Fraktur trochanter terdiri dari fraktur intertrochanter dan subtrochanter femur. Gejalanya adalah nyeri hebat, tidak dapat berjalan jauh, kaki lebih pendek dan berotasi keluar, serta pembengkakan paha. Pengobatannya melalui reduksi dan fiksasi internal.
1. KARYA TULIS ILMIAH
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Fraktur Trochanter
Oleh :
Riza Astuti
1210070100121
Pembimbing : dr. Khomeini, Sp.B
2. Definisi
• Fraktur trochanter ada dua yaitu fraktur
intertrochanter femur dan fraktur subtrochanter
femur.
• Fraktur intertrochanter adalah patah tulang yang
bersifat ekstrakapsular dari femur.
• Fraktur subtrochanter femur adalah fraktur dimana
garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter
minor.
3. Anatomi femur
• Ujung atas femur memiliki caput,
collum, trochanter major, dan
trochanter minor.
• Pada pusat caput terdapat lekukan
kecil yang disebut fovea capitis,
untuk tempat melekatnya
ligamentum capitis femoris.
• Collum, yang menghubungkan caput
dengan corpus
• Trochanter major dan minor
merupakan tonjolan besar pada taut
antara collum dan corpus.
• Ujung bawah femur mempunyai
condyli medialis dan lateralis, yang
di bagian posterior di pisahkan oleh
incisura intercondylaris.
• Kedua condyles ikut serta dalam
pembentukan articulation genus.
4. Klasifikasi fraktur
1. Menurut etiologinya : fraktur traumatik, fraktur patologis, fraktur
stress
2. Secara klinis: tertutup, terbuka, dan dengan komplikasi
3. Secara radilogis:
a. lokalisasi :
b. konfigurasi:
a.Fraktur diafisis
b.Fraktur
metafisis
c.Dislokasi-dan
fraktur
d.Fraktur intra-
artikulrae
a. Transversal
b. Oblik
c. Spiral
d. Kupu-kupu
e. Komunitif
f. segemntal
g. Depresi
5. c. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya:
4. Klasifikasi fraktur leher femur:
5. Klasifikasi fraktur trochanter
menurut Garden menurut Pauwel
fraktur trochanter
Bergeser (displaced) ada 6 :
a. Bersampingan
b. Angulasi
c. Rotasi
d. Distraksi
e. Over-riding
f. impaksi
6. Etiologi
• Fraktur intertrochanter disebabkan oleh jatuh langsung
pada trochanter mayor atau oleh cedera pemuntiran tak
langsung
• fraktur subtrochanter dikelompokkan berdasarkan usia tua
dan muda. Kelompok pasien tua biasanya disebabkan oleh
trauma energi ringan (jatuh minor).
• fraktur subtrochanter terjadi karena kelemahan tulang, dan
osteoporosis. Kelompok pasien usia muda biasanya karena
trauma energy tinggi.
7. 1. Gejala klinis pada fraktur
intertrochanter
• Pasien biasanya tua dan tak
sehat
• Setelah jatuh dia tak dapat
berdiri
• Kaki lebih pendek dan lebih
berotasi keluar
• Pasien tidak dapat
mengangkat kakinya
2. Gejala klinis pada fraktur
subtrochanter
• Dapat terjadi pada usia berapa
saja tetapi kebanyakan terjadi
pada pasien usia lanjut
dengan osteoporosis dan
osteomalasia
• Kaki berada pada rotasi luar,
bentuknya pendek, dan paha
jelas membengkak
• Gerakan akan terasa sangat
nyeri.
• Ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan paha
dan panggul
Gejala dan tanda
8. Diagnosis
1. Fraktur intertrochanter
a. Anamnesis
- Riwayat cedera
- Setelah jatuh tdk dpt berdiri
- Kaki lebih pendek
- Rotasi keluar
- tidak dapat mengangkat kakinya
b. Pemeriksaan fisik
- Look (penampilan): pembengkakan, memar, deformitas
- Feel (rasa): nyeri tekan setempat
- Movement(gerakan): krepitus, tanyakan pada psien apakah dapat
menggerakkan sendi-sendi bagian distal cedera
c. Pem.penunjang
Pemeriksaan radiologi pada panggul meliputi foto polos pelvis secara AP.
10. Diagnosis
2. Fraktur subtrochanter
a. Anamnesis
- Pada usia muda : karena trauma energi tinggi misal: kecelakaan, pada
usia tua, karena riwayat trauma ringan, misal terjatuh
- Perlu ditanyakan, adanya penyakit lain seperti osteoporosis dan
osteomalasia
- Keluhan utama: nyeri, keterbatasan gerakan kaki, kaki lebih pendek
b. Pem. Fisik:
- Kaki pada rotasi luar, bentuk pendek, paha membengkak, gerakan
terasa sangat nyeri
c. Pem. Penunjang:
- Pemeriksaan sinar X menunjukkan lokasi fraktur yang berada di
bawah trochanter minor
- Technetium bone scanning /MRI diperlukan jika dicurigai adanya
frktur patologis
14. Tatalaksana
1. Pertolongan pertama di lapangan
– Live saving :cek ABCD
a. Airway
• Penilaian
• Mengenal patensi airway
• Penilaian untuk menemukan
obstruksi
• Pengelolaan
• Mengusahakan airway
• Melakukan head tilt, chin lift,
dan jaw thrust
• Bersihkan jalan nafas dari benda
asing
• Memasang pipa nasofaringal
atau orofaringeal
• Memasang airway definitif
• Menjaga leher dalam posisi
netral
B. Breathing
• Penilaian :
• Buka leher dan dada sambil
menjaga imobilisasi leher dan
kepala
• Tentukan laju dan dalamnya
pernafasan
• Inspeksi dan palpasi leher dan
thoraks untuk adanya deviasi
trakea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak simetris, dan cedera
lainnya
• Perkusi thoraks untuk menilai
redup atau hypersonor
• Auskultasi bilateral
• Pengelolaan :
– oksigen konsetrasi tinggi,
– ventilasi dengan bag- valve-
mask,
– memasang pulse oximetri
15. Tatalaksana
C. Circulation
• Penilaian :
• Cari sumber perdarahan
eksternal yang fatal dan internal
• Periksa nadi: kecepatan,
kualitas, keteraturan, dan warna
kulit
• Tekanan darah (bila perlu)
• Pengelolaan:
• Memasang 2 kateter IV ukuran
besar
• Mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, analisis
kimia, dan analisa gas darah
D. Disability
• Tentukan tingkat kesadaran
memakai skor GCS dan nilai
pupil
• Lakukan pemeriksaan apakah
semua ekstremitas dapat
digerakkan
– Limb saving : mencegah
kerusakan lanjut bagian yang
fraktur dengan cara pemasangan
bidai
• Prosedurnya:
• Sesuaikan ukuran bidai dengan
panjang tangan atau kaki
(melewati 2 sendi)
• Periksa fungsi sensorik, motoric
dan nadidi ujung bagian yang
cedera
• Letakkan 2 belah bidai di kanan
dan kiri bagian yang cedera
• Balut bidai dengan kasa
menggunakan system roll on
• Periksa ulang fungsi sensorik,
motorik, dan nadi (Hardisman,
2014)
16. 2. Terapi pada fraktur intertrochanter
Dilakukan pemasangan fiksasi interna
3. Terapi pada fraktur subtrochanter
Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan mempergunakan plate dan screw
17. Pencegahan
• Menghindari terjadinya trauma benturan, dengan
memakai alat pelindung diri.
• Dilakukan dengan mengurangi akibat yang lebih
serius dari fraktur dengan mengangkat penderita
dengan posisi yang benar
• Memberikan tindakan pemulihan yang tepat
untuk menghindari dan mengurangi kecacatan.
18. Komplikasi
1. Komplikasi pada fraktur intertrochanter
a. Komplikasi dini sama seperti fraktur collum
femur
b. Komplikasi lanjut yaitu deformitas, non-union
2. Komplikasi pada fraktur subtrochanter
a. Non-union
b. Mal-union
c. Kegagalan fiksasi
19. Prognosis
• Perlu dilakukan follow-up untuk memantau
penyembuhan.
• Luka operasi diperiksa 7-14 hari pasca operasi.
Harus dilakukan evaluasi radiologis dan klinis
setiap bulan untuk memantau penyembuhan.
• Rehabilitasi quadriceps harus dimulai dalam
waktu 2 minggu pasca operasi.
• Kebanyakan pasien memiliki cacat yang signifikan
selama minimal 4-6 bulan.
• Jika terjadi nonunion yang nyata maka perlu
dipertimbangkan bone graft.
20. Kesimpulan
• Fraktur trochanter ada dua yaitu fraktur intertrochanter
femur dan fraktur subtrochanter femur. Fraktur
intertrochanter adalah patah tulang yang bersifat
ekstrakapsular dari femur. Fraktur subtrochanter femur
adalah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal
dari trochanter minor. Gejala klinisnya yaitu nyeri yang
hebat, tidak dapat berjalan jauh, kaki lebih pendek dan
kaki berada pada rotasi luar, dan paha jelas membengkak.
Penatalaksanaan pada fraktur trochanter dengan cara
reduksi dan fiksasi internal.