Edi menjadi korban pengeroyokan oleh saudara iparnya karena sengketa warisan. Istrinya Yustine kemudian memposting foto luka Edi di media sosial untuk membela suaminya, namun malah dilaporkan ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik.
2. Edi Suprijoto harus menjadi tersangka dalam kasus ini berawal dari
adanya pengeroyokan yang terjadi 28 Februari 2014. Saat itu, Edi dan
istrinya mengadakan acara doa memperingati 40 hari kematian Suheri,
ipar Edi.
Tiba-tiba, saat itu terjadi perdebatan antara Darwin, anak angkat
Suheri dengan Aryanto, Martinus, Erwin dan Sunarsi alias Eeng.
Martinus Cs meminta supaya harta peninggalan Suheri tidak diberikan
ke Darwin. Aksi debat itu dilerai tetangga Edi, dan meminta supaya
semua pihak tidak membuat keributan diacara memperingati 40 hari
kematian Suheri tersebut.
3. Martinus yang tersinggung karena diperingati, tiba-tiba memukul
tetangga Edi yang sudah melerai tersebut. Edi kemudian
mempertanyakan sikap Martinus yang sudah memukul tetangganya itu.
Aryanto, Martinus, Erwin dan Sunarsi yang sudah emosi malah
mengeroyok Edi.
Dalam keadaan emosi, Edi di pukul dan diinjak-injak hingga
menyebabkan tangannya patah dan berlumuran darah. Edi pun
melaporkan peristiwa itu ke Polsek Kota Sidoarjo. Karena luka yang
dialami cukup serius, petugas meminta supaya Edi di bawa ke rumah
sakit untuk divisum dan di obati.
4. Usai mendapatkan perawatan dan visum, Edi kembali mendatangi
Polsek untuk melaporkan peristiwa itu. Setibanya di Polsek, Martinus
lebih dulu melaporkan Edi atas tuduhan penganiayaan. Kepada polisi,
Edi mengatakan jika yang memukul Martinus bukan dirinya tapi warga
yang lewat untuk melerai.
Selain melaporkan Edi, Martinus juga melaporkan Yustina, istri
dari Edi ke Ditreskumsus atas pencemaran nama baik dan UU IT.
Yustina dilaporkan karena menguplod foto-foto luka suaminya
dijejaring sosial.
5. Pada 23 Mei 2014 Ibu Yustine Tjie Kim Lioe mendapat
surat panggilan dari Polda atas laporan tanggal 14 Maret
2014 tentang pencemaran nama baik melalui media
elektronik atau facebook. Panggilan tersebut ditujukan untuk
memeriksa Ibu Yustine karena pada 5 Maret 2014 ia
menuliskan status di Facebook tentang kekerasan yang telah
menimpa suaminya, Bapak Edi Suprianto, yang telah
menjadi korban pengeroyokan saudara-saudaranya sendiri
sampai patah pergelangan tangan dan putus jari tangannya,
tetapi dalam proses hukum di tingkat penyidikan kepolisian,
suami korban malah didudukkan sebagai tersangka oleh para
pengeroyok.
Saat ini, proses pemanggilan saksi-saksi masih
berlangsung.
6.
7. Pasal 19.
Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan
berekspresi. Hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa
gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan
informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak
memandang batas-batas.
8. KESIMPULAN
Menurut kelompok kami, tindakan Yustine dengan
memposting kejadian yang dialami oleh suaminya tersebut
(Edi) di akun facebooknya tersebut "tidak salah". Dikarenakan
hal ini tidak bertujuan untuk mencemarkan nama baik
siapapun melainkan tindakan pembelaan atas kekerasan yang
dilakukan kepada suaminya. Justru yang harus disalahkan
adalah tindakan dari Ariyanto (saudara ipar korban) yang
terlebih dahulu melakukan kekerasan dan malah melaporkan
laporan palsu, malah hal yang dilakukan Ariyanto inilah yang
bisa dikatakan pencemaran nama baik. Ariyanto melakukan
kambing hitam dan malah memfitnah orang yang justru tidak
berbuat salah.