Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan alam sebagai media pembelajaran untuk pembentukan karakter. Alam dapat dijadikan sumber belajar karena mengandung tanda-tanda kebesaran Tuhan. Pembelajaran di alam dapat menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan kerjasama serta mengembangkan potensi peserta didik secara individual maupun kelompok.
Alam Sebagai Media Belajar dan Pembentukan Karakter
1. Alam Sebagai Media Belajar dan Pembentukan Karakter1
Anggi Hafiz Al Hakam
Pendahuluan
Hadirnya berbagai metode pendidikan dan literasi dewasa ini telah membuka mata
banyak pihak penyelenggara pendidikan. Berbagai inovasi baru di bidang pendidikan dan
pengajaran telah sedemikian dinamis sesuai tuntutan zaman. Sehingga, kehadirannya turut
mendukung berbagai metode yang telah sering digunakan sebelumnya.
Di lain pihak, banyak juga penyelenggara pendidikan yang masih menggunakan
metode‐metode lama sambil menyesuaikan dengan laju perkembangan pendekatan dan
metode pengajaran kepada peserta didik. Peran sekolah sebagai institusi penyelenggara
pendidikan pun semakin dituntut guna menciptakan suatu penyesuaian antara metode
belajar dengan tuntutan pendidikan. Penyesuaian tersebut bergerak ke arah pembentukan
karakter manusia pembelajar seumur hidup (long‐life learning).
Munculnya sekolah‐sekolah dengan kurikulum gabungan dari kurikulum Depdiknas
dan kurikulum Internasional seperti Cambridge GCSE, A‐Level, O‐Level, dan CIPAT. Lalu, IB
(International Baccalaureate) dengan IB‐PYP dan IBMYP‐DP telah menciptakan suatu cara
pengajaran yang baru kepada peserta didik terutama dengan penekanan pada proses
pembelajaran life skill, baik yang bisa dipelajari di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penekanan pembelajaran yang bertujuan untuk melatih life skill peserta didik bisa
melibatkan berbagai media. Satu media yang dapat digunakan adalah pembelajaran yang
menggunakan alam sebagai media. Alam telah mengajarkan banyak hal kepada manusia
maka dari itu tidak salah apabila alam dijadikan media belajar. Alam dengan segenap
khazanahnya mampu menjadi sumber belajar terutama bagi pembentukan karakter peserta
didik.
1
Ditulis sebagai syarat mengikuti rekrutmen guru dan staf Sekolah Alam Bandung, Januari 2010
1
2. Dasar Penciptaan Alam Semesta
Dunia ini tidak diciptakan dengan kesia‐siaan sehingga apapun yang ada didalamnya
terdapat banyak hal yang mampu jadi sumber pembelajaran. Alam ini merupakan suatu
anugerah yang didalamnya terdapat tanda‐tanda kebesaran Allah SWT.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang, terdapat tanda‐tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang‐orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia‐sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran, 3:190‐191)
Sebagaimana telah dijelaskan di dalam Al‐Qur’an bahwa di alam raya ini terdapat
sesuatu untuk dipelajari dan dipikirkan. Allah SWT telah menciptakan dunia ini dengan
sempurna sebagai rahmat yang diturunkan‐Nya kepada manusia.
“Dan Dia menundukkan untukmu, apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya (sebagai rahmat) daripada‐Nya. Sesungguhnya pada yang itu benar‐
benar terdapat tanda‐tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Al
Jatsiyah, 45: 13)
Manusia telah diberikan kelebihan oleh Allah SWT sebagai makhluk hidup yang
sempurna dengan akalnya. Manusia memiliki akal untuk memikirkan apa yang telah
dititipkan kepadanya dari Sang Pencipta. Manusia harus menyadari untuk menjalankan
perannya sebagai makhluk Allah dan menggunakan akal serta pikirannya untuk menjadikan
kehidupannya lebih bermakna.
2
3. Ilmu
Sudah sepantasnya manusia untuk memikirkan dan mempelajari apa yang telah
diwasiatkan oleh Al‐Qur’an. Manusia sebagai makhluk hidup yang diberi akal oleh
penciptanya harus menggunakan akalnya itu untuk berpikir. Ilmu hadir sebagai bentuk hasil
pikiran manusia. Ilmu tidak akan pernah berhenti pada satu titik karena ia tidak pernah
abadi. Ilmu ibarat organisme yang selalu berkembang dan menjadi penanda zaman.
“Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam baik bagi laki‐laki maupun
perempuan. (HR. Ibnu Abdil Baar)
“Tuntutlah ilmu (ilmu pengetahuan dan segala ilmu‐ilmu yang bermanfaat lainnya)
dari mulai (sejak) buaian (Ayah dan Ibu) sampai masuk ke liang lahat. (Al‐Hadits)
Ilmu adalah sesuatu yang wajib dimiliki dan dikuasai oleh seorang Muslim.
Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib. Ilmu menjadi dasar dari semua yang kita lakukan.
Tanpa ilmu ibadah pun tidak akan ada artinya dan hilang esensinya. Barangsiapa yang
mempelajari suatu ilmu dengan ikhlas maka telah dijanjikan kepadanya kedudukan atau
kekayaan di dunia.
“Katakanlah, Apakah dapat disamakan orang yang mengetahui dengan orang yang
tidak mengetahui.” (QS. At‐Taubah, 9:122)
Ilmu akan meninggikan derajat seseorang. Dengan menguasai suatu ilmu tertentu
seseorang akan mempunyai kekuatan. Ilmu menjadi satu kekuatan yang akan mendasari
setiap elemen kehidupan sebagaimana Al‐Qur’an yang telah menjadi dasar bagi peletakan
hukum‐hukum Islam pada zaman Nabi dan Rasul.
3
4. “Allah akan meninggikan orang‐orang yang berilmu di antara kamu dan orang‐
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah SWT Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadillah, 58: 11)
Ilmu juga adalah bagian dari amalan. Ilmu merupakan amalan yang tidak pernah
terputus. Ilmu akan tetap mendatangkan faedah dan kebaikan bagi mereka yang memiliki
dan mau memanfaatkan ilmunya untuk kepentingan sesama.
“Jika mati seorang anak Adam (manusia) maka terputuslah segala amal usahanya
kecuali tiga hal yaitu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, sedekah jariah, dan anak
yang saleh yang selalu mendo’akan kepada orangtuanya.” (HR. Muslim)
Aplikasi Pembelajaran Ilmu di Alam
Penyusunan berbagai komponen pendidikan dalam mendukung kegiatan belajar
adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik bagi peranannya di masa datang. Hal ini
berkaitan dengan beberapa pertanyaan berikut:
1. Apa atau siapa seseorang itu?
2. Dapatkah seseorang itu diarahkan?
3. Ke arah mana seseorang itu dipersiapkan?
4. Bagaimana cara pengarahan yang baik bagi seseorang?
Dengan memperhatikan kepada pertanyaan‐pertanyaan diatas, maka
kecenderungan arah pendidikan mengarah kepada hasil pendidikan berupa kecerdasan yang
dimiliki setiap peserta didik. Kecerdasan akan menuntun mereka menjadi pribadi atau
individu yang sukses.
4
5. Kecerdasan bukan saja dilihat dari kemampuan anak untuk bisa berhitung,
membaca dan menulis, meraih nilai yang bagus, dan memiliki IQ (Intelligence Qoutient) yang
tinggi. Munculnya pemikiran lain tentang hubungan antara kecerdasan yang dikemukakan
oleh Daniel Goleman, yaitu EQ atau yang biasa disebut Emotional Quotient dimana
diungkapkan bahwa kesuksesan merupakan perpaduan dari 80% EQ dan 20% IQ.
Karena EQ merupakan faktor yang mendorong tercapainya kesuksesan, secara
praktis kecenderungan pendidikan dilaksanakan untuk mengarahkan anak agar berani
menghadapi tantangan serta tidak takut gagal dan mau mencoba lagi (trial and error). Hal
ini sesuai dengan tujuan dari pembangunan karakter dari peserta didik.
Belajar di alam terbuka adalah satu metode alternatif guna menyampaikan materi‐
materi yang tidak dapat disampaikan di dalam kelas. Ada beberapa komponen yang
diperlukan dalam mempelajari ilmu di alam. Satu yang paling penting adalah motivasi.
Motivasi belajar bertujuan untuk memantapkan pengetahuan tentang ilmu yang dipelajari
dan menguasai berbagai kemampuan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari‐hari. Dengan kata lain, peserta didik tidak hanya termotivasi untuk
menguasai dasar teorinya saja tetapi juga aplikasi dan manfaat‐manfaat ilmu yang telah
dipelajarinya untuk kehidupannya kelak.
Motivasi belajar dapat diperoleh dari contoh‐contoh yang mereka dapat selama
proses pembelajaran. Peserta didik cenderung lebih mudah untuk melakukan sesuatu tanpa
harus merasa terpaksa bila memang ada figur atau sosok yang dianggap istimewa bagi
mereka.
Belajar dengan menggunakan alam sebagai media akan menumbuhkan potensi‐
potensi dan bakat yang terpendam yang merupakan suatu kekhususan yang terdapat dalam
setiap individu peserta didik. Pendekatan proses belajar yang menggunakan direct line atau
hubungan interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik menimbulkan suatu
korelasi yang positif dalam pembentukan karakter seseorang.
Metode‐metode yang digunakan dapat berupa teamwork (kerjasama) maupun
individual task. Teamwork digunakan untuk menumbuhkan perasaan memiliki,
5
6. kekeluargaan, melatih jiwa kepemimpinan, dan memupuk rasa solidaritas serta
kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan, individual task berguna untuk
menumbuhkan jiwa pemberani, memupuk rasa percaya diri, berani mencoba, dan pantang
menyerah.
Hubungan antara alam dengan ilmu terjalin dengan erat. Alam adalah semacam
wahana ekspresi yang bisa juga dijadikan sebagai sarana belajar. Pembentukan karakter
individu peserta didik haruslah selaras dengan ilmu yang diperolehnya di dalam kelas
maupun dengan ilmu‐ilmu lainnya tentang life skill yang bisa diperoleh dan dipelajari di alam
bebas.
Pendidikan yang sifatnya hanya di dalam kelas saja tidak akan berhasil mengenalkan
peserta didik pada hidden curriculum yang bersifat untuk membentuk karakter itu sendiri.
Pendidikan karakter itu dapat diterjemahkan dalam berbagai cara seperti berikut:
1. Manfaat. Selalu menunjukkan manfaat pengetahuan yang akan diajarkan bagi
peserta didik.
2. Kontekstual. Mengaitkan pengetahuan yang diajarkan dengan lingkungan nyata
atau keseharian anak.
3. Konstruktif. Peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang
dibutuhkannya. Artinya, bukan mengajar dengan metode banking (menjejalkan
pengetahuan) tetapi menjadi fasilitator.
4. Multiple Intelligent. Penerapan paradigma bahwa semua peserta didik memiliki
kelebihan dan kecerdasan unik yang perlu digali dengan cara khusus. Dengan
kata lain setiap anak juara atau bintang kelas.
5. Demokratis. Peserta didik merasa bebas untuk bertanya, menyanggah,
mengeksplorasi dan berdebat.
6. Fun. Suasana belajar ceria. Bisa diiringi/ diselingi musik, bernyanyi bersama,
game , cerita humor / teladan beserta hikmahnya.
6
7. 7. Meningkatkan keyakinan dan harga diri peserta didik. Dengan kata‐kata bijak,
memberi nilai, penghargaan dan kata‐kata yang membangkitkan percaya diri.
8. Belajar yang nyaman, terang, bersih, beraroma menyenangkan, posisi duduk
yang berpindah‐pindah.
9. Memfasilitasi model belajar peserta didik yang auditori, visual dan kinestetik.
Atau gaya belajar abstrak dan konkret.
10. Melibatkan gerakan‐gerakan fisik agar peserta didik aktif tidak duduk diam saja
agar potensinya tidak terpendam.
Bila semua poin‐poin tersebut sudah bisa dipenuhi maka selanjutnya adalah
mengevaluasi hasilnya. Perubahan karakter peserta didik dapat terlihat dari beberapa
kriteria seperti:
1. Fisik yang kuat dan tidak lemah
2. Berakhlaq mulia
3. Cerdik cendekia
4. Mandiri
5. Beraqidah lurus
6. Senantiasa beribadah dengan benar
7. Bersungguh‐sungguh dalam setiap urusannya
8. Pandai mengatur waktu
9. Bermanfaat bagi orang lain
Penutup
Pendidikan adalah suatu cara untuk mengubah taraf hidup masyarakat. Melalui
pendidikan, kita telah dididik untuk menguasai ilmu dan mengaplikasikannya dalam
7
8. kehidupan sehari‐hari. Metode pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan‐tujuan dari proses pendidikan itu sendiri. Melalui metode pembelajaran yang tidak
hanya terpusat di dalam kelas diharapkan peserta didik mampu mempelajari ilmu‐ilmu
pengetahuan lainnya yang akan berguna karena tidak hanya mengandalkan konsep teoritis
belaka tetapi juga gabungan antara konsep dan teori dengan konteks pembelajaran.
Pendidikan di alam terbuka tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan
proses pendidikan di dalam kelas. Pendidikan yang bersifat alamiah menuntun peserta didik
untuk tidak sekedar hanya mendapatkan ilmu saja tetapi juga mampu untuk
menerapkannya dalam rangka bersosialisasi dengan lingkungannya. Pembentukan karakter
melalui proses pembelajaran di alam akan lebih bermanfaat karena peserta didik akan
terlibat langsung dengan hal‐hal yang lebih nyata.
Sudah saatnya para pendidik menggunakan berbagai metode alternatif demi
mencapai tujuan‐tujuan dari pendidikan sesuai dengan visi dan misi institusinya. Pencapaian
semua tujuan itu tentu sejalan dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Association for Supervision and Curriculum Development Singapore. 1991. ASCD Review:
Motivation. Singapore: ASCD
Faridl, Miftah. 2000. Etika Islam: Nasihat Islam untuk Anda. Bandung: Penerbit Pustaka
Gymnastiar, Abdullah. 2004. Aku Bisa!: Manajemen Qolbu untuk Melejitkan Potensi.
Bandung: MQ Publishing
Intisari Makalah Pekan Kerohanian Remaja II 1998 (PAKAR II). Masjid Raya Habiburahman.
8