SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
STRUKTUR KAYU I
DENGAN STANDART SNI
SAMBUNGAN PAKU dan BAUT
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU
Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, dinding, atau
pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal
berkisar antara 20 mm sampai dengan 40 mm. Paku bulat merupakan jenis bapu yang
lebih mudah diperoleh dari pada paku ulir. Paku ulir (deformed nail) memiliki
koefisien gesekan yang lebih besar dari pada kayu bulat sehingga tahanan cabutnya
lebih tinggi. Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung paku dihitung
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI-5 Tata cara perencanaan
kontruksi kayu (2002).
1. Tahanan Lateral acuan
Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang menggunakan paku baja
satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu ala pengencang dan
dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur, diambil sebagai nilai terkecil dari
nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua persamaan pada ttabel dan
dikalikan dengan jumlah alat pengencang (nf). Untuk sambungan yang terdiri atas
tiga komponen sambungan dengan dua irisan, tahanan lateral acuan diambil
sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan yang terkecil.
Tahanan lateral acuan satu paku (z) pada sambungan dengan satu irisan yang
menyambung dua komponen.
Moda kelelehan Tahanan lateral (z)
Is
IIIm
Z =
D
ess
K
FDt3.3
Z =
( )eD
em
RK
DpFk
21
3,3 1
+
dengan
( ) ( )
( )
21
3
212
121
pF
DRF
Rk
em
eyb
e
+
+++−=
IIIs
IV
Z =
( )eD
ems
RK
FDtk
+2
3,3 2
dengan
( ) ( ) ( )
2
2
2
3
21212
1
sem
eyb
e
e
tF
DRF
R
R
k
+
+
+
+−=
Z =
( )e
ybem
D R
FF
K
D
+13
23,3 2
Catatan :
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen
pemegang (lihat gambar 20)
KD = 2,2 : untuk D ≤ 4,3 mm
= 0,38D+0,56 : untuk 4,3 mm ≤ D ≤ 6,4 mm
= 3,0 : untuk D ≥ 6,4 mm
Fe = kuat tumpu kayu
= 114,45G1,84
(N/mm2
) dimana G adalah berat jenis kayu kering oven
Fyb = kuat lentur paku (lihat tabel)
Nilai kuat tumpu kayu untuk beberapa nilai berat jenis dapat dilihat pada ttabel.
Semakin besar nilai jenis suatu kayu, maka semakin besar pula nilai kuat
tumpunya. Tekuk pada paku juga disebabkan oleh tingginya nilai banding antara
panjang dan diameter paku (angka kelangsingan)sebagai cirri khas alat sambung
paku.
Tabel kuat tumpu paku (Fe) untuk berbagai nilai berat jenis kayu
Berat jenis kayu (G)
0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70
Nilai Fe (N/mm2
) 21,21 26,35 31,98 38,11 44,73 51,83 59,40
Pengujian kuat lentur paku dilakukan dengan metode three-point bending test
seperti pada ASTM F1575-03. Kuat lentur kayu menurun dengan semakin dengan
meningkatnya diameter paku. Jenis kayu lainnya seperti paku baja (hardened steel
nails) memiliki kuat lentur yang lebih tinggi dari pada nilai di ttabel.
Dimensi paku yang meliputi diameter, panjang dan angka kelangsingan dapat
dilihat pada ttabel.
Tabel kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat
Diameter paku Kuat lentur paku Fyb
≤ 3,6 mm 689 N/mm2
3,6 mm < D ≤ 4,7 mm 620 N/mm2
4,7 mm < D ≤ 5,9 mm 552 N/mm2
5,9 mm < D ≤ 7,1 mm 483 N/mm2
7,1 mm < D ≤ 8,3 mm 414 N/mm2
D > 8,3 mm 310 N/mm2
Tabel berbagai ukuran diameter dan panjang paku
Nama paku Diameter paku (mm) Panjang paku
(mm)
λ*
2”BWG12 2,8 51 18
2,5”BWG11 3,1 63 20
3”BWG10 3,4 76 22
3,5”BWG9 3,8 89 23
4”BWG8 4,2 102 24
4,5”BWG6 5,2 114 22
* angka kelangsingan : panjang paku dibagi diameter paku
2. Geometeri sambungan kayu
Spasi dalam satu baris (a). Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap
arah serat kayu, spasi minimum antar alat pengencang dalam suatu baris diambil
sebesar 10 D bila digunakan pelat sisi dan kayu dan minimal 7 D untuk pelat sisi
dari baja. Pasi antar baris (b). Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap
arah serat kayu, spasi minimum antar baris adalah 5D.
Gambar Geometrik sambungan paku (a) sambungan horizontal, dan (b)
sambungan vertical.
Jarak ujung (c ). Jarak minimum dari ujung komponen struktur ke pusat alat
pengencang terdekat diambil sebagai berikut :
a. untuk beban tarik lateral
15 D untuk pelat sisi dari kayu
10 D untuk pelat sisi dari baja
b. untuk beban tekan lateral
10 D untuk pelat sisi dari kayu
5 D untuk pelat sisi dari baja
Jarak tepi (jarak tepi dengan beban, d, dan jarak tepi tanpa beban, e). Jarak
minimum dari tepi komponen struktur ke pusat alat pengencang terdekat diambil
sebesar :
• 5 D pada tepi yang tidak dibebani
• 10 D pada tepi yang dibebani
3. Faktor Koreksi Sambungan Paku
1. Kedalaman penetrasi (Cd)
Gambar Sambungan paku dua irisan (a) dan satu irisan (b)
Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman penetrasi (p),
sebagaimana dinyatakan berikut ini.
Untuk : p ≥ 12D maka Cd = 1,00
6D ≤ p ≤ 12D Cd= p/12D
p ≤ 6D Cd = 0,00
2. Serat ujung (Ceg)
Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung, Ceg = 0,67,
untuk alat pengencang yang ditanamkan ke dalam serat ujung kayu.
Gambar Sambungan paku pada serat ujung kayu
3. Sambungan paku miring (Ctn)
Untuk kondisi tertentu, penempatan paku pada kayu harus dilakukan secara
miring (tidak tegak lurus). Pada sambungan seperti ini, tahanan lateral acuan
harus dikalikan dengan faktor paku miring, Ctn, sebesar 0,83
Gambar Sambungan paku miring
4. Sambungan diafragma (Cdi)
Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu dengan
plywood seperti pada struktur diafragma atau shear wall (dinding geser). Nilai
faktor koreksi ini umumnya lebih besar dari pada 1,00.
4. Contoh Analisis Sambungan Paku
Contoh 1.
Rencanakan sambungan perpanjangan seperti gambar di bawah ini dengan
menggunakan alat sambung paku. Kayu penyusun sambungan memiliki berat
jenis 0,5. Asumsikan nilai (λ) sebesar 0,8.
Gambar contoh soal 1 (tampak atas)
Penyelesaian
Dicoba paku 4”BWG8 (diameter 4,2 mm dan panjang 102 mm)
Menghitung tahanan lateral acuan satu paku (z)
Diameter paku (D) = 4,2 mm
Kuat lentur paku (Fyb) = 620 N/mm2
Kuat samping dan kayu utama dianggap memiliki berat jenis yang sama yaitu
0,5 maka Fes = Fes = 31 N/mm2
dan Re = 1,00.
Tebal kayu samping (ts) = 25 mm
Penetrasi pada komponen pemegang (p)
P = 102 mm 25 mm 50 mm = 27 mm
KD = 2,2 (untuk paku dengan diameter < 4,3 mm)
Tahanan lateral acuan (Z) satu irisan
10 KN
10 KN
2,5/12
2,5/12
20KN
5/12
Moda kelelehan Is
N
xxx
K
FDt
Z
D
ess
10074
2,2
98,31252,43,33,3
===
Moda kelelehan IIIm
( ) ( )
( )
21
3
212
121
pF
DRF
Rk
em
eyb
e
+
+++−=
= ( ) ( ) ( )( ) 22,1
2798,313
2,41216202
1121 2
2
=
+
+++−
xx
xxx
Z =
( ) ( )
N
x
xxxx
RK
DpFk
eD
em
4432
1212,2
98,31272,422,13,3
21
3,3 1
=
+
=
+
Moda kelelehan IIIs
( ) ( ) ( )
2
2
2
3
21212
1
sem
eyb
e
e
tF
DRF
R
R
k
+
+
+
+−=
= ( ) ( ) ( )( ) 26,1
2598,313
2,41216202
1
112
1 2
2
=
+
+
+
+−
xx
xx
Z =
( ) ( )
N
xxxx
RK
FDtk
eD
ems
4221
122,2
98,31252,426,13,3
2
3,3 2
=
+
=
+
Moda kelelehan IV
Z =
( )e
ybem
D R
FF
K
D
+13
23,3 2
=
( )
( )
N
xxx
4302
113
62098,312
2,2
2,43,3
2
=
+
tahanan lateral acuan (N) Moda kelelehan
10074 Is
4432 IIIm
4221 IIIs
4302 IV
Tahanan lateral acuan untuk dua irisan, Z = 2 x 4221 = 8442 N
Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’)
Nilai koreksi penetrasi (Cd)
P = 27 mm > 6D (6 x 4,2 = 25,2 mm)
< 12D (12 x 4,2 = 50,4 mm), maka
Cd =
2,412
27
12 xD
p
= = 0,536
Z’ = CdZ (Cdi, Ceg, dan Ctn tidak diperhitungkan)
Z’ = 0,536 x 8442
Z’ = 4525 N
Menghitung tahanan lateral ijin satu paku (Zu)
Zu = λφzZ’
Zu = 0,8 x 0,65 x 4525
Zu = 2353 N
Menghitung jumlah paku (nf)
nf = paku
Z
P
u
5,8
2353
20000
==
(dipasang sebanyak 10 paku seperti gambar di bawah)
Ketentuan penempayan alat sambung paku :
Spasi dalam satu barus (a) : 10xD = 42 mm ≈ 50 mm
Jarak antar baris (b) : 5xD = 21 mm ≈ 30 mm
Jarak ujung (c) : 15xD = 63 mm ≈ 75 mm
Jarak tepi tidak dibebani (d) : 5xD = 21 mm ≈ 30 mm
ANALISIS SAMBUNGAN BAUT
Alat sambung baut umumnya difungsikan untuk mendukung beban tegak lurus
sumbu panjangnya. Kekuatan sambungan baut ditentukan oleh kuat tumpu kayu,
tegangan lentur baut, dan angka kelangsingan (nilai banding antara panjang baut pada
kayu utama dengan diameter baut).
1. Tahanan Lateral Acuan
Tahanan lateral acuan (z) satu baut pada sambungan satu irisan dan dua irisan
menurut SNI-5 (2002) dapat dilihat pada tabel.
Tabel tahanan lateral acuan satu baut (z) pada sambuangan dengan satu irisan
yang menyambung dua komponen
Moda kelelehan Tahanan lateral (z)
Im
Is
II
IIIm
IIIs
IV
θK
FDt
Z emm83,0
=
θK
FDt
Z ess83,0
=
θK
FDtk
Z ess193,0
=
( ) θKR
FDtk
Z
e
emm
21
04,1 2
+
=
( ) θKR
FDtk
Z
e
ems
+
=
2
04,1 3
( )e
ybem
R
FF
K
D
Z
+





=
13
204,1 2
θ
( ) ( )
( )e
teetttee
R
RRRRRRRR
k
+
+−++++
=
1
112 3222
1
( ) ( )
( )
2
2
2
3
212
121
mem
eyb
e
tF
DRF
Rk
+
+++−=
( ) ( ) ( )
2
2
3
3
2212
1
sem
eyb
e
e
tF
DRF
R
R
k
+
+
+
+−=
Ttabel Tahanan lateral acuan satu baut (z) pada sambungan dua irisan yang
menyambung tiga komponen.
Moda kelelehan Tahanan lateral (z)
Im
Is
III
IV
θK
FDt
Z emm83,0
=
θK
FDt
Z ess66,1
=
( ) θKR
FDtk
Z
e
ems
+
=
2
08,2 4
( )e
ybem
R
FF
K
D
Z
+





=
13
208,2 2
θ
( ) ( ) ( )
2
2
4
3
212
1
sem
eyb
e
e
tF
DRF
R
R
k
+
+
+
+−=
Catatan :
Rt = tm/ts
Re = Fem/Fes
Kθ = 1 + (θ/360o
)
Fem dan Fes adalah kuat tumpu (N/mm2
) kayu utama dan kayu samping. Untuk
sudut sejajar dan tegak lurus serat, nilai kuat tumpu kayu adalah : Fell = 77,25G
dan Fe⊥ = 212G1,45
D-0,5
. Sedangkan untuk kuat tumpu kayu dengan sudut
terhadap serat (Feθ) dapat diperoleh dengan persamaan Hankinson.
θθ
θ 22
cossin ⊥
⊥
+
=
eell
eell
e
FF
FF
F
Kuat tumpu kayu untuk beberapa macam diameter baut dan berat jenis
kayu dapat dilihat pada ttabel. Tm dan ts adalah tebal kayu utama dan kayu
sekunder (samping). Adalah sudut terbesar dari arah gaya terhadap serat kayu. G
dan D berturut-turut adalah berat jenis kayu dan diameter baut. Sedangkan Fyb
adalah tahanan lentur baut.
National Design and Specification (NDS) US untuk konstruksi kayu
(2001) mendefinisikan kuat lentur baut sebagai titik perpotongan pada kurva
beban lendutan dari pengujian lentur baut dengan garis offset pada lendutan 0,05
D (D adalah diameter baut). Selain metoda diatas, NDS juga mengusulkan
metoda lain untuk menghitung kuat lentur baut yaitu nilai rerata antara tegangan
leleh dan tegangan tarik ultimit pada pengujian tarik baut. Dari metode kedua,
kuat lentur baut umumnya sebesar 320 N/mm2.
2. Geometrik Sambungan Baut
Jarak antara alat sambung baut harus direncanakan agar masing-masing
alat sambung dapat mencapai tahanan lateral ultimitnya sebelum kayu pecah.
Jarak antar alat sambung pada gambar dapat dilihat pada ttabel. Apabila jarak
antar alat sambung kurang dari yang disyaratkan pada ttabel, maka tahanan lateral
alat sambung harus direduksi.
Gambar Geometrik sambungan baut : (A) sambungan horizontal dan (B)
sambungan vertical.
Tabel Jarak, jarak ujung dan persyaratan spasi untuk sambungan baut
.
Beban sejajar arah serat Ketentuan dimensi minimum
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D ? 6 (lihat catatan 1)
lm/D > 6 1,5D
Yang terbesar dari 1,5D atau ½ jarak antar
baris alat pengencang tegak lurus
Serat
2. Jarak ujung (aopt)
Komponen tarik
Komponen tekan
3. Spasi (Sopt)
Spasi dalam baris alat pengencang
4. jarak antar baris alat pengencang
7D
4D
4D
1,5D < 127 mm (lihat catatan 2 dan 3)
Beban tegak lurus arah serat Ketentuan dimensi minimum
1. Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani
Tepi yang tidak dibebani
2. Jarak ujung (Aopt)
3. Spasi (Sopt)
4. Jarak antar baris alat pengencang
5. lm/D ? 2
6. 2 < lm/D < 6
7. lm/D ? 6
4D
1,5D
4D
Lihat catatan 3
2,5D (lihat catatan 3)
(5 lm/+10D)/8 (lihat catatan3)
5D (lihat catatan 3)
3. Faktor Koreksi Sambungan Baut
1. Faktor Aksi kelompok
Bila suatu sambungan terdiri dari satu baris alat pengencang atau lebih dengan
alat pengencang baut, ada kecenderungan masing-masing baut mendukung
beban lateral yang tidak sama yang disebabkan oleh :
a. jarak antar alat sambung baut yang kurang panjang sehingga
menyebabkan kuat tumpu kayu tidak terjadi secara maksimal.
b. Terjadinya distribusi gaya yang tidak merata (non-uniform load
distribution) antar alat sambung baut.
Nilai faktor aksi kelompok diperoleh dari persamaan di bawah ini, dimana
nf adalah jumlah total alat pengencang dalam sambunga, nr adalah jumlah
baris alat pengencang dalam sambungan, a , adalah jumlah alat
pengencang efektif pada baris alat pengencang I yang bervariasi dari 1
hingga ni, dan ni adalah jumlah alat pengencang dengan spasi yang
seragam pada baris ke i.
∑=
=
nr
i
g ai
nf
C
1
1
( )
( )( ) 





−
+






+−++
−
=
m
R
mmmR
mm
a EA
nini
EA
ni
i
1
1
111
1
2
2
( ) ( ) 





++=−−=
sEAEA
s
uuum
m
11
2
112
γ
γ adalah modulus beban atau modulus gelincir untuk satu alat pengencang.
Nilai γ untuk alat sambung baut diambil sebesar 0,246D1,5
kN/mm. s
adalah spasi dalam baris alat pengencang, jarak pusat ke pusat antar alat
pengencang di dalam satu baris.
4. Contoh Analisis Sambungan Baut
Contoh 1
Sebuah sambungan perpanjangan seperti gambar di bawah tersusun dari kayu
dengan berat jenis 0,8. Apabila diameter baut adalah 12,7 mm, berapakah
besarnya tahanan lateral acuan sambungan (Zu). Gunakan faktor waktu λ = 0,8
Gambar contoh 1
Menghitung tahanan lateral acuan satu baut
Data sambungan :
Diameter baut (D) = 12,7 mm
Sudut sambungan (θ) = 0o
(sambungan perpanjangan)
Tebal kayu sekunder (ts) = 40 mm
Tebal kayu utama (tm) = 80 mm
Tahanan lentur baut (Fyb) = 320 N/mm2
Kuat tumpu kayu sekunder dan kayu utama dengan nilai berat jenis 0,8 dapat
dilihat pada ttabel :
Fes// = Fem// = 61,8 N/mm2
, sehingga 0,1
8,61
8,61
===
es
em
e
F
F
R
Tahanan lateral acuan (Z)
Moda kelelehan Im
( )
N
xxx
K
FDt
Z emm
52115
360/01
8,61807,1283,083,0
=
+
==
θ
Moda kelelehan Is
( )
N
xxx
K
FDt
Z ess
52115
360/01
8,61407,1266,166,1
=
+
==
θ
Moda kelelehan IIIs
( ) ( ) ( )
2
2
4
3
212
1
sem
eyb
e
e
tF
DRF
R
R
k
+
+
+
+−=
( ) ( ) ( )( )
2
2
4
408,613
7,1212320
1
112
1
xx
k
+
+
+
+−= =1,25
( ) θKR
FDtk
Z
e
ems
+
=
2
08,2 4
=
( ) ( )( )
N
xxxx
27119
360/0112
8,61407,1225,108,2
=
++
Moda kelelehan IV
( ) ( )( ) ( )
N
xxx
R
FF
K
D
Z
e
ybem
27238
113
3208,612
360/01
7,1208,2
13
208,2 22
=
+





+
=
+





=
θ
Tahanan lateral acuan (N) Moda kelelehan
52115 Im
52115 Is
27119 IIIs
27238 IV
Menghitung nilai koreksi
• Faktor aksi kelompok (Cg)
Menurut NDS dari U.S
As / Am = 0,5
As = 40 x 120 = 4800 mm2
≈ 7,44 in2
Interpolasi nilai Cg untuk As = 7,44 in2
As = 5 in2
Cg = 0,84
As = 12 in2
Cg = 0,92
As = 7,44 in2
Cg = 0,84+
512
544,7
−
−
(0,92-0,84) = 0,867
Nilai koreksi eometric (C∆)
a. Jarak ujung
Jarak ujung pada gambar (a) = 100 mm
Jarak ujung optimum (a opt) = 7D = 88,9 mm
Karena a>a opt, maka C∆ = 1,00
b. Spasi dalam baris alat pengencang (s)
S pada gambar = 60 mm
S opt = 50,8 mm
Karena S>S opt , maka C∆ = 1,00
Menentukan tahanan lateral acuan ijin sambungan (Zu)
Zu ≤ φzλCgC∆nfZ
Zu ≤ 0,65 x 0,8 x 0,867 x 1,00 x 8 x 27119
Zu = 97810 N ≈ 97,8 kN

More Related Content

What's hot

239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii
239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii
239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii
Haqie Sipil
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
Julia Maidar
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Bahar Saing
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Ayu Fatimah Zahra
 
Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1
aanqwerty
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
Ketut Swandana
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Surya BS
 

What's hot (20)

Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii
239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii
239735282 52373940-buku-ajar-analisa-struktur-ii
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
perhitungan-atap
perhitungan-atapperhitungan-atap
perhitungan-atap
 
Contoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapakContoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapak
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
 
Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000
 
Perhitungan dinding penahan tanah
Perhitungan dinding penahan tanahPerhitungan dinding penahan tanah
Perhitungan dinding penahan tanah
 
Penyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan betonPenyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan beton
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1
 
Dokumen gaya uplift
Dokumen gaya upliftDokumen gaya uplift
Dokumen gaya uplift
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
 

Similar to Kayu sni2002 samb.paku-baut

dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptxdokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
AdwityaBhaskara
 
10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton
Rais Fadli
 
09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf
09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf
09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf
Wahyu360392
 
09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli
09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli
09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli
BarryPrima2
 
4d handout-teori-pembentukan-bahan
4d handout-teori-pembentukan-bahan4d handout-teori-pembentukan-bahan
4d handout-teori-pembentukan-bahan
rasa016
 

Similar to Kayu sni2002 samb.paku-baut (20)

dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptxdokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
dokumen.tips_struktur-kayu-ix-analisis-sambungan-baut.pptx
 
Sk15
Sk15Sk15
Sk15
 
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan bajasambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
 
Sambungan baut
Sambungan bautSambungan baut
Sambungan baut
 
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan betonSni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
 
10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton
 
BAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETONBAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETON
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Sni 07 2052-2002 baja tulang beton
Sni 07 2052-2002 baja tulang betonSni 07 2052-2002 baja tulang beton
Sni 07 2052-2002 baja tulang beton
 
09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf
09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf
09-presentasi-produks-pt-putra-baja-deli.pdf
 
Modul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdfModul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdf
 
09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli
09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli
09 presentasi-produks-pt-putra-baja-deli
 
bab-2- contoh perhitungan tegangan-tegangan.ppt
bab-2- contoh perhitungan tegangan-tegangan.pptbab-2- contoh perhitungan tegangan-tegangan.ppt
bab-2- contoh perhitungan tegangan-tegangan.ppt
 
PPT Kelompok 1.ppt
PPT Kelompok 1.pptPPT Kelompok 1.ppt
PPT Kelompok 1.ppt
 
7.sni 07 0329-2005 baja profil i-beam proses canai panas
7.sni 07 0329-2005 baja profil i-beam proses canai panas7.sni 07 0329-2005 baja profil i-beam proses canai panas
7.sni 07 0329-2005 baja profil i-beam proses canai panas
 
4d handout-teori-pembentukan-bahan
4d handout-teori-pembentukan-bahan4d handout-teori-pembentukan-bahan
4d handout-teori-pembentukan-bahan
 
5 sambungan-paku-keling-i
5 sambungan-paku-keling-i5 sambungan-paku-keling-i
5 sambungan-paku-keling-i
 
2 sambungan paku keling
2 sambungan paku keling2 sambungan paku keling
2 sambungan paku keling
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 

Kayu sni2002 samb.paku-baut

  • 1. STRUKTUR KAYU I DENGAN STANDART SNI SAMBUNGAN PAKU dan BAUT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012
  • 2. ANALISIS SAMBUNGAN PAKU Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, dinding, atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20 mm sampai dengan 40 mm. Paku bulat merupakan jenis bapu yang lebih mudah diperoleh dari pada paku ulir. Paku ulir (deformed nail) memiliki koefisien gesekan yang lebih besar dari pada kayu bulat sehingga tahanan cabutnya lebih tinggi. Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung paku dihitung berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI-5 Tata cara perencanaan kontruksi kayu (2002). 1. Tahanan Lateral acuan Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang menggunakan paku baja satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu ala pengencang dan dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur, diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua persamaan pada ttabel dan dikalikan dengan jumlah alat pengencang (nf). Untuk sambungan yang terdiri atas tiga komponen sambungan dengan dua irisan, tahanan lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan yang terkecil. Tahanan lateral acuan satu paku (z) pada sambungan dengan satu irisan yang menyambung dua komponen. Moda kelelehan Tahanan lateral (z) Is IIIm Z = D ess K FDt3.3 Z = ( )eD em RK DpFk 21 3,3 1 + dengan ( ) ( ) ( ) 21 3 212 121 pF DRF Rk em eyb e + +++−=
  • 3. IIIs IV Z = ( )eD ems RK FDtk +2 3,3 2 dengan ( ) ( ) ( ) 2 2 2 3 21212 1 sem eyb e e tF DRF R R k + + + +−= Z = ( )e ybem D R FF K D +13 23,3 2 Catatan : p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen pemegang (lihat gambar 20) KD = 2,2 : untuk D ≤ 4,3 mm = 0,38D+0,56 : untuk 4,3 mm ≤ D ≤ 6,4 mm = 3,0 : untuk D ≥ 6,4 mm Fe = kuat tumpu kayu = 114,45G1,84 (N/mm2 ) dimana G adalah berat jenis kayu kering oven Fyb = kuat lentur paku (lihat tabel) Nilai kuat tumpu kayu untuk beberapa nilai berat jenis dapat dilihat pada ttabel. Semakin besar nilai jenis suatu kayu, maka semakin besar pula nilai kuat tumpunya. Tekuk pada paku juga disebabkan oleh tingginya nilai banding antara panjang dan diameter paku (angka kelangsingan)sebagai cirri khas alat sambung paku. Tabel kuat tumpu paku (Fe) untuk berbagai nilai berat jenis kayu Berat jenis kayu (G) 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 Nilai Fe (N/mm2 ) 21,21 26,35 31,98 38,11 44,73 51,83 59,40
  • 4. Pengujian kuat lentur paku dilakukan dengan metode three-point bending test seperti pada ASTM F1575-03. Kuat lentur kayu menurun dengan semakin dengan meningkatnya diameter paku. Jenis kayu lainnya seperti paku baja (hardened steel nails) memiliki kuat lentur yang lebih tinggi dari pada nilai di ttabel. Dimensi paku yang meliputi diameter, panjang dan angka kelangsingan dapat dilihat pada ttabel. Tabel kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat Diameter paku Kuat lentur paku Fyb ≤ 3,6 mm 689 N/mm2 3,6 mm < D ≤ 4,7 mm 620 N/mm2 4,7 mm < D ≤ 5,9 mm 552 N/mm2 5,9 mm < D ≤ 7,1 mm 483 N/mm2 7,1 mm < D ≤ 8,3 mm 414 N/mm2 D > 8,3 mm 310 N/mm2 Tabel berbagai ukuran diameter dan panjang paku Nama paku Diameter paku (mm) Panjang paku (mm) λ* 2”BWG12 2,8 51 18 2,5”BWG11 3,1 63 20 3”BWG10 3,4 76 22 3,5”BWG9 3,8 89 23 4”BWG8 4,2 102 24 4,5”BWG6 5,2 114 22 * angka kelangsingan : panjang paku dibagi diameter paku
  • 5. 2. Geometeri sambungan kayu Spasi dalam satu baris (a). Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap arah serat kayu, spasi minimum antar alat pengencang dalam suatu baris diambil sebesar 10 D bila digunakan pelat sisi dan kayu dan minimal 7 D untuk pelat sisi dari baja. Pasi antar baris (b). Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap arah serat kayu, spasi minimum antar baris adalah 5D. Gambar Geometrik sambungan paku (a) sambungan horizontal, dan (b) sambungan vertical. Jarak ujung (c ). Jarak minimum dari ujung komponen struktur ke pusat alat pengencang terdekat diambil sebagai berikut : a. untuk beban tarik lateral 15 D untuk pelat sisi dari kayu 10 D untuk pelat sisi dari baja b. untuk beban tekan lateral 10 D untuk pelat sisi dari kayu 5 D untuk pelat sisi dari baja
  • 6. Jarak tepi (jarak tepi dengan beban, d, dan jarak tepi tanpa beban, e). Jarak minimum dari tepi komponen struktur ke pusat alat pengencang terdekat diambil sebesar : • 5 D pada tepi yang tidak dibebani • 10 D pada tepi yang dibebani 3. Faktor Koreksi Sambungan Paku 1. Kedalaman penetrasi (Cd) Gambar Sambungan paku dua irisan (a) dan satu irisan (b) Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman penetrasi (p), sebagaimana dinyatakan berikut ini. Untuk : p ≥ 12D maka Cd = 1,00 6D ≤ p ≤ 12D Cd= p/12D p ≤ 6D Cd = 0,00
  • 7. 2. Serat ujung (Ceg) Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung, Ceg = 0,67, untuk alat pengencang yang ditanamkan ke dalam serat ujung kayu. Gambar Sambungan paku pada serat ujung kayu 3. Sambungan paku miring (Ctn) Untuk kondisi tertentu, penempatan paku pada kayu harus dilakukan secara miring (tidak tegak lurus). Pada sambungan seperti ini, tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor paku miring, Ctn, sebesar 0,83 Gambar Sambungan paku miring
  • 8. 4. Sambungan diafragma (Cdi) Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu dengan plywood seperti pada struktur diafragma atau shear wall (dinding geser). Nilai faktor koreksi ini umumnya lebih besar dari pada 1,00. 4. Contoh Analisis Sambungan Paku Contoh 1. Rencanakan sambungan perpanjangan seperti gambar di bawah ini dengan menggunakan alat sambung paku. Kayu penyusun sambungan memiliki berat jenis 0,5. Asumsikan nilai (λ) sebesar 0,8. Gambar contoh soal 1 (tampak atas) Penyelesaian Dicoba paku 4”BWG8 (diameter 4,2 mm dan panjang 102 mm) Menghitung tahanan lateral acuan satu paku (z) Diameter paku (D) = 4,2 mm Kuat lentur paku (Fyb) = 620 N/mm2 Kuat samping dan kayu utama dianggap memiliki berat jenis yang sama yaitu 0,5 maka Fes = Fes = 31 N/mm2 dan Re = 1,00. Tebal kayu samping (ts) = 25 mm Penetrasi pada komponen pemegang (p) P = 102 mm 25 mm 50 mm = 27 mm KD = 2,2 (untuk paku dengan diameter < 4,3 mm) Tahanan lateral acuan (Z) satu irisan 10 KN 10 KN 2,5/12 2,5/12 20KN 5/12
  • 9. Moda kelelehan Is N xxx K FDt Z D ess 10074 2,2 98,31252,43,33,3 === Moda kelelehan IIIm ( ) ( ) ( ) 21 3 212 121 pF DRF Rk em eyb e + +++−= = ( ) ( ) ( )( ) 22,1 2798,313 2,41216202 1121 2 2 = + +++− xx xxx Z = ( ) ( ) N x xxxx RK DpFk eD em 4432 1212,2 98,31272,422,13,3 21 3,3 1 = + = + Moda kelelehan IIIs ( ) ( ) ( ) 2 2 2 3 21212 1 sem eyb e e tF DRF R R k + + + +−= = ( ) ( ) ( )( ) 26,1 2598,313 2,41216202 1 112 1 2 2 = + + + +− xx xx Z = ( ) ( ) N xxxx RK FDtk eD ems 4221 122,2 98,31252,426,13,3 2 3,3 2 = + = + Moda kelelehan IV Z = ( )e ybem D R FF K D +13 23,3 2 = ( ) ( ) N xxx 4302 113 62098,312 2,2 2,43,3 2 = +
  • 10. tahanan lateral acuan (N) Moda kelelehan 10074 Is 4432 IIIm 4221 IIIs 4302 IV Tahanan lateral acuan untuk dua irisan, Z = 2 x 4221 = 8442 N Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’) Nilai koreksi penetrasi (Cd) P = 27 mm > 6D (6 x 4,2 = 25,2 mm) < 12D (12 x 4,2 = 50,4 mm), maka Cd = 2,412 27 12 xD p = = 0,536 Z’ = CdZ (Cdi, Ceg, dan Ctn tidak diperhitungkan) Z’ = 0,536 x 8442 Z’ = 4525 N Menghitung tahanan lateral ijin satu paku (Zu) Zu = λφzZ’ Zu = 0,8 x 0,65 x 4525 Zu = 2353 N Menghitung jumlah paku (nf) nf = paku Z P u 5,8 2353 20000 == (dipasang sebanyak 10 paku seperti gambar di bawah)
  • 11. Ketentuan penempayan alat sambung paku : Spasi dalam satu barus (a) : 10xD = 42 mm ≈ 50 mm Jarak antar baris (b) : 5xD = 21 mm ≈ 30 mm Jarak ujung (c) : 15xD = 63 mm ≈ 75 mm Jarak tepi tidak dibebani (d) : 5xD = 21 mm ≈ 30 mm
  • 12. ANALISIS SAMBUNGAN BAUT Alat sambung baut umumnya difungsikan untuk mendukung beban tegak lurus sumbu panjangnya. Kekuatan sambungan baut ditentukan oleh kuat tumpu kayu, tegangan lentur baut, dan angka kelangsingan (nilai banding antara panjang baut pada kayu utama dengan diameter baut). 1. Tahanan Lateral Acuan Tahanan lateral acuan (z) satu baut pada sambungan satu irisan dan dua irisan menurut SNI-5 (2002) dapat dilihat pada tabel. Tabel tahanan lateral acuan satu baut (z) pada sambuangan dengan satu irisan yang menyambung dua komponen Moda kelelehan Tahanan lateral (z) Im Is II IIIm IIIs IV θK FDt Z emm83,0 = θK FDt Z ess83,0 = θK FDtk Z ess193,0 = ( ) θKR FDtk Z e emm 21 04,1 2 + = ( ) θKR FDtk Z e ems + = 2 04,1 3 ( )e ybem R FF K D Z +      = 13 204,1 2 θ
  • 13. ( ) ( ) ( )e teetttee R RRRRRRRR k + +−++++ = 1 112 3222 1 ( ) ( ) ( ) 2 2 2 3 212 121 mem eyb e tF DRF Rk + +++−= ( ) ( ) ( ) 2 2 3 3 2212 1 sem eyb e e tF DRF R R k + + + +−= Ttabel Tahanan lateral acuan satu baut (z) pada sambungan dua irisan yang menyambung tiga komponen. Moda kelelehan Tahanan lateral (z) Im Is III IV θK FDt Z emm83,0 = θK FDt Z ess66,1 = ( ) θKR FDtk Z e ems + = 2 08,2 4 ( )e ybem R FF K D Z +      = 13 208,2 2 θ ( ) ( ) ( ) 2 2 4 3 212 1 sem eyb e e tF DRF R R k + + + +−= Catatan : Rt = tm/ts Re = Fem/Fes Kθ = 1 + (θ/360o )
  • 14. Fem dan Fes adalah kuat tumpu (N/mm2 ) kayu utama dan kayu samping. Untuk sudut sejajar dan tegak lurus serat, nilai kuat tumpu kayu adalah : Fell = 77,25G dan Fe⊥ = 212G1,45 D-0,5 . Sedangkan untuk kuat tumpu kayu dengan sudut terhadap serat (Feθ) dapat diperoleh dengan persamaan Hankinson. θθ θ 22 cossin ⊥ ⊥ + = eell eell e FF FF F Kuat tumpu kayu untuk beberapa macam diameter baut dan berat jenis kayu dapat dilihat pada ttabel. Tm dan ts adalah tebal kayu utama dan kayu sekunder (samping). Adalah sudut terbesar dari arah gaya terhadap serat kayu. G dan D berturut-turut adalah berat jenis kayu dan diameter baut. Sedangkan Fyb adalah tahanan lentur baut. National Design and Specification (NDS) US untuk konstruksi kayu (2001) mendefinisikan kuat lentur baut sebagai titik perpotongan pada kurva beban lendutan dari pengujian lentur baut dengan garis offset pada lendutan 0,05 D (D adalah diameter baut). Selain metoda diatas, NDS juga mengusulkan metoda lain untuk menghitung kuat lentur baut yaitu nilai rerata antara tegangan leleh dan tegangan tarik ultimit pada pengujian tarik baut. Dari metode kedua, kuat lentur baut umumnya sebesar 320 N/mm2. 2. Geometrik Sambungan Baut Jarak antara alat sambung baut harus direncanakan agar masing-masing alat sambung dapat mencapai tahanan lateral ultimitnya sebelum kayu pecah. Jarak antar alat sambung pada gambar dapat dilihat pada ttabel. Apabila jarak antar alat sambung kurang dari yang disyaratkan pada ttabel, maka tahanan lateral alat sambung harus direduksi.
  • 15. Gambar Geometrik sambungan baut : (A) sambungan horizontal dan (B) sambungan vertical. Tabel Jarak, jarak ujung dan persyaratan spasi untuk sambungan baut . Beban sejajar arah serat Ketentuan dimensi minimum 1. Jarak tepi (bopt) lm/D ? 6 (lihat catatan 1) lm/D > 6 1,5D Yang terbesar dari 1,5D atau ½ jarak antar baris alat pengencang tegak lurus Serat
  • 16. 2. Jarak ujung (aopt) Komponen tarik Komponen tekan 3. Spasi (Sopt) Spasi dalam baris alat pengencang 4. jarak antar baris alat pengencang 7D 4D 4D 1,5D < 127 mm (lihat catatan 2 dan 3) Beban tegak lurus arah serat Ketentuan dimensi minimum 1. Jarak tepi (bopt) Tepi yang dibebani Tepi yang tidak dibebani 2. Jarak ujung (Aopt) 3. Spasi (Sopt) 4. Jarak antar baris alat pengencang 5. lm/D ? 2 6. 2 < lm/D < 6 7. lm/D ? 6 4D 1,5D 4D Lihat catatan 3 2,5D (lihat catatan 3) (5 lm/+10D)/8 (lihat catatan3) 5D (lihat catatan 3) 3. Faktor Koreksi Sambungan Baut 1. Faktor Aksi kelompok Bila suatu sambungan terdiri dari satu baris alat pengencang atau lebih dengan alat pengencang baut, ada kecenderungan masing-masing baut mendukung beban lateral yang tidak sama yang disebabkan oleh : a. jarak antar alat sambung baut yang kurang panjang sehingga menyebabkan kuat tumpu kayu tidak terjadi secara maksimal. b. Terjadinya distribusi gaya yang tidak merata (non-uniform load distribution) antar alat sambung baut.
  • 17. Nilai faktor aksi kelompok diperoleh dari persamaan di bawah ini, dimana nf adalah jumlah total alat pengencang dalam sambunga, nr adalah jumlah baris alat pengencang dalam sambungan, a , adalah jumlah alat pengencang efektif pada baris alat pengencang I yang bervariasi dari 1 hingga ni, dan ni adalah jumlah alat pengencang dengan spasi yang seragam pada baris ke i. ∑= = nr i g ai nf C 1 1 ( ) ( )( )       − +       +−++ − = m R mmmR mm a EA nini EA ni i 1 1 111 1 2 2 ( ) ( )       ++=−−= sEAEA s uuum m 11 2 112 γ γ adalah modulus beban atau modulus gelincir untuk satu alat pengencang. Nilai γ untuk alat sambung baut diambil sebesar 0,246D1,5 kN/mm. s adalah spasi dalam baris alat pengencang, jarak pusat ke pusat antar alat pengencang di dalam satu baris. 4. Contoh Analisis Sambungan Baut Contoh 1 Sebuah sambungan perpanjangan seperti gambar di bawah tersusun dari kayu dengan berat jenis 0,8. Apabila diameter baut adalah 12,7 mm, berapakah besarnya tahanan lateral acuan sambungan (Zu). Gunakan faktor waktu λ = 0,8 Gambar contoh 1
  • 18. Menghitung tahanan lateral acuan satu baut Data sambungan : Diameter baut (D) = 12,7 mm Sudut sambungan (θ) = 0o (sambungan perpanjangan) Tebal kayu sekunder (ts) = 40 mm Tebal kayu utama (tm) = 80 mm Tahanan lentur baut (Fyb) = 320 N/mm2 Kuat tumpu kayu sekunder dan kayu utama dengan nilai berat jenis 0,8 dapat dilihat pada ttabel : Fes// = Fem// = 61,8 N/mm2 , sehingga 0,1 8,61 8,61 === es em e F F R Tahanan lateral acuan (Z) Moda kelelehan Im ( ) N xxx K FDt Z emm 52115 360/01 8,61807,1283,083,0 = + == θ Moda kelelehan Is ( ) N xxx K FDt Z ess 52115 360/01 8,61407,1266,166,1 = + == θ Moda kelelehan IIIs ( ) ( ) ( ) 2 2 4 3 212 1 sem eyb e e tF DRF R R k + + + +−= ( ) ( ) ( )( ) 2 2 4 408,613 7,1212320 1 112 1 xx k + + + +−= =1,25 ( ) θKR FDtk Z e ems + = 2 08,2 4 = ( ) ( )( ) N xxxx 27119 360/0112 8,61407,1225,108,2 = ++
  • 19. Moda kelelehan IV ( ) ( )( ) ( ) N xxx R FF K D Z e ybem 27238 113 3208,612 360/01 7,1208,2 13 208,2 22 = +      + = +      = θ Tahanan lateral acuan (N) Moda kelelehan 52115 Im 52115 Is 27119 IIIs 27238 IV Menghitung nilai koreksi • Faktor aksi kelompok (Cg) Menurut NDS dari U.S As / Am = 0,5 As = 40 x 120 = 4800 mm2 ≈ 7,44 in2 Interpolasi nilai Cg untuk As = 7,44 in2 As = 5 in2 Cg = 0,84 As = 12 in2 Cg = 0,92 As = 7,44 in2 Cg = 0,84+ 512 544,7 − − (0,92-0,84) = 0,867 Nilai koreksi eometric (C∆) a. Jarak ujung Jarak ujung pada gambar (a) = 100 mm Jarak ujung optimum (a opt) = 7D = 88,9 mm Karena a>a opt, maka C∆ = 1,00
  • 20. b. Spasi dalam baris alat pengencang (s) S pada gambar = 60 mm S opt = 50,8 mm Karena S>S opt , maka C∆ = 1,00 Menentukan tahanan lateral acuan ijin sambungan (Zu) Zu ≤ φzλCgC∆nfZ Zu ≤ 0,65 x 0,8 x 0,867 x 1,00 x 8 x 27119 Zu = 97810 N ≈ 97,8 kN