2. Apakah kadar asam cuka yang tertera pada
label merek dagang DIXI sesuai dengan kadar
yang sebenarnya?
3. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk
menguji apakah kadar asam cuka yang
tertera pada label merek dagang dixi sudah
sesuai dengan kadar yang sebenarnya.
4. Kadar asam cuka yang sebenarnya lebih
rendah dari kadar yang tertera pada label.
5. Titrasi merupakan proses penentuan
konsentrasi suatu larutan dengan
mereaksikan larutan yang sudah ditentukan
konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam
basa adalah suatu titrasi dengan
menggunakan reaksi asam basa (reaksi
penetralan). Prosedur analisis pada titrasi
asam basa ini adalah dengan titrasi
volumemetri, yaitu mengukur volume dari
suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri,
1999).
6. Proses penentuan konsentrasi suatu larutan
dipastikan dengan tepat dikenal sebagai
standarisasi. Suatu larutan standar kadang-
kadang dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang
diinginkan, yang ditimbang dengan tepat,
dalam volume larutan yang diukur dengan
tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya
sedikit, disebut standar primer (Day, 1998).
7. Zat yang digunakan untuk larutan standar
primer, harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni
maupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
2. Harus stabil.
3. Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis
, sehingga tidak menyerap uap air, tidak
menyerap CO2 pada waktu penimbangan
(Sukmariah, 1990).
8. Larutan yang mempunyai konsentrasi molar
yang diketahui, dapat dengan mudah
digunakan untuk reaksi-reaksi yang
melibatkan prosedur kuantitatif. Kuantitas zat
terlarut dalam suatu volume larutan itu,
dimana volume itu diukur dengan teliti, dapat
diketahui dengan tepat dari hubungan dasar
berikut ini:
Mol = liter x konsentrasi molar
atau:
Mmol = ml x konsentrasi molar
9. Alat
Buret
statif
Erlenmayer
Gelas kimia
Pipiet tetes
Pipet volume
Corong
Gelas ukur
Labu ukur
Bahan
Larutan Sampel (Asam Cuka)
Larutan NaoH 0,990 N
Indicator PP
Aquades
Asam Oksalat
10.
11.
Titrasi 1
(VxN) asam oksalat = (VxN)NaOH
10 x 0.1 = 10 x N
N NaOH= 0,1 N
Titrasi 2
(VxN) asam oksalat = (VxN)NaOH
10 x 0.1 = 10,2 x N
N NaOH= 0,0980 N
Normalitas NaOH
(0,1 + 0,0980)N/2 = 0,0990 N
V as. oksalat V NaOH
10 10
10 10,2
12. Penetuak kadar asam cuka
Penentuan kadar asam cuka:
Mol NaOH = N. V NaOH
= 0,0990 x 49,47
= 4,89 mmol
Mol NaOH mol CH3COOH = 4,89 mol
Massa CH3COOH = mol x Mr
= 4,89 x 60
= 293,40 mg
V as. Cuka (ml) V NaOH (ml)
10 49,40
10 49.60
10 49,40
V rata rata = 10 ml V rata rata = 49,47
13.
Dalam 100 mL = 293,4 x 100/10
= 2934 mg
m = 1,05 x 10 gram
= 10,5 gram
=10500 mg
Kadar CH3COOH = 2934/10500 x 100%
= 27,98 %
14. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar
asam cuka DIXI apakah sama dengan kadar yang tertera di
label. Pertama dibuat dahulu larutan NaOH sebagai larutan
standar sekunder yang akan digunakan untuk mentitrasi
asam cuka. Caranya dengan melarutkan padatan NaOH
dengan aquades sampai volume 2,5 liter. Kemudian
distandarisasi dengan asam oksalat 0,1 N untuk
mengetahui apakah larutan NaOH memiliki normalitas 0,1
N atau tidak. Setelah dihitung pada bagian analisa data,
ternyata didapat normalitas larutan NaOH sebesar 0,0990
N.
NaOH disini merupakan larutan standar sekunder karena
sudah diketahui normalitasnya. Namun tidak bisa jadi
primer karena NaOH bersifat Hygroskopis dan
mengandung banyak zat pengotor. Berbeda dengan asam
oksalat yang bisa menjadi larutan baku primer karena
memenuhi syarat seperti yang dijelaskan di landasan teori,
antara lain tidak bersifat higroskopis, stabil, dan tidak
mengandung zat pengotor.
15. Langkah selanjutnya adalah mentitrasi asam cuka yang ingin
diketahui kadarnya menggunakan larutan standar NaOH 0,0990
N. Asam cuka sebelumnya diencerkan 10 kali baru setelah itu
diambil 10 mL dan ditambah indikator PP 2 -3 tetes dan dititrasi
dengan NaOH 0,0990 N. Pada percobaan ini digunakan indikator
PP karena memiliki trayek pH antara 8,3 – 10 sehingga sesuai
karena hasil titrasi asam cuka (asam lemah)dengan NaOH (basa
kuat) menghasilkan garam yang berdifat basa. Indikator ini juga
mudah diamati karena pada suasana asam tidak berwarna,
sedangkan di suasana basa berwarna pink.
Dari hasil titrasi tersebut dan datanya dianalisa, ternyata
didapatkan kadar asam cuka sebesar 27,98 %. Angka ini lebih
tinggi dari kadar yang tertera di label (25%). Seharusnya lebih
rendah. Kesalahan ini mungkin terjadi karena pada saat
pengenceran asam cuka terdapat kekeliruan sehingga hasil yang
didapat menyimpang dari yang diharapkan.
16.
17. Simpulan
Dari hasil eksperimen, dapat disimpulkan bahwa:
Kadar asam cuka DIXI tidak sesuai dengan label (25%)
Kadar asam cuka dari hasil eksperimen adalah 27,98%. Hal
ini tidak sesuai dengan hipotesis karena terjadi kesalahan
saat pengenceran asam cuka
Saran
ketika pengenceran asam cuka harus diakukan dengan
tepat agar dapat menentukan kadar asam cuka dengan
benar
gunakan alat – alat praktikum yang bersih dan kering agar
tidak terkontaminasi zat lain sehingga mempengaruhi
hasil
18. Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Kedokteran EGC, Jakarta.
Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1.
Erlangga, Jakarta.
Day, R. A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif.
Erlangga, Jakarta.
Sari, F.I. dan Soedjajadi K. 2005. Efektifitas Larutan Asam
Cuka. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari 2005.
Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Jakarta, Erlangga.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara,
Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung, ITB.