SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Psikologi Sosial I
Prasangka, steorotipe dan Diskriminasi
Dosen Pengampu
Laila M I W, PhD
Disusunoleh :
AdityasGinanjar - 4611120065
YinaYuliana - 46112120089
KATA PENGANTAR
Dewasa ini dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat disegala bidang
semakin merambah keseluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini tentu saja dapat berdampak
positif dan negative, salah satunya dalam bidang sosial masyarakat. Dengan kemajuan teknologi,
manusia terlena dengan kecanggihannya sehingga sosialisasi yang “nyata’ kini tergeser dengan
sosialisasi di “dunia maya”. Kemudahan yang di dapatkan ternyata menimbulkan masalah baru,
yaitu kondisi hubungan sosial dengan orang-orang terdekat menjadi “tersisih”. Hal ini tentu
merupakan suatu kemunduran sosial pula yang seharusnya kita sadari. Permasalah sosial karena
“miss communication” sering sekali kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Sehingga dari masalah
ini timbul banyak permasalahan yang komplek. Padahal disisi lain kita semua mengetahui bahwa
keberhasilan hubungan sosial salah satunya tentu saja melalui komunikasi yang baik.
Itulah salah satu alasan makalah ini disusun. Dengan memperajar imateri-materi sosial dalam
makalah ini, diharapkan kitamemperoleh beberapa manfaat, antara lain dapat mengenal diri
pribadi dan orang lain di lingkungan sosial, sikap diri pribadi dan sosial, dan tentu saja
bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik dilingkungan sosial.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… ii
Pendahuluan
A. LatarBelakang …………………………………………………………………………iii
B. Tujuan ……………………………………………………………………………..iii
BAB I Pembahasan
1. Pengertian Praangka …………………………………………………………………1
2. Jenis-Jenis Prasangka ……………………………………………………………2
3. Pembentukan Prasangka …………………………………………………………4
4. Peran Steorotip, Diskriminasi dan Bentuk-Bentuk Diskriminasi …………………....5
5. Mengatasi Prasangka …………………………………………………………………12
BAB II Penutup ……………………………………………………………….14
BAB III Daftar Pustaka ………………………………………………………….15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Dunia sosial adalah materi yang selalu menjadi menarik untuk di telit idan di bahas
permasalahannya. Hal ini bukan saja karena banyak disiplin ilmu mengenai sosial, namun
karena kita, manusia makhluk yang memang hidup di dunia sosial. Di dalam lingkungan
sosial tentu ada hal positif dan negatifnya. Hal positifnya tentu dengan bersosial, manusia
bisa dengan mudah mencapai tujuan, baik itu tujuan individu maupun tujuan kelompok.
Dampak negatifnya tentu saja, dengan sikap, prilaku, komunikasi atau tindakan lainnya di
lingkungan sosial yang kurang tepat, dapat menimbulkan permasalahan yang beragam. Baik
yang sederhana sampai yang kompleks. Sering kita jumpai satu berita tentang pembunuhan
karena masalah komunikasi atau salah faham. Kesalah fahaman tersebut timbul diantaranya
karena masalah manusia yang terkadang berprasangka buruk terhadap individu maupun
kelompok. Oleh karena permasalahan yang timbul ini, dari zaman dahulu para ahli
sebetulnya sudah mempelajari prilaku-perilaku negative ini serta penyebabnya, yang hingga
sekarang tertuang dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, termasuk dalam mata pelajaran
Psikologi sosial.
B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
 Memahami mengenai prasangka, jenis prasangka, hal-hal yang menyebabkan
prasangka serta cara mengatasinya.
 Selain itu makalah ini membahas mengenai steorotipe dan diskriminasi sebagai dampak
negative dar iprasangka itu sendiri.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Prasangka
Prasangka (Prejudice) merupakan salah satu bentuk dari sikap. Sikap atau dalam bahasa
inggris attitude menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunya arti (1) Tokoh atau
bentuk tubuh, (2) Cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak); kuda-kuda
(pencak dan sebagainya), (3) Perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian,
keyakinan, (4) Perilaku; gerak-gerik. Sedangkan pengertian sikap menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
Myers mengemukakan bahwa “Attitude is a favorable or unfavorable evaluating reaction to
ward something or someone, exhibition in one’s belief, feeling or intended behavior”
(Sarwono, 2002:232).
Sedangkan Ajzen berpendapat bahwa “An attitude is a deposition to respond favorably or
unfavorably by evaluating an object, person, institution or even” (Sarwono, 2002:232).
Dari defenisi-defenisi mengenai sikap atau attitude di atas, walapun ada perbedaan namun,
smuanya sepakat bahwa sikap memiliki dua ciri khas yaitu :
a. Mempunyai object tertentu, seperti orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan
sebagainya
b. Melewati proses penialain, seperti setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka.
Sedangkan arti dari prasangka itu sendiri menurut Baroon & Byrne (Sarwono, 2002:267)
adalah sikap yang negative terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena
keanggotaannya dalam kelompok tertentu.
Menurut sebagaian para ahli prasangka timbul karena penilaian yang tidak berdasar
(unjustified) dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat, sehingga terjadi
penyimpangan pandangan (bias) dari kenyataan yang sesungguhnya (Sarwono, 2002:267)
Namun menurut Brown, prasangka tidak selalu salah dan irasional. Sebagian juga didasarkan
kepada kenyataan. Seperti hal nya dengan sikap, prasangka dapat berupa positif dan negative.
Hanya saja dalam hal ini, prasangka yang positif biasanya tidak menimbulkan masalah dalam
hubungan antar pribadi atau kelompok, sehingga tidak terlalu bayak dibicarakan khusus atau
bahkan tidak ada (Sarwono, 2002:267).
Karena sifatnya yang bisa berupa positif dan negatif, prasangka adalah masalah psikologi
social karena yang utama dari sikap ini adalah dampaknya pada hubungan antar pribadi dan
kelompok.
1
2. Jenis-Jenis Prasangka
Ada beberapa jenis prasangka yang berkembang di masyarakat, diantaranya :
a. Prasangka Rasial
Rasial merupakan tindakan yang berkaitan dengan rasisme. Rasisme sendiri
merupakan suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan
biologis yang melekat pada rasmanusia menentukan pencapaian budaya atau individu
bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang
lainnya.
Contohnya adalah prasangka antara orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di
Amerika, rasisme antara pribumi terhadap keturunan tionghoa di Indonesia dan
kasus-kasus rasisme lainnya.
b. Prasangka Jenis Kelamin
Pembagian peran secara tradisional menurut jenis kelamin menyebabkan
berkembangnya kepribadian antara kedua jenis kelamin yang berbeda (maskulin dan
feminin). Perbedaan ini pada gilirannya akan meenciptakan prasangka dan
diskriminasi. Akan tetapi, prasangka dan diskriminasi ini tidak terjadi atau bentuknya
akan lain sekali kalau dasar pembagian peran antara pria dan wanita juga tidak seperti
yang tradisional.
Menurut Bem (Sarwono, 2002:279), pembagian identitas jenis kelamin juga akan
berbeda (maskulin, feminine, dan androgin) jika pembagian peran dalam masyarakat
berubah karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
c. Prasangka Homoseksual
Menurut Herek prasangka tentang homoseksual (gay atau lesbian) merupakan gejala
yang terjadi di seluruh dunia.Salah satu teori mengatakan bahwa prasangka
homoseksual ini terjadi karena adanya peran pria dan wanita secara tradisional yang
disusun berdasarkan kondisi dalam masyarakat yang didominasi oleh kaum
heteroseksual.Kebudayaan heteroseksual ini menyediakan system nilai yang sudah
jadi (dalam bentuk adat, kebiasaan, agama, hokum, dan sebagainya) yang
mengeksklusifkan kaum homoseksual dan member tempat pada prasangka
homoseksual seakan-akan prasangka itu wajar dan normal saja (Sarwono, 2002:279).
Fernald juga berpendapat bahwa pengaruh dari prasagka homoseksual ini adalah pada
perilaku diskriminatif terhadap kaum tersebut, seperti membuat jarak dengan gay dan
lesbian karena adanya anggapan bahwa homoseksual mengancam dan mengganggu
ketentraman dan agresif (Sarwono, 2002:279).
2
Menurut Harry pengaruh lainnya dari prasangka homoseksual adalah adanya
kecenderungan tindakan agresif terhadap kaum tersebut.Semula diperkirakan bahwa
agresivitas terhadap homoseks dilakukan oleh golongan pemuda yang berkepribadian
tidak dewasa, yang kurang berhasil dengan lawan jenis dan sebagai kompensasinya
ingin menunjukan komitmen mereka pada heteroseksualitas melalui agresivitas pada
golongan homoseksual. Akan tetapi, penelitian lain membuktikan bahwa
agresivitasterhadap homoseksual tidak hanya dilakukan oleh laki-laki muda, tetapi
oleh berbagai golongan dan lapisan masyarakat. Agresi anti homoseksual ini semakin
meningkat sejak berjangkitnya AIDS dan HIV, karena kaum homoseksual (gay)
diprasangkai sebagai pembawa penyakit tersebut, begitulah yang dikemukakan Berryl
(Sarwono, 2002:280)
Menurut Herek walaupun demikian akhir-akhir ini tampak bahwa ada perubahan-
perubahan dalam struktur masyarakat heteroseksual sendiri, seperti adanya peran baru
bagi wanita dan perubahan peran pria serta adanya gerakan feminisme yang memberi
peluang pada perubahan prasangka terhadap homoseksual (Sarwono, 2002:280)
d. Prasangka Agama
Menurut Donahue & Benson ajaran yang terdapat di dalam setiap agama, selalu
berkorelasi positif dengan nilai-nilai pro-sosial dan berkorelasi negative dengan
percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, hubungan seks yang terlalu dini, dan hal-
hal yang berkaitan dengan kenakalan.
Selaras dengan penjelasan diatas, Gorsuch menemukan bahwa penyalah gunaan zat
(obat, minuman keras, dan sebagainya) di kalangan orang yang sangat religious
ternyata lebih rendah daripada di kalangan yang tidak religious.
Hal ini karena agama sebetulnya mempunyai tujuan penyesuaian diri (coping)
terhadap berbagai masalah kehidupan.Agama dapat memberi makna hidup,
keintiman, dan jati diri.
Namn tidak dapat dipungkiri,, prasangka antar agama sampai hari ini pun masih
berlangsung di beberapa tempat. Salah satunya seperti yang kita tahu perselisihan
antara islam dengan Yahudi menyebabkan penderitaan bagi semua orang yang terlibat
di dalamnya.
Isu prasangka agama laiinnya adalah konflik antara protestan-katolik di Irlandia
Utara, Muslim-Kristen ortodok di Bosnia, dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri toleransi antar agama di kalangan masyarakat relatif cukup baik,
walau masih terdapat prasangka-prasangka antar agama seperti sikap negatif
responden terhadap perkawinan beda agama, terlepas dari tingkat pendidikan dan
pola pendidikan agama yang mereka peroleh di rumah (Sarwono, 2002:281).
3
Dengan permasalahan seperti disebutkan diatas Hansberger (Sarwono, 2002:282)
memberikan solusi bahwa dibutuhkan kesadaran, kedewasaan, dan kebijaksana antar
individu.Sikap yang kurang tepat dalam menyikapi keragaman agama dapat
berpotensi menyempitkan wawasan yang menimbulkan prasangka-prasangka antar
agama.Karena walaupun setiap agama di dunia menganjurkan toleransi dan kasih
saying terhadap sesama, nyatanya agama justru berkorelasi positif dengan prasangka.
Mangis (Sarwono, 2002:282) lalu berpendapat bahwa prasangka agama tidak timbul
karena agamanya, tetapi karena wawasannya sempit (closed mindedness) dari
penganutnya.
e. Prasangka Lain
Terdapa banyak prasangka lain yang tumbuh di lingkungan masyarakat selain
prasangka-prasangka yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya prasangka
terhadap pria yang memakai anting-anting, prasangka terhadap pegawai negri dan
polisi, prasagka terhadap profesi seperti fotomodel, prasangka terhadap pelajar STM
yang dianggap suka berkelahi, prasangka terhadap penderita HIV/AIDS, dan
prasangka terhadap narapidana (Sarwono, 2002:281)
3. Pembentukan Prasangka
Prasangka dapat terbetuk baik pada interaksi social (hubungan antar kelompok) maupun
pada proses yang terjadi dalam diri individu (dinamika kepribadian
a) Interasi sosial
 Ketidak adilan
 In group-out group
Billing & Tajfel (Sarwono, 2002:283) Prasangka ini mudah terbentuk begitu ada
pengelompokan tertentu. Kecenderungan In group-out group ini sudak terlihat
sejak kanak-kanak
Jika perasaan in group-out group begitu melekat dan berlangsung terlalu lama,
prasangka akan sangat memuncak dan menjadi sikap bermusuhan yang sangat
mendalam.
Sebaliknya perasaan in group-out group ini bisa mengatasi prasangka
lainnya.Tjun menemukan bahwa di kalangan siswa pribumi dan non pribumi nilai
steorotip terhadap in group selalu lebih positif daripada out group. Sedangkan
Hastuti menemukan bahwa karyawna pribumi yang berada dalam lingkungan
kerja dengan mayoritas non pribumi bersikap lebih positif terhadap non pribumi
daripada pribumi yan bekerja di lingkungan dimana ia sendiri menjadi mayoritas
(Sarwono, 2002:285)
 Konformitas
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap
dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
4
Menurut Baron & Byrne (Sarwono, 2002:285), Prasangka dapat timbul dari
usiakanak-kanak melalu proses belajar social. Anak yang berusia kurang dari 5
tahun lebih cepat menyerap prasangka daripada anak-anak berumur 8-9
tahun.Proses belajar ini merupakan bagian dari proses konformitas individu
terhadaplingkungannya.
Singgih Kurniawan & A. Mutho M. Rois dalam jurnalnya mengenai Tawuran di
kalangan remaja/siswa menemukan bahwa ada hubungan erat antara konformitas
dengan in group-out group di kalangan remaja sekolah yang cenderung terlibat
tawuran.Disimpulkan bahwa siswa yang terlibat memiliki konformitas terhadap
kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terlibat tawuran.
 Dukungan institusional
 Konflik antarkelompok
b) Dinamika kepribadian
 Teori Furstasi-Agresi atau teori “Kambing Hitam”
 Kebutuhan akan status dan merasa memiliki kelompok (Sense of belonging)
 Kepribadian otoriter
 Faktor kognitif
4. Peran Steorotip, Diskriminasi dan Betuk-Bentuk Diskriminasi
 Steoreotip
Dampak negatifdari prasangka diantaranya adalah Steorotipe dan
Diskrimanasi.Stereotip Istilah berasal dari bahasa Yunani kata στερεός ( stereo ),
"tegas, padat" dan τύπος ( typos ), "kesan," maka stereotip menurut bahasa berarti
"kesan yang kuat".
Istilah ini berasal dari perdagangan cetak dan pertama kali diadopsi pada tahun 1798
oleh Firmin Didot.Di luar dunia percetakan, referensi pertama "stereotip" adalah pada
tahun 1850, sebagai kata benda yang berarti "gambar yang diabadikan tanpa
perubahan." Namun, hal itu tidak sampai 1922 bahwa "stereotype" pertama kali
digunakan dalam pengertian psikologi modern oleh wartawan Amerika Walter
Lippmann dalam karyanya Public Opinion. (Melton,1993)
Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh
manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam
pengambilan keputusan secara cepat.Penilaian dalam steorotipe ini hanya berdasarkan
sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada suatu kelompok tertentu.
Sesuai dengan prinsip heuristics, steorotipe ini bermanfaat untuk
mengefisiensikanproses dalam kognisi seseorang, sehingga ia tidak perlu lagi berfikir
terlalu sulit dan lama sebelum bereaksi terhadap orang lain atau kelompok lain.
5
Dari kacamata teori psikologi kognitif steorotip ini timbul karena manusia
membentuk skema atau kategori dalam kognisinya dan sekali skema ini sudah
terbentuk, oranng cenderung hanya menerima informasi yang sesuai dengan skema
itu dan menolak yang tidak sesuai.
Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang
dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif.Sebagian orang
menganggap segala bentuk stereotipe negatif.Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya
hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula
stereotipe:
 Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola
komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antar kelompok.
 Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi
kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.
 Para humanis berorientasi psikoanalisis menekankan bahwa stereotipe secara
definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan
seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang
sebenarnya.
 Fungsi Stereotip
Studi awal menunjukkan bahwa stereotip hanya terjadi pada orang-orang yang
kaku, ditekan, dan otoriter. Ide ini telah disangkal oleh penelitian kontemporer
yang menunjukkan keberagaman stereotip dan menganggap stereotip sebagai
keyakinan kelompok kolektif, yang berarti bahwa orang-orang yang termasuk
dalam kelompok sosial yang sama mempunya stereotip yang sama (Henri, 1981).
Penelitian modern menegaskan bahwa pemahaman penuh terhadap stereotip
memerlukan pertimbangan dari dua perspektif komplementer : Yang dibagi
bersama dalam suatu budaya tertentu dan yang terbentuk dalam pikiran seorang
individu
 Hubungan antara kognitif dan sosial fungsi
Stereotip dapat menunjukkan fungsi kognitif pada tingkat interpersonal, dan
fungsi sosial pada tingkat antarkelompok (Steven dkk, 2012). Untuk stereotip
berfungsi pada tingkat antarkelompok, seorang individu harus melihat diri
mereka sebagai bagian dari kelompok dan menjadi bagian dari kelompok itu
juga harus terasa menonjol/berarti bagi individu.
Craig McGarty, Russell Spears, dan Vincent Y. Yzerbyt (2002) berpendapat
bahwa fungsi kognitif dari stereotip yang terbaik dipahami dalam kaitannya
dengan fungsi sosialnya, dan sebaliknya.
6
 Fungsi kognitif
Stereotip dapat membantu memahami dunia. Stereotip adalah bentuk
kategorisasi yang berguna untuk menyederhanakan dan mensistematisasi
informasi. Dengan demikian, informasi lebih mudah diidentifikasi, ingat,
diprediksi, ditanggapi. Stereotip adalah bentuk kategorisasi dari benda atau
manusia (McGarty dkk., 2002).
Gordon Allport (1954) telah menyatakan bahwa orang merasa lebih mudah
untuk memahami informasi masuk yang sudah dikategorisasi.
Sebuah perspektif komplementer berteori bagaimana stereotip berfungsi untuk
menghemat waktu dan energi yang memungkinkan orang untuk bertindak
lebih efisien. Namun perspektif lain menunjukkan bahwa stereotip adalah
persepsi bias rakyat dari konteks sosial mereka. Dalam pandangan ini, orang
menggunakan stereotip sebagai jalan pintas untuk memahami konteks sosial
mereka, dan ini membuat tugas seseorang memahami dunianya kurang
menuntut proses kognitif (McGarty dkk., 2002).
 Fungsi sosial: kategorisasi sosial
Dalam situasi berikut, tujuan menyeluruh dari stereotip adalah bagi orang-
orang untuk menempatkan diri mereka secara kolektif (anggota ingroup
mereka) dalam pandangan yang positif ( Haslam dkk., 2002)
 ketika stereotip digunakan untuk menjelaskan kegiatan sosial
 ketika stereotip digunakan untuk membenarkan kegiatan kelompok satu
(ingroup ) terhadap kelompok lain ( outgroup )
 ketika stereotip digunakan untuk membedakan ingroup secara positif jelas
berbeda dari outgroup
 Tujuan penjelasan
Seperti disebutkan sebelumnya, stereotip dapat digunakan untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa sosial. Henri Tajfel mendeskripsikan pengamatannya
tentang bagaimana beberapa orang menemukan bahwa konten anti-Semitic
dari The Protocol of the Elder of Zion dan berpikiran jika Yahudi memiliki
karakteristik tertentu. Karena itu, menurut Tajfel, Yahudi distereotipkan
menjadi sosok 'evil' jahat dan ingin untuk mendominasi dunia untuk
mencocokkan 'fakta' anti-Semitic seperti yang disajikan dalam The Protokol
the elder of Zion.
7
 Tujuan Justifikasi
Orang-orang membuat stereotip untuk membenarkan tindakan yang ingroup
mereka telah melakukan (atau berencana untuk lakukan) terhadap outgroup
lain. Sebagai contoh, menurut Tajfel (1981), Eropa menstereotipkan Turki,
India, dan orang-orang Cina tidak akan mampu mencapai kemajuan keuangan
tanpa bantuan Eropa. Stereotip ini digunakan untuk membenarkan
kolonialisme Eropa di Turki, India, dan China.
 Diferensiasi antar kelompok
Orang ingin kelompok (ingroup) mereka untuk memiliki citra relatif positif
terhadap kelompok luar (outgroup), sehingga orang ingin membedakan
ingroup mereka dari kelompok luar yang relevan dengan cara yang
diinginkan. Jika suatu outgroup tidak mempengaruhi citra ingroup, tidak ada
gunanya bagi ingroup menjadi secara jelas berbeda dari outgroup yang lain
(Haslam dkk., 2002)
 Fungsi sosial: kategorisasi diri
Seseorang akan mengubah stereotip mereka, baik untuk kelompok maupun
diluar kelompok mereka, sesuai dengan konteks yang sesuai dengan dirinya.
Orang cenderung self-stereotip kelompok mereka secara homogen dalam
konteks antarkelompok, dan mereka tidak melakukannya dalam konteks
intragrup di mana keanggotaan kelompok mereka tidak terlalu kuat. Stereotip
dapat menekankan keanggotaan kelompok dalam dua langkah: Pertama,
stereotip menekankan kesamaan orang tersebut dengan anggota ingroup pada
dimensi yang relevan, dan juga perbedaan seseorang dari outgroup anggota
pada dimensi yang relevan. Kedua, semakin besar stereotip dalam kelompok
yang sama dan kelompok yang berbeda, yang lebih menonjolkan identitas
sosial orang-orang tersebut , dan semakin depersonalisasi orang-orang
tersebut. depersonalisasi akan menghilangkan perbedaan individu nya dan
mengembangkan stereotip yang terkait dengan keanggotaan kelompok yang
relevan. ( Haslam dkk., 2002)
 Fungsi sosial: pengaruh sosial dan konsensus
Stereotip merupakan indikator konsensus kelompok ingroup. Bila ada
perbedaan pendapat intragroup atas stereotip dari ingroup dan / atau
outrgroups, anggota ingroup akan mengambil tindakan kolektif untuk
mencegah anggota ingroup lain dari menyimpang dari satu sama lain.
8
John C. Turner menyatakan pada tahun 1987 bahwa jika anggota ingroup
tidak setuju pada stereotip outgroup, maka salah satu dari tiga tindakan
kolektif mungkin akan dilakukan :
 Pertama, anggota ingroup dapat bernegosiasi dengan satu sama lain dan
menyimpulkan bahwa mereka memiliki stereotip outgroup yang berbeda
karena mereka menstereotipkan subkelompok yang berbeda dari outgroup
(misalnya, Rusia pesenam dibandingkan petinju Rusia).
 Kedua, anggota ingroup dapat bernegosiasi dengan satu sama lain, tetapi
menyimpulkan bahwa mereka tidak setuju karena perbedaan kategoris
antara mereka sendiri. Dengan demikian, dalam konteks ini, lebih baik
untuk mengkategorikan anggota ingroup dibawah kategori yang berbeda
(misalnya, Demokrat dibandingkan Republikan) daripada di bawah
kategori bersama (misalnya, Amerika).Akhirnya, anggota ingroup dapat
mempengaruhi satu sama lain untuk menyimpulkan pada suatu stereotip
outgroup yang bersifat umum ( Haslam dkk., 2002).
Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian
statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta
terukur.
Efek yang merugikan dari stereotip adalah:
- Pembenaran dari prasangka buruk atau pengabaian,
- Keengganan untuk memikirkan kembali sikap seseorang dan perilaku terhadap
kelompok stereotip,
- Mencegah beberapa orang dari kelompok stereotip masuk atau berhasil dalam
kegiatan atau bidang tertentu (Tilcsik, 2011)
 Diskriminasi
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakat.Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu
tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh
individu tersebut.
Menurut Sears, Freedman & Peplau (1999) diskriminasi adalah perilaku menerima
atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok.
Sementara itu dalam pengertian lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah
perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras,
agama, umur, atau karakteristik yang lain.
Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari diskriminasi
adalah perlakuan berbeda. Ada 2 bentuk diskriminasi, diantaranya :
9
 Diskriminasi langsung
Terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat
adanya peluang yang sama.
 Diskriminasi tidak langsung
Terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di
lapangan.
Stereotip, prasangka , dan diskriminasi dipahami sebagai konsep yang terkait tetapi
berbeda. Stereotip dianggap sebagai komponen yang paling kognitif dan sering
terjadi tanpa kesadaran, sedangkan prasangka adalah komponen afektif. Stereotip dan
diskriminasi adalah komponen perilaku dari reaksi prasangka .
Meski terkait, tiga konsep yang dapat eksis secara independen satu sama
lain. Menurut Daniel Katz dan Kenneth Braly (1935), stereotip menyebabkan
prasangka rasial ketika orang secara emosional bereaksi terhadap nama kelompok,
menganggapkan karakteristik kepada anggota kelompok , dan kemudian
mengevaluasi karakteristik tersebut.
Kemudian ada juga bentuk – bentuk diskriminasi pada kehidupan nyata,diantaranya :
 Umur (Ageism)
Ageism atau diskriminasi umur adalah diskriminasi dan stereotip yang didasarkan
pada dasar usia seseorang. Ini adalah satu set kepercayaan, norma, dan nilai-nilai
yang digunakan untuk membenarkan diskriminasi dan / atau subordinasi
berdasarkan usia seseorang. Ageism yang paling sering diarahkan orang tua, atau
remaja dan anak-anak.
Diskriminasi usia dalam seleksi kerja telah terbukti ada di Amerika Serikat .
Joanna Lahey, profesor di The Bush School of Government dan Pelayanan Publik
di Texas A & M , menemukan bahwa perusahaan yang lebih dari 40% lebih
mungkin untuk mewawancarai seorang dewasa muda daripada pelamar kerja yang
lebih tua (Lahey, 2005)
Dalam sebuah survei untuk University of Kent , Inggris, 29% responden
menyatakan bahwa mereka telah menderita diskriminasi usia. Ini adalah proporsi
yang lebih tinggi daripada jenis kelamin atau ras diskriminasi. Dominic Abrams,
profesor psikologi sosial di universitas, menyimpulkan bahwa Ageism adalah
bentuk paling luas dari pengalaman prasangka dalam populasi Inggris.
10
 Kasta
Menurut UNICEF dan Human Rights Watch , diskriminasi berdasarkan kasta
mempengaruhi sekitar 250 juta orang di seluruh dunia. Diskriminasi berdasarkan
kasta, seperti yang dirasakan oleh UNICEF , adalah lazim terutama di beberapa
bagian Asia , ( India , Sri Lanka , Bangladesh , China , Pakistan , Nepal , Jepang ),
Afrika dan lain-lain.
 Cacat
Diskriminasi terhadap penyandang cacat yang disebut ableism atau disablism.
Diskriminasi kecacatan, memperlakukan individu cacat seperti inividu yang
'hidup normal', biasa di tempat-tempat publik dan swasta dan jasa, pendidikan,
dan pekerjaan sosial yang dibangun untuk melayani orang-orang 'normal',
sehingga para penyandang tidak mendapatkan hak yang mereka butuhkan.
 Kebangsaan
Diskriminasi atas dasar kebangsaan biasanya disertakan dalam undang-undang
ketenagakerjaan.Hal ini kadang-kadang disebut sebagai terikat bersama-sama
dengan diskriminasi rasial meskipun bisa terpisah. Ini mungkin berbeda dari
hukum yang menghentikan penolakan mempekerjakan berdasarkan kebangsaan,
mengajukan pertanyaan tentang asal-usul, untuk larangan pembakaran, pensiun
paksa, kompensasi dan membayar, dll, berdasarkan kebangsaan.
Diskriminasi atas dasar kebangsaan mungkin menunjukkan sebagai "tingkat
penerimaan" dalam olahraga atau kerja tim tentang anggota tim baru dan
karyawan yang berbeda kewarganegaraan dari mayoritas anggota tim.(La
Mance)
 Ras atau etnis
Diskriminasi rasial membedakan individu atas dasar perbedaan ras yang nyata dan
dirasakan dan telah menjadi kebijakan resmi pemerintah di beberapa negara,
seperti Afrika Selatan dalam apartheid era. Kebijakan diskriminatif terhadap etnis
minoritas termasuk diskriminasi berbasis ras etnis India dan Cina di Malaysia
atau diskriminasi etnis Uighur di Cina . Selain itu, setelah Perang Vietnam,
banyak pengungsi Vietnam pindah ke Amerika Serikat . Di Amerika Serikat,
diskriminasi ke Vietnam adalah juga ada. (Levine dkk.,2005)
Penduduk asli Amerika menyumbang sekitar 2% dari jumlah populasi manusia di
Kanada, tapi meyumbang narapidana sekitar 18% dari seluruh narapidana penjara
federal Kanada pada tahun 2000. Pada Juni 2006 pemerintah Australia
mempublikasikan statistik penjara, Aborigin membentuk 24% dari keseluruhan
Populasi penjara di Australia .
11
Pada tahun 2004, Māori terdiri hanya 15% dari total penduduk Selandia Baru
namun 49,5% dari tahanan. The Equality and Human Rights Commission
menemukan bahwa lima kali lebih banyak orang kulit hitam dibandingkan orang
kulit putih per kepala penduduk di Inggris dan Wales dipenjara. Para ahli dan
politisi mengatakan over-representasi dari laki-laki hitam adalah hasil dari dekade
prasangka rasial dalam sistem peradilan pidana. Di Amerika Serikat , rasial
terhadap kaum minoritas oleh petugas penegak hukum telah disebut diskriminasi
rasial.(The Guardian, 2011)
Dalam sistem peradilan pidana di Amerika Serikat, minoritas dihukum dan
dipenjara proporsional bila dibandingkan dengan mayoritas Pada tahun 1998,
hampir satu dari tiga orang Amerika Afrika antara usia 20-29 berada di penjara
atau kurungan, masa percobaan atau bebas bersyarat pada hari tertentu di Amerika
Serikat . Pada awal 1866, Undang-Undang Hak Sipil dan Civil Rights Act 1871
memberikan obat untuk rasisme yang disengaja dalam pekerjaan oleh perusahaan
swasta dan negara dan pengusaha umum setempat. The Civil Rights Act tahun
1991 memperluas kerusakan yang tersedia di Bab VII kasus dan diberikan Judul
VII penggugat hak untuk juri pengadilan. Diskriminasi terhadap orang-orang ras
campuran di Amerika Serikat: Gagasan bahwa orang dapat terbagi menjadi
beberapa kategori bebas ras telah berubah menjadi asumsi tertandingi dan tidak
bisa diperdebatkan.
 Agama
Diskriminasi agama membedakan individu atas dasar perbedaan agama atau
kepercayaan.
 Seks, gender, and gender-identity
Meskipun diskriminasi gender dan seksisme mengacu pada keyakinan dan sikap
dalam kaitannya dengan gender seseorang, keyakinan dan sikap tersebut bersifat
sosial dan alamiah. Diskriminasi seks , di sisi lain, mungkin memiliki
konsekuensi hukum.
Meskipun apa yang merupakan diskriminasi gender bervariasi antar negara,
intinya adalah bahwa hal itu merupakan sebuah tindakan yang merugikan diambil
oleh satu orang terhadap orang lain yang yang bergender seks lain. Diskriminasi
dengan alasan gender itu natural dianggap sebagai bentuk prasangka dan dalam
keadaan enumerasi tertentu adalah ilegal di banyak negara.
Dalam kehidupan sosial, perbedaan seksual telah digunakan untuk membenarkan
peran yang berbeda untuk pria dan wanita , dalam beberapa kasus menimbulkan
klaim peran primer dan sekunder.
12
Walaupun ada perbedaan non-fisik dugaan antara pria dan wanita, ulasan utama
dari literatur akademis tentang perbedaangender menemukan hanya sebagian kecil
dari karakteristik di mana ada perbedaan psikologis yang konsisten antara pria
dan wanita, dan ini berhubungan langsung dengan pengalaman didasarkan pada
perbedaan biologis . Namun, ada juga beberapa perbedaan psikologis dalam hal
bagaimana masalah yang ditangani dan persepsi emosional dan reaksi yang
mungkin berhubungan dengan hormon dan karakteristik sukses masing-masing
gender selama peran lama dalam gaya hidup primitif masa lalu.
Diskriminasi yang tidak adil biasanya mengikuti stereotip gender yang dimiliki
oleh masyarakat.
5. Mengatasi Prasangka
Untuk membuat prasangka benar-benar terhapus, rasanya menjadi sangat sulit. Karena
telah di jelaskan sebelumya bahwa prasangka dapat terbentuk karena faktor internal
dalam individu itu sendiri dan eksternal dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, karena
terlalu banyak faktor yang mempengaruhi prasangka, tidak ada satu pun jalan terbaik
untuk menghilangkan prasangka.
Namun, prasangka dapat diantisipasi dampaknya. Prasangka yang ketidakadilan dan
ketidakseimbangan dapat diatasi dengan menciptakan situasi yang lebih adil. Prasangka
yang disebabkan karena diskrimanasi dikurangi dengan cara menghilagkan diskriminasi.
Prasangka yang didukug oleh intuisi masyarakat dicegah dengan mengubah tatanan
dalam intuisi masyarakat itu sendiri dan perasaan in group – out group diatasi dengan
memperbanyak kontak antar kelompok.
13
BAB III
PENUTUP
Prasangka, steorotip dan diskriminasi adalah fenomena yang tidak jarang terjadi di kehidupan
sosial masyarakat. Meskipun mengetahui dampak-dampak negatifnya, secara sadar maupun
tidak sadar sikap ini dilakukan atau bahkan menjadi kepercayaan individu dalam menjalani
kehidupan sosial. Diharapkan dengan mempelajari mengenai tiga hal ini, kita menjadi manusia
yang lebih bijak dan dewasa dalam menyikapi fenomena-fenomena di lingkungan sosial.
14
BAB IV
Daftar Pustaka
Kurniawan, Singgih & A. Mutho M. Rois.2009.Tawuran, Prasangka Terhadap Kelompok Siswa
Sekolah Lain, Serta Konformitas Pada Kelompok Teman Sebaya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta : Balai Pustaka
Prasnowo, Sukojati.2007.Stereotip Terhadap Masyarakat Tionghoa dalam Ca-Bau-Khan.FIB:UI
Kleg, Milton (1993). Hate Prejudice and Racism. Albany: State University of New York Press
McGarty, Craig; Spears, Russel; Yzerbyt, Vincent Y. (2002). "Conclusion: stereotypes are
selective, variable and contested explanations". Stereotypes as explanations: The formation of
meaningful beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press
McGarty, Craig; Yzerbyt, Vincent Y.; Spears, Russel (2002). "Social, cultural and cognitive
factors in stereotype formation". Stereotypes as explanations: The formation of meaningful
beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press
Allport, Gordon W. (1954). The Nature of Prejudice. Cambridge
Haslam, S. A., Turner, J. C., Oakes, P. J., Reynolds, K. J., & Doosje, B. (2002). From personal
pictures in the head to collective tools in the word: how shared stereotypes allow groups to
represent and change social reality. Cambridge: Cambridge University Press
Tajfel, Henri (1981). Social stereotypes and social group. Oxford
Tilcsik, András (2011). "Pride and Prejudice: Employment Discrimination against Openly Gay
Men in the United States". American Journal of Sociology(American Psychological Association)
Katz, Daniel; Braly, Kenneth W. (1935). "Racial prejudice and racial stereotypes". The Journal
of Abnormal and Social Psychology (American Psychological Association)
Lahey, J. (2005) Do Older Workers Face Discrimination?. Boston: Boston CollegeLevine,
Levine, Bertram. (2005). Not All Black and White. London: University of Missouri Press
15

More Related Content

What's hot

Prasangka, steorotip dan diskriminasi
Prasangka, steorotip dan diskriminasiPrasangka, steorotip dan diskriminasi
Prasangka, steorotip dan diskriminasiAnna Dekinai
 
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10Sely Ai
 
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaMakalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaAndreasFN
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)
Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)
Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpointPsikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpointfrahmawati528
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaWarnet Raha
 
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosialPengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosialelmakrufi
 
PPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
PPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaPPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
PPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaAndreasFN
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungRatih Aini
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisapsepti22
 
Teori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslowTeori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslowZulfa Meizanita
 
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMPENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMFitriAmaliyah
 
Psikologi individu ALLPORT
Psikologi individu ALLPORTPsikologi individu ALLPORT
Psikologi individu ALLPORTNabilahazhar5
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 
Laporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi Komunikasi
Laporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi KomunikasiLaporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi Komunikasi
Laporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi KomunikasiRhaka Katresna
 

What's hot (20)

Prasangka, steorotip dan diskriminasi
Prasangka, steorotip dan diskriminasiPrasangka, steorotip dan diskriminasi
Prasangka, steorotip dan diskriminasi
 
Perilaku Prososial
Perilaku PrososialPerilaku Prososial
Perilaku Prososial
 
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
 
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaMakalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
Neo psikoanalisa
Neo psikoanalisaNeo psikoanalisa
Neo psikoanalisa
 
Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)
Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)
Teori Mekanistik (Psikologi Perkembangan)
 
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpointPsikologi sosial.xps2. powerpoint
Psikologi sosial.xps2. powerpoint
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
 
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosialPengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
 
PPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
PPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaPPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
PPT Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
 
Persepsi Sosial
Persepsi SosialPersepsi Sosial
Persepsi Sosial
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisa
 
Teori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslowTeori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslow
 
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMPENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
 
Psikologi individu ALLPORT
Psikologi individu ALLPORTPsikologi individu ALLPORT
Psikologi individu ALLPORT
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Laporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi Komunikasi
Laporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi KomunikasiLaporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi Komunikasi
Laporan Observasi Film Ron Clark Story Psikologi Komunikasi
 

Similar to PSISOS

MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERAna Sengga
 
Persepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdf
Persepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdfPersepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdf
Persepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdfssuser9df8d0
 
Study gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialStudy gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialmaujihany
 
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangkareligion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangkaRahmat Febriansyah
 
Individu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakatIndividu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakativansahrulmubaroq
 
Ppt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptxPpt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptxHasyimAzhari2
 
Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...
Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...
Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...adni fitria
 
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka Nur Fitriyani
 
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxRisma94
 
Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_
Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_
Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_njuhan
 
106464226 2010 d
106464226 2010 d106464226 2010 d
106464226 2010 dTiTo Saint
 
Draft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanDraft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanYanos Ta
 
Prasangka dan diskriminasi
Prasangka dan diskriminasiPrasangka dan diskriminasi
Prasangka dan diskriminasiacod
 
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptxPATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptxashrafkhairulAzam
 

Similar to PSISOS (20)

MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
 
Modul gangguan seksualitas
Modul gangguan seksualitasModul gangguan seksualitas
Modul gangguan seksualitas
 
Gender
 Gender Gender
Gender
 
Persepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdf
Persepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdfPersepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdf
Persepsi - Prasangka dan Diskriminasi.pdf
 
Gender
GenderGender
Gender
 
Study gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosialStudy gender dan problematika sosial
Study gender dan problematika sosial
 
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangkareligion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
religion, morality, prejudice - agama, moralitas dan prasangka
 
Individu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakatIndividu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakat
 
Ppt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptxPpt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptx
 
Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...
Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...
Peran keluarga untuk menanamkan nilai nilai agama dalam menanggulangi pergaul...
 
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
 
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_
Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_
Transgender manusia keragaman-dan-kesetaraannya-_
 
106464226 2010 d
106464226 2010 d106464226 2010 d
106464226 2010 d
 
Draft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanDraft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaan
 
Prasangka dan diskriminasi
Prasangka dan diskriminasiPrasangka dan diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi
 
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptxPATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
 
Ips sosiologi
Ips sosiologiIps sosiologi
Ips sosiologi
 
Perkembangan emosi
Perkembangan  emosiPerkembangan  emosi
Perkembangan emosi
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

PSISOS

  • 1. Psikologi Sosial I Prasangka, steorotipe dan Diskriminasi Dosen Pengampu Laila M I W, PhD Disusunoleh : AdityasGinanjar - 4611120065 YinaYuliana - 46112120089
  • 2. KATA PENGANTAR Dewasa ini dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat disegala bidang semakin merambah keseluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini tentu saja dapat berdampak positif dan negative, salah satunya dalam bidang sosial masyarakat. Dengan kemajuan teknologi, manusia terlena dengan kecanggihannya sehingga sosialisasi yang “nyata’ kini tergeser dengan sosialisasi di “dunia maya”. Kemudahan yang di dapatkan ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu kondisi hubungan sosial dengan orang-orang terdekat menjadi “tersisih”. Hal ini tentu merupakan suatu kemunduran sosial pula yang seharusnya kita sadari. Permasalah sosial karena “miss communication” sering sekali kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Sehingga dari masalah ini timbul banyak permasalahan yang komplek. Padahal disisi lain kita semua mengetahui bahwa keberhasilan hubungan sosial salah satunya tentu saja melalui komunikasi yang baik. Itulah salah satu alasan makalah ini disusun. Dengan memperajar imateri-materi sosial dalam makalah ini, diharapkan kitamemperoleh beberapa manfaat, antara lain dapat mengenal diri pribadi dan orang lain di lingkungan sosial, sikap diri pribadi dan sosial, dan tentu saja bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik dilingkungan sosial. i
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………………… i Daftar Isi ……………………………………………………………………………… ii Pendahuluan A. LatarBelakang …………………………………………………………………………iii B. Tujuan ……………………………………………………………………………..iii BAB I Pembahasan 1. Pengertian Praangka …………………………………………………………………1 2. Jenis-Jenis Prasangka ……………………………………………………………2 3. Pembentukan Prasangka …………………………………………………………4 4. Peran Steorotip, Diskriminasi dan Bentuk-Bentuk Diskriminasi …………………....5 5. Mengatasi Prasangka …………………………………………………………………12 BAB II Penutup ……………………………………………………………….14 BAB III Daftar Pustaka ………………………………………………………….15 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dunia sosial adalah materi yang selalu menjadi menarik untuk di telit idan di bahas permasalahannya. Hal ini bukan saja karena banyak disiplin ilmu mengenai sosial, namun karena kita, manusia makhluk yang memang hidup di dunia sosial. Di dalam lingkungan sosial tentu ada hal positif dan negatifnya. Hal positifnya tentu dengan bersosial, manusia bisa dengan mudah mencapai tujuan, baik itu tujuan individu maupun tujuan kelompok. Dampak negatifnya tentu saja, dengan sikap, prilaku, komunikasi atau tindakan lainnya di lingkungan sosial yang kurang tepat, dapat menimbulkan permasalahan yang beragam. Baik yang sederhana sampai yang kompleks. Sering kita jumpai satu berita tentang pembunuhan karena masalah komunikasi atau salah faham. Kesalah fahaman tersebut timbul diantaranya karena masalah manusia yang terkadang berprasangka buruk terhadap individu maupun kelompok. Oleh karena permasalahan yang timbul ini, dari zaman dahulu para ahli sebetulnya sudah mempelajari prilaku-perilaku negative ini serta penyebabnya, yang hingga sekarang tertuang dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, termasuk dalam mata pelajaran Psikologi sosial. B. Tujuan Makalah ini disusun dengan tujuan :  Memahami mengenai prasangka, jenis prasangka, hal-hal yang menyebabkan prasangka serta cara mengatasinya.  Selain itu makalah ini membahas mengenai steorotipe dan diskriminasi sebagai dampak negative dar iprasangka itu sendiri. iii
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Prasangka Prasangka (Prejudice) merupakan salah satu bentuk dari sikap. Sikap atau dalam bahasa inggris attitude menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunya arti (1) Tokoh atau bentuk tubuh, (2) Cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak); kuda-kuda (pencak dan sebagainya), (3) Perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan, (4) Perilaku; gerak-gerik. Sedangkan pengertian sikap menurut para ahli adalah sebagai berikut : Myers mengemukakan bahwa “Attitude is a favorable or unfavorable evaluating reaction to ward something or someone, exhibition in one’s belief, feeling or intended behavior” (Sarwono, 2002:232). Sedangkan Ajzen berpendapat bahwa “An attitude is a deposition to respond favorably or unfavorably by evaluating an object, person, institution or even” (Sarwono, 2002:232). Dari defenisi-defenisi mengenai sikap atau attitude di atas, walapun ada perbedaan namun, smuanya sepakat bahwa sikap memiliki dua ciri khas yaitu : a. Mempunyai object tertentu, seperti orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya b. Melewati proses penialain, seperti setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka. Sedangkan arti dari prasangka itu sendiri menurut Baroon & Byrne (Sarwono, 2002:267) adalah sikap yang negative terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu. Menurut sebagaian para ahli prasangka timbul karena penilaian yang tidak berdasar (unjustified) dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat, sehingga terjadi penyimpangan pandangan (bias) dari kenyataan yang sesungguhnya (Sarwono, 2002:267) Namun menurut Brown, prasangka tidak selalu salah dan irasional. Sebagian juga didasarkan kepada kenyataan. Seperti hal nya dengan sikap, prasangka dapat berupa positif dan negative. Hanya saja dalam hal ini, prasangka yang positif biasanya tidak menimbulkan masalah dalam hubungan antar pribadi atau kelompok, sehingga tidak terlalu bayak dibicarakan khusus atau bahkan tidak ada (Sarwono, 2002:267). Karena sifatnya yang bisa berupa positif dan negatif, prasangka adalah masalah psikologi social karena yang utama dari sikap ini adalah dampaknya pada hubungan antar pribadi dan kelompok. 1
  • 6. 2. Jenis-Jenis Prasangka Ada beberapa jenis prasangka yang berkembang di masyarakat, diantaranya : a. Prasangka Rasial Rasial merupakan tindakan yang berkaitan dengan rasisme. Rasisme sendiri merupakan suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada rasmanusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Contohnya adalah prasangka antara orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Amerika, rasisme antara pribumi terhadap keturunan tionghoa di Indonesia dan kasus-kasus rasisme lainnya. b. Prasangka Jenis Kelamin Pembagian peran secara tradisional menurut jenis kelamin menyebabkan berkembangnya kepribadian antara kedua jenis kelamin yang berbeda (maskulin dan feminin). Perbedaan ini pada gilirannya akan meenciptakan prasangka dan diskriminasi. Akan tetapi, prasangka dan diskriminasi ini tidak terjadi atau bentuknya akan lain sekali kalau dasar pembagian peran antara pria dan wanita juga tidak seperti yang tradisional. Menurut Bem (Sarwono, 2002:279), pembagian identitas jenis kelamin juga akan berbeda (maskulin, feminine, dan androgin) jika pembagian peran dalam masyarakat berubah karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. c. Prasangka Homoseksual Menurut Herek prasangka tentang homoseksual (gay atau lesbian) merupakan gejala yang terjadi di seluruh dunia.Salah satu teori mengatakan bahwa prasangka homoseksual ini terjadi karena adanya peran pria dan wanita secara tradisional yang disusun berdasarkan kondisi dalam masyarakat yang didominasi oleh kaum heteroseksual.Kebudayaan heteroseksual ini menyediakan system nilai yang sudah jadi (dalam bentuk adat, kebiasaan, agama, hokum, dan sebagainya) yang mengeksklusifkan kaum homoseksual dan member tempat pada prasangka homoseksual seakan-akan prasangka itu wajar dan normal saja (Sarwono, 2002:279). Fernald juga berpendapat bahwa pengaruh dari prasagka homoseksual ini adalah pada perilaku diskriminatif terhadap kaum tersebut, seperti membuat jarak dengan gay dan lesbian karena adanya anggapan bahwa homoseksual mengancam dan mengganggu ketentraman dan agresif (Sarwono, 2002:279). 2
  • 7. Menurut Harry pengaruh lainnya dari prasangka homoseksual adalah adanya kecenderungan tindakan agresif terhadap kaum tersebut.Semula diperkirakan bahwa agresivitas terhadap homoseks dilakukan oleh golongan pemuda yang berkepribadian tidak dewasa, yang kurang berhasil dengan lawan jenis dan sebagai kompensasinya ingin menunjukan komitmen mereka pada heteroseksualitas melalui agresivitas pada golongan homoseksual. Akan tetapi, penelitian lain membuktikan bahwa agresivitasterhadap homoseksual tidak hanya dilakukan oleh laki-laki muda, tetapi oleh berbagai golongan dan lapisan masyarakat. Agresi anti homoseksual ini semakin meningkat sejak berjangkitnya AIDS dan HIV, karena kaum homoseksual (gay) diprasangkai sebagai pembawa penyakit tersebut, begitulah yang dikemukakan Berryl (Sarwono, 2002:280) Menurut Herek walaupun demikian akhir-akhir ini tampak bahwa ada perubahan- perubahan dalam struktur masyarakat heteroseksual sendiri, seperti adanya peran baru bagi wanita dan perubahan peran pria serta adanya gerakan feminisme yang memberi peluang pada perubahan prasangka terhadap homoseksual (Sarwono, 2002:280) d. Prasangka Agama Menurut Donahue & Benson ajaran yang terdapat di dalam setiap agama, selalu berkorelasi positif dengan nilai-nilai pro-sosial dan berkorelasi negative dengan percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, hubungan seks yang terlalu dini, dan hal- hal yang berkaitan dengan kenakalan. Selaras dengan penjelasan diatas, Gorsuch menemukan bahwa penyalah gunaan zat (obat, minuman keras, dan sebagainya) di kalangan orang yang sangat religious ternyata lebih rendah daripada di kalangan yang tidak religious. Hal ini karena agama sebetulnya mempunyai tujuan penyesuaian diri (coping) terhadap berbagai masalah kehidupan.Agama dapat memberi makna hidup, keintiman, dan jati diri. Namn tidak dapat dipungkiri,, prasangka antar agama sampai hari ini pun masih berlangsung di beberapa tempat. Salah satunya seperti yang kita tahu perselisihan antara islam dengan Yahudi menyebabkan penderitaan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Isu prasangka agama laiinnya adalah konflik antara protestan-katolik di Irlandia Utara, Muslim-Kristen ortodok di Bosnia, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri toleransi antar agama di kalangan masyarakat relatif cukup baik, walau masih terdapat prasangka-prasangka antar agama seperti sikap negatif responden terhadap perkawinan beda agama, terlepas dari tingkat pendidikan dan pola pendidikan agama yang mereka peroleh di rumah (Sarwono, 2002:281). 3
  • 8. Dengan permasalahan seperti disebutkan diatas Hansberger (Sarwono, 2002:282) memberikan solusi bahwa dibutuhkan kesadaran, kedewasaan, dan kebijaksana antar individu.Sikap yang kurang tepat dalam menyikapi keragaman agama dapat berpotensi menyempitkan wawasan yang menimbulkan prasangka-prasangka antar agama.Karena walaupun setiap agama di dunia menganjurkan toleransi dan kasih saying terhadap sesama, nyatanya agama justru berkorelasi positif dengan prasangka. Mangis (Sarwono, 2002:282) lalu berpendapat bahwa prasangka agama tidak timbul karena agamanya, tetapi karena wawasannya sempit (closed mindedness) dari penganutnya. e. Prasangka Lain Terdapa banyak prasangka lain yang tumbuh di lingkungan masyarakat selain prasangka-prasangka yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya prasangka terhadap pria yang memakai anting-anting, prasangka terhadap pegawai negri dan polisi, prasagka terhadap profesi seperti fotomodel, prasangka terhadap pelajar STM yang dianggap suka berkelahi, prasangka terhadap penderita HIV/AIDS, dan prasangka terhadap narapidana (Sarwono, 2002:281) 3. Pembentukan Prasangka Prasangka dapat terbetuk baik pada interaksi social (hubungan antar kelompok) maupun pada proses yang terjadi dalam diri individu (dinamika kepribadian a) Interasi sosial  Ketidak adilan  In group-out group Billing & Tajfel (Sarwono, 2002:283) Prasangka ini mudah terbentuk begitu ada pengelompokan tertentu. Kecenderungan In group-out group ini sudak terlihat sejak kanak-kanak Jika perasaan in group-out group begitu melekat dan berlangsung terlalu lama, prasangka akan sangat memuncak dan menjadi sikap bermusuhan yang sangat mendalam. Sebaliknya perasaan in group-out group ini bisa mengatasi prasangka lainnya.Tjun menemukan bahwa di kalangan siswa pribumi dan non pribumi nilai steorotip terhadap in group selalu lebih positif daripada out group. Sedangkan Hastuti menemukan bahwa karyawna pribumi yang berada dalam lingkungan kerja dengan mayoritas non pribumi bersikap lebih positif terhadap non pribumi daripada pribumi yan bekerja di lingkungan dimana ia sendiri menjadi mayoritas (Sarwono, 2002:285)  Konformitas Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. 4
  • 9. Menurut Baron & Byrne (Sarwono, 2002:285), Prasangka dapat timbul dari usiakanak-kanak melalu proses belajar social. Anak yang berusia kurang dari 5 tahun lebih cepat menyerap prasangka daripada anak-anak berumur 8-9 tahun.Proses belajar ini merupakan bagian dari proses konformitas individu terhadaplingkungannya. Singgih Kurniawan & A. Mutho M. Rois dalam jurnalnya mengenai Tawuran di kalangan remaja/siswa menemukan bahwa ada hubungan erat antara konformitas dengan in group-out group di kalangan remaja sekolah yang cenderung terlibat tawuran.Disimpulkan bahwa siswa yang terlibat memiliki konformitas terhadap kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terlibat tawuran.  Dukungan institusional  Konflik antarkelompok b) Dinamika kepribadian  Teori Furstasi-Agresi atau teori “Kambing Hitam”  Kebutuhan akan status dan merasa memiliki kelompok (Sense of belonging)  Kepribadian otoriter  Faktor kognitif 4. Peran Steorotip, Diskriminasi dan Betuk-Bentuk Diskriminasi  Steoreotip Dampak negatifdari prasangka diantaranya adalah Steorotipe dan Diskrimanasi.Stereotip Istilah berasal dari bahasa Yunani kata στερεός ( stereo ), "tegas, padat" dan τύπος ( typos ), "kesan," maka stereotip menurut bahasa berarti "kesan yang kuat". Istilah ini berasal dari perdagangan cetak dan pertama kali diadopsi pada tahun 1798 oleh Firmin Didot.Di luar dunia percetakan, referensi pertama "stereotip" adalah pada tahun 1850, sebagai kata benda yang berarti "gambar yang diabadikan tanpa perubahan." Namun, hal itu tidak sampai 1922 bahwa "stereotype" pertama kali digunakan dalam pengertian psikologi modern oleh wartawan Amerika Walter Lippmann dalam karyanya Public Opinion. (Melton,1993) Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.Penilaian dalam steorotipe ini hanya berdasarkan sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada suatu kelompok tertentu. Sesuai dengan prinsip heuristics, steorotipe ini bermanfaat untuk mengefisiensikanproses dalam kognisi seseorang, sehingga ia tidak perlu lagi berfikir terlalu sulit dan lama sebelum bereaksi terhadap orang lain atau kelompok lain.
  • 10. 5 Dari kacamata teori psikologi kognitif steorotip ini timbul karena manusia membentuk skema atau kategori dalam kognisinya dan sekali skema ini sudah terbentuk, oranng cenderung hanya menerima informasi yang sesuai dengan skema itu dan menolak yang tidak sesuai. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif.Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif.Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe:  Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antar kelompok.  Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.  Para humanis berorientasi psikoanalisis menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya.  Fungsi Stereotip Studi awal menunjukkan bahwa stereotip hanya terjadi pada orang-orang yang kaku, ditekan, dan otoriter. Ide ini telah disangkal oleh penelitian kontemporer yang menunjukkan keberagaman stereotip dan menganggap stereotip sebagai keyakinan kelompok kolektif, yang berarti bahwa orang-orang yang termasuk dalam kelompok sosial yang sama mempunya stereotip yang sama (Henri, 1981). Penelitian modern menegaskan bahwa pemahaman penuh terhadap stereotip memerlukan pertimbangan dari dua perspektif komplementer : Yang dibagi bersama dalam suatu budaya tertentu dan yang terbentuk dalam pikiran seorang individu  Hubungan antara kognitif dan sosial fungsi Stereotip dapat menunjukkan fungsi kognitif pada tingkat interpersonal, dan fungsi sosial pada tingkat antarkelompok (Steven dkk, 2012). Untuk stereotip berfungsi pada tingkat antarkelompok, seorang individu harus melihat diri mereka sebagai bagian dari kelompok dan menjadi bagian dari kelompok itu juga harus terasa menonjol/berarti bagi individu. Craig McGarty, Russell Spears, dan Vincent Y. Yzerbyt (2002) berpendapat bahwa fungsi kognitif dari stereotip yang terbaik dipahami dalam kaitannya dengan fungsi sosialnya, dan sebaliknya.
  • 11. 6  Fungsi kognitif Stereotip dapat membantu memahami dunia. Stereotip adalah bentuk kategorisasi yang berguna untuk menyederhanakan dan mensistematisasi informasi. Dengan demikian, informasi lebih mudah diidentifikasi, ingat, diprediksi, ditanggapi. Stereotip adalah bentuk kategorisasi dari benda atau manusia (McGarty dkk., 2002). Gordon Allport (1954) telah menyatakan bahwa orang merasa lebih mudah untuk memahami informasi masuk yang sudah dikategorisasi. Sebuah perspektif komplementer berteori bagaimana stereotip berfungsi untuk menghemat waktu dan energi yang memungkinkan orang untuk bertindak lebih efisien. Namun perspektif lain menunjukkan bahwa stereotip adalah persepsi bias rakyat dari konteks sosial mereka. Dalam pandangan ini, orang menggunakan stereotip sebagai jalan pintas untuk memahami konteks sosial mereka, dan ini membuat tugas seseorang memahami dunianya kurang menuntut proses kognitif (McGarty dkk., 2002).  Fungsi sosial: kategorisasi sosial Dalam situasi berikut, tujuan menyeluruh dari stereotip adalah bagi orang- orang untuk menempatkan diri mereka secara kolektif (anggota ingroup mereka) dalam pandangan yang positif ( Haslam dkk., 2002)  ketika stereotip digunakan untuk menjelaskan kegiatan sosial  ketika stereotip digunakan untuk membenarkan kegiatan kelompok satu (ingroup ) terhadap kelompok lain ( outgroup )  ketika stereotip digunakan untuk membedakan ingroup secara positif jelas berbeda dari outgroup  Tujuan penjelasan Seperti disebutkan sebelumnya, stereotip dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa sosial. Henri Tajfel mendeskripsikan pengamatannya tentang bagaimana beberapa orang menemukan bahwa konten anti-Semitic dari The Protocol of the Elder of Zion dan berpikiran jika Yahudi memiliki karakteristik tertentu. Karena itu, menurut Tajfel, Yahudi distereotipkan menjadi sosok 'evil' jahat dan ingin untuk mendominasi dunia untuk mencocokkan 'fakta' anti-Semitic seperti yang disajikan dalam The Protokol the elder of Zion.
  • 12. 7  Tujuan Justifikasi Orang-orang membuat stereotip untuk membenarkan tindakan yang ingroup mereka telah melakukan (atau berencana untuk lakukan) terhadap outgroup lain. Sebagai contoh, menurut Tajfel (1981), Eropa menstereotipkan Turki, India, dan orang-orang Cina tidak akan mampu mencapai kemajuan keuangan tanpa bantuan Eropa. Stereotip ini digunakan untuk membenarkan kolonialisme Eropa di Turki, India, dan China.  Diferensiasi antar kelompok Orang ingin kelompok (ingroup) mereka untuk memiliki citra relatif positif terhadap kelompok luar (outgroup), sehingga orang ingin membedakan ingroup mereka dari kelompok luar yang relevan dengan cara yang diinginkan. Jika suatu outgroup tidak mempengaruhi citra ingroup, tidak ada gunanya bagi ingroup menjadi secara jelas berbeda dari outgroup yang lain (Haslam dkk., 2002)  Fungsi sosial: kategorisasi diri Seseorang akan mengubah stereotip mereka, baik untuk kelompok maupun diluar kelompok mereka, sesuai dengan konteks yang sesuai dengan dirinya. Orang cenderung self-stereotip kelompok mereka secara homogen dalam konteks antarkelompok, dan mereka tidak melakukannya dalam konteks intragrup di mana keanggotaan kelompok mereka tidak terlalu kuat. Stereotip dapat menekankan keanggotaan kelompok dalam dua langkah: Pertama, stereotip menekankan kesamaan orang tersebut dengan anggota ingroup pada dimensi yang relevan, dan juga perbedaan seseorang dari outgroup anggota pada dimensi yang relevan. Kedua, semakin besar stereotip dalam kelompok yang sama dan kelompok yang berbeda, yang lebih menonjolkan identitas sosial orang-orang tersebut , dan semakin depersonalisasi orang-orang tersebut. depersonalisasi akan menghilangkan perbedaan individu nya dan mengembangkan stereotip yang terkait dengan keanggotaan kelompok yang relevan. ( Haslam dkk., 2002)  Fungsi sosial: pengaruh sosial dan konsensus Stereotip merupakan indikator konsensus kelompok ingroup. Bila ada perbedaan pendapat intragroup atas stereotip dari ingroup dan / atau outrgroups, anggota ingroup akan mengambil tindakan kolektif untuk mencegah anggota ingroup lain dari menyimpang dari satu sama lain. 8
  • 13. John C. Turner menyatakan pada tahun 1987 bahwa jika anggota ingroup tidak setuju pada stereotip outgroup, maka salah satu dari tiga tindakan kolektif mungkin akan dilakukan :  Pertama, anggota ingroup dapat bernegosiasi dengan satu sama lain dan menyimpulkan bahwa mereka memiliki stereotip outgroup yang berbeda karena mereka menstereotipkan subkelompok yang berbeda dari outgroup (misalnya, Rusia pesenam dibandingkan petinju Rusia).  Kedua, anggota ingroup dapat bernegosiasi dengan satu sama lain, tetapi menyimpulkan bahwa mereka tidak setuju karena perbedaan kategoris antara mereka sendiri. Dengan demikian, dalam konteks ini, lebih baik untuk mengkategorikan anggota ingroup dibawah kategori yang berbeda (misalnya, Demokrat dibandingkan Republikan) daripada di bawah kategori bersama (misalnya, Amerika).Akhirnya, anggota ingroup dapat mempengaruhi satu sama lain untuk menyimpulkan pada suatu stereotip outgroup yang bersifat umum ( Haslam dkk., 2002). Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur. Efek yang merugikan dari stereotip adalah: - Pembenaran dari prasangka buruk atau pengabaian, - Keengganan untuk memikirkan kembali sikap seseorang dan perilaku terhadap kelompok stereotip, - Mencegah beberapa orang dari kelompok stereotip masuk atau berhasil dalam kegiatan atau bidang tertentu (Tilcsik, 2011)  Diskriminasi Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat.Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Menurut Sears, Freedman & Peplau (1999) diskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok. Sementara itu dalam pengertian lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda. Ada 2 bentuk diskriminasi, diantaranya : 9
  • 14.  Diskriminasi langsung Terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.  Diskriminasi tidak langsung Terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan. Stereotip, prasangka , dan diskriminasi dipahami sebagai konsep yang terkait tetapi berbeda. Stereotip dianggap sebagai komponen yang paling kognitif dan sering terjadi tanpa kesadaran, sedangkan prasangka adalah komponen afektif. Stereotip dan diskriminasi adalah komponen perilaku dari reaksi prasangka . Meski terkait, tiga konsep yang dapat eksis secara independen satu sama lain. Menurut Daniel Katz dan Kenneth Braly (1935), stereotip menyebabkan prasangka rasial ketika orang secara emosional bereaksi terhadap nama kelompok, menganggapkan karakteristik kepada anggota kelompok , dan kemudian mengevaluasi karakteristik tersebut. Kemudian ada juga bentuk – bentuk diskriminasi pada kehidupan nyata,diantaranya :  Umur (Ageism) Ageism atau diskriminasi umur adalah diskriminasi dan stereotip yang didasarkan pada dasar usia seseorang. Ini adalah satu set kepercayaan, norma, dan nilai-nilai yang digunakan untuk membenarkan diskriminasi dan / atau subordinasi berdasarkan usia seseorang. Ageism yang paling sering diarahkan orang tua, atau remaja dan anak-anak. Diskriminasi usia dalam seleksi kerja telah terbukti ada di Amerika Serikat . Joanna Lahey, profesor di The Bush School of Government dan Pelayanan Publik di Texas A & M , menemukan bahwa perusahaan yang lebih dari 40% lebih mungkin untuk mewawancarai seorang dewasa muda daripada pelamar kerja yang lebih tua (Lahey, 2005) Dalam sebuah survei untuk University of Kent , Inggris, 29% responden menyatakan bahwa mereka telah menderita diskriminasi usia. Ini adalah proporsi yang lebih tinggi daripada jenis kelamin atau ras diskriminasi. Dominic Abrams, profesor psikologi sosial di universitas, menyimpulkan bahwa Ageism adalah bentuk paling luas dari pengalaman prasangka dalam populasi Inggris. 10
  • 15.  Kasta Menurut UNICEF dan Human Rights Watch , diskriminasi berdasarkan kasta mempengaruhi sekitar 250 juta orang di seluruh dunia. Diskriminasi berdasarkan kasta, seperti yang dirasakan oleh UNICEF , adalah lazim terutama di beberapa bagian Asia , ( India , Sri Lanka , Bangladesh , China , Pakistan , Nepal , Jepang ), Afrika dan lain-lain.  Cacat Diskriminasi terhadap penyandang cacat yang disebut ableism atau disablism. Diskriminasi kecacatan, memperlakukan individu cacat seperti inividu yang 'hidup normal', biasa di tempat-tempat publik dan swasta dan jasa, pendidikan, dan pekerjaan sosial yang dibangun untuk melayani orang-orang 'normal', sehingga para penyandang tidak mendapatkan hak yang mereka butuhkan.  Kebangsaan Diskriminasi atas dasar kebangsaan biasanya disertakan dalam undang-undang ketenagakerjaan.Hal ini kadang-kadang disebut sebagai terikat bersama-sama dengan diskriminasi rasial meskipun bisa terpisah. Ini mungkin berbeda dari hukum yang menghentikan penolakan mempekerjakan berdasarkan kebangsaan, mengajukan pertanyaan tentang asal-usul, untuk larangan pembakaran, pensiun paksa, kompensasi dan membayar, dll, berdasarkan kebangsaan. Diskriminasi atas dasar kebangsaan mungkin menunjukkan sebagai "tingkat penerimaan" dalam olahraga atau kerja tim tentang anggota tim baru dan karyawan yang berbeda kewarganegaraan dari mayoritas anggota tim.(La Mance)  Ras atau etnis Diskriminasi rasial membedakan individu atas dasar perbedaan ras yang nyata dan dirasakan dan telah menjadi kebijakan resmi pemerintah di beberapa negara, seperti Afrika Selatan dalam apartheid era. Kebijakan diskriminatif terhadap etnis minoritas termasuk diskriminasi berbasis ras etnis India dan Cina di Malaysia atau diskriminasi etnis Uighur di Cina . Selain itu, setelah Perang Vietnam, banyak pengungsi Vietnam pindah ke Amerika Serikat . Di Amerika Serikat, diskriminasi ke Vietnam adalah juga ada. (Levine dkk.,2005) Penduduk asli Amerika menyumbang sekitar 2% dari jumlah populasi manusia di Kanada, tapi meyumbang narapidana sekitar 18% dari seluruh narapidana penjara federal Kanada pada tahun 2000. Pada Juni 2006 pemerintah Australia mempublikasikan statistik penjara, Aborigin membentuk 24% dari keseluruhan Populasi penjara di Australia . 11
  • 16. Pada tahun 2004, Māori terdiri hanya 15% dari total penduduk Selandia Baru namun 49,5% dari tahanan. The Equality and Human Rights Commission menemukan bahwa lima kali lebih banyak orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih per kepala penduduk di Inggris dan Wales dipenjara. Para ahli dan politisi mengatakan over-representasi dari laki-laki hitam adalah hasil dari dekade prasangka rasial dalam sistem peradilan pidana. Di Amerika Serikat , rasial terhadap kaum minoritas oleh petugas penegak hukum telah disebut diskriminasi rasial.(The Guardian, 2011) Dalam sistem peradilan pidana di Amerika Serikat, minoritas dihukum dan dipenjara proporsional bila dibandingkan dengan mayoritas Pada tahun 1998, hampir satu dari tiga orang Amerika Afrika antara usia 20-29 berada di penjara atau kurungan, masa percobaan atau bebas bersyarat pada hari tertentu di Amerika Serikat . Pada awal 1866, Undang-Undang Hak Sipil dan Civil Rights Act 1871 memberikan obat untuk rasisme yang disengaja dalam pekerjaan oleh perusahaan swasta dan negara dan pengusaha umum setempat. The Civil Rights Act tahun 1991 memperluas kerusakan yang tersedia di Bab VII kasus dan diberikan Judul VII penggugat hak untuk juri pengadilan. Diskriminasi terhadap orang-orang ras campuran di Amerika Serikat: Gagasan bahwa orang dapat terbagi menjadi beberapa kategori bebas ras telah berubah menjadi asumsi tertandingi dan tidak bisa diperdebatkan.  Agama Diskriminasi agama membedakan individu atas dasar perbedaan agama atau kepercayaan.  Seks, gender, and gender-identity Meskipun diskriminasi gender dan seksisme mengacu pada keyakinan dan sikap dalam kaitannya dengan gender seseorang, keyakinan dan sikap tersebut bersifat sosial dan alamiah. Diskriminasi seks , di sisi lain, mungkin memiliki konsekuensi hukum. Meskipun apa yang merupakan diskriminasi gender bervariasi antar negara, intinya adalah bahwa hal itu merupakan sebuah tindakan yang merugikan diambil oleh satu orang terhadap orang lain yang yang bergender seks lain. Diskriminasi dengan alasan gender itu natural dianggap sebagai bentuk prasangka dan dalam keadaan enumerasi tertentu adalah ilegal di banyak negara. Dalam kehidupan sosial, perbedaan seksual telah digunakan untuk membenarkan peran yang berbeda untuk pria dan wanita , dalam beberapa kasus menimbulkan klaim peran primer dan sekunder. 12
  • 17. Walaupun ada perbedaan non-fisik dugaan antara pria dan wanita, ulasan utama dari literatur akademis tentang perbedaangender menemukan hanya sebagian kecil dari karakteristik di mana ada perbedaan psikologis yang konsisten antara pria dan wanita, dan ini berhubungan langsung dengan pengalaman didasarkan pada perbedaan biologis . Namun, ada juga beberapa perbedaan psikologis dalam hal bagaimana masalah yang ditangani dan persepsi emosional dan reaksi yang mungkin berhubungan dengan hormon dan karakteristik sukses masing-masing gender selama peran lama dalam gaya hidup primitif masa lalu. Diskriminasi yang tidak adil biasanya mengikuti stereotip gender yang dimiliki oleh masyarakat. 5. Mengatasi Prasangka Untuk membuat prasangka benar-benar terhapus, rasanya menjadi sangat sulit. Karena telah di jelaskan sebelumya bahwa prasangka dapat terbentuk karena faktor internal dalam individu itu sendiri dan eksternal dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhi prasangka, tidak ada satu pun jalan terbaik untuk menghilangkan prasangka. Namun, prasangka dapat diantisipasi dampaknya. Prasangka yang ketidakadilan dan ketidakseimbangan dapat diatasi dengan menciptakan situasi yang lebih adil. Prasangka yang disebabkan karena diskrimanasi dikurangi dengan cara menghilagkan diskriminasi. Prasangka yang didukug oleh intuisi masyarakat dicegah dengan mengubah tatanan dalam intuisi masyarakat itu sendiri dan perasaan in group – out group diatasi dengan memperbanyak kontak antar kelompok. 13
  • 18. BAB III PENUTUP Prasangka, steorotip dan diskriminasi adalah fenomena yang tidak jarang terjadi di kehidupan sosial masyarakat. Meskipun mengetahui dampak-dampak negatifnya, secara sadar maupun tidak sadar sikap ini dilakukan atau bahkan menjadi kepercayaan individu dalam menjalani kehidupan sosial. Diharapkan dengan mempelajari mengenai tiga hal ini, kita menjadi manusia yang lebih bijak dan dewasa dalam menyikapi fenomena-fenomena di lingkungan sosial. 14
  • 19. BAB IV Daftar Pustaka Kurniawan, Singgih & A. Mutho M. Rois.2009.Tawuran, Prasangka Terhadap Kelompok Siswa Sekolah Lain, Serta Konformitas Pada Kelompok Teman Sebaya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka Prasnowo, Sukojati.2007.Stereotip Terhadap Masyarakat Tionghoa dalam Ca-Bau-Khan.FIB:UI Kleg, Milton (1993). Hate Prejudice and Racism. Albany: State University of New York Press McGarty, Craig; Spears, Russel; Yzerbyt, Vincent Y. (2002). "Conclusion: stereotypes are selective, variable and contested explanations". Stereotypes as explanations: The formation of meaningful beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press McGarty, Craig; Yzerbyt, Vincent Y.; Spears, Russel (2002). "Social, cultural and cognitive factors in stereotype formation". Stereotypes as explanations: The formation of meaningful beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press Allport, Gordon W. (1954). The Nature of Prejudice. Cambridge Haslam, S. A., Turner, J. C., Oakes, P. J., Reynolds, K. J., & Doosje, B. (2002). From personal pictures in the head to collective tools in the word: how shared stereotypes allow groups to represent and change social reality. Cambridge: Cambridge University Press Tajfel, Henri (1981). Social stereotypes and social group. Oxford Tilcsik, András (2011). "Pride and Prejudice: Employment Discrimination against Openly Gay Men in the United States". American Journal of Sociology(American Psychological Association) Katz, Daniel; Braly, Kenneth W. (1935). "Racial prejudice and racial stereotypes". The Journal of Abnormal and Social Psychology (American Psychological Association) Lahey, J. (2005) Do Older Workers Face Discrimination?. Boston: Boston CollegeLevine, Levine, Bertram. (2005). Not All Black and White. London: University of Missouri Press 15