3. SEKILAS SIMPUS JOJOK
• Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
• Lebih dikenal sebagai SIMPUS Jojok
• Mulai dikembangkan tahun 2001
• Pernah diimplementasikan di 500 lebih puskesmas
• Pengguna aktif 344 puskesmas
• Pengguna aktif dengan bridging PCare 131
puskesmas
4. KODE DATA DALAM SIMPUS
• Tidak memaksakan penggunaan kode data
tertentu, terutama untuk kode data medis.
• Mempersilakan pengguna (DKK dan puskesmas) untuk
menentukan sendiri kode data yang akan
digunakan.
• Tim SIMPUS hanya membantu memasukkan ke dalam
database, dan menyediakan fitur pengelolaannya di
dalam SIMPUS.
7. • Tidak ada keserAgaman kode data
• Adanya kebebasan - dalam kadar tertentu - untuk
mengubah kode data, baik di tingkat DKK ataupun
juga puskesmas (!)
FAKTA LAPANGAN
SEBELUM BRIDGING
Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin (diare)
PCare: A09 Kab. A: 0105vs Kab. B: 0102vs Kab. C: 005vs
8. • Ada kode data standar de facto
FAKTA LAPANGAN
SETELAH BRIDGING
Apakah sesuai dengan kode data standar Pusdatin Kemkes?
10. MASALAH TERKAIT KODE DATA BPJS
1. Deskripsi diagnosis ditulis dalam bahasa Inggris
A00.0 Cholera due to Vibrio cholerae 01, biovar cholerae
A00.1 Cholera due to Vibrio cholerae 01, biovar eltor
A00.9 Cholera, unspecified
A01.0 Typhoid fever
A01.1 Paratyphoid fever A
... ...
11. MASALAH TERKAIT KODE DATA BPJS
2. Kode data diagnosis dan obat terlalu banyak, (diagnosis:
14.675 item; obat: +/- 1.000) menimbulkan kesulitan:
• menyulitkan tenaga medis menentukan mana
yang dipilih (ketika menginput data) =>
memperlama waktu pelayanan
• rekapitulasi data penyakit cenderung
menyebar
• harus melakukan klasifikasi ulang penyakit
menular
12. MASALAH TERKAIT KODE DATA BPJS
3. Mapping dengan kode data lama: kode data terlalu
banyak, SDM berkompeten minim (atau malah
tidak ada).
0102 Diare
A09 Diarrhoea and gastroenteritis
of presumed infectious origin
K59.1 Functional diarrhoea
T47.6 Poisoning by antidiarrhoeal drugs
Y53.6 Adverse effects in the therapeutic use
of antidiarrhoeal drugs
13. MASALAH TERKAIT KODE DATA BPJS
4. Kode data poli rancu.
5. Mekanisme update kode data (jika nantinya terjadi)
belum diketahui.
15. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
1. Pentingnya keberadaan kode data standar, yang
disertai dengan sistem validasi (tidak sesuai
standar, kode data ditolak).
16. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
2. Perlu disediakan akses ke kode data standar, terutama
bagi pengguna dan pengembang SIK (contoh: dvlp.bpjs-
kesehatan.go.id:9080/pcare-rest-dev/).
17. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
3. Perlu disediakan demo server, sebagai sarana uji
interoperabilitas.
4. Perlu disiapkan mekanisme update kode data standar.
18. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
5. Perlu dipertimbangkan agar mekanisme bridging cukup sederhana
sekaligus memadai untuk segala variasi kemampuan SDM dan
ketersediaan infrastruktur puskesmas.
19. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
6. Jika ingin mengimplementasikan bridging secara
realtime, ini faktor yang perlu dipertimbangkan:
• Kesiapan hardware: komputer, listrik, stabilitas
jaringan internet
• Kesiapan software
• Kesiapan SDM: untuk maintenance, kepedulian
pada kualitas data
• Kesiapan SOP: antisipasi jika
terjadi hal di luar alur normal
20. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
7. Pengiriman data tunda (sekali sehari misalnya) lebih sesuai
dengan kondisi kebanyakan puskesmas.
21. PELAJARAN DARI BRIDGING DENGAN BPJS
8. Perlu ada technical support untuk pengembang SIK:
• untuk menjawab persoalan teknis
• memandu proses bridging
• menerima laporan jika terjadi gangguan teknis