SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
JUDUL

       Dalam setiap tahunnya, Indonesia terlibat dalam arus perubahan yang
tampaknya berpacu lebih cepat dari waktu. Pertumbuhan penduduk yang sangat
cepat, bahkan adanya program-program untuk menekan laju pertumbuhan, tetap
seakan tidak menunjukkan adanya penurunan.
       Tercatat dari data sensus 19 Juni 2009, penduduk Indonesia berjumlah
sekitar 230.472.833 jiwa, sedangkan pada sensus selanjutnya yang dilakukan
tahun 2010, jumlahnya sudah bertambah lebih dari tujuh juta jiwa menjadi sekitar
237.556.363 jiwa, dengan angka kepadatan pemduduknya124/km2 .
       Adalah hal yang wajar apabila Negara dengan luas wilayah sangat besar
seperti Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar pula. Namun terjadinya
sentralisasi penduduk di pulau Jawa, yang notabene bahkan bukanlah pulau
terbesar di Indonesia inilah yang kemudian menjadi masalah pelik.
       Jawa memang memiliki semua syarat untuk menjadikannya sebuah pulau
yang kaya dan sibuk. Letaknya yang sangat strategis, wilayahnya geografisnya
yang tidak terlalu bergunung-gunung, sumber daya alamnya yang melimpah, serta
Sumber Daya Manusia nya yang mumpuni, terlebih fasilitasnya yang lengkap
membuat sebagian besar penduduk Indonesia lebih senang “tidur berjejalan” di
Jawa dari pada “berbaring sesukanya” di pulau lain seperti Kalimantan, Sumatra,
Sulawesi, dan Papua. Jawa sudah terlalu berjejal dengan perkampungan kumuh.
Sempitnya lahan juga membuat pemerintah membuat bangunan-bangunan yang
ditingkat tingkat untuk hunian banyak manusia dan kemudian disebut rumah
susun. Ada lagi sebagian penduduk yang menganggap jembatan adalah langit-
langit rumah yang indah. Rumah susun dan kolong jembatan mungkin adalah
salah satu potret mirisnya kehidupan penduduk Indonesia. Sebuah Negara yang
luas, sebuah negara yang indah, namun penduduknya punya kebiasaan aneh
karena lebih suka tidur berjejalan dengan yang lainnya. Asas kebersamaan? Saya
pikir lebih tepat asas kebodohan.
       Penduduk negara kita lebih suka berpindah tempat dari desa ke kota, yang
sayangnya masih dalam lingkup Pulau Jawa. Mereka lebih tertantang untuk
mengadu nasib mereka di kota yang jelas-jelas sudah sangat penuh dengan
manusia. Sudah penuh dengan nuansa persaingan. Sedikit dari mereka yang mau
berpindah ke luar Pulau untuk memulai sebuah usaha. Penduduk kita lebih suka
bersaing mancapai kesuksesan daripada membangun sendiri kesuksesan untuk
mereka.
       Sungai-sungai berubah warna, banyak Bantar Gebang – Bantar Gebang
lainnya yang muncul menjadi tempat tumbuh suburnya penyakit, pengangguran
dimana-mana, dan kemiskinan yang menjadi-jadi. Tentu bukan saatnya lagi
menyalahkan mereka yang sudah terlanjur kaya. Pemikiran bahwa di negara ini
yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin haruslah segera
dihilangkan. Yang seharusnya ditumbuhkan adalah semboyan bahwa “siapa yang
lebih keras berusaha, maka dia yang berjaya”. Mereka yang kaya semakin kayak
arena mereka berusaha, walaupun entah dengan jalan yang benar atau
menyimpang. Dan mereka yang di bawah, mereka butuh inovasi, sebuah langkah
yang berani untuk paling tidak membenahi atap kehidupan mereka sendiri. Dan
salah satu caranya adalah pemerataan penduduk ke pulau lain dengan
transmigrasi.
       Sebenarnya apabila ditilik dari fasilitasnya, pulau-pulau di luar Jawa juga
sudah mulai sejajar dengan Jawa. Coba lihat saja kota Jayapura yang sekarang
jadi kota pelabuhan yang sangat besar, dengan fasilitas yang istimewa. Samarinda
yang sudah menjadi kota industri besar. Atau bahkan Palembang yang bahkan kini
sudah siap dijadikan tuan rumah Sea Games. Sayang, kurangnya informasi dan
pemikiran kolot bahwasanya hidup di luar Jawa adalah berarti kembali ke
kehidupan yang lebih primitif inilah yang sesegera mungkin harus diluruskan.
       Pemerataan penduduk menjadi sangat penting bagi sebuah Negara besar
seperti Indonesia. Menumpuknya pengangguran         di usia produktif sangatlah
disayangkan. Dan dari fakta yang ada, pusat berkumpulnya pengangguran tentu
saja adalah di Pulau Jawa. Dimana memang luasnya sudah sangat tidak memadahi
untuk menampung jumlah penduduk yang ada. Hal yang sangat berbdanding lurus
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Bayangkan saja apabila pemuda-
pemuda yang belum memiliki mata pencaharian di Jawa kemudian dikerahkan
untuk membangun pulau-pulau di luar Jawa, mungkin ke depan akan muncul
pulau-pulau Jawa baru, dengan tingkat kemakmuran lebih tinggi, dan tentunya
dengan wilayah yang jauh lebih luas.
       Di mata dunia, Indonesia adalah Negara yang masih berkembang. Negara
berkembang, menurut saya hanyalah sebuah kata sopan untuk mengatakan bahwa
suatu Negara hanya satu strip di atas kemisikinan. Sekali lagi hal ini seharusnya
tidak perlu terjadi karena Negara kita punya semua syarat pula untuk jadi Negara
maju. Seiring dengan program Keluarga Berencana yang sudah semakin berhasil,
kesadaran masyarakat yang mulai tergerak, kesehatan yang sudah diprioritaskan
dan semakin sulitnya mencari anak muda buta huruf, seharusnya kita tidak
berlama-lama menyandang gelar Negara Berkembang.
       Kita melihat Belanda, negara yang sangat dibenci anak-anak sekolah dasar
di negara kita karena di buku IPS mereka ditulis dengan tebal , “350 tahun lebih,
negara kita dijajah Belanda”. Kita bahkan seharusnya belajar dari mereka. Negara
sempit yang bahkan harus mengeringkan lautnya untuk jadi wilayah daratannya
ternyata lebih maju dari negara kita yang berkali-kali lebih besar wilayahnya.
        Kita harus malu karena membiarkan pesona Raja Ampat yang indah,
terbuang percuma karena minim pengelolaan. Kita harus segera mendirikan
lumbung ikan di Maluku yang hasil perikanannya melimpah. Kita harus gali
tambang-tambang di Kalimantan, untuk menambah devisa kita. Bahkan kita harus
menginternasionalkan makanan daerah kita agar bias diterima di dunia. Bila
hamburger bias jadi idola di Indonesia, kenapa empek-empek tidak bisa diterima
di Amerika? Dan itu semua akan dapat dicapai apabila pembangunan merata dan
pemerataan penduduk berhasil..cynt

More Related Content

Featured

Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 

Featured (20)

PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 

penduduk indonesia

  • 1. JUDUL Dalam setiap tahunnya, Indonesia terlibat dalam arus perubahan yang tampaknya berpacu lebih cepat dari waktu. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, bahkan adanya program-program untuk menekan laju pertumbuhan, tetap seakan tidak menunjukkan adanya penurunan. Tercatat dari data sensus 19 Juni 2009, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 230.472.833 jiwa, sedangkan pada sensus selanjutnya yang dilakukan tahun 2010, jumlahnya sudah bertambah lebih dari tujuh juta jiwa menjadi sekitar 237.556.363 jiwa, dengan angka kepadatan pemduduknya124/km2 . Adalah hal yang wajar apabila Negara dengan luas wilayah sangat besar seperti Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar pula. Namun terjadinya sentralisasi penduduk di pulau Jawa, yang notabene bahkan bukanlah pulau terbesar di Indonesia inilah yang kemudian menjadi masalah pelik. Jawa memang memiliki semua syarat untuk menjadikannya sebuah pulau yang kaya dan sibuk. Letaknya yang sangat strategis, wilayahnya geografisnya yang tidak terlalu bergunung-gunung, sumber daya alamnya yang melimpah, serta Sumber Daya Manusia nya yang mumpuni, terlebih fasilitasnya yang lengkap membuat sebagian besar penduduk Indonesia lebih senang “tidur berjejalan” di Jawa dari pada “berbaring sesukanya” di pulau lain seperti Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Papua. Jawa sudah terlalu berjejal dengan perkampungan kumuh. Sempitnya lahan juga membuat pemerintah membuat bangunan-bangunan yang ditingkat tingkat untuk hunian banyak manusia dan kemudian disebut rumah susun. Ada lagi sebagian penduduk yang menganggap jembatan adalah langit- langit rumah yang indah. Rumah susun dan kolong jembatan mungkin adalah salah satu potret mirisnya kehidupan penduduk Indonesia. Sebuah Negara yang luas, sebuah negara yang indah, namun penduduknya punya kebiasaan aneh karena lebih suka tidur berjejalan dengan yang lainnya. Asas kebersamaan? Saya pikir lebih tepat asas kebodohan. Penduduk negara kita lebih suka berpindah tempat dari desa ke kota, yang sayangnya masih dalam lingkup Pulau Jawa. Mereka lebih tertantang untuk
  • 2. mengadu nasib mereka di kota yang jelas-jelas sudah sangat penuh dengan manusia. Sudah penuh dengan nuansa persaingan. Sedikit dari mereka yang mau berpindah ke luar Pulau untuk memulai sebuah usaha. Penduduk kita lebih suka bersaing mancapai kesuksesan daripada membangun sendiri kesuksesan untuk mereka. Sungai-sungai berubah warna, banyak Bantar Gebang – Bantar Gebang lainnya yang muncul menjadi tempat tumbuh suburnya penyakit, pengangguran dimana-mana, dan kemiskinan yang menjadi-jadi. Tentu bukan saatnya lagi menyalahkan mereka yang sudah terlanjur kaya. Pemikiran bahwa di negara ini yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin haruslah segera dihilangkan. Yang seharusnya ditumbuhkan adalah semboyan bahwa “siapa yang lebih keras berusaha, maka dia yang berjaya”. Mereka yang kaya semakin kayak arena mereka berusaha, walaupun entah dengan jalan yang benar atau menyimpang. Dan mereka yang di bawah, mereka butuh inovasi, sebuah langkah yang berani untuk paling tidak membenahi atap kehidupan mereka sendiri. Dan salah satu caranya adalah pemerataan penduduk ke pulau lain dengan transmigrasi. Sebenarnya apabila ditilik dari fasilitasnya, pulau-pulau di luar Jawa juga sudah mulai sejajar dengan Jawa. Coba lihat saja kota Jayapura yang sekarang jadi kota pelabuhan yang sangat besar, dengan fasilitas yang istimewa. Samarinda yang sudah menjadi kota industri besar. Atau bahkan Palembang yang bahkan kini sudah siap dijadikan tuan rumah Sea Games. Sayang, kurangnya informasi dan pemikiran kolot bahwasanya hidup di luar Jawa adalah berarti kembali ke kehidupan yang lebih primitif inilah yang sesegera mungkin harus diluruskan. Pemerataan penduduk menjadi sangat penting bagi sebuah Negara besar seperti Indonesia. Menumpuknya pengangguran di usia produktif sangatlah disayangkan. Dan dari fakta yang ada, pusat berkumpulnya pengangguran tentu saja adalah di Pulau Jawa. Dimana memang luasnya sudah sangat tidak memadahi untuk menampung jumlah penduduk yang ada. Hal yang sangat berbdanding lurus dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Bayangkan saja apabila pemuda- pemuda yang belum memiliki mata pencaharian di Jawa kemudian dikerahkan untuk membangun pulau-pulau di luar Jawa, mungkin ke depan akan muncul
  • 3. pulau-pulau Jawa baru, dengan tingkat kemakmuran lebih tinggi, dan tentunya dengan wilayah yang jauh lebih luas. Di mata dunia, Indonesia adalah Negara yang masih berkembang. Negara berkembang, menurut saya hanyalah sebuah kata sopan untuk mengatakan bahwa suatu Negara hanya satu strip di atas kemisikinan. Sekali lagi hal ini seharusnya tidak perlu terjadi karena Negara kita punya semua syarat pula untuk jadi Negara maju. Seiring dengan program Keluarga Berencana yang sudah semakin berhasil, kesadaran masyarakat yang mulai tergerak, kesehatan yang sudah diprioritaskan dan semakin sulitnya mencari anak muda buta huruf, seharusnya kita tidak berlama-lama menyandang gelar Negara Berkembang. Kita melihat Belanda, negara yang sangat dibenci anak-anak sekolah dasar di negara kita karena di buku IPS mereka ditulis dengan tebal , “350 tahun lebih, negara kita dijajah Belanda”. Kita bahkan seharusnya belajar dari mereka. Negara sempit yang bahkan harus mengeringkan lautnya untuk jadi wilayah daratannya ternyata lebih maju dari negara kita yang berkali-kali lebih besar wilayahnya. Kita harus malu karena membiarkan pesona Raja Ampat yang indah, terbuang percuma karena minim pengelolaan. Kita harus segera mendirikan lumbung ikan di Maluku yang hasil perikanannya melimpah. Kita harus gali tambang-tambang di Kalimantan, untuk menambah devisa kita. Bahkan kita harus menginternasionalkan makanan daerah kita agar bias diterima di dunia. Bila hamburger bias jadi idola di Indonesia, kenapa empek-empek tidak bisa diterima di Amerika? Dan itu semua akan dapat dicapai apabila pembangunan merata dan pemerataan penduduk berhasil..cynt