SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
Sari Pustaka



      Limfadenitis Tuberkulosis




                     Oleh:


      Rahmi                  070100027

      Geby Anthony           070100037

      Fuji Khairunnisa       070100371

      Jeffry Nugraha         070100327

      Wen Pau Min            070100127

      Ririn Wahyuni          070100154

      Elvi Hasanah           070100040

      Rizka Ariani           070100049

      Paul Alwin Khoman      070100152

      Andy William           070100033

      Kharisma P. Adhyatma   070100083

      Benny Harmoko          070100097

      Marintan A. Sitio      070100165

      Vitri Alya             070100143

      Ivan C. Pasaribu       070100367




Pembimbing: dr. Desmonia T. Damanik


                                         1
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU

 RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK

    FAKULTAS KEDOKTERAN

 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

           MEDAN

            2011




                                2
BAB I

                                    PENDAHULUAN



   Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi
terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,9 miliar
manusia (sepertiga penduduk dunia) telah terinfeksi kuman TB. Setiap detik ada satu orang
yang terinfeksi TB di dunia ini.1

   Di Indonesia TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita TB
di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah sekitar
10% dari total jumlah penderita TB di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 539.000
kasus baru dengan kematian sekitar 100.000 orang. Insiden kasus TB Basil Tahan Asam
(BTA) positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Munculnya pandemi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immunedeficiency Syndrome (AIDS) di dunia
menambah permasalahan TB. Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian
TB secara signifikan.2

   Dalam penyebarannya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya adalah TB
paru dan TB diluar paru. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk salah satu
penyakit di luar paru (TB-ekstraparu) Penyakit ini disebabkan oleh M. tuberculosis.3

   Sekitar 43 persen dari semua limfadenopati perifer di negara berkembang disebabkan
oleh karena TB, manifestasi ini juga tidak hanya terlihat di negara berkembang, di negara
maju juga sering terdapat manifestasi ini. Angka kejadian di Amerika Serikat, sekitar 20
persen menimbulkan TB luar paru, dan sekitar 30 persen dari kasus-kasus ini hadir dengan
limfadenitis. Prevalensi limfadenitis tuberkulosis pada anak-anak sampai 14 tahun di
pedesaan India adalah sekitar 4,4 kasus per 1000.3

   Diagnosa limfadenitis TB mudah ditegakkan apabila gambaran-gambaran khas tersebut di
atas ditemukan pada sediaan aspirasi. Tetapi apabila gambaran ini tidak dijumpai, sulit
membedakan antara limfadenitis akut supuratif atau limfadenitis TB supuratif, dalam studi
diagnostik menemukan adanya gambaran lain dari limfadenitis TB, yaitu adanya bercak-
bercak gelap (dark specks) pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik dari



                                                                                         3
aspirat limfadenopati. Dan ternyata apabila sediaan ini dikultur dengan teknik Kudoh,
ternyata 83% kasus memberikan kultur positif.4,5




                                                                                    4
BAB II

                                      PEMBAHASAN

2.1. Definisi

      Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening yang terjadi akibat
terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah
bening regioner dari lesi primer. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk
salah satu penyakit TB di luar paru (Tb-extraparu). Penyakit ini         disebabkan oleh M.
tuberkulosis, kemudian dilaporkan ditemukan berbagai spesies M. Atipik.6,7



2.2. Etiologi8

           Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu M.tuberculosis (pada
manusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti dan M.caprae. Secara mikrobiologi,
M.tuberculosis merupakan basil tahan asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-
Neelsen atau Kinyoun-Gabbett. Pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna
merah berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5ȝm.

           M.tuberculosis dapat tumbuh dengan energi yang diperoleh dari oksidasi senyawa
karbon yang sederhana. CO dapat merangsang pertumbuhan. M.tuberculosis merupakan
                                2

mikroba kecil seperti batang yang tahan terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup pada
kondisi yang kering hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat tumbuh di dalam
                                                    0                                  0
organisme hospes. Kuman akan mati pada suhu 60 C selama 15-20 menit, Pada suhu 30 atau
  0    0
40 -45 C sukar tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen dapat
menurunkan metabolisme kuman.

           Daya tahan kuman M.tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan kuman lainnya
karena sifat hidrofobik pada permukaan selnya. Kuman ini tahan terhadap asam, alkali dan
zat warna malakit. Pada sputum yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8-10 hari.
M.tuberculosis dapat dibunuh dengan pasteurisasi.




                                                                                           5
2.3. Epidemiologi

Tuberkulosis ekstraparu telah memberikan kontribusi yang besar dalam kejadian TB terutama
pada pasien yang menderita imunodefisiensi akibat HIV (45-70%) dibandingkan yang tidak
menderita HIV AIDS (15%)9,12. Limfadenitis TB merupakan TB ekstraparu paling sering.
Menurut jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena dibandingkan            laki-laki dengan
perbandingan 68:31. Menurut ras, Asia lebih sering terkena dibandingkan Afrika. Pada pasien
limfadenitis TB terdapat pasien yang telah diimunisasi BCG sebanyak 37%.9 Pada penelitian
infeksi Mycobacterium bovis merupakan penyebab tersering dari TB ekstraparu terutama
limfadenitis TB. Konsumsi susu mentah memiliki peran penting dalam infeksi bakteri ini.12
Maka dari itu, limfadenitis TB ini lebih sering mengenai anak-anak. Menurut penelitian pada
anak-anak yang menderita limfadenitis TB, umur rata-rata anak tersebut adalah 9,8 tahun
dengan anak perempuan (61,3%) lebih banyak dari anak laki-laki (38,7%).10

Menurut penelitian dari 1112 anak-anak, 7,8% anak menderita limfadenitis TB. Penyakit ini
didapati pada semua usia tapi lebih sering pada anak usia 10 dan 18 tahun (39,1%). Pada anak
dengan rontgen dada yang normal didapati memiliki limfadenitis TB sebanyak 21,8%. Dan
pada pasien ini didapati tes tuberkulin positif sebanyak 87,3% dan memiliki riwayat keluarga
menderita TB sebanyak 82,7%.11



2.4. Patogenesis13

Untuk pasien-pasien tanpa infeksi HIV, terjadinya Limfadenopati Tuberkulosis perifer yang
terisolasi (contoh, pada bagian cervical) kemungkinan besar disebabkan oleh reaktivasi dari
penyakit pada bagian tersebut melalui jalur hematogen ketika pasien terinfeksi Tuberkulosis
Primer. Akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa limfadenitis tuberkulosis pada bagian
cervical mungkin disebabkan oleh infeksi pada tonsil, adenoid, dan cincin waldeyer¶s dimana
hal ini akan menyebabkan terlibatnya nodal cervical.

Pada pasien yang terinfeksi HIV dengan limfadenitis tuberkulosis, lebih banyak terdapat
bukti bahwa infeksi mereka lebih menyeluruh seperti sering timbul demam yang tiba-tiba,
gambaran foto thoraks yang abnormal dan jumlah mycobacterium yang lebih banyak.
Reaktivasi dari infeksi yang laten lebih sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV.

rute yang menjadi kemungkinan tempat masuknya mikobakterium tuberkulosa ke kelenjar
limfe :


                                                                                            6
1. Reaktifasi dari TB paru atau pelebaran hilus (paling sering).
   2. Keterlibatan cervical melalui infeksi laring
   3. Jalur hematogen



2.5. Gejala Klinis14

       Manifestasi klinis tergantung pada lokasi limfadenopati dan status imun dari pasien.
    Manifestasi klinis juga bervariasi pada berbagai etnik dan geografi dari populasi. Lebih dari
    sepertiga pasien akan melaporkan adanya riwayat TB sebelumnya atau riwayat keluarga
    menderita TB.
       Manifestasi tersering yaitu limfadenopati nontender kronik pada pasien dewasa muda tanpa
    gejala sistemik. Massa tersebut dapat berkembang sampai lebih dari 12 bulan sebelum diagnosis.
    Dari pemeriksaan fisik ditemukan massa yang terpisah-pisah atau ³matted nodes´ yang terfiksasi
    ke jaringan sekitarnya, kadang disertai dengan indurasi kulit di bawahnya. Kadang-kadang ,
    draining sinus, fluktuasi, atau eritema nodosum dijumpai pada lokasi tersebut.

    -Limfadenopati Servikal

         Nodus limfe servikal biasanya terlibat pada limfadenitis TB dengan 63-77% dari kasus.
      Massa unilateral biasanya sering muncul di bagian anterior atau posterior triangular servikalis,
      tetapi nodus limfe submandibular dan supraklavikular juga terlibat. Lesi bilateral jarang
      dijumpai, mungkin terjadi kurang dari 10% kasus . Meskipun, kebnanyakan pasien mempunyai
      manifestasi di satu lokasi, nodus-nodus yang lain di lokasi tersebut dapat terlibat juga.

    -Nodus-nodus lain yang terlibat

         Meskipun regio servilkalis sering terkena, lokasi lain juga sering dilaporkan. Tuberkulosis
      pada nodus limfe aksilaris, inguinalis,      mesentrik, mediastinal, dan intramammaris telah
      dilaporkan. Tuberkulosis limfadenopati mediastinal dapat disertai dengan disfagia, perforasi
      esofagus, paralisis pita suara akibat terlibatnya nercus laringeal rekurens, dan oklusi arteri
      pulmonalis yang mirip dengan gejala emboli paru.
         Isolated TB Iutroabdominal lymphhadenopathy sering mengenai nodus limfe di regio
      periportal, diikuti dengan nodus limfe perpankreas dan mesentric. Nodus limfe hepar yang
      terkena menyebabkan jaundis, trombosis vena portal, dan hipertensi portal. Kompresi ektrinsik
      pada arteri renalis akibat limfadenopati tuberkulosis abdominal menyebabkan hipertensi
      renovaskular.
         Koinfeksi HIV dapat mempengaruhi manifestasui klinis limfadenitis TB. Pasien dengan
      AIDS dan pada derajat yang lebih ringan, pasien yang hanya terinfeksi HIV, cenderung
      memiliki manifestasi TB diseminata dengan keterlibatan lebih dari satu lokasi nouds limfe.

                                                                                                    7
Gejala sistemik seperti demam, berkeringat, dan penurunan berat badan sering ditemukan.
       Kebanyakan pasien dengan keterlibatan nodus mediastinal dan hilar akan terkena TB paru dan
       menyebabkan dispnea dan takipnea. Pasien HIV dengan limfadenitis TB bisa terkena infeksi
       oportunistik lainnya pada saat yang bersamaan.
   y    Jones dan Campbell mengklasifikasikan lymph nodes tuberculosis ke dalam beberapa
        stadium:
        a. Stadium 1: pembesaran, tegas, mobile, nodus yang terpisah yang menunjukkan
            hyperplasia reaktif non-spesifik
        b. Stadium 2: rubbery nodes yang berukuran besar yang terfiksasi ke jaringan sekitarnya
        c. Stadium 3: perlunakan sentral akibat pembentukan abses
        d. Stadium 4: formasi abses collar-stud
        e. Stadium 5: formasi traktus sinus

        Manifestasi yang jarang ditemukan pada pasien dengan keterlibatan mediastinal lymph node
    yaitu disfagia, fistula oesofagomediastinal, dan fistula trakeo-esofageal.



2.6. Penatalaksanaan

   Penatalaksanaan limfadenitis TB secara umum dibagi menjadi dua bagian, farmakologis
dan non farmakologis. Terapi non farmakologis adalah dengan pembedahan, sedangkan
terapi farmakologis memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis
paru. Pembedahan tidaklah merupakan suatu pilihan terapi yang utama, karena pembedahan
tidak memberikan keuntungan tambahan dibandingkan terapi farmakologis biasa.15,18,19
Namun pembedahan dapat dipertimbangkan seperti prosedur dibawah ini:

        y   Biopsy eksisional: Limfadenitis yang disebabkan oleh atypical mycobacteria bisa
            mengubah nilai kosmetik dengan bedah eksisi.

        y   Aspirasi

        y   Insisi dan drainase

   Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB ke
dalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research
Committee and Compbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam
regimen 2RHE/7RH.16




                                                                                                  8
Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT):17

1. OAT Utama (first-line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua (dua) jenis
     berdasarkan sifatnya yaitu:

     a.     Bakterisidal, termasuk dalam golongan ini adalah INH, rifampisin, pirazinamid dan
               streptomisin.

     b.     Bakteriostatik, yaitu etambutol.

               Kelima obat tersebut di atas termasuk OAT utama

2.        OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs), terdiri dari Para-aminosalicylicAcid
     (PAS), ethionamid, sikloserin, kanamisin dan kapreomisin. OAT sekunderini selain
     kurang efektif juga lebih toksik, sehingga kurang dipakai lagi.

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip--
prinsip yang dipakai adalah: 17

      y     Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan
            dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
            sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan
            terhadap OAT.
      y     Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan
            dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
            Pengawas Menelan Obat (PMO).
      y     Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.



            Tahap Intensif

                y   Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu
                    diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
                y    Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
                    penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
                y   Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
                    dalam 2 bulan.




                                                                                             9
Tahap Lanjutan

             y   Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
                 jangka waktu yang lebih lama
             y   Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga
                 mencegah terjadinya kekambuhan

Regimen pengobatan yang digunakan adalah: 17

y   Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian diteruskan
dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4
bulan.

Obat ini diberikan untuk:

         Penderita baru TB Paru BTA Positif.
         Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang ³sakit berat´
         Penderita TB Ekstra Paru berat


y   kategori 3 (2HRZ/4H3R3).Obat ini diberikan untuk:
         Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,
         Penderita TB ekstra paru ringan.

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan
dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu.

Kategori 1

Tahap                       Lamanya        Dosis per hari/kali

Pengobatan                  Pengobatan Tablet           Kaplet       Tablet        Tablet
                                           Isoniazid    Rifampicin   Pirazinamid   Etambutol
                                           @ 300 mg     @ 450 mg     @ 500 mg      @ 250 mg

Tahap intensif (dosis 2 bulan              1            1            3             3
harian)

Tahap lanjutan (dosis 4 bulan              2            1            -----         -----
3x seminggu)



                                                                                            10
Kategori 3

Tahap                 Lama          Tablet Isoniazid Tablet       Tablet
Pengobatan            Pengobatan    @ 300 mg         Rifampicin   Pirezinamid   @
                                                     @450 mg      500 mg

Tahap    intensif         2 bulan   1                1            3
(dosis harian)

Tahap    lanjutan         4 bulan   2                1            -------
(dosis           3x
seminggu)




                                                                                11
BAB III

                                         PENUTUP



    Limfadenitis terjadi akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula
peradangan pada kelenjar getah bening regioner dari lesi primer. Limfadenitis TB disebabkan
oleh M.tuberculosis complex, yaitu M.tuberculosis (pada manusia), M.bovis (pada sapi),
M.africanum, M.canetti dan M.caprae. Tuberkulosis ekstraparu telah memberikan kontribusi
yang besar dalam kejadian TB terutama pada pasien yang menderita imunodefisiensi akibat
HIV (45-70%) dibandingkan yang tidak menderita HIV AIDS (15%). Sering mengenai cervical
lymph nodes, diikuti dengan mediastinal, axillary, mesenteric, hepatic portal, perihepatic, dan
inguinal lymph nodes. Berbentuk massa multiple atau single unilateral yang tumbuh lambat dalam
beberapa minggu sampai bulan, terutama di region servikal posterior. Cervical nodes di region
submandibular terutama mengenai anak-anak. Pasien biasa datang dengan demam yang tidak terlalu
tinggi, penurunan berat badan, fatigue, dan beberapa dengan keringat malam. Batuk tidak menonjol
pada limfadenitis tuberculosis.Penatalaksanaan limfadenitis TB secara umum dibagi menjadi dua
bagian, farmakologis dan non farmakologis.




                                                                                             12
DAFTAR PUSTAKA



1. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis, 2005. Direktorat Bina Farmasi
   Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
   Departemen Kesehatan RI.
2. Amin Z., Bahar A.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:Tuberkulosis Paru. Ed. 4.
   Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
   Indonesia.
3. Sharma, S., K., Mohan, A., 2004, Extrapulmonary Tuberculosis. Department of
   Medicine, All India Institute of Medical Sciences, New Delhi  Department of
   Emergency Medicine, Sri Venkateswara Institute of Medical Sciences, Tirupati, India.
   Indian J Med Res 120: 316-353
4. Herchline,       T.,        E.,         2011.        Tuberculosis.     Available      from:
   http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview.[ accessed in 18 August
   2011].
5. Nardell,       E.,         A.,         2008.     Tuberculosis.         Available      from:
   http://www.merckmanuals.com/home/au/sec17/ch190/ch190a.html. [accessed in 18
   August 2011.
6. Spelman, D., 2009. Tuberculous Lymphadenitis. www.Uptodate.com
7. Clevenbergh, P., et.al., 2010. Lymph Node Tuberculosis in Patients from Regions
   with Varying Burdens of Tuberculosis and Human Immunodeficiency Virus (HIV)
   Infection. Original Article Presse Med. 2010; 39 : e223-e230.
8. Utji, R., dan Harun, H., 1994. Kuman Tahan Asam. Dalam: Staf Pengajar Fakultas
   Kedokteran Universitas Indonesia, ed.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :
   Binarupa Aksara, 191-192.
9. Reyn, Ford Von, Elizabeth Talbot, Dr. J F Fontanilla, Dr. J Parsonnet. Tuberculous
   Lymphadenitis        and         the    role    of      M.bovis.     Available     from    :
   http://newenglandtb.pbworks.com/f/TB+Intensive+Tuberculous+Lymphadenitis+and
   +M+bovis+Arti+Barnes.pdf (Accessed September 4th 2011)
10. Sharma, Sangeeta, dkk. 2009. Clinical Profile And Treatment Outcome Of
   Tuberculous Lymphadenitis In Children Using Dots Strategy. Available from :
   http://medind.nic.in/ibr/t10/i1/ibrt10i1p4.pdf (Accessed September 4th 2011)


                                                                                             13
11. Puiu, Ileana, dkk. 2008. Diagnosis Of Tuberculosis Lymphadenitis In Children.
   American         Academy         of      Pediatrics.              Available   from    :
   http://pediatrics.aappublications.org/content/121/Supplement_2/S130.2.full.pdf+html
   (Accessed September 4th 2011)
12. Legesse, Mengistu, dkk. 2011. Knowledge of cervical tuberculosis lymphadenitis
   and its treatment in pastoral communities of the Afar region, Ethiopia. Available from
   : http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/157 (Accessed September 4th 2011)
13. Spelman D. 2008. Tuberculous Lymphadenitis. UpToDate Journal
14. Available from: http://www.japi.org/august_2009/article_06.pdf
15. Nanda BP, Padhi NC, Dandapat MC. Peripheral Lymph Node Tuberculosis ± A
   Comparison of Various Methods of Management. Ind. J. Tub 1986; 33: 20-
   24.http://openmed.nic.in/2992/ (Accessed 31 Agustus 2011).
16. PDPI. Tuberkulosis ± Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia 2006.
   Indah Offset Citra Grafika, 2006.
17. Amin Z  Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. In: Sudoyo, et al. Buku Ajar
   Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen IPD FK UI,
   2006; 1007-1010.
18. Gupta P.R. Difficulties in Managing Lymph Node Tuberculosis. Lung India 2004; 21:
   50-53.          http://www.lungindia.com/temp/LungIndia21450-8399459_231954.pdf
   (Accessed 31 Agustus 2011).
19. Shaikh U  Blumberg DE. Lymphadenitis Treatment  Management. Medscape,
   2010. http://emedicine.medscape.com/article/960858-treatment#a1128 (Accessed 31
   Agustus 2011).




                                                                                        14

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitis
 
Mioma Uteri
Mioma UteriMioma Uteri
Mioma Uteri
 
ITP (IDIOPATIK THROMBOSITOPENIK PURPURA)
ITP (IDIOPATIK THROMBOSITOPENIK PURPURA)ITP (IDIOPATIK THROMBOSITOPENIK PURPURA)
ITP (IDIOPATIK THROMBOSITOPENIK PURPURA)
 
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitisDefinisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitis
 
147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposalErsi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
 
noise induced hearing loss
noise induced hearing lossnoise induced hearing loss
noise induced hearing loss
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA
Ulkus kornea  AKPER PEMKAB MUNA Ulkus kornea  AKPER PEMKAB MUNA
Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
 
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri IminensPemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbcAsuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbcwhenny
 
An fis perdarahan otak
An fis perdarahan otakAn fis perdarahan otak
An fis perdarahan otakeeLLLL
 
27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring0812200200
 
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutSistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutAsti Hayuningtyas
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Thary's Phyup
 
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013Kristin Matson
 
Shall we play a game?
Shall we play a game?Shall we play a game?
Shall we play a game?Maciej Lasyk
 
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsStudy: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsLinkedIn
 
UX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and Archives
UX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and ArchivesUX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and Archives
UX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and ArchivesNed Potter
 

Viewers also liked (20)

Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Limfadenopati
 
Benjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher OnkoBenjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher Onko
 
A
AA
A
 
Asuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbcAsuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbc
 
KEBENGKAKAN DAN KECACATAN
KEBENGKAKAN DAN KECACATANKEBENGKAKAN DAN KECACATAN
KEBENGKAKAN DAN KECACATAN
 
Ca tiroid
Ca tiroidCa tiroid
Ca tiroid
 
Sesak napas trauma
Sesak napas traumaSesak napas trauma
Sesak napas trauma
 
Abses peritonselar
Abses peritonselarAbses peritonselar
Abses peritonselar
 
Blok 18
Blok 18Blok 18
Blok 18
 
An fis perdarahan otak
An fis perdarahan otakAn fis perdarahan otak
An fis perdarahan otak
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring
 
Kanser Mulut/Oral
Kanser Mulut/OralKanser Mulut/Oral
Kanser Mulut/Oral
 
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutSistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
 
Abses leher dalam
Abses leher dalamAbses leher dalam
Abses leher dalam
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
 
Shall we play a game?
Shall we play a game?Shall we play a game?
Shall we play a game?
 
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsStudy: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
 
UX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and Archives
UX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and ArchivesUX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and Archives
UX, ethnography and possibilities: for Libraries, Museums and Archives
 

Similar to Limfadenitis TB

Similar to Limfadenitis TB (20)

Refrat tb
Refrat tbRefrat tb
Refrat tb
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan ImunodefisiensiAsuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
 
Case report session difteri
Case report session   difteriCase report session   difteri
Case report session difteri
 
Tuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada GinjalTuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada Ginjal
 
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS  Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
 
Makalah agen penyakit
Makalah agen penyakitMakalah agen penyakit
Makalah agen penyakit
 
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxpenatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
 
Pembekakan Tungkai Kiri
Pembekakan Tungkai Kiri Pembekakan Tungkai Kiri
Pembekakan Tungkai Kiri
 
Maklah tbc1
Maklah tbc1Maklah tbc1
Maklah tbc1
 
Epid kelompok 1
Epid kelompok 1Epid kelompok 1
Epid kelompok 1
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
 
Makalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesiaMakalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesia
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 

Limfadenitis TB

  • 1. Sari Pustaka Limfadenitis Tuberkulosis Oleh: Rahmi 070100027 Geby Anthony 070100037 Fuji Khairunnisa 070100371 Jeffry Nugraha 070100327 Wen Pau Min 070100127 Ririn Wahyuni 070100154 Elvi Hasanah 070100040 Rizka Ariani 070100049 Paul Alwin Khoman 070100152 Andy William 070100033 Kharisma P. Adhyatma 070100083 Benny Harmoko 070100097 Marintan A. Sitio 070100165 Vitri Alya 070100143 Ivan C. Pasaribu 070100367 Pembimbing: dr. Desmonia T. Damanik 1
  • 2. DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,9 miliar manusia (sepertiga penduduk dunia) telah terinfeksi kuman TB. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi TB di dunia ini.1 Di Indonesia TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah penderita TB di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 539.000 kasus baru dengan kematian sekitar 100.000 orang. Insiden kasus TB Basil Tahan Asam (BTA) positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Munculnya pandemi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immunedeficiency Syndrome (AIDS) di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan.2 Dalam penyebarannya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya adalah TB paru dan TB diluar paru. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk salah satu penyakit di luar paru (TB-ekstraparu) Penyakit ini disebabkan oleh M. tuberculosis.3 Sekitar 43 persen dari semua limfadenopati perifer di negara berkembang disebabkan oleh karena TB, manifestasi ini juga tidak hanya terlihat di negara berkembang, di negara maju juga sering terdapat manifestasi ini. Angka kejadian di Amerika Serikat, sekitar 20 persen menimbulkan TB luar paru, dan sekitar 30 persen dari kasus-kasus ini hadir dengan limfadenitis. Prevalensi limfadenitis tuberkulosis pada anak-anak sampai 14 tahun di pedesaan India adalah sekitar 4,4 kasus per 1000.3 Diagnosa limfadenitis TB mudah ditegakkan apabila gambaran-gambaran khas tersebut di atas ditemukan pada sediaan aspirasi. Tetapi apabila gambaran ini tidak dijumpai, sulit membedakan antara limfadenitis akut supuratif atau limfadenitis TB supuratif, dalam studi diagnostik menemukan adanya gambaran lain dari limfadenitis TB, yaitu adanya bercak- bercak gelap (dark specks) pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik dari 3
  • 4. aspirat limfadenopati. Dan ternyata apabila sediaan ini dikultur dengan teknik Kudoh, ternyata 83% kasus memberikan kultur positif.4,5 4
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening yang terjadi akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah bening regioner dari lesi primer. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk salah satu penyakit TB di luar paru (Tb-extraparu). Penyakit ini disebabkan oleh M. tuberkulosis, kemudian dilaporkan ditemukan berbagai spesies M. Atipik.6,7 2.2. Etiologi8 Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu M.tuberculosis (pada manusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti dan M.caprae. Secara mikrobiologi, M.tuberculosis merupakan basil tahan asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl- Neelsen atau Kinyoun-Gabbett. Pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna merah berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5ȝm. M.tuberculosis dapat tumbuh dengan energi yang diperoleh dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO dapat merangsang pertumbuhan. M.tuberculosis merupakan 2 mikroba kecil seperti batang yang tahan terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup pada kondisi yang kering hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat tumbuh di dalam 0 0 organisme hospes. Kuman akan mati pada suhu 60 C selama 15-20 menit, Pada suhu 30 atau 0 0 40 -45 C sukar tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen dapat menurunkan metabolisme kuman. Daya tahan kuman M.tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan kuman lainnya karena sifat hidrofobik pada permukaan selnya. Kuman ini tahan terhadap asam, alkali dan zat warna malakit. Pada sputum yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8-10 hari. M.tuberculosis dapat dibunuh dengan pasteurisasi. 5
  • 6. 2.3. Epidemiologi Tuberkulosis ekstraparu telah memberikan kontribusi yang besar dalam kejadian TB terutama pada pasien yang menderita imunodefisiensi akibat HIV (45-70%) dibandingkan yang tidak menderita HIV AIDS (15%)9,12. Limfadenitis TB merupakan TB ekstraparu paling sering. Menurut jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 68:31. Menurut ras, Asia lebih sering terkena dibandingkan Afrika. Pada pasien limfadenitis TB terdapat pasien yang telah diimunisasi BCG sebanyak 37%.9 Pada penelitian infeksi Mycobacterium bovis merupakan penyebab tersering dari TB ekstraparu terutama limfadenitis TB. Konsumsi susu mentah memiliki peran penting dalam infeksi bakteri ini.12 Maka dari itu, limfadenitis TB ini lebih sering mengenai anak-anak. Menurut penelitian pada anak-anak yang menderita limfadenitis TB, umur rata-rata anak tersebut adalah 9,8 tahun dengan anak perempuan (61,3%) lebih banyak dari anak laki-laki (38,7%).10 Menurut penelitian dari 1112 anak-anak, 7,8% anak menderita limfadenitis TB. Penyakit ini didapati pada semua usia tapi lebih sering pada anak usia 10 dan 18 tahun (39,1%). Pada anak dengan rontgen dada yang normal didapati memiliki limfadenitis TB sebanyak 21,8%. Dan pada pasien ini didapati tes tuberkulin positif sebanyak 87,3% dan memiliki riwayat keluarga menderita TB sebanyak 82,7%.11 2.4. Patogenesis13 Untuk pasien-pasien tanpa infeksi HIV, terjadinya Limfadenopati Tuberkulosis perifer yang terisolasi (contoh, pada bagian cervical) kemungkinan besar disebabkan oleh reaktivasi dari penyakit pada bagian tersebut melalui jalur hematogen ketika pasien terinfeksi Tuberkulosis Primer. Akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa limfadenitis tuberkulosis pada bagian cervical mungkin disebabkan oleh infeksi pada tonsil, adenoid, dan cincin waldeyer¶s dimana hal ini akan menyebabkan terlibatnya nodal cervical. Pada pasien yang terinfeksi HIV dengan limfadenitis tuberkulosis, lebih banyak terdapat bukti bahwa infeksi mereka lebih menyeluruh seperti sering timbul demam yang tiba-tiba, gambaran foto thoraks yang abnormal dan jumlah mycobacterium yang lebih banyak. Reaktivasi dari infeksi yang laten lebih sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV. rute yang menjadi kemungkinan tempat masuknya mikobakterium tuberkulosa ke kelenjar limfe : 6
  • 7. 1. Reaktifasi dari TB paru atau pelebaran hilus (paling sering). 2. Keterlibatan cervical melalui infeksi laring 3. Jalur hematogen 2.5. Gejala Klinis14 Manifestasi klinis tergantung pada lokasi limfadenopati dan status imun dari pasien. Manifestasi klinis juga bervariasi pada berbagai etnik dan geografi dari populasi. Lebih dari sepertiga pasien akan melaporkan adanya riwayat TB sebelumnya atau riwayat keluarga menderita TB. Manifestasi tersering yaitu limfadenopati nontender kronik pada pasien dewasa muda tanpa gejala sistemik. Massa tersebut dapat berkembang sampai lebih dari 12 bulan sebelum diagnosis. Dari pemeriksaan fisik ditemukan massa yang terpisah-pisah atau ³matted nodes´ yang terfiksasi ke jaringan sekitarnya, kadang disertai dengan indurasi kulit di bawahnya. Kadang-kadang , draining sinus, fluktuasi, atau eritema nodosum dijumpai pada lokasi tersebut. -Limfadenopati Servikal Nodus limfe servikal biasanya terlibat pada limfadenitis TB dengan 63-77% dari kasus. Massa unilateral biasanya sering muncul di bagian anterior atau posterior triangular servikalis, tetapi nodus limfe submandibular dan supraklavikular juga terlibat. Lesi bilateral jarang dijumpai, mungkin terjadi kurang dari 10% kasus . Meskipun, kebnanyakan pasien mempunyai manifestasi di satu lokasi, nodus-nodus yang lain di lokasi tersebut dapat terlibat juga. -Nodus-nodus lain yang terlibat Meskipun regio servilkalis sering terkena, lokasi lain juga sering dilaporkan. Tuberkulosis pada nodus limfe aksilaris, inguinalis, mesentrik, mediastinal, dan intramammaris telah dilaporkan. Tuberkulosis limfadenopati mediastinal dapat disertai dengan disfagia, perforasi esofagus, paralisis pita suara akibat terlibatnya nercus laringeal rekurens, dan oklusi arteri pulmonalis yang mirip dengan gejala emboli paru. Isolated TB Iutroabdominal lymphhadenopathy sering mengenai nodus limfe di regio periportal, diikuti dengan nodus limfe perpankreas dan mesentric. Nodus limfe hepar yang terkena menyebabkan jaundis, trombosis vena portal, dan hipertensi portal. Kompresi ektrinsik pada arteri renalis akibat limfadenopati tuberkulosis abdominal menyebabkan hipertensi renovaskular. Koinfeksi HIV dapat mempengaruhi manifestasui klinis limfadenitis TB. Pasien dengan AIDS dan pada derajat yang lebih ringan, pasien yang hanya terinfeksi HIV, cenderung memiliki manifestasi TB diseminata dengan keterlibatan lebih dari satu lokasi nouds limfe. 7
  • 8. Gejala sistemik seperti demam, berkeringat, dan penurunan berat badan sering ditemukan. Kebanyakan pasien dengan keterlibatan nodus mediastinal dan hilar akan terkena TB paru dan menyebabkan dispnea dan takipnea. Pasien HIV dengan limfadenitis TB bisa terkena infeksi oportunistik lainnya pada saat yang bersamaan. y Jones dan Campbell mengklasifikasikan lymph nodes tuberculosis ke dalam beberapa stadium: a. Stadium 1: pembesaran, tegas, mobile, nodus yang terpisah yang menunjukkan hyperplasia reaktif non-spesifik b. Stadium 2: rubbery nodes yang berukuran besar yang terfiksasi ke jaringan sekitarnya c. Stadium 3: perlunakan sentral akibat pembentukan abses d. Stadium 4: formasi abses collar-stud e. Stadium 5: formasi traktus sinus Manifestasi yang jarang ditemukan pada pasien dengan keterlibatan mediastinal lymph node yaitu disfagia, fistula oesofagomediastinal, dan fistula trakeo-esofageal. 2.6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan limfadenitis TB secara umum dibagi menjadi dua bagian, farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis adalah dengan pembedahan, sedangkan terapi farmakologis memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis paru. Pembedahan tidaklah merupakan suatu pilihan terapi yang utama, karena pembedahan tidak memberikan keuntungan tambahan dibandingkan terapi farmakologis biasa.15,18,19 Namun pembedahan dapat dipertimbangkan seperti prosedur dibawah ini: y Biopsy eksisional: Limfadenitis yang disebabkan oleh atypical mycobacteria bisa mengubah nilai kosmetik dengan bedah eksisi. y Aspirasi y Insisi dan drainase Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB ke dalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and Compbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam regimen 2RHE/7RH.16 8
  • 9. Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT):17 1. OAT Utama (first-line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua (dua) jenis berdasarkan sifatnya yaitu: a. Bakterisidal, termasuk dalam golongan ini adalah INH, rifampisin, pirazinamid dan streptomisin. b. Bakteriostatik, yaitu etambutol. Kelima obat tersebut di atas termasuk OAT utama 2. OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs), terdiri dari Para-aminosalicylicAcid (PAS), ethionamid, sikloserin, kanamisin dan kapreomisin. OAT sekunderini selain kurang efektif juga lebih toksik, sehingga kurang dipakai lagi. Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-- prinsip yang dipakai adalah: 17 y Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. y Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). y Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Tahap Intensif y Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. y Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. y Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 9
  • 10. Tahap Lanjutan y Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama y Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan Regimen pengobatan yang digunakan adalah: 17 y Kategori 1 (2HRZE/4H3R3) Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk: Penderita baru TB Paru BTA Positif. Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang ³sakit berat´ Penderita TB Ekstra Paru berat y kategori 3 (2HRZ/4H3R3).Obat ini diberikan untuk: Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan, Penderita TB ekstra paru ringan. Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu. Kategori 1 Tahap Lamanya Dosis per hari/kali Pengobatan Pengobatan Tablet Kaplet Tablet Tablet Isoniazid Rifampicin Pirazinamid Etambutol @ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg Tahap intensif (dosis 2 bulan 1 1 3 3 harian) Tahap lanjutan (dosis 4 bulan 2 1 ----- ----- 3x seminggu) 10
  • 11. Kategori 3 Tahap Lama Tablet Isoniazid Tablet Tablet Pengobatan Pengobatan @ 300 mg Rifampicin Pirezinamid @ @450 mg 500 mg Tahap intensif 2 bulan 1 1 3 (dosis harian) Tahap lanjutan 4 bulan 2 1 ------- (dosis 3x seminggu) 11
  • 12. BAB III PENUTUP Limfadenitis terjadi akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah bening regioner dari lesi primer. Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu M.tuberculosis (pada manusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti dan M.caprae. Tuberkulosis ekstraparu telah memberikan kontribusi yang besar dalam kejadian TB terutama pada pasien yang menderita imunodefisiensi akibat HIV (45-70%) dibandingkan yang tidak menderita HIV AIDS (15%). Sering mengenai cervical lymph nodes, diikuti dengan mediastinal, axillary, mesenteric, hepatic portal, perihepatic, dan inguinal lymph nodes. Berbentuk massa multiple atau single unilateral yang tumbuh lambat dalam beberapa minggu sampai bulan, terutama di region servikal posterior. Cervical nodes di region submandibular terutama mengenai anak-anak. Pasien biasa datang dengan demam yang tidak terlalu tinggi, penurunan berat badan, fatigue, dan beberapa dengan keringat malam. Batuk tidak menonjol pada limfadenitis tuberculosis.Penatalaksanaan limfadenitis TB secara umum dibagi menjadi dua bagian, farmakologis dan non farmakologis. 12
  • 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis, 2005. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2. Amin Z., Bahar A.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:Tuberkulosis Paru. Ed. 4. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Sharma, S., K., Mohan, A., 2004, Extrapulmonary Tuberculosis. Department of Medicine, All India Institute of Medical Sciences, New Delhi Department of Emergency Medicine, Sri Venkateswara Institute of Medical Sciences, Tirupati, India. Indian J Med Res 120: 316-353 4. Herchline, T., E., 2011. Tuberculosis. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview.[ accessed in 18 August 2011]. 5. Nardell, E., A., 2008. Tuberculosis. Available from: http://www.merckmanuals.com/home/au/sec17/ch190/ch190a.html. [accessed in 18 August 2011. 6. Spelman, D., 2009. Tuberculous Lymphadenitis. www.Uptodate.com 7. Clevenbergh, P., et.al., 2010. Lymph Node Tuberculosis in Patients from Regions with Varying Burdens of Tuberculosis and Human Immunodeficiency Virus (HIV) Infection. Original Article Presse Med. 2010; 39 : e223-e230. 8. Utji, R., dan Harun, H., 1994. Kuman Tahan Asam. Dalam: Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ed.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara, 191-192. 9. Reyn, Ford Von, Elizabeth Talbot, Dr. J F Fontanilla, Dr. J Parsonnet. Tuberculous Lymphadenitis and the role of M.bovis. Available from : http://newenglandtb.pbworks.com/f/TB+Intensive+Tuberculous+Lymphadenitis+and +M+bovis+Arti+Barnes.pdf (Accessed September 4th 2011) 10. Sharma, Sangeeta, dkk. 2009. Clinical Profile And Treatment Outcome Of Tuberculous Lymphadenitis In Children Using Dots Strategy. Available from : http://medind.nic.in/ibr/t10/i1/ibrt10i1p4.pdf (Accessed September 4th 2011) 13
  • 14. 11. Puiu, Ileana, dkk. 2008. Diagnosis Of Tuberculosis Lymphadenitis In Children. American Academy of Pediatrics. Available from : http://pediatrics.aappublications.org/content/121/Supplement_2/S130.2.full.pdf+html (Accessed September 4th 2011) 12. Legesse, Mengistu, dkk. 2011. Knowledge of cervical tuberculosis lymphadenitis and its treatment in pastoral communities of the Afar region, Ethiopia. Available from : http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/157 (Accessed September 4th 2011) 13. Spelman D. 2008. Tuberculous Lymphadenitis. UpToDate Journal 14. Available from: http://www.japi.org/august_2009/article_06.pdf 15. Nanda BP, Padhi NC, Dandapat MC. Peripheral Lymph Node Tuberculosis ± A Comparison of Various Methods of Management. Ind. J. Tub 1986; 33: 20- 24.http://openmed.nic.in/2992/ (Accessed 31 Agustus 2011). 16. PDPI. Tuberkulosis ± Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia 2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006. 17. Amin Z Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. In: Sudoyo, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen IPD FK UI, 2006; 1007-1010. 18. Gupta P.R. Difficulties in Managing Lymph Node Tuberculosis. Lung India 2004; 21: 50-53. http://www.lungindia.com/temp/LungIndia21450-8399459_231954.pdf (Accessed 31 Agustus 2011). 19. Shaikh U Blumberg DE. Lymphadenitis Treatment Management. Medscape, 2010. http://emedicine.medscape.com/article/960858-treatment#a1128 (Accessed 31 Agustus 2011). 14