Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
1. RELASI SOSIAL
PROSOSIAL DAN ALTRUISTIK
Disusun Oleh Kelompok 8
Aulia Medina Putri
Lisa Rizky
Moch. Raka Kurniawan
Muzida Najimah
Noor Lailasari
St. Lailiani Noor
Wiwin Widayanti
Yenny Marwinda
I1C113043
I1C113026
I1C113075
I1C113217
I1C113234
I1C113067
I1C113012
I1C113201
2. DASAR TEORI
PERILAKU PROSOSIAL
Secara umum, tingkah laku prososial
ialah suatu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus
menyediakan suatu keuntungan
langsung pada orang yang melakukan
tindakan tersebut, dan mungkin bahkan
melibatkan suatu resiko bagi yang
menolong.
3. Menjelaskan Tingkah Laku
Prososial : Mengapa orang
menolong?
Hal yang memengaruhi adalah
salah satunya situasi sangat
penting dan terdapat variabel
kepribadian penting yang
memengaruhi kemungkinan
menolong atau tidak menolong.
Berbagai karakteristik dari orang
5. a. Menolong Mereka yang Mereka Sukai atau Daya
Tarik
Apapun faktor yang dapat meningkatkan ketertarikan
bystander kepada korban akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya respon prososial apabila
individu tersebut membutuhkan pertolongan.
Contohnya korban yang menarik secara fisik mendapat
lebih banyak pertolongan dibandingkan yang tidak
menarik. Selain itu, Anda tidak akan terkejut dengan
fakta bahwa bystander lebih mungkin menolong korban
yang mirip dengan dirinya sendiri dibandingkan dengan
korban yang tidak mirip.
6. b. Atribusi yang Menyangkut
Tanggung Jawab Korban
• Menurut Weiner pertolongan tidak akan
diberikan secara otomatis ketika seorang
bystander mengasumsikan bahwa kejadian
tersebut akibat kesalahan si korban
sendiri, terutama jika penolong yang
potensial cenderung mengasumsikan
bahwa kebanyakan kesialan dapat
dikontrol. Jika demikian, masalah
dipersepsikan sebagai kesalahan korban.
• Kecenderungan umumnya adalah
mengatribusikan lebih banyak tanggung
7. c. Model-Model Prososial :
Kekuatan dari Contoh Positif.
Dalam situasi darurat, kita mengindikasikan
bahwa keberadaan bystander lainnya yang tidak
berespon dapat menghambat tingkah laku
menolong. Hal yang juga sama benarnya adalah
bahwa keberadaan bystander yang menolong
memberi model sosial yang kuat, dan hasilnya
adalah suatu peningkatan dalam tingkah laku
menolong di antara bystander lainnya.
8. Self-Interest, Integritas Moral,
Dan Hipokrisi Moral
• Kebanyakan dari kita tidak secara sengaja
memilih untuk menjadi tidak berhati nurani
dan tidak berbelas kasih, tetapi kita dapat
terbawa ke arah tersebut dengan
meyakinkan diri kita bahwa tidak ada
alasan untuk menolong (bersoff, 1999)
• Lebih umum, dapat disimpulkan bahwa
orang bermoral kadang-kadang gagal
untuk merespon secara bermoral. Motivasi
dan moralitas, Batson dan Thompson
(2001) menyatakan bahwa masalah
motivasional harus di pertimbangkan juga.
10. Menolong Sebagai Fungsi
dari Keadaan Emosional
Bystander
Secara kasar, kondisi suasana
hati yang baik akan
meningkatkan peluang
terjadinya tingkah laku
menolong orang lain,
sedangkan suasana hati yang
11. Pengambilan Keputusan untuk
Menolong pada Keadaan Darurat
Langkah 1 : Menyadari Adanya
Keadaan Darurat
Menurut definisinya, keadaan darurat
tidak terjadi menurut jadwal, jadi tidak
ada cara untuk mengantisipasi kapan
atau dimanapun masalah yang tidak
diharapkan terjadi
Dapat disimpulkan, seseorang yang
terlalu sibuk untuk memperhatikan
12. Langkah 2 : Menginterpretasikan
Keadaan Sebagai Keadaan Darurat
Meskipun kita memperhatikan apa yang
terjadi disekitar kita, kita hanya memiliki
informasi yang tidak lengkap dan terbatas
mengenai apa yang kira-kira sedang
dilakukan oleh orang asing. Biasanya, hal
tersebut tidak penting bagi kita, dan lagi pula
itu bukan urusan kita.
Biasanya, lebih baik untuk mengasumsikan
penjelasan yang sifatnya rutin dan seharihari dari pada yang sifatnya tidak biasa dan
13. Langkah 3 : Mengasumsikan
Tanggung Jawabnya Untuk
Menolong
Salah satu alasan tingkah laku
prososial akan dilakukan bahwa
bystander yang seorang diri
lebih mungkin untuk bertindak
dibandingkan seorang
bystander dalam kelompok
adalah karena tidak ada orang
lain saat itu yang dapat
bertanggung jawab. Dalam
14. Langkah 4 : Mengetahui
Apa yang Harus Dilakukan
Tidak ada hal berarti yang
dapat dilakukan kecuali
orang tersebut tahu
bagaimana ia dapat
menolong. Beberapa
keadaan darurat
15. Langkah 5 : Mengambil
Keputusan Untuk Menolong
Bahkan jika tanggapan
byestander pada setiap empat
langkah pertama adalah
jawaban iya, pertolongan tidak
diberikan kecuali mereka
membuat keputusan akhir untuk
bertindak. Pertolongan pada
16. ALTRUISTIK DAN PANDANGAN
PARA TOKOH
Altruisme atau Altruistik
Istilah altruisme merujuk pada
suatu doktrin etis yang mengklaim
bahwa individu-individu secara
moral berkewajiban untuk
dimanfaatkan bagi orang lain.
17. Menurut Walstern, dan Piliavin
• Perilaku altruistik adalah prilaku menolong
yang timbul bukan karena adanya tekanan
atau kewajiban, melainkan tindakan
tearsebut bersifat sukarela dan tidak
berdasarkan norma-norma
tertentu, tindakan tersebut juga merugikan
penolong, meminta pengorbanan
waktu, usaha, uang dan tidak ada imbalan
ataupun hadiah dari semua pengorbanan.
• Altruisme adalah tindakan sukarela yang
dilakukan oleh seseorang ataupun
18. Menurut Sears dkk
Altruisme adalah tindakan
sukarela untuk menolong orang
lain tanpa mengharapkan
imbalan dalam bentuk apapun
atau disebut juga tindakan
tanpa pamrih.
20. Menurut Baston
• Altruisme adalah respon yang
menimbulkan positif feeling, seperti
empati. Seseorang yang altruis memilki
motivasi altruistic, keinginan untuk selalu
menolong orang lain. Motivasi altruistik
tersebut muncul karena ada alasan
interval didalam dirinya yang menimbulkan
positif feeling sehingga dapat
memunculkan tindakan untuk menolong
orang lain. Dua alasan interval tersebut
tidak akan memunculkan egoistik
21. Kesimpulan
• Penelitian psikologi sosial pada tingkah
laku seperti ini bermaksud untuk
mengetahui mengapa orang kadangkadang memberi pertolongan kepada
orang asing dan kadang-kadang diam saja
dan tidak melakukan apapun. Secara
umum, tingkah laku prososial ialah suatu
tindakan menolong yang menguntungkan
orang lain tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang yang
melakukan tindakan tersebut, dan