Publicité
Publicité

Contenu connexe

Publicité
Publicité

PAI - SUMBER HUKUM ISLAM

  1. ASSALAMUALAIKUM WR.WB
  2. KELOMPOK 5 IFFAH NURULITA
  3. Pengertian sumber hukum islam Sumber-sumber hukum islam Pembagian hukum dalam islam
  4. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM
  5. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM Menurut Bahasa Hukum menurut pengertian bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak menetapkannya. Menurut Istilah Menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah khitab atau perintah Allah SWT, yang menuntut mukalaf (orang yang sesudah balig dan berakal sehat) untuk memilih antara mengerjakan dan tidak mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal, rakhsah (kemudahan), dan azimah (hukum yang telah disyariatkan Allah kepada seluruh hamba-Nya sejak pertama kali)
  6. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM Pengertian Sumber Hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar acuan atau pedoman ajaran Islam yang bersifat mengikat dan apabila dilanggar menimbulkan sanksi tegas dan nyata.
  7. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM Dalil Q.S An-Nisa’ (4): 59 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa (4): 59)
  8. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM Hadits Artinya: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang teguh pada kedua perkara tersebut, niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, kedua perkara itu ialah Kitabullah ‘azza wa jalla (Al-Qur’an), dan ‘itrahku ahlul-baitku (Hadits)”. (H.R. Imam Malik)
  9. SUMBER HUKUM ISLAM
  10. Pengertian Al-Qur’an Kandungan Al-Qur’an Pembagian surat dalam Al-Qur’an Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dalam Islam Mukzizat Al-Qur’an
  11. Pengertian Al-Qur’an  Etimologi ( Bahasa ) Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an berasal dari kata kerja ‘qara'a’ yang artinya membaca.  Terminologi ( Istilah ) Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
  12. Pengertian Al-Qur’an  Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang dijamin kemurnian dan keaslianya sampai akhir zaman “Indeed, it is We who sent down the Qur'an and indeed, We will be its guardian.” (Q.S Al-Hijr (15): 9)
  13. Pengertian Al-Qur’an Nama-nama lain Al-Qur’an : 1. Adz-Dzikr, Artinya PERINGATAN. “But it is not except a reminder to the worlds.” (Q.S Al-Qalam (68): 52) 2. Al-Furqan, Artinya PEMBEDA. “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Q.S Al-Furqan (25): 1)
  14. Pengertian Al-Qur’an Nama-nama lain Al-Qur’an : 3. As-Suhuf, Artinya LEMBARAN-LEMBARAN رَسُولٌ مِنَ اهللَِّ يَتْلُو صُحُ فًا مُهََرََّ ا “(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)” (Q.S Al Bayyinah (98): 2)
  15. Pembagian Surat Dalam Al-Qur’an 1. Assabi’uthiwaal (Tujuh surat yang panjang), diantaranya: • Al-Baqarah (286 Ayat), Al-A’raf (206), Ali Imran (200), An Nisa’ (176), Al-An’am (165), Al-Maidah (120), dan Yunus (109) 2. al-Mi’uun yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya lebih dari seratus ayat, atau mendekati seratus. 3. al-Matsaani yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya di bawah al-Mi’uun/ ayat nya kurang dari 100 4. Al-Munfashal (Surat-surat pendek)
  16. Kandungan Al-Qur’an 1. Aqidah / Akidah Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir. 2. Ibadah Mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. Sebagai pencipta, ex: Shalat, Zakat, Puasa, Haji. 3. Akhlaq / Akhlak Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.
  17. Kandungan Al-Qur’an 4. Hukum-Hukum Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad. 5. Peringatan / Tadzkir Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
  18. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Pertama  Al-Qur’an memiliki kebenaran yang mutlak. Al-Qur’an memiliki 3 fungsi utama, yaitu: 1. Sebagai Huda, Artinya Al-Qur’an merupakan aturan yang harus diikuti tanpa tawar menawar. 2. Sebagai Bayyinat, berfungsi memberi penjelasan akan hal yang dipertanyakan manusia. 3. Sebagai Furqan, atau pembeda antara yang haq, dan yang bathil.  Al-Qur’an mengandung 3 komponen dasar hukum, yaitu: 1) Hukum Ikhtiqadiah yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah Swt. Dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau keimanan.
  19. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Pertama 2) Hukum Amaliah hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah Swt, dengan sesamanya, dan dengan lingkungan sekitar. Dan disebut hukum syariat. Dan ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu fiqih.. 3) Hukum Khuluqiah Hukum yang berkaitan dengan moral manusia, baik sebagai makhluk hidup atau makhluk sosial.
  20. Mu’jizat Al-Qur’an • Segi Keindahan Bahasa. Keindahannya terdapat dalam penggunaan kata, ungkapan, susunan kata dan kalimat, serta hubungan satu ungkapan dengan ungkapan yang lainnya. • Dari Segi pemberitaan mengenai kejadian masalalu yang kemudian terbukti kebenarannya. • Dari segi pemberitaan Al-Qur’an tentang hal-hal yang akan terjadi dan memang benar-benar terjadi. • Dari segi kandungan akan hakikat kejadian alam dengan seisinya, serta hubungan antara satu dengan lainnya. • Dari segi pedoman hidup yang menuntun manusia mencapai kebahagiaan hidup, dunia dan akhirat.
  21. Pengertian Hadist Hadist sebagai sumber hukum kedua dalam Islam Fungsi Hadits Macam-Macam Hadits
  22. Pengertian Hadits Hadits adalah segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW. baik berupa ucapan, perbuatan, maupun ketetapan. Hadits seringkali disebut juga sunah Nabi. Sesuai definisi tersebut sunah dibagi menjadi menjadi tiga,yaitu : Sunah Qauliyah Sunah Fi’liyah Sunah Taqririyah
  23. Sunnah Qauliyah Sunnah qauliyah merupakan perkataan atau sabda Rasulullah SAW yang didalamnya menerangkan hukum-hukum agama dan maksud Al-Qur`an yang berisi peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan, dan akhlak. Sunnah qauliyah ini juga dinamakan khabar, hadits, atau sunnah. Namun ucapan Nabi ini bukan wahyu al Qur`an. Untuk membedakan sunnah dan wahyu al Qur`an yang sama-sama lahir dari lisan Nabi adalah dengan cara, antara lain : a. Bila wahyu al Qur`an selalu mendapat perhatian khusus dari Nabi dan menyuruh orang lain untuk menghafal dan menuliskannya serta mengurutkannya sesuai petunjuk Allah. Sedangkan sunnah tidak, bahkan Nabi melarang menuliskannya karena khawatir tercampur dengan al Qur`an. b. Penukilan Al-Qur`an selalu dalam bentuk mutawatir, sedangkan sunnah pada umumnya diriwayatkan secara perorangan. c. Penukilan al Qur`an selalu dalam bentuk penukilan lafaz dengan arti sesuai dengan teks aslinya seperti yang didengar dari Nabi. Sedangkan sunnah dinukilkan secara ma`nawi ( disampaikan dengan redaksi dan ibarat yang berbeda walau maksudnya sama ). d. Bila yang diucapkan Nabi al Qur`an mempunyai daya pesona / mu`jizat, sedangkan bila sunnah tidak.
  24. Sunnah Fi’liyah Sunah Fi’liyah yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan kepada orang lain dengan ucapannya. Seperti : صلوا كم رايتمونى اصلى Artinya : Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat saya melaksanakan shalat ( HR Bukhari dan Muslim ). خذواعنى من سككم Artinya : Ambillah daripadaku cara – cara mengerjakan haji ( HR Muslim ). Para ulama ‘membagi perbuatan Nabi ke dalam 3 bentuk,yaitu : a. Perbuatan dan tingkah laku Nabi sebagai manusia biasa. Ulama berbeda pendapat tentang keteladanannya bagi umat, ada yang berpendapat bahwa perbuatan Nabi bentuk ini mempunyai daya hukum untuk diikuti dan ada yang berpendapat tidak mempunyai daya hukum untuk diikuti. b. PerbuatanNabi yang memiliki petunjuk yang menjelaskan bahwa perbuatan tersebut khusus untuk Nabi. c. Perbuatan dan tingkah laku Nabi yang berhubungan dengan penjelasan hukum.
  25. Sunnah Taqririyah Sunnah Taqririyah, yaitu perbuatan seorang sahabat atau ucapannya yang dilakukan dihadapan Nabi SAW. atau sepengetahuan Nabi SAW., tetapi tidak ditanggapi atau dicegah oleh Nabi SAW. Keadaan diamnya Nabi SAW. dibedakan pada dua bentuk : 1. Nabi mengetahui perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi. Diamnya Nabi SAW. dapat berarti perbuatan itu tidak boleh dilakukan atau boleh dilakukan ( pencabutan larangan ). 2. Nabi SAW. belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula haramnya. Diamnya Nabi SAW. menunjukan hukumnya adalah ibahah ( meniadakan keberatan untuk diperbuat ).
  26. HADIST SEBAGAI SUMBER HUKUM YANG KEDUA Hadist merupakan sumber Hukum Islam yang kedua setelah Al- Qur`an.Sebagai sumber hukum yang kedua hadist menjelaskan hukum-hukum yang belum ada di Al-Qur`an ,karena hukum Al-Qur`an masih bersifat mujmal (global).Allah SWT.,telah mewajibkan kita agar mentaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.Sebagaimana firman Allah SWT.dalam Surat Al-Hasyr(59) ayat 7 dan Surat An-NISA’(4) ayat 59. Dalam hadits Rasulullah SAW.juga bersabda : “Aku tinggalkan dua perkara untukmu sekalian,kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya,yaitu kitabullah (Al-Qur`an) dan sunnah Rasul-Nya .”(HR. Imam Malik) Pada masa Rasulullah SAW.masih hidup , hadits tidak boleh ditulis apalagi dibukukan,karena dikhawatirkan akan bercampur dengan ayat-ayat Al-Qur`an.Penulisan dan pembukuan hadits pertama kali baru dilakukan pada masa Dinasti Umayah yaitu pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (100 H/718 M).Sedangkan pembukuan yang lebih baik berikutnya dilaksanakan pada masa pemerintahan Khalifah Al Manshur (136 H/754 M).
  27. FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR`AN 1. Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Hajj(22) ayat 30. 2. Menguraikan dan merincikan yang global (mujmal), mengkaitkan yang mutlak dan mentakhsiskan yang umum(‘am), Tafsil, Takyid, dan Takhsis berfungsi menjelaskan apa yang dikehendaki Al-Qur’an. Rasulullah mempunyai tugas menjelaskan Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 44: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”(QS. An-Nahl : 44) 3. Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al- Qur’an. Hukum yang terjadi adalah merupakan produk Hadits/Sunnah yang tidak ditunjukan oleh Al-Qur’an. Contohnya seperti larangan memadu perempuan dengan bibinya dari pihak ibu, haram memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-laki.
  28. MACAM MACAM HADITS Ditinjau dari segi perawinya(rawi),dibeakan menjadi 2: 1. Hadits Mutawatir Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Syarat - syarat hadits Mutawatir: •Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. •Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut adat kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy. •Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama. 2. Hadits Ahad Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir.
  29. MACAM MACAM HADITS Ditinjau dari segi sanadnya,dibagi menjadi 3 : 1. Hadits Shohih, yaitu hadits yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan oleh orang-orang yang sempurna hafalannya. Syarat hadits shohih adalah: a. Sanadnya bersambung; b. Perawinya adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga kehormatan dirinya (muruah); c. Dhobit, yakni memiliki ingatan dan hafalan yang sempurna serta mampu menyampaikan hafalan itu kapan saja dikehendaki; dan d. Hadits yang diriwayatkannya tidak bertentangan dengan hadits mutawatir atau dengan ayat al-Qur`an. 2. Hadits hasan (baik) dapat sebagai landasan hukum. a. Sanadnya muttasil (tidak terputus) b. Rawinya orang yang taat beragama c. Perawinya agak kuat hafalan d. Tidak bertentangan dalam al-Qur;an dan tidak terdapat catatan didalamnya 3. Hadits Dhoif (lemah, tidak boleh dijadikan landasan hukum, tidak memenuhi persyaratan)
  30. Pengertian Ijtihad Bentuk-Bentuk Ijtihad Kedudukan Ijtihad Dalam Islam
  31. Pengertian Ijtihad Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits, dengan menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum-hukumyang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga. Hasil ini berdasarkan dialog nabi Muhammad SAW dengan sahabat yang bernama muadz bin jabal, ketika Muadz diutus ke negeri Yaman. Nabi SAW, bertanya kepada Muadz,” bagaimana kamu akan menetapkan hukum kalau dihadapkan pada satu masalah yang memerlukan penetapan hukum?”, muadz menjawab, “Saya akan menetapkan hukum dengan Al Qur’an", Rasul bertanya lagi, “Seandainya tidak ditemukan ketetapannya di dalam Al Qur’an?” Muadz menjawab, “Saya akan tetapkan dengan Hadits”. Rasul bertanya lagi, “seandainya tidak engkau temukan ketetapannya dalam Al Qur’an dan Hadits”, Muadz menjawab” saya akan berijtihad dengan pendapat saya sendiri” kemudian, Rasulullah SAW menepuk-nepukkan bahu Muadz bi Jabal, tanda setuju. Kisah mengenai Muadz ini menajdikan ijtihad sebagai dalil dalam menetapkan hukum Islam setelah Al Qur’an dan hadits. satu pahala.” (HR Bukhari dan Muslim)
  32. Pengertian Ijtihad Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi beberapa syarat berikut ini: • Paham bahasa arab dengan segala kelengkapannya untuk menafsirkan Al Qur’an dan hadits • Mengetahui mengetahui isi Al Qur’an dan Hadits, terutama yang bersangkutan dengan hukum •Memahami soal-soal ijma •Menguasai ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang luas. •Memiliki keterampilan cara mengurai dan menyimpulkan suatu persoalan
  33. Bentuk-Bentuk Ijtihad 1. Ijma’ adalah kesepakatan dari seluruh imam mujtahid dan orang-orang muslim pada suatu masa dari beberapa masa setelah wafat Rasulullah SAW. Berpegang kepada hasil ijma’ diperbolehkan, bahkan menjadi keharusan. Dalilnya dipahami dari firman Allah SWT, yang artinya: “Hai orang-oran yang beriman, taatilah Allah dan rasuknya dan ulil amri diantara kamu….” (QS An Nisa : 59) Dalam ayat ini ada petunjuk untuk taat kepada orang yang mempunyai kekuasaan dibidangnya, seperti pemimpin pemerintahan, termasuk imam mujtahid. Dengan demikian, ijma’ ulama dapat menjadi salah satu sumber hukum Islam.
  34. Bentuk-Bentuk Ijtihad 2. Qiyas (analogi) adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada hukumnya dengan kejadian lain yang sudah ada hukumnya karena antara keduanya terdapat persamaan illat atau sebab-sebabnya. Contohnya, mengharamkan minuman keras, seperti bir dan wiski. Haramnya minuman keras ini diqiyaskan dengan khamar yang disebut dalam Al Qur’an karena antara keduanya terdapat persamaan illat (alasan), yaitu sama-sama memabukkan. Jadi, walaupun bir tidak ada ketetapan hukmnya dalam Al Qur’an atau hadits tetap diharamkan karena mengandung persamaan dengan khamar yang ada hukumnya dalam Al Qur’an.
  35. Bentuk-Bentuk Ijtihad 3. Istihsan/Istislah, yaitu mentapkan hukum suatu perbuatan yang tidak dijelaskan secara kongret dalam Al Qur’an dan hadits yang didasarkan atas kepentingan umum atau kemashlahatan umum atau unutk kepentingan keadilan 4. Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan telah ditetapkan suatu dalil, sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut. 5. Istidlal, yaitu menetapkan suatu hukum perbuatan yang tidak disebutkan secara kongkret dalam Al Qur’an dan hadits dengan didasarkan karena telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan masyarakat setempat. Termasuk dalam hal ini ialah hukum-hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam.
  36. Bentuk-Bentuk Ijtihad 6. Maslahah mursalah, yaitu memutuskan status hukum atas suatu perkara berdasarkan pertimbangan kebaikan bersama untuk menghindari kerugian yang besar. 7. Al ‘Urf, ialah urursan yang disepakati oleh segolongan manusia dalam perkembangan hidupnya 8. Zara’i, ialah pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mencapai mashlahah atau untuk menghilangkan mudarat. • Dari segi pelakunya, ijtihad dibagi 2, yaitu: 1. Ijtihad jama’, yang dilakukan secara berkelompok/bersama-sama 2. Ijtihad Fardi, yang dilakukan secara perseorangan
  37. Kedudukan Ijtihad Hukum Melakukan Ijtihad, yaitu: 1. Orang tersebut wajib (fardu ain) untuk berijtihad apabila ada permasalahan yang menimpa dirinya 2. Juga wajib jika ditanyakan tentang suatu permasalahan yang belum ada hukumnya 3. Hukumnya Fardu Kifayah jika permasalahan tersebut tidak berlangsung lama 4. Hukumnya sunah apabila berijtihad terhadap permasalahan yang baru 5. Hukumnya Haram apabila berijtihad terhadap permasalahan yang sudah ditetapkan.
  38. Hukum Taklifi Hukum Wad’i
  39. Hukum Islam adalah perintah Allah Swt. Yang berhubungan dengan umat Islam. 1. Hukum Taklifi Hukum yang dibebankan kepada orang islam yang sudah dewasa dan berakal sehat. Hukum ini dibagi 5, yaitu: 1) Wajib, yaitu ketentuan agama yang harus dikerjakan, dan bila ditinggalkan mendapat dosa. 2) Sunah Mandub, yaitu ketentuan agama yang dianjurkan untuk dikerjakan, bila dikerjakan mendapat pahala, bila ditinggalkan, maka tidak berdosa. 3) Haram, yaitu suatu larangan agama yang tidak boleh dikerjakan, dan bila dikerjakan akan mendapat dosa. 4) Makruh, yaitu ketentuan larangan agama yang lebih baik ditinggalkan. 5) Mubah, yaitu perbuatan bila dilakukan, tidak ada ganjaran apapun.
  40. 2. Hukum Wad’i Hukum wadh’i berupa penjelasan hubungan suatu peristiwa dengan hukum taqlifi. Hukum wadh’i menjelaskan bahwa waktu matahari tergelincir di tengah hari menjadi sebab tanda bagi wajibnya seseorang menunaikan shalat dzuhur. Hukum Wad’i dibagi 3, yaitu: 1. Sebab Sebab berarti “sesuatu yang bisa menyampaikan seseorang kepada sesuatu yang lain”. Menurut istilah Ushul Fiqh yaitu sesuatu yang dijadikan oleh syariat sebagai tanda bagi adanya hukum, dan tidak adanya sebab sebagai tanda bagi tindakan adanya hukum. 2. Syarat Syarat berarti “sesuatu yang menghendaki adanya sesuatu yang lain” atau “ sebagai tanda”. Menurut istilah sesuatu yang tergantung kepadanya ada sesuatu yang lain, dan berada di luar dari hakikat sesuatu itu. Misalnya, wudhu adalah sebagai syarat bagi sahnya shalat dalam arti adanya shalat tergantung pada adanya wudhu, namun pelaksanaan wudhu itu sendiri bukan merupakan bagian dari pelaksanaan shalat.
  41. 2. Hukum Wad’i 3. Mani’ (Penghalang) suatu hal yang karenanya dapat menghalangi kewajiban melaksanakan sesuatau atau menjadi penghalang terlaksananya suatu hukum.
  42. THE END

Notes de l'éditeur

  1. YWYWYEYYEW
  2. YWYWYEYYEW
  3. YWYWYEYYEW
  4. YWYWYEYYEW
  5. YWYWYEYYEW
  6. YWYWYEYYEW
  7. YWYWYEYYEW
  8. YWYWYEYYEW
  9. YWYWYEYYEW
  10. YWYWYEYYEW
  11. YWYWYEYYEW
  12. YWYWYEYYEW
  13. YWYWYEYYEW
  14. YWYWYEYYEW
  15. YWYWYEYYEW
  16. YWYWYEYYEW
  17. YWYWYEYYEW
  18. YWYWYEYYEW
  19. YWYWYEYYEW
  20. YWYWYEYYEW
  21. YWYWYEYYEW
  22. YWYWYEYYEW
  23. YWYWYEYYEW
  24. YWYWYEYYEW
  25. YWYWYEYYEW
  26. YWYWYEYYEW
  27. YWYWYEYYEW
  28. YWYWYEYYEW
  29. YWYWYEYYEW
  30. YWYWYEYYEW
  31. YWYWYEYYEW
  32. YWYWYEYYEW
  33. YWYWYEYYEW
Publicité