Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membangun budaya literasi untuk anak-anak. Keluarga dapat menumbuhkan minat baca dan menulis melalui kegiatan seperti mendongeng dan mengenalkan lingkungan. Masyarakat dapat turut serta melalui lembaga pendidikan dan kegiatan seperti Gebyar PAUD yang dapat memotivasi siswa, orang tua, dan guru untuk terlibat dalam peningkatan literasi.
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
1. PERAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM MENUMBUHKAN
BUDAYA LITERASI
Oleh
Atharuddin
Keluarga merupakan pilar utama dalam membangun budaya literasi, keluarga
memegang kendali dalam menubuhkan pola pikir dan prilaku anak. Hal ini disebabkan
karena keluarga memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan anak dalam
membentuk karakter dan kepribadian anak sejak dini. Oleh karena itu keluarga perlu
dibekali dengan pengetahuan tentang bagaimana mendidik anak dan membudayakan
literasi secara total walaupun sederhana dalam praktiknya sebelum berkolaborasi dengan
masyarakat dalam penerapannya.
Masyarakat merupakan tempat berintraksinya individu yang satu dengan individu
lainnya, sehingga masyarakat juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan budaya
literasi bagi anak secara umum terhadap berbagai kemampuan dan keterampilan mereka,
baik dalam kegiatan membaca, menulis, berbicara, berhitung serta upaya strategis untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya literasi akhir-akhir ini sangat jarang kita jumpai ditengah-tengah keluarga,
lingkungan pendidikan dan masyarakat, hal ini disebabkan karena berbagai faktor salah
satunya adalah perkembangan teknologi digital sehingga tidak jarang kita temukan bahwa
anak-anak lebih senang bermain-main dari pada membaca maupuh berhitung. Kondisi ini
tentu sangat memprihatinkan jika tidak segera dilakukan tindakan sejak dini dalam
membangun budaya literasi. Sebab literasi merupakan sumber pengetahuan dalam
menumbuhkan karakter dan keperibadian anak dalam meniti kehidupan dimasa depan.
Dalam upaya mewujudkan budaya literasi bagi anak-anak tentu sangat diperlukan
strategi jitu yang dapat memecahkan permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan
memperbaiki pola asuh, anak dari orang tua, pola didik dan pola prilku hidup yang
mencerminkan karakter budi pekerti yang luhur, terampil dan bertanggungjawab.
Lalu bagaimana kita dapat menyikapi persoalan membudayakan literasi pada anak
yang melibatkan peran keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan budaya
literasi. Marilah kita sama-sama cermati opini dan pengalaman penulis dalam
menumbukan budaya literasi dari lingkungan keluarga, satuan pendidikan dan
masyarkat. #LiterasiKeluarga
2. A. Menubuhkan budaya litersi melalui peran keluarga
Keluarga memiliki peran sentral meningkatkan minat baca, pembentukan
karakter dan keperibadian anak, lantas apa yang harus anda lakukan dalam
menempatkan kelurga sebagai mesin utama menumbukan budaya literasi antara lain :
Pertama Pengenalan diri. Dalam menumbuhkan budaya literasi pengenalan
diri sangat penting untuk mengetahui tentang dirinya baik mencakup identitas, cita-
cita dan kemampuan yang dimiliki anak. Disini peran keluarga yaitu mengoptimalkan
fungsi yang dimiliki oleh anak terkait diri dan keperibadian yang dimiliki dengan
mendorong anak untuk terus belajar dan belajar untuk melengkapi kekurangannya
agar memiliki ilmu dan pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam menjalani
persaingan hidup dimasa yang akan datang. Adapun contoh sederhana pengenalan
diri yaitu pembiasaan diri sebelum memberikan komentar berupa ucapan salam
dilanjutkan dengan pengenalan identitas diri seperti nama, nama panggilan, umur,
hoby, cita-cita dan lain sebagainya. Tujuan dari pengenalan diri ini adalah untuk
melatih kemampuan berkomunikasi bagi anak.
Kedua, Pengenalan lingkungan, Manusia sebagai mahluk sosial tentu harus
diperkenalkan dengan lingkungannya sejak dini, hal ini untuk menciptakan pola pikir
anak agar lebih kreatif dan inovatif melalui kegiatan pembiasaan dengan lingkungan,
pengenalan dan berinteraksi dengan orang lain. Pengenalan lingkungan dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari pengenalan lingkungan keluarga dengan
menampilkan suasana lingkungan yang harmonis yang dapat menerapkan keteladanan
kepada anak-anaknya seperti membiasakan sikap saling hormat menghormati, yang
kecil menghormati yang lebih tua, dan seterusnya.
Ketiga, Dongeng, kegiatan mendongeng atau bercerita yang dapat menggugah
hati anak agar mereka ingin mengetahui secara pasti apa isi yang terkandung dalam
cerita tersebut. Secara tidak langsung dapat meningkatkan budaya literasi anak.
Dengan bercerita, maka dengan sendirinya mampu membangkitkan daya imajinasi
anak untuk berkarya secara mandiri.
Keempat, Membudayakan gemar membaca, menulis dan berhitung.
Menumbuhkan budaya literasi dengan melatih anak untuk gemar membaca, menulis
dan berhitung tentu tidak lah mudah, sebak kita memerlukan strategi khusus dalam
meningkatkan budaya gemar membaca, menulis dan berhitung pada anak salah
satunya adalah berdasarkan catatan pengalaman penulis yaitu: Ketika bepergian anak-
anak kita tunjukkan tanda-tanda seperti plang, rambu-rambu lalu lintas kemudian
menjelaskannya, nah untuk membangkitkan semangat anak untuk membaca dan
menulis tentu kita perlu menarik rasa ingin tahu anak tentang apa yang telah dialami
dan dirasakan ketika bepergian atau setelah membaca sebuah tulisan-tulisan yang
telah mereka baca.
3. Kelima, Komunikasi. Literasi pada dasarnya adalah kemampuan berbahasa
atau berkomunikasi secara lisan sebab literasi dipahami tidak sekadar membaca dan
menulis saja, tetapi lebih pada memanfaatkan informasi dan bahan bacaan untuk
menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Melatih kemampuan
berkomunikasi pada anak sama dengan membangkitkan seribu bahasa dalam
membuka semangat gemar membaca.
Keenam, Bertanggungjawab. Literasi tanggungjawab sebagai bagian dari
upaya meumbuhkan karakter dan kepribadian anak agar senantiasa bersikap baik,
jujur dan bertanggungjawab atas apa yang telah mereka perbuat. Contoh anak-anak
harus dibiasakan untuk bertanggungjawab yaitu dengan selalu berkata jujur apa
adanya.
B. Menumbuhkan budaya literasi berbasis minat
Dewasa ini kita telah banyak melihat bahwa anak anak lebih senang bermain
main games dan nonton televisi (TV) dari pada membaca buku atau bacaan lainnya,
kadang-kadang diwaktu anak mengaji justru orang tua sibuk nonton TV dari pada
mengurus anak untuk belajar, hal ini merupakan tantangan bagi kita orang tua dalam
membudayakan literasi membaca dilingkungan keluarga.
Berangkat dari situasi dan kondisi di atas maka perlu kesadaran orang tua,
masyarakat dalam mengatasi kondisi tersebut misalnya orang tua perlu mengatur
jadwal belajar dan jadwal bermain anak atau semacam peraturan (tata tertib) yang
mengatur rumah tangga dan aturan tersebut berlaku untuk orang tua, anak dan
keluarga lainnya. Contoh pada pagi hari semua anggota keluarga dalam rumah tangga
pagi hari diharuskan untuk sarapan sebelum jam 9, membaca buku minimal 10 menit
sebelum berangkat ke sekolah dan mulai bekerja, setiap bepergian dan pulang wajib
mengucapkan salam, pulang dari sekolah atau tempat kerja langsung makan
minuman, kemudian belajar lagi minimal 15 menit sebelum istirahat dirumah,
bermain. Setelah magrib budayakan kegiatan literasi religi dengan belajar mengaji
seperti membaca Al-Qur'an dan tata cara menjalankan kewajiban sebagai hamba
Allah SWT sehingga mereka terbiasa nantinya hingga menginjak usia dewasa.
Di era zaman digital saat ini kita melihat kondisi nyata dimasyarakat, bahwa
penggguna internet dengan mengguakan smartphone hampir disetiap rumah tangga
sangat merata menggunakan smart phone paling digermari sehingga tidak heran
sering kita jumpai bahwa anak-anak lebih senang bermain menggunakan smartphone
untuk nonton YouTube dari pada membaca buku.
4. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk membudayakan
literasi dengan media yang disukai oleh anak sehingga media tersebut dapat
bermanfaat dalam meningkatkan budaya literasi pada anak, salah satunya adalah
penggunaan internet dengan media smartphone. Nah, jadi cara sederhana yang dapat
digunakan adalah membatasi akses internet dengan menemani anak untuk mebatasi
akses jelajah dengan mengarahkan pada tontonan yang mendidik bagi anak, misalnya
tontonan cara berhitung bagi pemula, menjaga kesehatan lingkungan dan video yang
bersifat mendidik. Tidak berhenti sampai disitu orang tua perlu melakukan tindak
lanjut terhadap apa yang telah ditonton oleh anak dan menjelaskan maksud dari
tontonan tersebut kemudian mengaplikasinya dalam kehidupan sehari hari.
C. Menubuhkan budaya litersi melalui peran masyarakat
Peran masayarakat dalam menumbuhkan budaya literasi memiliki kontribusi
yang cukup besar dalam membangun budaya literasi salah satunya adalah dengan
memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan seperti TBM, TPQ yang didukung
dengan program Gerakan Indonesia Membaca (GIM). Dengan adanya program GIM
peran orang tua dan masyarakat semakin kuat, sebab tanpa membaca orang tidak akan
pernah tau, tanpa membaca orang tidak akan pernah mendapatkan pengetahuan yang
cukup sehingga selalu tertinggal dalam berbagai disiplin ilmu.
Literasi tumbuh dengan adanya dukungan masayarakat dan satuan pendidikan
dengan memperbayak kegiatan yang dapat menumbuhkan bakat dan minat membaca,
menulis dan berhitung dengan cara mebuat kegiatan gebyar, pertandingan atau lomba
yang dapat menumbuhkan bakat dan minat bagi anak-anak seperti kegiatan gebyar
PAUD. Budaya literasi dalam konsep Gebyar PAUD merupakan salah satu kegiatan
yang dilaksanakan oleh kelompok kerja guru PAUD atau satuan pendidikan yang
dihajatkan untuk dapat meningkatkan kemampuan anak usia dini dalam melatih
mental dan sportivitas anak dalam berbagai kegiatan lomba.
Gebyar PAUD memiliki dampak yang cukup signifikan dalam membangun
karakter anak dan orang tua wali untuk selalu bersemangat dalam mengikuti tahapan
kegiatan lomba. Menurut pengakuan salah seorang wali murid bernama Nurul Huda
pada tanggal (27/4/2019) mengatakan bahwa "Kegiatan Gebyar PAUD sangat
mendorong motivasi anak dan orang tua untuk ikut berpartisipasi dalam mendidik
anak anak sebelum melakukan kegiatan lomba, sebab kita tidak ingin anak kita dapat
prestasi NIHIL" ungkapnya.
Kegiatan Gebyar PAUD adalah salah satu wujud nyata penerapan budaya
literasi bagi anak namun juga berdampak pada orang tua wali peserta didik. Dengan
diselenggarakannya gebyar PAUD anak didik terdorong untuk belajar, demikian pula
orang tua termotivasi untuk ikut membantu menyempurnakan hasil pembelajaran
yang didapat disekolah dengan mengajarkan anak mereka dirumah. Ketika kegiatan
gebyar PAUD dilaksanakan setingkat lebih tinggi dari satuan pendidikan umpamanya
5. dilaksanakan oleh HIMPAUDI dan Dinas Pendidikan tentu motivasi literasi bukan
hanya kepada peserta didik tapi juga guru pada lembaga satuan pendidikan juga turut
termotivasi dalam menghadirkan anak anak didik yang berprestasi.
Dengan demikian membangun budaya literasi membaca dan menulis bukan
hanya bisa didapat dari pendidikan tetapi juga budaya literasi dapat dibangun dengan
melaksanakan kegiatan lomba yang dampaknya cukup besar karena melibatkan
semua unsur baik anak didik, orang tua, guru, pemangku kepentingan dan lembaga
pendidikan.
#SahabatKeluarga
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa peran keluarga dan
masyarakat mampu meningkatkan budaya literasi bagi masyarakat.
#LiterasiKeluarga