SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
Télécharger pour lire hors ligne
TUGAS “ JURNALISTIK LINGKUNGAN “

Topik             : Pengaruh Deterjen Terhadap Penyusutan Populasi Ikan
Judul             : Penyusutan Gendang – Gendis Contoh Kecil Kegagalan
                    Mengendalikan Limbah
Disiarkan         : Minggu, 13 Juni 2010
Durasi            : 21 menit 28 detik
Penulis           :
Narator           :
Teknik Produksi   :
Produksi          : LPP RRI PONTIANAK


01. SOUND         : ----------------------------- EAR KITCHER --------------------------

02. NARATOR       : ......... Saudara, kegembiraan anak-anak kecil yg sedang
                  mandi di parit ini, adalah fenomena nyata bahwa anak
                  sungai yang disebut parit ini, “tempat keseharian yang
                  sangat penting bagi masyarakat sekitarnya. Parit ini, juga
                  merupakan tempat keseharian ibu-ibu, bukan saja untuk
                  mandi tetapi mencuci pakaian. Aktifitas lainnya yang
                  terkonsentrasi di parit ini, adalah membersihkan perabot
                  rumah tangga seperti piring, periuk dan belanga yang
                  kotor. Masih ada lagi pencemaran lainnya, seperti
                  mengalirnya air pembuangan dari bangunan perumahan
                  dan pertokoan, termasuk perbengkelan dan tempat -
                  tempat ketinggian lainnya. Tidak jarang pula air yg
                  mengalir manakala pasang surut tiba, ditimba pula untuk
                  cadangan persedian air di rumah.
                  Namun` tanpa disadari oleh mereka, penggunaan shampo,
                  sabun, deterjen maupun pemutih untuk membersihkan
                  rambut, badan, pakaian maupun perabotan rumah tangga
                  lainnya, telah menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem
                  yang ada di parit. Menurut Peneliti Perikanan dari
                  Universitas Muhammadiyah Pontianak Insinyur Hendiyanto,
                  deterjen buatan atau Synthetic Detergent, yang terbuat
                  dari LAS (Lauril Alkil Sulfonat) dan ABS (Alkil Benzena
                  Sulfonat), direaksikan dengan basa, yakni Natrium
                  Hidroksida. Sebagai salah satu bahan pembersih, deterjen
                  bersifat hampir sama dengan sabun, bila dituangkan ke
                  dalam air dapat melepaskan kotoran dari suatu benda,
                  serta bersifat hidrofob atau menarik kotoran dan hidrofil
                  atau menarik air. Deterjen adalah garam sulfoniat, dimana
                  molekulnya sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai.
                  Kandungan zat kimia pada berbagai jenis pembersih tadi,
                  secara perlahan telah menurunkan kadar oksigen di parit.
Di perairan yang mengandung konsentrasi oksigen terlarut
rendah, gerakan membuka dan menutupnya insang
berlangsung lebih cepat, sehingga proses kematian ikan
akibat polusi deterjen menjadi lebih cepat.
Salah satunya adalah ikan Gendang - gendis, yang dalam
bahasa latin dinamakan Brachygobius Doriae. Panjang
tubuh ikan ini antara 2 hingga 2,5 cm, dan memiliki warna
dasar hitam dengan tiga lingkaran warna kuning yakni ; di
kepala, di dekat sirip punggung dan di dekat pangkal ekor.
Sekitar 10 tahun silam, Ikan mungil ini begitu mudah
ditemui di hampir setiap parit yang ada di Kabupaten Kubu
Raya, kebiasaannya hidup dan berkembang biak di antara
tanaman air seperti Alga, Hidrilla dan Teratai.
Meskipun ikan mungil ini bukan termasuk hewan langka,
dan diduga sebagian kalangan masih melimpah, namun di
Kecamatan Sungai Raya sudah diambang kepunahan. Dari
hasil pantauan di hampir semua parit pada 5 desa di
kecamatan Sungai Raya, yakni desa Sungai Raya, Teluk
Kapuas, Arang Limbung, Limbung dan Kuala Dua, ikan
mungil ini sulit ditemukan , “ seperti hijrah mengembara
ke tempat lain. Namun` menyusutnya populasi jenis ikan
ini, bukanlah akibat perburuan atau punah karena wabah
penyakit      “melainkan    akibat    ketidaktahuan   dan
kecerobohan manusia.
Peneliti ini juga menyebutkan bahan kimia lain yang dapat
menurunkan kualitas air, yakni oli bekas dari bengkel. Oli
yang bercampur minyak, begitu saja dibuang ke parit
tanpa diolah atau melalui proses filterisasi. Akibatnya
kualitas air semakin menurun dan tanaman air secara
perlahan mati, yang menyebabkan ikan gendang - gendis
dan belasan jenis lainnya menyusut tajam.
Khusus berkembang biaknya Ikan jenis gendang – gendis,
menurutnya, “habitat aslinya adalah parit, bukan di sungai
maupun danau. Ikan ini Hidup semi koloni, di air jernih
yang dangkal dan mengalir di antara tanaman air. Ikan ini
paling senang berenang di antara daun dan batang dari
tanaman air, sekaligus mencari makanan berupa plankton
yang ada di sekitar tanaman air. Dampak langsung polutan
terhadap spesies ikan, yakni serangan penyakit Emboli.
Dimana ikan mengalami gangguan pada organ pernafasan,
reproduksi,      peredaran    darah     serta   mekanisme
pencernaan. Dalam jangka waktu yang lama, dapat
menimbulkan bercak – bercak pada tubuh ikan. Sedangkan
dampak tidak langsung yakni gangguan terhadap habitat
ikan, melalui kandungan Nitrogen maupun Posfor dari
deterjen. Polutan Nitrogen dan Pospor yang berlebihan,
bakal memicu Eltropikasi atau pertumbuhan plankton
                secara tidak terkendali. Plankton menghisap seluruh
                oksigen di bawah air, sehingga bukan saja mematikan
                spesies ikan namun juga tanaman air yang menjadi habitat
                ikan. Populasi ikan yang masih hidup, sulit berkembang
                biak dan kerap mengalami stress, karena ekosistem
                penyangga telah hilang.
                Belakangan menjamurnya usaha cuci mobil, semakin
                memperparah pencemaran air di sebagian parit di
                kecamatan Sungai Raya. Sebab usaha penyucian
                membuang air yang bercampur deterjen langsung ke parit,
                tanpa menggunakan filter.
                Apalagi umumnya parit di kecamatan ini semakin lama kian
                dipersempit, sebagian diantaranya ditutup. Bahkan` pada
                beberapa lokasi telah menjadi tempat pembuangan
                sampah, sehingga memicu pendangkalan dan menghambat
                arus air parit. Air pun berubah menjadi comberan,
                berwarna hitam dan berbau busuk. Ditambah lagi sampah
                non organik seperti kaca, besi, kardus, kain dan kayu,serta
                kantong plastik telah menjadikan parit layaknya Tempat
                Pembuangan Akhir.

03. STATEMENT   : Peneliti Perikanan UMP Ir. Hediyanto Msi.//
                “ Kalau di pagi hari, air yang terlalu banyak plankton, maka kadar
                oksigennya menjadi rendah. Akibatnya ikan – ikan pada mati.
                Kemudian pada malam hari terjadi respirasi, akibat penggunaan
                oksigen oleh plankton – plankton itu. Kalau di siang hari,
                pengaruhnya bisa menyebabkan oversaturasi atau kelebihan oksigen.
                Selanjutnya plankton yang mati akan membusuk, dan ketika dalam
                suatu perairan yang tidak ada oksigennya, memicu terjadinya racun
                seperti Amonia dan H2S dsb. “

04. NARATOR     : Berdasarkan penelitian Guru Besar Ilmu Kimia
                Agroindustri Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
                Pontianak, Prof. Dr. Thamrin Usman, telah terjadi
                pergeseran sumber polutan di parit, kanal maupun sungai
                Kapuas di Kabupaten Kubu Raya sekitar 5 tahun terakhir.
                Jika sebelumnya industri pengolahan kayu berkontribusi
                besar terhadap pencemaran air sungai, melalui senyawa
                kimia seperti Phenol, Formalin, Urea maupun Melamin,
                kini setelah bangkrutnya industri perkayuan di Kalbar,
                polutan berasal dari limbah domestik dan industri non
                kayu. Memang kadarnya tergolong kecil dibandingkan zat
                kimia dari limbah pabrik, namun jumlahnya yang begitu
                tinggi mengakibatkan deterjen menjadi salah satu polutan
                berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Apalagi Kecamatan
                Sungai Raya sebagai ibukota Kabupaten, memiliki populasi
penduduk cukup padat mencapai 150. 000 jiwa. Dan
                semua rumah penduduk, baik yang tinggal dalam kompleks
                maupun perumahan umum, membuang limbah rumah
                tangga ke dalam selokan atau got, yang akhirnya menuju
                sungai. Jika setiap warga Sungai Raya mandi satu kali
                sehari saja, dengan menghasilkan air sabun dan deterjen
                sekitar satu gayung, maka dalam sehari produksi limbah
                mencapai 150. 000 gayung. Jika diasumsikan 1 gayung
                sama dengan 1 liter, maka produksinya mencapai 150. 000
                liter. Dikalikan setahun sebanyak 360 hari, jumlahnya
                sama seperti danau air sabun dan deterjen. Inilah yang
                diproduksi rumah tangga.! Jika kapasitasnya sudah seperti
                ini, tentu saja menyamai atau juga dapat mengalahkan
                polutan dari limbah industri.

05. STATEMENT   : Guru Besar Ilmu Kimia Prof. Dr. Thamrin Usman.//

                “ Dewasa ini, industri kayu telah meredup, namun aspeksitas
                tambahan yang tidak kalah berbahayanya adalah, polutan rumah
                tangga seperti deterjen, dan limbah perbengkelan seperti pelumas
                dan minyak bakar. Polutan ini menambah kelanjutan dari polusi pada
                sungai dan parit, sehingga biota – biota yang sudah terlanjur punah,
                susah untuk kita temukan lagi. Karena ikan – ikan ini tidak punya
                kesempatan untuk regenerasi atau mempertahankan kelangsungan
                hidupnya”.

06. NARATOR     : Seiring perkembangan daerah dan pertumbuhan
                penduduk,     juga    dibarengi   dengan    meningkatnya
                penggunaan kendaraan bermotor. Maka menjamurlah
                puluhan bengkel di sepanjang Jl. Adi Sucipto maupun Jl.
                Arteri Supadio. Terdapat sebanyak 30 bengkel yang
                beroperasi di sepanjang jalan Adi Sucipto, di kiri dan
                kanan parit. Serta 12 bengkel di jalan Arteri Supadio,
                semuanya membuang langsung limbah oli bekas ke
                selokan, yang kemudian mengalir ke parit menuju sungai.
                Ditinjau dari komposisi kimia, oli adalah campuran
                hidrokarbon dengan berbagai bahan kimia aditif.
                Sedangkan oli bekas bengkel yang dibuang ke parit,
                melebihi itu,”karena mengandung sisa hasil pembakaran
                yang bersifat asam dan korosif, deposit serta logam berat
                yang bersifat karsinogenik.
                Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan Kementrian
                Lingkungan Hidup - KLH, maka oli bekas termasuk limbah
                B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengacu pada
                Peraturan Pemerintah - PP Nomor 18 Tahun 1999, limbah
                B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
                bahan berbahaya dan beracun, yang dapat mencemarkan
atau merusak lingkungan hidup, sehingga membahayakan
                kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
                hidup lainnya terutama yg hidup dialiran sungai dan parit.
                Begitulah bunyi aturan tersebut, namun beginilah
                kondisinya.
                Sifat oli yang tidak dapat larut di air, menyebabkan oli
                bekas yang dibuang ke parit, mengambang di atas
                permukaan air, sehingga menghambat sinar matahari dan
                sirkualasi udara. Kontak langung dengan ikan, dapat
                menyebabkan oli melekat pada insang, sehingga
                mengganggu pernafasan. Hal inilah yg merupakan
                penyebab utama kematian berbagai jenis tanaman air, dan
                habitat ikan gendang - gendis. Di beberapa titik di
                kecamatan Sungai Raya, parit bukan lagi tempat ikan
                hidup dan berkembang biak , namun genangan air berganti
                genangan oli bekas.


07. NARATOR     : Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya pemahaman
                masyarakat tentang perlunya kelestarian lingkungan, dan
                pentingnya keseimbangan ekologi. Fenomena pencemaran
                air dianggap lumrah , dan bukan sebagai ancaman.
                Meskipun telah disaksikan di depan mata, bahwa sebagian
                makhluk hidup diambang kepunahan akibat produk limbah
                rumah tangga. Tanda – tanda alam sebenarnya mulai
                tampak, dengan menurunnya pengetahuan generasi baru
                di daerah ini, tentang keanekaragaman satwa air.
                Buih – buih yang dahulu terlihat, akibat aliran air
                membentur dinding parit, menandakan kualitas air masih
                terjamin. Kini telah tergantikan busa sabun dan deterjen,
                membawa racun dan mengalirkannya ke sepanjang sungai.
                Berbagai jenis ikan yang berenang ketika air masih jernih,
                kini menghilang dan tinggal menyisakan cerita masa lalu.
                Terbukti, saat ini banyak anak – anak belasan tahun yang
                tidak mengenal ikan gendang – gendis, bahkan merasa
                asing ketika mendengar nama sang ikan disebut. Seperti
                pengakuan polos Ratna Silvia, siswa kelas V SD di Desa
                Teluk Kapuas. Dirinya hanya pernah mendengar, namun
                belum pernah melihat bentuk ikan gendang – gendis, jenis
                ikan yang begitu akrab dengan orang tuanya dahulu.
                Syukurlah, dirinya masih ingat beberapa nama jenis ikan
                lainnya dan beberapa kali sempat melihatnya, di salah satu
                selokan di belakang sekolah.


08. STATEMENT   : Siswa kelas V SD Ratna Silvia .//
“ pernah lihat ikan gabus, terus ikan – ikan kecil, ikan selomang,
                ikan lele serta belut. Tapi ikan sepat, gendang - gendis, ikan betok
                dan ikan tangket tidak tahu”.




 09. NARATOR    : Beberapa spesies ikan air tawar di Kalbar yang mulai
                langka, menarik sebagian orang untuk membudiyakannya.
                Tapi tidak demikian halnya dengan ikan gendang – gendis.
                Di kota Pontianak, beberapa toko penjual ikan hias air
                tawar, tidak mengoleksi ikan ini di etalase toko mereka.
                Berbeda dibanding ikan selomang, ikan kaloi, ikan belidak
                atau ikan Amerika, apalagi ikan arwana. Kelangkaan telah
                menempatkan ikan ini di rangking teratas ikan hias, dan
                memiliki nilai ekonomis tinggi. Walaupun sama – sama
                telah kehilangan habitat dan populasinya kian menyusut,
                tetapi ikan gendang – gendis belum menjadi bahan lirikan
                dan peluang investasi namun ikan gendang gendis adalah
                potret nyata kepunahan karena pencemran. Salah seorang
                pedagang ikan di Jalan Pattimura Pontianak Denny,
                mengatakan,”belum tertarik menjual ikan ini, karena
                masih sepi peminat. Meskipun warna ikan cukup menarik,
                namun belum layak menghiasi akuarium para penggemar
                ikan. Selama ini ikan mas koki masih menjadi target utama
                para pembeli yg sebagian besar didatangkan dari Surabaya
                dan Tulung agung.

10. STATEMENT   : penjual ikan hias Denny.//

                “ kita di sini enggak ada yang menjual ikan itu, semua yang ada
                berasal dan disuplai dari pulau Jawa. Tetapi jika dijual, masih tetap
                ada kemungkinan untuk dibeli .................. “

11. NARATOR     : Meskipun di ambang kepunahan, namun hingga hari ini
                belum tampak adanya reaksi dan aksi yg berusaha
                menyelematkan lingkungan setempat,agar contoh kecil
                menyusutnya ikan gendang - gendis adalah fenomena
                nyata. Mungkin karena ikan ini kurang bernilai ekonomis,
                atau karena di Kalbar masih terdapat ratusan spesies ikan
                lain sehingga kehilangan satu jenis tidak menjadi
                permasalahan . Atau barangkali masyarakat terlalu sibuk
                dengan persoalan perut dan Pemerintah terlalu sibuk
                mengatasi wabah penyakit, sehingga ikan kecil nan mungil
                ini luput dari pengamatan . Hal ini disesalkan Ketua Divisi
                Advokasi dan Pendidikan Lingkungan Wahana Lingkungan
                Hidup – Walhi Kalbar Nicodemus Ale. Dirinya menilai
                Pemerintah Daerah begitu lamban merespon perubahan
lingkungan, akibat kegiatan pembangunan dan akibat lain-
                lainnya . Meskipun belum memiliki data akurat, namun
                dirinya meyakini puluhan jenis ikan lain juga terancam
                punah , layaknya gendang – gendis. Menurutnya limbah
                atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas
                kehidupan manusia, baik dari setiap rumah tangga,
                kegiatan pertanian, perkebunan, industri maupun
                pertambangan tidak dapat dihindari. Namun` pemerintah
                dapat mencegah atau paling tidak mengurangi dampak dari
                limbah tersebut, agar tidak merusak dan memperparah
                kerusakan lingkungan yang pada akhirnya mengancam
                kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya .

12. STATEMENT   : Kepala Divisi Advokasi & Pendidikan Walhi Kalbar
                Nicodemus Ale.//

                “ sudah sepantasnya kalau kita membangun yang namanya Sentra
                Penanganan Limbah secara menyeluruh di Kalbar, dan kalau bisa
                diwujudkan secepat mungkin. Karena perangkat hukum yang ada,
                serta aturan yang mengatur mekanisme pengelolaan limbah, selau
                gagal dipraktekkan di lapangan. Bahkan` lembaga usaha yang
                terbukti melanggar, juga tidak pernah dikenakan sanksi. Sedangkan
                untuk rumah tangga, harus dilakukan sosialisasi melalui kegiatan –
                kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang dibentuk”.

13. NARATOR     : Bukan hanya ikan gendang – gendis yang terancam akibat
                polutan, namun juga berbagai jenis ikan endemik lainnya,
                termasuk yang memiliki habitat di sungai Kapuas dan
                beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kalbar. Sebab`
                seluruh parit, selokan, kanal yang ada di Kabupaten Kubu
                Raya, kota Pontianak maupun kabupaten kota di Kalbar
                bermuara di Sungai Kapuas. Jika di bagian hilir, sungai
                tercemari limbah domestik dan limbah industri, maka di
                bagian hulu sungai, “ pencemaran terjadi karena mercury
                akibat aktivitas penambangan ilegal. Jika demikian halnya,
                maka kerusakan sungai Kapuas bukan hanya mengancam
                kepunahan ikan gendang – gendis, namun juga seluruh ikan
                endemik lokal. Belum lagi, ratusan ribu masyarakat yang
                bermukim         di sepanjang sungai Kapuas, juga
                memanfaatkan sungai ini untuk aktifitas Mandi Cuci dan
                Kakus - MCK.
                Bagaimanapun tidak ada jalan lain yg harus ditempuh
                kecuali melakukan penyelamatan lingkungan. Pihak yang
                di   komplain      paling  bertanggung     jawab    adalah
                Pemerintah,”      sehingga sudah saatnya melaksanakan
                langkah kongkrit. Yang memungkinkan, meniru beberapa
                daerah lain di pulau Jawa, yang mulai berhasil
mengendalikan produk limbah. Contohnya Pemerintah
                Kota Surabaya yang membangun Sentra Penanganan
                Limbah di Kawasan industri Rungkut. Hal serupa sudah
                seharusnya ditempuh Pemerintah Kabupaten Kubu Raya,
                dengan membangun Sentra Penanganan Limbah di
                Kawasan industri Sungai Raya, mengingat beban limbah
                yang dihasilkan per detik berada pada tahap kritis. Begitu
                pula kota Pontianak dan Singkawang, yang merupakan
                penghasil limbah cair domestik terbesar di Kalbar. Secara
                lisan, dukungan telah disampaikan anggota Komisi B DPRD
                Kalbar Awang Sofyan Rozali, terhadap perlunya
                penanganan limbah secara komprehensif.

14. STATEMENT   : anggota DPRD Kalbar Awang Sofyan Rozali.//
                “ Kalau instalasi intern perusahaan, maka itu wajib perusahaan yang
                bersangkutan. Tetapi produk limbah cair maupun padat yang belum
                bisa diproses sendiri, tentu harus diupayakan bersama pelaku usaha,
                adanya sebuah perusahaan yang bisa mengolah limbah itu untuk
                dimusnahkan. Tentunya dalam beberapa hal, wajar jika Pemerintah
                memfasilitasi. Kita juga harus mendorong agar di Kalbar ini, lahir
                perusahaan yang bisa mengelola limbah, sesuai dengan persyaratan
                yang ditetapkan pemerintah“.

 16. NARATOR    : Saudara, menyusutnya populasi Ikan gendang – gendis
                hanya contoh kecil, betapa berbahayanya dampak
                pencemaran lingkungan . Contoh ini juga mengindikasikan
                ketidakseriusan ,kemampuan dan sekaligus kegagalan
                pemerintah serta masyarakat dalam menyelamatkan
                lingkungan    sehingga    mengancam     ekologi.  Sebab`
                punahnya satu jenis satwa, secara otomatis memutus mata
                rantai ekologi dan berpengaruh terhadap mata rantai
                ekologi       lainnya.      Konsekuensinya`       terjadi
                ketidakseimbangan yang tanpa disadari berpengaruh buruk
                terhadap kehidupan manusia. Sebenarnya nilai ikan atau
                biota lainnya, bukanlah satu-satunya barometer       dari
                harga jual di pasar, sebab setiap jenis satwa memiliki
                peran penting terhadap ekositem.
                Artinya, solusi untuk mengatasi ancaman limbah dan
                kepunahan satwa, telah ada di depan mata, baik ditinjau
                dari metode, lokasi maupun perangkat. Memang di satu
                sisi, merealisasikan kedua hal tersebut membutuhkan
                dukungan dari semua pihak, termasuk ketersediaan
                pendanaan. Namun` jika masing – masing pemerintah
                daerah, terutama para pemangku jabatan, menyadari
                perlunya menjaga kelestarian lingkungan, dan pentingnya
                mata rantai ekologi bagi kelangsungan hidup, bukanlah hal
                yang mustahil dapat diwujudkan. Tidaklah harus ideal
seperti yang dilakukan oleh kota – kota besar di negara
maju, namun` upaya bertahap yang dibarengi dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat,          akan dapat
mengendalikan     produk    limbah   sekaligus    menjaga
lingkungan tetap berkualitas serta menjamin kelangsungan
hidup mahluk hidup dan biota lainnya di alam ini.


===============================================

Contenu connexe

Tendances

Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggisKearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggismarlinasitipriyati
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggisKearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggismarlinasitipriyati
 
Beberapa jenis pencemaran air
Beberapa jenis pencemaran airBeberapa jenis pencemaran air
Beberapa jenis pencemaran airArdio San
 
Kearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok Manggis
Kearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok ManggisKearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok Manggis
Kearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok ManggisDwi_prastyo
 
Air dan larutan
Air dan larutanAir dan larutan
Air dan larutanSMK Jeram
 
Laporan observasi (kenshi)
Laporan observasi (kenshi)Laporan observasi (kenshi)
Laporan observasi (kenshi)Amanda Nurfitri
 
Tugas softskill
Tugas softskillTugas softskill
Tugas softskillmenymeni
 
Slide softskill - anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill -  anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.Slide softskill -  anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill - anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.Rizky Ananda
 
Slide softskill anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill   anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.Slide softskill   anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.Rizky Ananda
 
Analisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jateng
Analisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jatengAnalisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jateng
Analisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jatengWarda Anwar
 

Tendances (17)

Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggisKearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggisKearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
 
Fadli ppt
Fadli pptFadli ppt
Fadli ppt
 
Beberapa jenis pencemaran air
Beberapa jenis pencemaran airBeberapa jenis pencemaran air
Beberapa jenis pencemaran air
 
Kearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok Manggis
Kearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok ManggisKearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok Manggis
Kearifan Lokal tentang pencemaran Sungai Kampung Pondok Manggis
 
Sains B6D4E1
Sains B6D4E1Sains B6D4E1
Sains B6D4E1
 
Air dan larutan
Air dan larutanAir dan larutan
Air dan larutan
 
Laporan observasi (kenshi)
Laporan observasi (kenshi)Laporan observasi (kenshi)
Laporan observasi (kenshi)
 
Tugas softskill
Tugas softskillTugas softskill
Tugas softskill
 
pencemaran air sains pbs band 6
pencemaran air sains pbs band 6pencemaran air sains pbs band 6
pencemaran air sains pbs band 6
 
Slide softskill - anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill -  anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.Slide softskill -  anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill - anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
 
Slide softskill anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill   anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.Slide softskill   anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
Slide softskill anandya deasyandra - dika mandala p. - rizky ananda p.
 
Ipa7 kd9-b
Ipa7 kd9-bIpa7 kd9-b
Ipa7 kd9-b
 
Pencemaran Air
Pencemaran AirPencemaran Air
Pencemaran Air
 
Analisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jateng
Analisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jatengAnalisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jateng
Analisis dan strategi pemecahan masalah di sulsel dan jateng
 
sains
sainssains
sains
 
Assiment moral 2014
Assiment moral 2014Assiment moral 2014
Assiment moral 2014
 

Similaire à Penyusutan Gendang – Gendis Contoh Kecil Kegagalan Mengendalikan Limbah

1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)Fikha Aulia
 
1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)Fikha Aulia
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis marlinasitipriyati
 
Pencemaran_lingkungan
Pencemaran_lingkunganPencemaran_lingkungan
Pencemaran_lingkunganIwank Gothica
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganIwank Gothica
 
Presentasi Pencemaran Air
Presentasi Pencemaran Air Presentasi Pencemaran Air
Presentasi Pencemaran Air Apapunituzar
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganYaidah Usna
 
Macam2 kerusakan air by mister bowo
Macam2 kerusakan air by mister bowoMacam2 kerusakan air by mister bowo
Macam2 kerusakan air by mister bowoIndar Prabowo
 
Plh rangkuman air, tanah, udara dan global warmg
Plh rangkuman air, tanah, udara dan global warmgPlh rangkuman air, tanah, udara dan global warmg
Plh rangkuman air, tanah, udara dan global warmgEka Ipud
 
Makalah upaya mengatasi pencemaran air sungai
Makalah upaya mengatasi pencemaran air sungaiMakalah upaya mengatasi pencemaran air sungai
Makalah upaya mengatasi pencemaran air sungaiabdulhanan131
 
Geografi Pencemaran Air
Geografi Pencemaran AirGeografi Pencemaran Air
Geografi Pencemaran AirNur Rachmawati
 
Contoh Karangan Pencemaran Sungai.docx
Contoh Karangan Pencemaran Sungai.docxContoh Karangan Pencemaran Sungai.docx
Contoh Karangan Pencemaran Sungai.docxNIZARHANIMBINTITODAK
 

Similaire à Penyusutan Gendang – Gendis Contoh Kecil Kegagalan Mengendalikan Limbah (20)

Fadli ppt
Fadli pptFadli ppt
Fadli ppt
 
1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)
 
1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)1113015000047 (fika aulia)
1113015000047 (fika aulia)
 
Sains sem 2
Sains sem 2Sains sem 2
Sains sem 2
 
Pencemaran sungai
Pencemaran sungaiPencemaran sungai
Pencemaran sungai
 
Kearifan Lokal
Kearifan LokalKearifan Lokal
Kearifan Lokal
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
 
Kearifan Lokal
Kearifan LokalKearifan Lokal
Kearifan Lokal
 
Pencemaran_lingkungan
Pencemaran_lingkunganPencemaran_lingkungan
Pencemaran_lingkungan
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
Presentasi Pencemaran Air
Presentasi Pencemaran Air Presentasi Pencemaran Air
Presentasi Pencemaran Air
 
Polusi Air.pptx
Polusi Air.pptxPolusi Air.pptx
Polusi Air.pptx
 
MAKALAH WADUK BENANGA
MAKALAH WADUK BENANGAMAKALAH WADUK BENANGA
MAKALAH WADUK BENANGA
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
Macam2 kerusakan air by mister bowo
Macam2 kerusakan air by mister bowoMacam2 kerusakan air by mister bowo
Macam2 kerusakan air by mister bowo
 
Plh rangkuman air, tanah, udara dan global warmg
Plh rangkuman air, tanah, udara dan global warmgPlh rangkuman air, tanah, udara dan global warmg
Plh rangkuman air, tanah, udara dan global warmg
 
Sumber
SumberSumber
Sumber
 
Makalah upaya mengatasi pencemaran air sungai
Makalah upaya mengatasi pencemaran air sungaiMakalah upaya mengatasi pencemaran air sungai
Makalah upaya mengatasi pencemaran air sungai
 
Geografi Pencemaran Air
Geografi Pencemaran AirGeografi Pencemaran Air
Geografi Pencemaran Air
 
Contoh Karangan Pencemaran Sungai.docx
Contoh Karangan Pencemaran Sungai.docxContoh Karangan Pencemaran Sungai.docx
Contoh Karangan Pencemaran Sungai.docx
 

Plus de boysinu

Polda Kalbar (press release 2011)
Polda Kalbar (press release 2011)Polda Kalbar (press release 2011)
Polda Kalbar (press release 2011)boysinu
 
Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011
Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011
Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011boysinu
 
Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011
Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011
Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011boysinu
 
Analisis Hasil Kajian Banua Landjak
Analisis Hasil Kajian Banua LandjakAnalisis Hasil Kajian Banua Landjak
Analisis Hasil Kajian Banua Landjakboysinu
 
Visi RRI
Visi RRIVisi RRI
Visi RRIboysinu
 
Straight News vs Depth News oleman yusuf
Straight News  vs  Depth News   oleman yusufStraight News  vs  Depth News   oleman yusuf
Straight News vs Depth News oleman yusufboysinu
 
Penajaman jurnalistik
Penajaman jurnalistikPenajaman jurnalistik
Penajaman jurnalistikboysinu
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologiboysinu
 
Membuat Feature
Membuat Feature Membuat Feature
Membuat Feature boysinu
 
Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik JurnalistikKode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistikboysinu
 
Indepth News Reporting
Indepth News Reporting   Indepth News Reporting
Indepth News Reporting boysinu
 
Pola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora Pontianak
Pola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora PontianakPola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora Pontianak
Pola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora Pontianakboysinu
 
Pembahasan RTRWP Kalbar
Pembahasan RTRWP Kalbar Pembahasan RTRWP Kalbar
Pembahasan RTRWP Kalbar boysinu
 

Plus de boysinu (15)

LHP BPK
LHP BPKLHP BPK
LHP BPK
 
Polda Kalbar (press release 2011)
Polda Kalbar (press release 2011)Polda Kalbar (press release 2011)
Polda Kalbar (press release 2011)
 
Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011
Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011
Paparan Kadis PU Kawasan Peruntukkan Industri 30 Nov 2011
 
Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011
Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011
Paparan Kadis PU Bappenas 28 Nov 2011
 
Analisis Hasil Kajian Banua Landjak
Analisis Hasil Kajian Banua LandjakAnalisis Hasil Kajian Banua Landjak
Analisis Hasil Kajian Banua Landjak
 
Visi RRI
Visi RRIVisi RRI
Visi RRI
 
Straight News vs Depth News oleman yusuf
Straight News  vs  Depth News   oleman yusufStraight News  vs  Depth News   oleman yusuf
Straight News vs Depth News oleman yusuf
 
Penajaman jurnalistik
Penajaman jurnalistikPenajaman jurnalistik
Penajaman jurnalistik
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Membuat Feature
Membuat Feature Membuat Feature
Membuat Feature
 
Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik JurnalistikKode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik
 
Indepth News Reporting
Indepth News Reporting   Indepth News Reporting
Indepth News Reporting
 
Pro 1
Pro 1 Pro 1
Pro 1
 
Pola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora Pontianak
Pola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora PontianakPola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora Pontianak
Pola Operasi Peti Kemas di Pelabuhan Dwikora Pontianak
 
Pembahasan RTRWP Kalbar
Pembahasan RTRWP Kalbar Pembahasan RTRWP Kalbar
Pembahasan RTRWP Kalbar
 

Penyusutan Gendang – Gendis Contoh Kecil Kegagalan Mengendalikan Limbah

  • 1. TUGAS “ JURNALISTIK LINGKUNGAN “ Topik : Pengaruh Deterjen Terhadap Penyusutan Populasi Ikan Judul : Penyusutan Gendang – Gendis Contoh Kecil Kegagalan Mengendalikan Limbah Disiarkan : Minggu, 13 Juni 2010 Durasi : 21 menit 28 detik Penulis : Narator : Teknik Produksi : Produksi : LPP RRI PONTIANAK 01. SOUND : ----------------------------- EAR KITCHER -------------------------- 02. NARATOR : ......... Saudara, kegembiraan anak-anak kecil yg sedang mandi di parit ini, adalah fenomena nyata bahwa anak sungai yang disebut parit ini, “tempat keseharian yang sangat penting bagi masyarakat sekitarnya. Parit ini, juga merupakan tempat keseharian ibu-ibu, bukan saja untuk mandi tetapi mencuci pakaian. Aktifitas lainnya yang terkonsentrasi di parit ini, adalah membersihkan perabot rumah tangga seperti piring, periuk dan belanga yang kotor. Masih ada lagi pencemaran lainnya, seperti mengalirnya air pembuangan dari bangunan perumahan dan pertokoan, termasuk perbengkelan dan tempat - tempat ketinggian lainnya. Tidak jarang pula air yg mengalir manakala pasang surut tiba, ditimba pula untuk cadangan persedian air di rumah. Namun` tanpa disadari oleh mereka, penggunaan shampo, sabun, deterjen maupun pemutih untuk membersihkan rambut, badan, pakaian maupun perabotan rumah tangga lainnya, telah menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem yang ada di parit. Menurut Peneliti Perikanan dari Universitas Muhammadiyah Pontianak Insinyur Hendiyanto, deterjen buatan atau Synthetic Detergent, yang terbuat dari LAS (Lauril Alkil Sulfonat) dan ABS (Alkil Benzena Sulfonat), direaksikan dengan basa, yakni Natrium Hidroksida. Sebagai salah satu bahan pembersih, deterjen bersifat hampir sama dengan sabun, bila dituangkan ke dalam air dapat melepaskan kotoran dari suatu benda, serta bersifat hidrofob atau menarik kotoran dan hidrofil atau menarik air. Deterjen adalah garam sulfoniat, dimana molekulnya sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai. Kandungan zat kimia pada berbagai jenis pembersih tadi, secara perlahan telah menurunkan kadar oksigen di parit.
  • 2. Di perairan yang mengandung konsentrasi oksigen terlarut rendah, gerakan membuka dan menutupnya insang berlangsung lebih cepat, sehingga proses kematian ikan akibat polusi deterjen menjadi lebih cepat. Salah satunya adalah ikan Gendang - gendis, yang dalam bahasa latin dinamakan Brachygobius Doriae. Panjang tubuh ikan ini antara 2 hingga 2,5 cm, dan memiliki warna dasar hitam dengan tiga lingkaran warna kuning yakni ; di kepala, di dekat sirip punggung dan di dekat pangkal ekor. Sekitar 10 tahun silam, Ikan mungil ini begitu mudah ditemui di hampir setiap parit yang ada di Kabupaten Kubu Raya, kebiasaannya hidup dan berkembang biak di antara tanaman air seperti Alga, Hidrilla dan Teratai. Meskipun ikan mungil ini bukan termasuk hewan langka, dan diduga sebagian kalangan masih melimpah, namun di Kecamatan Sungai Raya sudah diambang kepunahan. Dari hasil pantauan di hampir semua parit pada 5 desa di kecamatan Sungai Raya, yakni desa Sungai Raya, Teluk Kapuas, Arang Limbung, Limbung dan Kuala Dua, ikan mungil ini sulit ditemukan , “ seperti hijrah mengembara ke tempat lain. Namun` menyusutnya populasi jenis ikan ini, bukanlah akibat perburuan atau punah karena wabah penyakit “melainkan akibat ketidaktahuan dan kecerobohan manusia. Peneliti ini juga menyebutkan bahan kimia lain yang dapat menurunkan kualitas air, yakni oli bekas dari bengkel. Oli yang bercampur minyak, begitu saja dibuang ke parit tanpa diolah atau melalui proses filterisasi. Akibatnya kualitas air semakin menurun dan tanaman air secara perlahan mati, yang menyebabkan ikan gendang - gendis dan belasan jenis lainnya menyusut tajam. Khusus berkembang biaknya Ikan jenis gendang – gendis, menurutnya, “habitat aslinya adalah parit, bukan di sungai maupun danau. Ikan ini Hidup semi koloni, di air jernih yang dangkal dan mengalir di antara tanaman air. Ikan ini paling senang berenang di antara daun dan batang dari tanaman air, sekaligus mencari makanan berupa plankton yang ada di sekitar tanaman air. Dampak langsung polutan terhadap spesies ikan, yakni serangan penyakit Emboli. Dimana ikan mengalami gangguan pada organ pernafasan, reproduksi, peredaran darah serta mekanisme pencernaan. Dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan bercak – bercak pada tubuh ikan. Sedangkan dampak tidak langsung yakni gangguan terhadap habitat ikan, melalui kandungan Nitrogen maupun Posfor dari deterjen. Polutan Nitrogen dan Pospor yang berlebihan,
  • 3. bakal memicu Eltropikasi atau pertumbuhan plankton secara tidak terkendali. Plankton menghisap seluruh oksigen di bawah air, sehingga bukan saja mematikan spesies ikan namun juga tanaman air yang menjadi habitat ikan. Populasi ikan yang masih hidup, sulit berkembang biak dan kerap mengalami stress, karena ekosistem penyangga telah hilang. Belakangan menjamurnya usaha cuci mobil, semakin memperparah pencemaran air di sebagian parit di kecamatan Sungai Raya. Sebab usaha penyucian membuang air yang bercampur deterjen langsung ke parit, tanpa menggunakan filter. Apalagi umumnya parit di kecamatan ini semakin lama kian dipersempit, sebagian diantaranya ditutup. Bahkan` pada beberapa lokasi telah menjadi tempat pembuangan sampah, sehingga memicu pendangkalan dan menghambat arus air parit. Air pun berubah menjadi comberan, berwarna hitam dan berbau busuk. Ditambah lagi sampah non organik seperti kaca, besi, kardus, kain dan kayu,serta kantong plastik telah menjadikan parit layaknya Tempat Pembuangan Akhir. 03. STATEMENT : Peneliti Perikanan UMP Ir. Hediyanto Msi.// “ Kalau di pagi hari, air yang terlalu banyak plankton, maka kadar oksigennya menjadi rendah. Akibatnya ikan – ikan pada mati. Kemudian pada malam hari terjadi respirasi, akibat penggunaan oksigen oleh plankton – plankton itu. Kalau di siang hari, pengaruhnya bisa menyebabkan oversaturasi atau kelebihan oksigen. Selanjutnya plankton yang mati akan membusuk, dan ketika dalam suatu perairan yang tidak ada oksigennya, memicu terjadinya racun seperti Amonia dan H2S dsb. “ 04. NARATOR : Berdasarkan penelitian Guru Besar Ilmu Kimia Agroindustri Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof. Dr. Thamrin Usman, telah terjadi pergeseran sumber polutan di parit, kanal maupun sungai Kapuas di Kabupaten Kubu Raya sekitar 5 tahun terakhir. Jika sebelumnya industri pengolahan kayu berkontribusi besar terhadap pencemaran air sungai, melalui senyawa kimia seperti Phenol, Formalin, Urea maupun Melamin, kini setelah bangkrutnya industri perkayuan di Kalbar, polutan berasal dari limbah domestik dan industri non kayu. Memang kadarnya tergolong kecil dibandingkan zat kimia dari limbah pabrik, namun jumlahnya yang begitu tinggi mengakibatkan deterjen menjadi salah satu polutan berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Apalagi Kecamatan Sungai Raya sebagai ibukota Kabupaten, memiliki populasi
  • 4. penduduk cukup padat mencapai 150. 000 jiwa. Dan semua rumah penduduk, baik yang tinggal dalam kompleks maupun perumahan umum, membuang limbah rumah tangga ke dalam selokan atau got, yang akhirnya menuju sungai. Jika setiap warga Sungai Raya mandi satu kali sehari saja, dengan menghasilkan air sabun dan deterjen sekitar satu gayung, maka dalam sehari produksi limbah mencapai 150. 000 gayung. Jika diasumsikan 1 gayung sama dengan 1 liter, maka produksinya mencapai 150. 000 liter. Dikalikan setahun sebanyak 360 hari, jumlahnya sama seperti danau air sabun dan deterjen. Inilah yang diproduksi rumah tangga.! Jika kapasitasnya sudah seperti ini, tentu saja menyamai atau juga dapat mengalahkan polutan dari limbah industri. 05. STATEMENT : Guru Besar Ilmu Kimia Prof. Dr. Thamrin Usman.// “ Dewasa ini, industri kayu telah meredup, namun aspeksitas tambahan yang tidak kalah berbahayanya adalah, polutan rumah tangga seperti deterjen, dan limbah perbengkelan seperti pelumas dan minyak bakar. Polutan ini menambah kelanjutan dari polusi pada sungai dan parit, sehingga biota – biota yang sudah terlanjur punah, susah untuk kita temukan lagi. Karena ikan – ikan ini tidak punya kesempatan untuk regenerasi atau mempertahankan kelangsungan hidupnya”. 06. NARATOR : Seiring perkembangan daerah dan pertumbuhan penduduk, juga dibarengi dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor. Maka menjamurlah puluhan bengkel di sepanjang Jl. Adi Sucipto maupun Jl. Arteri Supadio. Terdapat sebanyak 30 bengkel yang beroperasi di sepanjang jalan Adi Sucipto, di kiri dan kanan parit. Serta 12 bengkel di jalan Arteri Supadio, semuanya membuang langsung limbah oli bekas ke selokan, yang kemudian mengalir ke parit menuju sungai. Ditinjau dari komposisi kimia, oli adalah campuran hidrokarbon dengan berbagai bahan kimia aditif. Sedangkan oli bekas bengkel yang dibuang ke parit, melebihi itu,”karena mengandung sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit serta logam berat yang bersifat karsinogenik. Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan Kementrian Lingkungan Hidup - KLH, maka oli bekas termasuk limbah B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengacu pada Peraturan Pemerintah - PP Nomor 18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, yang dapat mencemarkan
  • 5. atau merusak lingkungan hidup, sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya terutama yg hidup dialiran sungai dan parit. Begitulah bunyi aturan tersebut, namun beginilah kondisinya. Sifat oli yang tidak dapat larut di air, menyebabkan oli bekas yang dibuang ke parit, mengambang di atas permukaan air, sehingga menghambat sinar matahari dan sirkualasi udara. Kontak langung dengan ikan, dapat menyebabkan oli melekat pada insang, sehingga mengganggu pernafasan. Hal inilah yg merupakan penyebab utama kematian berbagai jenis tanaman air, dan habitat ikan gendang - gendis. Di beberapa titik di kecamatan Sungai Raya, parit bukan lagi tempat ikan hidup dan berkembang biak , namun genangan air berganti genangan oli bekas. 07. NARATOR : Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya pemahaman masyarakat tentang perlunya kelestarian lingkungan, dan pentingnya keseimbangan ekologi. Fenomena pencemaran air dianggap lumrah , dan bukan sebagai ancaman. Meskipun telah disaksikan di depan mata, bahwa sebagian makhluk hidup diambang kepunahan akibat produk limbah rumah tangga. Tanda – tanda alam sebenarnya mulai tampak, dengan menurunnya pengetahuan generasi baru di daerah ini, tentang keanekaragaman satwa air. Buih – buih yang dahulu terlihat, akibat aliran air membentur dinding parit, menandakan kualitas air masih terjamin. Kini telah tergantikan busa sabun dan deterjen, membawa racun dan mengalirkannya ke sepanjang sungai. Berbagai jenis ikan yang berenang ketika air masih jernih, kini menghilang dan tinggal menyisakan cerita masa lalu. Terbukti, saat ini banyak anak – anak belasan tahun yang tidak mengenal ikan gendang – gendis, bahkan merasa asing ketika mendengar nama sang ikan disebut. Seperti pengakuan polos Ratna Silvia, siswa kelas V SD di Desa Teluk Kapuas. Dirinya hanya pernah mendengar, namun belum pernah melihat bentuk ikan gendang – gendis, jenis ikan yang begitu akrab dengan orang tuanya dahulu. Syukurlah, dirinya masih ingat beberapa nama jenis ikan lainnya dan beberapa kali sempat melihatnya, di salah satu selokan di belakang sekolah. 08. STATEMENT : Siswa kelas V SD Ratna Silvia .//
  • 6. “ pernah lihat ikan gabus, terus ikan – ikan kecil, ikan selomang, ikan lele serta belut. Tapi ikan sepat, gendang - gendis, ikan betok dan ikan tangket tidak tahu”. 09. NARATOR : Beberapa spesies ikan air tawar di Kalbar yang mulai langka, menarik sebagian orang untuk membudiyakannya. Tapi tidak demikian halnya dengan ikan gendang – gendis. Di kota Pontianak, beberapa toko penjual ikan hias air tawar, tidak mengoleksi ikan ini di etalase toko mereka. Berbeda dibanding ikan selomang, ikan kaloi, ikan belidak atau ikan Amerika, apalagi ikan arwana. Kelangkaan telah menempatkan ikan ini di rangking teratas ikan hias, dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Walaupun sama – sama telah kehilangan habitat dan populasinya kian menyusut, tetapi ikan gendang – gendis belum menjadi bahan lirikan dan peluang investasi namun ikan gendang gendis adalah potret nyata kepunahan karena pencemran. Salah seorang pedagang ikan di Jalan Pattimura Pontianak Denny, mengatakan,”belum tertarik menjual ikan ini, karena masih sepi peminat. Meskipun warna ikan cukup menarik, namun belum layak menghiasi akuarium para penggemar ikan. Selama ini ikan mas koki masih menjadi target utama para pembeli yg sebagian besar didatangkan dari Surabaya dan Tulung agung. 10. STATEMENT : penjual ikan hias Denny.// “ kita di sini enggak ada yang menjual ikan itu, semua yang ada berasal dan disuplai dari pulau Jawa. Tetapi jika dijual, masih tetap ada kemungkinan untuk dibeli .................. “ 11. NARATOR : Meskipun di ambang kepunahan, namun hingga hari ini belum tampak adanya reaksi dan aksi yg berusaha menyelematkan lingkungan setempat,agar contoh kecil menyusutnya ikan gendang - gendis adalah fenomena nyata. Mungkin karena ikan ini kurang bernilai ekonomis, atau karena di Kalbar masih terdapat ratusan spesies ikan lain sehingga kehilangan satu jenis tidak menjadi permasalahan . Atau barangkali masyarakat terlalu sibuk dengan persoalan perut dan Pemerintah terlalu sibuk mengatasi wabah penyakit, sehingga ikan kecil nan mungil ini luput dari pengamatan . Hal ini disesalkan Ketua Divisi Advokasi dan Pendidikan Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup – Walhi Kalbar Nicodemus Ale. Dirinya menilai Pemerintah Daerah begitu lamban merespon perubahan
  • 7. lingkungan, akibat kegiatan pembangunan dan akibat lain- lainnya . Meskipun belum memiliki data akurat, namun dirinya meyakini puluhan jenis ikan lain juga terancam punah , layaknya gendang – gendis. Menurutnya limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan manusia, baik dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, perkebunan, industri maupun pertambangan tidak dapat dihindari. Namun` pemerintah dapat mencegah atau paling tidak mengurangi dampak dari limbah tersebut, agar tidak merusak dan memperparah kerusakan lingkungan yang pada akhirnya mengancam kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya . 12. STATEMENT : Kepala Divisi Advokasi & Pendidikan Walhi Kalbar Nicodemus Ale.// “ sudah sepantasnya kalau kita membangun yang namanya Sentra Penanganan Limbah secara menyeluruh di Kalbar, dan kalau bisa diwujudkan secepat mungkin. Karena perangkat hukum yang ada, serta aturan yang mengatur mekanisme pengelolaan limbah, selau gagal dipraktekkan di lapangan. Bahkan` lembaga usaha yang terbukti melanggar, juga tidak pernah dikenakan sanksi. Sedangkan untuk rumah tangga, harus dilakukan sosialisasi melalui kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang dibentuk”. 13. NARATOR : Bukan hanya ikan gendang – gendis yang terancam akibat polutan, namun juga berbagai jenis ikan endemik lainnya, termasuk yang memiliki habitat di sungai Kapuas dan beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kalbar. Sebab` seluruh parit, selokan, kanal yang ada di Kabupaten Kubu Raya, kota Pontianak maupun kabupaten kota di Kalbar bermuara di Sungai Kapuas. Jika di bagian hilir, sungai tercemari limbah domestik dan limbah industri, maka di bagian hulu sungai, “ pencemaran terjadi karena mercury akibat aktivitas penambangan ilegal. Jika demikian halnya, maka kerusakan sungai Kapuas bukan hanya mengancam kepunahan ikan gendang – gendis, namun juga seluruh ikan endemik lokal. Belum lagi, ratusan ribu masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai Kapuas, juga memanfaatkan sungai ini untuk aktifitas Mandi Cuci dan Kakus - MCK. Bagaimanapun tidak ada jalan lain yg harus ditempuh kecuali melakukan penyelamatan lingkungan. Pihak yang di komplain paling bertanggung jawab adalah Pemerintah,” sehingga sudah saatnya melaksanakan langkah kongkrit. Yang memungkinkan, meniru beberapa daerah lain di pulau Jawa, yang mulai berhasil
  • 8. mengendalikan produk limbah. Contohnya Pemerintah Kota Surabaya yang membangun Sentra Penanganan Limbah di Kawasan industri Rungkut. Hal serupa sudah seharusnya ditempuh Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, dengan membangun Sentra Penanganan Limbah di Kawasan industri Sungai Raya, mengingat beban limbah yang dihasilkan per detik berada pada tahap kritis. Begitu pula kota Pontianak dan Singkawang, yang merupakan penghasil limbah cair domestik terbesar di Kalbar. Secara lisan, dukungan telah disampaikan anggota Komisi B DPRD Kalbar Awang Sofyan Rozali, terhadap perlunya penanganan limbah secara komprehensif. 14. STATEMENT : anggota DPRD Kalbar Awang Sofyan Rozali.// “ Kalau instalasi intern perusahaan, maka itu wajib perusahaan yang bersangkutan. Tetapi produk limbah cair maupun padat yang belum bisa diproses sendiri, tentu harus diupayakan bersama pelaku usaha, adanya sebuah perusahaan yang bisa mengolah limbah itu untuk dimusnahkan. Tentunya dalam beberapa hal, wajar jika Pemerintah memfasilitasi. Kita juga harus mendorong agar di Kalbar ini, lahir perusahaan yang bisa mengelola limbah, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah“. 16. NARATOR : Saudara, menyusutnya populasi Ikan gendang – gendis hanya contoh kecil, betapa berbahayanya dampak pencemaran lingkungan . Contoh ini juga mengindikasikan ketidakseriusan ,kemampuan dan sekaligus kegagalan pemerintah serta masyarakat dalam menyelamatkan lingkungan sehingga mengancam ekologi. Sebab` punahnya satu jenis satwa, secara otomatis memutus mata rantai ekologi dan berpengaruh terhadap mata rantai ekologi lainnya. Konsekuensinya` terjadi ketidakseimbangan yang tanpa disadari berpengaruh buruk terhadap kehidupan manusia. Sebenarnya nilai ikan atau biota lainnya, bukanlah satu-satunya barometer dari harga jual di pasar, sebab setiap jenis satwa memiliki peran penting terhadap ekositem. Artinya, solusi untuk mengatasi ancaman limbah dan kepunahan satwa, telah ada di depan mata, baik ditinjau dari metode, lokasi maupun perangkat. Memang di satu sisi, merealisasikan kedua hal tersebut membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk ketersediaan pendanaan. Namun` jika masing – masing pemerintah daerah, terutama para pemangku jabatan, menyadari perlunya menjaga kelestarian lingkungan, dan pentingnya mata rantai ekologi bagi kelangsungan hidup, bukanlah hal yang mustahil dapat diwujudkan. Tidaklah harus ideal
  • 9. seperti yang dilakukan oleh kota – kota besar di negara maju, namun` upaya bertahap yang dibarengi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, akan dapat mengendalikan produk limbah sekaligus menjaga lingkungan tetap berkualitas serta menjamin kelangsungan hidup mahluk hidup dan biota lainnya di alam ini. ===============================================