SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Télécharger pour lire hors ligne
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan
(terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal
kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan
aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis
dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi
pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di
dunia juga bisa diraih.
Dalam kenyataannya, di kalangan dunia Islam telah muncul berbagai isu
mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk
dipecahkan Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan pembaharuan dalam hal
pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam.
Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang menghadapi
tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era globalisasi dan
informasi. Tidak dapat dipungkiri betapa pengaruh Barat pada dunia Islam
sangat mempengaruhi alur perjalanan kaum muslim terutama dalam bidang
pendidikan.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan
pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas juga pakar dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas
Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Riwayat hidup Syed Muhammad Nuqaib al-Attas.
2. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas.
3. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Syed Muhammad al-Attas.
Prof. DR. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Lahir di Bogor, Jawa Barat,
pada tanggal 5 september 1931.1
Ia adik kandung dari Prof. DR. Hussein al-Attas,
seorang ilmuwan dan pakar sosiologi di Univeritas Malaya, Kuala Lumpur
Malaysia. Ayahnya bernama Syed Ali bin Abdullah al-Attas, sedangkan ibunya
bernama Syarifah Raguan al-Idrus, keturunan kerabat raja-raja Sunda Sukapura,
Jawa Barat.
Riwayat pendidikan Prof. DR. Syed Muhammad Naquib al-Attas, sejak ia
masih kecil berusia 5 tahun. Ketika ia berada di Johor Baru, tinggal bersama dan
di bawah didikan saudara ayahnya Encik Ahmad, kemudian dengan Ibu Azizah.
Pada tahun 1936-1941, ia belajar di Ngee Neng English Premary Schoool di Johor
Baru. Pada zaman Jepang ia kembali ke Jawa Barat selama 4 tahun. Ia belajar
agama dan bahasa Arab Di Madrasah Al-Urwatul Wutsqa di Sukabumi Jawa
Barat Pada tahun 1942-1945. Tahun 1946 ia kemabali lagi ke Johor Baru dan
tinggal bersama saudara ayahnya Engku Abdul Aziz (menteri besar Johor Kala
itu), lalu dengan Datuk Onn yang kemudian juga menjadi menteri besar Johor (ia
merupakan ketua umum UMNO pertama). Pada tahun 1946, al-Attas melanjutkan
pelajaran di Bukit Zahrah School dan seterusnya di English College Johor Baru
tahun 1946-1949. Kemudian masuk tentara (1952-1955) hingga pangkat Letnan.
Namun karena kurang berminat akhirnya keluar dan melanjutkan kuliah di
University Malaya tahun 1957-1959, lalu melanjutkan di Mc Gill University,
Montreal, Kanada, dan mendapat gelar M. A. Tidak lama kemudian melanjutkan
lagi pada program pascasarjana di University of London tahun 1963-1964 hingga
mendapat gelar Ph.D.
1
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta:Quantum Teaching,
2005), 118
B. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas
Terdapat beberapa hal yang mendasari pemikiran Naquib al-Attas. Pemikiran
Naquib al-Atas dalam bidang pendidikan didasarkan pada keprihatinannya
terhadap penyempitan makna istilah-istilah ilmiah Islam yang disebabkan oleh
upaya westernisasi, mitologisasi, pemasukan hal-hal yang magis (gaib) dan
sekularisasi. Sebagai jawaban untuk menanggulangi distorsi atau
mengembalikannya pada proporsi yang sebenarnya, maka al-Attas
memperkenalkan dan mengemukakan proses dewesternisasi dan Islamisasi
sebagai langkah awal pembangunan para-digma pemikiran Islam kontemporer.
Yang dimaksud dengan dewesternisasi adalah pembersihan Islam dari
westernisasi. Jika westernisasi dipahami sebagai pembaratan atau mengadaptasi,
meniru atau mengambil alih gaya hidup Barat, maka dewesternisasi dipahami
sebagai upaya penglepasan sesuatu dari proses pembaratan, atau dengan kata lain
memurnikan sesuatu dari pengaruh Barat. Dalam pandangan al-Attas
dewesternisasi adalah proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsur-
unsur sekuler (substansi, roh, watak dan kepribadian kebudayaan serta peradaban
Barat) dari tubuh pengetahuan yang akan mengubah bentuk-bentuk, nilai-nilai
dan tafsiran konseptual isi pengeta- huan seperti yang disajikan sekarang. 2
Terma dewesternisasi mempunyai arti pembersihan dari westernisasi. Jika
westernisasi dipahami sebagai pembaratan atau mengadaptasi, meniru dan
mengambil alih gaya hidup orang barat maka dewesternisasi dipahami sebagai
upaya penglepasan sesuatu dari proses pembaratan atau dengan kata lain
memurnikan sesuatu dari pengaruh-pengaruh barat.
Dalam batasan al Attas dewesternisasi adalah proses mengenal,memisahkan
dan mengasingkan unsur-unsur sekuler (substansi, roh, watak dan kepribadian
kebudayaan serta peradaban barat) dari tubuh pengetahuan yang akan merubah
2
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta, Rajawali Pers,2013), 335
bentuk-bentuk, nilai-nilai dan tafsiran konseptual isi pengetahuan seperti yang
disajikan sekarang. 3
Walaupun demikian secara simplistis dapat dikatakan bahwa al Attas
terinspirasi oleh gerakan wahabi. Sebab, dalam pandangan al Attas sendiri suluk-
suluk sufi merupakan ajaran yang sangat penting dalam tarikat Islam.
Sedangkantarikat itu sendidi merupakan institusi lanjutan dari praktek-praktek
tasawuf. Kerananya, paling tidak dapat dikatakan bahwa meskipun antara gerakan
wahabi dan pemikiran deweternisasi al Attas mempunyai karakteristik yang sama,
yakni pemurnian ajaran islam dan mendapat dukungan pemerintah, akan tetapi
mempunya berbagai perbedaan.
Pertama, tentang objek sasaran. Bila wahabi memberantas noda-noda yang
mengotori ajaran tauhid, maka dewesterinisasi yang dikembangkan al Attas
mempunyai sasaran perbersihan noda-noda yang mengotori pengetahuan (‘ilm).
Kedua, sikap terhadap praktek sufi. Bila wahabi mersikap keras terhadap praktek
sufi yang telah melembaga menjadi berbagai tarikat, maka dewesterinasi justru
berangkat dari pemahaman secara mendalam terhadap praktek-praktek sufi
tersebut, khususnya tentang tingkatan-tingkatan dalan suluk-suluknya. Ketiga,
titik berangkat. Bila wahabi berangkat dari tindakan-tindakan yang bersifat
praktis, maka dewestrnisasi berangkat dari issu-issu pemikiran yang bersifat
teoritis. Upaya dewesternisasi tidak akan mempunyai signifikansi bagi ummat
islam bila tidak didukung, dengan islamisasi. Islamisasi dalam pandangan al Attas
adalah proses pembebasan manusia dari tradisi magis,mitologis,animis,tradisi
nasionalis dan kultural serta sekularisme. Ia terbebaskan dari kedua pandangan
dunia yang magis dan sekuler.
Metafisika dan epistimologi, al Attas membagi tiga tingkatan yang ketiganya
merupakan sebuah peringkat yang bersifat hirarkis yaitu; mubtadi’, yakni seorang
sufi yang berada pada tingkatan awal. kedua, mutawassith, si solik sudah
3
Ramayulis, samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya, (Jakarta; Kalam Mulia,2009), 304
mendalami dan mengamalka wirid dan zikir yang mengenai kuantitas, kualitas,
tempo dan frekuensinya ditentukan sang mursyid. Pada tingkatan ini si solik harus
melaksanakan wirid dan zikir secara kontinyu. Ketiga, muntahiy, pada tingkatan
tertinggi ini si solik memasuki dunia filsafat dan mitafisika. Dan mewajibkan si
solik memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam tentang tiga jenis pengetahuan
yaitu, ilmu kebijaksanaan ketuhanan (al hikmah ilahiyah), ilmu-ilmu naqliyah
atau syari’at dan yang terakhir ilmu-ilmu rasional.4
Dengan ketiga jenis pengetahuan ini, maka tasawuf yang dikemukakan al-
Attas di atas, lebih dikenal dengan sebutan tasawuf falsafi. Sedangkan tasawuf
yang membatasi dirinya pada tingkatan pertama dan kedua dikenal dengan istilah
tasawuf akhlaqi.5
Upaya Naquib al-Attas dalam menghidupkan kembali tasawuf falsafi dalam
kaitannya dengan gagasan dewesternisasi sebagaimana tersebut di atas adalah
merupakan sebuah keniscayaan. Karena dengan ketiga jenis (al-ulum al-hikmah
al-ilahiyah, al-ulum al-syari'ah dan al-ulum al-'aqliyah) ini, dapat menghapuskan
pandangan Barat tentang ilmu pengetahuan. Selain itu, krisis kebudayaan Barat
dengan paham sekularismenya berawal dari landasan filsufis yang tidak mau
mengenal atau menerima paradigma pemikiran alternatif. Hal ini dapat dilihat
pada landasan epistemologi Barat yang hanya mengacu pada pendekatan rasional
empiris filsufis. Justru paradigma pemikiran Islam yang bukan hanya rasional,
empiris dan filsufis, tapi juga meliputi yang intuitif, metaempiris, dan filsufis
merupakan paradigma alternatif yang cukup menjanjikan.
Apabila ditelaah dengan cermat, pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh
Al-Attas, tampak jelas bahwa dia berusaha menampilkan wajah pendidikan Islam
sebagai suatu sistem pendidikan terpadu. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan
pendidikan yang dirumuskannya, yaitu tujuan pendidikan dalam Islam harus
mewujudkan manusia yang baik, yaitu manusia universal (al-Insan al-Kamil). Al-
4
Ibid, 307-308
5
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, 337.
Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia yang
baik, walaupun masih terlalu umum.6
Dari deskripsi di atas, dapat dilacak bahwa secara makro orientasi pendidikan
Al-Attas adalah mengarah pada pendidikan yang bercorak moral religius yang
tetap menjaga prinsip keseimbangan dan keterpaduan sistem. Hal tersebut terlihat
dalam konsepsinya tentang Ta'dib (adab) yang menurut Prof. Naquib al-Attas,
adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan
seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat, yang
merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.” Pengenalan adalah
ilmu; pengakuan adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu
tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. ”Keduanya
sia-sia karana yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu
lagi mensifatkan ketidaksadaran dan kejahilan. Maka konsep ta’dib telah
mencakup konsep ilmu dan amal. Karena sesungguhnya tarbiyah, ta’lim, dan
ta’dib merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Artinya, apabila pendidikan
dinisbatkan pada ta’dib maka harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga
dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya
diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah.) 7
Istilah ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk
menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas
karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan.8
Menurut al-Attas pula dalam struktur konseptualnya ta’dib juga mencakup
unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik
(tarbiyah). Karenanya tidak perlu lagi mengacu pada konsep pendidikan dalam
islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena itu ta’dib merupakan
istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam.
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 46
7
Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Peradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 26
8
Mardianto, Pesantren Kilat: Konsep, Panduan, dan Pengembangan (Jakarta: Ciputat Press, 2005),14
Di samping itu istilah ta’dib mempunyai arti untuk mengatur pikiran dan jiwa,
melakukan pembenahan untuk memperbaiki kesalahan dalam bertindak, serta
memlihara dari tingkah laku yang tidak baik. 9
Sebagai suatu tolok ukur memahami lebih jauh tentang pendidikan islam,
maka al-attas membatasi pendidikan itu terbentuk kepada manusia. Yang menjadi
dasar pemikiran filsafat pendidikan islam yaitu: untuk mencapai kebahagiaan
dunia akhirat, berhubungan dengan fitrah kejadian manusia, yaitu sebagai
pengabdi Allah yang setia dan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi.10
Hal itu merupakan indikator bahwa pada dasarnya paradigma pendidikan yang
ditawarkan Al-Attas lebih mengacu kepada aspek moral-transendental (afektif)
meskipun juga tidak mengabaikan aspek kognitif (sensual–logis) dan
psikomotorik (sensual-empiris). Hal ini relevan dengan aspirasi pendidikan Islam,
yakni aspirasi yang bernafaskan moral dan agama. Karena dalam taksonomi
pendidikan Islami, dikenal adanya aspek transendental, yaitu iman (kemampuan
seseorang memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif Allah subhanahu
wa ta’ala) disamping domain kognitif, dan psikomotorik yang dikembangkan
B.S.Bloom dkk. 11
Iman amat diperlukan dalam pendidikan Islam, karena ajaran
Islam tidak hanya menyangkut hal-hal rasional, tetapi juga menyangkut hal-hal
yang supra rasional, dimana akal manusia tidak akan mampu menangkapnya,
kecuali didasari dengan iman, yang bersumber dari wahyu, yaitu al-Qur'an dan al-
Hadist. Iman merupakan titik sentral yang hendak menentukan sikap dan nilai
hidup peserta didik, dan dengannya pula menentukan nilai yang dimiliki dan amal
yang dilakukan.
Dengan penggunakan istilah ta’dib ini, maka pengertiannya lebih pada proses
pendidikan berupa transformasi ilmu pengetahuan dan nilai kepada peserta didik
9
Syamsul Mu’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2007), 69
10
Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 118
11
Muhaimain, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum (Solo:
Ramadhani, 1991), 72
secara berangsur-angsur yang diharapkan bisa diaktualisasikan melalui
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 12
Dari hasil kajian al-Attas ditemukan bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk
digunakan dalam konteks pendidikan Islam dan beliau kurang setuju terhadap
pengunaan istilah tarbiyah dan ta’lim.13
C. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan
pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas tidak hanya
sebagai intelektual yang concern kepada pendidikan dan persoalan umum umat
Islam, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga
dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang
mempengaruhi banyak tokoh lainnya. Ia secara sistematis merumuskan strategi
Islamisasi ilmu dalam bentuk kurikulum pendidikan untuk umat Islam.
Dalam tahapan pengabdian terhadap Islam al_Attas memulai dengan jabatan
di jurusan Kajian Melayu pada Universitas Malaya. Pada tahun 1966-1970. di sini
dia menekankan arti pentingnay Kajian Melayu. Sebab mengkaji sejarah Melayu
dengan sendirinya mendsalami proses Islamisasi di Indonesia dan Malaysia.
Berdirinya Universitas Kebangsaan Malaysia tidak bias dilepaskan dari
perannya. Karena al-attas sangat intens dalam memasyarakatkan budaya melayu,
maka bahasa pengantar yang digunakan dalam Universitas tersebut adalah bahasa
Melayu.
Dalam bidang pemikiran, al-Attas memperkenalkan dan mengemukakakan
proses dewesternisasi dan islamisasi sebagai langkah awal membangun
paradigma pemikiran Islam kontemporer.14
12
Imam Bawani, Cendikiawan Muslim Dalam Prespektif Pendidikan Islam (Surabaya: Bina Ilmu,
1991),73
13
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifakan Pendidikan Agama di Sekolah
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 ), 37
14
Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh., 118
Meski demikian, ide-ide Al-Attas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dalam
pendidikan Islam. Banyak memperoleh tantangan dari para pemikir yang terlahir
dari dunia Barat
Ide al-Attas tentang islamisasi ilmu pengetahuan dikenal dengan
dewesternisasi yaitu proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsur-
unsur sekuler (substansi, roh, watak, dan kepribadian kebudayaan serta peradaban
barat). Pada dasarnya upaya tersebut merupakan pemurnian ajaran Islam dari
segala pengaruh Barat.
Dalam islamisasi ilmu pengetahuan ini al-Attas berbeda dengan al-Faruqi, bila
al-Attas mengarah pada subjek islamisasi ilmu pengetahuan yaitu manusianya,
maka al-Faruqi mengarah pada objek islamisasi ilmu pengetahuan yaitu disiplin
ilmu itu sendiri. 15
Terlepas dari itu, al-Attas telah dikenal sebagai filosof pendidikan Islam yang
sampai saat ini kesohor di kalangan umat Islam dunia dan juga sebagai figur
pembaharu (person of reform) pendidikan Islam. Respon positif ataupun negatif
dari para intelektual yang ditujukan kepada al-Attas menjadikan kajian terhadap
pemikiran al-Attas semakin menarik.
15
Ibid, 129
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prof. DR. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada
tanggal 5 september 1931. Ia belajar agama dan bahasa Arab Di Madrasah Al-
Urwatul Wutsqa di Sukabumi Jawa Barat Pada tahun 1942-1945. Pada tahun 1946,
al-Attas melanjutkan pelajaran di Bukit Zahrah School dan seterusnya di English
College Johor Baru tahun 1946-1949. tahun 1957-1959 ia kuliah di University
Malaya, lalu melanjutkan di Mc Gill University, Montreal, Kanada, dan mendapat
gelar M.A. Kemudian melanjutkan lagi pada program pascasarjana di University of
London tahun 1963-1964 hingga mendapat gelar Ph.D.
Menurut al-Attas pula dalam struktur konseptualnya ta’dib juga mencakup unsur-
unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).
Karenanya tidak perlu lagi mengacu pada konsep pendidikan dalam islam sebagai
tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena itu ta’dib merupakan istilah yang
paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu
pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas tidak hanya sebagai intelektual
yang concern kepada pendidikan dan persoalan umum umat Islam, tetapi juga pakar
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas
Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya. Ia secara
sistematis merumuskan strategi Islamisasi ilmu dalam bentuk kurikulum pendidikan
untuk umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2013, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmadi, 2005, Ideologi Pendidikan Islam; Peradigma Humanisme Teosentris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bawani, Imam, 1991, Cendikiawan Muslim Dalam Prespektif Pendidikan Islam,
Surabaya: Bina Ilmu.
Jalaluddin, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mardianto, 2005, Pesantren Kilat: Konsep, Panduan, dan Pengembangan, Jakarta:
Ciputat Press.
Muhaimin, 1991, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar
Kurikulum, Solo: Ramadhani.
_________2001, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifakan Pendidikan
Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mu’arif, Syamsul, 2007, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu .
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta:
Quantum Teaching.
Ramayulis, samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta; Kalam Mulia.
Tafsir, Ahmad, 2004, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
SPRITUALITAS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PANDANGAN SYED MUHAMMAD
NUQUIB AL ATTAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat dan Pemikiran PI”
Pengampu Bapak Dr. Siswanto M.Pd.I
OLEH :
MOHAMMAD IMAM SYAMRONI LATIF
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM MAGISTER (S2)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PAMEKASAN

Contenu connexe

Tendances

Huruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرور
Huruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرورHuruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرور
Huruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرورHafiz Zakaria
 
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal RahimahullahPend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal RahimahullahQhaiyum Shah
 
Isu-isu Tentang Jenazah Dan Kematian
Isu-isu Tentang Jenazah Dan KematianIsu-isu Tentang Jenazah Dan Kematian
Isu-isu Tentang Jenazah Dan KematianAbu Muhammad
 
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammadCiri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammadAdila Ayuni
 
Skrip contoh pengajian am
Skrip contoh pengajian amSkrip contoh pengajian am
Skrip contoh pengajian amZul Apen
 
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismepemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismeSalam Salleh
 
Pemikiran Politik Abu A’la Al-Maududi
Pemikiran Politik Abu A’la Al-MaududiPemikiran Politik Abu A’la Al-Maududi
Pemikiran Politik Abu A’la Al-MaududiAr Rayyan
 
Falsafah pendidikan islam
Falsafah pendidikan islamFalsafah pendidikan islam
Falsafah pendidikan islammzaidin
 
Bab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban Dunia
Bab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban DuniaBab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban Dunia
Bab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban Duniaajaknordin
 
Manual format dan contoh penulisan esei berformat
Manual format dan contoh penulisan esei berformatManual format dan contoh penulisan esei berformat
Manual format dan contoh penulisan esei berformatniza asraf
 
SUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZ
SUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZSUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZ
SUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZGuru Sejarah PraU
 
Terima Tolak Hadith
Terima Tolak HadithTerima Tolak Hadith
Terima Tolak Hadithdr2200s
 
Sekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran baratSekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran baratKesuma Wahida
 

Tendances (20)

Huruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرور
Huruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرورHuruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرور
Huruf Jar & Isim Majrur - حروف الجرّ والاسم المجرور
 
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal RahimahullahPend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
 
Isu-isu Tentang Jenazah Dan Kematian
Isu-isu Tentang Jenazah Dan KematianIsu-isu Tentang Jenazah Dan Kematian
Isu-isu Tentang Jenazah Dan Kematian
 
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammadCiri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
 
Tamadun
TamadunTamadun
Tamadun
 
Dasar dasar ilmu dakwah
Dasar dasar ilmu dakwahDasar dasar ilmu dakwah
Dasar dasar ilmu dakwah
 
Iman
ImanIman
Iman
 
Skrip contoh pengajian am
Skrip contoh pengajian amSkrip contoh pengajian am
Skrip contoh pengajian am
 
Tajwid hukum mad
Tajwid hukum madTajwid hukum mad
Tajwid hukum mad
 
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularismepemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
pemikiran asing, islam liberal dan sekularisme
 
Pemikiran Politik Abu A’la Al-Maududi
Pemikiran Politik Abu A’la Al-MaududiPemikiran Politik Abu A’la Al-Maududi
Pemikiran Politik Abu A’la Al-Maududi
 
Falsafah pendidikan islam
Falsafah pendidikan islamFalsafah pendidikan islam
Falsafah pendidikan islam
 
Reformisme
ReformismeReformisme
Reformisme
 
Bab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban Dunia
Bab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban DuniaBab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban Dunia
Bab 5 Sumbangan Tamadun Islam Terhadap Peradaban Dunia
 
Salehuddin Al-Ayubbi
Salehuddin Al-AyubbiSalehuddin Al-Ayubbi
Salehuddin Al-Ayubbi
 
Manual format dan contoh penulisan esei berformat
Manual format dan contoh penulisan esei berformatManual format dan contoh penulisan esei berformat
Manual format dan contoh penulisan esei berformat
 
Tokoh tokoh islam
Tokoh tokoh islamTokoh tokoh islam
Tokoh tokoh islam
 
SUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZ
SUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZSUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZ
SUMBANGAN KHALIFAH UMAR ABDUL AZIZ
 
Terima Tolak Hadith
Terima Tolak HadithTerima Tolak Hadith
Terima Tolak Hadith
 
Sekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran baratSekularisme aliran pemikiran barat
Sekularisme aliran pemikiran barat
 

Similaire à Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfKomparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfIrfan Pathurahman
 
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamKonsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamNizar Syamsi
 
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdfPeta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdfIrfan Pathurahman
 
Pemikiran Naquib Alatas.pptx
Pemikiran Naquib Alatas.pptxPemikiran Naquib Alatas.pptx
Pemikiran Naquib Alatas.pptxSamsudinSalim
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaHaubibBro
 
Pemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnujiPemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnujiAsep Bunyamin
 
Filsafat Agama Islam
Filsafat Agama IslamFilsafat Agama Islam
Filsafat Agama Islamfikarcool
 
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYIPEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYISitiNurmawaddah
 
Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)
Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)
Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)Ali Murfi
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxEkoSulastri
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurAna Laku
 
Perspektif Tokoh Pendidikan Islam Indonesia
Perspektif Tokoh Pendidikan Islam IndonesiaPerspektif Tokoh Pendidikan Islam Indonesia
Perspektif Tokoh Pendidikan Islam IndonesiaMuhamad Fatih Rusydi
 
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesiaPerspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesiaMuhamad Fatih Rusydi
 
Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam LBB. Mr. Q
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxSoniaSembiring
 
Pendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timurPendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timurAna Roshila
 

Similaire à Konsep pendidikan syed nuqaib al attas (20)

Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfKomparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
 
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamKonsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
 
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdfPeta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
Peta Konsep_Filsuf Muslim klasik dan modern.pdf
 
Pemikiran Naquib Alatas.pptx
Pemikiran Naquib Alatas.pptxPemikiran Naquib Alatas.pptx
Pemikiran Naquib Alatas.pptx
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesia
 
Bai
BaiBai
Bai
 
Bai
BaiBai
Bai
 
Pemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnujiPemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnuji
 
Filsafat Agama Islam
Filsafat Agama IslamFilsafat Agama Islam
Filsafat Agama Islam
 
cjr teologi.docx
cjr teologi.docxcjr teologi.docx
cjr teologi.docx
 
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYIPEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
 
Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)
Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)
Revisi Makalah SPI (Lembaga Pendidikan Islam Al-Ribath)
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
 
Kata pengantardd
Kata pengantarddKata pengantardd
Kata pengantardd
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
 
Perspektif Tokoh Pendidikan Islam Indonesia
Perspektif Tokoh Pendidikan Islam IndonesiaPerspektif Tokoh Pendidikan Islam Indonesia
Perspektif Tokoh Pendidikan Islam Indonesia
 
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesiaPerspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesia
 
Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
 
Pendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timurPendidikan falsafah islam dan timur
Pendidikan falsafah islam dan timur
 

Plus de Bun Faris

Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihanTeori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihanBun Faris
 
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihanTeori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihanBun Faris
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Validitas tes
Validitas tesValiditas tes
Validitas tesBun Faris
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanBun Faris
 
Validitas tes saya
Validitas tes sayaValiditas tes saya
Validitas tes sayaBun Faris
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumBun Faris
 
Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanBun Faris
 

Plus de Bun Faris (10)

Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihanTeori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
 
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihanTeori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
Teori pembelajaran dan dinamika kelompok dalam pelatihan
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Validitas tes
Validitas tesValiditas tes
Validitas tes
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuan
 
Validitas tes saya
Validitas tes sayaValiditas tes saya
Validitas tes saya
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
 
Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuan
 

Dernier

KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANGilbertFibriyantAdan
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxWahyuSolehudin1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Adam Hiola
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...RobertusLolok1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxMarto Marbun
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 

Dernier (8)

KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 

Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih. Dalam kenyataannya, di kalangan dunia Islam telah muncul berbagai isu mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk dipecahkan Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan pembaharuan dalam hal pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam. Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era globalisasi dan informasi. Tidak dapat dipungkiri betapa pengaruh Barat pada dunia Islam sangat mempengaruhi alur perjalanan kaum muslim terutama dalam bidang pendidikan. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Riwayat hidup Syed Muhammad Nuqaib al-Attas. 2. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas. 3. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Riwayat Hidup Syed Muhammad al-Attas. Prof. DR. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 5 september 1931.1 Ia adik kandung dari Prof. DR. Hussein al-Attas, seorang ilmuwan dan pakar sosiologi di Univeritas Malaya, Kuala Lumpur Malaysia. Ayahnya bernama Syed Ali bin Abdullah al-Attas, sedangkan ibunya bernama Syarifah Raguan al-Idrus, keturunan kerabat raja-raja Sunda Sukapura, Jawa Barat. Riwayat pendidikan Prof. DR. Syed Muhammad Naquib al-Attas, sejak ia masih kecil berusia 5 tahun. Ketika ia berada di Johor Baru, tinggal bersama dan di bawah didikan saudara ayahnya Encik Ahmad, kemudian dengan Ibu Azizah. Pada tahun 1936-1941, ia belajar di Ngee Neng English Premary Schoool di Johor Baru. Pada zaman Jepang ia kembali ke Jawa Barat selama 4 tahun. Ia belajar agama dan bahasa Arab Di Madrasah Al-Urwatul Wutsqa di Sukabumi Jawa Barat Pada tahun 1942-1945. Tahun 1946 ia kemabali lagi ke Johor Baru dan tinggal bersama saudara ayahnya Engku Abdul Aziz (menteri besar Johor Kala itu), lalu dengan Datuk Onn yang kemudian juga menjadi menteri besar Johor (ia merupakan ketua umum UMNO pertama). Pada tahun 1946, al-Attas melanjutkan pelajaran di Bukit Zahrah School dan seterusnya di English College Johor Baru tahun 1946-1949. Kemudian masuk tentara (1952-1955) hingga pangkat Letnan. Namun karena kurang berminat akhirnya keluar dan melanjutkan kuliah di University Malaya tahun 1957-1959, lalu melanjutkan di Mc Gill University, Montreal, Kanada, dan mendapat gelar M. A. Tidak lama kemudian melanjutkan lagi pada program pascasarjana di University of London tahun 1963-1964 hingga mendapat gelar Ph.D. 1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta:Quantum Teaching, 2005), 118
  • 3. B. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Terdapat beberapa hal yang mendasari pemikiran Naquib al-Attas. Pemikiran Naquib al-Atas dalam bidang pendidikan didasarkan pada keprihatinannya terhadap penyempitan makna istilah-istilah ilmiah Islam yang disebabkan oleh upaya westernisasi, mitologisasi, pemasukan hal-hal yang magis (gaib) dan sekularisasi. Sebagai jawaban untuk menanggulangi distorsi atau mengembalikannya pada proporsi yang sebenarnya, maka al-Attas memperkenalkan dan mengemukakan proses dewesternisasi dan Islamisasi sebagai langkah awal pembangunan para-digma pemikiran Islam kontemporer. Yang dimaksud dengan dewesternisasi adalah pembersihan Islam dari westernisasi. Jika westernisasi dipahami sebagai pembaratan atau mengadaptasi, meniru atau mengambil alih gaya hidup Barat, maka dewesternisasi dipahami sebagai upaya penglepasan sesuatu dari proses pembaratan, atau dengan kata lain memurnikan sesuatu dari pengaruh Barat. Dalam pandangan al-Attas dewesternisasi adalah proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsur- unsur sekuler (substansi, roh, watak dan kepribadian kebudayaan serta peradaban Barat) dari tubuh pengetahuan yang akan mengubah bentuk-bentuk, nilai-nilai dan tafsiran konseptual isi pengeta- huan seperti yang disajikan sekarang. 2 Terma dewesternisasi mempunyai arti pembersihan dari westernisasi. Jika westernisasi dipahami sebagai pembaratan atau mengadaptasi, meniru dan mengambil alih gaya hidup orang barat maka dewesternisasi dipahami sebagai upaya penglepasan sesuatu dari proses pembaratan atau dengan kata lain memurnikan sesuatu dari pengaruh-pengaruh barat. Dalam batasan al Attas dewesternisasi adalah proses mengenal,memisahkan dan mengasingkan unsur-unsur sekuler (substansi, roh, watak dan kepribadian kebudayaan serta peradaban barat) dari tubuh pengetahuan yang akan merubah 2 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta, Rajawali Pers,2013), 335
  • 4. bentuk-bentuk, nilai-nilai dan tafsiran konseptual isi pengetahuan seperti yang disajikan sekarang. 3 Walaupun demikian secara simplistis dapat dikatakan bahwa al Attas terinspirasi oleh gerakan wahabi. Sebab, dalam pandangan al Attas sendiri suluk- suluk sufi merupakan ajaran yang sangat penting dalam tarikat Islam. Sedangkantarikat itu sendidi merupakan institusi lanjutan dari praktek-praktek tasawuf. Kerananya, paling tidak dapat dikatakan bahwa meskipun antara gerakan wahabi dan pemikiran deweternisasi al Attas mempunyai karakteristik yang sama, yakni pemurnian ajaran islam dan mendapat dukungan pemerintah, akan tetapi mempunya berbagai perbedaan. Pertama, tentang objek sasaran. Bila wahabi memberantas noda-noda yang mengotori ajaran tauhid, maka dewesterinisasi yang dikembangkan al Attas mempunyai sasaran perbersihan noda-noda yang mengotori pengetahuan (‘ilm). Kedua, sikap terhadap praktek sufi. Bila wahabi mersikap keras terhadap praktek sufi yang telah melembaga menjadi berbagai tarikat, maka dewesterinasi justru berangkat dari pemahaman secara mendalam terhadap praktek-praktek sufi tersebut, khususnya tentang tingkatan-tingkatan dalan suluk-suluknya. Ketiga, titik berangkat. Bila wahabi berangkat dari tindakan-tindakan yang bersifat praktis, maka dewestrnisasi berangkat dari issu-issu pemikiran yang bersifat teoritis. Upaya dewesternisasi tidak akan mempunyai signifikansi bagi ummat islam bila tidak didukung, dengan islamisasi. Islamisasi dalam pandangan al Attas adalah proses pembebasan manusia dari tradisi magis,mitologis,animis,tradisi nasionalis dan kultural serta sekularisme. Ia terbebaskan dari kedua pandangan dunia yang magis dan sekuler. Metafisika dan epistimologi, al Attas membagi tiga tingkatan yang ketiganya merupakan sebuah peringkat yang bersifat hirarkis yaitu; mubtadi’, yakni seorang sufi yang berada pada tingkatan awal. kedua, mutawassith, si solik sudah 3 Ramayulis, samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta; Kalam Mulia,2009), 304
  • 5. mendalami dan mengamalka wirid dan zikir yang mengenai kuantitas, kualitas, tempo dan frekuensinya ditentukan sang mursyid. Pada tingkatan ini si solik harus melaksanakan wirid dan zikir secara kontinyu. Ketiga, muntahiy, pada tingkatan tertinggi ini si solik memasuki dunia filsafat dan mitafisika. Dan mewajibkan si solik memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam tentang tiga jenis pengetahuan yaitu, ilmu kebijaksanaan ketuhanan (al hikmah ilahiyah), ilmu-ilmu naqliyah atau syari’at dan yang terakhir ilmu-ilmu rasional.4 Dengan ketiga jenis pengetahuan ini, maka tasawuf yang dikemukakan al- Attas di atas, lebih dikenal dengan sebutan tasawuf falsafi. Sedangkan tasawuf yang membatasi dirinya pada tingkatan pertama dan kedua dikenal dengan istilah tasawuf akhlaqi.5 Upaya Naquib al-Attas dalam menghidupkan kembali tasawuf falsafi dalam kaitannya dengan gagasan dewesternisasi sebagaimana tersebut di atas adalah merupakan sebuah keniscayaan. Karena dengan ketiga jenis (al-ulum al-hikmah al-ilahiyah, al-ulum al-syari'ah dan al-ulum al-'aqliyah) ini, dapat menghapuskan pandangan Barat tentang ilmu pengetahuan. Selain itu, krisis kebudayaan Barat dengan paham sekularismenya berawal dari landasan filsufis yang tidak mau mengenal atau menerima paradigma pemikiran alternatif. Hal ini dapat dilihat pada landasan epistemologi Barat yang hanya mengacu pada pendekatan rasional empiris filsufis. Justru paradigma pemikiran Islam yang bukan hanya rasional, empiris dan filsufis, tapi juga meliputi yang intuitif, metaempiris, dan filsufis merupakan paradigma alternatif yang cukup menjanjikan. Apabila ditelaah dengan cermat, pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh Al-Attas, tampak jelas bahwa dia berusaha menampilkan wajah pendidikan Islam sebagai suatu sistem pendidikan terpadu. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pendidikan yang dirumuskannya, yaitu tujuan pendidikan dalam Islam harus mewujudkan manusia yang baik, yaitu manusia universal (al-Insan al-Kamil). Al- 4 Ibid, 307-308 5 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, 337.
  • 6. Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia yang baik, walaupun masih terlalu umum.6 Dari deskripsi di atas, dapat dilacak bahwa secara makro orientasi pendidikan Al-Attas adalah mengarah pada pendidikan yang bercorak moral religius yang tetap menjaga prinsip keseimbangan dan keterpaduan sistem. Hal tersebut terlihat dalam konsepsinya tentang Ta'dib (adab) yang menurut Prof. Naquib al-Attas, adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.” Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. ”Keduanya sia-sia karana yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu lagi mensifatkan ketidaksadaran dan kejahilan. Maka konsep ta’dib telah mencakup konsep ilmu dan amal. Karena sesungguhnya tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Artinya, apabila pendidikan dinisbatkan pada ta’dib maka harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah.) 7 Istilah ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan.8 Menurut al-Attas pula dalam struktur konseptualnya ta’dib juga mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Karenanya tidak perlu lagi mengacu pada konsep pendidikan dalam islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena itu ta’dib merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam. 6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 46 7 Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Peradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 26 8 Mardianto, Pesantren Kilat: Konsep, Panduan, dan Pengembangan (Jakarta: Ciputat Press, 2005),14
  • 7. Di samping itu istilah ta’dib mempunyai arti untuk mengatur pikiran dan jiwa, melakukan pembenahan untuk memperbaiki kesalahan dalam bertindak, serta memlihara dari tingkah laku yang tidak baik. 9 Sebagai suatu tolok ukur memahami lebih jauh tentang pendidikan islam, maka al-attas membatasi pendidikan itu terbentuk kepada manusia. Yang menjadi dasar pemikiran filsafat pendidikan islam yaitu: untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, berhubungan dengan fitrah kejadian manusia, yaitu sebagai pengabdi Allah yang setia dan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.10 Hal itu merupakan indikator bahwa pada dasarnya paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas lebih mengacu kepada aspek moral-transendental (afektif) meskipun juga tidak mengabaikan aspek kognitif (sensual–logis) dan psikomotorik (sensual-empiris). Hal ini relevan dengan aspirasi pendidikan Islam, yakni aspirasi yang bernafaskan moral dan agama. Karena dalam taksonomi pendidikan Islami, dikenal adanya aspek transendental, yaitu iman (kemampuan seseorang memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif Allah subhanahu wa ta’ala) disamping domain kognitif, dan psikomotorik yang dikembangkan B.S.Bloom dkk. 11 Iman amat diperlukan dalam pendidikan Islam, karena ajaran Islam tidak hanya menyangkut hal-hal rasional, tetapi juga menyangkut hal-hal yang supra rasional, dimana akal manusia tidak akan mampu menangkapnya, kecuali didasari dengan iman, yang bersumber dari wahyu, yaitu al-Qur'an dan al- Hadist. Iman merupakan titik sentral yang hendak menentukan sikap dan nilai hidup peserta didik, dan dengannya pula menentukan nilai yang dimiliki dan amal yang dilakukan. Dengan penggunakan istilah ta’dib ini, maka pengertiannya lebih pada proses pendidikan berupa transformasi ilmu pengetahuan dan nilai kepada peserta didik 9 Syamsul Mu’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2007), 69 10 Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 118 11 Muhaimain, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum (Solo: Ramadhani, 1991), 72
  • 8. secara berangsur-angsur yang diharapkan bisa diaktualisasikan melalui perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 12 Dari hasil kajian al-Attas ditemukan bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks pendidikan Islam dan beliau kurang setuju terhadap pengunaan istilah tarbiyah dan ta’lim.13 C. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas tidak hanya sebagai intelektual yang concern kepada pendidikan dan persoalan umum umat Islam, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya. Ia secara sistematis merumuskan strategi Islamisasi ilmu dalam bentuk kurikulum pendidikan untuk umat Islam. Dalam tahapan pengabdian terhadap Islam al_Attas memulai dengan jabatan di jurusan Kajian Melayu pada Universitas Malaya. Pada tahun 1966-1970. di sini dia menekankan arti pentingnay Kajian Melayu. Sebab mengkaji sejarah Melayu dengan sendirinya mendsalami proses Islamisasi di Indonesia dan Malaysia. Berdirinya Universitas Kebangsaan Malaysia tidak bias dilepaskan dari perannya. Karena al-attas sangat intens dalam memasyarakatkan budaya melayu, maka bahasa pengantar yang digunakan dalam Universitas tersebut adalah bahasa Melayu. Dalam bidang pemikiran, al-Attas memperkenalkan dan mengemukakakan proses dewesternisasi dan islamisasi sebagai langkah awal membangun paradigma pemikiran Islam kontemporer.14 12 Imam Bawani, Cendikiawan Muslim Dalam Prespektif Pendidikan Islam (Surabaya: Bina Ilmu, 1991),73 13 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifakan Pendidikan Agama di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 ), 37 14 Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh., 118
  • 9. Meski demikian, ide-ide Al-Attas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam. Banyak memperoleh tantangan dari para pemikir yang terlahir dari dunia Barat Ide al-Attas tentang islamisasi ilmu pengetahuan dikenal dengan dewesternisasi yaitu proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsur- unsur sekuler (substansi, roh, watak, dan kepribadian kebudayaan serta peradaban barat). Pada dasarnya upaya tersebut merupakan pemurnian ajaran Islam dari segala pengaruh Barat. Dalam islamisasi ilmu pengetahuan ini al-Attas berbeda dengan al-Faruqi, bila al-Attas mengarah pada subjek islamisasi ilmu pengetahuan yaitu manusianya, maka al-Faruqi mengarah pada objek islamisasi ilmu pengetahuan yaitu disiplin ilmu itu sendiri. 15 Terlepas dari itu, al-Attas telah dikenal sebagai filosof pendidikan Islam yang sampai saat ini kesohor di kalangan umat Islam dunia dan juga sebagai figur pembaharu (person of reform) pendidikan Islam. Respon positif ataupun negatif dari para intelektual yang ditujukan kepada al-Attas menjadikan kajian terhadap pemikiran al-Attas semakin menarik. 15 Ibid, 129
  • 10. BAB III PENUTUP Kesimpulan Prof. DR. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 5 september 1931. Ia belajar agama dan bahasa Arab Di Madrasah Al- Urwatul Wutsqa di Sukabumi Jawa Barat Pada tahun 1942-1945. Pada tahun 1946, al-Attas melanjutkan pelajaran di Bukit Zahrah School dan seterusnya di English College Johor Baru tahun 1946-1949. tahun 1957-1959 ia kuliah di University Malaya, lalu melanjutkan di Mc Gill University, Montreal, Kanada, dan mendapat gelar M.A. Kemudian melanjutkan lagi pada program pascasarjana di University of London tahun 1963-1964 hingga mendapat gelar Ph.D. Menurut al-Attas pula dalam struktur konseptualnya ta’dib juga mencakup unsur- unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Karenanya tidak perlu lagi mengacu pada konsep pendidikan dalam islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena itu ta’dib merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas tidak hanya sebagai intelektual yang concern kepada pendidikan dan persoalan umum umat Islam, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya. Ia secara sistematis merumuskan strategi Islamisasi ilmu dalam bentuk kurikulum pendidikan untuk umat Islam.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, 2013, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers. Ahmadi, 2005, Ideologi Pendidikan Islam; Peradigma Humanisme Teosentris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bawani, Imam, 1991, Cendikiawan Muslim Dalam Prespektif Pendidikan Islam, Surabaya: Bina Ilmu. Jalaluddin, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mardianto, 2005, Pesantren Kilat: Konsep, Panduan, dan Pengembangan, Jakarta: Ciputat Press. Muhaimin, 1991, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, Solo: Ramadhani. _________2001, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifakan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mu’arif, Syamsul, 2007, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu . Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching. Ramayulis, samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta; Kalam Mulia. Tafsir, Ahmad, 2004, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • 12. SPRITUALITAS DALAM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN SYED MUHAMMAD NUQUIB AL ATTAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat dan Pemikiran PI” Pengampu Bapak Dr. Siswanto M.Pd.I OLEH : MOHAMMAD IMAM SYAMRONI LATIF PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MAGISTER (S2) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PAMEKASAN