2. Siapa Dipa Nusantara Aidit? Masih ingat
dengan Gerakan 30 September? Betul sekali. Peristiwa
yang lebih umum dikenal G-30-S/PKI itu, katanya
dimotori oleh partai komunis satu-satunya yang
pernah berdiri di Indonesia.
Saat tragedi itu terjadi, PKI
berada di bawah kepemimpinan Dipa
Nusantara Aidit, atau buku teks
sejarah biasa menyingkatnya dengan
nama D. N.Aidit.
3. Meskipun ia seorang Marxis dan anggota
Komunis Internasional (Komintern), Aidit
menunjukkan dukungan terhadap
paham Marhaenisme Soekarno dan membiarkan
partainya berkembang. Ia berhasil menjadi
Sekjen PKI, dan belakangan Ketua.
Di bawah kepemimpinannya, PKI
menjadi partai komunis ketiga terbesar di
dunia, setelah Uni Soviet dan RRC. Ia
mengembangkan sejumlah program
untuk berbagai kelompok masyarakat,
seperti Pemuda Rakyat, Gerwani,
Barisan Tani Indonesia (BTI),Lekra, dan
lain-lain.
4. Dalam kampanye Pemilu 1955, Aidit dan PKI
berhasil memperoleh banyak pengikut dan dukungan
karena program-program mereka untuk rakyat kecil di
Indonesia. Dalam dasawarsa berikutnya, PKI menjadi
pengimbang dari unsur-unsur konservatif di antara
partai-partai politik Islam dan militer.
Berakhirnya sistem parlementer
pada tahun 1957 semakin meningkatkan
peranan PKI, karena kekuatan ekstra-
parlementer mereka. Ditambah lagi
karena koneksi Aidit dan pemimpin PKI
lainnya yang dekat dengan Presiden
Sukarno, maka PKI menjadi organisasi
massa yang sangat penting di Indonesia.
5. Aidit, PKI dan Demokrasi Terpimpin
Ketika kembali ke Indonesia pada awal 1950-an.
Situasi Indonesia sudah sejak jauh berbeda. Sukarno
membuka pemahaman rekonsiliasi terhadap seluruh
komponen yang ada dalam kehidupan bernegara dari
kelompok ideology manapun, untuk
mempertahankan bersama keutuhan dan
kemerdekaan negeri ini dari rongrongan neo-
kolonialisme dan imperialisme (Nekolim).
6. Anjuran Sukarno tersebut, membuka
ruang bagi tokoh-tokoh PKI muda untuk
membangun kembali organisasinya. PKI yang
sempat dibangun oleh tokoh tua, Alimin dan
Pono. Kemudian berhasil direbut oleh tokoh
yang lebih muda: Aidit, Nyono, Waluyo dan
lain lain. Jabatan tertinggi dalam kepartaian
yaitu Sekretaris Djendral dipegang oleh D.N
Aidit.
7. Lewat pola pengorganisasian yang rapi dan
terkoordinasi, PKI dengan cepat dapat memperluas
keanggotaannya. Terlebih, ketika itu PKI adalah satu-satunya
partai yang selalu mengambil bagian terdepan untuk
membela kepentingan masyarakat yang termarjinalkan,
sebagaimana issue land reform yang menjadi issue
utamanya pada era 60-an.
Selain itu dukungan secara
tidak langsung Sukarno terhadap
partai ini, membuat daya tarik
sendiri bagi masyarakat luas.
Secara garis besar dukungan atau
simpati Sukarno tampak, karena
PKI lah satu-satunya partai yang
terdepan dalam mendukung setiap
kebijakan presiden.
8. Secara meyakinkan apa yang dilakukan Aidit menuai
keberhasilan dalam PEMILU 1955. PKI dibawah Aidit telah
membuktikan bahwa partainya menjadi salah satu dari
empat kekuatan besar di Indonesia, mengalahkan PSI
Sjahrir, IPKI-nya Nasution atau Murba warisan Tan Malaka.
Hasil ini secara meyakinkan kembali meningkat dalam
PEMILU 57, dimana didaerah jawa PKI mendapat suara
peringkat pertama mengalahkan PNI, NU dan. Masjumi.
9. Menjelang 65, kekuatan PKI dan Aidit, bisa
dikatakan sudah berada diatas angin. Musuh ideologis yang
non-kompromis terhadap mereka yaitu PSI, Masyumi dan
Murba sudah dibubarkan. Dengan demikian jalan
perebutan kekuasaan secara kompromis lewat parlemen
yang legal, amat terbuka lebar bagi PKI.
Apalagi saat itu Presiden
Soekarno bertindak seakan-akan
pelindung bagi PKI. Baik itu lewat
konsepsi revolusi dua tahapnya,
ataupula lewat proyek Dwikora dan
konfrontasi dengan blok kapitalis
yang semakin menjadi-jadi.
10. Posisi PKI yang saat itu sudah amat
diuntungkan, akhirnya berakhir dengan peristiwa G
30 S. Peristiwa G 30 S yang diduga atau dituduhkan
dilakukan oleh PKI, anehnya justru berdampak
buruk bagi perkembangan PKI sendiri. Peristiwa ini
menjadi alasan bagi penghancuran serta
pembunuhan terorganisir kader dan simpatisan PKI
oleh tentara. Dan terbesar tentunya bagi
pemarjinalan secara politis PKI dari panggung
politik di Indonesia untuk selamanya.
11. D. N. Aidit dinyatakan sebagai orang yang
paling bertanggung jawab atas G-30-S/PKI oleh
pengadilan tinggi militer Indonesia saat itu. Ibarat nila
setitik, rusak susu sebelanga. Saat itu PKI merupakan
partai yang termasuk ke dalam empat besar dalam
pemilihan umum. Sedang berada di atas daun.
Aidit sebagai tokoh nomer
wahid PKI, tak lepas dari proses
penghancuran itu. Walau
keterlibatannya tidak secara jelas
dapat dibuktikan oleh lembaga
peradilan -karena semuanya masih
samar-.
12. Aidit harus rela menyusul amir Syarifuddin,
Maruto Darusman, Musso, orang-orang yang
menjadi panutan dan telah mendahuluinya
ditangan tentara. Ada orang yang bergembira atas
kematiannya, ada juga yang menangisinya.
Tokoh kemerdekaan dan pembangunan
Indonesia yang demokratis-kerakyatan itu, akhirnya
harus merelakan darahnya menjadi tumbal
bangsanya ditangan tentara pancasila.