Antihistamin

ANTIHISTAMIN

Wiyana Wulandari 1301-1207-0051
Ajeng Pratiwi F. W 1301-1207-0054
PENDAHULUAN
• Antihistamin (AH)  zat yang digunakan untuk
  mencegah atau menghambat kerja histamin pada
  reseptornya
• Histamin (Yunani) :
  - Histos yang berarti jaringan
  - Autakoid  aktivitas organ tubuh baik pada
      proses fisiologis maupun patologis
Pendahuluan
• Dalam bidang dermatologi, AH secara luas
  digunakan sebagai terapi  pemahaman
  mengenai farmakologi AH sangat penting
• Terdapat 4 reseptor AH, namun yang memiliki
  reseptor di kulit adalah AH-1 dan AH-2
KLASIFIKASI
1. Antihistamin H1
   - AH1 generasi I (klasik/sedatif)
   - AH1 non sedatif (AH-1 generasi II dan III)
2. Antihistamin tipe H2
Klasifikasi
• AH I Generasi I
  Yang termasuk golongan ini adalah :
  - Alkilamin
  - Etanolamin
  - Etilendiamin
  - Fenotiazin
  - Piperidin
  - Piperazin
Tripelenamin      Difenhidramin




 Klorfeniramin   Ciproheptadin
Klasifikasi
• AH 1 generasi II
  Yang termasuk golongan ini adalah:
     1. Akrivastin
     2. Astemisol
     3. Setirisin
     4. Loratadin
     5. Mizolastin
     6. Terfenadin
     7. Ebastin
Rumus bangun




          Astemisol    Loratadin




          Terfenadin   Setirisin
Klasifikasi
AH 1 generasi III
Yang termasuk golongan ini adalah:
• Levosetirisin
• Desloratadin
• Feksofenadin
Rumus bangun




Feksofenadin    Desloratadin




Levosetirisin
Klasifikasi
Antihistamin tipe H2
Yang termasuk golongan ini adalah :
 - Cimetidine
 - Ranitidine
 - Famotidine
 - Nizatidine
Antihistamin
AH-1 Klasik
• AH1 bekerja sebagai competitif inhibitor terhadap
  histamin pada reseptor jaringan  mencegah
  histamin berikatan dan mengaktivasi reseptornya
   efektif diberikan sebelum terjadi pelepasan
  histamin
• Ikatan antara AH dan reseptor bersifat reversibel
   dapat diganti oleh histamin dalam kadar yang
  tinggi
• Efek histamin : Eritem, urtika, dan pruritus
• AH klasik juga memiliki aktivitas antikolinergik,
  efek anestesi lokal, anti emetik, dan anti mabuk
  perjalanan
Farmakologi AH-1 Klasik
• Setelah pemberian oral, AH1 klasik diabsorbsi
  efek dalam 30 menit (puncak dalam 1-2 jam),
  dan bertahan 4-6 jam
• Waktu paruh antara 9-24 jam, hampir semua
  diikat oleh protein dan dimetabolisme sistem
  sitokrom P-450 di hepar
• Hampir seluruh obat diekskresikan di urine
  pasca 24 jam pemberian
Kegunaan Klinis AH-1 Klasik
• Menghilangkan pruritus
• Pengobatan cold urticaria, angioedema dan reaksi
  alergi kulit lainnya
• Kontraindikasi pada bayi baru lahir, bayi
  prematur, kehamilan, ibu menyusui, glaukoma
  sudut sempit, retensi urine, dan asma
Efek Samping AH-1 Klasik
•   SSP
•   GI tract
•   Kardiovaskular
•   Genitourinaria
•   Darah
•   Kulit
•   Efek samping lainnya
Interaksi AH-1 Klasik
• Depresi SSP ↑ jika diminum bersamaan dengan
  alkohol atau obat lain yang bersifat depresif
  terhadap SSP (Diazepam)
• Efek antikolinergik lebih berat dan lama bila
  diberikan bersama obat golongan inhibitor
  monoamin oksidase
AH-1 NON SEDATIF
• Merupakan antagonis dari histamin pada
  reseptor H1, berikatan secara tidak kompetitif,
  tidak mudah diganti oleh histamin, dilepaskan
  perlahan, kerjanya lebih lama
• Kurang bersifat lipofilik, sangat sedikit
  menembus sawar darah otak, lebih mengikat
  reseptor H1 di perifer secara lebih spesifik
• Efek antikolinergik lebih jarang terjadi
Farmakologi AH1 non Sedatif
• Diabsorpsi dari saluran cerna
• Mencapai puncak dalam 2 jam
• Menghilangkan urtikaria dan reaksi eritema
  sekitar 1-24 jam
• Sebagian dimetabolisme di hepar melalui enzim
  sitokrom P450 3A4
Kegunaan Klinis AH1 non Sedatif
• Terutama untuk pengobatan rhinitis alergi dan
  urtikaria kronis
• Kontraindikasi pada kehamilan dan ibu
  menyusui
Efek Samping AH1 Non Sedatif
•   SSP
•   Kardiovaskular
•   Hepar
•   Kulit
•   Efek samping lainnya
Interaksi AH1 Non Sedatif
• Perpanjangan interval QT
  C: ketokonazole, makrolid, lovastatin, dll
• Peningkatan kadar AH serum dan resiko
  kardiovaskuler
  C: HIV-1 protease inhibitor, SSRI antidepresant
Antihistamin yang Sering Digunakan
1.   Klorfeniramin
•    Dari golongan alkilamin paling poten & stabil
•    Puncak dalam plasma 30-60 menit
•    Metabolisme pertama di hati & di mukosa
     saluran pencernaan selama proses absorbsi
•    Distribusi secara luas termasik SSP
•    50% dari dosis diekskresikan terutama melalui
     urine (12 jam) dalam bentuk asal dan
     metabolitnya
• Lama kerja 4-6 jam
• Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24 mg/hari
• Sediaan : - Elixir, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml
            - Tablet, 2 mg dan 4 mg
            - Retarded tablet, 8 mg dan 12 mg
2.   Difenhidramin
•    Derivat etanolamin
•    Metabolisme pertama di hati
•    Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi sistemik
      distribusi luas termasuk SSP
•    Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2 jam
•    Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam
• Bersifat iritatif dan dapat menyebabkan nekrosis setempat
• Tidak dapat menembus kulit yang intak
• Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari
• Lama kerja 4-6 jam
• Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan hipertensi, takikardi,
  perubahan gelombang T, dan pemendekan diastol
• Sediaan :      - Kapsul, 25 dan 50 mg
                 - Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc, 480 cc
                 - Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul
                 - Spray : 60 ml
3.   Hidroksizin
•    Derivat piperazin
•    Sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif,
     antipruritus, dan antiemetik
•    Kadar plasma : 2-3 jam setelah pemberiaan oral
•    Waktu paruh 6 jam
•    Ekskresi dalam urine
•    Lama kerja 6-24 jam
• Dosis 10 – 50 mg p.o, setiap 4 jam
• Sediaan : - Tablet, 10 mg, 25 mg, 50 mg, 100 mg
            - Injeksi 25 mg/ml, 50 mg/ml
            - Sirup 10 mg/5ml : 240 ml, 480 ml
4.   Loratadin
•    Trisiklik piperidin long acting
•    Efek sedatif dan antikolinergik minimal
•    Masa kerja lama (24 jam)
•    Metabolit utama : deskarboetoksi-loratadin
•    Cepat diabsorbsi
•    Puncak dalam plasma 1-1,5 jam
•    Waktu Paruh 8-11 jam
• Ekskresi urine 40 %, feses 42 %, ASI 0,029 %
• Indikasi : rinitis alergi, urtikaria kronik idiopatik pada
  pasien >6 tahun
• Efek samping : fungsi miokardial kalium channel 
  tidak disritmia
• Dosis : 10 mg p.o dosis tunggal
           pada anak < 30 kg : 0,5 mg/kgBB dosis tunggal
• Sediaan : - Sirup 1 mg/ ml : 480 cc
              - Tablet 10 mg
              - Reditabs 10 mg
5.   Ceftrizin
•    Metabolit karboksil asid dari hidroksisin
•    Ekskresi lewat urine 60 %, feses 10 %
•    Cepat diabsorbsi dan sedikit dimetabolisme
•    Kadar puncak plasma 1 jam
•    Waktu paruh 7 jam
•    Lama kerja 12-24 jam
•    Menghambat eosinofil, neutrofil, basofil, IgE
     dan menurunkan prostaglandin D2
• Indikasi : urtikaria kronik (AS), cold urticaria
• Dosis : - 10 mg/hari (dosis tunggal)  max 20 mg
          - 0,3 mg/KgBB (anak-anak)
          - 5 mg/hari (kelainan hepar dan ginjal)
• Sediaan : - tablet, 5 mg, 10 mg
             - sirup, 5 mg/ml : 120 ml
6.   Feksofenadin
•    Metabolit aktif utama dari terfenadin
•    Reseptor kompetitif anatagonis H-1 yang selektif
•    Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik,
     non kardiotoksik dan nonsedatif
•    Absorbsi cepat
•    Kadar puncak plasma 1-3 jam
•    Terikat pada protein plasma 60-70 %
•   Waktu paruh 11-15 jam
•   Ekskresi : 80 % urine, 12 % feses
•   Indikasi : rinitis alergi, urtikaria idiopatik kronik
•   Sediaan : - kapsul 30 dan 60 mg
               - tablet 60 mg, 120 mg, dan 180 mg
Antihistamin Yang Aman Digunakan
• Pada wanita hamil dan menyusui:
  Golongan klorfeniramin maleat
• Pada anak-anak:
  Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat,
  difenhidramin HCL, loratadin, desloratadin, feksofenadin,
  setirisin
• Pada bayi:
  - Sebaiknya dihindari, karena efek samping antikolinergik
       dari obat-obatan AH yang dapat membahayakan.
  - Desloratadin (clarinex®), dapat digunakan pada bayi
       berumur 6 bulan dengan gejala alergi dan urtikaria.
Antihistamin
1 sur 37

Recommandé

Tentir+menulis+resep+fkui2007 par
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007amelialestari417
299.2K vues46 diapositives
Rhinitis alergi par
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Putu Wijaya Kandhi
18.6K vues43 diapositives
Antibiotik dan golongannya par
Antibiotik dan golongannyaAntibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannyaArwinAr
69K vues37 diapositives
Analisis resep par
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resepDokter Tekno
38.7K vues15 diapositives
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI par
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
20.6K vues107 diapositives
Ekskresi dan klirens ginjal par
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalPoliteknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
31.7K vues28 diapositives

Contenu connexe

Tendances

Uji Disolusi par
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji DisolusiIlma Nurhidayati
96.9K vues83 diapositives
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT par
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
189.5K vues31 diapositives
Buku dosis obat anak par
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anakdr.Ade Adra
59.5K vues92 diapositives
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang) par
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
52.9K vues32 diapositives
SWAMEDIKASI par
SWAMEDIKASISWAMEDIKASI
SWAMEDIKASIAyu Shalihat
34.6K vues18 diapositives
Resusitasi cairan par
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairanWahyu Purnama
213.4K vues77 diapositives

Tendances(20)

PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT par Surya Amal
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
Surya Amal189.5K vues
Buku dosis obat anak par dr.Ade Adra
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anak
dr.Ade Adra59.5K vues
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang) par fikri asyura
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
fikri asyura52.9K vues
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011 par Surya Amal
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Surya Amal85.4K vues
PENGANTAR FARMAKOKINETIK par Surya Amal
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
Surya Amal127.5K vues
Perhitungan Obat pada Anak par Amalia Senja
Perhitungan Obat pada Anak Perhitungan Obat pada Anak
Perhitungan Obat pada Anak
Amalia Senja200.6K vues
Ppt antibiotik par rula25
Ppt antibiotikPpt antibiotik
Ppt antibiotik
rula2537.8K vues
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi par Surya Amal
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Surya Amal120.2K vues
Konsensus insulin par dian dian
Konsensus insulinKonsensus insulin
Konsensus insulin
dian dian67.2K vues

Similaire à Antihistamin

Obat obatan sistem organ lain par
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainPutri Cavaluna
6.4K vues73 diapositives
Toksikologi klinik.ppt par
Toksikologi klinik.pptToksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.pptFadhol Romdhoni
76 vues84 diapositives
AH2-PPI.pptx par
AH2-PPI.pptxAH2-PPI.pptx
AH2-PPI.pptxssuserdfe591
5 vues43 diapositives
_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.ppt par
_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.ppt_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.ppt
_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.pptFitriAyuWahyuni1
1 vue62 diapositives
_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.ppt par
_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.ppt_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.ppt
_farmakologi-gastrointestinal-kuliah-1ppt.pptFitriAyuWahyuni1
3 vues62 diapositives
Tugas ninir par
Tugas ninirTugas ninir
Tugas ninirOperator Warnet Vast Raha
792 vues13 diapositives

Similaire à Antihistamin(20)

Farmakoterapi Pada Gangguan Kejiwaan (Acara Lampung - Indonesian Medical Cent... par AlexFabrigaz Apt
Farmakoterapi Pada Gangguan Kejiwaan (Acara Lampung - Indonesian Medical Cent...Farmakoterapi Pada Gangguan Kejiwaan (Acara Lampung - Indonesian Medical Cent...
Farmakoterapi Pada Gangguan Kejiwaan (Acara Lampung - Indonesian Medical Cent...
Peran Perawat Dalam Pengobatan klik par Uti Tia
Peran Perawat Dalam Pengobatan klikPeran Perawat Dalam Pengobatan klik
Peran Perawat Dalam Pengobatan klik
Uti Tia4.6K vues
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf par nataliaayp
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
nataliaayp4.6K vues
Endokrin &amp; metabolik prof armen par rinanurbani
Endokrin &amp; metabolik prof armenEndokrin &amp; metabolik prof armen
Endokrin &amp; metabolik prof armen
rinanurbani251 vues

Antihistamin

  • 2. PENDAHULUAN • Antihistamin (AH)  zat yang digunakan untuk mencegah atau menghambat kerja histamin pada reseptornya • Histamin (Yunani) : - Histos yang berarti jaringan - Autakoid  aktivitas organ tubuh baik pada proses fisiologis maupun patologis
  • 3. Pendahuluan • Dalam bidang dermatologi, AH secara luas digunakan sebagai terapi  pemahaman mengenai farmakologi AH sangat penting • Terdapat 4 reseptor AH, namun yang memiliki reseptor di kulit adalah AH-1 dan AH-2
  • 4. KLASIFIKASI 1. Antihistamin H1 - AH1 generasi I (klasik/sedatif) - AH1 non sedatif (AH-1 generasi II dan III) 2. Antihistamin tipe H2
  • 5. Klasifikasi • AH I Generasi I Yang termasuk golongan ini adalah : - Alkilamin - Etanolamin - Etilendiamin - Fenotiazin - Piperidin - Piperazin
  • 6. Tripelenamin Difenhidramin Klorfeniramin Ciproheptadin
  • 7. Klasifikasi • AH 1 generasi II Yang termasuk golongan ini adalah: 1. Akrivastin 2. Astemisol 3. Setirisin 4. Loratadin 5. Mizolastin 6. Terfenadin 7. Ebastin
  • 8. Rumus bangun Astemisol Loratadin Terfenadin Setirisin
  • 9. Klasifikasi AH 1 generasi III Yang termasuk golongan ini adalah: • Levosetirisin • Desloratadin • Feksofenadin
  • 10. Rumus bangun Feksofenadin Desloratadin Levosetirisin
  • 11. Klasifikasi Antihistamin tipe H2 Yang termasuk golongan ini adalah : - Cimetidine - Ranitidine - Famotidine - Nizatidine
  • 13. AH-1 Klasik • AH1 bekerja sebagai competitif inhibitor terhadap histamin pada reseptor jaringan  mencegah histamin berikatan dan mengaktivasi reseptornya  efektif diberikan sebelum terjadi pelepasan histamin • Ikatan antara AH dan reseptor bersifat reversibel  dapat diganti oleh histamin dalam kadar yang tinggi
  • 14. • Efek histamin : Eritem, urtika, dan pruritus • AH klasik juga memiliki aktivitas antikolinergik, efek anestesi lokal, anti emetik, dan anti mabuk perjalanan
  • 15. Farmakologi AH-1 Klasik • Setelah pemberian oral, AH1 klasik diabsorbsi efek dalam 30 menit (puncak dalam 1-2 jam), dan bertahan 4-6 jam • Waktu paruh antara 9-24 jam, hampir semua diikat oleh protein dan dimetabolisme sistem sitokrom P-450 di hepar • Hampir seluruh obat diekskresikan di urine pasca 24 jam pemberian
  • 16. Kegunaan Klinis AH-1 Klasik • Menghilangkan pruritus • Pengobatan cold urticaria, angioedema dan reaksi alergi kulit lainnya • Kontraindikasi pada bayi baru lahir, bayi prematur, kehamilan, ibu menyusui, glaukoma sudut sempit, retensi urine, dan asma
  • 17. Efek Samping AH-1 Klasik • SSP • GI tract • Kardiovaskular • Genitourinaria • Darah • Kulit • Efek samping lainnya
  • 18. Interaksi AH-1 Klasik • Depresi SSP ↑ jika diminum bersamaan dengan alkohol atau obat lain yang bersifat depresif terhadap SSP (Diazepam) • Efek antikolinergik lebih berat dan lama bila diberikan bersama obat golongan inhibitor monoamin oksidase
  • 19. AH-1 NON SEDATIF • Merupakan antagonis dari histamin pada reseptor H1, berikatan secara tidak kompetitif, tidak mudah diganti oleh histamin, dilepaskan perlahan, kerjanya lebih lama • Kurang bersifat lipofilik, sangat sedikit menembus sawar darah otak, lebih mengikat reseptor H1 di perifer secara lebih spesifik • Efek antikolinergik lebih jarang terjadi
  • 20. Farmakologi AH1 non Sedatif • Diabsorpsi dari saluran cerna • Mencapai puncak dalam 2 jam • Menghilangkan urtikaria dan reaksi eritema sekitar 1-24 jam • Sebagian dimetabolisme di hepar melalui enzim sitokrom P450 3A4
  • 21. Kegunaan Klinis AH1 non Sedatif • Terutama untuk pengobatan rhinitis alergi dan urtikaria kronis • Kontraindikasi pada kehamilan dan ibu menyusui
  • 22. Efek Samping AH1 Non Sedatif • SSP • Kardiovaskular • Hepar • Kulit • Efek samping lainnya
  • 23. Interaksi AH1 Non Sedatif • Perpanjangan interval QT C: ketokonazole, makrolid, lovastatin, dll • Peningkatan kadar AH serum dan resiko kardiovaskuler C: HIV-1 protease inhibitor, SSRI antidepresant
  • 24. Antihistamin yang Sering Digunakan 1. Klorfeniramin • Dari golongan alkilamin paling poten & stabil • Puncak dalam plasma 30-60 menit • Metabolisme pertama di hati & di mukosa saluran pencernaan selama proses absorbsi • Distribusi secara luas termasik SSP • 50% dari dosis diekskresikan terutama melalui urine (12 jam) dalam bentuk asal dan metabolitnya
  • 25. • Lama kerja 4-6 jam • Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24 mg/hari • Sediaan : - Elixir, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml - Tablet, 2 mg dan 4 mg - Retarded tablet, 8 mg dan 12 mg
  • 26. 2. Difenhidramin • Derivat etanolamin • Metabolisme pertama di hati • Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi sistemik  distribusi luas termasuk SSP • Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2 jam • Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam
  • 27. • Bersifat iritatif dan dapat menyebabkan nekrosis setempat • Tidak dapat menembus kulit yang intak • Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari • Lama kerja 4-6 jam • Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan hipertensi, takikardi, perubahan gelombang T, dan pemendekan diastol • Sediaan : - Kapsul, 25 dan 50 mg - Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc, 480 cc - Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul - Spray : 60 ml
  • 28. 3. Hidroksizin • Derivat piperazin • Sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif, antipruritus, dan antiemetik • Kadar plasma : 2-3 jam setelah pemberiaan oral • Waktu paruh 6 jam • Ekskresi dalam urine • Lama kerja 6-24 jam
  • 29. • Dosis 10 – 50 mg p.o, setiap 4 jam • Sediaan : - Tablet, 10 mg, 25 mg, 50 mg, 100 mg - Injeksi 25 mg/ml, 50 mg/ml - Sirup 10 mg/5ml : 240 ml, 480 ml
  • 30. 4. Loratadin • Trisiklik piperidin long acting • Efek sedatif dan antikolinergik minimal • Masa kerja lama (24 jam) • Metabolit utama : deskarboetoksi-loratadin • Cepat diabsorbsi • Puncak dalam plasma 1-1,5 jam • Waktu Paruh 8-11 jam
  • 31. • Ekskresi urine 40 %, feses 42 %, ASI 0,029 % • Indikasi : rinitis alergi, urtikaria kronik idiopatik pada pasien >6 tahun • Efek samping : fungsi miokardial kalium channel  tidak disritmia • Dosis : 10 mg p.o dosis tunggal pada anak < 30 kg : 0,5 mg/kgBB dosis tunggal • Sediaan : - Sirup 1 mg/ ml : 480 cc - Tablet 10 mg - Reditabs 10 mg
  • 32. 5. Ceftrizin • Metabolit karboksil asid dari hidroksisin • Ekskresi lewat urine 60 %, feses 10 % • Cepat diabsorbsi dan sedikit dimetabolisme • Kadar puncak plasma 1 jam • Waktu paruh 7 jam • Lama kerja 12-24 jam • Menghambat eosinofil, neutrofil, basofil, IgE dan menurunkan prostaglandin D2
  • 33. • Indikasi : urtikaria kronik (AS), cold urticaria • Dosis : - 10 mg/hari (dosis tunggal)  max 20 mg - 0,3 mg/KgBB (anak-anak) - 5 mg/hari (kelainan hepar dan ginjal) • Sediaan : - tablet, 5 mg, 10 mg - sirup, 5 mg/ml : 120 ml
  • 34. 6. Feksofenadin • Metabolit aktif utama dari terfenadin • Reseptor kompetitif anatagonis H-1 yang selektif • Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik, non kardiotoksik dan nonsedatif • Absorbsi cepat • Kadar puncak plasma 1-3 jam • Terikat pada protein plasma 60-70 %
  • 35. Waktu paruh 11-15 jam • Ekskresi : 80 % urine, 12 % feses • Indikasi : rinitis alergi, urtikaria idiopatik kronik • Sediaan : - kapsul 30 dan 60 mg - tablet 60 mg, 120 mg, dan 180 mg
  • 36. Antihistamin Yang Aman Digunakan • Pada wanita hamil dan menyusui: Golongan klorfeniramin maleat • Pada anak-anak: Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat, difenhidramin HCL, loratadin, desloratadin, feksofenadin, setirisin • Pada bayi: - Sebaiknya dihindari, karena efek samping antikolinergik dari obat-obatan AH yang dapat membahayakan. - Desloratadin (clarinex®), dapat digunakan pada bayi berumur 6 bulan dengan gejala alergi dan urtikaria.