
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
Percakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganPercakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan dengan
 
Peredaran darah janin
Peredaran darah janinPeredaran darah janin
Peredaran darah janin
 
Leaflet cara menyusui yang benar
Leaflet cara menyusui yang benarLeaflet cara menyusui yang benar
Leaflet cara menyusui yang benar
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
 

Viewers also liked (13)

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
 
presentasi materi TTV pada ibu nifas
presentasi materi TTV pada ibu nifaspresentasi materi TTV pada ibu nifas
presentasi materi TTV pada ibu nifas
 
Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem hematologi
Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem hematologiPerubahan fisiologis masa nifas pada sistem hematologi
Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem hematologi
 
Bab i vi-2012_fix
Bab i vi-2012_fixBab i vi-2012_fix
Bab i vi-2012_fix
 
Tugas anemia
Tugas anemiaTugas anemia
Tugas anemia
 
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramataDialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
 
Tinjauan Kasus Askeb persalinan
Tinjauan Kasus Askeb persalinanTinjauan Kasus Askeb persalinan
Tinjauan Kasus Askeb persalinan
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
patofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besipatofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besi
 
ASKEB KALA IV
ASKEB KALA IVASKEB KALA IV
ASKEB KALA IV
 
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
 
Visualisasi 2015 fix 23 sep
Visualisasi 2015 fix 23 sepVisualisasi 2015 fix 23 sep
Visualisasi 2015 fix 23 sep
 
Leaflet anemia
Leaflet  anemiaLeaflet  anemia
Leaflet anemia
 

Similar to Anemia Pada Ibu Nifas

Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibuBagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Septian Muna Barakati
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibuBagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Anemia Pada Ibu Nifas (20)

Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibuBagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibuBagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
 
Sap anemia
Sap anemiaSap anemia
Sap anemia
 
132562099 kejadian-anemia
132562099 kejadian-anemia132562099 kejadian-anemia
132562099 kejadian-anemia
 
132562099 kejadian-anemia
132562099 kejadian-anemia132562099 kejadian-anemia
132562099 kejadian-anemia
 
Pbl 1 malnutrition
Pbl 1 malnutritionPbl 1 malnutrition
Pbl 1 malnutrition
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
SAP_Anemia_Pada_Ibu_Hamil_docx.docx
SAP_Anemia_Pada_Ibu_Hamil_docx.docxSAP_Anemia_Pada_Ibu_Hamil_docx.docx
SAP_Anemia_Pada_Ibu_Hamil_docx.docx
 
Mini pro sella
Mini pro sellaMini pro sella
Mini pro sella
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019
Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019
Angka Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil RISKESDAS 2019
 
Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018
Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018
Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Riskesdas 2018
 
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018 Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
 
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018 Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
 
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018 Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
Angka kejadian anemia pada ibu hamil riskesdas 2018
 

Anemia Pada Ibu Nifas

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Adapun latar belakang dalam pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana cara memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada ibu yang mengalami anemia pascapersalinan mengenai berbagai pendidikan kesehatan yang dapat kita berikan sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan kepada ibu selama masa nifas. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu Anemia pada ibu nifas adalah Suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 6 minggu dalam kondisi pucat,lemah, dan kurang bertenaga. Anemia merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu pasca persalinan di indonesia. Dengan Memberikan cara pencegahan anemia pada ibu nifas upaya ini untuk menyelamatkan ibu yang mengalami anemia yang mengancam keselamatan jiwanya. 2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian anemia ? 2. Apa saja gejala anemia ? 3. Apa pengertian nifas ? 4. Apa pengertian anemia pada ibu nifas ? 5. Apa penyebab anemia ? 6. Bagaimana penatalaksanaan anemia ? 7. Apa saja nutrisi untuk penderita anemia ? 3. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian anemia 2. Untuk mengetahui gejala anemia 3. Untuk mengetahui pengertian nifas 4. Untuk mengetahui anemia pada ibu nifas 5. Untuk mengetahui penyebab anemia 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia 7. Untuk mengetahui nutrisi untuk penderita anemia
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Anemia 1. Definisi Anemia Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2007). Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai kadar sel darah merah kurang nomal. 2. Kategori Anemia Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) : a. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan b. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang c. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang bersumber dari WHO adalah sebagai berikut : a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah sebagai Berikut : a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr % Pada penelitian ini menggunakan standart kementrian kesehatan yang bersumber dari WHO. 3. Jenis-Jenis Anemia Jenis-jenis anemia adalah: a. Anemia Defisiensi Zat Besi Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.
  • 3. 3 Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010). b. Anemia Defisiensi Vitamin C Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010). c. Anemia Makrositik Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal (Soebroto, 2010). d. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat (Soebroto, 2010). e. Anemia Sel Sabit Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto, 2010). Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit adalah: 1) Kurang energi dan sesak nafas, 2) Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning), 3) Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat tersumbatnya pembuluh darah kapiler. f. Anemia Aplastik Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), maupun trombosit (Soebroto, 2010).
  • 4. 4 B. Gejala Anemia Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto, 2010) : a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai. b. Wajah tampak pucat. c. Mata berkunang-kunang. d. Nafsu makan berkurang. e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. f. Sering sakit. Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (Soebroto, 2010): a. Kecepatan timbulnya anemia b. Usia individu c. Mekanisme kompensasi d. Tingkat aktivitasnya e. Keadaan penyakit yang mendasarinya f. Beratnya anemia Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala umumnya disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price, 2005). Mendiagnosis anemia Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi pengukuran hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (Soebroto, 2010).
  • 5. 5 C. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,2008). Nifas (puerperium) periode waktu atau masa dimana organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. (Perawatan Maternitas Edisi 2 : 225) Masa Nifas (puerperium) yaitu dimulainya setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu(YBS-PS : 122) 2. Tahapan Masa Nifas yaitu (Ambarwati dan Wulandari, 2010): a. Puerperium Dini Yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan jalan-jalan. b. Puerperium Intermedial Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital kira-kira antara 6-8 minggu. c. Remot Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. 3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas (Suherni,2008) Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah: a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir. b. Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gengguan kesehatan ibu ` nifas dan bayinya. c. Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas. 4. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas a. Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.
  • 6. 6 b. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang- kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. c. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal dan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemiapun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah. d. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak di kenali sampai terjadi syok. D. Anemia Pada Ibu Nifas Suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 6 minggu dalam kondisi pucat,lemah, dan kurang bertenaga. Menurut Prawirohardjo (2005), faktor yang mempengaruhi anemia pada masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil dengan anemia, nutrisi yang kurang, penyakit virus dan bakteri. Anemia dalam masa nifas merupakan lanjutan daripada anemia yang diderita saat kehamilan, yang menyebabkan banyak keluhan bagi ibu dan mengurangi presentasi kerja, baik dalam pekerjaan rumah sehari-hari maupun dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010). Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Praktik ASI tidak eksklusif diperkirakan menjadi salah satu prediktor kejadian anemia setelah melahirkan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Pengeluaran ASI berkurang, terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan dan mudah terjadi infeksi mamae. Di masa nifas anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi, ini dikarenakan darah tidak cukup untuk memberikan oksigen ke rahim. E. Penyebab Anemia Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadahinya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan oleh ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan kebutuhan Fe. Wanita usia subur (WUS) adalah salah satu kelompok resiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak memiliki asupan atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe. Dari kelompok WUS tersebut yang paling tinggi beresiko menderita anemia adalah wanita hamil, wanita nifas, dan wanita yang banyak kehilangan darah saat menstruasi. Pada wanita yang mengalami menopause dengan defisiensi Fe, yang menjadi penyebabnya adalah perdarahan gastrointestinal (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Penyebab tersering anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
  • 7. 7 beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, dan penyakit kronik (Nugraheny E, 2009). Secara garis besar penyebab terjadinya anemia gizi dikelompokkan dalam sebab langsung, tidak langsung dan sebab mendasar sebagai berikut: 1. Sebab langsung a. Ketidak cukupan makanan Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurangmakan sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun yang dimakan biovailabilitas besinya rendah sehingga jumlahzat besi yang diserap kurang dan makanan yang dimakan mengandungzat penghambat penyerapan besi. Inhibitor (penghambat) utama penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama ditemukan pada biji-bijian sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam. Polifenol dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran, dan kacangkacangan. Enhancer (mepercepat penyerapan) Fe antara lain asam askorbat atau vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan karena mengandung asam amino pengikat Fe untuk meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol dan asam laktat kurang mampu meningkatkan penyerapan Fe (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup mengandung zat besi atau absorpsinya rendah, maka ketersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi kebutuhan akan zat besi. Hal ini terutama dapat terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi makanan kurang beragam, seperti menu makanan yang hanya terdiri dari nasi dan kacang-kacangan. Tetapi apabila di dalam menu terdapat pula bahan - bahan makanan yang meninggikan absorpsi zat besi seperti daging, ayam, ikan, dan vitamin C, maka ketersediaan zat besi yang ada dalam makanan dapat ditingkatkan sehingga kebutuhan akan zat besi dapat terpenuhi. b. Infeksi penyakit Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia. Infeksi itu umumnya adalah kecacingan dan malaria. Kecacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia. Beberapa fakta menunjukkan bahwa parasitemia yang persisten atau rekuren mengakibatkan anemia defisiensi besi, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Pada malaria fase akut terjadi penurunan absorpsi besi, kadar heptoglobin yang rendah, sebagai akibat dari hemolisis intravaskuler, akan menurunkan pembentukan kompleks haptoglobin hemoglobin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh hepar, berakibat penurunan availabilitas besi. 2. Sebab tidak langsung
  • 8. 8 Beberapa penyebab tidak langsung anemia diantaranya adalah: kualitas dan kuantitas diet makanan tidak adekuat, sanitasi lingkungan dan makanan yang buruk, layanan kesehatan yang buruk dan perdarahan akibat menstruasi, kelahiran, malaria, parasit : cacing tambang dan schistosomiasis, serta trauma. Diet yang tidak berkualitas dan ketersediaan biologis besinya rendah merupakan faktor penting yang berperan dalam anemia defisiensi besi. Pola menu makanan yang hanya terdiri dari sumber karbohidrat, sepertinasi dan umbi-umbian, atau kacang-kacangan, tergolong menu rendah (penyerapan zat besi 5%). Pola menu ini sangat jarang atau sedikit sekali mengandung daging, ikan, dan sumber vitamin C. Terdapat lebih banyak bahan makanan yang mengandung zat penghambat zat absorpsi besi, seperti fitat, serat, tannin, dan fostat dalam meni makanan ini (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Adanya kepercayaan yang merugikan seperti permasalahan pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang masih sering dijumpai yaitu banyaknya yang berpantang terhadap makanan selama masa nifas, misalnya makan daging, telur, ikan, kacang-kacangan dll, yang beranggapan bahwa dengan makan makanan tersebut dapat menghambat proses penyembuhan luka setelah melahirkan juga dapat menimbulkan anemia. Layanan kesehatan yang buruk dan hygiene sanitasi yang kurang akan mempermudah terjadinya penyakit infeksi. Infeksi mengganggu masukan makanan, penyerapan, penyimpanan serta penggunaan berbagai zat gizi, termasuk besi. Pada banyak masyarakat pedesaan dan daerah urban yang kumuh dimana sanitasi lingkungan buruk, angka kesakitan akibat infeksi, virus dan bakteri tinggi. Dalam masyarakat tersebut, makanan yang dimakan mengandung sangat sedikit energy. Kalau keseimbangan zat besi terganggu, episode infeksi yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadinya anemia. 3. Sebab mendasar a. Pendidikan yang rendah Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan anemia dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia. b. Ekonomi yang rendah Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah, karena kelompok penduduk ekonomi rendah kurang mampu untuk membeli makanan sumber zat besi tinggi yang harganya relative mahal. Pada keluarga-keluarga berpenghasilan rendah tidak mampu mengusahakan bahan makanan hewani dan hanya mengkonsumsi menu makanan dengan sumber zat besi yang rendah.
  • 9. 9 F. Penatalaksanaan Anemia Dalam Nifas Adalah Sebagai Berikut : Pada anemi ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir. Karena hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari. Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr (anemia pasca perdarahan). Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein, zat besi/Fe, dan asam folat. Istirahat dan batasi aktvitas G. Nutrisi Untuk Penderita Anemia a. Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. b. Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung : • Zat Besi ( Fe ) Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ), sayur- sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ). • Asam Folat Ati, jamur, pisang, apel • Protein Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan BAB III
  • 10. 10 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). 2. Gejala Anemia Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto, 2010) : a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai. b. Wajah tampak pucat. c. Mata berkunang-kunang.3. d. Nafsu makan berkurang. e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. f. Sering sakit. 3. Nifas (puerperium) periode waktu atau masa dimana organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. 4. Anemia pada ibu nifas adalah Suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 6 minggu dalam kondisi pucat,lemah, dan kurang bertenaga. 5. Penyebab Anemia : Kekurangan Nutrisi (terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat) Kehilangan darah / perdarahan. Penyakit kronis, misalnya malaria, cacingan. 6. Penatalaksanaan anemia dalam nifas adalah sebagai berikut: Pada anemi ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir. Karena hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari. Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr (anemia pasca perdarahan). Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein, zat besi/Fe, dan asam folat. Istirahat dan batasi aktvitas
  • 11. 11 7. Nutrisi Untuk Penderita Anemia a. Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. b. Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung : • Zat Besi ( Fe ) Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ), sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ). • Asam Folat Ati, jamur, pisang, apel • Protein Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan