Rencanakan bangunan bendung tetap untuk daerah pengairan seluas 1000 hektar. Tinggi mercu bendung ditentukan sebesar 125,05 m dengan lebar efektif 57,2147 m. Tinggi air banjir hilir bendung sebesar 2,7127750 m."
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
1. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
TUGAS IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II
Pada suatu daerah pengairan yang potensional, dibutuhkan sebuah bangunan penangkap air
disungai berupa bangunan bendung tetap.
Berdasarkan keadaan fisik lapangan dan hasil analisis data hidrologi, didapatkan informasi
seperti berikut ini :
1.
Debit banjir rencana
= 300 m3/dt
2.
Kemiringan memanjang dasar sungai
= 2,1 x 10-4
3.
Luas daerah irigasi sebelah kanan
= 1000 Ha
4.
Lebar sungai pada as bendung
= 60 m
5.
Ketinggian dasar sungai pada as bendung
= + 120 m
6.
Elevasi sawah tertinggi
= + 123,5 m
7.
Kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah
= 1,18 l/dt/Ha
Rencanakan bangunan bendung tetap tersebut dengan berdasarkan pada :
a.
Kriteria perencanaan irigasi KP – 02
b.
Ketentuan USBR untuk bentuk kolam ola bangunan
c.
Ketentuan gambar teknik
d.
Data yang belum tercantum hendaknya direncanakan sendiri dengan wajar sesuai dengan
ketentuan, dengan menyebut sumbernya.
Diberikan kepada :
Rian Rendika Irmansyah
Semarang,
Dosen,
M.Afif Salim
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
januari 2010
2. Ir.Rudjito, MT
Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi Mercu = Elevasi Mercu – Elevasi dasar sungai
Faktor – factor yang mempengaruhi peil mercu bendung :
1
Elevasi sawah tertinggi
= 123,50
2
Peil muka air sawah tertinggi
= 0,15
3
Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah
= 0,10
4
Kehilangan tekanan dari sekunder ke tersier
= 0,10
5
Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder
= 0,10
6
Kehilangan tekanan karena turning saluran
= 0,15
7
Kehilangan tekanan dari alat ukur
= 0,40
8
Kehilangan tekanan karena eksploitasi
= 0,10
9
Persediaan untuk lain-lain bangunan
= 0,25
10
Kehilangan tekanan dari sungai ke primer
= 0,20
Elevasi Mercu Bendung
= 125,05
Menentukan Lebar efektif Bendung
Disini direncanakan baha seluruh debit banjir hanya melewati mercu dan tidak melalui pintu
pembilas, maka :
Beff
= B mercu – 2 (n.Kp + Ka1 + Ka2) . H1
B mercu
= B sungai – B pintu pembilas n . B pilar
B Pembilas
= B pintu + B pilar
= 1/6 . Bs – 1/10 . Bs Untuk sungai < 100 m
Dimana :
n
= jumlah pilar
Kp
= Koefisien konstruksi pada pilar
Ka
= Koefisien Konstruksi pada Abuttment
H1
= Tinggi energi dihilir
B pembilas
= 1/6 . Bs – 1/10 . Bs diambil 7 meter dengan I rencana
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
3. Dimana :
Lebar 3 pintu pada pembilas
@2m = 6m
Lebar 2 pintu pada pembilas
@1m = 2m
Lebar 1 pilar pada mercu
@1,5 m = 1,5 m
B mercu
= B sungai - B pembilas
= 60 – 9,5
= 50,5 m
= B mercu – (2 . n . Kp + Ka1 + Ka2) . H1 KP 02 Hal.38
Beff
Dimana berdasarkan KP-02 hal.40 :
Kp
= 0,01 (Pilar berujung bulat)
Ka
= 0,10 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 kearah aliran dengan 0,5 . H1
> r > 0,15 H1)
Tinggi Energi diatas Mercu Bendung
Berdasarkan KP-02 hal,42 digunakan rumus :
Cd .
Q=
2 2
.g .Beff .H 11,5
3 3
Dimana :
Q
= debit rencana (m/dt)
Cd
= Koefisien debit (Cd = C 0 + C 1 + C 2 )
G
= Percepatan gravitasi
Beff
= lebar efektif
H1
= Tinggi energi dihilir
Untuk mendapatkan harga H1 yang sesuai dengan Q rencana dicoba dengan mengambil harga Cd =
1,3
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
7. = 11,362 m/dt
Debit persatuan luas (q)
Q
= V1 x Yu
Dimana :
q
Q
= Beff
Yu
q
= V1
300
= 57,2002
5,24
= 11,362
= 5,24 m
= 0,46 m
2. Mencari FR (Froude Number)
V1
FR
=
g.Yu
Dimana :
FR
= Bilangan Froude
V1
= Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g
= Percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
Yu
= Kedalaman air diawal loncatan air (m)
11,362
FR
=
9,8 × 0,4
= 2,898
Syarat penelitian Kolam olak USBR berdasarkan (Fr)
Fr > 1,7
type I
1,7 > Fr > 2,5
type II
2,5 < Fr < 4,5
type III
Fr > 4,5
type IV
3. Mencari kedalaman konfigurasi
Maka dipakai Kolam Olak USBR type III
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
8. Y2 1
= × ( (1 ± 8.FR 2 ) − 1
Yu 2
Dimana :
Y2
= Kedalaman air diatas ambang ujung
Yu
= Kedalaman air diawal loncatan air
FR
= Bilangan Froude
Y2 1
= × ( (1 ± 8.(5,141) 2 ) − 1).0,5
Yu 2
Y2
= 3,39 m
Y2
= 3,39 < H2 = 2,7130 maka bagian Hilir tidak aman.
FR
= 5,141 < 4,5
Maka memakai kolam USBR type III KP-02 hal 59
Menentukan UP lift Preassure
Keadaan yang paling berbahaya digunakan sebagai dasar menghitung tebal lantai belakang
adalah apabila ruang belakang tidak ada airnya sehingga Up Lift Preassure hanya ditahan oleh
lantai belakang. Aturan untuk Up lift Preassure dihitung :
P x = H x . L x /L . ΔH
Dimana :
Px
= gaya angkat pada x (kg/m2)
L
= panjang total bidang kontak dan bendung sampai x (m)
ΔH
= Beban tinggi energi (m)
Hx
= Tinggi energi diatas bendung (m)
Panjang n pemberat maksimum dan yoniciro untuk Up Lift
M = 2,74 x q0,61
Dimana :
M
= dalamnya penggerusan
q
= debit aliran m lebar (m3/dt)
panjang Cut Off (m)
M = 2,74 x 5,240,61
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
9. = 7,5256 m
Gaya angkat ( Up Lift )
Lx
= 5,05 x tg 45
L = H1 + h
= 5,05 x 1
= 5,05 m
Px
= 1,875 + 2,712
= 4,58 m
= 5,05 x 5,05/5,58 x 1,873
= 2,987 kg/m
Panjang lantai muka dihitung dengan metode lone, yaitu bidang kemiringan g lebih curam dari
45 derajat dianggap vertikal, dan yang kurang dari 45 derajat dianggap horizontal, jalur vertikal
dianggap memiliki daya tahan aliran 3 kali lebih kuat dari pada jalur horizontal, maka dipakai
rumus :
CL x H
= ∑ Lv + 1/3 ∑ Lh
Dimana :
CL
= Angka embesan Lone ( kerikil halus a,d)
∑ Lv = Jumlah panjang vertikal (m)
∑ Lh = Jumlah panjang Horizontal (m)
H
= Beda tinggi muka air (m)
CL x H
= 4 x 5,05 m = 20,2 m
∑ Lv
= 3,50 + 1,677 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,677 + 4
= 18,354 m
∑ Lh
= 1,5 + 4,25 + 2,5 + 1,5 + 5 + 1,5 + 4,75 + 1,5
= 22,50 m
∑ Lv + 1/3 ∑ Lh
= 18,354 + 1/3 . 22,50
= 25,83 m
Jadi CL x H < ∑ Lv + 1/3 ∑ Lh
20,2 m < 25,85 m
Karena jumlah panjang vertikal ditambah 1/3 jumlah panjang horizontal lebih besar harganya
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
10. daripada hasil kali dengan rembesan lone dengan beda tinggi muka air, maka kita bisa menahan
lantai muka air dahulu.
Menentukan Debit Saluran
1
Data luas daerah irigasi yang dialiri pada sebelah kanan dan kiri
2
Kebutuhan air untuk tanaman padi
3
Debit pengambilan
= 1000 Ha
= 1,18 l/dt/ha
= 0,383 m3/dt
Untuk mendimensi saluran ada beberapa unsur, disini dipakai Rumus Striky
q
=VxF
V
= K x R2/3 x I1/2
Dimana :
q
= Debit saluran (m3/dt)
v
= Kecepatan aliran (m/dt)
I
= Kemiringan dasar saluran
R
= jari-jari Hidrolis (m), dimana R = A/O
O
= Keliling basah (m)
Perhitungan :
O = 0,383 m3/dt
Berdasarkan tabel KP-02 hal 125 didapat:
m
= 1,0
n
= 1,0
K
= 35
Menurut Lacey dalam teori and Design of Irigation Structure kecepatan pengaliran pada suatu
saluran dengan jenis arah tertentu.
Q. f 2
140
V=
Dimana :
Q
= Debit rencana saluran (m2/dt)
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
11. f
= Silf Fouster (untuk clay F = 0,4)
Maka dapat dihitung :
= h2 (m + n)
F = b . h + m . h +2
= h2 (1,0 + 1,0)
= 2h2
O = b + 2 .h
1 + m2
2
= h (n + 2 1 + m )
2
= h ( 1 + 2 1+1 )
= 3,82 h
R=
F
2h 2
=
O 3,82h
= 0,52 h
Q. f 2
140
V=
0,383.0,4 2
140
=
= 0,275 m/dt
Q
V = f 0,275
0,383
2
= 2h
H2
= 0,696
H
= 0,834 0,8 m
Maka :
H
= 0,8 m
b
= n . h = 1,0 . 0,8
= 0,8 m
F
= 2h2
= 2 . (0,8)2
= 1,28 m
R
= 0,52 h
= 0,52 x 0,8
= 0,416 m
Rumus Manning :
V
= K x R2/3 x I1/2
0,275 = 35 x 0,4162/3 x 11/2
11/2
0,275
2/3
= 35.0,416
1= 0,0001
Tinggi jagaan (w)
= 0,2 x 0,15 x Q1/2
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
12. = 0,2 x 0,15 x 0,3831/2
= 0,308 m
Perhitungan pintu Pengambilan kanan
Diketahui Q pengambilan = 0,383 m3/dt
Tinggi ambang diambil im dari elevasi dasar bendung karena sungai mengangkut pasir dan
kerikil.
Dengan kecepatan air v = 1,00 m/dt ditetapkan butir-butir berdiameter 0,01 s/d 0,04m dapat
masuk, untuk itu diambil rumus :
Q
= µ .b.a 2 .g .z
Dimana :
Q
= Debit (m3/dt)
µ
= Koefisien debit untuk bukaan dibawah permukaan air dengan
kehilangan energi kecil µ = 0,80
b
= lebar bukaan, n
a
= tinggi bukaan, m
g
= percepatan gravitasi (g=9,8 m/dt)
z
= kehilangan tinggi energi pada bukaan (0,15 m)
maka :
Ap=0,796
b = 0,517
b
= 0,8 a
Q
= 1,2 Q p = 1,2 x 0,383 = 0,459 m3
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
13. Q
a.b
=
µ 2 gz
0,459
a.0,8.a
= 0,8 2.9,8.0,15
0,8 a2
= 0,3346 a = 0,646
Bp
= (b + 0,15)(0,517 + 2. 0,15)
= 0,817 m
ap
= (a + 0,15) = (0,646 + 0,15) = 0,796 m
b
= 0,8 a
= 0,8 x 0,646
= 0,517
Jadi digunakan pintu pengambilan dengan lebar = 0,817 m dan tinggi = 0,796 m, Untuk lebar
pengambilan utama (w) = lebar pembilas/0,6
= 5/0,6 = 8,33 m
Perhitungan pintu pembilas
Dalam rencana pintu pembilas direncanakan 3 buah terletak disebelah kanan mercu, sedangkan
untuk lebar bangunan pembilas diambil dengan harga :
1 1
=
6 10 dari lebar sungai pada as bendung
L pbl = 1/6 . 60 = 10 m
Maka : 10/3 = 3,33 m
Lebar pintu pembilas
Dipergunakan pintu pembilas dengan lebar masing – masing 1 pintu = 2,5 m dengan
menggunakan 2 pilar a = 1 m. Untuk tinggi pintu pembilas sama dengan tinggi bendung
ditambah dengan 0,5 m
Jadi elevasi dinding pemisah (Edp)
Edp
= +125,05 + 0,5 = 125,55 m
Sedangkan untuk elevasi dasar pintu direncanakan 0,5 m dari mercu
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
14. Jadi elevasi dasar pintu pembilas (Epp)
Epp = + 120,00 – 0,5 = 119,5 m
Kecepatan aliran yang digunakan untuk menghanyutkan semua sedimen yang terbawa air sungai
mengendap didepan pintu pengambilan diambil dengan rumus :
Vc = 1,5. C.d1/2
Dimana :
Vc
= kecepatan kritis yang diperlukan untuk pembilasan (m/dt)
C
= Koefisien yang tergantung dari bentuk sedimen (5,5)
d
= diameter maksimum butir (0,10 m)
maka:
Vc = 1,5 . 5,5 (0,10)1/2
= 2,609 m/dt
Jadi debit yang diperlukan untuk pembilasan
Q min
Vc 3 (2,609) 3
=
= 1,812
9,8
= g
m3/dt
Pintu terbuka penuh
Kecepatan aliran adalah :
V = c.
2 gz
Dimana :
V
= kecepatan aliran (m/dt)
P
= Tinggi muka air (125,05 – 119,5) = 5,55 m
C
= koefisien (0,75)
Z
= 1/3.P = 1/3. 5,55 = 1,85 m
Maka :
2.9,8.1,85 = 4,275 m/dt
V
= 0,75 .
Vc
=v
2,609
= 4,275 m/dt
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
15. PERHITUNGAN KANTONG LUMPUR
Tujuan : pengendapan pasir atau lumpur agar tidak masuk kehilangan energi dalam saluran,
sebab bila pasir atau lumpur terbawa masuk dalam saluran akan mengakibatkan terjadinya
pengendapan.sehingga mengurangi kapasitasnya. Kriteria dan bentuk Hidrolis :
1. Pembilasan dilaksanakan secara hidrolis
2. Perhitungan kemiringan dasar kantong lumpur dan besar debit pembilas ditentukan
dengan memperhatikan bahwa kecepatan rata-rata dapat menimbukan tumbuhnya
vegetasi atau pengendapan partikel-partikel lempung.
3. Besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis, karena kecepatan super
kritis akan mengurangi efektifitas proses pengambilan.
4. Panjang kantong lumpur ditetapkan sedemikian rupa sehingga cukup waktu untuk
mengendapkan butiran.
Gambar potongan memanjang kantong lumpur
Diasumsikan ukuran butiran sedimen = 0,67 mm
Direncanakan pembilasan dilakukan 1x seminggu (T)
T = 7 hari
= 7 x 24 x 3600
= 604800
Kebutuhan pengambilan (Qn) = 5,120 m3/dt
Volume kantong lumpur (V) = 0,0005 x Qn x T
= 0,0005 x 5,120 x 604800
= 1548,288
Luas permukaan rata-rata (Lb)
Qn
= w
Dimana :
Qn
= Kebutuhan pengambilan (m3/dt)
W
= kecepatan endapan partikel sedimen (m/det)
¢ partikel = 0,007 mm
Berdasarkan buku petunjuk perencanaan irigasi bagian penunjang halaman 64 kecepatan
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
16. endapan w dapat dibaca pada gambar 3.5, karena di indonesia dipakai suhu air sebesar 200 C
dengan diameter 0,07 mm, kecepatan endap w menjadi 0,004 m/dt. Maka :
0,383
Qn
Lb = w Lb = 0,004 = 95,75 m2
Dari KP-02 hal 141 diperoleh :
L/B > 8 maka, dapat dihitung B dan L
Lb = 95,75 m2
Lb > 8
L>8b Lb= 95,75
8b2 = 95,75
95,75
8
b<
b< 3,459
b dipakai 3,46 L>8b
L>8. 3,46
L>27,68 m
Jadi b <3,46 m dan L>27,68 m
Menentukan tinggi P
Dari grafik 3.8 hal 68 Kp penunjang, untuk d = 0,007 m diambil kecepatan kritis Vcr didaerah
bergerak = 0,015 m/dt.
Vcr = ghz
I1/2 =
1
P
=
v
gh
0,015
9,8.0,8 = 2,8 x 10-5
= 1 x 1 = 2,8 x 10-5 . 27,68 = 7,7 . 10-4 = 0,7 m
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
17. Menentukan kolam pengendap
V
= 0,399 m/dt
Q
= 0,383 m2/dt
A
Q 0,383
=
= 0,959
= v 0,399
m2
A
= (b + h).h
0,959 = (0,8 b + 0,82)
b
0,959 − 0,64
= 0,398
0,8
=
m
o
= b + 2h
1 + m2
= 0,398 + 2.0,8
1+ 12
= 2,66 m
R
A 0,959
=
= 0,360
= O 2,66
m
11/2
v
0,399
=
= 5,07.10 −4
2
35.0,360
= k .R
Sand Trap Kanan ( Cara II)
Diketahui :
Q pengambilan = 0,383 m3/dt
σ bazin pasang batu = 0,46
h = 0,8 m
b = 0,398 m
Ap
= h ( b + m.b)
= 0,8 ( 0,398 + 1.0,8)
= 0,958 m
Pp
= b + 2h
m 2 + 12
= 0,398 + 2.0,8
1 + 1 = 2,66 m
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
18. Rp
Ap 0,958
=
= 0,360
pp
2,00
=
C Bazin
87
87
=
σBazin
0,46
1+
1+
pp
0,36
=
V
Qp 0,398
=
= 0,399
= Ap 0,958
V
=c
R.I
v
0.5 1 / 2
c.R
I pengambilan =
0,399
0.5
49,254.0,36
=
= 1,8 x 10-4
Perhitungan Pembilasan
Q pembilasan = 1,2 x Q pembilasan
= 1,2 x 0,383
= 0,459 m3/dt
b = 0,398 m
V pembilasan = 2,75 m/dt
Ap
Ap 0,459
=
= 0,166
v
2,75
=
Ap 0,166
=
= 0,419
0,398
h pembilasan = b
m
h kritis
Q 2 (b + 2m.hkr
3
g (hkr )
=
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
19. R2 b
= 3
b
Tembok tegak = m = 0 -------------- = g
Cheek untuk = 1.1
h kritis
1,1.(0,459) 2 .0,398
3
= 0,530m
9,8.(0,398)
=
h kritis
= 0,530 m
h pembilasan = 0,419 m
Jadi pengaliran dalam keadaan meluncur
P
= b + 2.h pembilas
= 0,398 + 2.0,419
= 1,236 m
Perhitungan Pintu Pembilas ( 3 pintu )
Perhitungan satu pintu
Daun pintu dibuat dari balok kayu Mutu A dengan kelas kuat I
= 100 kg/cm2, lumpur dianggap setinggi mercu bendung dengan γ = 1,8 t
σ TK
0
= 300
Ka
= tg2 (450-0/2) = tg2 (45o- 30/2)
= 0,333
Tekanan balok bawah :
Akibat air
= 0,15 (1,873 + 5,05 )1000
= 1038,45 kg/m
Akibat lumpur = 0,15 (1800 – 1000) x 2 x 0,333
q
f
= b + (2.t/2)
2
m
= 1/8 q l
w
= 1/6 . b . h2
=
79,91 kg/m
= 1118,36 kg/m
= 1,5 + (2 x 0,25/2)
2
= 1,75 m
= 1/8 x 1118,36 2
= 559,18 kg/m
= 1/6 x 15 x 252
= 1562,5 cm3
M
σ > w
55918
100 = 1562,5
100 = 35,7648 kg/cm2 ( aman )
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
20. A
q 0,459
=
= 0,166m
v
2,75
=
R
A 0,166
=
= 0,134m
= p 1,236
C
87
= 38,553
1 + 0,46 / 0,134
=
[
1 pembilas
]
v2
2,752
=
= 0,0379
c 2 R 38,5532.0,134
=
Hitungan diameter stang pengangkat pintu
Daun pintu terbuat dari kayu kelas kuat II dengan berat kayu σ b = 0,75 t/m3
Besar pintu :
Balok kayu
= 4,2 x 0,25 x 750
= 1500 kg
Plat besi
= 0,1 x 0,015 x 2 x 5,11 x 7800
= 119,574 kg
= 0,07 x 0,015 x 2 x 4
= 65,52 kg
Perkiraan stang ulir
= 500 kg
g----------- = 2185,095 kg
Stabilitas bendung
Gaya – gaya yang bekerja pada bendung
1. Akibat berat sendiri
Gaya
= Tinggi x lebar x berat jenis beton
(Untuk bendung segitiga dikalikan ½)
Momen
= Gaya x lengan
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
22. 3. Akibat Gempa
Gaya gempa
Kode
= gaya x Koefisien Gempa
Koefisien
Gaya
Gaya
Lengan Momen
Gempa(m)
(ton)
gempa(t/m3)
(m)
(t/m)
G1
0,15
28,215
4,22
4,275
18,092
G1
0,15
54,673
8,201
3,850
31,573
G1
0,15
1,238
0,186
1,000
0,185
G1
0,15
8,250
1,238
0,750
0,928
4. Akibat Endapan lumpur
Endapan lumpur dianggap setinggu mercu bendung = 5,05 m
W
= 1000 kg/m3
S
= 1800 kg/m3
θ
= 300
Ka
= 0,333
Gaya Horizontal
= 0,5 x 5,052 x (1800-1000) x 0,333
= 3366,33 kg
Lengan
= 5,183 m
Momen
= Gaya horizontal x lengan
= 3366,33 x 5,183
= 17447,608 kg/m
= 17,4476 ton/m
5. Gaya akibat tekanan Tanah aktif
Asumsi yang timbul γ sub = 1,599
γ w = 1 t/m3
ϑ
= 100
C
= 0,0300
Ka
= 0,704
a. Pada keadaan Air Normal
Beban diatasnya :
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
23. q
=hxw
σ a1
= q x Ka x 2c x
= 5,05 t/m2
= 5,05 x 1
ka
= 5,05 x 0,704 – 2 x 0,03
0,704
= 3,556 – 0,05
= 3,505 t/m2
σ a2
(
)
= γ sub − γ w x t x ka
= (1,599 – 1) x 3,5 x 0,704
= 1,476 t/m2
Kode
Uraian
Gaya (t)
Lengan (m)
Momen (m)
Pat 1
3,505x3x5
12,268
1,750
21,468
Pat 2
0,5x1,476x3,5
2,583
1,167
3,015
b. Pada keadaan Air Normal
Beban diatasnya
q
=hx γ
σ a1
= q x Ka x 2c x
w
= (5,05 x 1,87) x 1
= 6,92 t/m2
ka
= 6,92 x 0,704 – 2 x 0,03
0,704
= 4,872 – 0,05
= 1,476 t/m2
σ a2
= (γ sub − γ w ) x t x ka
= (1,599 – 1) x 3,5 x 0,704
= 1,476 t/m2
Kode
Uraian
Gaya (t)
Lengan (m)
Momen (m)
Pat 1
4,822x3x5
16,877
1,750
29,534
Pat 2
0,5x1,476x3,5
2,583
1,167
3,015
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
24. 6. Up Lift Pressure
Px – Hx – Lx/L : ∆ H
Dimana :
Px = Gaya angkat pada x (kg/m2)
L
= Panjang kotak bendung dan tanah bawah (m)
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m)
Hx = Tinggi energi dihulu bendung (m)
a. Pada Keadaan Air Normal
No
Hx
Lx
L
∆H
Px
A
5,05
0
28,55
2,712
5,05
B
8,55
3,5
28,55
2,712
8,182
C
8,55
4,66
28,55
2,712
8,130
D
7,05
5,667
28,55
2,712
6,455
E
7,05
7,094
28,55
2,712
6,306
F
8,55
8,594
28,55
2,712
7,649
G
8,55
9,427
28,55
2,712
7,561
Momen Up Lift Pressure pada kondisi normal dititik x
No
Uraian
Gaya
Gaya
Lengan
Momen
Titik
Gaya
Vertikal
Horizontal
(m)
(kgm)
A–B
0,5x3,5x(5,05+8,182)
B–C
0,5x1,5x(8,182+8,130)
C–D
23,1566
1,458
33,762
12,2342
8,675
106,130
0,5x0,75x(8,130+6,455)
5,470
7,613
41,643
D -E
0,5x3,8x(6,455+6,306)
24,246
5,083
123,242
E–F
0,5x2,0x(6,306+7,649)
0,75
10,466
F–G
0,5x1,5(7,679+7,561)
1,25
14,260
13,955
11,408
53,357
37,111
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
329,503
25. b. Pada Keadaan Air Banjir
No
Hx
Lx
L
∆H
Px
A
5,05
0
28,55
2,712
5,05
B
8,55
3,5
28,55
2,712
8,182
C
8,55
4,66
28,55
2,712
8,130
D
7,05
5,667
28,55
2,712
6,455
E
7,05
7,094
28,55
2,712
6,306
F
8,55
8,594
28,55
2,712
7,649
G
8,55
9,427
28,55
2,712
7,561
Momen Up Lift Pressure pada kondisi normal dititik x
No
Uraian
Gaya
Gaya
Lengan
Momen
Titik
Gaya
Vertikal
Horizontal
(m)
(kgm)
A–B
0,5x3,5x(7,76+10,691)
B–C
0,5x1,5x(10,691+10,61)
C–D
32,290
1,458
47,08
15,976
8,675
138,592
0,5x0,75x(10,61+8,839)
7,293
7,613
55,522
D -E
0,5x3,8x(8,839+8,609)
33,151
5,083
168,507
E–F
0,5x2,0x(8,609+9,644)
0,75
13,690
F–G
0,5x1,5(9,644+9,508)
1,25
17,955
18,253
14,364
70,784
50,543
441,346
Stabilitas Bendung Pada Keadaan Air Banjir
1. Terhadap Guling
a. Momen Tahanan
Beban sendiri
= 495,76
tm
Up Lift Pressure
= 0,380
tm
----------------MG
= 495,388
tm
b. Momen Guling
Tekanan Lumpur
= 17,488
tm
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
+
26. Tekanan air
= 89,879
tm
Tekanan Tanah
= 32,549
tm
Up Lift
= 0,060
tm
Akibat Gempa
= 50,780
tm
--------------------MG
= 190,716
tm
+
MT 495,388
=
= 2,597 > 1,5
MG 190,716
Syarat Keamanan =
OK
2. Terhadap Geser
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri
= 92,376
ton
Tekanan air
=-
Up Lift Vertikal
= 0,053
ton
------------------ v
= 92,323
ton
Tekanan Lumpur
= 3,36
ton
Tekanan Air
= 14,219
ton
Tekanan tanah
= 19,465
ton
Up Lift Horizontal
= 0,050
ton
Akibat gempa
= 13,847
ton
--------------- H
= 50,846
ton
-
b. Gaya Horizontal
+
F .V 0,75.92,323
=
= 1,361 > 1,25
H
50,846
-Aman
Syarat Keamanan =
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
27. Stabilitas Bendung Pada Keadaan Air Normal
1. Terhadap Guling
a. Momen Tahanan
Beban sendiri
= 495,768
tm
Up Lift Pressure
= 0,285
tm
----------------MG
= 495,485
tm
+
b. Momen Guling
Tekanan Lumpur
= 17,488
tm
Tekanan air
= 66,09
tm
Tekanan Tanah
= 24,483
tm
Up Lift
= 0,044
tm
Akibat Gempa
= 56,780
tm
--------------------MG
= 164,845
tm
+
MT 495,485
=
= 3,005 > 1,5
Syarat Keamanan = MG 164,845
2. Terhadap Geser
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri
= 92,376
ton
Tekanan air
=-
Up Lift Vertikal
= 0,053
ton
------------------ v
= 92,323
ton
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG
-
OKE
28. b. Gaya Horizontal
Tekanan Lumpur
= 3,36
ton
Tekanan Air
= 12,751
ton
Tekanan tanah
= 14,851
ton
Up Lift Horizontal
= 0,037
ton
Akibat gempa
= 13,847
ton
--------------- H
= 44,846
ton
+
F .V 0,75.92,323
=
= 1,544 > 1,25
44,846
Syarat Keamanan = H
-Aman
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)
UNTAG SEMARANG