2. Mengapa perlu revitalisasi?
Benarkan perlu revitalisasi?
Apa yang harus direvitalisasi?
Darimana kita harus mulai? Isunya?
Organisasinya?
Apa peluang & tantangannya?
dst
3. Senior GMKI melihat:
GMKI agaknya juga gagap menanggapi
berbagai persoalan negeri ini: ancaman
korporatokrasi & kebangkitan radikalisme-
fundamentalisme agama
Institusi sosial termasuk NGO juga belum
mampu menunjukkan dampak kerja yang
signifikan
Partai politik, apalagi hanya fokus dengan
perebutan kekuasaan.
Institusi agama apalagi....
Jadi???
5. 1. Kondisi sosial-politik bangsa yang seperti
benang ruwet
2. Pengalaman posisi & reposisi NGO, perlu
reposisi lagi?
3. Pengalaman kegagalan aktifis NGO yang
masuk ke dalam struktur pemerintahan:
then what?
4. Problem klasik NGOs Vs CS movement
5. Reformasi is going backward!
7. Ineffectivity & Inefficiency of the government
Democracy atau Democrazy?:
Kebangkitan fundamentalisme agama (setback di
banyak aspek: intolerant, diskriminatif
gender, homophobia)
Politisasi agama: agama mjd komoditas politik sesaat
(e.g. produk UU berbasis isu agama
rame, menegangkan dalam proses usulan & draft
RUU, tetapi dilupakan setelah diketok)
Pluralisme Vs Sektarianisme/ bhinekat unggal ika Vs
Tirani Mayoritas
Menguatnya kelompok garis keras agama OR
engineered organized social terror? Kasus Irshad
Manji, GKI Taman Yasmin, HKBP Filadesfia
Bekas, waisak di Temanggung, Lady Gaga, dll
8. 1. amuk massa sebagai trend
2. Public distrust-> ketidakpercayaan
masyarakat terhadap lembaga-lembaga
negara, baik di eksekutif, legislatif dan
yudikatif
3. eskalasi politik menuju 2014,
4. tradisi kekerasan yang semakin marak
5. efektifitas pemerintahan yang lemah
9. Konteks Indonesia:
Kejatuhan Suharto –legitimasi peran NGO di Indonesia.
Kejatuhan Suharto awal reposisi strategi pendekatan
gerakan/program yang dilakukan banyak NGO dari oposisi
penuh ke arah kemitraan kritis atau bahkan kemitraan
penuh.
Era Reformasi, jauh panggang dari pada api:membawa
dinamika dalam per-NGO-an -- “on going reposition”
Konteks Global:
Gempuran habis2an kapitalisme
, neoliberalism, korporatokrasi Vs Runtuhnya paham
sosialisme murni, membuat kita harus berpikir keras
mengenai reposisi ideologi NGO karena dunia sudah tidak
lagi bisa dibagi dalam hitam-putih
Krisis global, krisis resources: suka tidak suka, uang
menggerakkan roda pergerakan, krisis uang membawa
reposisi strategi organisasi
10. Baikyang massive: 1998-1999
Maupun yang individual setelah itu
Something is wrong, but what???
- Kualitas manusia aktifisnyakah?
- Support systemnyakah?
- Ideologinyakah?
11. There is no peasant movement melainkan
peasant union formed by NGO
there is a few urban movement, tetapi
jumlahnya terlalu kecil dibanding dengan
urban union versi NGO atau pun paid floating
masses, yang melakukan sesuatu based on
order.
Belum maksimalnya upaya sinergi antar
NGO, organisasi sipil lain (masih banyak yang
donor based atau donor influenced, not to
say donor driven)
12. Wajah masyarakat sipil kita
bopeng: religious
intolerrant, permisive thd
korupsi, rentan thd rumor
sektarian, penuh kekerasan.
Negara & pemerintah absen dari
kehidupan masyarakat!!
- Kekerasan di mana-mana, polisi hadir tetapi sbg
penonton
- Street Justice yang bertindak
- Ekonomi autopilot
13. UU no 8/1985 ini merupakan peluang sekaligus
tantangan yang harus disikapi secara kritis dan
bijaksana.
Peluang: Ormas/CSO diakui dan dilindungi oleh
negara
Tantangan:
- pasal/ayat-ayat yang memberi kewenangan
intervensi pemerintah
- Ada pasal/ayat yang sebenarnya bisa dipakai
untuk membekukan/membubarkan ormas yang
terbukti mengganggu keamanan dan ketertiban
umum namun justru tidak pernah dipakai
14. Selain menjadi tantangan, absennya
pemerintah dan negara juga menjadi peluang
:
1. mendorong semangat keterlibatan kelas
menengah untuk melakukan transformasi
sosial
2. Lahirnya budaya filantropisme secara lebih
luas.
3. Memberi kita musuh bersama untuk
memulai sebuah gerakan bersama
15. Kebangkitan perempuan di hampir semua
aspek telah menandai lahirnya milenium
baru:
Membawa warna baru dalam gerakan civil
society: perspektif kepemimpinan, strategi
dan pendekatan fresh alternative
Potential partner untuk koalisi
16. Sangat beragam dengan interest dan agendanya
masing-masing
Semua mengklaim sebagai bagian dari Civil
Society, (padahal aksi dan tindakannya sangat
uncivil)- harus didefinisikan ulang atau
ditegaskan kembali definisi CS atau minimal
what ISN’T in CS (lihat Beittinger)
------ potensi: UNLIKELY TEMPORARY
COALITION (Meminjam proposal dari seorang
feminist Belanda)
17. arus informasi begitu pesat
Peluang: dalam kerja-kerja organisasi, advokasi.
Contoh: penggalangan solidaritas, petisi, mosi
tidak percaya, advokasi internasional bilateral G to
G, PBB, maupun international CSO*)
Tantangan: banyak amuk massa, konflik antar geng, konflik di
Ambon yg terakhir, terjadi hanya karena rumor atau pun
provokasi lewat sms yang tidak dicek kebenarannya.
Peluang: pendidikan kesadaran masyarakat
Tantangan: perspektif media bias kepentingan pemilik modal
Citizen Jurnalisme:
Peluang: memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan
media komunikasi sebagai bagian
Tantangan: sistem cek & ricek belum terbangun, rentan
18. 1. Dinamika civil society in Indonesia dalam
beberapa tahun terakhir pertumbuhan dan
dinamikanya sangat dipengaruhi oleh media
internet pada umumnya dan media sosial pada
khususnya.
2. Pertumbuhan media sosial sangat tinggi dalam
beberapa tahun terakhir didorong oleh makin
murahnya teknologi informasi & komunikasi.
3. Ada 2 tren besar: Pertumbuhan aktivisme Civil
Society & penggunaan internet dan media
sosial, namun link keduanya belum
maksimal, dimana terkait dengan gerakan civil
society harusnya centralnya adalah pelaku dan
bukan teknologi.
19. 4. Jaringan Civil Society merupakan konsekuensi dari aktifitas
sosial, --yg direncanakan maupun tidak-- yang penting harus
distrategize-kan baik secara internal organisasi maupun dalam
jaringan social movement. Artinya menyatu – terintegrasi
dalam perencanaan strategis organisasi dan bukan hanya
tindakan spontan dan sporadis saja.
5. Peluang tinggi bagi lahirnya sebuah masyarakat yang lebih
kohesif and partisipatoris dimana setiap pihak berinteraksi
bukan semata-mata berdarakan kepentingan sesaat melainkan
lebih berdasarkan pengetahuan (knowledge based) yang
difasilitasi oleh ICT.
6. Terfasilitasinya link: Think globally act locally maupun think
locally act globally secara cepat harus diintegrasikan ke
dalam sistem KM di organisasi.
Pertemuan Komisi I DPR –BIN, 31 Januari 2012 (http://www.seruu.com/pages/info/artikel/berikut-5-masalah-krusial-di-indonesia-versi-bin-dan-dpr)
One should notice that there is no equality but competion over resources in the case of stakeholder derives from capitalistic financial system; (Giddens)
What USC is: (Verena Beittinger-Lee, “Indonesia´s (un)civil society and the future of democracy”)the use of force, violence, and fraud to acquire power or political influence;• the pursuit of illiberal or anti-democratic agendas;• an undemocratic internal structure; • an ideological foundation that is opposed to liberal democratic values;• the lack of a “spirit of civility” (Whitehead 1997, p 100);• the absence of “commitment to act within the constraints of legal or pre-established rules” (Whitehead 1997, pp 100-101);• racism, intolerance, uniformity; and • illegality/criminal activities.
UEM, Representative of German Parliement on HRC will propose to the German Chancellor, A. Merkell to discuss thi issue with the Ind govt, to be reviewed at the UNHRC (jakarta Post, 18 May 2012)/// Dewan HAM PBB memastikan akan meminta keterangan Indonesia dalam sidang Dewan HAM di Geneva 23 Mei y.a.d.
Civil society movements and networks in contemporary Indonesia: The role of the Internet