tantangan islam menurut filsafat islam

Inggrid Cliquers
Inggrid CliquersIAIN RADEN FATAH PALEMBANG

hiduplah jadi lebih berarti.

A. Pendahuluan
1. Latar belakang masalah
Tanah dan air penuh dengan mahluk hidup, namun tak terkecuali dengan
manusia. mereka jarang sekali mengalami perubahan, Hewan dan tumbuh-
tumbuhan tetap dengan cara yang sama. Otak manusia bekerja sepeti jantung yang
tak berhenti berdenyut, siang dan malam, sejak masa kecil dan renta. tercatat
berbilyun-bilyun ingatan, kebiasaan, kemampuan, keinginan, harapan, dan
ketakutan. Pendidikan, termasuk pendidikan Islam, merupakan proses sosial dan
proses sosialisasi, humanisasi, dalam kenyataannya yang terrisolir dari lingkungan
dan peristiwa dan sejarah. Kurang terkait dengan tuntutan sosial-cultural yang
bersangkutan. Kondisi yang demikian telah banyak munculnya masalah yang
menjadi tantangan dalam islam. Melihat kondisi tersebut, pertanyaan yanng patut
dikemukakan adalah apa sesungguhnya yang menjadi akar permasalahan dari
semua itu. Konsep pendidikan yang salah ataukah ketidak mampuan kita didalam
mendialogkan pengetahuan dengan realitas sosial sebagaimana tantangan zaman.
Makalah ini mencoba untuk menelusuri persoalan yang menjadi tantangan Islam
secara filosofis dengan tinjauan realitas pendidikan Islam.
2. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapatlah dirumuskan apa yang menjadi
tantangan islam dan bagaimana upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan
yang demikian itu, tampaknya perlu ditelusuri permasalahannya yang bertumpu
pada pemikiran filosofis.
3. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan maslah diatas ialah untuk mengetahui dan
memahami tantantgan apa saja dalam islam, mengetahui perkembangan yang
terjadi dalam islam.
TANTANGAN ISLAM MENURUT PANDANGAN FILSAFAT
A. Beberapa Tantangan Islam Sekarang
Biasa orang membedakan antara suatu yang kuno dengan sesuatu yang
modern, maka dalam filsafat pun kita melihat penggolongan seperti itu, filasafat
pada masa kini disebut juga filsafat kontemporer, filsfat yang dihasilkan oleh
pemikiran-pemikiran pada abad XX ini. Sudah sejak ajaran Soccrates, Plato,
Aristoteles dan lain-lain hingga dengan Ockhmam, aliran skolatis serta aliran-
aliran pada abad pertengahan disebut sebagai filsafat klasik.1
1. Masuknya Konsep Liberal Dalam Pemikiran Islam
Liberal sendiri secara bahasa berarti bebas. Paham ini pertama kali
diterapkan dalam ranah social, politik dan pemerintahan. Namun lambat laun juga
memasuki ranah pemikiran intelektual. Paham liberal awal yang pertama digagas
oleh Yunani kemudian diambil oleh kaum Barat . Memasuk abad 17 dunia Barat
terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang politik, keagamaan,
politik, dan ekonomi dari tatanan moral, supranatural bahkan Tuhan. Dalam ranah
agama, mereka berusaha untuk menghapus hak-hak otoritas Tuhan, kebenaran
mutlak dan doktrin gereja harus dihapuskan, dan agama menjadi bersifat
individual. Penyebabnya karena Barat merasa kebebasan mereka selama ini terus
dikungkung dan dibatasi oleh doktrin dan kekuasaan gereja yang
mengatasnamakan wakil Tuhan.
Namun sayangnya, paham yang berasal dari dunia Barat ini malah diambil
dan diterapkan dalam Islam. Para sarjana-sarjana Islam yang dididik oleh kaum
Barat malah terpesona dengan paham liberalisasi ini dan mengaplikasikannya
1 Drs.G.W. Rawengan, sebuah studi tentang filsafat, cetakan pertama, (Jakarta Pusat:
PT. Pradnya Paramita,1982),hal.94
dalam ranah pemikiran Islam. Ini tentu saja tak bisa diterima, sebab berbeda
dengan Kristen yang mengkungkung kebebasan para pemeluknya, sebaliknya
Islam menjamin kebebasan para pemeluknya sesuai dengan koridor yang telah
ditetapkan.
Dampak dari masuknya konsep liberal ini juga banyak. Munculnya
pengingkaran terhadap semua otoritas, bahkan Tuhan dan agama. Sebab otoritas
dalam pandangan liberal menunjukkan adanya kekuatan di luar dan diatas
manusia yang mengikutinya secara liberal. Berkembang juga inklusifisme agama.
Menurut kaum liberal, kita sekarang tak bisa mengatakan bahwa Islam adalah
satu-satunya agama yang benar, begitu juga dengan mengatakan bahwa Kristen
adalah satu-satunya agama yang benar juga. Dan juga kita tak bisa mengatakan
bahwa agama selain itu adalah salah. Menurut mereka semua agama adalah sama,
agama-agama bisa berbeda dalam ranah hukum dan syariatnya, tetapi tetap
menuju Tuhan yang satu. Agama-agama pada ranah eksoteris bisa berbeda,tetapi
pada ranah esoteris sama-sama menuju satu Tuhan yang sama. Dengan kata lain
mereka menolak sifat eksklusif dalam suatu agama. Inilah yang akan menjadi
dasar dari paham pluralisme beragama.
Masuknya paham liberal dalam ranah intelektual juga menyebabkan setiap
orang bebas untuk menafsirkan sebuah teks dan ajaran agama. Setiap orang punya
hak yang sama untuk menafsikrkan kebenaran, walaupun tanpa memiliki bekal
yang cukup. Sehingga lahir lah tokoh-tokoh seperti Nasr Hamid Abu Zaid yang
menafsirkan teks-teks agama dengan penafsirannya sendiri. Lahir juga tkoh-tokoh
serupa di Indonesia seperti Amin rAbdulah, Aksin Wijaya dan sebagainya.
Padahal dalam Islam sendiri, tidak semua orang bebas untuk menafsirkan teks Al
Quran, ia harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti : terpercaya, bersifat
objektif, menguasai ilmu bahasa Arab, adil dan sebagainya. Ini untuk menghindari
penafsiran yang salah akan sebuah teks keagamaan.
2. Ilmu-Ilmu Sosial Menjadi Patokan Utama Dalam Dunia Pendidikan.
Masuknya ilmu-ilmu social dalam dunia pendidikan juga menjadi
problematika sendiri, dimana dengan masuknya ilmu-ilmu tersebut semakin
menyingkirkan ilmu-ilmu agama dalam dunia pendidikan. Bahkan ilmu-ilmu
social juga digunakan untuk memahami suatu agama. Hal ini berkonsuensi bahwa
Islam diposisikan sama dengan agama-agama lainnya yang ada. Islam hanya
dipandang sebagai objek ilmu pengetahuan, terlepas dari berbagai macam konsep,
struktur, dan aturan dalam Islam sendiri.
Ilmu-ilmu social yang sejak awalnya digunakan untuk memahami kondisi
social suatu masyarakat, pada akhirnya digunakan juga untuk membedah dan
memahami suatu agama. Maka muncullah dengan ini ilmu-ilmu baru seperti
sosiologi agama, psikologi agama, dan antropologi agama.
3. Kendala Dalam Memahami Bahasa Arab.
Muncul anggapan dalam masyarakat sekarang bahwasanya bahasa Arab
tidak mengandung signifikansi lagi,atau unexpected dan tak profitable lagi. Hal
ini disebabkan bahwa mereka memahami bahasa arab bukanlah bahasa peradaban
dan intelektual, melainkan hanya sebatas bahasa ritual atau agama. Sehingaa
menjadikan masyrakat sekarang enggan untuk mendalami dan belajar bahasa arab.
Padahal bila kita mengkaji lebih dalam lagi, bahasa Arab memiliki peran yang
sangat signifikan dalam gerakan intelektual. Periode penerjemahan berbagai
macam cabang ilmu dari bangsa lain seperti Yunani ke dalam bahasa Arab gencar
dilakukan oleh ilmuiwan-ilmuwan muslim seperti Al Faraby, Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd dan lain sebagainya. Mereka semua menerjemahkan karya-karya berbahasa
asing tersebut,kemudian menyaring dan memverifikasinya lagi, barulah hasilnya
dapat dipahami oleh masyarakat yang lebih luas. Ini jelas berlawanan dengan
anggapan sebagian orang diatas, bahwa pada hakikatnya bahasa Arab mempunyai
konstribusi yang besar dalam ranah intelektual dan pengetahuan.
4. Tidak Adanya Perbandingan Antara Peradaban Barat dan Peradaban Timur
Barat sebagai sebuah peradaban tentu berbeda dengan peradaban Islam.
Hal ini dikarenakan peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun atas dasar
ilmu yang berlandasakan wahyu Tuhan yang otentisitasnya tak diragukan. Dari
wahyu Al Quran inilah yang menghasilkan tradisi intelektual dan diaplikasikan
dalam seluruh bidang kehidupan. Berbeda dengan barat, peradaban Barat tak
dibangun atas dasar ilmu dan wahyu Tuhan, bahkan mereka malah
mengesampingkan peran Tuhan dalam kehidupan mereka. Ringkasnya peradaban
Barat dibangun atas dasar sekularisme dan penolakan atas hak-hak Tuhan dan
agama.
Namun apa yang terjadi berikutnya unsur dan elemen dari peradaban barat
tersebut malah diambil dan diterapkan dalam Islam, Maka masuklah unsur-unsur
seperti sekularisme, eksklusifisme beragama, pluralism beragama, feminism dan
kesetaraan gender dan lain sebagainya. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
kebingungan dalam dunia pemikiran Islam, dimana masyarakat bingung untuk
memilih antara dua unsur diatas.
Dari gejalah itu diketahui, untuk sebuah menyusun hipotesis. Diserahkan
hipotesis itu melakukan penelitian untuk menghimpun data-data cukup tentang
masalah tersebu. Data ini menyongkong hipotesis, maka hipotesis itu sahih. Maka
dapat dibenarkan dan diterima.2
B. Solusi Menyikapi Tantangan Islam Di Era ini
1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan (Islamization of Knowledge) adalah gagasan
yang diusung oleh beberapa intelektual muslim, yaitu Syed Muhammad Naquib
Al Attas dan Ismail Raji Al Fa ruqy. Menurut Al Attas pengetahuan Barat telah
2 Drs.H. Faud Ihsan, Filsafat Ilmu, cetakan pertama, (Jakarta:Rineka Cipta,2010),hal.
61
membawa kebingungan dan skeptisime dalam dunia pemikiran. Barat juga telah
mengangkat sesuatu masih dalam tahap keraguan dan dugaan ke derajat ilmiah
dalam hal metodologi. Kebenaran dalam pandangan Barat tidak diformulasikan
atas dasar pengetahuan wahyu dan keyakinan,melainkan atas tradisi budaya
didukung oleh premis-premis filosofis yang didasarkan para perenungan-
perenungan. Disini masyarakat Islam berada dalam kebingungan antara mengikuti
tradisi keislaman atau nilai-nilai peradaban barat.
Disinilah letak diperlukannya Islamisasi ilmu pengetahuan.3 Untuk
menyingkirkan unsur-unsur peradaban dan intelektual Barat yang telah
mengkontaminasi alam pemikiran Islam. Islamisasi sendiri berarti membawa
sesuatu ke dalam Islam atau membuatnya dan menjadikan Islam. Sedangkan
Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al Attas adalah melakukan aktifitas
keilmuan, seperti mengungkap, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut
sudut pandang ilmu terhadap alam kehidupan manusia.
Sedangkan dalam prosesnya, Islamisasi ilmu pengetahuan yang
dicanagkan oleh Al Attas mempunyai beberapa langkah yaitu :
a. Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konspep kunci yang membentuk
budaya dan peradaban Barat. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1) Akal sebagai pembimbing kehidupan manusia
2) Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran
3) Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup
sekuler
4) Membela doktrin humanism
5) Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang yang dominan
dalam fitrah dan eksistensi manusia
3 Rif’at Husnul Ma’afi,Konsep Tauhid Sosial;Studi Pemikiran Ismail Raji Al FAruqy dan
M. Amien Rais,Jurnal Tsaqafah,volume9, hal 62.
b. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap
bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.Konsep utama tersebut
yaitu : Konsep Agama, Konsep Manusia, Konsep Pengetahuan, Konsep
kearifan dan sebagainya.4
2. Pembangunan Kembali Tradisi Ilmu Dalam Islam
Belajar dari bagaimana Islam pernah mencapai masa kejayaannya di
Baghdad, focus gerakan pembangunannya waktu itu adalah ilmu pengetahuan.
Dan itu dilakukan secara sinergis, simultan dan konsisten. Ketika
membangun bayt al Hikmah misalnya, dimana waktu itu para golongan penguasa,
pemerintah, elit bangsawan, militer dan tentunya para saintis kerja bahu membahu
dalam pendiriannya.
Dalam konteks umat Islam dewasa ini yang pertama diperlukan adalah
membangun tradisi keilmuan Islam yang serius, baik dalam bentuk pusat studi
lllatau universitas Islam yang khas. Tugas utamanya adalah merespon tantangan
keilmuan kontemporer dan menjelaskan ulang konsep-konspe dasar Islam yang
relevan untuk kebutuhan ummat masa kini.
Skenario ini dapat digambarkan dari pernyataan di bawah ini :
Marilah kita meletakkan scenario hipotesis : Jika kekuasaan Islam
tak dilemahkan, dan jika ekonomi Negara-negara Islam tak
dihancurkan, dan jika stabilitas politik tidak diganggu. Dan jika
para ilmuwan Muslim diberi stabilitas dan kemudahan dakam
waktu 500 tahun lagi. Apakah mereka akan gagal mencapai apai
yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Kepler, dan Newton ?
Model-model planetarium Ibn al Shatir dan astronomer-
astronomer Muslim yang sekualitas Copernicus Dan yang telah
4 Alex Nanang Agus Syifa,Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jurnal Tsaqafah volume10, hal
88.
mendahului mereka 200 tahun membuktikan bahwa sistim
heliosentris dapat diproklamirkan oleh saintis muslim, jika
komunitas mereka terus eksis dibawah scenario hipotesis ini.
Sifat apa di samping kebenaran harus dimiliki suatu kepercayaan
agar tergolong sebagai pengetahuan ? orang yang polos akan pengatakan
haruslah terdapat bukti-bukti yang masuk akal untuk menyongkong
kepercaan. Ditinjau dari segi akal sehat hal ini kebanyakan benar terutama
dimana keragu-raguan timbul dalam hal-hal praktis, tetapi jika hal ini
dimaksudkan sebagai suatu pernyataan keseluruhan masalah maka hal ini
adalah tidak memadai.5
Maka dari itu untuk membangun kembali tradisi ilmu diperlukan paling
tidak stabilitas politik dan ekonomi, serta stabilitas Islam yang tak diganggu oleh
berbagai pihak. Hal ini dapat terwujud bilamana adanya kerjasama yang sinergis
antara berbagai kelompok, saintis, penguasa, militer, elit bangsawan dan
sebagainya. Dari produk ini diharapkan lahir komunitas ilmuwan yang aktif tidak
hanya memperdalam disiplin ilmu keislaman, tapi juga mengasimilasi dan
mengislamisasikan ilmu pengetahuan kontemporer, sehingga menghasilkan
disiplin ilmu baru.
Di antara para filsuf dari berbagi aliran terdapat pemahaman bahwa ilmu
adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body
of knowledge), seoarang filsuf meninjau ilmu Jhon G. Kemeny juga memakai
istilah ilmu damlam arti semua pengetahuan yang dihimpun denga prantara
metode ilmiah (all knowledge collected by means of the wscientif method).
5 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu, cetakan kleenambelas. (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2006),hal.83
Dalam kalangan ilmuan sendiri umumnya juga ada kesepakatan bahwa
ilmu terdiri atas pengetahuan. Ini terbukti dari batasan yang berikut dari seoarang
ilmuan:
Ilmu menunjukan pertama-tama pada pengumpulan-kumpulan
yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun
alam semesta yang diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan
yantg objektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dari
kumpulan-kumpulan teratur dari data.
Dengan demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari
ilmu sebagai aktivitas yang dilakukan manusia. 6
6 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Rev. cetakan kedua, (yogyakarta:Liberty, 2004)
hal.88
C. Penutup
1. Simpulan
Islam menghadapi berbagai macam tantangan, yang ringkasnya terbagi
menjadi dua, yaitu Internal dan Eksternal. Eksternal yaitu masuknya paham-
paham dari peradaban asing, khususnya Barat, seperti liberalisasi, sekularisasi,
dualism, pragmatism, nihilisme, humanism liberal rasionalisme, empirisme dan
sebagainya. Sementara tantangan eksternal ada dua yaitu, pertama
ketidakberdayaan para cendekiawan menghadapi faham, ideologi, dan
epistemologi asing secara kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syifa, Alex Nanang, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Tinjauan atas Pemikiran Syed
Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Faruqy) Jurnal Kalimah, vol 10
no. 1,Fakultas Ushuluddin Institut Studi Islam Darussalam, MAret 2012.
Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, Rev. cetakan kedua , yogyakarta: Liberty, 2004.
Ihsan, H. Faud, Filsafat Ilmu, cetakan pertama, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Ma’afi. Rif’at Husnul, Konsep Tauhid Sosial ; Studi Pemikiran Ismail Raji Al Faruqi dan
M. Amien Rais, Jurnal Kalimah vol 9 no 1, Fakultas Ushuluddin Institus Studi
Islam Darussalam, Maret 2011.
Rawengan, G.W., sebuah studi tentang filsafat, cetakan pertama, Jakarta Pusat: PT.
Pradnya Paramita, 1982.
Suriasumantri, Jujun S., Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu, cetakan kleenambelas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

Contenu connexe

Tendances(20)

Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Asri Yunita37.4K vues
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
moh najmi albegama22.4K vues
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Anwar Ma'rufi7.6K vues
UICI 2022 - sains dan islamUICI 2022 - sains dan islam
UICI 2022 - sains dan islam
Abdul Khaliq18.4K vues
Metode Studi IslamMetode Studi Islam
Metode Studi Islam
azzahracaem8.2K vues
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
Edwarn Abazel32.9K vues
Pengenalan kepada falsafah Pengenalan kepada falsafah
Pengenalan kepada falsafah
Jairdayatie Saifuddin104.8K vues
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islam
Apri Kusanto4.7K vues
Filsafat dalam islamFilsafat dalam islam
Filsafat dalam islam
noussevarenna1.8K vues
Pengantar studi islam KomprehensifPengantar studi islam Komprehensif
Pengantar studi islam Komprehensif
Institut Agama Islam Darussalam Ciamis8.2K vues
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
Muheshvarman Govindasamy25.6K vues
Teori dasar metode studi islamTeori dasar metode studi islam
Teori dasar metode studi islam
Afiful Ikhwan21.2K vues
Materi kuliah-agama-etika-islamMateri kuliah-agama-etika-islam
Materi kuliah-agama-etika-islam
Syarif Utsman2.3K vues

Similaire à tantangan islam menurut filsafat islam

Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikanAmalia si amal
8.7K vues133 diapositives
AkidahAkidah
AkidahSamudra Minang
339 vues10 diapositives

Similaire à tantangan islam menurut filsafat islam(20)

Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
Amalia si amal8.7K vues
Konstruksi studi islamKonstruksi studi islam
Konstruksi studi islam
Zulkarnaini Abdullah525 vues
AkidahAkidah
Akidah
Samudra Minang339 vues
Pendekatan sejarah dalam studi islamPendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islam
Thony Hermansyah2.6K vues
Pendekatan Sejarah Dalam Studi IslamPendekatan Sejarah Dalam Studi Islam
Pendekatan Sejarah Dalam Studi Islam
Irvanuddin Al-Jawawi1.1K vues
Resensi stud islamResensi stud islam
Resensi stud islam
Nurul Hikmah1K vues
kelompok 6 agama.pptxkelompok 6 agama.pptx
kelompok 6 agama.pptx
FauziahPane3 vues
BaiBai
Bai
BAIDILAH Baidilah572 vues
BaiBai
Bai
BAIDILAH Baidilah396 vues
Filsafat-Ilmu-5.pptxFilsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptx
FaizulHasan156 vues
22B_121_INDAH QORY P..pptx22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B_121_INDAH QORY P..pptx
22B121IndahQoryPerma4 vues
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
ayu Naoman38K vues
Bab iBab i
Bab i
NurfaRahmaJulita26 vues
Islamisasi sains dan penolakan fazlur rahmanIslamisasi sains dan penolakan fazlur rahman
Islamisasi sains dan penolakan fazlur rahman
Lentera: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi 1.1K vues
Bab iBab i
Bab i
Nur Alfiyatur Rochmah296 vues
Bab iBab i
Bab i
Nur Alfiyatur Rochmah216 vues
M. romli, s.ag, s.hiM. romli, s.ag, s.hi
M. romli, s.ag, s.hi
Darman II821 vues

tantangan islam menurut filsafat islam

  • 1. A. Pendahuluan 1. Latar belakang masalah Tanah dan air penuh dengan mahluk hidup, namun tak terkecuali dengan manusia. mereka jarang sekali mengalami perubahan, Hewan dan tumbuh- tumbuhan tetap dengan cara yang sama. Otak manusia bekerja sepeti jantung yang tak berhenti berdenyut, siang dan malam, sejak masa kecil dan renta. tercatat berbilyun-bilyun ingatan, kebiasaan, kemampuan, keinginan, harapan, dan ketakutan. Pendidikan, termasuk pendidikan Islam, merupakan proses sosial dan proses sosialisasi, humanisasi, dalam kenyataannya yang terrisolir dari lingkungan dan peristiwa dan sejarah. Kurang terkait dengan tuntutan sosial-cultural yang bersangkutan. Kondisi yang demikian telah banyak munculnya masalah yang menjadi tantangan dalam islam. Melihat kondisi tersebut, pertanyaan yanng patut dikemukakan adalah apa sesungguhnya yang menjadi akar permasalahan dari semua itu. Konsep pendidikan yang salah ataukah ketidak mampuan kita didalam mendialogkan pengetahuan dengan realitas sosial sebagaimana tantangan zaman. Makalah ini mencoba untuk menelusuri persoalan yang menjadi tantangan Islam secara filosofis dengan tinjauan realitas pendidikan Islam. 2. Rumusan masalah Dari latar belakang diatas dapatlah dirumuskan apa yang menjadi tantangan islam dan bagaimana upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan yang demikian itu, tampaknya perlu ditelusuri permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. 3. Tujuan Adapun tujuan dari rumusan maslah diatas ialah untuk mengetahui dan memahami tantantgan apa saja dalam islam, mengetahui perkembangan yang terjadi dalam islam.
  • 2. TANTANGAN ISLAM MENURUT PANDANGAN FILSAFAT A. Beberapa Tantangan Islam Sekarang Biasa orang membedakan antara suatu yang kuno dengan sesuatu yang modern, maka dalam filsafat pun kita melihat penggolongan seperti itu, filasafat pada masa kini disebut juga filsafat kontemporer, filsfat yang dihasilkan oleh pemikiran-pemikiran pada abad XX ini. Sudah sejak ajaran Soccrates, Plato, Aristoteles dan lain-lain hingga dengan Ockhmam, aliran skolatis serta aliran- aliran pada abad pertengahan disebut sebagai filsafat klasik.1 1. Masuknya Konsep Liberal Dalam Pemikiran Islam Liberal sendiri secara bahasa berarti bebas. Paham ini pertama kali diterapkan dalam ranah social, politik dan pemerintahan. Namun lambat laun juga memasuki ranah pemikiran intelektual. Paham liberal awal yang pertama digagas oleh Yunani kemudian diambil oleh kaum Barat . Memasuk abad 17 dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang politik, keagamaan, politik, dan ekonomi dari tatanan moral, supranatural bahkan Tuhan. Dalam ranah agama, mereka berusaha untuk menghapus hak-hak otoritas Tuhan, kebenaran mutlak dan doktrin gereja harus dihapuskan, dan agama menjadi bersifat individual. Penyebabnya karena Barat merasa kebebasan mereka selama ini terus dikungkung dan dibatasi oleh doktrin dan kekuasaan gereja yang mengatasnamakan wakil Tuhan. Namun sayangnya, paham yang berasal dari dunia Barat ini malah diambil dan diterapkan dalam Islam. Para sarjana-sarjana Islam yang dididik oleh kaum Barat malah terpesona dengan paham liberalisasi ini dan mengaplikasikannya 1 Drs.G.W. Rawengan, sebuah studi tentang filsafat, cetakan pertama, (Jakarta Pusat: PT. Pradnya Paramita,1982),hal.94
  • 3. dalam ranah pemikiran Islam. Ini tentu saja tak bisa diterima, sebab berbeda dengan Kristen yang mengkungkung kebebasan para pemeluknya, sebaliknya Islam menjamin kebebasan para pemeluknya sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan. Dampak dari masuknya konsep liberal ini juga banyak. Munculnya pengingkaran terhadap semua otoritas, bahkan Tuhan dan agama. Sebab otoritas dalam pandangan liberal menunjukkan adanya kekuatan di luar dan diatas manusia yang mengikutinya secara liberal. Berkembang juga inklusifisme agama. Menurut kaum liberal, kita sekarang tak bisa mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, begitu juga dengan mengatakan bahwa Kristen adalah satu-satunya agama yang benar juga. Dan juga kita tak bisa mengatakan bahwa agama selain itu adalah salah. Menurut mereka semua agama adalah sama, agama-agama bisa berbeda dalam ranah hukum dan syariatnya, tetapi tetap menuju Tuhan yang satu. Agama-agama pada ranah eksoteris bisa berbeda,tetapi pada ranah esoteris sama-sama menuju satu Tuhan yang sama. Dengan kata lain mereka menolak sifat eksklusif dalam suatu agama. Inilah yang akan menjadi dasar dari paham pluralisme beragama. Masuknya paham liberal dalam ranah intelektual juga menyebabkan setiap orang bebas untuk menafsirkan sebuah teks dan ajaran agama. Setiap orang punya hak yang sama untuk menafsikrkan kebenaran, walaupun tanpa memiliki bekal yang cukup. Sehingga lahir lah tokoh-tokoh seperti Nasr Hamid Abu Zaid yang menafsirkan teks-teks agama dengan penafsirannya sendiri. Lahir juga tkoh-tokoh serupa di Indonesia seperti Amin rAbdulah, Aksin Wijaya dan sebagainya. Padahal dalam Islam sendiri, tidak semua orang bebas untuk menafsirkan teks Al Quran, ia harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti : terpercaya, bersifat objektif, menguasai ilmu bahasa Arab, adil dan sebagainya. Ini untuk menghindari penafsiran yang salah akan sebuah teks keagamaan.
  • 4. 2. Ilmu-Ilmu Sosial Menjadi Patokan Utama Dalam Dunia Pendidikan. Masuknya ilmu-ilmu social dalam dunia pendidikan juga menjadi problematika sendiri, dimana dengan masuknya ilmu-ilmu tersebut semakin menyingkirkan ilmu-ilmu agama dalam dunia pendidikan. Bahkan ilmu-ilmu social juga digunakan untuk memahami suatu agama. Hal ini berkonsuensi bahwa Islam diposisikan sama dengan agama-agama lainnya yang ada. Islam hanya dipandang sebagai objek ilmu pengetahuan, terlepas dari berbagai macam konsep, struktur, dan aturan dalam Islam sendiri. Ilmu-ilmu social yang sejak awalnya digunakan untuk memahami kondisi social suatu masyarakat, pada akhirnya digunakan juga untuk membedah dan memahami suatu agama. Maka muncullah dengan ini ilmu-ilmu baru seperti sosiologi agama, psikologi agama, dan antropologi agama. 3. Kendala Dalam Memahami Bahasa Arab. Muncul anggapan dalam masyarakat sekarang bahwasanya bahasa Arab tidak mengandung signifikansi lagi,atau unexpected dan tak profitable lagi. Hal ini disebabkan bahwa mereka memahami bahasa arab bukanlah bahasa peradaban dan intelektual, melainkan hanya sebatas bahasa ritual atau agama. Sehingaa menjadikan masyrakat sekarang enggan untuk mendalami dan belajar bahasa arab. Padahal bila kita mengkaji lebih dalam lagi, bahasa Arab memiliki peran yang sangat signifikan dalam gerakan intelektual. Periode penerjemahan berbagai macam cabang ilmu dari bangsa lain seperti Yunani ke dalam bahasa Arab gencar dilakukan oleh ilmuiwan-ilmuwan muslim seperti Al Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain sebagainya. Mereka semua menerjemahkan karya-karya berbahasa asing tersebut,kemudian menyaring dan memverifikasinya lagi, barulah hasilnya dapat dipahami oleh masyarakat yang lebih luas. Ini jelas berlawanan dengan anggapan sebagian orang diatas, bahwa pada hakikatnya bahasa Arab mempunyai konstribusi yang besar dalam ranah intelektual dan pengetahuan.
  • 5. 4. Tidak Adanya Perbandingan Antara Peradaban Barat dan Peradaban Timur Barat sebagai sebuah peradaban tentu berbeda dengan peradaban Islam. Hal ini dikarenakan peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun atas dasar ilmu yang berlandasakan wahyu Tuhan yang otentisitasnya tak diragukan. Dari wahyu Al Quran inilah yang menghasilkan tradisi intelektual dan diaplikasikan dalam seluruh bidang kehidupan. Berbeda dengan barat, peradaban Barat tak dibangun atas dasar ilmu dan wahyu Tuhan, bahkan mereka malah mengesampingkan peran Tuhan dalam kehidupan mereka. Ringkasnya peradaban Barat dibangun atas dasar sekularisme dan penolakan atas hak-hak Tuhan dan agama. Namun apa yang terjadi berikutnya unsur dan elemen dari peradaban barat tersebut malah diambil dan diterapkan dalam Islam, Maka masuklah unsur-unsur seperti sekularisme, eksklusifisme beragama, pluralism beragama, feminism dan kesetaraan gender dan lain sebagainya. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kebingungan dalam dunia pemikiran Islam, dimana masyarakat bingung untuk memilih antara dua unsur diatas. Dari gejalah itu diketahui, untuk sebuah menyusun hipotesis. Diserahkan hipotesis itu melakukan penelitian untuk menghimpun data-data cukup tentang masalah tersebu. Data ini menyongkong hipotesis, maka hipotesis itu sahih. Maka dapat dibenarkan dan diterima.2 B. Solusi Menyikapi Tantangan Islam Di Era ini 1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Islamisasi ilmu pengetahuan (Islamization of Knowledge) adalah gagasan yang diusung oleh beberapa intelektual muslim, yaitu Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Fa ruqy. Menurut Al Attas pengetahuan Barat telah 2 Drs.H. Faud Ihsan, Filsafat Ilmu, cetakan pertama, (Jakarta:Rineka Cipta,2010),hal. 61
  • 6. membawa kebingungan dan skeptisime dalam dunia pemikiran. Barat juga telah mengangkat sesuatu masih dalam tahap keraguan dan dugaan ke derajat ilmiah dalam hal metodologi. Kebenaran dalam pandangan Barat tidak diformulasikan atas dasar pengetahuan wahyu dan keyakinan,melainkan atas tradisi budaya didukung oleh premis-premis filosofis yang didasarkan para perenungan- perenungan. Disini masyarakat Islam berada dalam kebingungan antara mengikuti tradisi keislaman atau nilai-nilai peradaban barat. Disinilah letak diperlukannya Islamisasi ilmu pengetahuan.3 Untuk menyingkirkan unsur-unsur peradaban dan intelektual Barat yang telah mengkontaminasi alam pemikiran Islam. Islamisasi sendiri berarti membawa sesuatu ke dalam Islam atau membuatnya dan menjadikan Islam. Sedangkan Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al Attas adalah melakukan aktifitas keilmuan, seperti mengungkap, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang ilmu terhadap alam kehidupan manusia. Sedangkan dalam prosesnya, Islamisasi ilmu pengetahuan yang dicanagkan oleh Al Attas mempunyai beberapa langkah yaitu : a. Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konspep kunci yang membentuk budaya dan peradaban Barat. Unsur-unsur tersebut yaitu: 1) Akal sebagai pembimbing kehidupan manusia 2) Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran 3) Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler 4) Membela doktrin humanism 5) Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia 3 Rif’at Husnul Ma’afi,Konsep Tauhid Sosial;Studi Pemikiran Ismail Raji Al FAruqy dan M. Amien Rais,Jurnal Tsaqafah,volume9, hal 62.
  • 7. b. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.Konsep utama tersebut yaitu : Konsep Agama, Konsep Manusia, Konsep Pengetahuan, Konsep kearifan dan sebagainya.4 2. Pembangunan Kembali Tradisi Ilmu Dalam Islam Belajar dari bagaimana Islam pernah mencapai masa kejayaannya di Baghdad, focus gerakan pembangunannya waktu itu adalah ilmu pengetahuan. Dan itu dilakukan secara sinergis, simultan dan konsisten. Ketika membangun bayt al Hikmah misalnya, dimana waktu itu para golongan penguasa, pemerintah, elit bangsawan, militer dan tentunya para saintis kerja bahu membahu dalam pendiriannya. Dalam konteks umat Islam dewasa ini yang pertama diperlukan adalah membangun tradisi keilmuan Islam yang serius, baik dalam bentuk pusat studi lllatau universitas Islam yang khas. Tugas utamanya adalah merespon tantangan keilmuan kontemporer dan menjelaskan ulang konsep-konspe dasar Islam yang relevan untuk kebutuhan ummat masa kini. Skenario ini dapat digambarkan dari pernyataan di bawah ini : Marilah kita meletakkan scenario hipotesis : Jika kekuasaan Islam tak dilemahkan, dan jika ekonomi Negara-negara Islam tak dihancurkan, dan jika stabilitas politik tidak diganggu. Dan jika para ilmuwan Muslim diberi stabilitas dan kemudahan dakam waktu 500 tahun lagi. Apakah mereka akan gagal mencapai apai yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Kepler, dan Newton ? Model-model planetarium Ibn al Shatir dan astronomer- astronomer Muslim yang sekualitas Copernicus Dan yang telah 4 Alex Nanang Agus Syifa,Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jurnal Tsaqafah volume10, hal 88.
  • 8. mendahului mereka 200 tahun membuktikan bahwa sistim heliosentris dapat diproklamirkan oleh saintis muslim, jika komunitas mereka terus eksis dibawah scenario hipotesis ini. Sifat apa di samping kebenaran harus dimiliki suatu kepercayaan agar tergolong sebagai pengetahuan ? orang yang polos akan pengatakan haruslah terdapat bukti-bukti yang masuk akal untuk menyongkong kepercaan. Ditinjau dari segi akal sehat hal ini kebanyakan benar terutama dimana keragu-raguan timbul dalam hal-hal praktis, tetapi jika hal ini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan keseluruhan masalah maka hal ini adalah tidak memadai.5 Maka dari itu untuk membangun kembali tradisi ilmu diperlukan paling tidak stabilitas politik dan ekonomi, serta stabilitas Islam yang tak diganggu oleh berbagai pihak. Hal ini dapat terwujud bilamana adanya kerjasama yang sinergis antara berbagai kelompok, saintis, penguasa, militer, elit bangsawan dan sebagainya. Dari produk ini diharapkan lahir komunitas ilmuwan yang aktif tidak hanya memperdalam disiplin ilmu keislaman, tapi juga mengasimilasi dan mengislamisasikan ilmu pengetahuan kontemporer, sehingga menghasilkan disiplin ilmu baru. Di antara para filsuf dari berbagi aliran terdapat pemahaman bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge), seoarang filsuf meninjau ilmu Jhon G. Kemeny juga memakai istilah ilmu damlam arti semua pengetahuan yang dihimpun denga prantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the wscientif method). 5 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, cetakan kleenambelas. (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2006),hal.83
  • 9. Dalam kalangan ilmuan sendiri umumnya juga ada kesepakatan bahwa ilmu terdiri atas pengetahuan. Ini terbukti dari batasan yang berikut dari seoarang ilmuan: Ilmu menunjukan pertama-tama pada pengumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun alam semesta yang diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yantg objektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data. Dengan demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai aktivitas yang dilakukan manusia. 6 6 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Rev. cetakan kedua, (yogyakarta:Liberty, 2004) hal.88
  • 10. C. Penutup 1. Simpulan Islam menghadapi berbagai macam tantangan, yang ringkasnya terbagi menjadi dua, yaitu Internal dan Eksternal. Eksternal yaitu masuknya paham- paham dari peradaban asing, khususnya Barat, seperti liberalisasi, sekularisasi, dualism, pragmatism, nihilisme, humanism liberal rasionalisme, empirisme dan sebagainya. Sementara tantangan eksternal ada dua yaitu, pertama ketidakberdayaan para cendekiawan menghadapi faham, ideologi, dan epistemologi asing secara kritis.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Agus Syifa, Alex Nanang, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Tinjauan atas Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Faruqy) Jurnal Kalimah, vol 10 no. 1,Fakultas Ushuluddin Institut Studi Islam Darussalam, MAret 2012. Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, Rev. cetakan kedua , yogyakarta: Liberty, 2004. Ihsan, H. Faud, Filsafat Ilmu, cetakan pertama, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Ma’afi. Rif’at Husnul, Konsep Tauhid Sosial ; Studi Pemikiran Ismail Raji Al Faruqi dan M. Amien Rais, Jurnal Kalimah vol 9 no 1, Fakultas Ushuluddin Institus Studi Islam Darussalam, Maret 2011. Rawengan, G.W., sebuah studi tentang filsafat, cetakan pertama, Jakarta Pusat: PT. Pradnya Paramita, 1982. Suriasumantri, Jujun S., Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, cetakan kleenambelas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.