Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga ke-11 Masehi, meliputi latar belakang pembentukannya, struktur pemerintahan, pengaruh budaya, kehidupan sosial, ekonomi dan politik, serta penyebab runtuhnya kerajaan. Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara berkat letak strategisnya di jalur perdagangan internasional.
3.
Jangkauan terluas
Kemaharajaan
Sriwijaya sekitar
abad ke-8 Masehi
4. Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya); Thai: atau
―Ṣ̄rī wichạy‖, Tionghoa : Shih-li-fo-shih atau San-fo-
ts'i atau San Fo Qi; Bahasa Sansekerta dan
Pali, Yavadesh dan Javadeh, Bangsa Arab:Zabaj;
Khmer: Malayu
Dalam bahasa Sansekerta, sri ―bercahaya‖ atau
―gemilang‖, dan wijaya ―kemenangan‖ atau
―kejayaan‖, maka nama Sriwijaya bermakna ―kemenangan
yang gilang-gemilang‖
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari
abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis
bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan
Prasasti yang paling tua berada pada abad ke-
7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh
ta·rikh n 1 perhitungan tahun: -- Hijriah; 2 angka (bilangan) tahun: -- 305 tahun
Sebelum Masehi; 3 tanggal (hari, bulan, dan tahun): menilik -- nya naskah itu
682
tertulis pd akhir pemerintahan Hayam Wuruk; 4 Sas sejarah; tambo; riwayat; ahli --;
ahli sejarah
5. Prasasti Kedukan Bukit
Ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai
Talang dekat Palembang, berangka tahun
605 Saka atau 683 M.
1.
Prasasti –prasasti lain yang ditemukan :
Prasasti Talang Tuo di sebelah barat kota
Palembang berangka tahun 606 Saka /
684 M. Prasasti ini menceritakan
pembuatan Taman Sriksetra untuk
kemakmuran semua makhluk dan
terdapat doa-doa yang bersifat Budha
Mahayana.
2. Prasasti Telaga Batu di Telaga Batu dekat
Palembang berangka tahun 683 M.
3. Prasasti Kota Kapur di Kota Kapur pulau
Bangka berangka tahun 608 Saka / 686 M.
4. Prasasti Karang Berahi di Jambi tidak
berangka tahun.
5. Prasasti Palas Pasemah di Lampung
Selatan tidak berangka tahun.
6. Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai
Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya
yang terlupakan dibentuk kembali oleh George
Cœdès.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera
awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit
di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan
tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis
untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang
dikenali sebagai Palembang di Sumatra.
Pengaruhnya amat besar di atas semenanjung
Malaysia dan Pilipina.
7. STRUKTUR PEMERINTAHAN
Kekuasaan tertinggi di Kerajaan Sriwijaya dipegang oleh
raja. Untuk menjadi raja, ada tiga persyaratan yaitu:
1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.
2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra
yang selalu memberikan kesejahteraan pada
rakyatnya.
3. Ekachattra. Eka berarti satu dan chattra berarti
payung. Kata ini bermakna mampu memayungi
(melindungi) seluruh rakyatnya.
Belum diketahui secara jelas bagaimana struktur
pemerintahan di bawah raja. Salah satu pembantunya
yang disebut secara jelas hanya senapati yang bertugas
sebagai panglima perang (pemimpin tentara).
8. Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :
1. Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit
683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
2. Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
3. Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
4. Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
5. Maharaja (berita Arab, 851 M)
6. Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
7. Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
8. Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9. Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti
Leiden, 1044 M)
10. Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
11. Cri SanggramaWijayatunggawarman (Prasasti
Chola, 1004 M)
9. PENGARUH BUDAYA
Beberapa prasasti siddhayatra abad ke-7 seperti:
1.
Prasasti Talang Tuwo menggambarkan ritual Budha untuk
memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman
Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya.
2. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan
tingkatan jabatan pejabat kerajaan.
3. Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara
Sriwijaya atas Jawa.
Semua prasasti ini menggunakan Bahasa Melayu Kuno
bahasa yang digunakan oleh Sriwijaya ini adalah leluhur
Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia modern. Sejak abad
ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di
Nusantara, ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti
Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di
tempat lain, seperti yang ditemukan di Pulau Jawa.
10. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa
Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa
Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi
kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi
lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak
penutur di kepulauan Nusantara.
Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai
arca Budha dan Bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan
di Bukit Seguntang, Palembang Jambi, Bidor, Perak dan
Chaiya. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan
dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya"
atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan
kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam
Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar
abad ke-8 sampai ke-9).
lang·gam n 1 gaya; model; cara: -- permainannya khas, sukar ditiru orang lain; 2
adat atau kebiasaan: -- orang di daerah itu kalau berkata dng suara keras, tetapi
hatinya baik dan suka berterus terang;
11. KEHIDUPAN SOSIAL
Kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya meningkat dengan
pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya
Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran
agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita
I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000
orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah
bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti. Di
samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga
mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini
tertera dalam prasasti Nalanda.
Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga
memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang
tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk
meningkatkan kemakmuran rakyatnya.
12. KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di
jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia
Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka
Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan
dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat
menimbun barang dari dalam maupun luar.
Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam
perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga
didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan
bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya
Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang
mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayaran
yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang
dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah
kekuasaan Sriwijaya tersebut.
13. Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang
singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan
pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran
upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan
dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan
yang besar dan makmur.
Kerajaan Sriwijaya mempunyai hubungan perdagangan
yang sangat baik dengan saudagar dari Cina, India, Arab
dan Madagaskar. Hal itu bisa dipastikan dari temuan
mata uang Cina, mulai dari periode Dinasti Song (960-
1279 M) sampai Dinasti Ming (abad 14-17 M). Berkaitan
dengan komoditas yang diperdagangkan, berita Arab
dari Ibn al-Fakih (902 M), Abu Zayd (916 M) dan Mas‗udi
(955 M) menyebutkan beberapa di antaranya, yaitu
cengkeh, pala, kapulaga, lada, pinang, kayu gaharu, kayu
cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu
hitam, kayu sapan, rempah-rempah, dan penyu. Barang-
barang ini dibeli oleh pedagang asing, atau dibarter
dengan porselen, kain katun dan kain sutra.
upe·ti n 1 uang (emas dsb) yg wajib dibayarkan (dipersembahkan) oleh
negara(-negara) kecil kpd raja atau negara yg berkuasa atau yg menaklukkan
14. KEHIDUPAN POLITIK
Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui
keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke
daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk
perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang
ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui
benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga
dikuasai Sriwijaya.
Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara
senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara
antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau.
Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara
kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan
berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara.
15. RUNTUHNYA KERAJAAN SRIWIJAYA
Kuasa Sriwijaya merosot pada abad ke-11. Kerajaan Sriwijaya mulai
ditaklukkan berbagai kerajaan Jawa, pertama oleh Kerajaan Singosari
(Singhasari) dan akhirnya oleh Kerajaan Majapahit.
Akibat dari persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan, Raja
Rajendra Chola melakukan dua kali penyerangan ke Kerajaan
Sriwijaya. Bahkan pada penyerangganya yang kedua, Kerajaan
Chola berhasil menawan Raja Cri Sanggrama Wijayatunggawarman
serta berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Kerajaan
Sriwijaya.
Pada abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang
luar biasa. Kerajaan besar di sebelah utara, seperti Siam. Kerajaan
Siam yang juga memiliki kepentingan dalam perdagangan
memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah selatan. Kerajaan
Siam berhasil menguasai daerah semanjung Malaka, termasuk Tanah
Genting Kra. Akibat dari perluasan Kerajaan Siam tersebut, kegiatan
pelayaran perdagangan.
ban·dar [2] n 1 tempat berlabuh (kapal, perahu, dsb); pelabuhan; 2 kota
pelabuhan; kota perdagangan;
16. Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Sriwijaya
menjadi kerajaan kecil dan lemah yang wilayahnya
terbatas di daerah Palembang, pada abad ke-13
Kerajaan Sriwijaya di hancurkan oleh Kerajaan
Majapahit.